Askep Keluarga Pada Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Pra School [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

KEPERAWATAN KELUARGA Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tahap Tumbang Usia Pra Sekolah Dosen Pengampu: Ns. Dewi Setyawati, MNS

Disusun Oleh: Kelompok III, 6C Ria Herlina

(G2A017126)

Misbah Indra N

(G2A017127)

Griselda Aramita L. (G2A017128) Finaa Irfana

(G2A017129)

Mutiara Ayu N

(G2A017130)

Adelia Chusnatul D

(G2A017131)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2020

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yan telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tahap Tumbang Usia Pra Sekolah”. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka penugasan kelompok pada mata kuliah Keperawatan Keluarga Semester 6. Dalam penyusunan makalah ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitasn, namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelessaikan makalah ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat dijadikan masukan untuk penulisan makalah selanjutnya. Walaikum’salam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Semarang, 09 Juni 2020

Penulis Kelompok 3C

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................i Kata Pengantar..................................................................................................ii Daftar Isi...........................................................................................................iii Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang......................................................................................1 b. Tujuan Penulisan..................................................................................3 c. Ruang Lingkup Penulisan.....................................................................3 Bab II Konsep Tahap Tumbuh Kembang Keluarga a. Definisi dan Batasan Karateristik.........................................................4 b. Tugas Perkembangan Keluarga............................................................8 c. Masalah – Masalah Kesehatan dan Promosi .......................................10 d. Peran Perawat dalam Tahap Perkembangan.........................................13 Bab III Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasar Tahap Perkembangan Keluarga (aplikasi kasus) a. Pengkajian.............................................................................................16 b. Analisa data..........................................................................................23 c. Skoring .................................................................................................25 d. Diagnosa Keperawatan.........................................................................27 e. Intervensi..............................................................................................28 Bab IV Kesimpulan..........................................................................................32 Daftar Pustaka...................................................................................................33

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi interaksi antara anak dan orang tuanya (Padila,2012). Sedangkan menurut Friedman (2010) keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi, 2008), menyebutkan bahwa keluarga memiliki tahap perkembangan menjadi delapan adalah sebagai berikut: keluarga dengan pasangan baru (Berganning Family), keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing), keluarga dengan anak prasekolah, keluarga dengan anak usia sekolah (6 – 13 tahun), keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun), keluarga dengan anak dewasa (anak 1 meninggalkan rumah), keluarga usia pertengahan (Midle Age Family), dan keluarga dengan lansia. Tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas perkembangannya masing- masing, salah satunya adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Tahap ini mulai saat kelahiran anak pertama berusia 3 tahun dan berakhir saat anak berusia 6 tahun. (Patmonodewo, 2008). Oleh karena itu keluarga dengan tahap perkembangan usia anak prasekolah mempunyai tugas antara lain membantu anak untuk bersosialisasi, beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan keluarga sekitar), pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh kembang anak (Friedman, 2010).

1

Keluarga dengan usia anak prasekolah mempunyai masalah kesehatan yang sering terjadi. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada tahap perkembangan keluarga ini antara lain kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, gangguan pola tidur, perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat hingga penyakit menular atau infeksi (Edelman & Mandle, 1986 dalam Setiadi 2008 ). Tugas perkembangan di usia pra sekolah ada diantaranya yaitu membantu anak untuk bersosialisasi, tetapi di kehidupan di masa sekarang banyak orang tua yang membiarkan anaknya untuk menggunakan gadget. Gadget adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang artinya sebuah alat elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi menurut Osland (dalam Effendi, 2013). Pada tahap perkembangan anak usia pra sekolah memiliki tanda-tanda kecanduan gadget seperti: kehilangan keinginan untuk beraktivitas, berbicara tentang teknologi secara terus-menerus, cenderung sering membantah suatu perintah jika itu menghalangi dirinya mengakses gadget, sensitif atau gampang tersinggung, menyebabkan mood yang mudah berubah, egois, sulit berbagi waktu dalam penggunaan gadget dengan orang lain, sering berbohong karena sudah tidak bisa lepas dengan gadgetnya, dengan kata lain anak akan mencari cara apapun agar tetap bisa menggunakan gadgetnya walaupun hingga mengganggu waktu tidurnya (Maulida, 2013). Berdasarkan peneltian mengenai penggunaan gadget dikawasan Komplek Perumahan Pondok Jati dari 17 anak 14 anak diantaranya anak mengatakan bahwa pemakaian gadget lebih menyenangkan dibandingkan bermain dengan teman sebayanya dan orang tua yang seharusnya lebih memeperhatikan anakanaknya,

malah

venderung

memperbolehkan

dan

mengiyakan

dan

membiarkan anaknya bermain dengan gadget tanpa memperdulikan lingkungan sekitar (Novitasari dan Khotimah, 2016 dalam Sofi, 2017). Keluarga dengan anak usia prasekolah memiliki ketidakmampuan menjadi orang tua seperti: menghalangi minat dan kegiatan anak, memeberikan contoh yang buruk, udah jengkal dan marah, sedikit kasih sayang terhadap anak, melarang anak bergaul dengan teman, harapan terhadap anaktidak relatif, dan

2

membuat suasana rumah tegang atau tidak menyenangkan hingga pola asuh pada anak kurang baik (Soekarno dalam Sofi, 2017) Dengan demikan makalah ini akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Keluarga pada tahap Tumbuh Kembang Usia prasekolah. Penulis berharap dengan makalah dan aplikasi kasus ini memberikan asuhan keperawatan dan mengimplementasikan susuai dengan intervensi yang sudah direncanakan dalam memberikan manfaat yang segnifikan bagi keluarga dengan dengan tahap tumbang anak usia prasekolah. B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari: 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan “Asuhan Keperawatan pada Tahap Tumbuh Kembang anak usia Prasekolah”. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah: a. Mahasiswa mampu memaparkan “Konsep dari Keluarga pada Tahap Tumbuh Kembang dengan Anak Usia Prasekolah” b. Mahasiswa dapat menerapkan “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah” sesuai kasus meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa, intervensi, implementasi, serta evaluasi. C. Ruang Lingkup Penulisan Ruang lingkup penulsian malah ini yaitu konsep keluarga pada tahap tumbuh kembang dengan anak usia prasekolah dan asuhan keperawatan keluarga pada tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah.

3

BAB II KONSEP TAHAP TUMBUH KEMBANG KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASKOLAH

A. Definisi dan Batasan Karateristik Menurut Friedman (2010 ) tahap tumbuh kembang keluarga dengan anak usia prasekolah merupakan tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 – 6 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah, istri – ibu, anak laki-laki – saudara, anak perempuan – saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan berbeda. 1. Definisi anak usia sekolah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), usia prasekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Anak dari usia 1 sampai 5 atau 6 tahun menguatkan rasa identitas jender dan mulai membedakan perilaku sesuai jenis kelamin yang didefinisikan secara sosial serta mengamati perilaku orang dewasa, mulai untuk menirukan tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama, dan mempertahankan atau memodifikasi perilaku yang didasarkan pada umpan balik orangtua (Potter & Perry, 2005) Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun saat dimana sebagian besar sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan yang moderat (Wong, 2008). Anak usia prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal, yaitu berada pada usia tiga sampai enam tahun (Potter & Perry, 2005). Anak usia prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi- potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan

4

karakteristik sebagai berikut, berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu, imajinasi, belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal (tubuh), belajar dari lingkungannya, berkembangnya cara berfikir, berkembangnya kemampuan berbahasa, dan munculnya perilaku (Wong, 2008). 2. Ciri-ciri anak usia prasekolah Snowman (dalam Patmonodewo, 2008) mengemukakan ciri-ciri anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya berada di Taman Kanak-Kanak. Ciri-ciri yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak. a. Ciri fisik Anak usia prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat suka melakukan kegiatan yang dilakukan sendiri. Setelah melakukan

berbagai

kegiatan,

anak

usia

prasekolah

membutuhkan istirahat yang cukup. Otot-otot besar pada anak usia prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu, mereka biasanya belum terampil dalam melakukan kegiatan yang agak rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak usia prasekolah juga sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan perhatiannya pada objek-objek yang kecil ukurannya. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala mereka masih lunak. Selain itu, walaupun anak laki-laki lebih besar, akan tetapi anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang praktis. b. Ciri sosial Pada tahap ini mereka mempunyai satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisir dengan baik. Anak yang lebih muda sering kali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih tua. Selain itu permainan mereka juga bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan gender. Sering terjadi

5

perselisihan tetapi kemudian berbaikan kembali. Pada anak usia prasekolah juga sudah menyadari peran jenis kelamin dan sextyping. c. Ciri emosional Anak usia prasekolah cenderung mengekspresikan perasaan secara bebas dan terbuka. Iri hati juga sering terjadi diantara mereka dan anak usia prasekolah pada umumnya sering kali merebut perhatian orangtua ataupun guru. d. Ciri kognitif Anak usia prasekolah umumnya sudah terampil dalam berbahasa. Pada usia prasekolah anak biasanya tidak ragu untuk

mengekspresikan

apa

yang

ada

dipikirannya.

Kompetensi anak juga perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, memahami dan kasih sayang. 3. Karateristik anak usia prasekolah a. Perkembangan motorik Pada saat anak mencapai tahapan usia prasekolah (4-6 tahun) ada ciri yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak usia prasekolah. Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang badan dan keterampilan yang mereka miliki. Bertambahnya usia, perbandingan antar bagian tubuh akan berubah. Gerakan anak usia prasekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam pola-pola. . Perkembangan lain yang terjadi pada anak usia prasekolah , umumnya ialah jumlah gigi yang tumbuh mencapai 20 buah. Gigi susu akan tanggal pada akhir masa usia prasekolah. Gigi yang permanen tidak akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem tulang akan terus berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak mereka telah mencapai ukuran orang dewasa pada saat anak mencapai usia prasekolah. Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya

6

koordinasi otot- otot besar, seperti ; berjalan, melompat, berlari, melempar dan naik. Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus, seperti ; menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain sebagainya. b. Perkembangan kognitif Fase berkembangan kognitif anak usia prasekolah adalah fase praoperasional. Karakteristik utama perkembangan intelektual tahap ini didasari sifat egosentris. Pemikiran di dominasi oleh apa yang dilihat, dirasakan dan dengan pengalaman lainnya. Fase ini dibagi menjadi 2 yaitu: 1) Prokonseptual (2-4 tahun) Anak mengembangkan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi mengembangkan

dan

bermasyarakat.

sebab-akibat,

trial

Anak dan

error

mulai dan

menginterpretasikan benda/kejadian. Anak mulai menggunakan sinbul kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan yang akan datang. 2) Intuitive thuoght ( 4-6 tahun ) Anak mampu bermasyarakat namun masih belum mampu berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku orang dewasa tetapi sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang dilakukan. c. Perkembangan bahasa Pada usia prasekolah anak akan belajar banyak kosa kata dalam berbicara. Bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, dapat diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan sendiri yang berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas. Anak usia prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara, antara lain dengan bertanya, melakukan dialog dan menyanyi

7

d. Perkembangan psikososial Fase perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah inisiatif vs rasa bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan

cara

bereksplorasi

mengkaji

lingkungan

melalui

terhadap

lingkungannya.

kemampuan

Anak

belajar

mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Inisiatif berkembang dengan teman sekelilingnya. Kemampuan anak berbahasa meningkat. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas. Hasil akhir yang diperoleh adalah menghasilkan suatu prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berpretasi. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih marah, mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol. e. Perkembangan moral Fase perkembangan moral pada anak usia prasekolah memasuki fase prekonvensional. Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah melalui budaya sebagai dasar peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1) Didasari adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan 2) Orientasi hukuman dan ketaatan 3) Anak berfokus pad motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan B. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah 1. Tugas perkembangan anak usia prasekolah a. Personal/ sosial 1) Upaya untuk menciptakan diri sendiri seperti orang tuanya, tetapi mandiri 2) Menggali lingkungan atas hasil prakarsanya

8

3) Membanggakan, mempunyai perasaan yang tidak dapat dirusak 4) Keluarga merupakan kelompok utama 5) Kelompok meningkat kepentingannya 6) Menerima peran sesuai jenis kelaminnya 7) Agresif b. Motorik 1) Meningkatnya kemampuan bergerak dan koordinasi jadi lebih mudah 2) Mengendarai sepeda dengan dua atau tiga roda 3) Melempar bola, tetapi sulit uintuk menangkapnya c. Bahasa dan kognitif 1) Egosentrik 2) Ketrampilan bahasa makin baik 3) Mengajukan banyak pertanyaan; bagaimana, apa, dan mengapa? 4) Pemecahan masalah sederhana: menggunakan fantasi untuk memahami, mengatasi masalah. d. Ketakutan 1) Pengrusakan diri 2) Dikebiri 3) Gelap,Ketidaktahuan 4) Objek bayangan, tak dikenal. 2. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah Kehidupan keluarga pada tahap ini sibuk dan anak sangat tergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami, istri, dan pekerjaan (purna waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan hubungan kerja sama antar suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak

9

khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai. Adapun

tugas

perkembangan

keluarga

dengan

anak

usia

prasekolah yaitu: 1) Membantu anak untuk bersosialisasi 2) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus dipenuhi. 3) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar) 4) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak 5) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga 6) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tugas perkembangan ini menyesuaikan pada kebutuhan anak prasekolah yaitu sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial serta merencanakan unutk kelahiran selanjutnya. C. Masalah – Masalah Kesehatan dan Promosi pada tumbuh kembang keluarga dengan anak usia prasekolah Pada perkembangan keluarga dengan tahap usia anak prasekolah terdapat juga masalah-masalah yang terjadi, masalah tersebut meliputi: 1) Masalah kesehatan Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare, cacar air, difteri, dan campak. 2) Hubungan keluarga Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran anggota keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang tua.

10

3) Bahaya fisik a. Kecelakaan Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan ketrampilan tertentu. Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik namun kecelakaan ini sering terjadi akan dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak akan takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal ini terjadi bisa berkembang menjadi masa malu. b. Keracunan Pada dasarnya usia anak prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat tanpa mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak hal ini akan mengakibatkan keracunan jika terjadi. 4) Bahaya psikologis Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi.

Rasa

bersalah

dapat

menyebabkan

anak

kurang

bersosialisasi, lebih pemarah, mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol. 5) Gangguan tidur Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM (rapid eye movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan benar-benar terbangun dan dapat mengingat kembali mimpinya secara terperinci. Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-satunya tindakan yang perlu dilakukan orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa menunjukkan masalah psikis. Pengalamam yang menakutkan (termasuk cerita menakutkan atau film tentang kekerasan di televisi) bisa menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama sering ditemukan pada anak-anak yang

11

berumur 3-4 tahun, karena mereka belum bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Teror dimalam hari adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur anak setengah terbangun dengan kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat mengingat kembali apa yang telah dialaminya. Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur anak bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan tidur sambil berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM) dan terjadi dalam 3 jam pertama setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa menit. Teror dimalam hari sifatnya dramatis karena anak menjerit-jerit dan panik, keadaan ini paling sering ditemukan pada anak yang berumur 3-8 tahun. Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut: a. Ajak anak kembali ketempat tidurnya. b. Berikan cerita yang pendek. c. Tawari

untuk

ditemani

oleh

boneka

atau

selimut

kesayangannya. d. Gunakan lampu redup sebagai penerangan yang tidak terlalu mengganggu tidurnya. 6) Masalah toilet training (pelatihan buang air) Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun. Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri. Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10% anak berusia 6 tahun masih mengompol pada malam hari. Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah dengan mengenali kesiapan anak.

12

Adapun tanda dari kesiapan anak adalah: a. Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering. b. Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah. c. Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair (pispot khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus). d. Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana. Strategi - strategi promosi kesehatan umum berhubungan erat selama tahap perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah ini, karena tingkah laku gaya hidup yang dipelajari selama masa kanak-kanak dapat menyebabkan konsekuensi-konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Promosi kesehatan yang dapat diberikan yaitu pendidikan kesehatan keluarga dengan diarahkan pada pencegahan masalah - masalah kesehatan utama seperti merokok, penyahagunaan obat-obatan dan alkohol, seksualitas manusia, keselamatan, diet, dan kebutuhan nutrisi, olahraga dan penanganan stress, dukungan sosial. Tujuan utama bagi para perawat yang bekerja dengan keluarga dan anak usia prasekolah adalah mebaantu mereka membentuk gaya hidup yang sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisik, intelektual, emosional dan sosial secara optimal (wilson, hal. 177 dalam Gusti Yoanda 2016). D. Peran Perawat dalam Tahap Perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah Peran perawat dalam tahap ini dengan cara: 1. Memonitor, perawat sebagai pegawas perkembangan awal masa kanak-kanak, serta perujukan apabila adanya indikasi masalah kesehatan 2. Pelaksana, perawat sebagai pelaksana bekerja sama dengan keluarga untuk bertanggungjawab dalam memberikan

perawatan secara

langsung. Perawat juga sebagai penyedia imunisasi selain itu perawat dapat mengajarkan atau mendemostrasikan kepada keluarga tentang

13

asuhan yang dapat diberikan kepada anak yang sakit dengan harapan nanti akan melakukan asuhan langsung kepada anak yang sedang sakit. 3. Pendidik, perawat sebagai pendidik dalam tindakan pertolongan pertama dan kedaruratan, selain itu perawat juga sebagai pendidik tentang langkah utama di keluarga dalam tahap ini yaitu personal hygine pada anak 4. Case manager, perawat sebagai case manager dalam isu pemecahan masalah mengenai kebiasaan kesehatan di keluarga 5. Koordinator, perawat sebagai koordinator dari pelayanan pedriatri 6. Kolabolator, perawat sebagai kolabolator dengan bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anngota tim pelyanan kesehatan yang lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal 7. Konselor, perawat sebagai konselor pada nutrisi keluarga dengan tahap ini serta pelatihan, perawat sebagai konselor juga membantu modifikasi kondisi rumah dan lingkungannya 8. Fasilitator, perawat sebagai fasilitator dalam hubungan interpersonal yaitu

membantu

keluarga

dalam

meningkatkan serajat kesehatan.

14

menghadapi

kendala

unutk

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BERDASAR TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA (APLIKASI KASUS) Seorang ibu ( Ny. A ) usia 27 th membawa anak satu-satunya (An. E) yang berusia 5 tahun ke puskesmas dengan keluhan anak BAB cair dan BAB lebih dari 9 kali dalam 9 jam terakhir, mual muntah 6 kali dalam 9 jam dan tidak mau makan, anakya sering mengalami diare, saat sampai di puskesmas anak terlihat lemas, pucat, mukosa bibir kering, dan selalu di gendong ibunya. Dari hasil pemeriksaan di dapatkan TD 70/50 mmHg, Nadi 90 x/menit, Pernapasan 21x/menit, Suhu 35,6 C, dan CRT > 3 detik. Dari penuturan ibu klien , bahwa anaknya mendapatkan imunisasi Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, anak tumbuh hiperaktif dalam beraktivitas, sekitar lingkungan rumah sangat jarang dengan sumber air, sumber air yang terdapat di lingkungan rumah hanya ada sungai sekitar 100 meter dari rumah dan sumber air bersih lainnya hanya ada satu sumur tetapi jaraknya sangat jauh, sehingga sebagian besar aktivitas ibu klien dan warga dilakukan di sungai tersebut seperti menycuci, mandi dll, tak jarang juga ibu klien mengambil air dari hulu sungai untuk dimasak. Meski di daerah tempat tinggal terdapat penjual air galon tetapi uangnya sayang jika harus membeli air galon hanya untuk memasak, karena pekerjaan suaminya (Tn.K) usia 30 tahun hanya sebagai buruh dan ibu klien cuman sebatas ibu rumah tangga, maka dari itu mereka harus menghemat uang. Ibu klien juga berkata hiburan rekreasi hanya menonton TV jangankan untuk pergi rekreasi, uang hasil kerja suami hanya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi keluarganya. Ibu klien mengatakan takut akan sakit yang di alami anaknya dan juga mengatakan tidak mengetahui penyebab dari penyakit anaknya. Sebelumnya ibu pasien dan suaminya pernah mendengar mengenai diare, namun saat di beri pendidikan kesehatan sebelumnya mengaku sulit untuk memahaminya karena hanya lulusan SD. Perawat akan melakukan pengkajian keluarga.

15

A. Pengkajian 1. Data umum a. Nama Kepala Keluarga (KK)

: Tn. K

b. Usia

: 30 tahun

c. Pekerjaan

: Buruh

d. Alamat dan Telp. e. Komposisi anggota keluarga

: Semarang, :-

f. Pendidikan

: SD

g. Tipe keluarga

: Nuclear Family

h. Suku bangsa

: Jawa

i. Agama

: Islam

j. Status sosial ekonomi keluarga

: KS tahap I

k. Aktivitas rekreasi keluarga

: Menonton TV

N Nama J Hub u o. K dg m

Pe nd

B C

Polio

Status imunisasi DPT

1.

Tn. K L

2.

Ny. A P

Istri 27 SD √ √ √





√ √













3.

An. E L

Anak 5





√ √











Lengk ap

√ √ √

16

3

Ket

1 2 3 4 K u . KK K 30r SD √ √ √ √ √

-

1 2

Hepatitis B Ca mp ak 1 2 3

√ √













Genogram

Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Klien laki-laki : Klien perempuan : Tinggal dalam 1 rumah

2. Data Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga Tn. K pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah karena saat ini anak pertama berusia 5 tahun. b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tahap perkembangan keluarga Tn. K disebut pekembangan keluarga dengan anak usia prasekolah, namun pada tahap ini keluarga belum dapat memahami cara perawatan anak sakit diare dengan tepat karena hanya lulusan SD. c. Riwayat keluarga inti

17

Keluarga tidak ada yang memliki penyakit menular dan menurun, serta biasanya akan memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas. d. Riwayat keluarga sebelumnya 1) Prenatal 2) Natal

::-

3) Postnatal

:-

4) Feeding

:-

5) Penyakit sebelumnya : Ibu klien megatakan anaknya sudah sering terserang diare dan sembuh dengan obat puskesmas 6) Alergi

:-

7) Obat

:-

8) Imunisasi

:

Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun 9) Tumbuh kembang : Anak tumbuh hiperaktif dalam beraktivitas 3. Data Pengkajian Lingkungan a. Karakteristik rumah Tn. K tinggak dirumah sendiri dengan anak dan istrinya. Sumber air yang digunakan yaitu sungai yang sekitar 100 meter dari rumah dan sumber air bersih lainnya hanya ada satu sumur tetapi jaraknya sangat jauh. b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW Ibu klien mengatakan bahwa warga sekitar juga berperilaku sama, menggunakan air sungai sebagai kegiatan sehari-hari seperti mencuci, mandi,dan bahkan memasak. c. Mobilisasi geografis keluarga : d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Ibu klien berkata waktunya dihabiskan dengan mengasuh anaknya karena tidak bekerja (ibu rumah tangga), intraksi warga biasanya

18

terjadi sat melakukan aktivitas disungai seperi mengambil air, mandi, mencuci dll. e. Sistem pendukung keluarga Keluarga melakukan perannya dan memahami satu sama lain. 4. Struktur keluarga a. Pola komunikasi keluarga Pola komunikasi dalam keluarga antara Tn. K dan Ny. A secara terbuka jika terjadi masalah didalam keluarga, demikian juga dalam komukiasi dengan anak. b. Struktur kekuatan keluarga Ny. A menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sendiri karena Tn. K bekerja sebagai buruh. Apabila ada permasalahan dalam keluarga Tn. K dan Ny. A berdiskusi untuk menyelesaikannya. c. Struktur peran Tn. K sebagai suami, kepala rumah tangga dan pencari nafkah utama dan keluarga bertanggungjawab penuh dengan keluarganya. Ny. A sebagai istri, pengelola rumah tangga dan pendidik anak. An. E sebagai anak melakukan tugas sehari-hari bermain, belajar dan bersosialisasi dengan temannya. d. Nilai atau norma keluarga Nilai yang diterapkan keluarga Tn. K adalah, sebagai KK dia yg wajib mencari nafkah dan Ny. A harus menjaga anak-anak dan menyelesaikan pekerjaan rumah. 5. Fungsi Keluarga a. Fungsi afektif Seluruh anggota keluarga saling menghormati dan menyayangi. Tn. K dan Ny. A saling memberi dukungan satu sama lain. Mereka saling menumbuhkan sikap saling menghargai dan memahami. b. Fungsi sosialisasi

19

Seluruh anggota keluarga berinteraksi dengan baik dan berusaha untuk saling menjaga dan mendukung serta melaksanakan tugasnya masing-masing. c. Fungsi reproduksi Keuluarga Tn. K dan Ny. A mempunyai 1 orang anak yang sekarang berusia 5 tahun. d. Fungsi ekonomi Ekonomi di dalam keluarga Tn. K hanya Tn. K yang mencari nafkah yaitu sebagai buruh katena hanya lulusan SD. e. Fungsi perawatan kesehatan Ibu

klien

selalu

menggunakan

fasilitas

kesehatan

(puskesmas) saat anaknya sakit karena itu yang Ny. A lakukan. 6. Stres dan koping keluarga a. Stressor jangka pendek dan panjang Ny. A merasa takut akan sakit yang di alami anaknya dan juga karena tidak mengetahui penyebab dari penyakit anaknya, serta bagaimana cara merawat anaknya yang sakit walaupun anaknya sering mengalami diare. Stressor jangka panjangnya karena pekerjaan suaminya (Tn.K) hanya bekerja sebagai buruh dan Ny. A hanya sebatas ibu rumah tangga, maka dari itu mereka harus menghemat uang. hiburan rekreasi mereka hanya menonton TV jangankan untuk pergi rekreasi, uang hasil kerja suami hanya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi keluarganya. b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor Karena keluarga tidak faham bagaimana cara merawat anak dengan sakit diare maka yang mereka lakukan adalah embawa anak ke pelayanan kesehatan unutk mendapatkan perawatan. Sepertinya Ny. A memahami kondisi ekonomi keluarganya dan memahami pekerjaan suaminya Ny. A menghemat uang, dan memenuhi kebutuhan nutrisi secukupnya. c. Strategi koping yang digunakan

20

Keluarga Tn. T menggunakan pemahaman masalah yang terjadi. d. Strategi adaptasi disfungsional Memanfaatkan fasilitas dan pelayanan kesehatan yaitu ketika anak mereka sakit Ny. A membawa anaknya ke Puskesmas. 7. Pemeriksaan fisik individu Nama Anggota Keluarga No 1

Variabel Riwayat penyaikt sata

Tn. K

Ny. A

-

-

Diare, Ibu klien mengatakan anaknya sudah BAB 9x dalam 9 jam, dan mual muntah 6x ,karena khawatir ibu membawanya ke puskesmas

-

-

BAB 9x dalam 9 jam dengan konsistensi cair

ini

2

Keluhan yang

An. E

dirasakan

3

Tanda dan gejala

-

-

Terlihat lemas, pucat, mukosa bibir kering, dan selalu di gendong ibunya

4

Riwayat penyakit

-

-

Ibu klien mengatakan anaknya sering diare

sebelumnya

21

5

TTV

-

-

Suhu : 35,6 C Nadi : 90x/menit RR: 21x/menit TD : 70/50 mmhg

6

Sistem kardiovaskuler

Letak normal ics

Letak normal ics 2

2 dan 3-5 dan 6

dan 3-5 dan 6

Ictus cordis

Ictus cordis normal

normal yaitu

yaitu ics 5 dan 6

ics 5 dan 6

Irama teratur,

Irama teratur,

suara tambahan

suara

tidak ada

Tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.

tambahan tidak 7

Sistem Respirasi

ada Sistem bernafas

Saat bernafas tidak

Saat bernafas tidak

tidak

menggunakan otot

menggunakan otot

menggunakan

bantu pernafasan.

bantu pernafasan.

otot bantu

Tidak ada bengkak

Tidak ada bengkak

pernafasan.

lesi (-).Tidak ada

lesi (-).Tidak ada

Tidak ada

penimbunan

penimbunan

bengkak, lesi

cairan. Bumyi

cairan. Bumyi

(-). Tidak ada

nafas vesikuler

nafas vesikuler

penimbunan cairan. Bumyi nafas vesikuler

22

8

Sistem GI

Simestris, warna

Simestris, warna

Simestris, warna

normal, ascites (- normal, ascites (-).

normal, ascites

). Tidak ada

Tidak ada nyeri

(-). Tidak ada

nyeri tekan,

tekan, tidak ada

nyeri tekan, tidak

tidak ada

benjolan. Bising

ada benjolan.

benjolan. Bising

usus (+). Organ

Bising usus (+).

usus (+). Organ

pada abdomen

Organ pada

pada abdomen

normal.

abdomen normal.

normal. 9

Sistem

Berfungsi

Berfungsi dengan

Berfungsi dengan

Muskuloskeletal

dengan baik.

baik. Reflek patella

baik. Reflek

Reflek

(+)

patella (+)

patella (+) 10

Sistem genitalia

-

-

8. Harapan keluarga Keluarga berharap perawat dapat membanyu mengatasi masalah kesehatan yang ada di keluarga, memberikan asuhan keperawatan keluarga dilakukan secara teratur dan berkesinambungan serta diberi tahu bagaimana cara menanggulangi peramasalahan yang ada atau cara merawatnya

23

-

B. Analisa Data No

Data

Diagnosa

1. DO : -

Kurangnya pengetahuan Ny. A An. E tampak lemas,

dalam mengetahui penyebab sakit

pucat, mukosa bibir

diare pada An. E

kering -

Suhu : 35,6 C

-

Nadi : 90x/menit

-

RR : 21x/menit

-

TD : 70/50 mmhg

DS : -

Ny. A mengatakan takut akan sakit yang di alami anaknya dan juga mengatakan tidak mengetahui penyebab dari penyakit anaknya.

-

Sebelumnya Ny. A dan

24

2. DO : -

Resiko Ny.

pucat, mukosa bibir

melakukan perawatan

kering

diare pada anaknya

Suhu : 35,6 C

-

Nadi : 90x/menit

-

RR : 21x/menit

-

TD : 70/50 mmhg

dan

kemampuan

An. E tampak lemas,

-

A

gangguan Tn.

K

untuk

penyakit

DS : -

Ny. A mengatakan takut akan sakit yang di alami anaknya dan juga mengatakan tidak mengetahui penyebab dari penyakit anaknya.

C. Skoring 1. Kurangnya pengetahuan Ny. A dalam mengetahui penyebab sakit diare pada An. E No. 1.

Kriteria Sifat masalah

Skor

bobot

Skala : Wellnes/Aktual

3

Resiko

2

Potensial Skoring 2. Kemungkinan masalah dapat diubah Skala :

1

1 3/3 x 1 = 1

2

Mudah

1

Sebagian Tidak dapat Skoring 3. Potensi masalah untuk dicegah Skala :

2

0 2/2 x 2 = 2 1

25

Tinggi

3

Cukup

2

Rendah Skoring 4. Menonjolkan masalah

1 3/3 x 1 =1

Skala : Segera ditangani

2

Tidak perlu ditangani

1

Tidak dirasakan Skoring Total Skor

1

0 2/2 x 1 = 1 5

2. Resiko gangguan kemampuan Ny. A dan Tn. K untuk melakukan perawatan penyakit diare pada anaknya

No. 1.

Kriteria Sifat masalah

Skor

bobot

Skala : Wellnes/Aktual

3

Resiko

2

Potensial Skoring 2. Kemungkinan masalah dapat diubah Skala :

1

1 2/3 x 1 = 2/3

2

Mudah

1

Sebagian Tidak dapat Skoring 3. Potensi masalah untuk dicegah

2

0 2/2 x 2 = 2

Skala : Tinggi

3

Cukup

2

Rendah Skoring 4. Menonjolkan masalah

1

1 3/3 x 1 =1

Skala :

1

26

Segera ditangani

2

Tidak perlu ditangani

1

Tidak dirasakan Skoring Total Skor

0 2/2 x 1 = 1 4 2/3

D. Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas 1. Kurangnya pengetahuan Ny. A dalam mengetahui penyebab sakit diare pada An. E 2. Resiko gangguan kemampuan Ny. A dan Tn. K untuk melakukan perawatan penyakit diare pada anaknya

27

E. Intervensi No 1.

Diagnosa Kurangnya pengetahuan Ny. A dalam mengetahui penyebab sakit diare pada An. E

Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan Tn.K

dapat

memahami diare

keluarga

yang

penyakit dialami

Kriteria evaluasi Khusus Kriteria Standar Setelah dilakukan Setelah Setelah tindakan

Intervensi 1) Berikan

dilakukannya diberikannya

pendidikan

keperawatan selama pendidikan

pendiidkan

penyakit dan

1

pengetahuan

pendidikan

terhadap

kesehatan

anak penyakit diare

terhadap

x

24

jam pengetahuan

diharapkan keluarga penyakit Tn. K dapat:

diare

1) Menjelaskan apa

anaknya

terhadap itu keluarga

penyakit diare 2) Menjelaskan tanda

Tn.K mencapai

gejala kriteria 90 %

penyakit diare

anak selama 1

keluarga Tn.

x

K

24

jam

diharapkan: 1) Pengetahu an

penyakit diare anak 2) Diskusikan

keluarga

dengan

Tn.K

keluarga apa

penyebab

terhadap

itu

penyakit diare

penyakit

diare,

diare

gejala

3) Menjelaskan

meninggat

28

tentang

penyakit tanda

3) Diskusikan

30 %

dengan

2) Keluarga

keluarga

Tn.K

tentang

dapat

penyebab

menyebut

diare

kan

anak

pada

penyebab

4) Diskusikan

penyakit

tentang

diare anak

lingkungan dan

nutrisi

yang

dapat

menyebabkan diare

pada

anak 5) Berikan media pembantu seperti leaflet dalam 2.

Resiko

gangguan Setelah

dilakukan Setelah 29

dilakukan Setelah

Setelah

pendidikan 1) Jelaskan

kemampuan Ny. A dan tindakan keperawatan tindakan

diajarkan cara

kepada

Tn. K untuk melakukan selama 2 x 24 jam keperawatan selama cara merawat

merawat anak

keluarga

perawatan

yang

sakit

mengenai

dengan

diare

penanganan

penyakit diharapkan

diare pada anaknya

Tn.

keluarga 2

K

24

jam penyakit

dapat diharapkan keluarga diare

memahami mampu

x

diajarkan

dan Tn. K dapat: merawat Mendemostrasikan

anak

pada

keluarga

pengetahuan

penyakit diare yang cara atau langkah Tn.K dialami anaknya

merawat dengan diare

pada

dapat

dan

terhadap

dirumah 2) Ajarkan

anak mendemostra

penyakit diare

keluarga

sikan

anak selama 2

bagaimana

mencapai

x

cara merawat

kriteria 90 %

diharapkan:

24

jam

1) Klg Tn.K dapat

anak dengan diare 3) Jelaskan pada

merawat

keluarga

anak dengan

tentang ntrisi

penyakit

yang

baik

diare

unutk

anak

meninggat

dengan diare

30 %

30

diare

BAB IV KESIMPULAN

Tahap tumbuh kembang keluarga dengan anak usia prasekolah adalah tahap yang mulai saat kelahiran anak pertama berusia 3 tahun dan berakhir saat anak berusia 6 tahun. (Patmonodewo, 2008). Oleh karena itu keluarga dengan tahap perkembangan usia anak prasekolah mempunyai tugas antara lain membantu anak untuk bersosialisasi, beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan keluarga sekitar), pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh kembang anak (Friedman, 2010). Keluarga dengan usia anak prasekolah mempunyai masalah kesehatan yang sering terjadi. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada tahap perkembangan keluarga ini antara lain kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, gangguan pola tidur, perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat hingga penyakit menular atau infeksi (Edelman & Mandle, 1986 dalam Setiadi 2008 ). Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tahap Tumbuh Kembang dengan anak usia prasekolah merupakan lebih mengkhususkan pengkajian pada anak usia 2,5 tahun, hingga anak berusia 5 tahun. Dalam tahap ini, tahap pertumbuhan dan perkembangan yang ada harus di lalui. Perawat juga berperan penting agar keluarga dapat memenuhi tahap tumbuh kembang anak.

31

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC. Padila.(2012).Buku Ajar: Keperawatan Keluarga.Yogyakarta:Nuha Medika. Patmonodewo,S.(2008). Pendidikan Anak Prasekolah.Jakarta:Rineka Cipta. Suryaningsih, Sofi. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP PERKEMBANGAN USIA ANAK PRASEKOLAH DENGAN MASALAH KETIDAKMAMPUAN MENJADI ORANG TUA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II. http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/638/1/SOFI%20SURYANINGSIH %20NIM.%20A01401973.pdf diunduh 09 Juni 2020 https://www.academia.edu/10000021/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KE LUARGA_DENGAN_ANAK_USIA_PRASEKOLAH diunduh 10 Juni 2020 https://sinta.unud.ac.id/Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah

32