32 1 495KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
OLEH :
GUSTI LANANG NGURAH WIRATAWAN 195140027
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA PROGRAM STUDI PROFESI NERS T.A 2020
i
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93) Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker
hati.
Masalahnya,
sebagian
besar
infeksi
hepatitis
tidak
menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan. Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
1
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169) Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi
produk
yang
abnormal
sehingga
klien
ini
haruslah
mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758) Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara
2
umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan. 1.2. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan hepatitis? 2. Apa yang dimaksud dengan epidemilogi? 3. Apa penyebab hepatitis? 4. Apa saja tanda dan gejala hepatitis 5. Apa saja pemeriksaan fisik? 6. Apa saja teraphy/tindakan penanganan yang dilakukan 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu hepatitis 2. Untuk mengetahui apa itu epidemilogi 3. Untuk mengetahui penyebab hepatitis 4. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala hepatitis 5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan fisik yang dilakukan 6. Untuk mengetahui apa saja teraphy/tindakan penangan yang dilakukan
3
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN A. Defenisi Keluarga Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012). Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. B. Struktur keluarga Struktur keluarga terdiri atas: 1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah. 2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu. 3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari istri. 4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari suami.
4
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri. Ciri-ciri struktur keluarga: 1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. 2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing. 3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing. Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga. 1. Struktur komunikasi keluarga. Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat istri marah. 2. Struktur peran keluarga. Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga. 3. Struktur nilai dan norma keluarga. Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai 5
yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. 4. Struktur kekuatan keluarga Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima (reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power). C. Tugas Keluarga Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu: 1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya 2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat 3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. 4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
6
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembagalembaga
kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada. D. Tahap perkembangan keluarga Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang waktu. Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada setiap tahapan perkembangan. 1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family). Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya. Tugas perkembangan a. Membina hubungan intim dan memuaskan. b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial. c. Mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri. 2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family). Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah: a. Persiapan menjadi orang tua
7
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan. c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai. 3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool). Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman. b. Membantu anak untuk bersosialisasi c. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi. d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan masyarakat. e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak. f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang. 4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children). Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Tugas perkembangan keluarga. a. Membantu
sosialisasi
anak
dengan
lingkungan. b. Mempertahankan keintiman pasangan.
8
tetangga,
sekolah
dan
c. Memenuhi
kebutuhan
dan
biaya
kehidupan
yang
semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah. 5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers). Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa. Tugas perkembangan a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab. b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga. c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja. 6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family). Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. b. Mempertahankan keintiman pasangan. c. Membantu orang tua memasuki masa tua. d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat. e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. 7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families). 9
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan a. Mempertahankan kesehatan. b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak- anak. c. Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya. 8. Tahap VIII keluarga usia lanjut Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal. Tugas perkembangan a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan c. d. e. f.
fisik dan pendapatan. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat. Melakukan life review. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.
Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga. Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah : 1. Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga 2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga 3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau anggota keluarga yang bermasalah. 10
E. Fungsi Keluarga Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004) 1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi: a. Sandang, Pangan dan papan b. Hubungan seksual suami istri c. Reproduksi atau pengembangan keturunan 2. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi keluarganya (istri dan anaknya). 3. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator sosial budaya bagi anak). 4. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. 5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari gangguan, ancaman
atau kondisi yang menimbulkan
ketidaknyamanan (fisik, psikologis) para anggotanya. 6. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi kenyamanan,
keceriaan,
kehangatan
dan
penuh
semangat
bagi
anggotanya 7. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.
F. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi: 1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut: a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah. b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
11
c. Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan. 2. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil: a. Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun). b. Menderita kekurangan gizi atau anemia. c. Menderita hipertensi. d. Primipara atau multipara. e. Riwayat persalinan dengan komplikasi. 3. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena: a. Lahir prematur atau BBLR. b. Lahir dengan cacat bawaan. c. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi. d. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya. 4. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga: a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan b. Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok dan tegang. c. Ada anggota keluarga yang sering sakit. d. Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan keluarga.
2.1. Konsep Dasar Penyakit 2.1.1. Definisi Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001) 2.1.2. Epidemiologi Kita mengenal beberapa macam hepatitis akut, dari hepatitis A sampai dengan C. Berhubungan dengan cepatnya perkembangan teknologi kedokteran terutama dibidang molekuler, dapat dipastikan bahwa akibat hepatitis akan segera bertambah. Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting bukan hanya di Amerika tetapi di seluruh dunia. Lebih dari 60.000 kasus dilaporkan ke pusat
12
pengawasan kesehatan di Amerika dan setiap tahun jumlahnya secara bertahap. Walaupun mortilitas dari hepatitis virus relative rendah, morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar dihubungkan dengan penyakit ini 60-90% dari kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keadaan kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang lebih 50% orang dewasa di Amerika telah memiliki antibodi terhadap virus hepatitis. Banyak orang tidak dapat mengingat kembali kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis (Brunner dkk, 2002).
2.1.3. Penyebab 1. Virus a. Hepatitis A (HAV) Dahulu disebut hepatitis infeksiosa. Penyakit ditularkan terutama melalui kontaminasi oral-fekal akibat higiene yang buruk atau makanan yang tercemar. Waktu antara pajanan dan awitan gejala untuk HAV adalah 4 dan 6 minggu. b. Hepatitis B (HBV) Kadang-kadang disebut Hepatitis serum. Penyakit ini bersifat serius dan biasanya menular melalui kontak dengan darah yang mengandung virus. Penyakit ini juga ditularkan melalui hubungan kelamin dan dapat ditemukan di dalam semen dan dalam cairan tubuh lainnya. HBV memiliki masa tunas yang lama antara 1 dan 7 bulan dengan awitan rerata 1-2 bulan c. Hepatitis C (HCV)
13
Dahulu disebut hepatits non A dan non B yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui transfusi darah. d. Hepatitis D (HDV) Disebut hepatitis Delta. Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah. e. Hepatitis E (HEV) Hepatitis virus yang terutama ditularkan melalui ingesti air yang tercemar. 2. Bakteri Beberapa
bakteri
yang
menimbulkan
hepatitis
antaranya
Salmonellatipy dan Pneumokokkus. 3. Obat-obatan yang bersifat hepatoksik Obat-obatan yang dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap sel-sel hati adalah tetrasiklin, parasetamol, karbon tetrakhloride, isoniazid, methyldopa, methotreksate, halothane. Sedangkan
obat-obatan
yang
menyebabkan
kelainan
hati
berdasarkan reaksi hipersensitifitas diantaranya: chlorpromazine, phanothazin, sulphonamide, nitrofurantin, erythromycin estolat, obat-obatan anti hyroid, diphenyl hidantoin, phenylbutazon.
2.1.4. Tanda dan Gejala 1.
Mengalami gejala seperti flu, misalnya : mual, muntah, demam, dan lemas
2.
Feses berwarna pucat
3.
Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan
4.
Nyeri perut
5.
Berat badan turun
6.
Urine menjadi gelap seperti the
7.
Kehilangan nafsu makan
14
2.1.5. Patofisiologi Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahanbahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar, karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan bilirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan ekskresi bilirubin.
15
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. (Price, 1999)
2.1.6. Klasifikasi 1. Hepatitis A Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip 16
flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang, minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vakin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan resiko tinggi tertular hepatitis A. 2. Hepatitis B Gejala mirip hepatitis A, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan
dapat
melalui
jarum
suntik
atau
pisau
yang
terkontaminasi, tranfusi darah dan gigitan manusia. Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta immunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan resiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual. 3. Hepatitis C Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral dan paling sering ditularkan melalui yang ditransfusi dari donor
17
asimtomatik, berbagi jarum dengan pengguna obat intra vena dan cairan tubuh atau didapat dari tattoo. 4. Hepatitis D Hepatitis D Virus (HDV) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan tranfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasai, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. 5. Hepatitis E Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri (selflimited), kecuali bila terjadi pada kehamilan khususnya trimester ketiga dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces. 6. Hepatitis F Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. 7. Hepatitis G Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminant ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum. Hepatitis B, dapat terjadi tanpa gejala, namun dapat juga terjadi artalgia dan ruam pada kulit.
2.1.7. Gejala Klinis 1.
Stadium pra ikterik Berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri otot, dan nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi lebih coklat.
18
2. Stadium Ikterik Berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksis dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan. 3. Stadium pasca ikterik Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal kembali. 2.1.8. Pemeriksaan Fisik Difokuskan pada bagian yang terganggu : 1. Mata Inspeksi Inspeksi 2.
: lihat perubahan sclera icterus Kulit : lihat perubahan kulit icterus
Abdomen
Inspeksi 3. Perkusi Palpasi Auskultasi
: apakah ada perubahan warna kulit dan luka : apakah ada massa : apakah ada pembesaran hepar dan nyeri tekan : untuk mengetahui peristaltik usus
2.1.9. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Tes fungsi hati seperti : -
AST (SGOT)/ ALT (SGPT): awalnya meningkat dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemusian tampak menurun
-
Alkali Fospatase: agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
-
Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100ml (bila diatas 200 mg/ml prognosis buruk mungkin berhubungan dengan
19
peningkatan nekrosis seluler) b. Darah
Lengkap:
SDM
menurun
sehubungan
dengan
penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) c. Leukemia: trombositopenia mungkin ada (splenomegali) d. Feses: warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati) e. Albumin serum menurun f. Anti-HAVlgM: positif pada tipe A g. HbsAG: dapat positif (tipe B) atau negativ (tipe A) h. Urinalisa: peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat terjadi i. Tes ekskresi BSP: kadar darah meningkat j. Radiologi -
Foto polos abdomen : menunjukan densitas kalsifikasi pada kandung empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegaly.
-
Scan
hati:
membantu
dalam
perkiraan
beratnya
kerusakan parenkim. k. Pemeriksaan Tambahan -
Biopsi hati: menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis
2.1.10. Therapy/Tindakan Penanganan 1. Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif, misalnya istirahat sesuai kebutuhan. 2. Pasien yang menderita hepatitis harus menghindari konsumsi alcohol. Alkohol memperburuk stadium dan mempercepat perburukan HBV dan khususnya HCV. Pemakaian alcohol pada pasien yang menderita HCV meningkatkan risiko terjadinya karsinoma hepatoselular dan menurunkan respons terhadap pengobatan. 3. Penderita hepatitis harus mendapatkan penyuluhan mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga.
20
4. Terapi obat bagi individu yang terinfeksi biasanya dilakukan secara bertahap untuk infeksi kronis. Suntikan biasanya diberikan 3 kali seminggu selama minimal 3 bulan. Keefektifan IFN-α untuk kedua infeksi tersebut bervariasi. Bahkan pada individu yang memperlihatkan perbaikan enzim hati setelah pengobatan, efek obat ini hanya sementara. Dengan obat ini, HBV menetap yang dijumpai pada sekitar 30% paien, sementara hilangnya HCV dalam jangka waktu lama yang jarang sekali terjadi. Interferon umumnya dikontraindikasikan bagi penderita yang penyakit hati yang berada pada stadium sangat lanjut. Selain itu interferon dihubungkan dengan efek samping yang signifikan, termasuk mialgia, demam, trombositopenia, dan depresi. Muncul nya efek samping tersebut menyebabkan banyak pasien yang tidak diindikasikan untuk pengobatan ini dan pengobatan dihentikan sejaki awal untuk pasien tertentu. 5. Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim reverse transcriptase virus menjadi obat penting bagi hepatitis kronis. Obat- obat ini awalnya dibuat dan digunakan untuk pasien pengidap HIV sekaligus membantu sejumlah besar pasien yang terserang HIV sekaligus hepatitis virus. Tingkat respons terhadap obat-obat golongan ini tinggi., sehingga sering dijadikan obat pilihan pertama bagi pasien. 6. Terapi
kombinasi
interferon
termodifikasi
dengan
analog
nukleotida adalah pengobatan yang paling berhasil untuk saat ini. Interferon
termodifikasi,
disebut
interferon
pegilase
atau
peginterferon, mempunyai paruh waktu lebih lama dibanding IFN-α dan tidak membutuhkan pengukuran dosis berulang. Terapi kombinasi biayanya mahal dan efek samping nya menyakitkan, sama dengan interferon pendahulunya. 7. Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk
menerima
gammaglobulin murni yang spesifik terhadap HAV dan HBV,
21
yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi.Imunitas ini bersifat hanya sementara. 8. Tersedia juga vaksin HBV. Karena sifat virus ini sangat menular dan berpotensi menyebabkan kematian, semua individu yang termasuk para petugas kesehatan atau individu yang terpajan ke produk darah sangat dianjurkan selain itu, vaksin ini ditujukan untuk individu yang berisiko tinggi terkena penyakit tersebut termasuk kaum homoseks atau heteroseksual yang aktif secara seksual dan berganti-ganti pasangan. Tidak ada efek samping bermakna yang dijumpai setelah pemberian imunisasi HBV. 9. Vaksinasi HBV pada bayi setelah bayi baru lahir.(Corwin, E.J, 2009) 2.1.11. Komplikasi 1. Edema serebral, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan, hipoglikemia, hipotensi dan sepsis 2. Sindroma Guilain Baire 3. Hepatitis kronik persisten 4. Hepatitis agresif 5. Perkembangan karsinoma hepatoseluler 2.2. Konsep Asuhan Keperawatan 2.2.1. Pengkajian Fokus pengkajian pada pasien dengan Hepatitis adalah sebagai berikut: 1.
Keluhan utama pasien.
2.
Riwayat kesehatan dahulu Yang dikaji meliputi apakah pasien pernah menderita penyakit ini sebelumnya, pernah masuk rumah sakit, riwayat opname, riwayat alergi.
3. Riwayat kesehatan keluarga
22
Yang dikaji meliputi apakah di dalam anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang sama, menderita penyakit menurun, lingkungan dan sanitasi baik atau buruk. 4. Pola sirkulasi Yang dikaji meliputi adanya bradikardia, ikterik pada sclera dan membran mukosa 5. Nutrisi Yang perlu dikaji pada pasien hepatitis antara lain apakah ada anoreksia, berat badan menurun, mual muntah, peningkatan oedema, kaji adanya asites. 6. Eliminasi Yang perlu dikaji pada pasien hepatitis antara lain pola BAB yaitu apakah terjadi diare, warna feses yang menyerupai dempul, melena. Pola BAK antara lain frekuensi, konsistensi, urine berwarna gelap atau seperti air teh pekat. 7.
Aktifitas Yang dikaji pada pasien hepatitis adalah mengenai kelelahan, kelemahan dan malaise.
8.
Rasa aman dan nyaman Yang dikaji meliputi nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas, kram abdomen, mialgia, atralgia, gatal/pruritus.
9. Pola seksualitas Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan. 10. Pemeriksaan fisik head to toe 11. Pemeriksaan Laboratorium 2.2.2. Diagnosa keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah. 2. Kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan perubahan turgor.
23
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan malnutrisi. 5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites. 6. Defisit
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
pemahaman terhadap sumber-sumber informasi. 7. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. 8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
24
25
2.2.3. Intervensi Keperawatan No.
Diagnosa
Tujuan & kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Dx 1
Perubahan
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah
1)
.
nutrisi kurang
dilakukan tindakan keperawatan
Rasional: alergi dapat berakibat fatal bagi
dari kebutuhan
masalah
berhubungan
sesuai
dengan mual
menunjukkan peningkatan berat
muntah
badan mencapai tujuan dengan
klien kriteria
dapat hasil
teratasi yaitu
nilai laboratorium normal dan
Kaji adanya alergi makanan. klien
2)
Awasi pemasukan diet/jumlah kalori,
Rasional: adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastrointestinal dan menurunkan kapasitasnya. 3)
klien 2. Adanya pembesaran hepar dapat
tawarkan makan sedikit tapi sering
bebas dari tanda-tanda nutrisi
1. Alergi dapat berakibat fatal bagi
menekan saluran gastrointestinal dan menurunkan kapasitasnya. 3. Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menyebabkan bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
Pertahankan hygiene mulut yang baik
4. Merencanakan diet dengan tepat.
sebelum makan dan sesudah makan.
5. Mengetahui ada tidaknya
Rasional: akumulasi partikel makanan di mulut dapat menyebabkan bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu
26
penurunan badan pasien.
makan. 4)
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian diet yang tepat.
Rasional: merencanakan diet dengan tepat. 5)
2
dan
Kriteria
kerusakan
Tujuan
integritas
Setelah
jaringan
keperawatan
berhubungan
teratasi sesuai dengan kriteria
3. Oleskan
dengan
hasil1. yaitu keutuhan jaringan
tertekan.
perubahan
kulit, penurunan pruritus.
dilakukan
hasil:
tindakan
masalah
klien
turgor 3
Timbang berat badan pasien
1. Jaga kebersihan pasien agar tetap bersih
1. Kulit yang kotor dan lembab sarana efektik untuk
dan kering 2. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali. lotion
pada
tubuh
yang
Rasional: menjaga agar kulit tidak
perkembangbiakan bakteri. 2. Menghindari area penekanan pada tubuh tertentu 3. Menjaga agar kulit tidak kering dan bersisik.
kering dan bersisik
Gangguan rasa
Setelah
dilakukan
nyaman nyeri
tindakan
berhubungan
masalah klien
dengan agen
sesuai criteria hasil yaitu
keperawatan teratasi
1. Kaji karakteristik nyeri.
1. Untuk mengetahui hal-hal yang
2. Beri posisi sesuai kenyamanan pasien.
mencetuskan
3. Ajarkan teknik distraksi relaksasi.
nyeri, area nyeri, waktu dan
4. Kolaborasikan dengan dokter tentang
frekuensi nyeri.
27
nyeri,
kualitas
cedera biologis
skala
nyeri
berkurang/tidak pasien
tampak
rileks,
pasien
ada,
2. Posisi
penggunaan analgetik yang tak
yang
nyaman
akan
membuat klien merasa lebih
mengandung hepatotoksik.
lebih
rileks.
merasa
3. suatu teknik untuk pengalihan
lebih nyaman.
rasa nyeri, sehingga nyeri akan terabaikan. 4. kemungkinan nyeri yang tidak bisa
diatasi
dengan
teknik
pengurang nyeri
4
Resiko tinggi
Tujuan dan Kriteria Hasil:
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
terhadap
Setelah dilakukan tindakan
2. Ajarkan
infeksi
keperawatan masalah klien
berhubungan
teratasi sesuai kriteria hasil
3. Pertahankan teknik aseptik
dengan mal
yaitu: tidak ada tanda-tanda
4. Kolaborasikan pemberian antibiotik
nutrisi
infeksi, suhu tubuh dalam
teknik
pencucian
1. Untuk mengetahui secara dini tangan
dengan benar
adanya
tanda-tanda
infeksi
sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat. 2. Menghindari
risiko penyebab
infeksi.
rentang normal 36,5-37,5ºC
3. Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi. 4. Menghambat
28
perkembangan
kuman sehingga tidak terjadi infeksi 5
Kelebihan
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah
1. Awasi input dan output cairan
volume cairan
dilakukan tindakan keperawatan
2. Observasi tanda-tanda vital.
berbuhungan
masalah
klien
3. Kolaborasi
dengan asites
dengan
criteria
menunjukkan stabil
teratasi
sesuai
hasil
yaitu
volume
dengan
dengan
dokter
pemberian cairan dan obat.
cairan
1. Menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya perpindahan dalam
cairan dan respons terhadap terapi. 2. Untuk mengetahui peningkatan
keseimbangan
TTV terutama tekanan darah
pemasukan dan pengeluaran, BB
biasanya berhubungan dengan
stabil, dan tidak ada edema
kelebihan volume cairan. 3. Membantu proses penyembuhan
6
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah klien teratasi sesuai dengan kriteria hasil klien dan keluarga mengetahui tentang
1. Kaji tingkat pendidikan pasien
1. Mengetahui tingkat pendidikan
2. Kaji tingkat pengetahuan pasien
pasien dan keluarga sehingga
3. Berikan pendidikan kesehatan
dapat melakukan pendidikan kesehatan sesuai dengan tingkat
penyakitnya.
pendidikannya.
pemahaman
2. Mengetahui sejauh mana pasien
29
terhadap
mengetahui tentang penyakitnya
sumber sumber
meliputi pengertiannya,
informasi
penyebabnya, perawatannya. 3. Memberikan pengetahuan kepada pasien
7
Hipertemi
Setelah
berhubungan
keperawatan,
dengan
teratasi sesuai dengan kriteria
penyakit
hasil: suhu kulit dalam batas normal
dilakukan
tindakan
masalah
36,5-37,5
tanda-tanda dehidrasi
tidak
klien
ada
1. Pantau dehidrasi
1. mendeteksi secara dini adanya
2. Pantau tekanan darah, nadi, suhu.
tanda-tanda dehidrasi sehingga
3. Pantau suhu minimal setiap 2 jam atau
dapat segera dilakukan tindakan
sesuai kebutuhan 4. Gunakan kompres 5. Kolaborasi pemberian antipiretik Rasional: terapi untuk penyembuhan pasien.
supaya pasien tidak kekurangan cairan. 2. Untuk mengetahui perubahan respon autonomi pasien. 3. ntuk memantau kenaikan atau penurunan suhu pasien. 4. Untuk membantu dalam penurunan suhu pasien. 5. Terapi untuk penyembuhan pasien.
30
8
Deficit
Setelah
dilakukan
tindakan 1) Kaji
perawatan diri
keperawatan
berhubungan
teratasi sesuai dengan kriteria 2) Ajarkan ke keluarga dan pasien tentang
dengan
hasil:
kelemahan
pemenuhan kebutuhan ADL baik 3) Penuhi kebutuhan ADL pasien.
teknik perpindahan pasien secara
dari perawat maupun keluarga,
Rasional: memenuhi kebutuhan dasar
aman.
tidak ada bau badan, mulut dan
pasien
masalah
pasien
klien
menerima
kemampuan
pasien
dalam 1. Mengetahui seberapa jauh
menggunakan alat bantu. teknik mobilisasi dan ambulasi
kemampuan pasien dalam penggunaan alat bantu. 2. Memandirikan keluarga dalam
3. Memenuhi kebutuhan dasar pasien
gigi bersih, badan bersih
31
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.S DENGAN SALAH SATU ANGGOTA MENGALAMI HEPATITIS
3.1 Pengkajian 1. Struktur Dan Sifat Keluarga 1. Kepala Keluarga Nama
: Tn. S
Jenis Kelamin
: Laki – Laki
Suku
: Sunda
Umur
: 59 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Ciracas, Jakarta Timur
2. Susunan Anggota Keluarga
NO 1 2 3 4
Nama Tn S.D Ny S.T Tn H An F
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Umur 59 50 17 13
32
Hubungan Suami Istri Anak Anak
Pendidikan SMP SD SMA SMP
Pekerjaan Pedagang IRT Pelajar Pelajar
3. Genogram
Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : laki-laki Sakit : Meninggal : Tinggal serumah
4. Jenis/type keluarga Jenis : Extendet (Tipe keluarga Tn.S.D adalah keluarga inti yang terdiri dari suami,istri dan anak) 2. Faktor sosio-budaya-ekonomi a. Penghasilan dan pengeluaran Sumber penghasilan adalah dari kegiatan berlayar yang dilakukan oleh kepala keluarga bersama istri, yaitu sekitar Rp. 1.500.000,-/perbulan. Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan sekitar Rp. 300.000,dan sisanya untuk keperluan lain –lain seperti membayar listrik, kebutuhan anak sekolah.
33
b. Pendidikan Anggota keluarga semuanya berpendidikan semuanya berpendidikan untuk kepala keluarga tingkat mengah pertama , anak pertama yang sedang sekolah kelas 12 (SMA kelas III) anak kedua yang sedang sekolah kelas 7 ( SMP Kelas 1 ). Berkaitan dengan penyakit HEPATITIS yang diderita Tn. S, keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana
cara penularan HEPATITIS kepada
bagaimana cara pencegahan terhadap
orang lain
dan
anggota keluarga yang lain.
Setelah dijelaskan tentang pengertian penyakit, cara pencegahan dan pengobatannya, Tn.S dan Ny.S belum bisa menjawab pertanyaan sederhana perawat c. Suku dan agama keluarga merupakan suku Sunda dan beragama Islam, dalam menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid, acara tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), acara Diba’ (remaja putri dan ibu-ibu). 3. Kegiatan sehari-hari a. Nutrisi keluarga lebih sering memasak sendiri dari pada membeli, dengan komposisi sebagai berikut : makanan pokok yaitu nasi, tempe dan tahu, sayuran , Ikan yang didapat dari kebun/sawah, dan laut jarang makan buah dan minum susu. Keluarga dalam memasak sayur dan ikan dengan mencuci dulu lalu dipotong – potong. Keluarga makan tiga kali dalam sehari dengan porsi yang cukup. Pemberian makan sama rata untuk seluruh anggota keluarga. Cara menghidangkannya terbuka di atas meja. Alat makan digunakan bersama atau tidak ada pemisahan dalam pemakaiannya. Pantangan makan tidak ada. b.
Eliminasi Pola BAB anggota keluarga sehari sekali dan BAK tiga-empat kali sehari. Pada anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan
c.
dalam eliminasi. Tempat BAB di WC rumah Olahraga 34
Kepala keluarga mengatakan tidak menyediakan waktu khusus untuk melakukan olah raga, tapi dia telah rutin pergi ke laut setiap pagi dan sore. Kegiatan di laut mislnya menjaring ikan . Istri juga tidak meluangkan waktu untuk kegiatan olah raga secara khusus, dia hanya ikut membantu suami kerja di laut. Anak-anak tidak ada kegiatan olah raga di rumah, sedangkan di sekolah sesuai jadwal olah raga di d.
sekolah masing-masing. Kebersihan diri Kepala keluarga dan istri mandi 2 kali sehari, yaitu sepulang dari melaut dan pada sore hari. Anak-anak mandi 2 kali sehari sebelum berangkat sekolah dan pada sore hari. Kebersihan mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun mandi, menggosok gigi sekali sehari dengan pasta gigi serta mencuci rambut tiga hari sekali dengan menggunakan sampho, kebiasaan mandi keluarga di rumah dengan air sumber yang berasal dari mata air Sumberawan. Berkaitan dengan HEPATITIS, keluarga mengatakan tidak mengerti mengenai sanitasi
e.
yang sehat yang dapat mencegah penularan HEPATITIS. Tn.S. Waktu senggang/hiburan/rekreasi Penggunaan waktu senggang oleh anggota keluarga dengan santai– santai atau digunakan untuk membicarakan masalah keluarga. Anggota keluarga dalam menggunakan waktu senggangnya sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Untuk mendapatkan hiburan keluarga
f.
melihat televisi dan radio. Istirahat Pola istirahat keluarga jarang tidaur siang, kalau sempat tidur siang biasanya selama 1 – 2 jam mulai pukul 12.30 – 14.30. Kebiasaan tidur pada malan hari jam 23.00 – 04.00. Pada Tn. S tidurnya sering terganggu oleh karena sering Nyeri perut , mual pada malam hari, dan
g.
sering demam ringan pada malam hari Kebiasaan sosial Semua anggota keluarga terlibat aktif dalam kegiatan sosial masyarakat seperti kegiatan tahlilan, diba’ dan lain-lain.
4. Riwayat tahap perkembangan keluarga a. Tahap perkembangan keluarga 35
Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada tahap ke III, yaitu keluarga dengan anak usia sekolah. Anak pertama Laki-Laki, masih sekolah di SMA dengan usia 17 tahun, sedangkan anak kedua Perempuan berusia 13 tahun dan masih sekolah dibangku SMP. b. Riwayat keluarga inti Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan. Riwayat kesehatan masing masing keluarga baik kecuali Tn. S yang mempunyai riwayat HIPERTENSI & HEPATITIS. Kebiasaan anggota keluarga apabila ada yang sakit periksa ke Bidan Desa atau ke Mantri. Untuk mengatasi penyakit yang diderita saat ini, Tn.S berobat rutin ke Puskesmas Singosari, dan sekarang ini obat sudah dapat diambil di Polindes. c. Riwayat keluarga sebelumnya Riwayat kesehatan sebelumnya, keluarga mengatakan tidak pernah sakit serius. Mertua Tn.sS saat ini sudah lanjut usia, dan mengalami sakit Badannya menguning dan linu-linu, belum pernah periksa lab, hanya berobat kalau linu-linunya dirasa sangat mengganggu. 5. Faktor lingkungan a. Karakteristik perumahan Perumahan yang digunakan adalah permanen dan bukan miliknya sendiri. Luas bangunan rumah 20 x 15 meter. Lantai rumah sebagian dari plester semen dan sebagian masih tanah, atap dari genting. Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada jendela, disekitar kamar dan ruang tengah serta dapur, disetiap kamar dan ruang tengah serta dapur ada lubang angin, Penerangan menggunakan lampu listrik. Ruang tamu ada sebuah lampu neon 15 watt, ruang keluarga terdapat bola lampu 20 watt, masing–masing kamar dan dapur terdapat lampu pijar 10 watt. Ruang tamu kurang rapi dan bersih, terdapat perabotan (kursi), ruang tidur, dapur berdinding bambu anyam dan lantai tanah. Keluarga mempunyai kamar mandi. Halaman rumah tampak kurang bersih oleh rerumputan disekitar rumahnya. Keluarga menggunakan air sumber dari mata air Sumberawan untuk minum dan memasak, keadaan air secara fisik jernih, tidak
36
berbau dan tidak berasa. Keluarga menyimpan air dari sumur dalam gentong yang kebersihannya cukup dan tertutup. mempunyai tempat pembuangan limbah yang dibuang langsung di belakang rumah dan dibiarkan terbuka. b. Denah rumah
Ket: 1: WC 2: Kamar 3: Ruang keluarga 4: Teras 5: Ruang tamu : Pantai c. Macam tempat tinggal Keluarga bertempat tinggal di pedesaan jarak antara rumah satu dengan yang
lainnya
berdekatan
tapi
tidak
berhimpitan/menempel.
Lingkungan tempat tinggal adalah laut dengan udara yang panas d. Karakteristik tetangga dan komunikasi RW Tetangga di sekitar keluarga Tn. S adalah bersuku sunda, bahasa komunikasi sehari-hari yang digunakan adalah bahasa sunda, sebagian besar tetangga Tn. S bermata pencaharian sebagai nelayan. Keluarga mempunyai alat komunikasi seperti televisi dan radio. Jika ada
37
kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya diumumkan melalui pengeras suara yang ada di musholla atau mesjid. e. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Tn. S Keluarga jarang pergi ke tempat-tempat yang jauh. Kegiatan rutin harian adalah berlayar / pergi ke laut yang tidak jauh dari rumahnya (sekitar bebrapa meter). Tempat tinggal keluarga juga tidak berpindah – pindah. Sanak famili dari Tn.S maupun Ny.SD juga berada di sekitar tempat tinggalnya (masih satu desa). f. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat. Komunikasi antar keluarga/warga biasanya dilakukan saat mereka melakukan kegiatan keagamaan seperti tahlilan, yasiinan, diba’ dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. g. Sistem pendukung keluarga Jarak rumah ke Polindes sekitar ½ km, jarak ke puskesmas pembantu sekitar 1,5 km, jarak ke Puskesmas sekitar 5 km. Keluarga juga mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin (Askes Maskin). 6. Struktur keluarga a. Pola komunikasi keluarga keluarga Tn. S dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap saat dan waktu santai. Komunikasi saat makan sering dilakukan, dan terbiasa makan bersama. b. Struktur kekuatan keluarga Keluarga tidak mempunyai peran dalam masyarakat, hal ini terbukti dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mempengaruhi tetangga. Kekuatan dalam keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah Tn. S dan Ny.SD cukup bijaksana, tampak sabar dalam menghadapi penyakit atau masalah yang dialami oleh anggota keluarga, sehingga dapat mendorong Tn.S untuk berobat secara teratur sampai sembuh. Ny.SD sering mengingatkan Tn.S jika lupa minum obat. c. Struktur peran (formal dan informal) Keluarga dalam struktur peran formal tidak ada atau tidak mempunyai peran. Begitu juga dalam perannya secara informal. 38
d. Nilai dan norma keluarga Keluarga Tn. S menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian diwarnai dengan kebiasaan secara agamis. Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Sunda, norma yang dianut juga kebudayaan Sunda. Dalam kebiasaan keluarga Tn. S tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan. 7. Fungsi keluarga a. Fungsi afektif Dalam kehidupan keseharian, keluarga Tn. S sangat harmonis, rukun dan tentram. Semua keluarga merasa saling memiliki, apabila ada keluarga yang sakit atau ditimpa musibah, maka anggota keluarga yang lain ikut merasakan akan hal yang sama yaitu keadaan sakit atau ditimpa musibah. b. Fungsi sosialisasi Hubungan dalam keluarga Tn. S menganut kebudayaan Sunda. Dalam berhubungan dengan anggota masyarakat, keluarga tidak tampak kaku. Keluarga sangat membaur dengan budaya yang ada disekitarnya. c. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga Tn S mampu untuk kurang mengenal dengan baik masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga yaitu Tn. S dengan HEPATITIS. Hal ini dibuktikan dengan bahwa keluarga belum mampu untuk menyebutkan tentang tanda dan gejala serta faktor penyebab dari HEPATITIS. Kemampuan keluarga untuk mengerti tentang sifat masalah sudah tampak, karena keluarga tidak menganggap bahwa nyeri perut dan kulit yang menguning yang dialami oleh Tn. S dianggap sebagai hal biasa dan keluarga sudah memeriksakannya ke Puskesmas Singosari dan sudah mendapat terapi sejak bulan Oktober2018. Sejak awal pengobatan, Tn.S mengatakan sudah berobat secara teratur. Kalau obat habis, keluarga langsung pergi ke Puskesmas untuk mengambil obat. Tn.S mengatakan sebenarnya malas minum obat karena setelah minum obat, ia merasa mual dan kembung. Tapi Tn.S ingin cepat sembuh, sehingga walaupun malas ia tetap meminum obatnya. 39
Pemanfaatan fasilitas kesehatan, keluarga Tn. S mampu untuk memanfaatkannya, karena Tn. S selama sakit berobat ke Puskesmas Singosari. d. Fungsi reproduksi Jumlah anak yang dimiliki oleh Tn. S adalah 2 orang, Ny.SD e.
menggunakan KB Suntik. Fungsi Ekonomi Keluarga Tn. S termasuk keluarga yang kurang mampu hal ini dapat dilihat
dari
penghasilan
tiap
bulanya
hanya
sekitar
Rp1.500.000/perbulan. Dalam pemenuhan sandang, pangan dan papan keluarga Tn.S sangat sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, Tn.S menanam sayur di tepi sawahnya serta di pekarangan rumahnya. Jika ingin makan lauk-pauk, Tn.S biasa mencari ikan di laut dekat rumahnya. 8. Stres dan koping keluarga a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang Keluarga Tn. S mengatakan hampir tidak pernah mengalami stress baik itu stess jangka pendek ( < 6 bulan ) maupun jangka panjang ( > 6 bulan ). Tetapi keluarga Tn. S hanya mengalami stress biasa yang dapat dengan segera diatasi. b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor Pola pemecahan masalah dalam keluarga Tn. S adalah dengan cara musyawarah antar anggota keluarga, kadang juga melibatkan anaknya. Misalnya dalam menentukan pengobatan Tn. S, dalam pengambilan keputusan di keluarga yang paling menonjol adalah Tn. S c. Strategi Adaptasi Disfungsional menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. S
biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Sehingga keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharian. 9. Pemeriksaan fisik Keterangan TB
Tn S.D 168cm
Ny S.T 150 cm
Tn H 170 cm 40
An F 130 cm
BB
70 kg
55 kg
70 kg
38kg
140/80 mmHg 100x/menit 20x/menit 37oC Tidak ada Keluhan
100/60mmHg 90x/menit 20x/menit 36,5oC
120/80mmHg 80x/menit 16x/menit 36oC
110/80mmHg 67x/menit 16x/menit 36oC
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Konjungtiva Anemis
Hitam, tidak berketombe Tidak Anemis
Hitam, tidak berketombe Tidak anemis
Hitam, tidak berketombe Tidak anemis
Sklera
Ikterik
Tidak Ikterik
Tidak ikterik
Tidak ikterik
Telinga
Simetris, tidak ada keluhan Simetris, tidak ada keluhan Mukosa bibir kering
Simetris, tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Simetris, tidak ada keluhan
Simetris, tidak ada keluhan
Simetris, tidak ada keluhan
Mukosa bibir lembab
Mukosa bibir lembab
Mukosa bibir lembab
Simetris ,tidak ada nyeri Nyeri
Simetris, tidak ada nyeri
Simetris, tidak ada nyeri
Simetris, tidak ada nyeri
Tidak ada Nyeri Tidak ada nyeri
Tidak ada nyeri
Tangan
Simetris , terdapat edema
Simetris , tidak terdapat edema
Simetris, tidak ada edema
Kaki
Edema
Tidak ada nyeri, Tidak ada tidak ada nyeri, tidak ada keluhan keluhan
Tidak ada nyeri, tidak ada keluhan.
Genetalia
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
TTV: TD Nadi Resp Suhu Kepala Rambut
Hidung Mulut Dada Perut
Hitam, tidak berketombe
Simetris, tidak ada edema
Tidak ada keluhan
10. Harapan keluarga
41
Keluarga mengatakan berharap Tn. S bisa segera sembuh ,agar bisa melaksanakan aktivitasnya secara normal atau seperti biasanya
42
43
3.2 Analisa data
No Data Etiologi 1. DS : - Klien mengatakan nyeri perut Ketidakmampuan saat beraktivitas maupun tidak. -
-
keluargamerawat
Masalah Nyeri anggota
Skala nyeri 5 keluarga yang menderita Keluarga mengatakan klien Hepatitis kurang istirahat karena harus mencari nafkah. Keluarga mengatakan belum terlalu
mengerti
tentang
penyakit hepatitis. DO : Klien tampak kurang nyaman dan memegang perut TTV : TD :140/ 80 mmHg R :20 x/menit N :100 x/menit S : 37 0C
2. DS : - Klien mengatakan bahwa tempat
makan
digunakan Ketidakmampuan keluarga Resiko
bersama -
memodifikasi lingkungan
Keluarga mengatakan kurang tau
cara
penularan
dan
pencegahan hepatitis DO : Kebersihan dan kerapihan rumah kurang 3. DS : - keluarga mengatakan sejak 3
44
penyebaran infeksi
bulan yang lalu klien sering Kurang informasi
Kurang
demam,sakit
pengetahuan
kepala,mual,
muntah dan kuning. -
keluarga
mengatakan
mengetahui
tanda
tidak
penyakit
hepatitis -
Keluarga mengatakan tidak terlalu
mengetahui
tentang
penyebab,perawatan,dan pengobatan hepatitis. DO
:-
keluarga
tampak
masih
kebingungan dengan penyakit yang diderita Tn.S -
Keluarga tidak bisa menjawab pertanyaan tentang pengertian penyakit,
pencegahan,
perawatan dan pengobatannya -
Pendidikan Tn.S dan Ny.S
-
Setelah
dijelaskan
pengertian
tentang
penyakit,
pencegahan
cara dan
pengobatannya, Tn.S dan Ny.S belum
bisa
menjawab
pertanyaan sederhana perawat.
45
46
3.3 Prioritas Masalah 1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang Hepatitis
NO 1
Kriteria Sifat masalah:
Perhitungan Skor 3/3×1 1 Tn.S
Ancaman
Pembenaran masih menjalanai
pengobatan dan masih merasa nyeri
2
Kemungkinan masalah dapat 1/2×2
1
Tn.S mengikuti pengobatan dari puskemas secara teratur namun sering mengabaikan pantangan makanan yang di tetapkan
2/3
Tn.S
dibubah: 3
4
Hanya sebagian Potensi masalah
dapat 2/3×1
berpendidikan
SMP
dicegah:
namun klien berupaya untuk
Cukup Menonjol masalah:
mencegah masalah Nyeri dirasakan Tn.S namun
1/2×1
1/2
Masalah yang tidak perlu
saat nyeri mulai dirasakan
segera ditangani
biasanya berbaring
Hasil : 2 5/6
47
Tn.S
langsung
2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan memodifikasi lingkungan
No Kriteria 1 Sifat masalah:
2
3
Perhitungan Skor 2/3×1 2/3
Ancaman kesehatan
dan alat makan masih digunakan
Kemungkinan
bersama Keluarga
masalah 1/2×2
1
tau
bahwa
hepatitis
dapat diubah:
adalah penyakit menular namun
Hanya sebagian Potensi masalah untuk 2/3×1
tidak mempedulikannya Tn.S berusaha untuk tidak makan
2/3
dicegah: 4
Pembenaran Tn.S masih dalam keadaan sakit
Cukup Menonjolnya masalah :
makannan yang menjadi pantangan 1/2×1
1/2
Lingkungan
keluarga
kurang
Masalah yang tidak perlu
bersih namun keluarga berupaya
segera ditangani
untuk lingkunganannya
Hasil: 3 1/6
48
membersihkan
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan dan pengobatann s.d kurangnya informasi N
Kreteria
Perhitungan Skor
Pembenaran
O 1
Sifat masalah : aktual
3/3 X 1
1
Keluarga
tidak
memahami
dengan baik masalah kesehatan yang dialami Tn.S
2
Kemungkinan dapat
diubah
masalah ½ X 2 :
1
hanya
Pemberian informasi tentang penyakit
sebagian
dan
kebutuhan
perawatan akan sulit dipahami karena
kemampuan
menyerap
keluarga
informasi
kurang
baik, pendidikan rendah Potensial 3
masalah
untuk 2/3 X 1
dicegah : cukup
2/3 Membantu keluarga memahami masalah
kesehatan
dilakukan
melalui
keluarga anaknya 4
Menonjolnya
masalah: 2/2 x 1
1
bisa bahasa
dengan
mediasi
pertamanya
yang
sekolah SMA.
keluarga menyadari bahwa mereka kurang paham dan mereka
ingin
diberi
Keluarga
penjelasan yang lebih rinci
tidak
merasakan
adanya masalah yang harus segera ditangani
Hasil 3 2/3
49
Maka prioritas masalahnya sebagai berikut : 1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang Hepatitis 2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan memodifikasi lingkungan 3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan dan pengobatann s.d kurangnya informasi 3.4 Rencana asuhan keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang Hepatitis Tujuan umum : keluarga mampu membantu mengatasi nyeri yang derasakan klien Intervensi : Observasi TTV Ajarkan teknik relaxasi Jelaskan pada keluarga dan klien tentang penyebab nyeri Anjurkan klien untuk mengonsumsi terapi obat dari dokter 2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan memodifikasi lingkungan Tujuan Umum : Klien dan keluarga mampu mengenal hal-hal tentang resiko penyebaran infeksi. Intervensi : Berikan edukasi / penyuluhan tentang resiko penyebaran -
infeksi / pencegahan dan diet untuk Hepatits Edukasi untuk kebersihan lingkungan Jelaskan penyebab Hepatitis adalah virus , dimana dapat
menyerang semua orang baik kecil, tua, muda, kaya, miskin. 3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan dan pengobatann s.d kurangnya informasi Tujuan Umum : keluarga mampu melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit Hepatitis pada anggota. Intervensi : - Jelaskan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti tentang tanda penyakit Hepatitis seperti klien merasa -
sering demam,sakit kepala mual muntah dan kuning. Jelaskan kepada keluarga penyebab hepatitis
50
-
Jelaskan kepada keluarga perawatan keluarga yang terkena
-
hepatitis. Jelaskan juga pengobatan hepatitis. Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang cara penularan heptitis yaitu melalui cairan tubuh dan dapat ditularkan dari
-
wanita yang sedang hamil kepada bayinya. Kaji cara keluarga dalam mengambil keputusan untuk
-
mencegah terjadinya penularan penyakit hepatitis. Jelaskan akibat bila tidak dilakukan perawatan pada anggota keluarga misal penularan pada anggota keluarga.
51
52
3.5 Implementasi dan evaluasi
No 1.
Tanggal 2020
Nyeri
Diagnosa berhubungan
ketidakmampuan
dengan
-
keluarga
merawat anggota keluarga yang Hepatitis
-
-
Implementasi Evaluasi Mengobservasi ttv S : Klien mengatakan nyeri TD : 140/80 mmHg Perut disebelah kanan , R : 20 x/menit S : 370 C namun berkurang saat N : 100 x/menit dilakukan teknik Mengajarkan teknik relaxasi nafas dalam relaxasi Menjelaskan pada keluarga - Klien mengatakan dan klien tentang penyebab
mengeti
nyeri Menganjurkan klien untuk
edukasi-edukasi dan teknik relaxasi yang
mengonsumsi terapi obat dari dokter
tentang
O
diajarkan. : - Klien
tampak
memegang
dan
mengelus-elus
sisi
perutnya yang terasa sakit -Klien tampak mengerti dengan apa yang telah
53
diajarkan A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
2.
6 oktober 2019
Resiko
penyebaran
berhubungan
infeksi
-
dengan
memberikan
edukasi
/ S
:keluarga
mengatakan
penyuluhan tentang resiko
sudah tau dan mengerti
ketidakmampuan memodifikasi
penyebaran
tentang
lingkungan
pencegahan dan diet untuk
infeksi
/
-
Hepatits Mengedukasi
-
kebersihan lingkungan Menjelaskan penyebab
hepatitis. -
untuk
Hepatitis adalah
-
baik kecil,
tua, muda, kaya, miskin. Menjelaskan dengan
Keluarga
sudah
pentingnya
kesehatan
lingkungan
agar
penyakit. O
:keluarga mengerti
tampak
dengan
yang di jelaskan.
bahasa sederhana tentang A : Masalah teratasi cara penularan
heptitis P : Hentikan Intervensi
yaitu melalui cairan tubuh
54
tau
terhindar dari berbagai
virus ,
dimana dapat menyerang semua orang
pencegahan
apa
dan dapat ditularkan dari wanita yang sedang hamil -
kepada bayinya. mengKaji cara keluarga dalam
mengambil
keputusan untuk mencegah terjadinya -
penularan
penyakit hepatitis. menelaskan akibat
bila
tidak dilakukan perawatan pada anggota misal
keluarga
penularan
pada
anggota keluarga.
3.
6 oktober 2019
Kurang pengetahuan tentang penyakit,
penyebab,
pencegahan,
perawatan
pengobatann
s.d
-
Menjelaskan
dengan S
:
keluarga
pasien
cara
menggunakan bahasa yang
mengatakan masih
dan
sederhana
belum mengerti .
kurangnya
dan
mudah
dimengerti tentang tanda O : keluaraga tampak masih
informasi
penyakit Hepatitis seperti
55
bingung dengan apa
klien
merasa
sering
demam,sakit kepala mual -
pengobatan hepatitis Menjelaskan kepada keluarga keluarga
-
perawatan yang
terkena
hepatitis. Menjelaskan pengobatan hepatitis.
56
dijelaskan
prawat.
muntah dan kuning. A : masalah belum teratasi Menjelaskan kepada P : Lanjutkan intervensi keluarga penyebab,cara pencegahan,perawatan dan
-
yang
juga
BAB IV PENUTUP 4.1.
Kesimpulan Kesehatan keluarga ialah pengetahuan tentang suasana sehat fisik, fisik dan sosial dari induvidu-induvidu yang ada dalam satu keluarga.bebas hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis
dan
imflamasi
pada
sel-sel
hati
yang
menghasilkan kumpulan perubahan klinis biokimia serta seluler yang khas.Penyebab Hepatitis diantaranya virus hepatitis terdiri dari Hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), Hepatitis C (HCV), Hepatitis E (HEV), bisa disebabkan oleh alcohol dan obat-obatan yang bersifat hepatotoksik. irus-virus yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera dan kematian hepatositdengan secara langsung
membunuh
sel
dan
dengan
merangsang
reaksi
peradangan dan imunyang mencederai atau menghancurkan hepatosit. Reaksi peradangan melibatkan degranulasisel mast dan pelepasan histamin, pengaktivan komplemen, lisis sel-sel yang terinfeksi dansel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan interstisium. Respon imun yang timbul kemudian mendukung respon peradangan. Perangsangan komplemen dan lisis sel sertaserangan antibodi langsung terhadap antigen-antigen virus menyebabkan destruksi sel-selyang terinfeksi. Hati menjadi edematosa sehingga kapiler-kapiler kolaps dan aliran darah berkurang yang menyebabkan hipoksia jaringan, akhirnya terbentuk jaringan ikat dan fibrosisdihati.Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saatini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga
satu-satunya
jalan untuk
mencegah
hepatitis
virus adalah dengan vaksinasi. 4.2.
Saran Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti hepatitis ini,tindakan pencegahan adalah pilihan
57
utama kita. Setelah membaca dan mengetahui carapenularanya, sebetulnya kita semua sudah mengerti apa yang harus kita kerjakan supayaterhindar dari penyakit menahun ini. Karena jalur penularan terutama lewat suntikan, maka setiap kali disuntik harus yakin bahwa jarumnya steril, yang praktis adalah penggunakan jarum baru atau disposibel ( sekali pakai buang). Dan yang paling penting adalah melakukanvaksinasi, vaksin merupakan suatu zat ( antigen) yang jika disuntikan ke dalam tubuh kitadapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan
zat
anti
(
antibody)
terhadapantigen
tersebut.Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan perawatan
secepatnya
menyebabkan
agartidak
kanker
hati.
bertambah Dan
parah
perawat
hingga harus
memberikanpendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga klien yang belum megetahui bahaya dancara pencegahan hepatitis sedini mungkin.
58
DAFTAR PUSTAKA
Corwm, Elizabeth J,2001, Buku Saku Patofisiologi; alih bahasa Brahm U. Pendit...(et. Al.) ; Editor Endah P, Jakarta : EGC Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC). Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius. Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby. Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses Penyakit.; alih bahasa, Brahm U. Pendit…(et. Al.) edisi 6, Jakarta : EGC Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC. Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification 2005-2006, NANDA International. Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Jakarta, EGC. Alimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta : Salemba Medika. Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2. (edisi Delapan). Jakarta : EGC. Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan. (Edisi dua). Jakarta : EGC. Dienstag, J. L., 2008. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of Internal Medicine Volume II 17th Edition. The Mc Graw Hill Company,1932-1948. Doenges, Marlynn E, Mary Frances Moorhouse., dan Alice C. Geissler. 1999 Rencana
Asuhan
Keperawatan
:
Pedoman
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. 59
untuk
Perencanaan
dan
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009 - 2011. Jakarta : EGC NANDA. 2012. Diagnose keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :EGC Tambayong, Jan.(2000). Patifisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
60