Referat Luka Bakar - Anastasia Novena B Weubun [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

REFERAT LUKA BAKAR

Pembimbing: dr. Daddy Samuel Carol Sp.B

Disusun oleh: Anastasia N B Weubun (2265050009)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA RSUD KOTA BEKASI CHASBULLAH ABDUL MAJID PERIODE 13 MARET – 27 MEI 2023

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Luka Bakar” dengan baik dan tepat waktu. Karya Tulis ini disusun sebagai salah satu kriteria ujian dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia di RSUD CAM BEKASI. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian Karya Tulis ini, terutama kepada: 1. Dokter Daddy Samuel Carol Sp.B selaku pembimbing dan fasilitator atas pengarahannya bagi penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis ini dan belajar dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSUD CAM Bekasi 2. Jajaran para dokter dan staff Ilmu Bedah RSUD CAM Bekasi 3. Rekan - rekan dalam Kepaniteraan Klinik RSUD CAM Bekasi Kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat kepada semua pihak yang telah turut membantu. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari sempurna oleh karna itu penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap agar Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran dan pengetahuan bagi pembaca. Kiranya Tuhan selalu melimpahkan karuniaNya kepada kita semua.

Jakarta, 31 Maret 2023

Penulis (Anastasia Weubun)

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2 DAFTAR ISI.............................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4 1.1

Latar Belakang...................................................................................................4

1.2

Tujuan.................................................................................................................5

1.3

Manfaat...............................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6 2.1 Anatomi Kulit......................................................................................................6 2.2

Definisi dan Epidemiologi Luka Bakar.............................................................7

2.3

Klasifikasi Luka Bakar......................................................................................8

2.4

Etiologi dan Faktor Risiko Luka Bakar.............................................................9

2.5

Patofisiologi Luka Bakar.................................................................................10

2.6

Diagnosis Luka Bakar.....................................................................................14

2.7

Tatalaksana Luka Bakar..................................................................................19

2.8

Komplikasi Luka Bakar..................................................................................29

2.9

Prognosis Luka Bakar.....................................................................................30

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................31 3.1 Kesimpulan.........................................................................................................31 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................32

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Hingga saat ini, luka bakar masih merupakan tantangan bagi para tenaga kesehatan dan juga salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat secara global dimana berdampak kepada gangguan permanen pada penampilan/estetika dan fungsi diikuti oleh adanya ketergantungan pada pasien, kehilangan pekerjaan dan ketidakpastian akan masa depan.1 Menurut WHO, diperkirakan sekitar 180.000 atau 90% kematian setiap tahun disebabkan oleh luka bakar dan sebagian besar kasus terjadi pada negara-negara berkembang atau berpenghasilan rendah dan menengah, daerah yang umumnya tidak memiliki infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengurangi insiden luka bakar. Luka bakar non-fatal merupakan penyebab utama morbiditas.3 Luka bakar merupakan kerusakan atau cedera kulit tubuh yang disebabkan oleh trauma panas atau trauma dingin (frost bite). Penyebabnya bisa karena api, air panas, listrik, kimia, radiasi dan trauma dingin (frost bite). 1 Ketika terjadi luka bakar maka tubuh akan berespon, baik secara lokal maupun sistemik. Respon tubuh terhadap luka bakar tergantung dari tingkat keparahan, penyebab,cedera inhalasi, paparan terhadap toksin, cedera traumatik, usia, penyakit kronis, intoksikasi obat dan alkohol, dan waktu pemberian tindakan medis.1 Derajat kerusakan lapisan kulit mempengaruhi kedalaman luka bakar.3 Perubahan sistemik yang terjadi akibat luka bakar dipengaruhi oleh Total Body Surface Area (TBSA) di mana jika cukup parah akan

menyebabkan

hipermetabolisme,

gangguan

hemodinamik,

peningkatan

permeabilitas usus, penurunan aliran darah ginjal, imunosupresi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan edema. Luka bakar juga dapat menyebabkan syok distributif, disfungsi organ, sepsis, hingga kematian.1,3 Luka bakar umumnya akan dijumpai di semua tingkat fasilitas kesehatan mulai dari klinik swasta hingga rumah sakit. Luka bakar ringan sembuh dengan pengobatan topikal saja, tetapi luka bakar sedang hingga berat memerlukan 4

manajemen sistemik, dan skin graft sering juga diperlukan untuk pengobatan topikal. Penanganan awal yang

5

tidak tepat ataupun penundaan dapat menimbulkan efek buruk pada pengobatan dan perjalanan penyakit selanjutnya. Oleh karena itu, evaluasi yang akurat dari tingkat keparahan dan inisiasi pengobatan yang tepat diperlukan dalam penanganan luka bakar.2 Data yang diperoleh dari WHO menyebutkan bahwa wanita di wilayah Asia Tenggara memiliki angka kejadian luka bakar yang tertinggi, 27% dari angka keseluruhan secara global meninggal dunia dan hampir 70% diantaranya adalah wanita. Data Nasional mengenai angka mortalitas atau data kejadian luka bakar di seluruh Indonesia masih belum ada. Umumnya pusat luka bakar di level RSUP atau RSUD yang memiliki bidang bedah plastik mempunyai data pasien yang dirawat di unit luka bakar RSUP / RSUD tersebut.1 1.2

Tujuan Tujuan dari penulisan referat ini adalah: a. Tujuan Umum: Mengetahui dan memahani mengenai luka bakar b. Tujuan Khusus: Menjelaskan definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, serta prognosis luka bakar.

1.3

Manfaat Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan juga wawasan kepada mahasiswa/mahasiswi yang sedang menjalani stase ilmu bedah mengenai luka bakar dan penatalaksanaannya.

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Anatomi Kulit Kulit merupakan organ terbesar di tubuh manusia dan menutupi seluruh permukaan tubuh bagian luar. Kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Struktur kulit terdiri dari jaringan rumit yang berfungsi sebagai penghalang awal tubuh terhadap patogen, sinar UV, dan bahan kimia, serta cedera mekanis. Kulit juga mengatur suhu dan jumlah air yang dilepaskan ke lingkungan. 4 Ketebalan setiap lapisan kulit bervariasi tergantung bagian tubuh dan dikategorikan berdasarkan ketebalan lapisan epidermis dan dermis. Kulit tak berbulu yang terdapat di telapak tangan dan telapak kaki paling tebal karena epidermis mengandung lapisan ekstra yaitu stratum lusidum. Punggung atas dianggap paling tebal berdasarkan ketebalan dermis, tetapi dianggap "kulit tipis" secara histologis karena ketebalan epidermis tidak memiliki lapisan stratum lusidum dan lebih tipis dari kulit yang tidak berbulu.4 Epidermis terdiri dari 5 lapisan, yaitu stratum basalis, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum. Stratum basalis atau stratum germinativum merupakan lapisan yang paling dalam dan terpisahkan dengan dermis oleh membran basalis (basal lamina) dan menempel dengan membran basalis oleh hemidesmosom. Pada lapisan ini terdapat melanosit dan lapisan ini memproduksi keratinosit. Stratum spinosum terdiri dari 8-10 sel dan dikenal sebagai lapisan sel duri yang mengandung sel polihedral tidak beraturan. Stratum granulosum, 3-5 lapisan sel, mengandung sel berbentuk berlian dengan butiran keratohialin dan butiran pipih yang berfungsi untuk menjaga agar sel tetap menempel satu sama lain. Stratum lusidum terdiri dari 2-3 lapisan sel dan terdapat pada kulit yang lebih tebal seperti pada telapak tangan dan telapak kaki, merupakan lapisan tipis bening yang terdiri dari eleidin yang merupakan produk transformasi keratohyalin. Stratum korneum merupakan lapisan paling atas yang terdiri dari 20-30 lapisan sel dan tersusun dari keratin dan sisik tanduk. Di dalam lapisan ini, keratinosit yang mati mengeluarkan defensin yang merupakan bagian dari pertahanan kekebalan pertama kita. 4 7

Dermis terhubung dengan epidermis melalui membran basal dan terdiri dari dua lapisan yang terdiri dari jaringan ikat, yaitu lapisan papiler dan retikuler yang tergabung tanpa batas yang jelas. Lapisan papiler adalah lapisan atas yang lebih tipis, terdiri dari jaringan ikat longgar, serta kontak dengan epidermis. Lapisan retikuler adalah lapisan yang lebih dalam, lebih tebal, selnya lebih sedikit, dan terdiri dari jaringan ikat padat/ berkas serat kolagen. Di dalam lapisan dermis terdapat kelenjar keringat, rambut, folikel rambut, otot, neuron sensorik, dan pembuluh darah. 4 Hipodermis merupakan lapisan kulit terdalam dan disebut juga sebagai fasia subkutan. Lapisan ini mengandung lobulus adiposa, folikel rambut, neuron sensorik, dan pembuluh darah. 4

Gambar 2.1. Anatomi Kulit 4 2.2

Definisi dan Epidemiologi Luka Bakar Luka bakar merupakan cedera pada kulit atau jaringan organik lainnya yang terutama disebabkan oleh panas atau karena radiasi, radioaktivitas, listrik, gesekan, dingin, panas, atau kontak dengan bahan kimia. Namun Sebagian besar dibebabkan 8

oleh

9

panas. Luka bakar termal (panas) terjadi ketika sel di atau jaringan kulit dihancurkan oleh: cairan panas (melepuh/scalds), padatan panas (luka bakar kontak), atau nyala api (flame burn).

3

Luka bakar, utamanya yang berat, umumnya akan disertai dengan

respon imun dan inflamasi, perubahan metabolik, dan syok distributif yang menyebabkan penanganannya cukup sulit dan dapat berujung pada kegagalan organ multipel.1 Sekitar 90% luka bakar terjadi pada tingkat sosio ekonomi rendah di negaranegara berpenghasilan menengah ke bawah, berdasarkan data dari WHO. Wanita wilayah Asia Tenggara menempati angka kejadian luka bakar tertinggi di mana 27% dari angka keseluruhan global meninggal dunia. Data studi epidemiologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2011-2012 menunjukkan bahwa terdapat 303 pasien yang dirawat akibat luka bakar dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2,26:1 dan usia rata-rata yaitu 25,7 tahun. Rata-rata pasien dirawat selama 13,72 hari dengan angka kematian mencapai 33% pada tahun 2011 dan 34% pada tahun 2012.2 2.3

Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar yang disusun berdasarkan keputuhan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019, luka bakar diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu luka bakar ringan, luka bakar sedang, dan luka bakar berat. Adapaun kriteria masing-masing kelompok luka bakar adalah sebagai berikut:2 2.3.1

Luka Bakar Ringan Kriteria luka bakar ringan: a. TBSA ≤15% pada dewasa b. TBSA ≤10% pada anak c. Luka bakar full-thickness dengan TBS ≤2% pada anak maupun dewasa tanpa mengenai daerah mata, telinga, wajah, tangan, kaki, atau perineum.

2.3.2

Luka Bakar Sedang Kriteria luka bakar sedang: a. TBSA 15-25% pada dewasa dengan kedalaman luka bakar full-thickness < 10

10% b. TBSA 10-20% pada luka bakar partial thickness pada pasien anak dibawah

11

10 tahun dan dewasa diatas usia 40 tahun, atau luka bakar full-thickness