Makalah Menjahit Luka [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ( II ) “MENJAHIT LUKA dan MENGANGKAT JAHITAN”

OLEH KELOMPOK II

ARIA UL-HAJ

(P07120317001)

FITRI ROHMAYANI

(P07120317008)

JUHAENI FEBRI AULIA

(P07120317015)

NI PUTU WIDYA SARASWATI

(P07120317025)

RIA ELVIANA SUKMA DEWI

(P07120317029)

YUSRIL DWISTY HIJJABI

(P07120317036)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM TAHUN AKADEMIK 2018/ 2019

0

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia serta hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ( II ) “MENJAHIT LUKA dan MENGANGKAT JAHITAN” ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II (KMB II). Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak yang ikhlas bersedia meluangkan waktunya untuk membantu kami. Maka pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Bapak Aan Dwi Sentana, S.Kep.,Ns.,M.Kep Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini Semoga Makalah ini dapat berguna bagi banyak orang, pihak-pihak yang telah membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi keilmuanya. Amiin..

Mataram ,26 Februari 2019

Penulis

1

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ...................................................................................3 B. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................4 C. TUJUAN .......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN LUKA .................................................................................5 B. MACAM-MACAM LUKA ........................................................................5 C. PROSES PENYEMBUHAN LUKA ............................................................5 D.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA ............6

E.

PENGERTIAN HEACTING ......................................................................7

F.

MACAM-MACAM JAHITAN LUKA .......................................................7

G. PEMILIHAN BENANG ..........................................................................13 H. MACAM-MACAM BENANG DAN JARUM JAHIT .............................14 I. MACAM-MACAM JARUM UNTUK MENJAHIT LUKA.......................16 J. PENGERTIAN PENGANGKAT JAHIT...................................................18 K. TUJUAN PENGANGKAT JAHIT..........................................................18 L. HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN OLEH PERAWAT ............18

BAB IIIPENUTUP A. KESIMPULAN ...........................................................................................25 B. SARAN .......................................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA ........................................... Error! Bookmark not defined.6

2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tehnik menjahit jaringan telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Meskipun saat ini, tehnik dan bahan dalam melakukan penjahitan telah mengalami perubahan, tujuan tindakan ini tetap sama yakni menutup ruang

mati,

mendukung

dan

memperkuat

luka

sampai

terjadi

penyembuhan dan meningkatkan kekuatan kerenggangan luka sampai kira-kira mendapatkan hasil estetika dan fungsional yang memuaskan, serta meminimalkan resiko perdarahan dan infeksi. Tehnik menjahit yang sesuai dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pembedahan kulit. Hasil postoperasi dengan desain tertutup yang cantik dapat membahayakan jika tehnik jahitan yang dipilih tidak benar atau jika jahitannya terlalu sedikit. Sebaliknya, jika jahitannya terlalu banyak juga tidak bisa dibenarkan. Selain itu, insisi yang kurang baik pada kulit dengan tujuan untuk meregangkan garis tegangan kulit dan pengangkatan jaringan yang terlalu banyak serta perkiraan batas yang tidak adekuat dapat membatasi tindakan ahli bedah dalam penutupan luka dan penjahitan. Pegang jaringan secara hati-hati dan lembut karena dapat mengoptimalkan penyembuhan luka. Pemilihan tehnik jahitan tergantung pada jenis dan lokasi anatomi luka, ketebalan kulit, derajat ketegangan, dan hasil kosmetik yang diinginkan. Penempatan jahitan yang baik membutuhkan perkiraan batas luka yang tepat, yang membantu meminimalkan dan menyebarkan tegangan kulit. Eversi luka penting dilakukan untuk memaksimalkan perkiraan

bagian

epidermal

kulit.

Eversi

ini

dilakukan

untuk

meminimalkan resiko pembentukan scar sekunder dan kontraksi jaringan selama penyembuhan. Biasanya, inversi tidak dilakukan dan hal ini tidak menurunkan resiko hipertrofi scar pada pasien yang rentan dengan resiko ini. Eliminasi ruang mati, pemulihan bentuk anatomi alami, dan meminimalkan bekas jahitan juga penting dalam mengoptimalkan hasil kosmetik dan fungsional luka.

3

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian luka ? 2. Berapa macam -macam luka ? 3. Bagaimana proses penyembuhan luka ? 4. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka ? 5. Apa pengertian heacting ? 6. Berapa macam-macam jahitan luka ? 7. Bagaimana pemilihan benang ? 8. Ada berapa macam-macam benang dan jarum jahit ? 9. Ada berapa macam-macam jarum untuk menjahit luka ? 10. Apa pengertian mengangkat jahitan ? 11. Apa tujuan mengangkat jahitan ? 12. Apa hal- hal yang perlu diperhatikan oleh perawat ?

C. TUJUAN Untuk membantu dalam mengaplikasikan teknik heacting , heacting remove dan mengangkat jahitan

4

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN LUKA Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas fisik. B. MACAM -MACAM LUKA

a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi) b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. e.

Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.

f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. g. Luka Bakar (Combustio)

C. PROSES PENYEMBUHAN LUKA a. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera Tahap ini dimulai saat terjadinya luka. Pada tahap ini, terjadi proses homeostatis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan

5

mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah yang rusak. b. Tahap destruktif Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag. c. Tahap poliferatif Pembuluh

darah

baru

diperkuat

oleh

jaringan

ikat

dan

menginfiltrasi luka. d. Tahap maturasi Pada tahap ini, terjadi reepitelasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan ikat.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA a. Vaskularisasi Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan sel atau perbaikan sel, b. Anemia Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikna sel membutuhkan kadar protein yang cukup, oleh sebab itu orang yang mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam

darah akan

mengalami proses penyembuhan lama. c. Usia Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan denganpertumbuhan atau kematangan susia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuan luka. d. Penyakit lain Adanya penyakit lain seperti diabetes melitus dan ginjal dapat memperlambat proses penyembuhan luka. e. Nutrisi Unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena kandungan zat gizi yang terdapat di dalamnya. Vitamin A untuk proses

6

epitelisasi dan sintesis protein, vitamin B kompleks sebagai fibroblas dan mencegah adanya infeksi serta membentuk kapiler-kapiler darah dan vitamin K membantu sintesis prorombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah. f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi obat-obatan, merokok atau stress akan mengalami proses penyembuhan luka yang lebih lama.

E. PENGERTIAN HEACTING Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.

F. MACAM-MACAM JAHITAN LUKA a. Jahitan Simpul Tunggal/Jahitan Terputus Sederhana/Simple Inerrupted Suture Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai dan dapat diaplikasikan pada semua luka. Teknik :  Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka.  Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable dengan jarak antara 1cm.  Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan  Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

7

Jahitan terputus sederhana banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena apabila ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang lain.

b. Jahitan Matras Vertikal/Vertical Mattress suture/Donati/ Near to near and far to bar Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini. Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat, tetapi tidak boleh dipakai di tempat-tempat yang vaskularisasinya kurang.

8

Langkah-langkah penjahitan matras vertikal pada prinsipnya sama seperti pada jahitan kulit terputus, perbedaan beberapa jenis jahitan adalah pada arah lintasan benangnya dan mungkin juga letak simpulnya. Pada jahitan ini jarak antara kedua penusukan lebih lebar karena akan dipakai untuk dua kali penusukan, dan sebelum dilakukan pembuatan simpul jarum kembali ditusukkan pada kulit dekat tepi luka, kemudian di arahkan keluar ke tepi luka dengan tidak terlalu dalam. Selanjutnya dengan bantuan pinset chirurgis tepi kulit di seberangnya diangkat untuk dilakukan penusukan dari arah dalam tepi luka sejajar dengan tempat keluarnya jarum dari kulit seberangnya dan menembus ke arah kulit luar dekat tepi luka dengan jarak sama dengan tempat penusukan kedua pada tepi luka seberangnya. Pembuatan simpul dilakukan dengan mempertemukan dua ujung benang panjang dan pendek, dengan teknik sama dengan pada jahitan kulit terputus.

9

c. Jahitan matras Horizontal/Horizontal Mattress suture/Interrupted mattress Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.Memberikan hasil jahitan yang kuat. Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh digunakan untuk menjahit subkutis karena kulit akan bergelombang. Teknik jahitan sama seperti pada jahitan matras vertikal akan tetapi dengan arah horizontal.

d. Jahitan

Jelujur

sederhana/Simple

running

suture/

Simple

continous/Continous over and Dover Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar. Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus seluruhnya akan terbuka. Untuk mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan membuat satu jahitan seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat simpul, selanjutnya benang panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan dengan penusukan pada tepi luka selanjutnya dengan tempat penusukan dan keluarnya benang yang sejajar, sehingga tampak dari luar arah benang miring, tetapi dalam posisi tegak lurus di dalam jaringan, seperti pada gambar.

10

e. Jahitan Jelujur Feston/Running locked suture/Interlocking suture Jahitan kontinyu dengan mengaitkan

benang pada jahitan

sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa. Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur yang menyelipkan benang di bawah jahitan yang telah terpasang.Cara ini efektif untuk menghentikan perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan mengalami iskemia. Pada jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di atas, akan tetapi dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk kemudian dilakukan penusukan selanjutnya, seperti pada gambar.

11

f. Jahitan Jelujur horizontal/Running Horizontal suture Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.

g. Jahitan Jelujur Intrakutan/Running subcuticular suture/Jahitan jelujur subkutikular Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, tehnik ini dapat diindikasikan pada luka di daerah yang memerlukan kosmetik karena jahitan terkenal menghasilkan kosmetik yang baik, namun tidak disarankan pada luka dengan tegangan besar.

12

G. PEMILIHAN BENANG Setiap jahitan merupakan benda asing di dalam luka.Karena alasan ini,maka untuk mendapatkan aposisi jaringan yang adekuat,pennjahitan harus dilakukan dengan ukuran sekecil mungkin dan jumlah jahiatan sedikit mungkin. Pada luka terkontaminasi, tidak boleh dilakukan penjahitan kecuali bila sangat diperlukan untuk mempertahankan kedudukan jaringan. Pemilihan ukuran jarum dan benang tergantung dari ukuran,lokasi luka serta ketelitian penutupan yang diinginkan. Jarum-jarum atraumatik (bulat atau runcing) digunakan untuk menjahit fasia,otot,jaringan subkutan dan memperbaiki laserasi pembuluh darah dan saraf.jarum tajam biasanya digunakan untuk penutupan dermis dan epidermis diaman jaringan kolagen yang liat harus ditusuk dengan jarum sehingga penjahitan lebih mudah. Benang berdiameter besar (2-0,3-0) sangat baik digunakan untuk menjahit jaringan dan lapisan fasia utama di daerah dengan regangan kuat (misalnya,luka di lutut atau siku).Kekuatan efektif dari benang tersebut harus sama dengan kekuatan jaringan yang dijahit, bila benang halus digunakan untuk menjahit luka dengan peregangan mekanis,dapat menimbulkan gangguan jika benang tersebut tertarik ke dalam luka. Biasanya,benang halus digunakan untuk menjahit luka-luka (atau bagiannya) yang perlu dirapatkan secara tepat,untuk menutup laserasi di wajah digunakan benang berukuran 5-0 dan 6-0.Untuk menutup lapisanlapisan luka (fasia,dermis) dapat digunakan benang epidermis halus di setiap bagian tubuh.Daya regang dari epidermis sendiri biasanya rendah dan tujuan penjahitan disini hanyalah agar tepi-tepi luka dirapatkan

13

dengan baik. Penutupan perkutan dari epidermis dan dermis di setiap bagian tubuh selain wajah,sebaiknya menggunakan benang berukuran 3-0 atau 4-0. Bekas jahitan merupakan hasil tekanan ikatan dan lamanya jahitan dibiarkan di tempat tersebut.

H. MACAM-MACAM BENANG DAN JARUM JAHIT a. Macam-macam benang jahit Benang jahit untuk pembedahan dikenal dalam bentuk yang dapat diserap Tubuh (absorbable) dan tidak diserap oleh tubuh. 1) Diserap

oleh

tubuh:

catgut,

cromic

catgut,

kelompok

polyglactin (misalnya Vicryl). a) Catgut polos Dibuat dari pita murni usus binatang yang dipintal menjadi jalinan diukur secara elektronik dan kemudian dipulas.

Benang

ini

sangat

popular,

tetapi

ada

kecenderungan digantikan oleh benang sintetik yang dapat diserap pada tahun belakangan ini. b) Cromic catgut Dibuat dari pita usus binatang, dipintal menjadi jalinan tepatnya menjadi catgut polos. Dibuat sedemikian rupa sehingga kekuatan dari benang tersebut dipertahankan untuk waktu yang lebih lama daripada catgut polos. Absorbsi benang dapat melalui 2 mekanisme ialah melalui pencernaan oleh enzim jaringan, misalnya Vicryl dan Dexon  Dexon Benang ini tidak menghasilkan reaksi jaringan karena mereka larut, bila dibandingkan dengan reaksi jaringan yang terjadi pada calgut. Tingkat penyerapannya lebih lambat mungkin membutuhkan waktu beberpa Minggu. Merupakan benang yang ideal untuk semua jahitan subnukleus, subkutikular, dan penutupan luka. Melalui proses rejeksi immunologis, misalnya pada catgut.

14

2) Tidak diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena (prolene), benang-benang baja yang dibuat dari komponen besi, nikel, dan chronium. a. Benang sutera Terbentuknya menjadi jalinan yang padat yang dapat diikat dengan mudah.Benang ini sangat populer dan digunakan secara luas dalam penutupan luka. b. Polipropilena keuntungannya : lemas, dapat diikat dengan aman dan dapat digunakan dengan mudah.Seperti benang monofilamen sintetik lainnya, simpul perlu diperkuat denagn simpul tambahan dan sebagai tambahan.Kerusakan yang didapat dari forsep dan pemegang jarum harus dihindarkan untuk mencegah putusnya benang.Benang ini sangat halus dan cocok untuk jahitan subkutikular. c. Baja tahan karat dan penjepit atau Staples logam Jahitan baja tahan karat dan penjepit logam telah digunakan bertahun-tahun karena sifanya kaku.Pada luka terkontaminasi,bahan ini akan meningkatkan kemungkinan infeksi.Peningkatan ini mungkin disebabkan oleh iritasi mekanis dari kekuatannya dan bukan karena korosi.Sifat kaku dari benang metalik ini mempersulit. d. Dakron Merupakan poliester yang kurang menimbulkan reaksi

jaringan

dibandingkan

dengan

sutera.Karena

koefisien gesekannya tinggi,bahan ini sulit digunakan untuk menjahit. Luka gesekan yang ditimbulkan dakron terhadap jaringan ini dapat diatasi dengan melapisinya dengan teflon. e. Nilon Kurang menimbulkan reaksi pada jaringan bila dibandingkan dengan dakron dan bila digunakan pada luka

15

kontaminasi akan menimbulkan kemungkinan infeksi lebih rendah. 1. Benang nilon monofilamen akan kehilangan daya regangnya kurang lebih sebesar 20% setelah digunakan 1 tahun.Bentuk nilon monofilamen ini cukup kaku sehingga tidak membentuk simpul dengan baik. 2. Benang nilon multufilamen akan kehilangan daya regangnya setelah 6 bulan tetapi lebih mudah untuk mengikatnya dibadingkan benang monofilamen. Catatan : 

Pada luka infeksi hendaknya jangan di pakai benang-benang yang reaktif (absorbable) dan yang multifilamen karena bakter-bakteri dapat bersarang di sela-sela anyaman.



Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang monofilamen dan yang tidak dapat diserap.



Jangan mengubur benang dalam luka infeksi karena itu tembuskan jahitan dari kulit untuk seluruh tebalnya luka,dan pada saatnya nanti benangnya akan diangkat (dibuang).

I. MACAM-MACAM JARUM UNTUK MENJAHIT LUKA 

Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi cocok digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf, peritoneum, pembuluh darah, katup.

16



Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit daerah usus besar, ginjal, limpa, hati



Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi. Bisa dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.



Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga mulut, dan sebagainya.

17

Untuk jarum tajam hampir selalu dipakai untuk semua jaringan, kecuali untuk organ yang berlubang.

J. PENGERTIAN MENGANGKAT JAHITAN Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengangkat atau melepaskan jahitan luka bedah atau mengambil jahitan pada luka badah dengan cara memotong simpul jahitan. Mengangkat jahitan biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi).

K. TUJUAN MENGANGKAT JAHITAN Mengangkat jahitan bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dari benang dan mencegah tertinggalnya benang. Mengangkat jahitan ini dilakukan pada : 1. Luka operasi yang sudah sudah waktunya diangkat. 2. Luka pasca bedah yang sudah sembuh. 3. Luka infeksi oleh karena jahitan.

L. HAL- HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH PERAWAT 

Cermat dalam menjaga kesterilan



Mengangkat jahitan sampai bersih tidak ada yang ketinggalan



Peka terhadap privasi klien



Teknik pengangkatan jahitan disesuaikan tipe jahitan



Jangan menarik bagian jahitan yang terlihat melewati jaringan yang ada dibawahnya



Jangan menarik bagian jahitan yang terkontaminasi melewati jaringan karena dapat menyebabakan infeksi

18

KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN MATARAM CEKLIST MENJAHIT LUKA Nama : …………………………

NIM :………………

ASPEK YANG DINILAI

NILAI I II III

Definisi : Melakukan penjahitan luka pada penderita yang mengalami luka robek Tujuan :  Mencegah terjadinya infeksi 

Membantu proses penyembuhan luka

Indikasi : 1. Saat pasien memiliki luka sobek yang harus di jahit Persiapan alat dan bahan : 1. Anti septic : betadin,alcohol 2. Obat untuk anestesi sesuai ketentuan misal lidokain 2% 3. Benang jahit,sesuai kebutuhan 4. Bengkok 5. Gunting,plester 6. Tromol kasa,korentang steril 7. Sarung tangan 8. Cairan pembersih luka : pz,h2o2 3%,savlon 9. Spuit 2cc,5cc atau sesuai kebutuhan anestesi 10. Set jahit : 

Nald voeder/pembawa jarum



Arteri klem lurus/bengkok



Pincet cirurgies



Gunting luka stetil

19



Penjepit kain



Jarum jahit untuk otot



Doek steril/kain penutup luka



Sarung tangan

11. Pembalut luka sesuai dengan kebutuhan 12. Sufratul

Tahap pre interaksi : 

Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada



Mencuci tangan



Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

Tahap orientasi : 1. Memberi salam, periksa identifikasi klien dengan membaca gelang identifikasi dan menanyakan nama klien. 2. Memperkenalkan nama perawat 3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga. 4. Menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien sebelum tindakan 5. Memposisikan pasien senyaman mungkin 6. Menjelaskan tentang kerahasiaan. Tahap kerja : 1. Mencuci tangan 2. Membersihkan luka dengan cairan pz 3. Memberikan obat anestesi dengan injeksi disekitar luka 4. Membersihkan luka dengan h2o2 3%,pz saampai bersih 5. Mendesinfeksi luka dan sekitarnya dengan betadine 6. Menggunakan sarung tangan steril 7. Memasang doek lubang 8. Menjahit luka : 

Ketepatan jenis/nomor benang



Ketepatan nomor jarum



Kerapihan dan ketepatan menjahit

20

9. Memberikan betadin dan sufratul sesuai instruksi dokter 10. Melakukan teknik aseptic selama bekerja 11. Membalut luka sesuai kebutuhan 12. Membereskan alat-alat 13. Mencuci tangan 14. Menuliskan pada status pasien : jenis benang,jumlah jahitan luar dan dalam 15. Menjelaskan pada penderita tentang perawatan luka dirumah

Sikap yang harus diperhatikan : dan hati-hati Tahap terminasi : 1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan. 2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan 3. Melakukan kontrak waktu selanjutnya. 4. Berikan reinforcement sesuai kemampuan pasien 5. Berpamitan dengan pasien Tahap dokumentasi : Dokumentasikan tindakan yang sudah di lakukan ke dalam catatan keperawatan TOTAL NILAI Keterangan : 0 = tidak dikerjakan 1 = dikerjakan tetapi tidak sempurna / tidak lengkap 2 = dikerjakan dengan lengkap

Mataram, ......................... Penilai,

(.......................................)

21

KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN MATARAM CEKLIST MENGANGKAT JAHITAN Nama : …………………………

NIM :………………

ASPEK YANG DINILAI

NILAI I II III

Definisi : Mengangkat / membuka jahitan pada luka yang dijahit Tujuan : 

Mencegah terjadinya infeksi dari benang



Mencegah tertinggalnya benang

Indikasi :  Luka jahit yang sudah waktunya diangkat jahitannya 

Luka jahitan yang infeksi

Persiapan alat dan bahan : 

Pinset anatomis: 2 buah (steril)



Pinset Chirurgis: 2 buah (steril )



Gunting angkat jahit: 1 buah (steril)



Kassa steril



Mangkok kecil: 3 buah (steril)



Sarung tangan steril



Gunting verband



Plester



Alkohol 70% dalam tempatnya



Iodin povidon solution 10% atau sejenisnya



NaCl 0,9%



Bengkok: 2 buah, 1 berisi cairan desinfektan

22



Kain pembalut atau verband secukupnya

Tahap pre interaksi :  Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada 

Mencuci tangan



Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

Tahap orientasi : 1. Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutic 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga 3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan Tahap kerja : 1. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas 2. Membuka peralatan 3. Memakai sarung tangan 4. Membasahi plester dengan alcohol/wash bensin dan buka dengan menggunakan pinset 5. Membuka balutan lapis terluar 6. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester 7. Membuka balutan lapisan dalam 8. Menekan kedua tepi luka (sepanjang luka) 9. Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl 0,9% 10. Mendesinfeksi luka dengan Iodine Povidone 11. Meletakkan kassa steril dekat luka 12. Menarik simpul jahitan sedikit keatas secara hati-hati dengan memakai pinset chirurgis, sehingga benang yang berada di dalam kulit kelihatan 13. Menggunting benang dan tarik hati-hati, buang ke kassa 14. Membilas dengan menggunakan cairan NaCl 0,9%

23

15. Melakukan kompres betadine pada luka / memberi obat / menutup dengan kassa steril 16.

Memasang plester pada seluruh tepi kassa (4 sisi)

Tahap terminasi :  Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan.  Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan  Melakukan kontrak waktu selanjutnya.  Berikan reinforcement sesuai kemampuan pasien  Berpamitan dengan pasien Tahap dokumentasi : Dokumentasikan tindakan yang sudah di lakukan ke dalam catatan keperawatan

TOTAL NILAI Keterangan : 0 = tidak dikerjakan 1 = dikerjakan tetapi tidak sempurna / tidak lengkap 2 = dikerjakan dengan lengkap

Mataram, ......................... Penilai,

(.......................................)

24

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Heacting dilakukan sebagai tehnik dalam menghubungkan kembali jaringan yang terpotong. Simpel inerrupted suture adalah tehnik yang bisa diaplikasikan pada semua luka dan paling banyak digunakan. Pada luka infeksi lebih baik menggunakan benang yang tidak diserap. Mengangkat jahitan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengangkat atau melepaskan jahitan luka bedah atau mengambil jahitan pada luka badah dengan cara memotong simpul jahitan. Mengangkat jahitan biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi). Mengangkat jahitan bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dari benang dan mencegah tertinggalnya benang. Mengangkat jahitan ini dilakukan pada : 

Luka operasi yang sudah sudah waktunya diangkat.



Luka pasca bedah yang sudah sembuh.



Luka infeksi oleh karena jahitan.

B. SARAN Lakukan semua tindakan sesuai dengan SOP yang berlaku. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

25

DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Konsep Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Kusyati, Eni & tim. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : EGC

Saifudin. (2013). Heacting dan Heacting aff.(online). www.google.book.com. diperoleh pada 27 September, 2016).

Ningsih, Fitria. (2011). Tehnik Menjahit Jaringan. (online). www.ugm.ac.id. diperoleh pada 20 September, 2016).

Pramuditya, Arindra. (2014). Laporan Pendahuluan Penjahitan Luka (Hecting). (online). diperoleh pada 27 September, 2016).

Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

26