LP+Askep Campak [PDF]

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CAMPAK DAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN OK

34 1 394KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD PDF FILE

Papiere empfehlen

LP+Askep Campak [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CAMPAK DAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN OKSIGENASI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH : NAMA

: Sapta

NIM

: 2018.C.10a.0984

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh : Nama

: Sapta

NIM

: 2018.C.10a.0984

Program Studi

: S-1 Keperawatan

Judul

: Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Diagnosa Medis Campak Dan Kebutuhan Dasar Manusia Dengan Oksigenasi Di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya. Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh : Pembimbing Akademik

Pembimbing Lahan

Kristinawati, S. Kep. Ners

Arus Pandia, SST

Mengetahui: Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

i

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, sehingga dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) Pada An. S Dengan Diagnosa Medis Campak Diruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Tuberkulosis Paru. Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katanyang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Palangka Raya, 11 Mei 2020

Sapta

ii

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i KATA PENGANTAR....................................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2 1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................2 1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................2 1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis Paru......................................................4 2.1.1 Definisi....................................................................................................4 2.1.2 Anatomi Fisiologi....................................................................................4 2.1.3 Etilogi......................................................................................................5 2.1.4 Klasifikasi................................................................................................6 2.1.5 Patofisologi (Patway)...............................................................................7 2.1.6 Manifestasi Klinis...................................................................................10 2.1.7 Komplikasi...............................................................................................11 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................11 2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................13 2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) 2.2.1 Definisi....................................................................................................15 2.2.2 Klasifikasi................................................................................................15 2.2.3 Etiologi....................................................................................................17 2.2.4 Patofiologi................................................................................................18 2.2.5 Manifestasi Klinis....................................................................................21 2.2.6 Tanda Dan Gejala....................................................................................21 2.2.7 Pemeriksaan Fisik....................................................................................21 2.2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................21 2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan 2.3.1 Pengkajian................................................................................................24 2.3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................30 2.3.3 Perencanaan Keperawatan.......................................................................30 2.3.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................37 2.3.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................37 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan .............................................................................................56 4.2 Saran........................................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dahulu, selama berabad-abad, campak ( rubeola, morbili ), merupakan penyakit menular masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak umum lagi di Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara Negara maju dan Negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan lebih dari 1 juta kematian setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di Negara berkembang di seluruh dunia.        Menurut data SKRT  ( 1996 ) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000. angka tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 1982 sebelum program imunisasi campak dimulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun. Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden campak. Sebagai dampak program imunisasi tersebut insiden campak cenderung turun pada ssemua umur. Pada bayi ( < 1 tahun ) dan anak umur 1-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relative landai.        Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya adalah manusia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada klien An. S dengan campak dan kebutuhan dasar manusia dengan oksigenasi di ruang flamboyan rsud dr. Doris Sylvanus palangka raya. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu untuk memberikan dan asuhan keperawatan pada KDM pada An. S Dengan Campak Di Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus palangka raya

1

1.3.2 Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan. b. Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut. c. Mahasiswa mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan. 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Untuk Mahasiswa Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya penyakit campak dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian. 1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga Menambah informasi mengenai penyakit campak dan pengobatannya sehingga dapat digunakan untuk membantu progam pemerintah dalam pemberantasan campak. 1.4.3 Untuk Institusi Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun internasional. 1.4.4 Untuk IPTEK Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada masyarakat.

2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO ) Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu kesehatan anak 2:624 ). Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit. 2.1.2 Anatomi Fisiologi 1. Anatomi kulit Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. a. Epidermis        Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal

3

pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.        Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : 1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. 2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis. 3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans. 4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap

filamen-filamen

tersebut

memegang

peranan

penting

untuk

mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans. 5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.         Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). b. Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :

4

1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang. 2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat. Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi. c. Subkutis Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.        Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

5

         2. Vaskularisasi Kulit Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis          3. Fisiologi Kulit Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. 2.1.3 Etiologi Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus. Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste des petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan imunologi yang jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi bersama lebih awal dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik ( anjing, ternak, kambing, manusia ).

6

Gambar 2 : virus campak

Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks protein yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah pleomorfik, dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah ditemukan  dan fungsinya terlibat dalam beberapa sifat  khas virus yang telah diketahui ( table 2-1 ). Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka waktu lama pada temperature rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam berbagai cara, baik dibiakan sel primer maupun dibarisan yang stabil; sel yang berasal dari manusia dan monyet paling dapat dipercaya untuk isolasi virus permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus mudah berbiak dalam biakan jaringan spesies lain.        Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak ditandai dengan pembentukan sel raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan inklusi sinsitium dan eusinofil didalam nucleus dan sitoplasma, yang sangat mirip dengan yang diamati di specimen sitologi yang diambil dari secret traktus respiraturius dan banyak jaringan penderita campak.        Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau hewan percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik, memfiksasi komplemen dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan hemolisis oleh virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang bermakna pada strain campak selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat jarang terjadinya serangan kedua pada penyakit ini. Table 2-1. protein virus campak L P

Protein interna ( Large ) Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.

7

NP F H M

Nucleoprotein yang melindungi RNA virus. Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis. Hemaglutinasi dan adsorbs. Protein matriks membrane interna.

2.1.4 Klasifikasi Penyakit ini terbagi dalam 3 stadium, yaitu : 1. Stadium prodormal (katarallis) Biasanya stadium ini berlangsung 4 – 5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk, fotopobia, konjungtivitis, koriza. Menjelang selesai stadium kataral dan 24 jam timbul eritema (ruam pada selaput lendir), timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema. Kadang – kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Secara klinis, citra penyakit ibarat influensa dan sering didiagnosis sebagai influensa. Diagnosis asumsi sanggup dibentuk bila ada bercak klopik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalam waktu 2 ahad terakhir. 2. Stadium erupsi Koriza dan batuk- batuk bertambah, timbul eritema atau titik merah dipalatum durum dan palatum mole. Kadang- kadang terlihat pula bercak koplik. Biasanya disertai juga meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula- mula makula timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan cuilan belakang pipi. Dalam dua hari bercak- bercak menjalar kemuka, lenga atas, cuilan dada, punggung, perut dan tungkai bawah. Kadang- kadang terdapat perdaraha ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah umumnya pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan mirip terjadinya. Terdapat juga sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah. Variasi morbili yang biasa ini yaitu : black measles yaitu ; morbili yang disertai perdarahan pada kulit, milut hidung dan traktus digestivus. 3. Stadium konvalensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih renta (Hiperpigmentasi) yang usang kelamaan akan menghilang sendiri. Selain itu 8

ditemukan pula kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan tanda-tanda patognomonik untuk morbili. Suhu menurun hingga menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi. Selanjutnya diikuti tanda-tanda anoreksia, malaise, limfadenopati. (Ngastiyah, Perawatan anak sakit, 351). 2.1.5 Fatofisiologi Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak. Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu  ( kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ), perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat. Sebanyak

10%

pasien

memperlihatkan

pleositosis

dalam

cairan

serebrospinalis dan 50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak serangan penyakit. Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala dan tanda ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat kelainan system saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimun. Pada pasien SSPE, hilangnya

9

virus campak dari system saraf pusat beberapa tahun kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun kronis. SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.        Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya. Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan ) yang menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal seumur hidupnya.

10

11

2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: 1. Panas badan 2. Nyeri tenggorokan 3. pilek Coryza

4. Batuk ( Cough ) 5. Bercak Koplik 6. Nyeri otot 7. Mata merah ( conjuctivitis ) 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala di atas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan kaki, sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang. Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari. 2.1.7 Komplikasi Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak: 1. Infeksi bakteri: Pneumonia dan Infeksi telinga tengah 2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga

penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan 3. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus. 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 1. Serologi

12

      

Pada

kasus

atopic,

dapat

dilakukan

pemeriksaan

serologi

untuk

memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung. 2. Patologi anatomi        Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi. 3. Darah tepi        Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. 4. Pemeriksaan antibody IgM anti campak. 5. Pemeriksaan untuk komplikasi Ensefalopati/ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah), enteritis (feces lengkap), bronkopneumonia (dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah). 2.1.9 Penatalaksanaan Medis 1. Penatalaksanaan Medis Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo. Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder. Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah memperlihatkan

penurunan

frekuensi

dan

keparahan

pneumonia

dan

laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus

13

respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian. 2. Penatalaksanaan Keperawatan Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan perawatan yang yang memadai ( kadang perlu infuse atau oksigen ). Masalah yang perlu diperhatikan  ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya komplikasi. a. Kebutuhan Nutrisi Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi. b. Gangguan suhu tubuh Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah terjadinya kejang. c. Gangguan rasa aman nyaman Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan, pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidak tahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman dan kenyamanan anak.

14

Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya ( atas resep dokter ). Selama masih demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja. d. Resiko terjadinya komplikasi Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainya. 2.1 Konsep kebutuhan Dasar manusia 2.2.1 Definisi Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygieneberarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

untuk

kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2010). Menurut Potter & Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan

sesuai

kondisi

kesehatannya,

klien

dinyatakan

terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan diri (Depkes,2000). 2.2.2 Etiologi Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah: 1. Faktor Predisposisi a. Perkembangan Keluarga

terlalu

melindungi

perkembangan inisiatif terganggu. b. Biologis

15

dan

memanjakan

klien

sehingga

penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2. Faktor presipitasi Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain: a. Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. b. Praktik sosial Pada anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. c. Status sosial-ekonomi. Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yqang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya . d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Millitus ia harus selalu menjaga kebersihan kakinya. 2.2.3 Patofisiologi Personal hygene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk memelihara kebersihan diri. Personal hygene dapat terganggu apabila individu sedang sakit. Selain itu fasilitas yang kurang, kurangnya pengetahuan tentang

16

personal hygene yang tepat, ekonomi yang kurang dan factor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan mengalami defisit personal hygene. Apabila defisit personal hygene individu terganggu, maka akan menimbulkan dampak yang kurang baik, dari segi fisik maupun psikologis. Dampak gangguan fisik yang mungkin muncul adalah : a. Gangguan integritas kulit b. Gangguan mukosa mulut c. Infekssi mada mata dan telinga Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah : a. Kebutuhan harga diri b. Gangguan interaksi social c. Aktualisasi diri d. Gangguan rasa nyaman e. Kebutuhan mencintai dan dicintai

17

2.2.4 Manifestasi Klinis Menurut Fitria (2010). tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah: a. Mandi/hygiene Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi. b. Berpakaian/berhias

18

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu. c. Maka Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan

makanan,

menangani

perkakas,

menguyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya ke mulut, melengkapi

makanan,

mengambil

gelas

atau

cangkir, serta mencerna cukup makanan dengan aman. d. BAB/BAK klien memiliki keterbatasan atau ketidak mampuan dalam mendaptkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bias mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dal hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial. 2.2.7

Jenis Personal Hygiene Personal Hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar yang

rutin dilakukan oleh perawat setiap dirumah sakit (Depkes RI< 1987). Tindakan tersebut meliputi : a) Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh. b) Perawatan mata. c) Perawatan hidung. d) Perawatan telinga. e) Perawatan gigi dan mulut.

19

f) Perawatan kuku tangan dan kaki. g) Perawatan genetalia. h) Perawatan tubuh (mandi) 2.2.8 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene a.

Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integrasi kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. b.Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan

rasa

nyaman,

kebutuhan

dicintai

dan mencintai,

kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto & Wartonah 2010). 2.2.9 Penatalaksanaan Tindakan

keperawatan

dengan

melakukan

perawatan

pada

kulit

yangmengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang. Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit dan memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit. Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara membersihkan dan menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku secara sendiri. Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku. 2.2.10 Manajemen Asuhan Keperawatan 1.      Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS, No registrasi, dll.

20

2.      Keluhan utama 3.      Riwayat keperawatan a.       Faktor yang mempengaruhi personal hygine b.      Pola kebersihan tubuh c.       Kebiasaan personal hygine (mandi, oral care, perawatan kuku dan kaki, perawatan rambut, mata, hidung dan telinga). 4.      Pemeriksaan fisik a.       Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga, kuku, kaki, dan rambut akibat terapi. b.      Lakukan insfeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kondisi lesi. c.       Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga, kuku, kaki, dan rambut : warna, tekstur, turgon. 5.      Data DS (data subyektif) : a.       Malas  beraktivitas b.      Intraksi kurang c.       Kegiatan kurang d.      Pasien merasa lemah. DO (data obyektif) : a.        Badan dan pakaian kotor b.       Rambut kotor c.        Mulut dan gigi bau d.       Kulit kusam dan kotor e.        Kuku kotor 2.2.10 Diagnosa Keperawatan yang mungkin akan muncul 1.      Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi berhubungan dengan kelemahan fisik. Intervensi Hari/tgl      -

No DX 1.

Tujuan & KH Setelah asuhan

intervensi

diberikan 1.    Kaji

Rasional faktor 1.      Mengetahui

keperawatan penyebab terjadinya penyebab

21

faktor

selama…..x….. diharapkan dapat

jam defisit/ kelemahan

defisit perawatan diri

pasien 2.    Kaji

pada

melakukan kemampuan

klien menentukan

aktifitas

selanjutnya .

dengan 3.    Bantu

Kriteria hasil :

dalam

klien 2.      Mengetahui kebersihan kemampuan

-       Pasien koperatif badan

misalnya dalam

dalam perawatan diri.

kebersihan

-       Kebutuhan

mandi, dan rambut.

perawatan

dan

sesuai untuk menggunakan intervensi

dengan yang dapat alat bantu ditoleransi

klien

melakukan

mulut, personal

diri 4.    Atur

klien hygiene

tanpa alat bantu

posisi 3.      Untuk

terpenuhi

pasien setiap 3 jam

memberikan

rasa

-       Aktivitas

5.    Anjurkan pasien nyaman pada pasien

terpenuhi tanpa bantu untuk beraktifitas

4.      Meminimalisir

atau dengan mandiri

terjadinya dekubitus

6.    Ajarkan keluarga untuk

pasien pada pasien melakukan 5.      Memberikan

perawatan diri untuk kemampuan merawat

untuk

seperti: mengeluarkan energi

mandi, keramas dan 6.      Mengajarkan gosok gigi.

kepada

7.    Kolaborasi

pasien di rumah.

dengan

ahli 7.      Menentukan

fisioterapi

dalam terapi yang cocok

pemberian

terapi diberikan ke pasien.

kepada pasien.  Implementasi Implementasi sesuai dengan intervensi. Evaluasi 1.      Pasien koperatif dalam perawatan diri. 2.      Kebutuhan perawatan diri terpenuhi. 3.      Aktivitas terpenuhi tanpa bantu atau dengan 22

keluarga

2.3

Menajemen Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu : 1. Pengumpulan Data a. Anamnese a). Identitas penderita Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis. b). Keluhan utama Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole. c). Riwayat kesehatan sekarang Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya. d). Riwayat kesehatan dahulu Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien campak. e). Riwayat kesehatan keluarga Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak. f). Riwayat imunisasi Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak. g). Riwayat nutrisi Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

23

Status Gizi   Klasifikasinya sebagai berikut : - Gizi buruk kurang dari 60% - Gizi kurang 60 % -