Askep Ketidakberdayaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

MAKALAH DIAGNOSA GANGGUAN JIWA ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen :LinggaKusuma W, S.Kep.,Ns.,M.Kes KELOMPOK 5 ANGGOTA: 1. DonyKusuma

(1811A0005)

2. IntanPurnama Sari

(1811A0012)

3. Mei WulandariNingsih

(1811A0019)

4. Tariq Tamimi

(1811A0026)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI TAHUN AJARAN 2018/2019 1

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. .

Kediri, 06 November 2018

Penyusun,

1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………... 1 DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. 2 BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………. 3 A. Latar Belakang……………………………………………………………. 3 B. Tujuan…………………………………………………………………….. 4 BAB 2 TINJAUAN TEORI………………………………………………………….. 5 A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.

Pengertian………………………………………………………………… 5 Tanda dan gejala…………………………………………………………. 5 Faktor predisposisi dan presipitasi……………………………………….. 6 Kognitif…………………………………………………………………... 7 Afektif……………………………………………………………………. 8 Fisiologis…………………………………………………………………. 8 Perilaku…………………………………………………………………… 9 Sosial……………………………………………………………………… 9 Sumber koping……………………………………………………………. 9 Mekanisme koping……………………………………………………….. 10 1. Pohon masalah……………………………………………………….. 10 2. Tindakan keperawatan……………………………………………….. 11

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAM……………………………………………….. 14 A. Kasus terkait……………………………………………………………… 14 B. Analisa data………………………………………………………………. 19 BAB 4 PENUTUP……………………………………………………………………. 31 A. Kesimpulan……………………………………………………………….. 31 B. Saran…………………………………………………………………….... 31 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….... 32

BAB I

2

PENDAHULUAN A. Latar belakang Ketidakberdayaan merupakan kondisi ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya control personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu yang memengaruhi pandangan, tujuan, dan gaya hidup. Ketidakberdayaan adalah perasaan yang dialami semua orang dalam derajat yang berbeda pada situasi yang berlainan. Stephenson (1979) menggambarkan dua jenis ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan situasional muncul pada sebuah peristiwa spesifik

dan

mungkin

berlangsung

singkat. Ketidakberayaan

dasar

(trait

powerlessness)bersifat lebih menyebar, memengaruhi pandangan, tujuan, gaya hidup, dan hubungan. Secara klinis, diagnosis keperawatan ketidakberdayaan mungkin lebih bermanfaat jika digunakan untuk menggambarkan individu yang mengalami ketidakberdayaan dasar dibandingkan ketidakberdayaan situasional. Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia. Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang dapat menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan keinginan untuk bunuh diri. Untuk individu dengan resiko bunuh diri perawat juga harus menngunakan resiko bunuh diri. Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya. Hal ini muncul dalam berbagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang lebih sering dan lebih umum dirasakan daripada dilaporkan. Keputusasaan sering terlihat pada mereka yang cenderung kaku dan tidak fleksibel baik dalam pikiran , perasaan maupun perilaku.Keputusasaan adalah keadaan dimana seseorang atau individu tidak mampu memandang kehidupan ke arah yang lebih baik dan cenderung putusasa akan segala kemampuannya,

dan

kebanyakan Ungkapan klien mengarah ke situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa. Dari semua cobaan dan kesulitan yang kita alami di dalam hidup, mungkin yang paling berbahaya ialah keputusasaan. Terkadang pengalaman keputusasaan ini dinamakan malam yang gelap dalam jiwa kita. Bila mengalami keputusasaan kita seperti merasa bahwa semua jenis terang sirnah dan pergi, lalu kita sendiri sedang 3

berdiri di dalam kegelapan. Barangkali dapat menjadi satu penghiburan kecil kalau masing-masing dari kita menyadari dan mengakui bahwa setiap orang mengalami keputusasaan pada waktu dan tempat tertentu di dalam hidup, tanpa kecuali. B. Tujuan Tujuan umum : Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan konsep ketidakberdayaan. Tujuan khusus : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian ketidakberdayaan. 2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab ketidakberdayaan. 3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala yang ada pada pasien dengan ketidakberdayaan 4. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan medis pada pasien dengan konsep ketidakberdayaan. 5. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan konsep ketidakberdayaan.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ketidakberdayaan Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh individu baik verbal maupun non verbal. Kondisi depresi merupakan salah satu masalah yang berakibat pada konsisi psikososial dengan ketidakberdayaan. Kondisi ketidakberdayaan pada individu terjadi bila individu tidak dapat mengatasi solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Dianalisa dari proses terjadinya, ketidakberdayaan bersal dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres yang diawali dengan perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju hipotalamus, kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang akan bertanggung jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari pengaktifan sistem hipotalamus pitutary adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan, kadang berubah menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau merasa gagal terus menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada lapisan luar adrenal sehingga berpengaruh pada metabolisme glukosa, selain gangguan pada struktur otak, terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Neurotransmiter merupakan zat kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain dengan rangsang tersebut (Struart & Laraia,2005). B. Tanda dan gejala Data subyektif : a) Mengungkapkan

dengan

kata-kata

bahwa

tidak

mempunyai

kemampuan

mengendalikan atau mempengaruhi situasi. b) Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu. c) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya. d) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran. 5

e) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri. Data obyektif : a) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan. b) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan. c) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya. d) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah. e) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika mendapat perlawanan. f) Apatis dan pasif. g) Ekspresi muka murung. h) Bicara dan gerakan lambat. i) Tidak berlebihan. j) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan. k) Menghindari orang lain. C. Faktor predisposisi dan presipitasi a) Biologis 1) Adanya perubahan status kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik yang menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya: ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar). 2) Mengalamihospitalisasi. 3) Cidera fisik yang mengharuskan immobilisasi dan menyebabkan intoleransi aktivitas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (misalnya : tidak bisa berjalan pergi ke kampus untuk bimbingan skripsi, tidak bisa mengetik dengan maksimal karena tangan kanannya patah). b) Psikologis 1) Pengalaman traumatis (khususnyadalam enam bulan terakhir) : cidera fisik yang menyebabkan intoleransi aktivitas. 2) Gangguan konsep diri karena menganggap dirinya terancam oleh kegagalan dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustasi. 3) Adanya ancaman terhadap konsep diri (harga diri dan perubahan peran). 4) Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus yang ada. 5) Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang lain. 6

6) Kemampuanmengungkapkanmasalahpada orang lain. 7) Tipekepribadian yang dimiliki. 8) Adanyapengalamantidakmenyenangkan yang menyebabkan trauma 9) Motivasi: kurangnya dukungan dari orang lain. 10) Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika mengalami kegagalan (terlalu sedih). 11) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah menyerah/pesimis. 12) Persepsi individu yang buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain. 13) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi. c) Sosial budaya 1) Usia: Pada usia tersebut individu memiliki tingkat produktifitas yang tinggi, namu ketika tekanan dan fungsinya tidak terjalani maka akan memberikan dampak yang besar pada keputusan yang diambilnya. 2) Pembatasanaktifitasolehtim medis/keluargaakibatpenyakit/trauma yang diderita. 3) Kondisi pasien yang belum mampu menyelesaikan skripsinya. 4) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal dengan orang lain,(mengungkapkan respon ketidakberdayaan dengan kesulitan dalam hubungan interpersonal yang berakar dari keterbatasan fisiknya). 5) Agama dan keyakinan: kurangnya rasa percaya atas hal positif dari hikmah kejadian yang diberikan Tuhan. D. Kognitif 1) Lapang pandang menjadi sempit. 2) Kurang mampu menerimarangsang dari luar. 3) Waspadadengangejalafisiologis. 4) Bingung. 5) Takutakankonsekuensi yang abstrak. 6) Cenderungmenyalahkandiri sendiri. 7) Berfokuspadadirisendiri. 8) Kurangkonsentrasi. 9) Gangguan perhatian. 10) Mengungkapkan ketidakmampuan

karena perubahan dalam fungsi tubuh yang

mengalami gangguan. 7

11) Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian kehidupan. 12) Sulit mengambil keputusan. 13) Mengatakan takut kehilangan kontrol. E. Afektif 1) Gelisah. 2) Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi. 3) Menangis. 4) Mengalami penyesalan. 5) Merasatidakberdaya. 6) Berfokus pada diri sendiri. 7) Merasa bingung. 8) Ragu dan tidak percaya diri. 9) Merasa khawatir. 10) Cenderung menyalahkan diri sendiri. 11) Apatis. 12) Pesimis. 13) Mudah marah. F. Fisiologis 1) Tanda-tandavital :TekananDarah, Nadi, Respirasi, suhubadan. 2) Beratbadan. 3) Wajah murung dan muka berkerut. 4) Suara bergetar dan kadang melemah / pelan. 5) Gangguan pola tidur (tidur berlebihan). 6) Nafsumakanmenurun/ hilangsamasekali. 7) Simpatik: a) Anoreksia. b) Mulut kering. c) Wajah pucat. d) Nadi dan tekanan darah turun. e) Pupil menyempit. f) Lemah. g) Nafas pelan sesekali nafas dalam. 8

8) Parasimpatik: a) Nyeri kepala (pusing). b) Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi. c) Letih. d) Tidur berlebihan. e) Lesu. G. Perilaku 1) Gerakan pelan dan lemas. 2) Penurunan produktivitas. 3) Gelisah dan melihat hanya sepintas. 4) Kontak mata buruk. 5) Apatis. 6) Melamun. 7) Menunduk. 8) Memalingkan wajah. H. Sosial 1) Bicara pelan dan lirih. 2) Menarik diri dari hubungan interpersonal. 3) Kurang inisiatif. 4) Menghindari kontak sosial dengan orang lain. 5) Menunjukkan sikap apatis. I. Sumber Koping a) Personal ability 1) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan). 2) Kemampuanklienmengatasimasalah yang dirasakan (ketidakberdayaan). 3) Jenisupayaklienmengatasimasalah yang dirasakan (ketidakberdayaan). 4) Kemampuan dalam memecahkan masalah. b) Sosial support 1) Caregiver utamadalamkeluarga. 2) Kader kesehatan yang ada di lingkungantempattinggal. 9

3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan. c) Material asset 1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama proses gangguan fisiologis. 2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES. 3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi d) Positive belief 1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan: tidak ada. 2) Keyakinan dan nilai positif tentangpelayanankesehatan yang ada. J. Mekanisme Koping a. Konstruktif 1) Menilai pencapaian hidup yang realistis. 2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal. 3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami. 4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan kondisi kesehatan. b. Destruktif 1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan. 2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai. 3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami ketegangan peran, konflik peran). 4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan. 5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan diri, istirahat dan tidur dan berdandan 6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang lain). 7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. 1. PohonMasalah Kopingindividutidakefektif

10

ketidakberdayaan

Kurangpengetahuan

Diagnosa Kurang pengetahuan

Data yang telah ditemukan Klien tidak menemukan cara alternatif untuk menangani

masalahnya,

klien

mengatakan

bingung. Ketidakberdayaan

Klien

mengatakan

sepertinya

tidak

mampu

menyelesaikan skripsinya karena tidak bisa pergi bimbingan skripsi. Koping individu tidak efektif

Klien menyalahkan dirinya sendiri dan enggan bertemu dengan orang yang akan menjenguknya (membatasi hubungan interpersonal).

2. Tindakan keperawatan Klien dengan ketidakberdayaan dilakukan tindakan sesuai asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan psikososial yang dikembangkan generalis keperawatan jiwa terdiri dari dua strategi pelaksanaan: 1. Tindakan keperawatan untuk klien dengan ketidakberdayaan yaitu dengan latihan berpikir positif 2. Evaluasi ketidakberdayaan, berusaha mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan. Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada ketidakberdayaan adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji masalah ketidakberdayaan. Dalam melakukan pendekatan perawat menggunakan: a. Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan respon emosional dan menerima pasien apa adanya. 11

b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya ; rasa marah, frustasi dan simpati). c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif, beri waktu klien untuk berespon. d. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan klarifikasi. e. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol. f.

Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketidakberdayaan.

g. Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan. h. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau substitusi. i. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif. j. Evaluasi ketetapan presepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien. k. Identifikasi presepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional. l. Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya. m. Bantu untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahannya yang terjadi. n. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang ingin dicapai. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan dirinya. o. Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan. p. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika klien berhasil melakukan

kegiatan

atau

penampilan

yang

bagus.

Motivasi

untuk

mempertahankan penampilan / kegiatan tersebut. q. Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk mendapatkan tujuan yang realistis. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu. r. Bantu

klien

mengidentifikasi

area-area

situasi

kehidupan

yang

dapat

dikontrolnya. Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh klien. s. Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh klien. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan positif untk partisipasi dalam pencapaian. 12

t. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien menurunkan perasaan ketidakberdayaan. u. Dorong kemandirian, tetapi bantu klien jika tidak melakukan. v. Libatkan klien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas keperawatan. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada klien. w. Adakan suatu konferensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan mengembangkan perawatan rutin klien. Tindakan keperawatan untuk keluarga yaitu penjelasan kondisi pasien dan cara merawat serta evaluasi peran keluarga merawat pasien, dengan cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan (FIK UI-RSMM, 2012). Antara lain : a. Membina hubungan saling percaya b. Mengenali dan mengekspresikan emosinya c. Memodivikasi pola kognitif yang negatif d. Berpartisispasi dalam mengambil keputusan yang berkenan dengan perawatannya sendiri e. Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

13

A. Kasus terkait Ny. D usia 30 tahun datang ke RSJ RESPATI pada tanggal 19 november 2011, dengan wajah pasien tampak pucat, penampilan tampak lusuh dan tidak terawat, saat ditanya pasien hanya diam dengan tatapan kosong. keluarga yang mengantarkan mengatakan bahwa sudah satu bulan lebih sejak pasien ditinggal oleh tunangannya pergi dengan wanita lain,pasien hanya

mengurung diri dikamar, tidak mau

bersosialisasi dengan lingkungan terlebih dengan keluarga. keluarga juga mengatakan bahwa sebelumnya pasien pernah gagal dalam berumah tangga (bercerai) sekitar 1 tahun yang lalu dengan alasan yang sama,dan sejak gagal untuk yang ke-2 kalinya pasien putus asa dan tidak mau mengenal laki – laki lagi,pasien juga pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya.saat dilakukan pengkajian oleh perawat didapatkan hasil TB =160 cm, BB =58 kg Pengkajian Nama Perawat

: Perawat 5

Tanggal Pengkajian

: 19 november

Jam Pengkajian

: 14.00

Biodata : Pasien Nama

:Ny.D

No.Register

:098765

Agama

: islam

Pendidikan

: Smu

Status Pernikahan

: Bercerai

Umur

: 30 thn

Alamat

: Nologaten 23 A

Diagnosa Medis

: Isos, RBD,Defisit perawatan diri

14

Penanggung Jawab Nama

: Murtiyah

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Pedagang

Status Pernikahan

: Menikah

Alamat

: Nologaten

Hubungan dengan pasien

: Kakak pasien

1. Keluhan utama : 1. Alasan Masuk : Pasien dibawa ke rumah sakit karena pasien selalu mengurung diri di kamar, tidak mau bersosialisasi dan ada keinginan untuk mengakhiri hidupnya. 2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi a. Faktor predisposisi : pasien merupakan orang yang tertutup b. Faktor presipitasi :pasien putus asa dengna keadaannya yang selalu mengalami kegagalan dalam menjalin suatu hubungan 3. Fisik Kepala : rambut pasien kusut, kulit kepala kotor tidak terdapat lesi, tidak tampak hematom, tidak terdapat nyeri tekan. Mata : mata pasien tidak konjungtivitis, sayu, tidak terdapat edema, terdapat lingkaran hitam di kelopak mata bawah. Hidung : simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada gangguan penciuman Telinga : telinga pasien simetris, tampak kotor, tidak ada gangguan pendengaran Mulut : mukosa bibir klien kering, tidak terdapat stomatitis, gigi pasien kurang bersih Ekstremitas atas ka/ki : tonus otot kuat 4. Psikososial Saat dirumah pasien banyak tinggal di rumah,hanya mengurung diri dikamar, jarang melakukan aktivitas di luar rumah, bahkan pasien malas bekerja. 5. Genogram

15

Keterangan : : Perempuan. : Laki – laki. : Garis keturunan. : Tinggal dalam satu rumah. : Hubungan pernikahan. : pasien 30 tahun x

: Meninggal

Klien berusia 30 tahun, klien tinggal satu rumah dengan ayah dan ibunya.

6. Konsep diri a. Gambaran diri atau citra tubuh:pasien memandang dirinya adalah seorang wanita b. c. d. e.

yang kurang beruntung Identitas diri :pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang wanita Peran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya dulunya adalah seorang istri Ideal diri : pasien mengatakan bahwa lebih baik dia tidak mengenal laki-laki lagi Harga diri : Pasien mengatakan dirinya tidak berguna lagi,dan putus asa.

7. Hubungan sosial

16

Sebelum bercerai dan dibawa ke rumah sakit pasien adalah sosok yang tidak mudah putus asa, pasien adalah seorang istri yang sangat menyayangi keluarganya, pasien menganggap keluarganya sangat berarti baginya. Hubungan sosial pasien dengan lingkungannya sangat baik, tetapi setelah ditinggal oleh tunanganya untuk yang ke 2 kalinya pasien merasa seperti sendiri sehingga hanya mengurung diri dikamar. 8. Spiritual a. Nilai dan keyakinan b. Kegiatan ibadah

: pasien menganut agama Islam. : dulu pasien merupakan sosok yang rajin beribadah

9. Status Mental a. Penampilan

: Penampilan pasien kuang rapi, tidak terurus, tampak

lelah dan putus asa b. Pembicaraan

: pasien sering tidak focus dan melamun dengan tatapan

kosong 10. Aktivitas motorik a. Hipomotorik b. Hipermotorik c. TIK d. Agitasi

:pasien terlihat diam tidak banyak melakukan aktivitas : Tidak ada aktivitas hipermotorik yang dilakukan oleh pasien : Tidak nampak TIK pada diri pasien : pasien nampak benci dan marah karena kegagalannya dalam

e. Grimaseren

menjalin suatu hubungan. : Pasien tidak menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak

f. Tremor g. Kompulsif 11. Alam perasaan

disadari olehnya. : pasien tidak menunjukkan adanya tremor : pasien tidak menunjukkan kompulsif yang dilakukan : Pasien mengatakan sering gelisah memikikan kegagalan dalam

menjalin

suatu

hubungan,

bingung

dan

selalu

memikirkan masa lalu yang pernah di alaminya. 12. Afek Pasien menunjukkan ekspresi yang sesuai 13. Interaksi selama wawancara : Selama dilakukan wawancara pasien terlihat banyak melamun dan kurang memperhatikan. pasien sering diam dengan tatapan kosong apabila ditanya tentang masalahnya. 14. Persepsi : pasien merasa bahwa kejadian yang menimpa dirinya merupakan kesalahan dirinya. 15. Proses pikir 17

Saat dilakukan pengkajian pasien berbicara sesuai dengan parasaannya dan apa yang dirasakannya. a. Isi pikir 1) Obsesi : tidak tampak adanya keinginan yang diulang-ulang oleh pasien 2) Phobia : pasien merasa takut akan gagal dalam suatu hubungan sehingga pasien merasa putus asa 3) Waham : pasien tidak mengalami waham. 16. Tingkat kesadaran dan orientasi a. Kesadaran pasien : kesadaran pasien composmetis b. Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : orientasi pasien baik terhadap waktu, tempat dan orang 17. Memori Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek dan saat ini 18. Tingkat konsentrasi dan berhitung Saat dilakukan pengkajian klien kurang konsentrasi. 19. Daya tilik diri : pasien melihat dirinya adalah orang yang belum beruntung sehingga selalu gagal dalam suatu hubungan 20. Diagnosa medis: keputusasan 21. Program terapi obat yang diberikan : pasien diberikan obat-obat penenang ( diazepam 2mg 3x24 jam,anti depresan,halopenidol dll)

B. Analisa data ANALISA DATA No.

1.

Data fokus

Ds :

Diagnosa

keluarga yang mengantarkan mengatakan RBD

bahwa pasien pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya Do. : saat dilakukan wawancara pasien hanya diam dengan tatapan kosong

18

2.

Ds :keluarga mengatakan pasien hanya mengurung Isolasi sosial diri di kamar,tidak mau berinteraksi dengan lingkungan terlebih dengan keluarga Do : pasien tampak menarik diri dari perawat dan orang-orang yang berusaha mendekati pasien

3.

Ds : Do :

Defisit parawatan diri wajah pasien tampak pucat,penampilan

tampak lusuh dan tidak terawat

RENCANA KEPERAWATAN Tanggal/

Diagnosa

Tindakan

Rasionalisasi

Sp 1 pasien

Sp 1 pasien

jam 28/11/2010 Isolasi sosial

1. mengidentifikasi penyebab isolasi

1. Mengetahui penyebab

sosial dengan pasien

terjadinya isos 2. Agar pasien mau membuka

2. diskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3.diskusikan dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 4.mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

diri dengan lingkungan dan orang-orang disekitar pasien 3. Agar pasien tidak merasa sendiri 4. Mempermudah pasien untuk komunikasi dengan lingkungan sekitar 5. Membantu pasien

5.menganjurkan pasien memasukkan

memesukkan jadwal ke

kegiatan latihan berbincang-bincang

dalam kegiatan harian Sp 2 pasien

dengan orang lain dalam kegiatan

1. mengetahui apakah 19

harian

apsien sudah melakukan Sp 2 pasien

1. megevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. memberikan kesempatan pada

apa yang diajarkan oleh perawat 2. mengetahui sejauh mana kemampuan pasien

pasien untuk mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang 3. membantu pasien memasukkan

dalam berinteraksi dengan sekitar 3. agar pasien memasukkan

kegiatan berbincang-bincang dengan

kegiatan yang diajarkan

orang lain sebagai salah satu

dalm jadwal kegiatan

kegiatan harian Sp 3 pasien 1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian

harian. Sp 3 pasien 1. mengetahui sejauh mana kemampuan pasien

pasien 2. memberikan kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih 3. menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian Sp 1 keluarga 1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

berkomunikasi dengan sekitarnya 2. mempermudah pasien berinteraksi dengan orang lain 3. Agar pasien memasukkan kegitan yang diajarkan dalm kegiatan harian Sp 1 keluarga 1. untuk mengetahui masalah yang dirasakan keluarga

pasien 2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala 3. menjelaskan cara merawat pasien isos. Sp 2 keluarga

saat merawat pasien 2. membantu keluarga dalam memahami tanda dan gejala 3. untuk mengetahui cara merawat pasien dengan isos

1. melatih keluarga mempraktekkan

sp 2 keluarga 1. agar keluarga dapat

cara merawat pasien dengan isos 2. melatih keluarga cara merawat

melakukan dengan benar

langsung pasien isos Sp 3 keluarga

perawatan pada psien dengan isos 20

1. membantu keluarga membuat jadwal

2.agar keluarga pasien

aktivitas dirumah termasuk minum

terbiasa dan terlatih dalam

obat 2. menjelaskan follow up pasien

merawat keluarganya. Sp 3 keluarga

setelah pulang 1.

1. agar keluarga pasien dapat memberi obat dengan tepat pada pasien 2. agar keluarga pasien mengingat apa yang perlu

29/11/2010

RBD

Sp 1 pasien 1. mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien 2. mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien 3. mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri 4. melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri Sp 2 pasien 1. mengendalikan aspek positif pasien 2. mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri 3. mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga Sp 3 pasien 1. mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien 2. menilai pola koping yang biasa dilakukan 3. mengidentifikasi pola koping yang konstruktif 4. mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif 5. menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam kegiatan harian pasien Sp 4 pasien 1. membuat rencana masa depan yang

dilakukan kepada pasien Sp 1 pasien 1. mengetahui benda-benda yang dapat membahayakan pasien 2. menjauhkan benda-benda yang dapat membahayakan pasien 3. membantu pasien dalam mengendalikan dorongan untuk bunuh diri 4. membantu pasien dalam mengendalikan keinginan untuk bunuh diri sp 2 pasien 1. membantu pasien mengasah kemampuan positif yang dimilikinya 2. untuk membantu pasien agar menghilangkan pikiran untuk bunuh diri 3. membantu pasien cara menghargai diri sendiri sp 3 pasien 1. mengetahui pola koping yang bisa diterapkan pada pasien 2. menilai sejauh mana pola 21

realistis bersama pasien 2. mengidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis 3. memberi dorongan pasien melakukan kegitan dalam rangka meraih masa depan yang realistis Sp 1 keluarga 1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. menjelaskan pengartian, tanda dan gejala resiko bunuh diri dan jenis perilaku bunuh diri serta proses

koping yang dimiliki pasien 3. mengetahui pola kiping ya ng konstruktif 4. membantu pasien dalam memilih pola koping yang konstruktif 5. agar pasien mamasukkan kegiatanyang diajarkan dalam kegiatan harian sp 4 pasien 1. membantu pasien membuat rencana masa

terjadinya pada pasien 3. menjalaskan cara merawat pasien

depan yang realistis 2. mengetahui cara mencapai

dengan resiko bunuh diri sp 2 keluarga 1. melatih keluarga mempraktekkan

masa depan yang realistis 3. mendukung pasien untuk

cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri 2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien dengan resiko bunuh diri Sp 3 keluarga 1. membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat 2. mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga

meraih masa depan yang realistis sp 1 keluarga 1. agar perawat mengetahui masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. membantu keluarga dalm mengenali tanda dan gejala serta proses terjadinya RBD 3. memantu keluarga pasien cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri sp 2 keluarga 1. agar keluarga pasien dapat melakukan perawatan pada pasien secara benar 2. agar keluarga pasien terbiasa dan terlatih merawat keluarganya 22

dengan RBD sp 3 keluarga 1. agar keluarga pasien dapat memberi obat dengan tepat dan benar pada pasien 2. mempermudah keluarga dalam mencari rujukan 30/112010

Defisit perawatan diri

yang tepat pada pasien Sp 1 pasien

Sp 1 pasien 1. menjelaskan pentingnya kebersihan

1.

mengetahui

diri 2. menjelaskan cara menjaga

2.

pentingnya kebersihan diri Mengetahui cara

kebersihan diri 3. membantu pasien mempraktekkan

3.

menjaga kebersihan diri Agar pasien

cara menjaga kebersihan diri 4. menganjurkan pasien memasukkan dalam dalam jadwal kegiatan harian Sp 2 pasien 1. mengavaluasi jadwal harian pasien 2. menjelaskan cara makan yang baik 3. membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik 4. menganjurkan pasien memasukkan

mengetahui cara menjaga kebersihan diri 4. Membantu pasien memasukkan dalam jadwal harian Sp 2 pasien 1. untuk mengetahui apakah pasien sudah

dalam jadwal kegiatan harian Sp 3 pasien 1. mengevaluasi jadwal harian pasien 2. menjelaskan cara eliminasi yang baik 3. membantu pasien mempraktikkan cara eliminasi yang baik 4. menganjurkan pasien memasukkan jadwal dalam kegitan harian Sp 4 pasien 1. mengevaluasi jadwal harian pasien 2. menjelaskan cara berdandan yang baik 3. membantu pasien mempraktekkan cara berdandan yang baik 4. menganjurkan pasien memasukkan

melakukan apa yang sudah diajarkan oleh perawat 2.

mengetahui cara

makan yang baik 3. membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik 4. agar pasien memasukkan kegitan yang diajarkan oleh perawat dalam kegiatan harian sp 3 pasien 1. mengetahui sejauh

23

dalam jadwal kegiatan harian Sp 1 keluarga 1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. menjelaskan pengertian, tanda dan

mana pasien memahami apa yang diajarkan 2.

eliminasi yang baik 3. agar pasien tahu

gejala,dan jenis defisit parawatan diri 3. menjelaskan cara merawat pasien dengan DPD sp 2 keluarga 1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan DPD 2. melatih keluarga melakukan cara

perawat mengetahui cara

4.

cara eliminasi yang baik agar pasien memasukkan kegiatan yang diajarkan perawat

dalam kegiatan harian sp 4 pasien 1. mengetahui sejauh mana pemahaman pasien

merawat langsung pasien dengan

tentang apa yang

DPD

Sp 3 keluarga diajarkan oleh perawat 1. membantu keluarga membuat jadwal 2. mengetahui cara aktivitas dirumah termasuk minum obat 2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang

berdandan yang baik 3. agar pasien tahu 4.

cara berdandan yang baik agar pasien memasukkan kegiatan yang diajarkan perawat

dalam kegiatan harian sp 1 keluarga 1. mengetahui masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. membantu keluarga dalam mengenali tanda dan gejala DPD 3. membantu keluarga pasien cara merawat pasien sp 2 keluarga 1. agar keluarga dapt melakukan dengan benar cara merawat pasien 2. agar keluarga terbiasa dan 24

terlatih merawat keluarganya. Sp 3 keluarga 1. agar keluarga dapat memberi obat 2.

dengan tepat dan benar agar keluarga dapat mengingat apa yang perlu dilakukan pada pasien.

CATATAN PERKEMBANGAN Nama : ny. D

No.RM :098765

Umur :30 thn

Ruang :cempaka

Tgl

Waktu

Implementasi

1/12

09.00

Sp 1 pasien

Evaluasi S :-

Perawa t Kel.5 25

/201

1. Mengidentifikasi benda-benda

1

yang dapat membahayakan

mengendalikan keinginan bunuh

pasien O : keluarga pasien

dirinya

mengetahui benda-benda yang

O : pasien tampak mulai bisa

A : tujuan tercapai P :intervensi dihentikan

dapat membahayakan pasien S : Keluarga mengatakan sudah menjauhkan bendabenda yang dapat membahayakan pasien 2. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien S : keluarga mengetahui benda-benda yang dapat membahaykan pasien O : keluarga menjauhkan benda-benda yang dapt membahayakan pasien 3. mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri S :O : pasien tampak bisa mengendalikan dorongan 4.

bunuh dirinya melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri RS : RO : pasien tampak bisa mengendalikan keinginan

bunuh diri Sp 2 pasien 1. mengendalikan aspek positif pasien RS :RO : pasien tampak punya 26

semangat 2. mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri RS :RO :pasien tampak bisa berfikir positif trehadap dirinya 3. mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga S:O : Pasien tampak bisa menghargai diri sendiri Sp 3 pasien 1. mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien S:O : Pasien dapat menerapkan pola koping yang positif 2. menilai pola koping yang bisa dilakukan S:O : Pasien dapat melakukan koping yang bisa dilakukannya 3. mengidentifikasi pola koping yang konstruktif S:O: pasien terlihat dapat mengidentifikasi pola koping yang konstruktif 4. mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif S:O : pasien dapat memilih pola koping yang konstruktif 5. menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam kegiatan harian pasien S :27

O : Pasien dapat menerapkan pola koping yang konstruktif ke dalam kegiatan harian Sp 4 pasien 1. membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien S:O : pasien dapat membuat rencana masa depan yang realitis 2. mengidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis S:O : Pasien dapat mengidentifikasi cara mencapai masa depan yang realitis 3. memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis S :O : pasien terlihat terdorong untuk meraih masa depannya.

28

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA,2014). Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membantunya. Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia. B. Saran 1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososialkultural.

29

2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari berbagai

referensi

tentang

Asuhan

keperawatan

Pada

pasien

dengan

ketidakberdaaan. 3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah pada pasien dengan keputusasaan.

DAFTAR PUSTAKA NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC Mamnu’ah. 2017. Panduan Praktikum Keperawatan Jiwa II. Yogyakarta: UNISA Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.9. Jakarta: EGC. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390998-PR-Asep%20Hidayat.pdfAsep

Hidayat.

2014. Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan Pada Tn. H. Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2 Di Ruang Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. FK.UI.Jakarta. diakses 27 Maret 2017 Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.

30