30 1 237KB
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIARE AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT HERMINA DAAN MOGOT
DISUSUN OLEH: ANGGIT HERNANI M. TOBRONI ARI Y
(RUMAH SAKIT HERMINA KEMAYORAN) (RUMAH SAKIT HERMINA CIPUTAT )
DIKLAT GADAR III HERMINA HOSPITAL GROUP 2020
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................1 PENDAHULUAN................................................................................................................................1 A.
Latar Belakang....................................................................................................................1
B.
Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................3 KONSEP DASAR................................................................................................................................3 A.
MEDIS.................................................................................................................................3 1.
Definisi.............................................................................................................................3
2.
Etiologi.............................................................................................................................3
3.
Tanda dan gejala/ gejala klinis........................................................................................6
4.
Pemeriksaan penunjang...................................................................................................6
5.
Patofisiologi......................................................................................................................7
6.
Penatalaksanaan medis..................................................................................................10
b.
Penatalaksanaan Keperawatan.....................................................................................11
7.
Komplikasi.....................................................................................................................11
8.
Klasifikasi.......................................................................................................................12
B.
KEPERAWATAN.............................................................................................................14 1.
Pengkajian......................................................................................................................14
2.
Masalah / diagnose keperawatan berdasarkan patoflow teory.....................................16
3.
Rencana tindakan dan Rasional....................................................................................17
BAB III...............................................................................................................................................21 LAPORAN KASUS...........................................................................................................................21 1.
Pengkajian......................................................................................................................21
2.
Diagnosa Keperawatan..................................................................................................25
3.
Rencana Keperawatan...................................................................................................27
4.
Implementasi Keperawatan...........................................................................................30
5.
Evaluasi..........................................................................................................................31
BAB IV...............................................................................................................................................33 PEMBAHASAN.................................................................................................................................33 BAB V.................................................................................................................................................35 PENUTUP..........................................................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di berbagai Negara (Widoyon, 2011). Diare dapat menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan mengalami diare, karena system pertahanan tubuh anak belum sempurna (Soedjas, 2011). World Health Organization (WHO) (2012), menyatakan bahwa diare merupakan 10 penyakit penyebab kematian. Tahun 2012 terjadi 1,5 juta kematian akibat diare. Sepanjang tahun 2012, terdapat sekitar 5 juta bayi meninggal pada tahun pertama kematian. Kematian tersebut disebabkan karena pneumonia (18%), komplikasi kelahiran praternum (14%) dan diare (12%). Hasil RISKESDAS (2013), menyatakan bahwa insiden diare pada anak di Indonesia adalah 6,7%. Lima propinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), Perempuan (4,9%). Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit diare pada balita adalah kelompok umur 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06% (Kemenkes, 2011). Adapun data dari medical record rumah sakit hermina daan mogot pada triwulan III tahun 2019 menujukan angka kejadian diare akut pada bulan juli 2019 terdapat angka kejadian diare akut sebanyak 160 menduduki peringkat ke tiga dari 20 angka kejadian penyakit terbesar. B. Tujuan Adapun tujuuan penulisan laporan ini antara lain: a) Mampu menjelaskan definisi diare
1
b) Mampu menjelaskan etiologi diare
2
2
c) Mampu menjelaskan patofisiologi dan phatway diare d) Mampu menjelaskan manifestasi klinis dari diare e) Mampu menjelaskan penatalaksanaan diare f) Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari diare g) Mampu menjelaskan komplikasi diare h) Mampu
memahami,
menjelaskandan
keperawatan pada pasien dengan diare.
melaksankan
asuhan
BAB II KONSEP DASAR A. MEDIS 1. Definisi Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Riskesdas, 2013). Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).WHO (2010), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama kurang lebih 14 hari. Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri ayuambarwati, 2013). Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai dengan output yang melebihi intake sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang ( syaifudin, 2010).
2. Etiologi Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena denga
sebutan
penyakit
diare
akan
mempercepat
15
tindakan
penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. Faktor penyebab diare, antara lain : a.
Factor Infeksi
3
4
a) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut : -
Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
-
Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Polomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astovirus, dan lain-lain.
- Infeksi
parasite
:
cacing
(Ascaris,
Trichuris,
Oxyuris,
Strongyloides);protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas homini);jamur (Candida albicans). b)
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Factor malabsorbsi -
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
-
Malabsorbsi lemak.
-
Malabsorbsi protein.
c.
Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare, yaitu:
Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama
Menggunakan botol susu
Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar
Air minum tercemar dengan bakteri tinja
Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum menjamaah makanan.(Ngastiyah, 2014)
Menurut Wong (2010) penyebab infeksi dari diare akut yaitu : 1) Agens virus
5
a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (380C atau lebih tinggi), nausea atau Vomitus, nteri abdomen, disertai infeksi saluran pernafasan atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun. b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air ditempat rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usian dan dapat sembuh sendiri dalam wakru 2-3 hari. 2) Agens bacteri a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada strainnya. Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen, demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan darah atau mucus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar individu, disebabkan karena daging yang kurang matang, pemberian ASI tidak ekslusif. b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk
gastroenteritis.
Gejalanya
bervariasi,
anak
bisa
mengalami 17 nausea atau vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltic hiperaktif, nyeri tekan ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan
oleh
makanan
dan
minuman
yang
sudah
terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung dan lainnya. 3) Keracunan Makanan a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau makanan yang disimpan dilemari es seperti pudding, mayones, makanan yang berlapis krim. b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan
6
intensitas yang sedang dan berat. Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering adalah daging dan unggas. c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam. 3. Tanda dan gejala/ gejala klinis 1) Mula-mula
anak/bayi
cengeng
gelisah,
suhu
tubuh
mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang. 2) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, 3) Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. 4) Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat. 5)
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6) Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik. 7) Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). 8) Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul). - Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan tinja - Makroskopis dan mikroskopis - PH dan kadar gula dalam tinja Bila perlu diadakan uji bakteri. 4. Pemeriksaan penunjang 1) Test Diagnostik a. Pemeriksaan tinja b. Markoskopik dan mikroskopik c. Ph dan kadar gula tinja d. Biakan dan resistensi feces (color )
7
2) Analisa
gas
darah
apabila
didapatkan
tanda-tanda
gangguan
keseimbangan asam basa (pernafasan kusmaul) 3) Pemeriksaan kadar ureum kreatif untuk mengetahui faal ginjal 4) Pemeriksaa elektrolitterutama kadar Na,K,Kalsium dan fosfat
5. Patofisiologi Hidayat (2012), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan factor diantaranya : a.
Factor infeksi
Virus Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa 18 yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri virus akan menyebabkan system transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
Bakteri Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus, yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.colli. diare ini bersifat self- limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan,
8
setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013). b.
Factor malabsorbsi
Gangguan Osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotic usus Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkatkan menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
Gangguan
motilitas
usus,
hiperperistaltik
akan
mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat di sebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa dapat menyebabkan dehidrasi.
9 phatoflow bakteri, virus, parasit, makanan
masuk dalam tubuh
merangsang/menstimulasi dinding usus halus
hiperperistaltik
penyerapan makanan air elektrolit terganggu
Diare /gangguan defekasi
kehilangan cairan & elektrolit pengeluaran substansi nutrien bersama feses
Kurang volume cairan
sering defekasi pengeluaran asam lakuar ber berlebihan
Dehidrasi Hipoglikemi & gangguan zat gizi
Sirkulasi darah menurun Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Syok hipovolemik Meninggal
Merangsang hipotalamus
Hipertermi
iritasi kulit daerah anal
Kerusakan integritas kulit
10
6. Penatalaksanaan medis a. Penatalaksanaan Medis a)
Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu diperhatikan.
1) Jenis cairan
Oral : Pedialyte atau oralit, Ricelyte
Parenteral : NaCl, Isotonic, infuse
2) Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan. 3) Jalan masuk atau cairan pemeberian
Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL, dan glukosa.
Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
4) Jadwal pemberian cairan Diberikan 2 jam pertama,selajutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk menghitung keburtuhan cairan.
Identifikasi penyebab diare
Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi usus, antimetik.
b) Pengobatan dietetic Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah adan asam lemak tidak jenuh, misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya).
11
Makan setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditermukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh (Ngastiyah, 2014).
b. Penatalaksanaan Keperawatan 1) Bila dehidrasi masih ringan berikan minum sebanyakbanyaknya, 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). 2) Pada dehidrasi berat Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan. 7. Komplikasi Menurut Suharyono dalam (Nursalam, 2010) komplikas yang dapat terjadi dari diare akut maupun kronis yaitu : 1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa karena, kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pencernaan dalam waktu yang terlalu lama. Selain itu makanna diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik sehingga terjadi hiperperistaltik. 2) Gangguan sirkulasi
12
Akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat perfusi jaringan yang kurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong maka penderita meninggal. 3) Hiponatremia Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung
sedikit
garam,
sehingga
dapat
menyebabkan hiponatremi. 8. Klasifikasi Menurut WHO (2010) diare dapat diklasifikasikan menjadi :
Diare akut Diare akut biasanya sembuh sendiri lamanya kurang dari 14 hari dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi terjadi.
Diare kronis Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi atau kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari.
Diare intraktabel Yaitu
diare
yang
membandel
pada
bayi
yang
merupakan sindrom pada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya
mikroorganisme
pathogen
sebagai
penyebabnya dan bersifat resisten.
Diare kronis nonspesifik Pada umumnya diare lamanya hampir 2 minggu atau lebih. Anak- anak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya setra tidak tampak infeksi.
13
Klasifikasi dehidrasi berdasarkan klasifikasi dehidrasi who maka dehidrasi dibagi menjadi tiga: 1. Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5% dari berat badan) Gejala: -
muka memerah
-
Rasa sangat haus
-
Kulit kering dan pecah-pecah
-
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
-
Pusing dan lemah
-
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
-
Kelenjar airmata berkurang kelembapanya
-
Sering mengantuk
-
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
2. Dehidrasi sedang ( jika penurunan cairan tubuh antara 5-10% dari berat badan) Gejala -
Gelisah, cengeng
-
Kehausan
-
Mata cekung
-
Kulit keriput misalnya kita cubit kulit dinding perut,kulit tidak segera kembali keposisi semula
-
Tekanan darah menurun
-
Pingsan
-
Kontraksi kuat pada otot lengan,kaki,perut,dan punggung
-
Kejang
-
Perut kembung
-
Gagal jantung
-
Ubun-ubun cekung
-
Denyut nadi cepat dan lemah
3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10% berat badan) Gejala: -
Bab cair terusmenerus
-
Muntah terus-menerus
14
-
Kesadaran menurun,lemas luarbiasa dan terus mengantuk
-
Tidak bisa minum, tidak mau makan
-
Mata cekung,bibir kering dan biru
-
Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
-
Kesadaran berkurang
-
Tidak buang air kecil
-
Tangan dan kaki dingin dan lebam
-
Nadi semakin cepat dan lemah sehingga tidak teraba
-
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat di ukur
-
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
-
Tidak kencing 6 jam atau lebih
-
Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
B. KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas klien b. Identitas orang tua c. Identitas saudara kandung Keluhan utama a. Riwayat kesehatan b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan masa lalu (Khusus anak usia 0-5 tahun) 1) Pre natal care 2) Natal 3) Post natal a) Riwayat kesehatan keluarga b) Riwayat imunisasi c) Riwayat tumbuh kembang a. Pertumbuhan fisik b. Perkembangan tiap tahap d) Riwayat nutrisi a. Pemberian ASI b. Pemberian susu formula
15
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usai sampai nutrisi saat ini e) Riwayat psichososial a. Tempat tinggal b. Lingkungan rumah c. Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain d. Hubungan antara anggota keluarga e. Pengasuh anak f) Riwayat spritural a. Support system dalam keluarga b. Kegiatan keagamaan g) Reaksi hipotalisasi a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap b. Pemahan anak tentang sakit dan rawat inap h) Aktivitas sehari-hari a. Nutrisi sebelum sakit dan saat sakit b. Cairan sebelum sakit dan saat sakit c. Eliminasi
BAB, sebelum sakit dan saat sakit
BAK, sebelum sakit dan saat sakit
d. Istirahat / tidur, sebelum sesudah sakit dan saat sakit e. Olahraga f. Personal hygiene, sebelum sesudah sakit dan saat sakit g. Aktivitas / mobilitas fisik i) Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum klien 2) Tanda-tanda vital 3) Antropometri 4) Sistem pernapasan 5) Sistem kardiovaskuler 6) Sistem pencernaan 7) Sistem indra (mata,mulut,hidung)
16
8) Sistem saraf
Fungsi cerebra
Fungsi cranial : nervus 1 sampai nervus 12
Fungsi motorik
Fungsi sensori
Reflex bisep
9) Sistem muskulo skeletal Kepala, vertebra, pelvis, lutut, kaki dan tangan 10) Sistem integument Rambut, kulit, kuku 11) Sistem endokrin Kelenjar thyroid dan eksreasi urine 12) Sistem perkemihan 13) Sistem reproduksi 14) Sistem imunisasi Riwayat alergi j) Pemeriksaan tingkat perkembangan
0–6 Dengan menggunakan DSST
-
Motorik dasar
-
Motorik halus
-
Bahasa
-
Personal sosial
6 tahun keatas -
Perkembangan kongnitif
-
Perkembangan psikosexsual
-
Perkembangan psicososial
2. Masalah / diagnose keperawatan berdasarkan patoflow teory 1.
Syok hipovolemik b.d kehilangan cairan elektrolit
2.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
17
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan
4.
Kerusakan integritas kulit b.d buang air besar sering.
5.
Hipertermi b.d dehidrasi
3. Rencana tindakan dan Rasional NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWAT AN Syok hipovolemik b.d kehilangan cairan elektrolit
TUJUAN DAN KRITERA HASIL Setelah diberikan
INTERVENSI 1. Monitor tanda
RASIONAL 1.
Tanda
asuhan keperawatan
inadekuat
inadekuatnya
selama 3x24 jam
oksigenasi
oksigenasi
diharapkan tidak
jaringan
jaringan
terjadi syok pada pasien dengan kriteria Hasil: -
Nadi dalam batas yang di
-
2. Monitor suhu,
merupakan
nadi, dan
komponen utama
pernafasan
diketahuinya syok
3. Monitor tanda
2.
dan gejala asites
nadidan
4. Berikan cairan
pernafasan
harapkan
intravena atau
merupakan
rama jantung
oral yang tepat
komponen utama diketahuinya syok
dalam batas 3.
yang di
mengakibatkan
Frekuensi nafas
syok karena
dalam batas
kelebihan cairan
yang di
4.
harapkan -
Tanda dan gejala acites akan
harapkan -
Perubahan suhu
Mencegah terjadinya syok
Irama nafas
dalam masa
dalam batas
perawatan.
yang di harapkan 2.
Kekurangan
Setelah dilakukan
1. Monitor BAB
1.
Indikator berat
18
volume cairan berhubungan dengan penyerapan makanan air dan elektrolit terganggu
tindakan keperawatan
(volume, warna,
ringannya
3x 24 jam di harapkan
frekuensi,konsis
penyakit dan
pasien tidak
tensi) ada lendir
menentukan
kekurangan cairan
pus atau nanah
intervensi
dengan
2. Monitor intake
kriteria hasil :
dan output
-.mempertahankan
pasien
urine output sesuai
3. Kaji status
dengan usia dan bb, bj urin normal ht normal -.tekanan
perikutnya 2.
keseimbangan cairan dan
hidrasi anak
elektrolit serta
4. Monitor serum elektrolit
Indikator untuk
hidrasi 3.
5. Berikan cairan
atasiatTerapi yang tidak adekuat
darah,nadi,suhutubuh
intravena sesuai
mengakibatkan
dalam batas normal
instruksi
dehidrasi tidak
-.tidak ada tanda-
teratasi atau justru
tanda
terjadi overload
dehidrasi,elastisitas
4.
deteksi dini
turgor kulit
adanya asidosis
baik,membran
atau
mukosa lembab,tidak
ketidakseimbanga
ada rasa haus yang
n elektrolit
berlebihan
5.
cairan intravena untuk mengganti cairan yang keluar akibat diare
3.
Ketidakseimban gan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan
Setelah dilakukan
1. Kaji dan catat
1.
Saluran cerna pos
tindakan keperawatan
feses anak untuk
infeksi yang
3x 24jam diharapkan
menentukan diit
sudah baik dapat
nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil -adanya peningkatan
2. Timbang BB
dilihat dalam
tiap hari 3. Libatkan keluarga dalam
perubahan feses 2.
Indikator terpenuhinya
19
program berat badan sesuai tujuan
perawatan
kebutuhan anak 3.
4. Kolaborasi
tua akan
- berat badab ideal
dengan Ahli
meningkatkan
sesuai tinggi badan
Gizi
rasa aman pada
- mampu
anak
mengidentifikasi
4.
Kerusakan integritas kulit b.d bab sering
Kehadiran orang
4.
Pemberian diit
kebutuhan nutrisi
atau nutrisi yang
- tidak ada tanda-
cepat
tanda malnutrisi
mempercepat
- tidak terjadi
proses
penurunan berat
penyembuhan
badan yang berarti. Setelah dilakukan
anak Area ini
1. Observasi
1.
tindakan keperawatan
kemerahan atau
meningkatkan
3x 24jam di harapkan
pucat
resiko untuk
Pasien tidak terjadi
2. Gunakan krim
kerusakan dan
infeksi dengan riteria
kulit 2 kali
memerlukan
hasil
sehari
pengobatan lebih
-integritas kulit yang
3. Diskusikan
intensif
baik bisa di
pentingnya
pertahankan
perubahan
sirkulasi pada
(sensasi,elastisitas,te
posisi untuk
kulit
mpratur,hidrasi,
mempertahanka
pigmentasi)
n aktivitas
sirkulasi dan
4. Hindari kerutan
perfusi kulit
-Tidak ada luka pada lesi atau kulit
2.
3.
dari tempat tidur
Melicinkan
Meningkatkan
dengan mencegah
Perfusi jaringan baik
tekanan lama
-Menunjukan
pada jaringan
pemahaman dalam
4.
Menghindari
proses perbaikan kulit
terjadinya luka
dan mencegah
atau lesi pada
terjadinya cidera
kulit
-Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
20
kelembaban kulit dan perawatan alami
5.
Hipertermi b.d dehidrasi
Setelah dilakukan
1. Monitor suhu
1.
Suhu yang tinggi
dtindakan keprarwtan
sesering
indikator adanya
3x 24 jam pasien
mungkin
infeksi
tidak mengalami
2. Periksa feses
hipertermi dengan kriteria hasil
2.
kultur
Mengetahui penyebab
3. Libatkan
penyakit dan
-.suhu 36-37 derajat
keluarga dalam
landasan terapi
celsius
penanganan
yang tepat
- nadi dan respirasi
hipertermi
3.
Membantu
dalam rentang normal 4. Kolaborasi
menurunkan suhu
-tidak ada perubahan
dalam
dengan cara
warna kulit dan tidak
pemberian
kompres hangat
ada pusing,merasa
antipiretik
nyaman
4.
Antipiretik mempengaruhi hipotalamus sebagai pusat pengaturan suhu tubuh
BAB III LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA AN. A DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT DI IGD RS HERMINA DAAN MOGOT
1. Pengkajian Tanggal Pengkajian
: 15/01/2020
Jam Datang
: 07.30WIB
A. Identitas Pasien Nama pasien
: AN. A
No CM
: E434837
Tanggal Lahir / Usia
: 14 Agustus 2019 / 5 bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl. Bojong RT 06/RW 04
Agama
: Islam
Pendidikan
:-
Status
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Belum Bekerja
Jaminan
: BPJS Kelas PBI
Nama Penanggung Jawab
: Tn. M
Hubungan dengan pasien
: Ayah
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Swasta
No Telepon/HP
: 081932***
Diagnosa Medis
: Diare Akut Dehidrasi Berat Kejang Demam Sederhana
Diagnosa Differential
:-
DPJP
: dr. N SpA
Level Triage
:I
Label Triage
: Merah (Hemodinamik tidak stabil)
Cara datang
: diantar keluarga dan di gendong 21
22
B. Anamnesa Data subjektif: Autoanamnesa & Alloanamnesa 1) Keluhan: Orang tua mengatakan anaknya BAB cair 2) Riwayat penyakit sekarang: Orang tua mengatakan anak kejang kurang lebih 2 menit di rumah, BAB cair sejak kemarin pagi lebih dari 20 kali. Ampas (-) Lendir (-) darah (-) warna kuning. Demam sejak kemarin pagi, suhu di rumah tidak di ukur. Minum susah, muntah (-). 3) Riwayat penyakit dahulu: Tidak ada 4) Riwayat Allergi : Tidak ada C. Pemeriksaan Fisik Data Objektif 1) Keadaan Umum : Berat 2) Kesadaran: Composmentis, GCS: E4M6V3 3) Tanda-tanda Vital: TD: -, N: 168x/menit teraba kuat, RR: 56x/menit SpO 2 9697% dengan oksigen 1lpm, Suhu: 41,20C, CRT>2dtk 4) Antropometri: BB: 4,6Kg, TB: tidak diukur, LP: tidak diukur 5) Nilai nyeri: Tidak ada 6) Nilai assessmen risiko jatuh dengan Humpty Dumpty: skor tinggi (19), penatalaksanaan dengan edukasi keluarga pasien dan pemasangan pita/gelang kuning dan mnggunakan baby save. 7) Screening Gizi Pasien Anak oleh perawat: Risiko malnutrisi Anak (STRONG): Rendah Pemeriksaan Head To Toe & sistem fungsional: a. Sistem Saraf Pusat Kepala: Bentuk Cephal, tampak datar, ubun-ubun cekung Mata : isokor 3mm kiri dan kanan, reflex cahaya +/+, konjunctiva tidak anemis, sclera tidak tampak ikterik, terlihat cekung Hidung: tampak simetris, terpasang selang Nasal kanul. Mulut : Membran mukosa kering Telinga: TAK Wajah: TAK Leher : Tidak ada peningkatan JVP
23
b. Sistem Pernafasan Inspeksi
: gerakan simetris, pernafasan dada, sesak nafas tidak ada
Auskultasi
: suara nafas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Perkusi
: sonor
Palpasi
: TAK
c. Sistem Kardiovaskuler Inspeksi
: Tidak tampak sianosis
Auskultasi
: Bunyi jantung S1/S2 normal, regular
Perkusi
: Pekak
Palpasi
: Akral dingin, Nadi kuat, CRT > 2dtk
d. Sistem Pencernaan Inspeksi
: Umbilical simetris
Auskultasi
: Bising usus (+) meningkat
Perkusi
: Hipertimpani
Palpasi
: Supel, tidak ada nyeri tekan epigastrium
e. Sistem Genitourinari kandung kemih teraba penuh, alat genital tampak kemerahan, terpasang cateter urin, produksi urin + (1cc) f. Sistem Integumen Turgor kuit tidak elastis g. Sistem Muskuloskeletal Pasien baru bisa tengkurap Kekuatan otot: Baik D. Pemeriksaan Penunjang a. Hasil Laboratorium Tanggal/Jam Periksa: 15 Januari 2020/ 07.40WIB PEMERIKSAAN Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Gds Natrium Kalium Clorida
HASIL 10,0 31,3 34.070 434.000 57 160 4,7 138
NILAI NORMAL 10,8 – 15,6 33,0 – 45,0 4.500 – 13.500 184.000 – 488.000 135,00 – 147, 00 3,50 – 5, 00 94,00 - 111,00
SATUAN g/dl % /ul /ul mg/dl Mmol/L Mmol/L Mmol/L
24
b. Hasil Radiologi Tanggal/Jam Periksa: 15 januari 2020 Rontgen Thorax
E. Terapi / Penatalaksanaan Tanggal/
Profesional
Instruksi PPA
25
Jam
Pemberi
15/01/20
Asuhan GP IGD
Pemberian Oksigen 1 lpm Nasal Kanul
08.00
(dr. M)
Pemasangan IVFD RL 30 cc/kgbb/jam (loading) kemudian lanjut 70cc/kgbb/5 jam Laboratorium: HR1, Elektrolit, GDS Rontgen Thorax Pemberian therapy Diazepam 5mg rectal Pamol Supp 62,5 mg
15/01/20
Perawat
Pasang DC Kaji k/u, kesadaran
08.00
IGD
Pasang Monitor, pantau TTV Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi adekuat (berikan oksigen 1lpm NK) Pastikan lingkungan yang nyaman Melakukan survace coolling
15/01/20
GP IGD
Kolaborasi dengan medis Konsul DPJP
08.00
(dr. M)
Instruksi : Jika dehidrasi sudah tertanggani infus maintenance IVFD Kaen 1 B 490/24jam Inj ceftriaxone 1x500mg Inj paracetamol 4x50mg Bolus D10% 10cc cek ulang lagi GDS 2 jam lagi
2. Diagnosa Keperawatan Tanggal/Jam Data 15 Januari DS: 2020/
Orang
Problem Syok tua
pasien Hipovolemik
Etiologi Kehilangan cairan dan elektrolit
26
mengatakan anak nya BAB 08.00WIB
cair dari kemarin lebih dari 20 kali. Ampas (-) lendir (-) darah (-). Terakhir BAK kemarin sore. Minum susah. DO : Ps tampak lemas, turgor kulit kembali bibir
lambat, kering,
mukosa ubun-ubun
cekung, air mata tdk ada, mata agak cowong, Nadi : 168x/menit Respirasi rate: 56x/menit
Suhu
:
41,2
celcius nadi teraba lemah dan 15
cepat Januari DS: Orang tua mengatakan Kurang volume Penyerapan
2020/
anaknya
BAB
08.00WIB
kemarin
20
Ampas(-)
cair kali
minum
dari cairan
makanan air dan
lebih,
elektrolit
susah,
terganggu
BAK terakhir kemarin sore. DO: Pasien tampak rewel, Nadi 168 x/menit Respirasi Rate 56x/menit. Terpasang Dcproduksi urin ada kurang lebih 15
1cc.
Mukosa
bibir
kering. Turgor kulit lambat Januari DS: Orang tua pasien Hipertermi
2020
mengatakan anaknya demam
08.00WIB
dari kemarin pagi DO: Pasien tampak rewel, Suhu 41,2 derajat celcius
dehidrasi
27
. Prioritas diagnosa: Dx1 Syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit Dx2 Kurang volume cairan berhubungan dengan penyerapan makanan air dan elekrolit terganggu Dx3 Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi 3. Rencana Keperawatan Tanggal/Jam
No
Diagnosa
15 Januari 20/
Dx 1
Keperawatan Hasil Syok hipovolemik Tujuan:
08.00 WIB
b.d
Tujuan dan Kriteria Intervensi Setelah 1. Kaji tanda-tanda
kehilangan dilakukan
tindakan
cairan elektrolit
keperawatan
DS:
3x24 jam diharapkan
Orang tua pasien syok
terjadinya syok
selama 2. Observasi
hipovolemik
mengatakan anak dengan criteria hasil:
keadaan umum pasien 3. monitor tanda-tanda
nya BAB cair dari 1. Nadi dalam batas
in adekuat
kemarin lebih dari
oksigenasi jaringan
yang di harapkan
20 kali. Ampas (-) 2. Irama jantung lendir (-) darah (-).
dalam batas yang
Terakhir
BAK
di harapkan
kemarin
sore. 3. Frekuensi nafas
Minum susah.
dalam batas yang
DO :
di harapkan
Ps tampak lemas, 4. Irama nafas dalam turgor
kulit
kembali
lambat,
mukosa
bibir
kering, ubun-ubun cekung, air mata tdk ada, mata agak cowong, Nadi : 168x/menit
batas yang di harapkan
4. Monitor input dan output
5. monitor fungsi renal 6. monitir tekanan nadi
7. kolaborasi dengan DPJP dalam pemberian cairan
28
Respirasi
rate:
56x/menit Suhu : 41,2 celcius nadi teraba lemah dan cepat 15 Januari 20/
2
08.00WIB
Kurang
volume Tujuan:
cairan
b.d dilakukan
penyerapan
keperawatan
Setelah tindakan selama
makanan, air dan 3x24 jam diharapkan elektrolit
volume
terganggu
terpenuhi
DS:
Orang
cairan dengan
tua kriteria hasil sebagai
mengatakan
berikut:
dari kemarin 20
dengan usia dan bb,
kali
bj urin normal ht
Ampas(-) minum
hidrasi 2. Monitor vital sign 3. Monitor
status
nutrisi 4. Libatkan orangtua dalam
pemberian
cairan oral dokter
normal
BAK 2. Tekanan
susah, terakhir
status
5. Kolaborasi dengan
anaknya BAB cair 1. Urine output sesuai lebih,
1. Monitor
kemarin
sore. DO:
Pasien
tampak
rewel,
darah,nadi,suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tandatanda
Nadi 168 x/menit
dehidrasi,elastisitas
Respirasi
turgor kulit
Rate
56x/menit.
baik,membran
Terpasang
mukosa lembab,tidak
Dcproduksi
urin
ada kurang lebih
ada rasa haus yang berlebihan
1cc. Mukosa bibir kering.
Turgor
kulit lambat 15 Januari 20/
3
Hipertermi
b.d Tujuan:
Setelah
1. Monitor suhu
29
08.00 WIB
tindakan
sesering
selama
mungkin
pasien
3x24 jam diharapkan
2. Monitor
mengatakan
pasien
dehidrasi DS:
dilakukan
Orang
anaknya
tua keperawatan
tampak
dengan kriteria hasil
Pasien sebagai berikut: rewel,
1.
Leukosit
Suhu 36-37 derajat
respirasi 3. Monitor tingkat kesadran 4. Monitor intake
celsius
Suhu 41,2 derajat celcius.
nadi dan
demam mengalami hipertermi
dari kemarin pagi DO:
tekanan darah
tidak
2.
Nadi dan respirasi
dan output 5. Berikan
dalam rentang
34.070
normal 3.
antipiretik 6. Berikan cairan
Tidak ada perubahan warna
intravena 7. Kompres pada
kulit dan tidak ada
lipatan paha
pusing,merasa nyaman
dan axila
8. Kolaborasi dengan
dokter
dalam pemberian terapi
4. Implementasi Keperawatan Tanggal/Ja
No
m 15/01/20 07. 30
Dx 1
Tindakan Keperawatan
Evaluasi/Respon
Paraf
Mengobservasi keadaan S: orang tua Br.R umum dan kesadaran pasien mengatakan anak lemas dan demam O: ku sedang-berat, kesadaran CM GCS
30
07;40
1
08:28
1,2
08:29
1
08:30
1
08:40
3
09:00
1,2
09:10
3
09:42
1,2
09.45
1,2
10:00
3
10.00
3
11.45
1,2
E4M6V5 Memonitor TTV O:, Nadi: 168x/menit, Sr. A RR: 56x/enit, Suhu 41,20C Melakukan pemasangan O : IVFD terpasang Br. R IVFD RL loading 30cc/kgbb/jam Memberikan oksigenasi O : oksigen diberikan Sr. A 1lpm dengan nasal canul via nasal canul 1lpm Memberikan stesolid 5mg O: obat stesolid Sr. A diberikan 5mg Memberikan pamol supp O: obat pamol supp di Br. R 62,5mg berikan Melakukan pemasangan O: kateter terpasang Sr. A cateter produksi urin kurang lebih 1cc Melibatkan orang tua dalam O : pasien dilakukan Br. R melakukan survas cooling survascolling di bantu orang tua Memberikan IVFD RL O : infus terpasang Sr. A 70cc/kgbb/5 jam Memberikan bolus D10 % O : diberikan D10% 10cc melalui intravena Mengobsevasi KU dan TTV O : S: 37,9 derajat Br. R celsius Nadi 133x/menit Rr 43x/menit Memberikan obat ceftriaxon O : obat di berikan via Br. R 500mg intravena Melakukan cek GDS ulang O: melakukan GDS ulang hasil 79
5. Evaluasi Tanggal/Ja
No
Evaluasi (SOAP)
m 15/01/20
Dx 1
S: Orang tua pasien mengatakan anaknya masih BAB Sr. A
12.00 WIB
cair O: pasien tampak lemah, BAB cair masih, ampas (-) darah (-) lendir (-) muntah (-) Nadi 133x/menit Rr
Paraf
31
43x/menit mata cekung, produksi urin sedikit. Air mata ada A: syok hipovolemi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan: 1. Kaji tanda-tanda terjadinya syok 2. Observasi keadaan umum pasien 3. Observasi inputdan output 4. Monitor TTV tiap 1-2jam 5. Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian 2
cairan S: Orang tua mengatakan anaknya belum mau minum Br. R O:pasien tampak lemah, Nadi 133x/menit Respirasi Rate 43x/menit. Terpasang Dc produksi urin ada kurang lebih 50cc. Mukosa bibir kering. Turgor kulit lambat A: kurang volume cairan belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan! 1. Evaluasi input dan output 2. Observasi tanda-tanda dehidrasi 3. Libatkan orangtua dalam pemberian nutrisi peroral 4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
15/01/2020 12:00
3
S: orangtua mengatakan anaknya sudah tidak demam O: pasien tampak lemah, S 37,9 derajat celcius, A: Hipertermi belum teratasi P: Intervensi lanjutkan! 1. Observasi keadaan umum pasien 2. Observasi tanda-tanda vital pasien
Sr. A
32
3. Libatkan keluarga dalam melakukan kompres hangat saat demam 4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian Dalam melakukan pengkajian sebagian besar teori dan kasus hampir sama karena acuan kasus adalah teori di lapangan. Terutama tanda dan gejala yang ditemukan ada beberapa yang sama dengan yang ditemukan di teori seperti sering buang air besar dengan konsistensi cair. Selain itu terdapat pula tanda-tanda dehidrasi pada pasien yang kami ambil untuk laporan kasus ini seperti elastisitas kulit menurun, ubun-ubun cekung, mata cekung, membran mukosa kering dan pasien belum BAK secara spontan lebih dari 6 jam. Menurut teori yang kita gunakan sebagai acuan diare disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, virus, atau parasit pada pasien yang kami ambil sebagai kasus terdapat tanda adanya infeksi seperti pasien demam dan di lihat dari hasil leukosit yang meningkat yaitu 34.070 yang di ambil dari sampel darah. Untuk pemeriksaan feses sendiri belum bisa dilakukan dikarenakan bahan sampel yang digunakan belum didapat. 2. Diagnosa Setelah melaukan Asuhan Keperawatan kepada pasien, kami menemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncu pada pasien An. A dengan membandingkan teori: 1. Syok hipovolemik berhubungan dengan
kehilangan cairan dan elektrolit.
Diagnosa tersebut ditegakkan karena pasien mengeluh BAB cair > dari 20 kali tidak ada ampas, Nadi 168x/menit RR 56x/menit, belum BAK lebih dari 6 jam pasien juga tidak mau minum. Dengan kehilangan cairan sehingga menyebabkan pasien kehilangan elekrolit di dalam tubuhnya sehingga pasien dapat dehidrasi yang akan menggangu sirkulasi darah. 2. Kurang volume cairan berhubungan dengan penyerapan makanan air dan elekrolit terganggu. Diagnosa tersebut ditegakkan karena orang tua pasien mengeluh anaknya tidak mau minum dan belum BAK. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik di dapatkan pasien tampak lemas, ubun-ubun cekung, mata cekung, air mata tidak ada, BAK 33
34
keluar setelah dilakukan pemasangan DC. Diare yang berlebih dan kurangnya asupan nutrisi dapat menyebabkan kehilangan cairan yang di butuhkan oleh tubuh. 3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi Diagnosa tewrsebut ditegakkan karena orangtua mengatakan anaknya demam namun di rumah belum sempat di ukur dengan termometer. Saat sampai di IGD pasien demam hingga 41,2 derajat celcius. Hipertermi dapat terjadi saat tubuh kekurangan cairan. 3. Perencanaan Setelah diagnose ditegakkan maka diperlukannya lagi rencana keperawatan. kegiatan perencanaan ini meliputi memperioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta rencana tindakan dalam perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. 4. Penatalaksanaan Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada kasus ini, tidak semua rencana keperawatan yang disusun dapat terlaksana semua karena tindakan yang dilakukan di IGD hanya bersifat gawat darurat saja dan dikarenakan keterbatasan waktu, implementasi dilanjutkan oleh perawat ruangan. 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai seluruh hasil implementasi yang telah dilaksanakan. Perumusan masalah pada kasus pasien An. A yang dilakukan intervensi dan implementasi. Pada ketiga diagnose yang ditemukan belum teratasi dan masih harus melanjutkan intervensi atau juga merevaluasi ulang tindakan dan perencanaan yang telah dilakukan pada pasien. Tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi secara sumatif dan evaluasi formatif.
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Riskesdas, 2013). Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di berbagai Negara (Widoyon, 2011). Diare dapat menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan mengalami diare, karena system pertahanan tubuh anak belum sempurna (Soedjas, 2011). 2. Saran A. Untuk perawat : Perlunya diadakan seminar mengenai penanganan pada pasien diare untuk menambah wawasan perawat semakin bertambah mengenai penanganan pada psien diare. B. Untuk rumah sakit : Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan dan perawatan yang tepat pada pasien dengan kasus diare pada anak dengan tindakan yang efektif untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
35
DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI, (2011). Buletin data dan kesehatan : Situasi Diare Di Indonesia, Jakarta : Kemenkes Wong Donna L. (2010) Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC : Jakarta. Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta. Hidayat (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika