26 0 315KB
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ISPA
DOSEN PEMBIMBING : Ns. Nurhayati, Sp.Kep.Kom
KELOMPOK 9 : Erika Lianty
( 20187200
Fiki Febrianto
( 20187200
Nabillah Alfaisha
( 20187200
Sefa Aryanti
( 2018720041 )
Shannas Joviani
( 2018720042 )
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2021
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah , dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Ispa “. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,kami mengharapkan segala bentuk saran dan serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbgai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Jakarta, 1 April 2021
Kelompok 9
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Alsagaff & Mukty, 2010). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satubagianataulebihdarisalurannapasmulaidarihidunghinggakantongparu (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan pleura(Widoyono,2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 2013 didapatkan angka kejadian ISPA di Indonesia sebanyak (25, 0 %), tidak jauh berbeda pada tahun 2007 sebanyak (25,5 %). Sedangkan berdasarkan data di DKI Jakarta pada tahun 2013 didapatkan angka kejadian ISPA sebanyak(25,2%), sedangkan pada tahun 2007 sebanyak (22,60 %). Karasteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1 – 4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki – laki dan perempuan.Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah.(Riskesdas,2013). BerdasarkanpenelitianyangdilakukanolehWHOpadatahun2007didapatkan angka kejadian ISPA sebanyak (98 %).Penyakit ISPA merupakan penyakit utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular didunia.Sekitar 4 juta manusia meninggal akibat ISPA setiap tahunnya, sehingga ISPA masih merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian cukup tinggi.(WHO, 2007). Berdasarkan data statistik yang ada di Puskesmas Sumur Batu diperoleh pada Tahun 2016 sebanyak (17,7 %).(Administrasi Puskesmas Sumur Batu, 2016). Sedangkan Berdasarkan data statistik yang ada di Puskesmas Utan Panjang diperoleh pada Tahun 2016 sebanyak (22,2%).(Administrasi Puskesmas Utan Panjang, 2016 )
Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah: retinitis, nyeri tenggorokan , batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeriretrostenal dan konjungtivitis, suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah dan imsomnia. Kadang-kadang dapat juga terjadi diare.Bila peningkatkan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.(Alsagaff & Mukty,2010). Apabila ISPA tidak ditangani dapat menimbulkan dampak kepenyakit kronis seperti terjadinya penyakit bronchitis, broncopneumonia, ppok dan pleuritis.Sedangkan komplikasi yang terjadi pada penderita ispa meliputi otitis media, sinusitis, brochitis, broncopneumonia, pleuritis. (Alsagaff & Mukty, 2010) Mengingat besarnya kasus dan dampak yang dapat terjadi pada kasus ISPA, diperlukan peran perawat keluarga dalam menurunkan angka kejadian dan dampak pada individu dan keluarga adapun peran perawat sebagai pemberi asuhankeperawatan,edukator,motivator.Asuhankeperawatanyangdiberikan secara komprehensif melalui upaya promotif (peningkatan kesehatan) dengan memberikan pendidikan kesehatan yaitu dengan penyulihan tentang ISPA dan pemberian lefleat pada keluarga, upaya preventif (pencegahan) dengan mengaturdiit,banyakminumairputih,makanbuah–buahandantidakmakan –makananyangberlemak,kuratif(pengobatan)minumobatsecarateraturdan rehabilitatif (pemulihan) olahraga secara teratur. Sedangkan peran keluarga penting dalam pencegahan ISPA pada balita seperti memberikan asi eksklusif, imunisai dasar yang lengkap, makanan bergizi dan kebersihanlingkungan. 1.2 Rumusan Masalah 1. 1.3 Tujuan 1. Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi 2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat 3. Meningkatkan kemampuan keluarga memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit 4. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar ISPA A. Pengertian ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atau maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun rietsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru.(Alsagaff & Mukty, 2010). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerangsalahsatubagianataulebihdarisalurannapasmulaidarihidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah,dan pleura(Widoyono,2011). B. Etiologi Ispa disebabkan beberapa hal : 1. Bakteri meliputi Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptacoccus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenze, dan lain – lain. 2. Jamur meliputi Aspergilus sp., Candinda albicans, Histoplasma, danlain – lain. 3. Virus meliputi Orthomyxovirus, Paramyxovirus,Metamyxovirus, Adenovirus, dan lain-lain 4. ISPAdapatdisebabkanolehvirus,bakteriamaupunriketsia,sedangkan infeksibakterialseringmerupakanpenyulitISPAyangdisebabkanoleh virus, terutama bila ada epidemi atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai peradangan parenkim. (Alsagaff & Mukty,2010).
C. Patofisiologi PatofisiologiIspa Bakteri (Streptococcus)
Virus (Mikrovirus, Adnovirus)
Jamur
ISPA
Silia yang terdapat pada saluran pernapasan bergerak keatas
Reaksi Antbodi Antigen Permukaan
i
Radang saluran pernapasan atas
Peningkatan produksi mukus Virus masuk ke
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Infeksi
Tubuh mengigil dan demam
Peningkatan Suhu Tubuh
Sakit saat mengunyah
Merusak lapisan epitel & mukosa saluran pernapsan
Iritasi
Anoreksia
Peradangan
Perubahan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
Batuk kering
Nyeri akut
D. Manifestasi KlinisIspa Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah: Retinitis 1. Nyeritenggorakan 2. Batuk – batuk dengan dahak kuning / putihkental. 3. Nyeri retrostenal dankonjungtivitis. 4. Suhu badan meningkat antara 4 – 7hari 5. Malaise 6. Mialgia, nyerikepala 7. Anoreksia,mual 8. Muntah – muntah daninsomnia. 9. Kadang – kadang dapat juga terjadidiare 10. Bilapeningkatansuhuberlangsunglamabiasanyamenunjukkanbahwa penyulit. (Alsagaff & Mukty,2010). E. PenatalaksanaanIspa 1. PenatalaksanaanMedis Antipiretik dan analgetik : Asetoal, Parecetamol,Metampiron Antitusif : Kodein – HCL, Noskapin Antibiotik VitaminC PenatalaksanaanKeperawatan : a. Kompres airhangat/dingin b. Perasan jeruk nipis dicampurkecap/madu c. Inhalasibuatan d. Fisioterapidada F. Pemeriksaan penunjang Ispa Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan, yaitu : 1. BiakanVirus Bahan berasal dari secret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian dikirim dalam media gelatin lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY)dalamsuhu40C.Untukenterovirusdanadenovirusselainbahan diambil dari dua tempat dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rektum.Untuk pembiakan Mikoplasma pneumonia digunakan media tryticase, soya boilon dan bovine albumin(TSB).
2. ReaksiSerologis Reaksi serologis yang digunakan anatara lain adalah pengikatan komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA serta ELISA. 3. Diagnostik Virus secaralangsung Dengan cara khusus yaitu imonofluoresensi RIA, ELISA dapat didentifikasi virus influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia, mikropon electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona. Selain itu, jumlah leukosit dan hitung jenis.Leukositosis dengan peningkatanselPMNdidalamdarahmaupunsputummenandakanada infeksi sekunder oleh karena bakteri.Jarang terjadi leokositosis yang paling sering jumlah leukosit normal atau rendah (Alsagaff & Mukty, 2010). G. Komplikasi ISPA Komplikasi yang sering terjadi antara lain: a. Otitismedia. b. Sinusitis. c. Bronchitis. d. Bronkopneumonia. e. Pleuritis (Alsagaff & Mukty,2010).\
F. Pencegahan ISPA Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain : 1. Menjaga kesehatan gizi agar tetapbaik Denganmenjagakesehatangiziyangbaikmakaituakanmencegahkita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnyadenganmengkonsumsimakananempatsehatlimasempurna, banyak minum air putih, olahraga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningat, sehingga dapat mencegah vius / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuhkita. 2. Imunisasi Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik pada anak – anak maupun orang dewasa.Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
3. Menjaga kebersihan perorangan danlingkungan Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehinggadapatmencegahseseorangmenghirupasaptersebutyangbisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagimanusia. 4. Mencegah anak berhubungan dengan penderitaISPA Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus / bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh.Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri diudara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang diudara).Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang diudara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit). 2.2 Konsep Keluarga A. Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Tahun 1988 dalam Sudiharto (2012), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan salingketergantungan. Keluarga menurut Harmoko (2012) adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. B. BentukKeluarga Beberapa bentuk keluargadapat diklasifikasikan menjadi keluarga tradisional dan keluarga non tradisional adalah sebagaiberikut: a.Keluarga Tradsional
1) Keluarga Inti Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Harmoko (2012), keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksisanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. 2) KeluargaAdopsi Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua seterusnya dari orang tua kandung ke orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi
sebuah
keluarga
yang
sangat
menginginkan
mereka
(Friedman,2010). 3) Keluarga Besar (extendedfamily) Keluarga besar adalah keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak/adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Harmoko (2012), keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebainya. 4) Keluarga dengan OrangtuaTunggal Keluarga dengan orang tua tunggal adalah keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang tua tunggal nontradisional adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak menikah (Friedman, 2010). 5) Dewasa Lajang yang TinggalSendiri Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman – teman seperti mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup
bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi anggota keluarga yang penting (Friedman, 2010). 6) Keluarga Orang TuaTiri Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas perkembangan mereka (Friedman, 2010). 7) Keluarga Binuklir Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman,2010). Dari sekian macam tipe atau bentuk keluarga, menurut Harmoko (2012) secara umum di Negara Indonesia di kenal dua tipe atau bentuk keluarga, yaitu : 1) Tipe KeluargaTradisional a) Keluarga inti : satu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung /angkat). b) Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai hubungan darah misalnya kakek, nenek, paman dan bibi. c) Single parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh kematian/perceraian. d) Single adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa e) Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri usialanjut. 2) Tipe Keluarga NonTradisional a) Commune family : lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. b) Orang tua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumahtangga. c) Homosexual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumahtangga.
C. Fungsi Keluarga Menurut Friedman (2010), ada lima fungsi keluarga menjadi saling berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan keluarga, yaitu : a.
FungsiAfektif Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini, ketika tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan pengertian. Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya. Manfaat fungsi afektif di dalam anggota keluarga dijumpai paling kuat di antara keluarga kelas menengah dan kelas atas, karena pada keluarga tersebut mempunyai lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi afektif sering terhiraukan. Balita yang seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup, pada keluarga kelas bawah hal tersebut tidak didapatkan balita terutama pada aktivitas bermainnya. Sehingga dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut pada balita karena orang tua tidak memperhatikan atau tidak memantau cara bermain pada balita tersebut (Friedman, 2010).
b.
Fungsi Sosialisasi dan StatusSosial Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah dan istri-ibu. Karena fungsi ini semakin banyak diberikan di sekolah, fasilitas rekreasi dan perawatan anak, serta lembaga lain di luar keluarga, peran sosialisasi yang dimainkan keluarga menjadi berkurang, tetapi tetap penting.
Orang tua tetap menyediakan pondasi dan menurunkan warisan budayanya ke anak- anak mereka. Dengan kemauan untuk bersosialisasi dengan orang lain, keluarga bisa mendapatkan informasi tentang infeksi saluran pernafasan akut, penyebab dan pencegahan terjadinya infeksi saluran pernafasan akut untuk anak khususnya balita (Friedman,2010). c.
Fungsi PerawatanKesehatan Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat keluarga. Kurangnya kemampuan keluarga untuk memfasilitasi kebutuhan balita terhadap lingkungan dapat menyebabkan balita mengalami infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010).
d.
FungsiReproduksi Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas antargenerasi keluarga masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat. Banyaknya jumlah anak dalam suatu keluarga menyebabkan kebutuhan keluarga juga meningkat dan padatnya anggota keluarga di dalam rumah dapat menyebabkan udarayang dihirup menjadi berkurang sehingga bisa mengakibatkan anak mengalami infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010).
e.
FungsiEkonomi Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan
keputusan.
Pendapatan
keluarga
yang
terlalu
rendah
menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fasilitas rumah seperti jendela yang cukup akan ventilasi udara, lantai yang bersih atau tidak menyebabkan adanya debu dan kebutuhan lainnya sehingga balita bisa mengalami infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010) D. Peran perawat keluarga Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seorang yang menempati posisi sosial yang di berikan (Friedman, 2010). Sedangkan menurut
Ayu (2010), pengertian peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatusistem. Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut : -
Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif
-
memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga
-
Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga
-
Menerima dan mengakui struktur keluarga
-
Menekankan pada kemampuan keluarga (sudiharto, 2007). Adapun peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai
berikut: a.
SebagaiPendidik Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalammerawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan. Terutama pada keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut, perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat yang ditimbulkan dan cara pengobatan pada penderita infeksi saluran pernafasan akut.
b.
Sebagai Koordinator Pelaksana PelayananKeperawatan Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang berkesinambungan di berikan untuk menghindari kesenjangan. Kemampuan mengkoordinir pelaksana pelayanan kesehatan dengan baik mengakibatkan keluarga dapat terintervensi dengan baik sehingga angka infeksi saluran pernafasan akut dapat berkurang.
c.
Sebagai Pelaksana PelayananPerawatan Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif. Memberikan pelayanan yang maksimal untuk keluarga sehingga dapat
mengurangi angka kejadian infeksi saluran pernafasanakut. d.
Sebagai supervisor pelayanankesehatan Perawat melakukan supervisi atau pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak. Terutama pada keluarga yang mempunyai balita dengan infeksi saluran pernafasan akut karena banyak orang tua yang menganggap infeksi saluran pernafasan akut
bisa sembuh tanpa harus di bawa ke
pelayanankesehatan. e.
Sebagai pembela(advokat) Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
f.
Sebagaifasilitator Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan di keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah. Keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut dapat bertanya pada perawat tentang pencegahan agar tidak terjadi lagi infeksi saluran pernafasan akut di keluarga.
g.
Sebagaipeneliti Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah- masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang di praktikan keluarga. Peran sebagai peneliti difokuskan kepada kemampuan keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut untuk mengidentifikasi penyebab, cara menanggulangi,
dan
melakukan
promosi
kesehatan
keluarganya.
E. Tahap Perkembangan Keluarga i.
Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginningfamily)
kepada
anggota
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga (Friedman, 2010). ii.
Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family) Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab (Friedman,2010).
iii.
Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool) Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, saudara laki-laki,
dan
putra-
putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan
keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak (Friedman,2010). iv.
Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with school children) Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman, 2010). f.
Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers) Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. (Friedman,2010). g.
Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching center families) Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke duania luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri (Friedman, 2010).
h.
Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle agefamilies) Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat (Friedman, 2010).\
i.
Tahap VIII : Keluarga Lansia danPensiunan Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali ke rumah setelah individu
pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik (Friedman, 2010).
F. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut : a.
Mengenal masalah kesehatankeluarga Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b.
Membuat keputusan tindakan yangtepat Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
c.
Memberi perawatan pada anggota keluarga yangsakit Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan perawatannya). 2) Sifat dan perkembangan perawatan yangdibutuhkan. 3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untukperawatan. 4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik, psikososial). 5) Sikap keluarga terhadap yangsakit
d.
Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yangsehat Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1) Sumber-sumber yang dimilki olehkeluarga. 2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaanlingkungan. 3) Pentingnya hieginesanitasi.
4) Upaya pencegahanpenyakit. 5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hieginesanitasi. 6) Kekompakan antar anggotakelompok.
e.
Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui halhal sebagai berikut: 1) Keberadaan fasilitaskeluarga. 2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitaskesehatan
G. Tingkat Kemandirian Keluarga Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat keluarga, dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Depkes, 2006 dalam Ayu, 2010 sebagai berikut : a.
Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkatI/KM-I) a.
Menerima petugas perawatan kesehatanmasyarakat
b.
Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
b.
Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkatII/KM-II) 1) Menerima petugas perawatan kesehatanmasyarakat 2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan 3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secarabenar 4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yangdianjurkan 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secaraaktif
c.
Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkatIII/KM-III) 1) Menerima petugas perawatan kesehatanmasyarakat 2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan 3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secarabenar 4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yangdianjurkan 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secaraaktif 6) Melakukan tindakan pencegahan sesuaianjuran
d.
Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkatIV/KM-IV) 1) Menerima petugas perawatan kesehatanmasyarakat 2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan 3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secarabenar 4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yangdianjurkan 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secaraaktif
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan ISPA A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga ISPA 1. Pengkajian Keluaarga ISPA Format pengkajian keluarga model Friedman yang diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menurut Friedman (2010) meliputi : a.
Data umum Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah : 1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Pekerjaan yang terlalu sibuk bagi orang tua mengakibatkan perhatian orang tua terhadap tumbuh kembang anak tidak ada dan keadaan rumah juga tidak terurus jika orang tua terlalu sibuk denganpekerjannya. 2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalahmasalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga (Padila 2012). Biasanya keluarga yang mempunyai balita dengan infeksi saluran pernafasan akut mempunyai jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kebutuhan tidak terpenuhi. 3) Status sosialekonomi Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan- kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga (Padila, 2012). Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui
bahwa tingkat status social ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (Harmoko, 2012). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran pernafasanakut, mempunyai sosial ekonomi yang rendah, sehingga kemampuan untuk menyediakan rumah yang sehat, kemampuan untuk pengobatan anggota keluarga yang sakit dan kemampuan menyediakan makanan dengan gizi yang seimbang tidak terpenuhi. b.
Riwayat dan tahap perkembangankeluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saatini Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti (Candra, 2014). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah. 2) Tahap perkembangan keluarga yang belumterpenuhi Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi (Candra, 2014). Biasanya keluarga belum mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar), kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak. 3) Riwayat keluargainti Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, status imunisasi, sumber kesehatan yang biasa digunakan serta pengalamannya menggunakan pelayanan kesehatan (Candra, 2014). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut status imunisasi pada balita tidak terpenuhi dan tidak mendapatkan ASI eksklusif yang memadai (Wahid dan Suprapto, 2013).
c.
Pengkajian Lingkungan 1) Karakteristikrumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah, jumlah ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan, tanda cat yang sudah
mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan infeksisaluran pernafasan akut mempunyai keuangan yang tidak mencukupi kebutuhan sehingga luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela dan sumber air minum yang digunakan tidak sesuai dengan jumlah anggota keluarga. d.
Fungsikeluarga 1) Fungsiafektif Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut jarang memperhatikan kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian pada anak, serta tidak mau memperhatikan kondisi di sekitar lingkungan tempat tinggal. 2) Fungsisosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut tidak disiplin terhadap aktivitas bermain pada balita. 3) Fungsikeperawatan -
Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010). Biasanya keluarga tidak mengetahui pencegahan yang harus dilakukan agar balita tidak mengalami infeksi saluran pernafasanakut.
-
Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yang dirasa : keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan (Friedman, 2010). Bisanya keluarga tidak mampu mengkaji status kesehatankeluarga.
-
Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyakmakananyang dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan
(Friedman, 2010). Biasanya keluarga tidak terlalu memperhatikan menu makanan, sumber makanan dan banyak makanan yang tersedia. -
Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut tidak tau cara pencegahan penyakit dan mengenalpenyakit.
-
Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah
makan, dan pola keluarga
dalam
mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010). Biasanya keluarga tidak membawa anaknya imunisasi keposyandu. 4) Fungsireproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012). 5) Fungsiekonomi Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status kesehatan (Candra, 2014). Biasanya keluarga belum bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan balita. e.
Pemeriksaanfisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di gunakan pada pemeriksaan fisik head to toe untuk pemeriksaan fisik untuk infeksi saluran pernafasan akut adalah sebagai berikut: 1) Status kesehatanumum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda - tanda vital. Bisanya balita mempunyai BB rendah dan pernafasan yang cepat. 2) Kepala danleher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah. Biasanya balita yang mengalami infeksi saluran pernafasan akut terlihat pucat karena penurunan pada nafsu makannya. 3) Sistempulmonal Biasanya sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat dan anak biasanya cengeng. 4) Sistemkardiovaskuler Biasanya anak mengalami sakit kepala, denyut nadi meningkat, takikardi/bradikardi, dan disritmia, pemeriksaan CRT. 5) Sistemneurosensori Biasanya anak gelisah, terkadang ada yang mengalami penurunan kesadaran, kejang, refleks menurun/normal, letargi. 6) Sistemgenitourinaria Biasanya produksi urine normal dan tidak mengalami gangguan. 7) Sistemdigestif Biasanya anak mengalami mual, kadang muntah, konsistensi feses normal. 8) Sistemmuskuloskeletal Biasanya lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru, penggunaan otot aksesoris pernafasan. 9) Sistemintegumen Biasanya balita mempunyai turgor kulit menurun, kulit pucat, sianosis, banyak keringat, suhu tubuh meningkat dan kemerahan.
2.
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke system
keluarga
dan
subsistemnya
serta
merupakan
hasil
pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan
lisensi
untuk
menanganinya
berdasarkan
pendidikan
pengalaman (Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatanadalah:
dan
a.
Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
b.
Diagnosa keperawatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah ada data yang menunjang namun belum terjadigangguan.
c.
Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu keadaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapatditingkatkan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan ISPA
menurut problem (NANDA, 2015-2017) adalah : a.
Ketidakefektifan bersihan jalannafas
b.
Ketidakefektifan polanafas
c.
Gangguan pertukarangas
d.
Hipertemi
e.
Kekurangan volumecairan
f.
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhantubuh
g.
Intoleransiaktivitas
h.
Defisitpengetahuan Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga yang
mengalami ISPA dengan pneumonia mengacu pada problem (NANDA, 20152017) dan etiologi (Friedman, 2010) adalah : a.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenalmasalah.
b.
Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yangsakit.
c.
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yangsakit.
d.
Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenalmasalah. Tabel 2.3 Skala prioritas masalah keluarga Kriteria
1) Sifat masalah : (1) Aktual (tidak/kurangsehat)
Skor 3
Bobot 1
(2) Ancamankesehatan (3) Keadaan sejahtera 2) Kemungkinan masalah dapat diubah : a. Mudah
2 1
b. Sebagian c. Tidak dapat 3) Potensi masalah untuk dicegah : a. Tinggi b. Cukup c. Rendah
1 0
2
3 2 1
2
1
Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)
3.
Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).
No
Keperawatan 1.
Tujuan
Diagnosa Umum
Evaluasi Khusus
a. Keluarga
Standar
Ketidakefektifan
Setelah
bersihan jalan
dilakukan
dilakukan
mampu
Pernafasan
nafas berhubungan
kunjungan
kunjungan 1
menyebutkan
adalah
dengan
sebanyak 5 x
x 45 menit
defenisi Infeksi
mikroorganisme
ketidakmampuan
45 menit
keluarga
Saluran
(bakteri,
keluarga dalam
keluarga
mampu
PernafasanAkut
riketsi)
ke
mengenal masalah
mampu
mengenal
saluran
pernapasan
mengenal
masalah
yang
masalah
Infeksi
gejala penyakit yang
menggunakan leafleat/
kesehatan
Saluran
dapat
lembarbalik
tentang
Pernafasan
sampai 14hari
Infeksi
Akut
Saluran
1. Setelah
Kriteria
Rencana Keperawatan
a.Infeksi
Saluran a. Kaji Akut masuknya
pengetahuan
tentang Infeksi Saluran Pernafasan Akut b. Diskusikan
dengan
virus,
keluarga
tentang
dalam
pengertian
Infeksi
menimbulkan berlangsung
Saluran Akut
c. Evaluasi pengertian Saluran
Pernafasan dengan
kembali Infeksi Pernafasan
Pernafasan
Akut pada keluarga
Akut
d. Berikan pujian pada keluarga atas jawaban
demam,
mual,
Akut
dengan
muntah dan kurang
menggunakan leaflet/
nafsumakan
lembarbalik c. Evaluasi kembali tanda dan
gejala
Saluran
Infeksi
Pernafasan
Akut pada keluarga d. Berikan pujian pada keluarga atas jawaban 2. Setelah
Keluarga mampu
Keluarga memberi
dilakukan
memutuskan
keputusan untuk
kunjungan 1
merawat keluarga
merawat keluarga yang
x 45 menit
yang sakit
sakit
yang benar. a. Kaji keputusan yang diambil olehkeluarga b. Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
keluarga
keputusan yang telah
mampu
dibuat
mengambil
c. Evaluasi
kembali
keputusan
tentang
untuk
yang telahdibuat
merawat
d. Berikan pujian pada
klien 3. Setelah
keputusan
keluarga atas jawaban Keluarga mampu
yangbenar dapat a. Jelaskan pada keluarga
a.Keluarga
dilakukan
memberikan
menjelaskan tentang
cara membuat ramuan
kunjungan1
ramuan obat untuk
cara
obat untukanggota
x 45 menit
anggota keluarga
ramuan obatdengan
membuat
keluarga yang sakit yang benar : a. Mengakaji
b. Keluarga mampu b.Penyebab menyebutkan penyebab Infeksi
rendahnya dari
Saluran
PernafasanAkut
asupan
antioksidan, gizi
status
kurang,
buruknya lingkungan
dan
sanitasi
pengetahuan
tentang
penyebab
Infeksi
Saluran
Pernafasan
Akut b. Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
penyebab
Infeksi
Saluran Akut
Pernafasan
c. Evaluasi
kembali
penyebab dan faktor resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut d. Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yangbenar. c. Keluarga mampu c. Tanda dan gejala menyebutkan
:Pilek biasa, keluar a. Kaji
tanda dan gejala
sekret cair dan jernih
tentang
Infeksi
dari hidung, kadang
gejala Infeksi Saluran
bersin-bersin,
Pernafasan Akut
Saluran
PernafasanAkut
sakit
pengetahuan tanda
tenggorokan, batuk, b. Diskusikan
dan
dengan
sakit kepala, sekret
keluarga tentang tanda
menjadi
dan
kental,
gejala
Infeksi
Saluran Pernafasan keluarga mampu merawatang
yang sakit
campuran jeruk nipis b. Demonstrasikan dan kecap b.Keluarga
bersama keluarga cara dapat
gota
mendemontrasikan
keluarga
kembali
dengan
membuat ramuanobat c. Beri kesempatan pada keluarga
untuk
yang
sakit
benar
:
cara
mendemonstrasikan
dengan
membuat
ramuan
kembali
mendemons
obat
dengan d. Beri
trasikan cara
campuran jeruk nipis
membuat
dankecap
pujian
atas
keberhasilankeluarga
ramuan obat dengan campuran jeruk
nipis
dankecap 4. Setelah
Keluarga mampu
Keluarga
dilakukan
memodifikasi
memperlihatkan
lingkungan
kunjungan 1
lingkungan
lingkungan sekitar
mencegah
x 45 menit
rumah yang telah di
Infeksi
keluarga
modifikasi
Pernafasan
mampu memodifika
a. Jelaskan
pentingnya dalam terjadinya Saluran Akut
kembali b. Mendiskusikan dengan
si
keluarga
lingkungan
memodifikasi
untuk
lingkungan
mencegah
c. Motivasi
terjadinya
untuk
cara
keluarga memodifikasi
Infeksi
lingkungan
Saluran
d.
pujian
atas
Pernafasan
penataan yang telah
Akut
dilakukan
kembali 5. Setelah
Keluarga mampu
Keluarga membawa
dilakukan
membawa balita ke
anak ke pelayanan
kunjungan 1
fasilitas kesehatan
kesehatan untuk di
a. Jelaskan pada keluarga tentang kondisibalita b. Motivasi
keluarga
x 20 menit
periksakan kondisi dan
untuk membawa balita
keluarga
mendapatkan
ke
mampu
pengobatan
kesehatan
memanfaatk an 2.
Beri
c. Beri
fasilitas
kesehatan 1. Setelah
pelayanan pujian
atas
tindakan a. Keluarga
dilakukankeluarga Saluran a. Kaji pengetahuan
Hipertermia
Setelah
a.Infeksi
berhubungan
dilakukan
dilakukan
mampu
Pernafasan
dengan
kunjungan
kunjungan 1
menyebutkan
adalah
ketidakmampuan
sebanyak 5 x
x 45 menit
defenisi
mikroorganisme
keluarga merawat
45 menit
keluarga
Saluran
(bakteri,
anggota keluarga
keluarga
mampu
PernafasanAkut
riketsi)
Infeksi
yang
Akut masuknya
ke
tentang Infeksi Saluran Pernafasan Akut b. Diskusikan
dengan
virus,
keluarga
tentang
dalam
pengertian
Infeksi
yang sakit
mampu
mengenal
saluran
pernapasan
mengenal
masalah
yang
masalah
Infeksi
gejala penyakit yang
menggunakan leafleat/
kesehatan
Saluran
dapat
lembarbalik
tentang
Pernafasan
sampai 14hari
Infeksi
Akut
menimbulkan berlangsung
Saluran
Pernafasan
Akut
dengan
c. Evaluasi
kembali
pengertian
Infeksi
Saluran
Saluran
Pernafasan
Akut pada keluarga
Akut
Pernafasan
d. Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar b. Keluarga mampu b.Penyebab menyebutkan penyebab Infeksi
rendahnya dari
Saluran
PernafasanAkut
: asupan
antioksidan, gizi
status
kurang,
buruknya lingkungan
dan
sanitasi
a. Mengakaji pengetahuan
tentang
penyebab
Infeksi
Saluran
Pernafasan
Akut b. Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
penyebab
Infeksi
Saluran
Pernafasan
Akut c. Evaluasi
kembali
penyebab dan faktor resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut d. Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yangbenar. c. Keluarga mampu menyebutkan tanda dangejala Infeksi
Saluran
c.Tanda
dan
gejala
:Pilekbiasa,keluar sekret a. cair danjernih dari hidung, kadang
Kaji tentang
pengetahuan tanda
dan
gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Pernafasan Akut
bersin-bersin,
sakit b. Diskusikan
dengan
tenggorokan, batuk,
keluarga tentang tanda
sakit kepala, sekret
dan
menjadi kental,
Saluran
demam,
mual,
Akut
gejala
Infeksi
Pernafasan dengan
muntah dan kurang
menggunakan
nafsumakan
lembarbalik
leaflet/
c. Evaluasi kembali tanda dan
gejala
Saluran
Infeksi
Pernafasan
Akut padakeluarga d. Berikan pujian pada keluarga atas jawaban 2. Setelah
Keluarga mampu
Keluarga memberi
dilakukan
memutuskan
keputusan untuk
kunjungan 1
merawat keluarga
merawat keluarga yang
x 45 menit
yang sakit
sakit
yangbenar. a. Kaji keputusan yang diambil olehkeluarga b. Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
keluarga
keputusan yang telah
mampu
dibuat
mengambil
c. Evaluasi
keputusan
tentang
untuk
yang telahdibuat
merawat klien
kembali keputusan
d. Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yangbenar
3. Setelah
Keluarga mampu
a. Keluarga
dapat a. Jelaskan pada keluarga
dilakukan
memberikan
menjelaskan tentang
cara membuat ramuan
kunjungan 1
ramuan obat untuk
cara
obat
x 45 menit
anggota keluarga
ramuan obat dengan
keluarga
yang sakit
campuran jeruk nipis b. Demonstrasikan
mampu
membuat
dankecap
merawatang
anggota
keluarga yangsakit bersama keluarga cara
b. Keluarga
dapat
gota
mendemontrasikan
keluarga
kembali
yang
benar
sakit
untuk
dengan :
cara
membuat ramuanobat c. Beri kesempatan pada keluarga
untuk
mendemonstrasikan
dengan
membuat
ramuan
kembali
mendemons
obat
dengan d. Beri
trasikan cara
campuran jeruk nipis
membuat
dankecap
pujian
atas
keberhasilankeluarga
ramuan obat dengan campuran jeruk
nipis
dankecap 4. Setelah dilakukan
Keluarga mampu
Keluarga
memodifikasi
memperlihatkan
a. Jelaskan lingkungan
pentingnya dalam
kunjungan 1
lingkungan
lingkungan sekitar
mencegah
x 45 menit
rumah yang telah di
Infeksi
keluarga
modifikasi
Pernafasan
mampu
terjadinya Saluran Akut
kembali
memodifika
b. Mendiskusikan dengan
si
keluarga
lingkungan
memodifikasi
untuk
lingkungan
mencegah
c.
cara
Motivasi
terjadinya
untuk
Infeksi
lingkungan
Saluran
d.
keluarga
memodifikasi
Beri
pujian
atas
Pernafasan
penataan yang telah
Akut
dilakukan
kembali 5. Setelah dilakukan
Keluarga mampu
Keluarga membawa
membawa balita ke
anak ke pelayanan
a. Jelaskan pada keluarga tentang kondisibalita
kunjungan 1
fasilitas kesehatan
kesehatan untuk di
b. Motivasi
keluarga
x 20 menit
periksakan kondisi dan
untuk membawa balita
keluarga
mendapatkan
ke
mampu
pengobatan
kesehatan
memanfaatk an
fasilitas
kesehatan
c. Beri tindakan
pelayanan pujian
atas yang
dilakukankeluarga
4.
Implementasi Keperawatan Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan keluarga yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki keluarga
(Friedman,
2010).
Sedangkan
menurut
Sudiharto
(2007),
implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di didik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat. Menurut (Harmoko, 2012) guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini: a.
Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan kesehatan
dengan
cara
memberikan
informasi,
mengidentifikasi
kehidupan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadapmasalah. b.
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi kensekuensi untuk tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan konsekuensi setiaptindakan.
c.
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas
yang
ada
di
rumah,
dan
mengawasi
keluarga
melakukanperawatan. d.
Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
dan
seoptimalmungkin.
melakukan
perubahan
lingkungan
keluarga
e.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara menggunakan fasilitastersebut.
5.
Evaluasi Keperawatan Evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga (bagaimana anggota berespons) daripada intervensi yang diimplementasikan. Evaluasi merupakan kegiatan bersama antara perawat dan keluarga. Evaluasi merupakan proses terus menerus yang terjadi setiap saat perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Ayu (2010), evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga.Menurut Sudiharto (2012), evaluasi keperawatan keluarga
adalah
proses
untuk
menilai
keberhasilan
keluarga
dalam
melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Keluarga Tn. A usia 26 tahun tinggal bersama Istri Ny. S 22 tahun dan 1 orang anak perempuan usia 3 tahun. Saat ini anak Tn.A di diagnosa ISPA. Tn. A dan Ny. S mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.Ny. A mengatakan memiliki penyakit maag. Tn. A mengatakan perokok aktif. Tn. A mengatakan tinggal di rumah dengan status kepemilikan sendiri.Keadaan rumahnya terlihat cukup bersih, memiliki ventilasi dan penerangan yang cukup. Tn. A dan Ny. S mengatakan jika keluarganya sakit hanya meminum obat warung, jika rasa sakitnya belum sembuh juga keluarga Tn.A dan Ny.S langsung pergi ke puskesmas. Keluarga Tn. A mengatakan tidak memiliki pengetahuan lebih tentang penyakit yang diderita anaknya.
PENJAJAKAN TAHAP 1 A. DATA UMUM 1. Kepala Keluarga Nama Kartu Keluarga
: Tn. A
Jenis Kelamin Umur / Tanggal Lahir Agama Pendidikan Pekerjaan No. Telepon Alamat
: Laki - laki : 26 Tahun / 27 Maret 1995 : Islam : SMA Sederajat : Buruh : 0889 1112-1146 : Jl. Alur Laut
2. Susunan Anggota Keluarga No .
Nama Umur
1.
Ny. S
22 Tahu n An. A 3 Tahu n
Gender
Agama Hub dgn KK Perempuan Islam Istri
Perempuan Islam
Pendidika n
Pekerjaan Ket.
SMA
Ibu Rumah Tangga -
Anak Belum Sekolah
3. Genogram
46
50
22
26
3
Keterangan: = Laki-laki
= Perempuan
X
= Meninggal Dunia
-----
= Tinggal serumah = Menikah = Klien
G1 G2
: Ayahdari Tn.A sudah meninggal danorang tua dari Ny.S masihlengkap. : Tn. A anak ketiga dari empat bersaudara, Ny. S anak kedua dari tigabersaudara.
G3
4.
5.
6.
7.
8.
I.
: Tn.A mempunyai 1 orang anak perempuan dan Tn. A tinggal bersama istri dananaknya. Tipe keluarga : Tipe keluarga Tn. A merupakan tipe Keluarga Inti ( nuclear family ) yang terdiri dari ayah, ibu dananak yang tinggal dalam 1 rumah. Tn. A memiliki 1 orang anak perempuan berusia 3 tahun Suku : Tn. A dan Ny. S berasal dari daerah Jawa, bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa jawa Agama : Seluruh keluarga Tn.A beragama Islam, Keluarga Tn.A menjalani ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Tn. A menajalan sholat biasanya di Masjid, istri dan anaknya menjalankan sholat dirumah Status sosial ekonomi keluarga : Keluarga Tn. A memiliki penghasilan hanya dari pekerjaannya sebagai buruh, sumber pendapatan hanya dari Tn.A Aktivitas rekreasi keluarga : Keluarga Tn.A mengisi waktu luang dengan menonton TV.Keluarga memiliki waktu untuk berkumpul dan berkomunikasi secara santai pada saat nonton TV. Dan jalan-jalan ketika hari libur
RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA 1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini : Saat ini tahap perkembangan keluarga pada Tn.A yaitu tahap II: Keluarga kelahiran anak pertama/ child-bearing family (oldest child birth to 3years) 2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi : Tugas perkembangan keluarga Tn.A yang sudah terpenuhi : - Persiapan menjadi orang tua - Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi. - Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Tugas Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : - Tidak ada tahapan keluarga yang belum terpenuhi 3. Riwayat Keluarga Inti : - Tn.A tidak memiliki riwayat penyakit keturunan - Ny.S tidak memiliki riwayat penyakit keturunan namun klien memiliki riwayat penyakit gastritis - An.A tidak memiliki riwayat penyakit, tetapi saat ini An. A menderita penyakit ISPA 4. Riwayat Keluarga Sebelumnya :
Keluarga dari pihak suami dan istri tidak memiliki riwayat peyakit keturunan
II.
LINGKUNGAN 1. Karakteristik Rumah Keluarga Tn. A memiliki rumah dengan status kepemilikan milik sendiri dengan luas rumah sekitar 6 x12 meter persegi dengan jumlah ruangan 6 ruangan yang terdiri dari 1 ruang tamu,1 ruang tengah, 2 kamar tidur, 1 dapur dan 1 Kamar mandi. Penerangan disiang hari dengan masuknya cahaya matahari namun dimalam hari menggunakan lampu untuk penerangan, memiliki ventilasi, dengan kebersihan cukup bersih, Denah Rumah Dapur
Wc
Kamar 2
R. Tengah
Kamar 1
R. Tamu
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Rw Keluarga Tn.A memiliki hubungan baik dengan tetangga dan warga sekitar serta saling mengunjungi satu sama lain. 3. Mobilitas Geografis Keluarga Keluarga Tn.A tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat 4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat Perkumpulan biasanya dilakukan ketika ada acara-acara keluarga atau mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan seperti senam yang diadakan oleh tenaga puskesmas, interaksi yang dilakukan baik dengan menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa Indonesia 5. Sistem Pendukung Keluarga
Dalam keluarga memiliki sistem pendukung yang baik ketika ada anggota keluarga yang sakit saling mendukung untuk memeriksakan kesehatan di puskesmas III.
STRUKTUR KELUARGA 1. Pola Komunikasi Keluarga Dalam keluarga Tn.A saling terbuka satu sama lain. Dalam permasalahan yang dihadapi selalu dibicarakan denganNy. S 2. Struktur Kekuatan Keluarga Keluarga Tn.A saling menghargai satu sama lain,saling membantu serta saling mendukung dan apabila ada masalah Ny.S diskusi dengan suami dan meminta nasihat kepadanya. 3. Struktur Peran a. Tn.A - Formal :Sebagai ayah, suami, menantu - Informal : Sebagai anggota masyarakat, mencari nafkah dengan bekerja sebagai buruh b. Ny.S - Formal : Sebagai ibu, istri dan anak - Informal : Sebagai anggota masyarakat, IRT dan sering mengikuti kegiatan- kegiatan dilingkungan tempat tinggal 4. Nilai dan Norma Keluarga Dalam keluarga Tn.A menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran agama islam dan mengharapkan anaknya kelak dapat menjadi anak yang sholeha,dan dalam keluarga diterapkan hidup bersih sebelum makan mencuci tangan
IV.
FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Afektif Dalam keluarga menjalin hubungan yang baik sehingga tercipta suasana saling mengerti, dan saling menyayangi.Dalam anggota keluarga saling bertanggungjawab dengan peran masing-masing dalam keluarga. 2. Fungsi Sosialisasi Keluarga Tn.A menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain, mereka membiasakan anaknya bermain dengan temantemannya. 3. Fungsi Perawatan Keluarga a. Kemampuan keluarga mengenal masalah Kurang baik, keluarga tidak tau apa itu ISPA, apa saja faktor penyebabnya, serta cara mencegah terjadinya ISPA b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakanyang tepat Cukup baik c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Kurang baik, keluarga belum mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang sedang sakit, keluarga hanya mengetahui ketika sakit langsung diberi obat namun
dalam proses penyembuhan dapat diperbaiki di dalam pola makanan yang sehat. d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/ memelihara lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga yang sakit Keluarga Tn.A selalu menjaga kebersihan rumah namun Tn.A mengatakan sering lupa menjauhkan asap rokok dari anaknya ketika sedang merokok e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat Cukup baik, keluarga mengatakan ketika ada anggota keluarga yang sakit tidak langsung memeriksakan diri ke puskesmas namun hanya mengkonsumsi obat warung saja atau mengambil obat pada perawat terdekat, namun ketika penyakit sudah parah baru memeriksakan diri ke puskesmas.
V.
STRESS DAN KOPING KELUARGA 1. Stressor Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Serta Kekuatan Keluarga a. Stressor jangka pendek (6 bln) Klien tidak memiliki stres dalam jangka panjang Respon keluarga terhadap stressor dan mekanisme koping yang digunakan 2. Respon keluarga terhadap stressor Jika ada masalah dalam keluarga selalu didiskusikan bersama suami, keluarga biasanya mencoba mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya 3. Strategi koping yang digunakan Ny.S meendiskusikan setia pada masalah pada Tn.A sehingga masukan atausolusi yang diberikan dapat membantu menyelesaikan masalahnya 4. Strategi adaptasi disfungsional Darihasil pengkajian yang dilakukan tidak adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah secara maladaftif
VI.
PEMERIKSAAN FISIK Data
Tn.A
Ny. S
An. A
TTV - TD
120/80mmHg
100/70mmHg
-
- Nadi
80
76
92
- Respirasi
18
20
26
- Suhu
36,5°C
36,20C
37,50C
Kepala: - Bentuk
Simetris
Simetris
Simetris
- Rambut
Hitam
Hitam
Hitam
- Kulit Kepala
Bersih
Bersih
Bersih
- Kongjungtiva
Tidak
Tidak
Tidak
- Palpebra
Anemi
Anemi
Anemis
- Fungsi
Baik
Baik
Baik
- Bentuk
Simetris
Simetris
Simetris
- Keadaan
Bersih
Bersih
Bersih
- Fungsi
Normal
Normal
Normal
Simetris
Simetris
Simetris
Mata: - Sclera
Telinga:
Hidung - Bentuk
- Keadaan
Bersih
Bersih
Bersih
- Fungsi
Normal
Normal
Normal
Lengkap Baik
Lengkap Baik
Belum Baik
Tidakada
Tidakada
Tidakada
Simetris Vesikuler 18 x/menit Normal
Simetris Vesikuler 20x/menit Normal
Simetris Mengi 26x/menit Normal
Simetris Tidakada
Simetris Tidakada
Simetris Tidakada
Tidak ada Tidakada
Tidak ada Tidakada
Tidak ada Tidak ada
Elastis
Elastis
Elastis
Mulut: - Gigi - Fungsi Menelan
Leher Pembesaran kelenjartiroid
lengkap
Dada: - Bentuk - Suaraparu - Respirasi - Bunyijantung Abdomen: - Bentuk - NyeriTekan Ekstremitas - Oedema - Kotraktur Integumen: - Turgor
VII.
- Keadaan
Normal
Normal
Normal
- Kuku
Bersih
Bersih
Bersih
HARAPAN KELUARGA Keluarga memiliki harapan dengan adanya mahasiswa yang melakukan praktek keluarga dapat memiliki pengetahuan lebih tentang pentingnya menjaga kesehatan dan berharap sangat membantu keluarga mencegah penularan penyakit ISPA
PENJAJAKAN TAHAP 2 1. Kemampuan keluarga mengenal masalah Ny. S mengatakan bahwa ISPA adalah penyakit batuk-batuk, pilek, demam. Ny.A mengatakan penyebab dari penyakitnya adalah bakteri, cuaca, tanda dan gejala yang dirasakan oleh An.A meliputi batuk-batuk selama 14 hari, pilek, demam naik turun, mual, muntah, tidak nafsu makan. 2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan Keluarga mengatakan Ny.S pernahdiperiksa sebelumnya dan diberikan obat pereda dahak. saat ditanya, Ny.S mengatakan obat yang pernah diminum yaitu ambroxol 3x1. 3. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga Keluarga Tn. A mengatakan bila Ny.S merasa batuk-batuk, pilek, demam, Ny.S beristirahat dan terkadang minum obat dari warung untuk menghilangkan batukbatuk, pilek, demam dan jika rasa sakitnya belum sembuh juga keluarga Tn.A langsung pergi ke puskesmas untuk memeriksa kesehatannya diantar dengan keluarganya. 4. Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan Ny.S mengatakan Kondisi rumah cukup bersih, jendela hanya dibuka pada pagi hari saja. 5. Kemampuan keluarga dalam manfaatkan fasilitas kesehatan Keluarga mengatakan jika ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga segera membawa ke klinik / puskesmas terdekat
A.
Datafocus Data Subektif - Keluarga Tn.A mengatakan cemas terhadap penyakit yang diderita anaknya - Ny.S mengatakan anaknya batuk berdahak dan pilek sejak 2 minggu yanglalu - Ny.S mengatakan bahwa Tn.A selalu merokok di dekatanaknya - Keluarga Tn.A mengatakan sangat merasa bersalah terhadappenyakit yang di deritaAn.Akarena tidak segera membawanya kepuskesmas
Data Obyektif - Keluarga Tn.A nampak bertanyatanya - Keluarga Tn.A nampakcemas - An.A Nampaklemas - An.A terdengar suaranyaserak - An.A nampakrewel - Nampak matamemerah - An.ANampak - TTV N: 92 x/m R: 26x/m S: 37,5°C
sesak napas
B.
AnalisaData
Data
Masalah
Ketidakefektifan - Ny. S mengatakan anaknya batuk jalannapas berdahak dan pilek sejak 2 minggu yang lalu DO : - An.A nampaklemas DS :
bersihan
- An.A terdengar suaranyaserak - An.A nampakrewel - An.A nampak sesaknapas - TTV: N: 92 x/m R: 26x/m S: 37,5°C Ketidakefektifan pemeliharaan - Keluarga Tn.A mengatakan sangat kesehatan merasa bersalah terhadap penyakityang di derita An.A karena tidak segera membawanya kepuskesmas - Keluarga Tn.S mengatakan cemas terhadap penyakit yang di derita anaknya. DO : DS :
- Keluarga Tn.A nampakbertanya-tanya - Keluarga Tn.A nampakcemas
C.
Rumusan Diagnosa keperawatan
No
D.
Diagnosa keperawatan
1
Bersihan jalan nafas tidak efektif
2
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Skoring 1. No. 1.
2.
3.
4.
Bersihan jalan nafas tidak efektif Kriteria Sifat Masalah
Skor 3/3 x 1
Kemungkinan 2/2 x 2 Masalah dapat diubah Potensi 1/3 x 1 Masalah Dapat Dicegah Menonjolnya 1/2 x 1 Masalah
Bobot
Nilai
Pembenaran Sudah 2 minggu anak mengalami batuk berdahak dan pilek Motivasi dan dukungan dari orang tua cukup
1
1
2
2
1
1/3
Keluarga kurangmengetahui tentang ISPA
1
1/2
Keluarga belum menyadari betapa pentingnya keadaan sehat
Hasil Skor = 1+ 2 + 1/3 + ½ = 3 2/5
2. No. 1.
2.
3.
4.
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Kriteria Sifat Masalah
Skor 3/3 x 1
Kemungkinan 2/2 x 2 Masalah dapat diubah Potensi 1/3 x 1 Masalah Dapat Dicegah Menonjolnya ½x1 Masalah
Bobot
Nilai
Pembenaran Sudah 2 minggu anak mengalami batuk berdahak dan pilek, tetapi keluarga tidak langsung membawa ke puskesmas Motivasi dan dukungan dari orang tua cukup
1
1
2
2
1
1/3
Keluarga kurang mengetahui tentang ISPA
1
½
Keluarga belum menyadari betapa pentingnya keadaan sehat
Hasil Skor = 1+ 2 + 1/3 + ½ = 3 2/5 E.
Intervensi keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
1
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Status pernapasan : ventilasi Status pernapasan : kepatenan jalan napas
Intervensi Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
Observasi Monitor pola napas Kriteria Hasil : (frekuensi, kedalaman, Mendomostrasikan batuk usaha napas) efektif dan suara napas yang Monitor bunyi napas bersih, tidak ada sianosis tambahan (mis. Gurgling, dan dyspneu mengi, weezing, ronkhi kering) Menunjukan jalan napas Monitor sputum (jumlah, yang paten warna, aroma) Mampu mengidentifikasikan Terapeutik Pertahankan kepatenan dan mencegah faktor yang jalan napas dengan headdapat menghambat jalan
napas
2
Ketidakefektifan pemeliharan kesehatan
1. Keluarga dapat mengenal masalah ISPA. a. Pengetahuan : proses penyakit 2. Keluarga dapat mengambil keputusan perawatan ISPA a. Partisipasi dalam mengambil keputusan
tilt dan chin-lift (jawthrust jika curiga trauma cervical) Posisikan semi-Fowler atau Fowler Berikan minum hangat Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik Lakukan hiperoksigenasi sebelum Penghisapan endotrakeal Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill Berikan oksigen, jika perlu Edukasi Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi. Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu. Dukungan Koping Keluarga Observasi Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini Identifikasi beban prognosis secara psikologis Identifikasi pemahaman
3. Keluarga dapat merawat anggota keluarga dengan ISPA a. Perilaku patuh : pengobatan yang dianjurkan b. Perilaku patuh : latihan yang disarankan 4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk perawatan penderita ISPA a. Faktor resiko ISPA 5. Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan : a. Kepatuhan : perilaku menerima pelayanan kesehatan
tentang keputusan perawatan setelah pulang Teurapeutik Dengarkan masalah, perasaan dan pernyataan keluarga Terima nilai – nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi Diskusikan rencana media dan perawatan Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien Hargai dan didukung mekanisme koping adaptif yang digunakan Edukasi Informasikan kemajuan pasien secara berkala Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia Kolaborasi Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
F. Implementasi
No Hari / tgl 1 Senin , 29 Maret 2021
Diagnosa Bersihan jalan nafas tidak efektif
Implementasi Observasi Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) Memonitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering) Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma) Terapeutik Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical) Memberikan posisikan semi-Fowler atau Fowler Memberikan minum hangat Melakukan fisioterapi dada, jika perlu Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik Melakukan hiperoksigenasi sebelum Melakukan penghisapan endotrakeal Membantu mengeluarkan sumbatan benda padat
Evaluasi S: Keluarga mengatakan masih bingung
O: - Pengetahuan - Memaksimalkan ventilasi - Fisioterapi dada - Batuk efektif - TTV : N : 92 x/m R : 26 x/m S ; 37,5 °C A: Masih belum teratasi P: Lanjutkan intervensi
dengan forsepMcGill Memberikan oksigen, jika perlu Edukasi Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi. Mengajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi Melakukan kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu. 2
Senin , 29 Ketidakefektifan Maret pemeliharaan 2021 kesehatan
Dukungan Koping Keluarga Observasi Mengidentifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini Mengidentifikasi beban prognosis secara psikologis Mengidentifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang Teurapeutik Mendengarkan masalah, perasaan dan pernyataan keluarga Menerima nilai – nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi Mendiskusikan rencana media dan
S: Keluarga mengatakan agak mengerti O: - Pengetahuan - Partisipasi pengambilan keputusan - Patuh pengobatan - TTV : N : 94 x/m R : 28 x/m S : 37 °C A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi
perawatan Memfasilitasi, memperoleh pengetahuan, keterampilan dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien Menghargai dan didukung mekanisme koping adaptif yang digunakan
Edukasi Menginformasikan kemajuan pasien secara berkala Menginformasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia Kolaborasi Merujuk keluarga untuk terapi keluarga, jika perlu
BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan data asuhan keperawatan keluarga Tn.A Khususnya An.A dengan ISPA, maka dalam bab ini kelompok akan membandingkan mengenai teori dengan kasus pada setiap tahapan asuhan keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi. A. Pengkajian Teori Pengkajian merupakan langkah awal yang dilakukan sebagai tahap untuk mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibina secara terus-menerus.Format pengkajian keluarga model Friedman yang diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menurut Friedman (2010) meliputi :Data umum (Nama Kepala keluarga dan anggota keluarga, tipe keluarga, status sosial ekonomi), Riwayat dan tahap perkembangan keluarga (tahap perkembangan keluarga inti saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti), Pengkajian lingkungan (karakteristik rumah), fungsi keluarga (fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi keperawatan, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi), pemeriksaan fisik (Status kesehatan umum, kepala dan leher, sistem pulmonal, sistem kardiovaskuler, sistem neurosensori, sistem genitourinaria, sistem digestif, sistem muskuloskeletal, sistem integuman). Perbedaan Pada pengkajian kelompok ini menemukan perbedaan yaitu di fungsi keluarga difungsi keluarga pada pembahasan kasus ada penambahan point-point yaitu pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, pemenuhan kebutuhan rekreasi dan latihan, dan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri. Pada pengkajian kelompok ini ada perbedaan dari teori ada penambahan data yaitu kesehatan lingkungan
(perumahan, pengelolaan sampah, sumber air, jamban keluarga, pembuangan air limbah).Pada pengkajian ini ada perbedaan yaitu fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan keluarga.Pada pengkajian kelompok ini ada perbedaan yaitu struktur keluarga (komunikasi dalam keluarga, struktur keluarga, struktur nilai, struktur peran). Diteori tidak ada riwayat sebelumnya tetapi dikasus ada riwayat sebelumnya. Diteori lingkungan tidak ada karakteristik tetangga dan komunikasi RW, mobilitas geografis, perkumpulan keluarga, interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan adalah interpretasi ilmiah atas data hasil pengkajian yang interpretasi
ini
digunakan
perawat
untuk
membuat
rencana,
melakukan
implementasi, dan evaluasi.Semua diagnosis keperawatan harus didukung oleh data. Data diartikan sebagai definisi karakteristik.Definisi karakteristik dinamakan ”Tanda dan gejala”, Tanda adalah sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien. Diagnosis keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi perawat (Nanda, 2011). Kategori diagnosis keperawatan keluarga terdiri dari diagnosis keperawatan aktual, diagnosis keperawatan promosi kesehatan, diagnosis keperawatan risiko, dan diagnosis keperawatan sejahtera. Pada diagnosis keperawatan kelompok tidak menemukan kesenjangan antara kasus dan konsep yang kelompok gunakan. C. Intervensi Keperawatan Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga. Perencanaan keperawatan juga dapat diartikan juga sebagai suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Dari data intervensi yang dilakukan kelompok, tidak ada kesenjangan karena sudah mengaju pada konsep. sehingga kelompok berusaha untuk membatu keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan berdasarkan konsep yang ada.
D. Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga merupakan tahap keempat dari proses keperawatan keluarga. Pada tahap ini, perawat dapat melakukan tindakan keperawatan secara mandiri dan atau melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan lain. Keberhasilan tindakan keperawatan dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan keluarga, serta sarana yang tersedia. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan adalah dengan menerapkan teknik komunikasi terapeutik. Dalam melaksanakan tindakan perlu melibatkan seluruh anggota keluarga dan selama tindakan, perawat perlu memantau respon verbal dan nonverbal pihak keluarga. Implementasi yang dilakukan kelompok sudah melibatkan anggota keluarga dan klien, sehingga pada implementasi tidak terdapat kesenjangan pada kasus dan teori konsep.
E. Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan keluarga merupakan tahap kelima atau tahap terakhir dari proses keperawatan. Tahap evaluasi ini akan menilai keberhasilan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Indikator evaluasi keperawatan adalah kriteria hasil yang telah ditulis pada tujuan ketika perawat menyusun perencanaan tindakan keperawatan. Evaluasi dikatakan berhasil apabila tujuan tercapai. Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau tindakan yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan melihat respon keluarga dan hasil, bukan intervensiintervensi yang diimplementasikan. Pada evaluasi keperawatan yang kelompok gunakan menggunakan SOAP untuk menilai keberhasilan dari tindakan yang dilaksanakan. Sehingga pada tahap ini juga tidak terjadi kesenjangan antara konsep dan tindakan evaluasi keperawatan yang dilakukan kelompok
DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz Hidayat. 2016. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Dewi, Ratna Pudiastuti. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : PT. Indeks. Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta. Diakses 10 Maret 2021. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatanindo nesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf Padila. 2016. Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika. Dion, Yohanes & Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Praktik. Yogyakarta : Nuha Medika