Askep Anak DM Juvenil [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

Asuhan Keperawatan Anak Dengan DM Juvenile

Disusun oleh: KELOMPOK 1.

Novita Sari

(020319728)

2.

Dewi Yulistianingsih

(020519431)

INSTITUT MEDIKA Drg SUHERMAN Jl.Raya Industri Pasir Gombong, Jababeka Cikarang - Bekasi 17530 Kab.Bekasi

KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelasaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak dengan DM Juveneli” tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa dapat lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan Anak dengan DM Juveneli. Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan saran ataupun kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun bagi kami.

Purwakarta,03 Februari 2020

Penulis

DAFATAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................................................1 B. Rumusan masalah .................................................................................................1 C. Tujuan ...................................................................................................................1 D. Manfaat .................................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit....................................................................................................4 B. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................................14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................................................32 B. Saran .....................................................................................................................32 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolism kronik yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah atau Hiperglikemia. Penyakit DM dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya produksi insulin karena penurunan fungsi pada sel-sel beta pada pancreas yang dikenal dengan DM tipe 1 atau tidak efektifnya kerja insulin dijaringan yang dikenal dengan DM 2. DM tipe 1dikenal dengan DM Juvenile Diabetes atau Insulint Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dengan jumlah penderita 5-10% dari seluruh penderita DM dan biasanya terjadi pada anak-anak usia muda. DM tipe 2 juga Adult Diabetes atau Non Insulint Depedent Diabetes Mellitus (NIIDM). Jumlah penderita ini mencapai 90-95% dari seluruh penderita DM. timbulnya penyakit ini sangat khas yaitu diusia pertengahan dan terkait dengan factor genetic serta resistensi insulin yang berhubungan dengan Adipositas. Persentase penderita DM tipe 2 yang tinggi,maka penanganan kasus ini akan lebih menjadi prioritas utama. Penyebab utama DM adalah adalah factor genetic dan factor resiko lingkungan. Padafactor lingkungan yang disebabkan oleh usia, obesitas pada perut, resistensi / insulin, factor diit, kurangnya aktivitas fisik serta urbanisasi dan modernisasi. Sebagian dari factor penyebab tersebut dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara sebagian lainnya tidak dapat diubah. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Konsep Penyakit DM Juvaneli? 2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan DM Juvaneli? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Konsep Penyakit DM Juveneli 2. Untuk mengetahui Konsep Penyakit DM Juveneli

D. Manfaat 1. Untuk Mahasiswa Agar mahasiswa mengetahui mengenai DM Juveneli 2. Untuk Pembaca Agar pembaca dapat menambah wawasan tentang DM Juveneli serta dapat diaplikasikan di dalam masyarakat. 3. Untuk Institusi Untuk menambah referensi dan wawasan untuk diaplikasikan kepada mahasiswa khususnya Akademi Kesehatan Rustida, agar dapat memberikan pelayanan kesehatan dalam keperawatan anak dengan baik dan tepat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi Diabetes Mellitus Tipe-1 merupakan kelainan sistemik akibat gangguan metabolism glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel B pancreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang atau berhenti. Diabetes Mellitus tipe-1 (Diabetes Juveneli), dahulu disebut Insuli Dependent Diabetes Mellitus (IDDM diabetes yang tergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel B penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Dalam kondisi normal, system kekebalan tubuh akan menyerang dan membentangi tubuh dari bakteri dan membentangi substansi-substansi atau virus yang menyusup ke dalam tubuh. Namun pada diabetes tipe-1, tanpa alasan yang pasti, system imun yang menyerang prankreas serta menghancurkan sel beta dan menyebabkan terhambatnya produksi hormone insulin. Penderita diabetes tipe-1 hanya memproduksi insulin dalam jumlah yang sangat sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Akibat glukosa dalam darah semakin meningkat (hiperglikemia) dan sel-sel tubuh tidak mendapatkan asupan energy yang cukup, kondisi tersebut dapat menyebabkan: a. Dehidrasi Tingginya kadar gula dalam darah akan meningkatkan frekuensi urinasi (buang air kecil) sebagai reaksi untuk mengurangi kadar gula. Saat gula darah keluar bersama urine, tubuh juga akan kehilangan banyak air, sehingga mengakibatkan dehidrasi. b. Kehilangan Berat Badan Gula dalam darah (glukosa) merupakan sumber energy bagi tubuh. Glukosa yang terbuang bersama urin juga mengandung banyak nutrisi dan kalori yang diperlukan tubuh manusia. Oleh karena itu penderita diabetes tipe-1 juga akan kehilangan berat badannya secara drastis.

c. Kerusakan Tubuh Tinggnya level gula dalam darah akan menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Kondisi ini juga akan merusak pembuluh darah kecil pada mata, ginjal dan jantung. Penderita diabetes beresiko tinggi mengalami serangan jantung dan stroke. Sampai saat ini diabetes tipe-1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan penderita diabetes tipe-1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun renspon tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel B pada diabetes tipe-1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel B pancreas. Reksi imunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. 2. Etiologi Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe-1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe-1 adalah factor genetic atau keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe-1 akan diwariskan melalui factor genetic. a. Factor Genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe-1 itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya DM tipe-1. Kecendrungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leukosit Antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. b. Factor-factor Imunologi Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibody terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. c. Factor Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

3. Manifestasi Klinis Keluhan umum pasien DM seperti polyuria, polydipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degenerative kronik pada pembuluh darah dan syaraf. Manifestasi klinis DM tipe-1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering ditemukan. a. Polyuria (banyak kencing) Hal ini disebabkan karena glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing. b. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum. c. Polifagia (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar) sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pembuluh darah. d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh bersama mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada ditubuh termasuk yang berada dijaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus. e. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi)yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak. f. Ketoasidosis Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus kedalam ketoasidosis diabetic yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik.

4. Patofisiologi Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang orang dengan system imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pancreas. Factor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps)dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik atau oleh sitotoksin perusak dan antibody yag dirilis oleh imunosit yang disensitasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B pancreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagi pula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon system imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi. Diabetes tipe-1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadiny ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pancreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurangatau tidak sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur metabolic antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya gluconeogenesis. Gluconeogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino, laktat dan gliserolyang dilakukan counterregulatory hormone (glucagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin, sintesis dan pengambilan protein, trigliserida, asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya terjadi lipolysis yang menghasilkan badan keton. Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut kedalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180 mg/dl ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul glikosuria. Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadangkadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glucagon plasma meningkat dan sel-sel B pancreas

gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlakukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis,dan menurunkan hiperglukagonemia dan peingkatan kadar glukosa darah.

Phatway DM tipe 1

DM Tipe 2 Idiopatik,usia, genetic dll

Reaksi Autoimun

Jumlah sel pancreas menurun

Sel B pancreas hancur

Defisiensi insulin

Hiperglikemia

Katabolisme protein meningkat

Liposis meningkat

Pembatasan diit

Penurunan BB

Intake tidak adekuat

Resiko nutrisi kurang

Fleksibilitas darah merah

Pelepasan O2

Polyuria Hipoksia perifer

Nyeri

Defisit volume cairan

Perfusi jaringan perifer tidak efektif

5. Klasifikasi Klasifikasi DM tipe-1 berdasarkan etiologi sebagai berikut: Pada DM tipe-1, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda. a. Tipe-1A diduga pengaruh genetic dan lingkungan memegang peran utama untuk terjadinya kerusakan pancreas. HLD-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini. b. Tipe-1B berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hashimoto disease, Graves disease, Pernicious anemia, dan Myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30-50 tahun. 6. Komplikasi Komplikasi DM baik pada pada DM tipe-1 maupun tipe-2, dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun. a. Komplikasi Metabolic Akut 1) Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe-1) Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukan benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hydrogen

dan

asidosis

metabolic.

Glukosuria

dan

ketonuria

juga

mengakibatkan diuresis osmotic dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal. 2) Hipoglikemi Seseorang yang memliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan terapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin,juga akibat kekurangan

glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma. b. Komplikasi vascular jangka panjang (pada DM tipe-1 biasanya terjadi saat memasuki tahun ke 5) 1) Mikroangiopaty Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty diabetic), glomerulus ginjal (nefropaty diabetic), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Menifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipertensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa-sorbitol-fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang sarafsaraf perifer, saraf-saraf kranial atau system saraf otonom. 2) Makroangiopaty Gangguang-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler, gangguan ini berupa:

7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada DM tipe-1 dan 2 umumnya tidak jauh berbeda diantaranya: a. Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l e. Elektrolit : Natrium mungkin meningkat, atau menurun. Kalium normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler) selanjutnya akan menurun. Fosfor lebih sering menurun. f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan controltidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis ISK baru). g. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan PH rendah penurunan pada HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. h. Trombosit darah : HT mungkin meningkat (dehidrasi) : leukosit : hemokonsentrasi merupkan respon terhadap stress atau infeksi. i. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi ginjal). j. Amylase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA. k. Insulin darah : mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe-1) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin / atau gangguan dalam penggunaannya (endogen / eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody. l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. m. Urine : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat. n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

8. Penatalaksanaan a. Pemberian Insulin Yang harus diperhatikan dalam pemberian terapi insulin adalah jenis, dosis, kapan pemberian, dan cara penyuntikan serta penyimpanan. Terdapat berbagai jenis insulin berdasarkan asal maupun lama kerjanya, menjadi kerja cepat / rapid acting, kerja pendek (regular soluble), menengah, panjang, dan campuran. b. Pengaturan Makanan Diet 1) Komposisi sumber kalori perhari sebaiknya terdiri atas : 50-55% karbohidrat, 10-15% protein (semakin menurun dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak. 2) Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut : 

20 % berupa makan pagi



10 % berupa makanan kecil



25 % berupa makan siang



10 % berupa makanan kecil



25 % berupa makan malam



10 % berupa makanan kecil

c. Olahraga Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih 30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rytmical Interval Progresive Endurance Training) latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang dan bersepeda. d. Obat Hiperglikemi Oral(OHO) Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur, tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berhasiat hioglikemiak. 

Sulfoniurea Berfungsi untuk menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.



Biguanid Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal, dianjurkan untuk pasien gemuk.



Inhibitor a glukosidase Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim a glukosidase sehingga menurunkan

penyerapan

glukosa

dan

menurunkan

hiperglikemia

pascaprandial. 

Insulin sentizing agent Berfungsi meningkatkan sensitifitas insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

e. Edukasi Kegiatan

edukasi

meliputi

pemahaman

dan

pengertian

penyakit

komplikasinya, memotivasi penderita dan keluarga agar patuh berobat.

dan

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas DM Tipe 1 biasanya rentan terdiagnosis sebelum umur 30 tahun dan terjadi dengan onset anak-anak, sedangkan DM tipe 2 umunya terjadi setelah usia 40 tahun dan lebih khas pada golongan dewasa tua, dewasa obesitas, dan etnik serta ras tertentu. b. Status kesehatan saat ini 1. Keluhan utama Keluhan umum pada pasien DM yaitu pengeluaran urin dan rasa haus berlebihan, diikuti lapar berlebihan. Kemudian gangguan lain yang sering dialami pasien ialah keluhan yang timbulkan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf[CITATION Bar13 \p 39 \l 1033 ]. 2. Alasan masuk rumah sakit Pasien biasanya datang dengan kondisi penurunan berat badan mencapai 20%, kelemahan dan intensitas rasa haus yang tinggi [CITATION Bar13 \p 39 \l 1033 ].

3. Riwayat penyakit sekarang Meliputi persepsi pasien terhadap penyakitnya saat ini, sejak kapan tanda dan gejala mulai muncul,dan apabila terdapat nyeri bagaimana tingkat karakteristik nyerinya, lalu seberapa luas penyebarannya dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi penyakitnya[CITATION Tar12 \p 30 \l 1033 ]. c. Riwayat kesehatan terdahulu 1. Riwayat penyakit sebelumnya Terdapat riwayat penyakit Diabetes Mellitus atau penyakit – penyakit lain yang mendukung terjadinya defisiensi insulin seperti penyakit pancreas. Terdapat riwayat penyakit penunjang seperti jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah diterapkan maupun obat – obatan yang biasa digunakan oleh penderita[CITATION Bar13 \p 39 \l 1033 ]. 2. Riwayat penyakit keluarga Dilihat dari data genogram atau silsilah keluarga, umumnya ada salah satu anggota keluarga yang juga menderita Diabetes Mellitus atau penyakit

keturunan yang menyebabkan terjadinya defisiensi insulin. Contohnya adalah hipertensi, jantung[CITATION Bar13 \p 39 \l 1033 ]. 3. Riwayat pengobatan Klien dengan kondisi diabetes mellitus tipe 1 umumnya memakai terapi insulin eksogen

, tetapi pada klien dengan DM 2 juga memerlukan

penggunaan insulin untuk mengatur kadar glukosa tetap efektif, khususnya pada saat stress atau sakit. [CITATION Bla14 \p 642-643 \l 1033 ]. Obat antidiabetic oral atau oral hipoglikemik lebih tepat diberikan pada DM tipe 2 apabila management nutrisi dan latihan gagal. Contoh pengobatannya ialah sulfoniurea, biguanida meglitinid, inkretin mimetic, amylonomimetik, inhibitor alfa-glukosidase[CITATION Tar12 \p 167 \l 1033 ]. d. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum a) Kesadaran Klien datang ke Rumah Sakit dalam keadaan composmentis (kesadaran penuh) dan terjadi hipoglikemia akut karena ketidaktepatan dalam pemakaian insulin eksogen. Pasien umumnya juga mengalami tremor, pucat, gelisah dan peningkatan denyut nadi (Takikardia) [CITATION Tar12 \p 33 \l 1033 ].

b) Tanda-tanda vital Tanda vital yaitu meliputi pernapasan, suhu, tekanan darah dan nadi dengan karakteristik tekanan darah tinggi apabila disertai hipertensi. Respiration rate (RR) dalam batas yaitu normal 15-20 kali/menit, pernapasan dalam atau dangkal, Denyut nadi kuat atau lemah. Dan terjadi peningkatan suhu tubuh ketika infeksi [CITATION Bar13 \p 40 \l 1033 ].

2. Body system a) System pernafasan Terdapat sputum, batuk, nyeri pada dada, sesak nafas dan adanya suara tambahan. Pada klien dengan Diabetes Mellitus rentan mengalami infeksi yang menganggu system pernafasannya [CITATION Bar13 \p 40 \l 1033 ].

b) System kardiovaskular

Keefektifan perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi atau bakikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia dan kardiomegalis(pembesaran jantung)[CITATION Bar13 \p 40 \l 1033 ]. c) System persarafan Adanya penurunan pada sensoris, terasa paresthesia (kesemutan), anastesia,

letargi,

mengantuk,

respon

reflek

melambat

dan

disorientasi[CITATION Bar13 \p 40 \l 1033 ]. d) System perkemihan Adanya Poliuri(urin berlebihan), retensi urine, rasa inkontinensia urin, rasa panas disertai sakit saat berkemih[CITATION Bar13 \p 40 \l 1033 ]. e) System pencernaan Adanya polifagi (makan berlebihan), peningkatan rasa haus(polidipsi) mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, berat badan menurun, dan terjadi peningkatan angka lingkar abdomen, obesitas[CITATION Bar13 \p 41 \l 1033 ].

f) System integument Turgor pada kulit menurun, terdapat ulkus atau menimbulkan kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di area sekitar ulkus dan gangrene teraba hangat, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku[CITATION Bar13 \p 40 \l 1033 ]. g) System muskuloskletal Terdapat penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan,

cepat

lemah,

lelah,

nyeri

adanya

gangrene

di

ekstremitas[CITATION Bar13 \p 41 \l 1033 ]. h) System endokrin Pada dm tipe 1 terjadi defisiensi insulin diakibatkan oleh destruksi sel beta pancreas, sedangkan pada DM tipe 2 terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (resistensi insulin)[CITATION Bar13 \l 1033 ]. i) System reproduksi system pembuluh darah di organ reproduksi terjadi angiopati sehingga menyebabkan gangguan fungsi potensi seks, gangguan kualitas dan ereksi, serta memberi dampak pada ejakulasi serta orgasme [CITATION Bar13 \p 38 \l 1033 ].

j) System penginderaan Pada klien dengan Diabetes Mellitus mengalami penglihatan kabur atau buram sebagai hasil dari kelainan glukosa darah tinggi atau cahaya kilat (floaters) yang menjadi tanda terjadinya hemoragi atau pelesapan retina[CITATION Bla14 \p 677 \l 1033 ]. k) System imun Pasien dengan diabetes mellitus mudah terserang berbagai jenis infeksi. Lokasi yang terinfeksi sembuh secara lambat akibat rusaknya pembuluh darah yang tidak mampu dalam membawa oksigen, zat gizi, antibody dan sel darah putih yang cukup[CITATION Bla14 \p 677 \l 1033 ]. e. Pemeriksaan penunjang [CITATION Ami16 \p 168 \l 1033 ].

1. Kadar Glukosa Darah Tabel acuan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai pedoman Kadar Glukosa Sewaktu (mg/dL) Kadar glukosa Darah DM Sewaktu Plasma vena >200 Darah kapiler >200 Kadar Glukosa Darah Puasa Kadar glukosa Darah DM

Belum pasti DM 100-200 80-100 Belum pasti DM

Sewaktu Plasma vena .>120 110-120 Darah kapiler >110 90-110 2. Kriteria diagnostic WHO pada diabetes mellitus yaitu sedikitnya 2 kali pemeriksaan a. Glukosa plasma sewaktu berkisar >200 mg/dl (11,1 mmol/L) b. Glukosa plasma puasa berkisar >140/dl (7,8 mmol/L) c. Glukosa plasma diambil dari sampel ketika 2 jam sesudah mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prantdial (pp) > 200 mg/dl) 3. Tes Laboratorium DM Jenis tes pada pasien dengan Diabetes Mellitus diantaranya mencakup tes saring, tes diagnostic, tes pemantauan terapi dan tes untuk mengetahui komplikasi yang dihasilkan a. Tes saring

Tes – tes saring pada DM diantaranya adalah 1. GDP (Gula Darah Puasa) dan GDS(Gula Darah Sewaktu) 2. Tes glukosa urin dibagi menjadi dua yaitu a. Tes konvensional (suatu metode benedict atau reduksi) b. Tes carik celup (suatu metode glucose oxidase/hexokinase) b. Tes – tes diagnostic yang diberikan pada klien dengan Diabetes Mellitus adalah : GDP, GDS, GD2PP(Glukosa Darah 2 jam Post Pradinal), Glukosa jam ke-2 TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) c. Tes untuk mendeteksi komplikasi Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi diantaranya adalah 1) Mikroalbuminaria : urin 2) Ureum, kreatinin, asam urat 3) Kolesterol total : plasma vena (puasa) 4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa) 5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa) 6) Trigliserida : plasma vena (puasa) Hasil pemeriksaan gula darah 2 jam pasca pembedahan dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1. 120% BB idaman b.

Kebutuhan karbohidrat Karbohidrat adalah komponen mayor dari total jumlah kebutuhan kalori tubuh, yaitu berkisar antara 50-60%

c.

Kebutuhan protein Tubuh memerlukan protein kira-kira berkisar 10-20% dari kebutuhan kalori atau 0,8 g/kg.hari

d.

Kebutuhan lemak Tubuh memerlukan lemak kurang dari 30% dari jumlah kalori, dalam pemakaiannya lebih baik menggunakan lemak nabati dan sedikit yang berasal dari lemak hewani

e.

Kebutuhan serat Tubuh memerlukan serat sekitar 20-35 gram/hari yang berasal dari berbagai bahan makanan dengan rata-rata 25 g/hari.

2) Latihan fisik atau exercise Latihan fisik bertujuan a. Menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan metabolism karbohidrat b. Menjaga berat badan tetap normal sekaligus menurunkan berat badan c. Meningkatkan tingkat kepekaan insulin d. Menurunkan kadar trigliserid dan meningkatkan kadar HDL (High) e. Untuk

menurunkan

nilai

tekanan

darah

menjadi

normal

kembali[CITATION Tar12 \p 166 \l 1033 ]. 3) Obat-obatan a. Obat antidiabetic oral lebih cocok diberikan pada klien dengan DM tipe 2 jika pengaturan nutrsi dan latihan dinyatakan gagal.

jenis obat-obatan diantaranya 1) Sulfoniurea : cara kerjanya yaitu dengan merangsang sel beta pankreas

untuk

melepaskan

cadangan

insulinnya.

(Gibenklamid,torbultamid, klorpropamid) 2) Biguanida : cara kerjanya yaitu dengan menghalangi absorbsi

glukosa di usus, misalnya metformin, glukophage[CITATION Tar12 \p 167 \l 1033 ].

b. Hormone insulin Sel beta pada pancreas pasien dengan DM tipe 1 tidak mampu menghasilkan

insulin

dalam

tubuhnya,

sehingga

sangat

memerlukan pemberian insulin. Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan

profulftransport

glukosa

ke

dalam

sel

dan

menghalangi pemecahan glikogen dan asam amino untuk glukosa. Berdasarkan daya attau durasi kerjanya, insulin dibedakan menjadi : 1.

Insulin dengan daya kerja pendek drlidsy (2-4 jam) seperti regular insulin, actrapid

2.

Insulin ini memiliki daya kerja menengah (6-12 jam) misalnya NPH insulin, lente insulim

3.

Insulin dengan daya kerja panjang berkisar (18-24 jam) seperti protamine zinc insulin dan ultralente insulin

4.

Insulin campuran yaitu obat yang memiliki daya kerja cepat dan menengah (70& NPH 30% irregular)

Absorpsi tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Respiration rate (RR)

normal 15-20 kali/menit, pernapasan dalam atau

dangkal. Denyut nadi kuat atau lemah. Suhu tubuh meningkat apabila terjadi infeksi insulin bervariasa tergantung dari tempat penyuntikan, misalnya injeksi pada abdomen diabsorbsi lebih cpat daripada di

lengan atau bokong sehingga durasinya lebih

pendek[CITATION Tar12 \p 167-168 \l 1033 ]. 4) Pendidikan kesehatan Beberapa prioritas yang perlu disampaikan adalah : a. Penyakit Diabetes mellitus yang mencakup definisi, tanda dan gejala klinis, penyebab, patofisiologi dan test diagnostic

b. Pengaturan diet pada pasien dengan DM c. Aktivitas sehari-hari seperti latihan dan olahraga d. Prevensi terhadap komplikasi DM diantaranya penatalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadinya gangrene di area kaki dengan latihan senam kami. e. Pemberian obat-obatan DM dan terapi injeksi insulin f.

Teknik

pemantauan

dan

pengukuran

glukosa

darah

secara

mandiri[CITATION Tar12 \p 169 \l 1033 ]. 5) Monitor Kadar Glukosa Darah Pada pasien dengan Diabetes Mellitus perlu diberitahu tentang manifestasi klinis hipoglikemia dan hiperglikemia dan diberikan pemahaman tentang cara memantau kadar gula darah secara mandiri. Pemeriksaan ini menggunakan glucometer dan sangat vital untuk menjaga kadar glukosa dalam kondisi optimal dan seimbang [CITATION Tar12 \p 169 \l 1033 ].

2. Diagnose keperawatan Pada PPNI (2017) diagnose keperawatan Diabetes Mellitus diantaranya : a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 1) Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism 2) Penyebab a) Ketidakmampuan menelan makanan b) Ketidakmampuan mencerna makanan c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient d) Peningkatan kebutuhan metabolism e) Faktor ekononi (mis. Finansial tidak mencukupi) f) Faktor psikologis (mis. Stress, keenggangan untuk makan) 3) Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : (tidak tersedia) Objektif a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal 4) Gejala dan tanda minor Subjektif

a) Cepat kenyang setelah makan b) Kram atau nyeri abdomen c) Nafsu makan menurun Objektif a) Bising usus hiperaktif b) Otot pengunyah lemah c) Otot menalan lemah d) Membrane mukosa pucat e) Sariawan f) Serum albumin menurun g) Rambut rontok berlbihan h) Diare 5) Kondisi Klinis Terkait a) Stroke b) Parkinson c) Mobius syndrome d) Cerebral palsy e) Cleft lip f) Clef palate g) Amyotropic lateral sclerosis h) Kerusakan neurovascular i) Luka bakar j) Infeksi k) Kanker l) AIDS m)Penyakit crohn’s [CITATION Her18 \p 56 \l 1033 ].

b) Resiko Infeksi 1) Definisi Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik 2) Factor resiko a) Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus) b) Efek prosedur invasive c) Malnutrisi

d) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh perimer : (1) Gangguan peristaltic (2) Kerusakan integritas kulit (3) Perubahan sekresi pH (4) Penurunan kerja siliaris (5) Ketuban pecah lama (6) Ketuban pecah sebelum waktunya (7) Merokok (8) Stastis cairan tubuh f) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : (1) Penurunan hemoglobin (2) Imunosupresi (3) Leukopenia (4) Supresi respon inflamasi (5) Vaksinasi tidak adekuat 3) Kondisi klinis terkait a) AIDS b) Luka bakar c) Penyakit paru obstruktif kronis d) Diabetes mellitus e) Tindakan infansif f) Kondisi penggunaan terapi steroid g) Penyalahgunaan obat h) Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) i) Kanker j) Gagal ginjal k) Imunosupresi l) Lymophedema m) Leukositopenia n) Gangguan fungsi hati [CITATION Her18 \p 304 \l 1033 ]

c) Gangguan Integritas Jaringan atau kulit 1) Definisi

Kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan atau ligament) 2) Penyebab a) Perubahan sirkulasi b) Perubahan status nutrisi ( kelebihan atau kekurangan) c) Kekurangan atau kelebihan volume cairan d) Penurunan mobilitas e) Bahan kimia iritatif f) Suhu lingkungan yang eksteme g) Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan tinggi) h) Efek samping terapi radiasi i) Kelembaban j) Proses penuaan k) Neuropati perifer l) Perubahan pigmentasi m) Perubahan humoral n) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan atau melindungi integritas jaringan 3) Gejala dan Tanda Mayor Subyektif : tidak tersedia Obyektif : Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit 4) Gejala dan tanda minor Subjektif : tidak tersedia Objektif : a) Nyeri b) Perdarahan c) Kemerahan d) Hematoma 5) Kondisi Klinis terkait a) Imobilisasi b) Gagal jantung kogestif

c) Gagal ginjal d) Diabetes mellitus e) Imunodefisiensi (contoh AIDS) [CITATION Her18 \p 282 \l 1033 ].

d) Resiko syok 1) Definisi Beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa 2) Factor resiko a) Hipoksemia b) Hipoksia c) Hipotensi d) Kekurangan volume cairan e) Sepsis f) Sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS) [CITATION Her18 \p 92 \l 1033 ].

3. Intervensi a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 1) Tujuan a) Menunjukkan status gizi yang meliputi asupan makanan dan cairan, dan di buktikan dengan beberapa indicator seperti: 1. Nutrisi oral, pemberian makanan atau nutrisi melalui slang atau nutrisi parenteral total 2. Asupan cairan secara oral atau Intra Vena 2) Kriteria hasil NOC a) Selera makan : kemauan untuk makan saat dalam keadaan sakit atau sedang menjalankan pengobatan b) Status gizi : tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan system metabolik c) Status gizi : pengukuran biokimia meliputi unsur dan kimia cairan tubuh yang mengindikasikan status nutrisi d) Status gizi : asupan makanan dan cairan : total jumlah makanan dan cairan yang di konsumsi tubuh selama kurun waktu 24 jam

e) Status gizi : asupan gizi : Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya f) Perawatan-diri : makan : Kemampuan diri untuk memnyiapkan makanan dan mengingesti cairan secara mandiri tanpa bergantung pada alat bantu g) Berat badan : massa tubuh : tingkat keseimbangan antara berat badan, otot, dan lemak dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis kelamin dan usia 3) Intervensi (NIC) Aktivitas keperawatan Pengkajian a) Beri motivasi pasien untuk mengubah pola makannya b) Pantau secara ketat nilai uji laboratorium khususnya kadar transferin, albumin, dan elektrolit c) Manajemen nutrisi (NIC): (1) Ketahui makanan kesukaan atau pilihan pasien (2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (3) Pantau kandungan nutrisi dan kalori yang tercantum pada catatan asupan (4) Timbang klien pada jangka waktu yang tepat Penyuluhan untuk pasien atau keluarga a) Ajarkan klien dalam perencanaan makan b) Ajarkan klien atau keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal c) Managemen nutrisi (NIC): Berikan informasi yang tepat dan detail tentang kebutuhan nutrisi dan cara memenuhinya Aktivitas kolaboratif a) Diskusikan dengan ahli gizi dalam penentuan kebutuhan protein yang diperlukan klien (anoreksia nervosa atau dialysis peritoneal) b) Diskusikan dengan dokter tentang kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian makanan melalui selang,atau nutrisi parenteral total c) Rujuk ke dokter untuk menemukan penyebab gangguan nutrisi d) Rujuk ke program gizi pada komunitas yang tepat, apabila klien tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan atau nutrisi secara adekuat

e) Managemen nutrisi (NIC): dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, apabila di perlukan, tentukan jumlah kalori dan jenis zat gizi yang diperlukan untuk mencapai kebutuhan nutrisi Aktivitas lain a)

Buat perencanaan makan dengan klien yang masuk dalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan pasien serta suhu rumah ataua lingkungan

b) Motuvasu anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah c) Bantu pasien untuk merencanakan kemudian menulis tujuan mingguan yang realitas untuk latihan fisik asupan makanan d) Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latian fisik di lokasi yang terlihat jelas dan pantau ulang setiap hari e) Tawarkan makanan dalam porsi besar di siang hari ketika nafsu makan sedang meningkat f) Ciptakan lingkungan yang yang kondusif dan nymana untuk makan (missal dengan cara meletakkan barang-barang dan cairan yang tidak sedap dipandang di tempat yang jauh dari klien) g) Hindari prosedur invasif sebelum makan h) Suapi pasien apabila memang diperlukan i) Manajemen nutrisi (NIC) (1) Berikan klien minuman dan makanan bergizi, tinggi kalori tingi protein yang siap untuk dikonsumsi apabila memungkinkan (2) Ajarkan pasien tentang langkah-langkah menyusun catatan harian

makanan jika diperlukan[CITATION Wil13 \p 503 \t \l 1033 ]. b. Resiko infeksi 1) Tujuan Factor resiko infeksi akan hilang, dibuktikan oleh pengendalian resiko komunitas 2) Kriteria hasil NOC a) Tindakan komunitas : untuk menghilangkan atau membasmi penyebaran agens infeksius yang berpotensi mengancam kesehatan masyarakat

b) Resistansi alami dan buatan yang bekerja secara tepat terhadap antigen internal maupun eksternal c) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait d) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait selama kurun waktu 28 hari pertama kehidupan e) Tindakan pribadi untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi ancaman infeksi f) Tindakan personal untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi sikap yang rentan menimbulkan penyakit menular seksual g) Tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah penutupan luka secara sengaja h) Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka 3) Intervensi (nic) Aktivitas keperawatan a) Pantau tanda dan gejala klinis infeksi (misalnya suhu tubuh, denyut jantung, drainasie, kualitas luka, sekresi, penampilan urine, suhu tubuh, lesi kulit, dan malaise) b) Kaji factor resiko yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (contoh pada usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan malnutrisi) c) Pantau hasil tes laboratorium (misal hitung darah lengkap, granulosit absolut, dan hitung jenis, protein serum, dan albumin) d) Observasi penampilan praktik personal hygiene sebagai perlindungan terhadap infeksi Penyuluhan untuk pasien atau keluarga a) Jelaskan kepada pasien dan keluarga penyebab sakit atau terapi meningkatkan resiko terhadap infeksi b) Intruksikan untuk menjaga higine personal dengan tujuan untuk melindungi tubuh terhadap infeksi (misalnya mencuci tangan) c) Jelaskan rasional dan manfaat serta efek samping yang ditimbulkan dari imunisasi d) Berikan klien dan keluarga teknik untuk mencatat imunisasi contohnya Formulir imunisasi, buku catatan harian e) Pengendalian infeksi (NIC))

(1) Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar dan tepat (2) Ajarkan kepada pengunjung klien untuk selalu mencuci tangan ketika akan masuk dan meninggalkan ruangan klien Aktivitas kolaboratif a) Ikuti protocol atau aturan institusi untuk melaporkan infeksi yang diduga atau kultur positif b) Pengendalian Infeksi (NIC) : berikan terapi antibiotic, jika memang

diperlukan[CITATION Wil16 \p 234 \l 1033 ]. c. Kerusakan integritas kulit 1) Tujuan a) menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, yang di buktikan oleh indikator berikut (1) keutuhan kulit (2) tekstur dan ketebalan jaringan (3) perfusi jaringan 2) kriteria hasil a) Parahnya respon imun hipersensitivitas setempat terhadap adanya antigen lingkungan (eksogen) tertentu b) Tindakan pribadi dalam mempertahankan ostomi untuk eliminasi c) Tingkat keutuhan struktur dan fungsi fisiologis normal kulit dan membran mukosa d) Tingkat regenerasi sel dan jaringan sesudah penutupan yang dilakukan secara sengaja e) Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka 3) Intervensi (NIC) Aktivitas keperawatan a) Infeki, resiko b) Membrane mukosa oral, kerusakan c) Integritas kulit, kerusakan d. Resiko syok 1) Tujuan Klien tidak akan mengalami keadaan syok, yang dinuktikam dengan perfusi jaringan : Seluler adekuat dan tanda – tanda vital dalam batas normal

2) Kriteria hasil NOC a) Keparahan kehilangan darah : Keparahan perdarahan atau hemoragi internal atau eksterna b) Reaksi transfuse darah : Terjadinya keparahan komplikasi akibat tindakan tranfusi darah c) Status sirkulasi : Aliran darah yang tidak terobstruksi dan tidak terarah pada tekanan yang tepat melalui pembuluh darah besar sirkulasi sistemik dan pulmonal d) Keparahan infeksi : Keparahan infeksi dan gejala terkait e) Pengendalian resiko : Tindakan tiap individu untuk mencegah menghilangkan, atau mengurangi atau menekan ancaman kesehatan yang dapat dimodifikasi f) Deteksi resiko : Tindakan pribadi untuk mengidentifikasi kemungkinan ancaman kesehatan personal g) Perfusi jaringan : selular : Keadekuatan aliran darah melalui vaskulatur untuk mempertahankan kefektifan dari fungsi tingkat selular h) Tanda-tanda vital : tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah dalam batas normal. 3) Intervensi (NIC) Aktivitas keperawatan Aktifitas keperawatan untuk masalah potensial ini berfokus pada memantau dan mencegah adanya syok aktual, dan juga mengkaji faktor penyebab. Pilih tindakan prevensi untuk menghambat faktor resiko klien anda (missal adanya Hipovolemia dan infeksi) a) Pantau keadaan yang dapat meujuk ke arah ke hipovolemia (misal Pembedahan,

terapi

antikoagulan,

diare

dan

muntah

yang

berkepanjangan, gagal jantung kongestif tingkat berat) b) Kaji keadaan jantung (missal infark jantung, disritmia ventrikel, henti jantung, hipertensi maligna dan gagal jantung kongestif) c) Kaji keadaan sirkulasi (contoh adanya Embolus paru, tension pneumothorax, stenosis aorta) d) Pantau asupan dan haluaran, termasuk luka, drain, muntah dan diare e) Pantau tanda – tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah) f) Pantau warna dan kelembapan dari kulit

Penyuuhan untuk pasien atau keluarga a) Ajarkan klien serta keluarga tentang pencegahan infeksi (contohnya perawatan luka dan kulit, higine tangan, menghindari keramaian juka mengalami luluh imun) b) Ajarkan tanda dan gejala klinis kondisi syok (contoh, adanya perdarahan berlebih, kehilangan cairan, nyeri pada dada) ; kemudian ajarkan untuk melaporkan apabila terjadi gejala tersebut. Aktivitas kolaboratif a) Pantau parameter hemodinamik invasive, apabila ada (contoh tekanan vena sentral, curah jantung, tekanan arteri rerata) b) Berikan pengobatan atau medikasi yang telah diprogramkan untuk menangani faktor resiko (contohnya Obat vasoaktif, antimikroba dan glikosida jantung) c) Berikan

oksigen

kepada

klien,

jika

gejala

mengarah

pada

perkembangan syok aktual, atau bila diperlukan untuk pengobatan tanpa henti faktor resiko d) Rujuk ke dokter gizi bila diperluikan diet khusus dan sesuai untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan sistem imun[CITATION Wil16 \p 395 \l 1033 ].

DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV Pentasada Media Edukasi. Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc. Jogjakarta: Mediaction Publishing. PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Sutedjo, A. (2010). 5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus. Yogyakarta: KANSIUS. Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: CV. Trans Info Media. Wilkinson. (2013). Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC. Wilkinson. (2016). Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.