28 0 153KB
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KEJANG DEMAM
Oleh :
ALISNA NIM : 1514201K049
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TUANKU TAMBUSAI
THN. 2016 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam. Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229). Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan lakilaki. (ME. Sumijati, 2000;72-73) Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan selsel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) . Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan
informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262). 1.2 a.
Tujuan Penulisan Tujuan Umum Diperolehnya pengetahuan atau gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada kasus Kejang Demam
b.
Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada pasien dengan kejang demam.
Mampu menganalisa data yang diperoleh
Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada pasien dengan kejang demam
Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan kejang demam
Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
1.3
Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
Manfaat Penulisan a.
Bagi penulis Memberikan wawasan tantang kejang demam pada anak dengan menggunakan asuhan keperawatan.
b.
Bagi institusi
·
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan perbandingan pada penanganan kasus keperawatan.
·
Menghasilkan ahli madya kebidanan sebagai bidan profesional yang memiliki pengetahuan yang memadai sesuai perkembangan ilmu dan pengetahuan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002) Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang. 2.2 Etiologi Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas 2.3 Patofisiologi Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi 2.4 MANIFESTASI KLINIK a. Kejang parsial ( fokal, lokal ) 1. Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini : ·
Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
·
Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
·
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
·
Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik. 2. Kejang parsial kompleks
·
Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
·
Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
·
Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku b.
Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
1. Kejang absens ·
Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
·
Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
·
Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh 2.
Kejang mioklonik
·
Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
·
Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
·
Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
3.
Kejang tonik klonik
·
Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
·
Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
·
Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
·
Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal 4.
·
Kejang atonik Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala
menunduk,atau jatuh ke tanah. ·
Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
2.5 Komplikasi · Aspirasi · Asfiksia · Retardasi mental 2.6 Uji Laboratorium Dan Diagnostik ·
Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
·
Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
·
Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
·
Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
·
Uji laboratorium
o Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
o Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit o Panel elektrolit o Skrining toksik dari serum dan urin o GDA o Kadar kalsium darah o Kadar natrium darah o Kadar magnesium darah 2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS a. Memberantas kejang Secepat mungkin Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena. b.
Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
§ Semua pakaian ketat dibuka § Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung § Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi. § Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen. c.
Pengobatan rumat
§ Profilaksis intermiten Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun. § Profilaksis jangka panjang Diberikan pada keadaan Y Epilepsi yang diprovokasi oleh demam Y Kejang demam yang mempunyai ciri :
-
Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali
-
Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
-
Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
-
Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
d.
Mencari dan mengobati penyebab
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM 3.1 Pengkajian a.
Pengkajian umum
Pada Kejang demam paling penting peran perawat selama pasien kejang adalah observasi kejangnya dan gambarkan kejadiannya. Setiap episode kejang mempunyai karakteristik yang berbeda misal adanya halusinasi (aura ), motor efek seperti pergerakan bola mata , kontraksi otot lateral harus didokumentasikan termasuk waktu kejang dimulai dan lamanya kejang. Sehingga pada pengkajian klien dengan kejang demam tergolong sakit berat pada pengkajian umum gawat darurat. b.
Pengkajian kesadaran
Pada kasus kejang demam kesadaranya adalah antara Unrespon sebab klien tidak sadar terhadap penyakitnya. c.
Pengelompokan triage kasus ini adalah emergensi karena dapat mengancam jiwa dan akan mati tanpa tindakan dalam 0 menit
d.
Pengkajian Primer Pada kasus kejang demam yang biasanya dikaji adalah :
Ø A : Airway ( jalan nafas ) karena pada kasus kejang demam Inpuls-inpuls radang dihantarkan ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh Hipotalamus menginterpretasikan impuls menjadi demam Demam yang terlalu tinggi merangsang kerja syaraf jaringan otak secara berlebihan , sehingga jaringan otak tidak dapat lagi mengkoordinasi persyarafan-persyarafan pada anggota gerak tubuh. wajah yang membiru, lengan dan kakinya tesentak-sentak tak terkendali selama beberapa waktu. Gejala ini hanya berlangsung beberapa detik, tetapi akibat yang ditimbulkannya dapat membahayakan keselamatan anak balita. Akibat langsung yang timbul apabila terjadi kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan. Tindakan yang dilakukan :
·
Semua pakaian ketat dibuka
·
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
·
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen ·
Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen. Evaluasi :
·
Inefektifan jalan nafas tidak terjadi
·
Jalan nafas bersih dari sumbatan
·
RR dalam batas normal
·
Suara nafas vesikuler Ø B : Breathing (pola nafas) karena pada kejang yang berlangsung lama misalnya lebih 15 menit biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi meningkat untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis. Tindakan yang dilakukan : ·
Mengatasi kejang secepat mungkin Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
·
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen Evaluasi : # RR dalam batas normal # tidak terjadi asfiksia # tidak terjadi hipoxia
Ø C : Circulation karena gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi
a
spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi Tindakan yang dilakukan : ·
Mengatasi kejang secepat mungkin Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah : 1.
Semua pakaian ketat dibuka
2.
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3.
Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen
4.
Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen Evaluasi : # tidak terjadi gangguan peredaran darah # tidak terjadi hipoxia # tidak terjadi kejang # RR dalam batas normal