Makalah [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

TES KOMPETENSI KEBAHASAAN DAN BERBAHASA Dosen Pembimbing : Diah Eka Sari, S. Pd. M. Pd. Mata Kuliah : Penilaian Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4.

Sampe Manalu Suci Cyntia Hadijah Br. Bako Elida Penna Sari Sinuraya

(2191111010) (2193311010) (2193111021) (2193311013)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2020

KATA PENGANTAR Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah memberikan Kami nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga Kami bisa menyusun atau menyelesaikan tugas Makalah. Penulisan ini Kami sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan kemampuan yang Kami miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Makalah dengan judul Tes Kompetensi Kebahasaan dan Berbahasa, pada Mata Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik yang membangun dari semua pihak sangat Kami harapkan untuk kesempurnaan tugas ini dan dalam kesempatan ini Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Diah Eka Sari, S. Pd. M. Pd. selaku Dosen Pengampu pada Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah banyak membimbing Kami. Dan kepada teman-teman yang telah membantu. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua kalangan termasuk para mahasiswa untuk meempermudah atau memahami dan menjadi referensi perkuliahan.

Medan, 29 Spetember 2020

Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ 2 DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. 3 BAB I ......................................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 4 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5 1.3 Tujuan ............................................................................................................................................... 5 1.4 Manfaat ............................................................................................................................................. 5 BAB II ........................................................................................................................................................ 6 PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6 2.1 Pengertian Tes Kompetensi Kebahasaan.............................................................................................. 6 2.2 Pengertian Teks Kosakata ..................................................................................................................... 6 2.3 Pengertian Tes Keterampilan Berbahasa ............................................................................................... 9 2.4 Pengertian Tes Kompetensi Berbahasa Reseptif Dan Produktif ......................................................... 10 A. Tes Kompetensi Berbahasa Reseptif ................................................................................................ 10 B. Keterampilan Berbahasa Produktif ................................................................................................... 13 BAB III ..................................................................................................................................................... 17 PENUTUP ................................................................................................................................................ 17 3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................................... 17 3.2 Saran ................................................................................................................................................... 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan sebagai ujian atau percobaan. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Daring, tes berarti ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang. Beberapa pengertian tes menurut para ahli: 1. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. 2. Menurut F.L. Goodeneough dalam Sudijono (2008: 67), tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain. 3. Menurut Norman dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. 4. Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. 5. Menurut Sudijono (2011: 67), tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan

tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penelitian dan evaluasi terhadap individu maupun kelompok untuk mengetahui kemampuan seseorang yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Jadi, tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian tes kompetensi kebahasaan? b. Apa pengertian tes kosakata? c. Apa pengertian tes kompetensi berbahasa? d. Apa pengertian tes kompetensi berbahasa reseptif dan produktif? e. Ada berapa pedekatan pada tes bahasa?

1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui pengertian tes kompetensi kebahasaan b. Untuk mengetahui pengertian tes kosakata c. Untuk mengetahui pengertian tes kompetensi berbahasa d. Untuk mengetahui pengertian tes kompetensi berbahasa eseptif dan produktif e. Untuk mengetahui berapa pedekatan pada tes bahasa

1.4 Manfaat Menambah wawasan pembaca tentang tes kompetensi kebahasaan dan tes kompetensi berbahasa.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Tes Kompetensi Kebahasaan Tes kompetensi kebahasaan adalah tes yang dimaksudkan untuk menggungkap pengetahuan kebahasaan siswa. Kompeetensi kebahasaan perlu diajarkan dan diteskan secara khusus karena kompetensi itu dapat dipandang sebagai prasyarat untuk menguasai kompetensi komunkatif, atau tindak berbahasa baik yang berifat reseptif maupun produktif. Tes yang menyangkut kompetensi kebahasaan. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tes struktur dan tes kosakata. Kedua aspek ini adalah prasyarat untuk melakukan kegiatan berbahasa. 1) Tes Struktur Tata Bahasa Struktur bahasa pada umumnya dibedakan ke dalam morfologi dan sintaksis. Struktur sintaksis merupakan hal yang lebih penting daripada morfologi karena sintaksis merupakan struktur bahasa tertinggi. Di samping itu, struktur kalimatlah yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan berbahasa. 2) Tes Kosakata Kosakata dalam suatu bahasa biasanya berjumlah banyak sekali. Akan tetapi, hanya sebagian kosakata yang dipergunakan secara aktif dalam kegiatan berkomunikasi, sedangkan yang lain jarang digunakan. Berdasarkan kenyataan itu kosakata dibedakan ke dalam kosakata aktif dan pasif, yang mencerminkan tingkat kesulitan kosakata. Penguasaan kosakata yang lebih banyak lebih memungkinkan kita untuk menerima dan menyampaikan informasi yang lebih luas dan kompleks. Dalam kaitan ini, tes penguasaan yang baik adalah dalam hubungannya dengan konteks, sebab, di samping pertimbangan komunikatif bahasa, kosakata umumnya memiliki makna tertentu setelah dimasukkan dalam konteks.

2.2 Pengertian Teks Kosakata Kemampuan memahami kosa kata terlihat dalam kegiatan membaca dan menyimak, sedang kemampuan mempergunakan kosa kata tampak dalam kegiatan berbicara dan menulis. Oleh karena itu, tes keampuan kosa kata biasanya langsung dikaitkan dengan kemampuan reseptif dan produktif bahasa

secara keseluruhan. Misalnya, tes pemahaman kata-kata sulit yang terdapat dalam sebuah bacaan dalam rangka tes kemampuan membaca.

1. Bahan tes kosakata Persoalan pertama yang tmbul sewaktu kita bermsksud mengukur penguasaan kosakata peserta didik adalah kosa kata yang akan diteskan. Pemilihan kosa kata yang akan diteskan secara tepat sungguh tidak mudah dilakukan. Ada berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kosa kata yang akan diteskan tersebut, yaitu: a. Tingkat dan Jenis Sekolah Faktor pertama yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan tes kosa kata adalah subjek didik yang akan dites, apakah mereka termasuk tingkat sekolah dasar, menengah pertama atau menengah atas, sekolah menengah umum ataupun kejuruan. Perbedaan kosakata yang diteskan pada umumnya didasarkan pada buku pelajaran yang dipergunakan untuk masing-masing tingkat dan kelas yang bersangkutan. b.Tingkat Kesulitan Kosakata Pemilihan kosa kata yang akan diteskan hendaknya juga mempertimbangkan tingkat kesulitanya, tidak terlalu mudah juga tidak terlaku sulit, sesuai dengan tingkat perkembangan tingkat kognitif peserta didik, tentunya tingkat kesulitan kosa kata tidak sama bagi peserta didik untuk tingkat sekolah yang berbeda. c. Kosakata Aktif dan Pasif Kosakata pasif adalah kosakata untuk penguasaan reseptif kosakata yang hanya untuk dipahami tetapi tidak untuk dipergunakan dipihak lain, kosa kata aktif adalah kosakata untuk penguasaan produktif, kosakata yang dipergunakan untuk menghasilkan bahasa dalam kegiatan komunikasiantara kosa kata aktif dan pasif ada perbedaan yang bersifat kuantitatif karena ada kata yang hanya dikenal dan dipahami dan tidak perlu untuk dipergunakan jumlah kosa kata pasif jauh lebih banyak disbanding dengan kosa kata aktif.

d.

Kosakata Umum,Khusus dan Ungkapan Kosakata umum dimaksudkan kosakata yang ada dalam suatu bahasayang bukan merupakan

istilah –istilah teknis atau kosa kata khusus yang dijumpain dalam berbagai bidang keilmuan

2. Pembutan tes kosakata

Jika dikaitkan dengan kegiatan pemakaian bahsa dan atau keterampilan berbahasa ,tes kosakata dapat dibedakan ke dalam penguasaan reseptif dan produktif jika dikaitkan dengan ada tidaknuya keterlibatan aspek-aspek kebahasaan yang lain dan sekaligus dikaitkan dengan fungsi komunikatif bahasa, tes kosakata dapat dibedakan menjadi tes diskrit ,integrative,pragmatik atau otentik.menginggat bahwa tujuan ahir pembelajaran bahasa tampaknya aharus ditekankan pada fungsi komunikatif bahasa baik yang bersifat reseptif maupun produktif. a. Tes pemahaman kosakata dalam konteks Makna sebuah kata biasanya dapat berubah –ubah tergantung teks dan konteks yang menempatkannya khususnya kata yang peka konteks jadi, makna sebuah kata secara pasti lazimya baru dapat dijelaskan setelah berada dalam lingkungan konteknya walau tiap kata itu sendiri juga sudah membawa makna.. Kosakata dari wacana yang diujikan dapat berwujud sebuah kata,istilah,kelompok kata,atau ungkapan. Dibawah dicontohkan hal-hal yang dimaksud.

·

Anak muda sering dianggap sebagai kaum yang kehilangan identitas, tidak kenal akar budaya sendiri. Namun, bagi budayawan Slamet Rahardjo, generasi muda yang kehilangan identitas dan akar budaya tidak dapat disalahkan. Bagaimanapun, orang tua dan lingkungan yang membentuk mereka. Saat ini kehidaupan anak muda sudah jauh dari nilai-nilai budaya bangsa. Namun, keadaan ini adalah akibat atau hasil dari didikan lingkungan. Kata “identitas” pada wacana diatas berarti….

A. ciri khas B. Jati diri*) C. Ciri penanda D. Nilai budaya Ungkapan” jauh dari nilai-nilai budaya bangsa” dapat diartikan… A. Sudah tidak berhubungan dengan nilai-nilai budaya bangsa B. Tidak berkaitan lagi dengan nilai-nilai budaya bangsa C. Tidak berperilaku sesui dengannilai-nilai budaya bangsa*) D. Posisinya tidak berdekatan dengan nilai-nilai budaya bangsa

b.Tes penempatan dalam konteks

Tes penempatan kosa kata dalam teks atau konteks tertentu, walau tidak terlalu tinggi levelnya, dapat dikategorikan sebagai tes produktif, yaitu memergunakan kosa kata dalam atau untuk tujuan komunikasi, dalam tes jenis ini peserta didik dituntut untuk dapat memilih dan menetapkan kata-kata, istilah, atau ungkapan tertentu dalam suatu wacana secara tepat, atau mempergunakan kata-kata tersebut untuk menghasilkan wacana. Untuk dapat memilih dan memergunakan kata dalam suatu wacana atau untuk menghasilkan wacana secara tepat, peserta didik dituntut untuk telah memahami makna kata yang bersangkutan. Peserta didik juga dituntut untuk dapat memahami wacana secara keseluruhan atau mampu menghasilkan wacana yang komunikatif, dan untuk itu diperlukan pengetahuan yang memadai tentang struktur kalimat dan juga wacana secara keseluruhan. Bentuk tes dapat dibuat secara bervariasi sebagaimana dicontohkan dibawah, ·

Pada era globalisasi yang ditandai oleh adanya persaingan global yang semakin intensif dawasa ini … dan kualitas kerja harus ditingkatkan dan diutamakan.

A. Produk B. Produktif C. Produksi D. Produktivitas*)

c. Identifikasai dan pembetulan kesalahan kosakata dalam teks Untuk dapat mengerjakan tes kosakata bentuk ini, peserta didik dituntuk untuk melakukan analisis wacana tempat kata tersebut digunakan bahan yang diteskan dapat berupa penggunaan kata secara cermat dalam suatu wacana .kata –kata yang bersinomim misalnya,tidak akan memunyai kesinoniman seratus persen, tetapi ada nuansa perbedaan yang (mungkin) hanya dapat dikenali setelah dalam kaitanya dengan konteks. Dengan demikian , untuk menentukan ketepatan pengumnaan kata itu diperlukan realisis makna wacana secara keseluruhan .

2.3 Pengertian Tes Keterampilan Berbahasa Kegiatan berbahasa merupakan tindak mempergunakan bahasa secara nyata untuk maksud komunikasi. Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang pada umumnya tercermin dari kemampuan atau keterampilan berbahasanya.

Kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok, kemampuan memahami dan mempergunakan, masing-masing bersifat reseptif dan produktif. Kemampuan reseptif merupakan proses decoding, proses usaha memahami apa yang dituturkan orang lain. Sebaliknya, kemampuan produktif merupakan proses encoding, proses usaha mengomunikasikan ide, pikiran, atau perasaan melalui bentuk-bentuk kebahasaan (Harris dalam Nurgiyantoro, 2001:167).

2.4 Pengertian Tes Kompetensi Berbahasa Reseptif Dan Produktif A. Tes Kompetensi Berbahasa Reseptif 1.

Tes Kemampuan Menyimak Kegiatan berbahasa yang berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang lain melalui

sarana lisan(dan atau pendengaran) merupakan kegiatan pertama yang dilakukan manusia. a.

Persiapan khusus tes kemampuan menyimak Penggunaan media rekaman untuk pelaksanaan tes menyimak mempunyai beberapa

keuntungan dan kerugian. Keuntungan media rekaman: -

Menjamin tingginya tingkat ketepercayaan tes.

-

Memungkinkan kita untuk membandingkan prestasi antara kelas yang satu dengan yang

lain walaupun selang waktu cukup lama. -

Jika tes memiliki tingkat kesahihan dan ketepercayaan yang memadai, dapat

dipergunakan berkali-kali. -

Dalam pengajaran bahasa asing dapat untuk menggantikan kehadiran penutur asli.

-

Dapat merekam situasi-situasi tertentu pemakaian bahasa untuk dibawa ke kelas dan

karenanya bersifat pragmatic. -

Guru dapat mengontrol pelaksanaan tes dengan lebih baik, dan sebagainya.

Kelemahan media rekaman: -

Harus menyediakan perangkat kerasnya di ruang ujian.

-

Jika belum ada listrik, ujian akan lebih repot dilaksanakan.

-

Guru perlu menyiapkan sendiri program rekaman untuk latihan atau tes dalam bahasa

Indonesia karena belum banyak tersedia. b.

Bahan kebahasaan tes kemampuan menyimak

Pemilihan wacana sebagai bahan untuk tes kemampuan menyimak hendaknya juga mempertimbangkan adanya beberapa faktor. Secara umum faktor-faktor yang dimaksud tidak berbeda dengan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan tes struktur dan kosa kata. Akan tetapi, untuk tes kemampuan menyimak, pemilihan bahan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan, maupun jenis-jenis wacana. c.

Tingkatan tes kemampuan menyimak

1)

Tes kemampuan menyimak tingkat ingatan Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan sekedar menuntut siswa untuk mengingat

fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat di dalam wacana yang telah diperdengarkan sebelumnya. Fakti ini mungkin berupa nama, peristiwa, angka, tanggal, tahun, dan sebagainya. 2)

Tes kemampuan menyimak tingkat pemahaman Tes kemampuan menyimak pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk dapat memahami

wacana yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin terhadap isi wacana, hubungan antar ide, antar faktor, antar kejadian, hubungan sebab akibat, dan sebagainya. 3)

Tes kemampuan menyimak tingkat penerapan Tes pada tingkat penerapan ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kemampuan siswa

menerapkan konsep atau masalah tertentu pada situasi yang baru. 4)

Tes kemampuan menyimak tingkat analisis Tes kemampuan menyimak pada tingkat analisis pada hakikatnya juga merupakan tes untuk

memahami informasi dalam wacana yang diteskan. Akan tetapi, untuk dapat memahami informasi atau lebih tepatnya memilih alternatif jawaban yang tepat itu, siswa dituntut untuk melakukan kerja analisis. Dengan demikian, butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit daripada butir tes pada tingkat pemahaman. 2.

Tes Kemampuan Membaca Kegiatan membaca merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat reseptif kedua setelah

menyimak. Hubungan antar penutur (penulis) dengan penerima (pembaca) bersifat tidak langsung, yaitu melalui lambing tulisan. tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa memahami wacana tertulis. a.

Taksonomi Bloom untuk tugas membaca

Tujuan pengajaran biasanya dikaitkan dengan ketiga taksonomi Bloom, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tugas kognitif berupa aktivitas memahami bacaan secara tepat dan kritis, atau berupa kemampuan membaca. Tugas afektif berhubungan dengan sikap dan kemauan siswa untuk membaca, sedang tugas psikomotorik berupa aktivitas fisik siswa pada waktu membaca. b.

Bahan tes kemampuan membaca

Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu, bacaan atau wacana yang diujikan hendaklah yang mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami. Pemilihan wacana hendaklah dipertimbangkan dari segi tingkat kesulitan, panjang pendek, isi, dan jenis atau bentuk wacana. c.

Tingkatan tes kemampuan membaca

1)

Tes kemampuan membaca tingkat ingatan

Tes kemampuan membaca pada tingkat ingatan sekedar menghendaki siswa untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau konsep yang terdapat di dalam wacana yang diujikan. Oleh karena fakta, definisi, atau konsep yang terdapat di dalam wacana itu dapat ditemukan dan dibaca berkali-kali. Pada hakikatnya tes tingkat ingatan tersebut hanya sekedar mengenali, menemukan, dan memindahkan fakta yang ada pada wacana ke lembar jawaban yang dituntut. 2)

Tes kemampuan membaca tingkat pemahaman

Seperti halnya tes tingkat pemahaman pada kemampuan menyimak, tes kemampuan membaca pada tingkat pemahaman juga menuntut siswa untuk dapat memahami wacana yang dibacanya. Pemahaman yang dilakukan pun dimaksudkan untuk memahami isi bacaan, mencari hubungan antar hal, sebab akibat, perbedaan dan persamaan antar hal, dan sebagainya. 3)

Tes kemampuan membaca tingkat penerapan

Tes tingkat penerapan menghendaki siswa untuk mampu menerapkan pemahamannya pada situasi atau hal yang lain yang ada kaitannya. Siswa dituntut untuk mampu menerapkan atau memberikan contoh baru, misalnya tentang suatu konsep, pengertian, atau pandangan yang

ditunjuk dalam wacana. Kemampuan siswa memberikan contoh, demonstrasi atau hal-hal lain yang sejenis merupakan bukti bahwa siswa telah memahami isi wacana yang bersangkutan. 4)

Tes kemampuan membaca tingkat analisis

Tes kemampuan membaca pada tingkat analisis menuntut siswa untuk mampu menganalisis informasi tertentu dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi, atau membedakan pesan dan atau informasi, dan sebagainya yang sejenis. Kemampuan memahami wacana untuk tingkat analisis antara lain berupa kemampuan menentukan pikiran pokok dan pikiran-pikiran penjelas dalam sebuah alinea, menentukan kalimat yang berisi pikiran pokok, jenis alinea berdasarkan letak kalimat pokok, menunjukkan tanda penghubung antar alinea, dan sebagainya. 5)

Tes kemampuan membaca tingkat sintesis

Tes kemampuan membaca pada tingkat sintesis menuntut siswa untuk mampu menghubungkan dan atau menggeneralisasikan antara hal-hal, konsep, masalah, atau pendapat yang terdapat di dalam wacana. Tes yang diberikan menuntut kerja kognitif yang tidak sederhana, maka tidak setiap siswa mampu berpikir atau mengerjakan, tugas-tugas yang dimaksud dengan baik. 6)

Tes kemampuan membaca tingkat evaluasi

Tes kemampuan membaca pada tingkat evaluasi menuntut siswa untuk mampu memberikam penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibacanya, baik yang menyangkut isi atau permasalahan yang dikemukakan maupun cara penuturan wacana itu sendiri. Penilaian terhadap isi wacana misalnya berupa penilaian terhadap gagasan, konsep, cara pemecahan masalah, dan bahkan menemukan dan menilai bagaimana pemecahan masalah yang sebaiknya.

B. Keterampilan Berbahasa Produktif 1.

Tes kemampuan berbicara Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan

berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang bersangkutan.

a.

Bentuk-bentuk tugas kemampuan berbicara Bentuk-bentuk kemampuan berbicara yang dipilih seharusnya memungkinkan siswa

untuk tidak hanya mengucapkan kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaannya. Adapun contoh bentuk tugas kemampuan berbicara adalah pembicaraan berdasarkan gambar, wawancara, bercerita, pidato, diskusi, dan lain sebagainya. b.

Tingkatan tes kemampuan berbicara

1)

Tes kemampuan berbicara tingkat ingatan Tes kemampuan berbicara pada tingkat ingatan pada umumnya lebih bersifat teoritis,

menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas berbicara, misalnya tentang pengertian, fakta, dan sebagainya. 2)

Tes kemampuan berbicara tingkat pemahaman Seperti halnya tes ingatan, tes kemampuan berbicara tingkat pemahaman juga masih

bersifat teoritis, menanyakan masalah-masalah yang berhubungan dengan berbagai tugas berbicara. 3)

Tes kemampuan berbicara tingkat penerapan Tes kemmpuan berbicara pada tingkat penerapan tidak lagi bersifat teoritis, melainkan

menghendaki siswa untuk praktik berbicara. Tes tingkat ini menuntut siswa untuk mampu menerapkan kemampuan berbahasanya untuk berbicara dalam situasai (dan masalah) tertentu untuk keperluan berkomunikasi. Untuk mengungkapkan kemampuan berbicara siswa tingkat penerapan, kita dapat memilih pembicaraan dalam berbagai situasi (dan berbagai subjek) melalui bentuk permainan simulasi. 2.

Tes kemampuan menulis Dibandingkan tiga kemampuan bahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit

dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar

bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. a.

Menulis sebagai tugas pragmatif Tes kemampuan menulis, sebagaimana halnya dengan tes kemampuan berbicara, cukup

potensial untuk dijadikan tes yang bersifat pragmatik. Pada umumnya, aktivitas orang menghasilkan bahasa tidak semata-mata hanya bertujuan demi produktivitas bahasa itu sendiri, melainkan karena ada sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dengan kata lain, bahasa hanya merupakan sarana, dan gagasan apa yang ingin dikomunikasikan lebih penting daripada sarana bahasa itu sendiri. b.

Bentuk-bentuk tugas kemampuan menulis

1)

Tugas menyusun alinea.

2)

Menulis berdasarkan rangsang visual.

3)

Menulis berdasarkan rangsang suara.

4)

Menulis dengan rangsang buku.

5)

Menulis laporan.

6)

Menulis surat.

7)

Menulis berdasarkan tema tertentu.

c.

Teknik penilaian hasil karangan

Kategori-kategori pokok dalam penilaian meliputi: 1)

Kualitas dan ruang lingkup isi.

2)

Organisasi dan penyajian isi.

3)

Gaya dan bentuk bahasa.

4)

Mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan.

5)

Respon efektif guru terhadap karya tulis.

d.

Tingkat tes kemampuan menulis

1)

Tes kemampuan menulis tingkat ingatan Tes kemampuan menulis pada tingkat ingatan, seperti halnya tes kemampuan berbicara,

lebih bersifat teoritis. Artinya, tes lebih berhubungan dengan teori atau pengetahuan tentang menulis yang sering diajarkan sebelum siswa disuruh praktik menulis. Pengetahuan yang dimaksud misalnya yang berhubungan dengan masalah definisi, pengertian, konsep, fakta, dan istilah-istilah yang biasa ditemui dalam pelajaran menulis. 2)

Tes kemampuan menulis tingkat pemahaman Tes pada tingkat ini juga lebih bersifat teoritis, belum menugasi siswa untuk

menghasilkan karya tulis secara sungguh-sungguh. Artinya, menghasilkan karangan yang baik gagasan maupun bahasanya berasal dari siswa. Tes yang ditanyakan kepada siswa masih berkaitan dengan pengetahuan tentang seluk-beluk tugas menulis, tetapi lebih dari sekedar yang bersifat mengingat saja. 3)

Tes kemampuan menulis tingkat penerapan Tes pada tingkat ini telah menuntut siswa untuk benar-benar menghasilkan karya tulis.

Dalam tes tingkat penerapan siswa telah diminta untuk mengemukakan gagasan sendiri sekaligus dengan bahasa sebagai sarananya. 4)

Catatan tes kemampuan menulis tingkat analisis ke atas Tes kemampuan menulis pada tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi juga menghendaki

siswa untuk prktik menghasilkan karya tulis. Pemberian tugas menulis tentu saja dapat dilakukan dengan memberikan penekanan pada aspek tertentu, yaitu analisis, sintesis, atau evaluasi. Jika penekanan pada tingkat analisis, tugas yang diberikan hendaklah yang lebih banyak memaksa siswa untuk menganalisis suatu kasus atau masalah. Demikian juga dengan penekanan pada tingkat sintesis dan evaluasi.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Tes kompetensi kebahasaan adalah tes yang dimaksudkan untuk menggungkap pengetahuan kebahasaan siswa. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tes struktur dan tes kosakata. Kedua aspek ini adalah prasyarat untuk melakukan kegiatan berbahasa. 1) Tes Struktur Tata Bahasa 2) Tes Kosakata Kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok, kemampuan memahami dan mempergunakan, masing-masing bersifat reseptif dan produktif. 1) Tes Kemampuan Reseptif Kemampuan reseptif terdiri dari dua macam kemampuan berbahasa, yaitu kemampuan membaca dan menyimak. Tes kemampuan reseptif umumnya menuntut siswa untuk memahami secara kritis informasi yang disampaikan dalam suatu wacana tertentu. 2) Tes Kemampuan Produktif Kemampuan produktif terdiri dari dua macam kemampuan berbahasa, yaitu kemampuan berbicara dan kemampuan menulis. Masalah kelancaran dan ketepatan bahasa serta kejelasan pikiran merupakan hal yang sering diteskan dalam kegiatan berbicara. Tes keterampilan menulis pun akan berkisar pada ketepatan bahasa yang dipergunakan dan kejelasan pikiran yang dikemukakan.

3.2 Saran Dengan mengetahui tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan evaluasi, diharapkan para guru atau yang menjadi evaluator untuk senantiasa mengikuti prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran. Dengan prosedur yang sudah ditetapkan akan melahirkan kualitas evaluasi yang dapat mendorong mutu pendidikan kita.

DAFTAR PUSTAKA Ariani, Farida. 2006. Keterampilan Menyimak. Depdiknas Ditjen PMPTK PPPG Bahasa. Tarigan, Henry Guntur. 1987. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tersedia : https://www.rijalakbar.id/2020/06/tes-kemampuan-berbahasa-pengertian-dan.html. Diakses tanggal 29 September 2020 Tersedia : http://richaoktavianis.blogspot.com/2015/12/jenis-jenis-tes-kebahasaan-dan.html. Diakses 29 September 2020