Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

MODUL PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN 2011 i KATA SAMBUTAN Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya serta dukungan berbagai pihak khususnya para ahli/ pakar yang telah berkontribusi dalam penyusunan Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis dan menimbulkan masalah kesehatan, bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara - negara tropis dan subtropis di dunia. Di Asia penyakit ini endemis di negara - negara ASEAN serta di beberapa negara Asia Selatan seperti; Bangladesh, India, Srilangka dan Maldives dan lain-lain. Dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue, pemerintah mempunyai 4 (empat) pilar strategi. Pertama, memperkuat pengamatan kasus/penderita dan pengamatan vektor didukung dengan laboratorium yang memadai; Kedua, memperkuat penatalaksanaan penderita di rumah sakit, puskesmas dan klinik; Ketiga, meningkatkan upaya pengendalian vektor secara terpadu; Keempat, memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD. Dalam rangka mendukung pelaksanaan strategi pemerintah tersebut maka diperlukan upaya pembangunan kualitas SDM kesehatan yang memadai dalam pengendalian Demam Berdarah Dengue. Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan pelatihan bagi seluruh SDM kesehatan khususnya bagi pengelola program DBD di daerah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengendalian Demam Berdarah Dengue. Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna lebih menyempurnakan penerbitan berikutnya. Wassalammualaikum warahmatulahi wabarakatuh. Jakarta, November 2011 Direktur Jenderal PP dan PL Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP 195509031980121001 ii KATA PENGANTAR

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit endemis dengan angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan daerah terjangkit semakin meluas hingga mencapai 400 kabupaten/kota dari 474 kabupaten/kota di Indonesia, bahkan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Sampai saat ini vaksin dan obat virus DBD belum ditemukan, sehingga salah satu strategi utama dan paling effektif untuk pengendalian penyakit DBD adalah dengan cara melakukan upaya preventif dengan pemutusan rantai penularan melalui gerakan PSN-DBD, tanpa mengabaikan peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB serta penatalaksanaan kasus. Penerapan strategi tersebut memerlukan dukungan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan ketrampilan memadai melalui pelatihan di setiap jenjang administrasi. Untuk keperluan pelatihan telah disusun modul Pelatihan Progaram yang terdiri dari 10 materi sebagai satu kesatuan pembelajaran, yaitu: A. Materi Dasar : Kebijakan Pengendalian DBD B. Materi Inti 1. Epidemiologi DBD 2. Surveilans kasus DBD 3. Surveilans dan Pengendalian Vektor DBD 4. Tatalaksana Kasus DBD 5. Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus, dan Penanggulangan KLB DBD 6. Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor DBD 7. Perencanaan dan Supervisi Pengendalian DBD 8. Promosi Kesehatan Dalam Pengendalian DBD C. Materi Penunjang 1. Membangun Komitmen Belajar 2. Rencana Tindak Lanjut dan Pembulatan Modul ini merupakan revisi dan penyempurnaan dari buku modul yang telah dicetak pada tahun 2007, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi pengelola program DBD di provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya pengendalian DBD. Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas masukan dari berbagai pihak terutama dari para kontributor serta tim editor yang menjadikan buku modul ini menjadi sempurna dan mudah dilaksanakan di lapangan. Jakarta, November 2011 Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang dr. Rita Kusriastuti, MSc NIP 195406011982122001 iii TIM PENYUSUN Pelindung Prof. DR. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM & H, DTCE Pengarah dr. Rita Kusriastuti, MSc Kontributor 1. dr. Triyunis Miko (FKM-UI) 2. dra. Sri Kusminarti (Pusat Promkes) 3. dr. Mulya Rahma karyanti, Sp.A (Dep. Ilmu Kesehatan Anak-RSCM 4. drh. Sri Sugiharti, MKes (PPSDM, Kemkes) 5. dr. Binyamin Sihombing, MPH (WHO Indonesia) 6. Dra. Fitri Riyanti, Msi (Subdit Pengendalian Vektor) 7. drh. Sugiarto, Msi (Subdit Pengendalian Vektor) 8. dr. Bangkit Hutajulu, MSc, PH (Subdit Arbovirosis) 9. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes (Subdit Arbovirosis) 10. dr. Darmawali handoko, M.Epid

(Subdit Arbovirosis) 11. dr. Iriani Samad 12. Rohani Simanjuntak, SKM, MKM 13. Subahagio SKM 14. dr. Galuh Budhi Leksono Adhi 15. Erliana Setaini, SKM, MPH 16. dr. Sri Hartoyo 17. dr. Dauries Ariyanti Muslikhah 18. Suratno 19. Suharyono Editor 1. dr. Darmawali handoko, M.Epid 2. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes 3. dr. Sri Hartoyo UCAPAN TERIMA KASIH Kepada semua pihak yang telah memberikan masukan/saran perbaikan iv DAFTAR SINGKATAN 3M : Menutup, Menguras dan Memanfaatkan ABJ : Angka Bebas Jentik Ae : Aedes APD : Alat Pelindung Diri AR : Attack Rate BI : Breteau Index BLL : Building Learning Commitment BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BPS : Biro Pusat Statistik Bti : Bacillus Thruringiensis CI : Container Index COMBI : Communication for behavioral impact. CSS : Cairan Serebrospinal DBD : Demam Berdarah Dengue DD : Demam Dengue Den : Dengue DP-DBD : Data Peorangan Demam Berdarah Dengue HI : House Index IAKMI : Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia IBI : Ikatan Bidan Indonesia ICR : Index Curah Hujan IDI : Ikatan Dokter Indonesia IGRs : Insect Growth Regulators IWAPI : Ikatam JE : Japanese Encephalitis JPL : Jam Pelajaran JUMANTIK : Juru Pemantau Jantik KD-DBD : Kewaspadaan Dini DBD KDRS : Kewaspadaan Dini Rumah Sakit KID : Koagulasi Intravascular Disseminata KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KLB : Kejadian Luar Biasa LCD : Liquit Crystal Display LPB : Limfosit Plasma Biru LSM : Lembaga Sosial Masyarakat MDGs : Millenium Development Goals MUSREBANG: Musyawarah Rencana Pembangunan NS : Non Struktural PF : Fogging Fokus PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PLA : Partisipatory Learning Approach POKJA : Kelompok Kerja POKJANAL : Kelompok Kerja Oerasional PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk PVT : Pengendalian Vektor Terpadu PWS : Pemantauan Wilayah Setempat v SDM : Sumber Daya Manusia SKD : Sistem Kewaspadaan Dini SOP : Standar Operasional Prosedur SP : Species SPM : Standard Pelayanan Minimal SSD : Syndrome Syok Dengue STP : Sistim Terpadu Penyakit T : Teori TPA : Tempat Penampungan Air TPK : Tujuan Pembelajaran Khusus TP-LKMD : Tim Pembina Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa TPU : Tujuan Pembelajaran Umum TTU : Tempat tempat Umum UKS : Usaha Kesehatan Sekolah ULV : Ultra Low Volume UPK : Unit Pelayanan

Kesehatan UPT : Unit Pelaksana Teknis UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah USG : Ultra Sonografi WI : Widya Iswara vi DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN ................................................................................................................ ii KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i TIM PENYUSUN.................................................................................................................... iii DAFTAR SINGKATAN........................................................................................................... iii DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................. iii DAFTAR TABEL.................................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ ix BAB I KURIKULUM PELATIHAN MANAJEMEN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 A. Latar Belakang....................................................................................................... 1 B. Filosofi ................................................................................................................... 2 II. PERAN DAN FUNGSI ................................................................................................. 2 A. Peran..................................................................................................................... 2 B. Fungsi.................................................................................................................... 2 III. KOMPETENSI ............................................................................................................. 2 IV. TUJUAN PELATIHAN.................................................................................................. 3 A. Tujuan Umum........................................................................................................ 3 B. Tujuan Khusus....................................................................................................... 3 V. STRUKTUR PROGRAM.............................................................................................. 3 VI. PESERTA, PELATIH DAN PENYELENGGARA ......................................................... 4 A. Peserta .................................................................................................................. 4 B. Fasilitator / Narasumber ........................................................................................ 4 C. Penyelenggara....................................................................................................... 4 VII. ALUR PROSES DAN METODE PEMBELAJARAN..................................................... 5 VIII. WAKTU DAN KELENGKAPAN PELATIHAN............................................................... 5 A. Waktu Pelatihan..................................................................................................... 5 B. Kelengkapan Pelatihan.......................................................................................... 5 IX. MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN ............................................................. 6 A. Monitoring.............................................................................................................. 6 B. Evaluasi................................................................................................................. 6 X. GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (lampiran).......................................... 6 XI. SERTIFIKASI............................................................................................................... 6 BAB II MATERI DASAR KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT DBD....................... 7 I. DESKRIPSI SINGKAT................................................................................................. 7 II. TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................................................... 7 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ...................................................................... 7 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)..................................................................... 7 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK

BAHASAN..................................................... 7 IV. METODE...................................................................................................................... 8 V. BAHAN BELAJAR........................................................................................................ 8 VI. ALAT BANTU BELAJAR.............................................................................................. 8 VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN.................................................................... 8 A. Langkah 1.............................................................................................................. 8 B. Langkah 2.............................................................................................................. 8 vii VIII. URAIAN MATERI......................................................................................................... 8 A. Situasi DBD dan Permasalahan DBD di Indonesia............................................... 8 B. Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD................................................................. 10 IX. KEPUSTAKAAN .......................................................................................................... 15 BAB III MATERI INTI 1 EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE ...................... 16 I. DESKRIPSI SINGKAT................................................................................................. 16 II. TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................................................... 16 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ...................................................................... 16 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)..................................................................... 16 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN..................................................... 16 IV. METODE...................................................................................................................... 16 V. BAHAN BELAJAR........................................................................................................ 16 VI. ALAT BANTU............................................................................................................... 17 VII. LANGKAHLANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ................................................ 17 VIII. URAIAN MATERI POKOK BAHASAN : EPIDEMIOLOGI DBD................................... 17 1. Gambaran Epidemiologi........................................................................................ 17 2. Penyebab Penyakit................................................................................................ 18 3. Distribusi Penyakit................................................................................................. 19 4. Penularan dan masa inkubasi ............................................................................... 20 5. Faktor Risiko Penularan Infeksi Dengue ............................................................... 21 6. Ukuran Epidemiologi.............................................................................................. 23 IX. KEPUSTAKAAN .......................................................................................................... 23 MATERI INTI 2 SURVEILANS KASUS DBD........................................................................ 24 I. Deskripsi Singkat......................................................................................................... 24 II. Tujuan Pembelajaran................................................................................................... 24 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ...................................................................... 24 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)..................................................................... 24 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN..................................................... 24 IV. METODE...................................................................................................................... 24 V. BAHAN BELAJAR........................................................................................................ 25 VI. ALAT BANTU BELAJAR.............................................................................................. 25 VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN.................................................................... 25 VIII. URAIAN MATERI......................................................................................................... 25 A. TUJUAN DAN PENGERTIAN SURVEILANS DBD............................................... 25 B. SISTIM PELAKSANAAN

SURVEILANS DALAM PENGENDALIAN DBD ............ 27 C. KEGIATAN SURVEILANS DI BERBAGAI TINGKATAN....................................... 33 IX. KEPUSTAKAAN .......................................................................................................... 43 MATERI INTI 3 SURVEILANS DAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD.............................. 44 I. DESKRIPSI SINGKAT................................................................................................. 44 A. Surveilans Vektor DBD.......................................................................................... 44 B. Pengendalian Vektor DBD..................................................................................... 44 II. TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................................................... 45 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ...................................................................... 45 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)..................................................................... 45 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................... 45 IV. METODE...................................................................................................................... 46 V. BAHAN BELAJAR........................................................................................................ 46 viii VI. ALAT BANTU............................................................................................................... 46 VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (DISESUAIKAN) .................... 46 VIII. URAIAN MATERI ........................................................................................................ 47 A. METODE SURVEILANS VEKTOR DBD............................................................... 47 B. MORFOLOGI, IDENTIFIKASI DAN BIOEKOLOGI VEKTOR DBD....................... 53 C. METODE PENGENDALIAN VEKTOR ................................................................. 57 D. KEGIATAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD ..................................................... 60 E. PELAPORAN DAN EVALUASI HASIL PENGENDALIAN VEKTOR .................... 61 IX. KEPUSTAKAAN ......................................................................................................... 63 MATERI INTI 4 TATALAKSANA KASUS DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE .............................................................................................................................. 64 I. DESKRIPSI SINGKAT................................................................................................. 64 II. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................ 64 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 64 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 64 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................... 64 IV. METODE ..................................................................................................................... 64 V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 65 VI. ALAT BANTU BELAJAR ............................................................................................. 65 VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN BELAJAR ............................................................ 65 VIII. URAIAN MATERI ....................................................................................................... 65 A. Definisi Operasional DD dan DBD ........................................................................ 65 B. Diagnosis DD dan DBD......................................................................................... 66 C. Tatalaksana DD dan DBD .................................................................................... 71 IX. KEPUSTAKAAN ......................................................................................................... 78 MATERI INTI 5 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI, PENANGGULANGAN FOKUS, DAN PENANGGULANGAN KLB.................................................................................................. 79 I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................ 79 II. TUJUAN

PEMBELAJARAN ........................................................................................ 79 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 79 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 79 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................... 79 IV. METODE...................................................................................................................... 80 V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 80 VI. ALAT BANTU .............................................................................................................. 80 VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ................................................................... 80 VIII. URAIAN MATERI ........................................................................................................ 80 A. KONSEP PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI (PE) DAN PENANGGULANGAN FOKUS (PF)...................................................................... 80 B. PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA .................................................. 84 MATERI INTI 6 PENGOPERASIAN ALAT DAN BAHAN PENGENDALIAN VEKTOR ... 87 I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................ 87 II. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................ 87 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 87 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 87 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................... 87 IV. METODE ..................................................................................................................... 88 ix V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 88 VI. ALAT BANTU .............................................................................................................. 88 VII. LANGKAHLANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (DISESUAIKAN) .................... 88 URAIAN MATERI .................................................................................................................. 89 A. MESIN HOT FOGGER.......................................................................................... 89 B. MESIN ULTRA LOW VOLUME (ULV) .................................................................. 92 C. JENIS DAN APLIKASI INSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN VEKTOR DBD....................................................................................................................... 93 MATERI INTI 7 PERENCANAAN DAN SUPERVISI PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DBD.................................................................................................................... 98 I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................ 98 II. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................ 98 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 98 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 98 III. POKOK BAHASAN ..................................................................................................... 98 IV. METODE ..................................................................................................................... 99 V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 99 VI. ALAT BANTU .............................................................................................................. 99 VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ............................................... 99 VIII. URAIAN MATERI ........................................................................................................ 99 A. PENENTUAN DAERAH MASALAH DBD ............................................................. 100 B. PENENTUAN KEGIATAN PENGENDALIAN DBD ............................................... 103 C. PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL ....................................................... 107 VIII. KEPUSTAKAAN ........................................................................................................ 110

MATERI INTI 8 PROMOSI KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE .......................................................................................... 111 I. DESKRIPSI SINGKAT................................................................................................ 111 II. TUJUAN PEMBELAJARAN ....................................................................................... 111 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 111 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 111 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................... 111 IV. METODE ..................................................................................................................... 112 V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 112 VI. ALAT BANTU BELAJAR ............................................................................................ 112 VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ................................................................... 112 VIII. URAIAN MATERI ........................................................................................................ 113 A. STRATEGI DASAR PROMOSI KESEHATAN ...................................................... 113 B. KEMITRAAN MELALUI POKJANAL DBD............................................................. 116 C. PENYULUHAN KESEHATAN .............................................................................. 120 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Garis Besar Program Pembelajaran Lampiran 2 : Peraturan Perundang-undangan terkait dengan program pengendalian DBD Lampiran 3 : KD-PKM Lampiran 4 : Formulir K-DBD Lampiran 5 : Formulir W2-DBD Lampiran 6 : Formulir W 1 Lampiran 7 : Formulir KD-RS Lampiran 8 : Formulir DPDBD Lampiran 9 : Formulir P-DBD Lampiran 10 : Kartu Jentik Rumah/Bangunan Lampiran 11 : Formulir JPJ-1 Lampiran 12 : Formulir PJB-1 Lampiran 13 : Formulir PJB-2 Lampiran 14 : Formulir PJB3 Lampiran 15 : Panduan praktek materi inti 3 Lampiran 16 : Formulir So Lampiran 17 : Studi kasus materi inti 4 Lampiran 18 : Form PE Lampiran 19 : Form hasil PE Lampiran 20 : Form Berita Acara hasil penanggulangan DBD Lampiran 21 : Form KLB DBD Lampiran 22 : Studi materi inti 5 Lampiran 23 : Panduan praktek materi inti 6 Lampiran 24 : Perhitungan insektisida dalam pengendalian vektor Lampiran 25 : Contoh cara perhitungan kegiatan pengendalian DBD Lampiran 26 : Check list supervisi Lampiran 27 : Studi kasus materi inti 7 Lampiran 28 : Studi kasus materi inti 8 xi DAFTAR TABEL Tabel 1 : Indikator Nasional DBD Tabel 2 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD menurut desa/kelurahan per mingguan Tabel 3 : Jumlah penderita DBD per tahun di Puskesmas tahun 2008 2010 Tabel 4 : Distribusi penderita DBD menurut RW di Kelurahan Tabel 5 : Jumlah penderita DBD per bulan di Puskemas X Tahun 2006 - 2010 Tabel 6 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD menurut Kecamatan per mingguan Tabel 7 : Distribusi penderita DBD, per Kecamatan di wilayah kerja Puskesmas Tabel 8 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD di Kabupaten Tabel 9 : Jumlah pendeirta dan kematian DBD di kabupaten per kelompok umur per tahun Tabel 10 : Jumlah DD, DBD, dan SSD mingguan di provinsi Tabel 11 : Distibusi penderita DBD per kabupaten/kota Tabel 12 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD di provinsi Tabel 13 : Jumlah penderita dan kematian DBD per golongan umur di provinsi Tabel 14 : Kajian daerah masalah DBD kabupaten per Puskesmas Tabel 15 : Contoh

penentuan besarnya masalah DBD per desa/kelurahan per Puskesmas Tabel 16 : Contoh penggunaan bagan Ganti pada program xii DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Grafik Pertambahan Jumlah kasus DBD sejak tahun 1968 - 2011 Gambar 2 : Grafik Insidens Rate DBD per 100.00 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) di Indonesia tahun 2005-2010 Gambar 3 : Grafik Insidens Rate (IR) DBD per Provinsi di Indonesia tahun 2010 Gambar 4 : Virus Dengue Gambar 5 : Grafik Distribusi Kasus Dengue di Negara-negara Asia Tahun 2000-2009 Gambar 6 : Distribusi IR DBD di Indonesia Tahun 2010 Gambar 7 : Nyamuk Aedes Aegypti Gambar 8 : Siklus penularan penyakit DBD Gambar 9 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi NTT Tahun 2005-2009 Gambar 10 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2005-2009 Gambar 11 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi DKI Jakarta tahun 2005-2009 Gambar 12 : Peta Stratifikasi desa/kelurahan DBD di Puskesmas X Gambar 13 : Grafik rata-rata jumlah penderita DBD di Puskesmas X tahun 2006-2010 Gambar 14 : Contoh Ovitrap Gambar 15 : Contoh Aspirator Gambar 16 : Ovarium Aedes sp Gambar 17 : Dilatasi pada saluran telur (pedikulus) Aedes sp Gambar 18 : Telur Aedes aegypti Gambar 19 : Larva Aedes aegypti Gambar 20 : Pupa Gambar 21 : Aedes sp Gambar 22 : Siklus Hidup nyamuk Aedes aegypti Gambar 23 : Cara menghitung hasil Uji Torniquet Gambar 24 : Bintik-bintik perdarahan di bawah kulit Gambar 25 : Tanda Penyembuhan DBD Gambar 26 : Contoh Mesin Hot Fogger Gambar 27 : Contoh Mesin Ultra Low Volume (ULV) 121 MATERI DASAR 1 : Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD WAKTU : 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu memahami Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan yang terkait dengan program pengendalian DBD. Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu 1 2 Mampu menjelaskan situasi dan permasalahan yang terkait dengan pengendalian DBD Pokok Bahasan : Situasi DBD dan Permasalahan Pengendalian DBD: 1. Situasi DBD di Indonesia 2. Permasalahan Pengendalian DBD Ceramah, Diskusi & tanya jawab LCD, komputer & bahan ajar Mampu menjelaskan kebijakan, strategi, dan kegiatan pokok pengendalian DBD dan menjelaskan target/indikator kinerja pengendalian DBD

Pokok Bahasan : Kebijakan Pengendalian DBD : 1.Renstra Kemenkes tahun 2010- 2014 2.Visi, Misi, dan Tujuan Pengendalian DBD. 3.Kebijakan, Strategi dan Sasaran Pengendalian DBD 4.Kegiatan Pokok Pengendalian DBD 5.Target/indikator pengendalian DBD tahun 2010-2014 Ceramah, Diskusi & tanya jawab LCD, komputer & bahan ajar MATERI INTI 1 : Epidemiologi DBD WAKTU : T 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta latih mampu memahami epidemiologi DBD Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu 1 Ceramah, Diskusi & tanya jawab LCD, komputer & bahan ajar Dapat menjelaskan gambaran epidemiologi DBD Pokok Bahasan : Epidemiologi DBD : 1.Gambaran Epidemiologi 2.Penyebab penyakit 3.Distribusi penyakit 4.Penularan dan Masa Inkubasi 5.Faktor resiko penularan 6.Ukuran epidemiologi yang berhubungan dengan DBD Lampiran 1 122 Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu 1 2 Dapat menjelaskan pengertian dan tujuan surveilans DBD Pokok Bahasan Tujuan dan pengertian surveilans DBD: 1.Tujuan surveilans 2.Pengertian 3.Definisi Operasional Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar Dapat menjelaskan sistem pelaksanaan surveilans dalam pengendalian DBD Pokok Bahasan : Sistem Pelaksanaan Surveilans dalam pengendalian DBD: 1.Jenis Sumber data 2.Peran Unit Pelaksana 3.Strategi dan pelaksanaan surveilans pengendalian DBD LCD, komputer & bahan ajar MATERI INTI 2 : Surveilans Kasus DBD WAKTU : T 2 JPL, P 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melaksanakan surveilans kasus DBD di wilayah kerjanya. Ceramah, tanya jawab & praktek 3 Dapat menjelaskan sistem pelaporan dan kegiatan surveilans kasus DBD

Pokok Bahasan : Kegiatan surveilans DBD di berbagai tingkat administrasi: 1.Tingkat Puskesmas 2.Tingkat Kabupaten/kota 3.Tingkat provinsi LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek MATERI INTI 3 : Surveilans dan Pengendalian Vektor DBD WAKTU : T 2 JPL, P 3 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melaksanakan surveilans dan pengendalian vektor DBD diwilayah kerjanya. Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu 1 2 Dapat menjelaskan metode surveilans vektor DBD Pokok Bahasan : Metode Surveilans vektor DBD : 1.Penentuan lokasi pengamatan 2.pelaksanaan pengamatan 3.Teknis pengamatan 4.Alat dan Bahan survey 5.Laporan hasil survei Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar Dapat menjelaskan morfologi, identifikasi dan bio-ekologi vektor DBD Pokok Bahasan Morfologi, identifikasi dan Bioekologi vektor DBD Sub Pokok Bahasan : 1.Morfologi 2.Identifikasi 3.Bioekologi vektor DBD LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek 3 Dapat menjelaskan Metode pengendalian Pokok Bahasan Metode pengendalian vektor LCD, komputer & Ceramah, tanya jawab & 123 4 vektor Sub Pokok Bahasan : 1.Kimiawi 2.Biologi 3.Managemen lingkungan 4.Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD 5.Pengendalian vektor terpadu praktek bahan ajar

Dapat Melaksanakan kegiatan pengendalian vektor DBD Pokok Bahasan : Kegiatan pengendalian vektor DBD : 1.Kegiatan pengendalian vektor di tingkat administrasi 2.Operasional pengendalian vektor 3.Kegiatan pengendalian vektor pada KLB DBD LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek 3 Dapat Melaksanakan pelaporan dan evaluasi hasil pengendalian vektor DBD Pokok Bahasan : Pelaporan dan Evaluasi hasil pengendalian vektor : 1.Pelaporan hasil pengendalian vektor 2.Evaluasi hasil pengendalian vektor LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek MATERI INTI 4 : Tatalaksana Kasus Demam Dengue dan DBD WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu memahami tatalaksana Demam Dengue dan DBD. Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu 1 2 Menjelaskan definisi operasional kasus DD dan DBD Pokok Bahasan : Definisi Operasional DD dan DBD : 1.Definisi Suspek Infeksi Dengue 2.Definisi DD 3.Definisi DBD Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar Menjelaskan tatacara mendiagnosis DD dan DBD berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pokok Bahasan : Diagnosis DD dan DBD : 1.Diagnosis Suspek Infeksi Dengue 2.Diagnosis Demam Dengue 3.Diagnosis DBD LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek 124 4

4.Jenis - Jenis Pemeriksaan laboratorium pada penderita DBD Dapat Melaksanakan kegiatan pengendalian vektor DBD Pokok Bahasan : Kegiatan pengendalian vektor DBD : 1.Kegiatan pengendalian vektor di tingkat administrasi 2.Operasional pengendalian vektor 3.Kegiatan pengendalian vektor pada KLB DBD LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek 3 Menjelaskan tata laksana DD dan DBD meliputi pertolongan pertama oleh Masyarakat, oleh petugas medis dan paramedis, dan tatacara rujukan ke Rumah Sakit Pokok Bahasan : Tata laksana DD dan DBD: 1.Pertolongan Pertama Penderita DBD oleh masyarakat. 2.Langkah-langkah Pemeriksaan DD dan DBD 3.Tatalaksana Rujukan penderita DBD 4.Tatalaksana DD dan DBD LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek MATERI INTI 5 : Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus dan Penanggulangan KLB WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus dan penanggulangan KLB DBD. Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu 1 2 Dapat menjelaskan konsep PE, PF, dan KLB dan Dapat melaksanakan PE dan PF POKOK BAHASAN : KONSEP PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE) : 1.Konsep PE 2.Konsep PF Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar Dapat melaksanakan penanggulangan KLB POKOK BAHASAN : PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA : 1.Konsep KLB 2.Langkah-langkah pelaksanaan penanggulangan KLB 3.Evaluasi Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek

125 Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu 1 2 Melakukan pengoperasian mesin hot fogger Pokok Bahasan : Mesin hot fogger (pengkabut panas) : 1.Petunjuk Teknis Pengoperasian Mesin hot fogger 2.Petunjuk teknis perbaikan hot fogger 3.Petunjuk Teknis perawatan mesin hot fogger Ceramah, tanya jawab, diskusi & praktek LCD, komputer & bahan ajar Melakukan pengoperasian mesin ULV. LCD, komputer & bahan ajar MATERI INTI 6 : Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor WAKTU : T 2 JPL, PL 4 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melakukan pengoperasian alat dan menjelaskan bahan pengendalian vektor DBD. Pokok Bahasan : mesin Ultra Low Volume (ULV) : 1.Petunjuk Teknis Pengoperasian Mesin ULV 2.Petunjuk teknis perbaikan mesin ULV 3.Petunjuk teknis perawatan mesin ULV Ceramah, tanya jawab, diskusi & praktek 3 Mengaplikasikan insektisida LCD, komputer & bahan ajar Pokok Bahasan : Jenis dan aplikasi insektisida untuk pengendalian vektor DBD : 1.Jenis Insektisida 2.Cara aplikasi Insektisida Ceramah, tanya jawab, diskusi & praktek 126 MATERI INTI 7 : Perencanaan Pengendalian Penyakit DBD. WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD. Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu 1

2 Menentukan daerah masalah DBD melalui kajian epidemiologi Pokok Bahasan : Penentuan Daerah Masalah DBD : 1.Dasar Penyusunan Rencana 2.Penentuan Daerah Masalah DBD 3.Penentuan besarnya masalah DBD Ceramah, tanya jawab, & praktek LCD, komputer & bahan ajar Menentukan kegiatan pengendalian DBD LCD, komputer & bahan ajar Pokok Bahasan : Penentuan kegiatan pengendalian DBD : Jenis Kegiatan Ceramah, tanya jawab, & praktek 3 Menyusun rencana operasional LCD, komputer & bahan ajar Pokok Bahasan : Penyusunan Rencana Operasional Ceramah, tanya jawab, & praktek 4 Melaksanakan Supervisi dan Bimbingan Teknis serta Membuat kesimpulan akhir dan laporan umpan balik LCD, komputer & bahan ajar Pokok Bahasan : Supervisi dan Bimbingan Teknis : 1.Konsep Supervisi dan Bimbingan Teknis 2.Pelaksanaan Supervisi dan bimbingan Teknis 3.Penilaian Supervisi dan bimbingan Teknis Ceramah, tanya jawab, & praktek 127 Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu 1 2 Dapat menjelaskan tentang promosi kesehatan Pokok Bahasan : Strategi dasar promosi kesehatan : 1.Strategi advokasi 2.Strategi bina suasana 3.Strategi gerakan pemberdayaan Ceramah, tanya jawab & bermain peran

LCD, komputer & bahan ajar Dapat menjelaskan tentang kemitraan LCD, komputer & bahan ajar Pokok Bahasan : Kemitraan melalui POKJANAL DBD : 1. Konsep kemitraan 2. POKJANAL DBD Ceramah, tanya jawab & bermain peran 3 Dapat melakukan penyuluhan kesehatan LCD, komputer & bahan ajar Pokok Bahasan Penyuluhan Kesehatan Ceramah, tanya jawab & bermain peran MATERI INTI 8 : Promosi Kesehatan dalam program Pengendalian DBD WAKTU : T 2 JPL, P 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melaksanakan promosi kesehatan dalam program pengendalian DBD. 128 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT DENGAN PROGRAM PENGENDALIAN DBD A. Peraturan Perundang-Undangan Inti Terkait Dengan Program Pengendalian DBD 1. KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (lihat lampiran KEPMENKES tsb.) 2. KEPMENKES No. 92 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 581/Menkes/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (lihat KEPMENKES tsb) 3. KEPMENDAGRI No. 31-VI Tahun 1994 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) Tim Pembina LKMD Tingkat Pusat (lihat KEPMENKES tsb). B. Peraturan Perundang-Undangan Penunjang Beserta Pasal-Pasal Terkait Dengan Program Pengendalian DBD 1. UU No. 4 Th. 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (pasal 1-15) 2. UU No. 23 Th.1992 tentang Kesehatan (Bab III Ps.4,6,12s/d 15, Bab IV, Ps.17s/d 22, Bab V ,Ps 50; BAB VI. Ps 53 s/d 60; BAB IX Ps.73-78, BAB XIII Ps.102 & 103; BAB XV.107 . 3. UU No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Penjelasan Umum.1b,3,7 s/d 10) 4. UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah (BAB VI Ps.10, BAB 10 Ps.87) 5. PP No. 40 Th. 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (BAB I, BAB II, Bab III s/d XI.) 6. PP No. 25 Th. 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi Sebagai Daerah Otonomi (BAB II Ps.2 (10.j) 7. PP No. 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah 8. PP No. 39 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (BAB IV Ps.6 s/d 9, BAB VI Ps.11 9. PP 52 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Tugas Perbantuan (BAB VII

Ps.11,12, BAB VIII Ps. 13,14) 10. PP No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal 11. PERPRES No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009 ( Ps.6, Bab 28 tentang kesehatan) 12. PERMENKES No. 560 Tahun 1989 Tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata Cara Penanggulangannya 13. PERMENKES No. 949 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB). (Lampiran latar belakang penyakit yang sering menimbulkan KLB) Lampiran 2 129 14. PERMENKES No. 1575 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan (Bab VI Ps. 380 s/d 390, Ps.458 s/d 460, 466-468) 15. KEPMENKES R.I No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Kesehatan Perumahan (Lampiran C persyaratan kesehatan Lingkungan no.6) 16. KEPMENKES No. 261 Tahun 1998 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja (BAB II Persyaratan H. Tentang vektor penyakit ) . 17. KEPMENKES No. 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan 18. KEPMENKES No. 1116 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan (III. Penyelenggaran sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan No. D.1.d) 19. KEPMENKES No. 1457 Tahun 2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. (P. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit DBD) 20. KEPMENKES No. 1479 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu (lampiran Jenis-jenis penyakit no.5. bersumber RS. No.21) 21. KEPMENKES No. 131 Tahun 2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional 22. KEPMENKES No. 1091 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. (Lampiran keputusan no urut P. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Demam Berdarah) 23. KEPMENKES No. 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ( Lampiran , Tatalaksana RS, no.5.b.10; VI.C.1.a) 24. KEPMENKES No. 331 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005 - 2009 25. KEPMENKES RI No.1350/MENKES/SK/XII/2001 Tentang Pestisida, DEPKES RI , Jakarta Tahun 2004. (Bab 1. Ketentuan Umum Ps.1, Bab III P, BAB II, Ps 2,3, Bab III Ps 4 s/d7, Bab IV Ps.9 s/d 13, Bab V Ps14 s/d 19, BAb VI Ps. 20, BAB VII Ps 21) 26. PERDA (Peraturan Daerah) CONTOH : a. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 2044 Tahun 2004 Tentang Satuan Biaya Untuk Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE), Pengasapan (Fogging), Operasional ULV, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) Di Provinsi Daerah Ibukota Jakarta b. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 447 Tahun 2005 Tentang Penanggulangan Waspada Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta c. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 11 Tahun 2003 Tentang Kewaspadaan Dini Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta d. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 39 Tahun 2004 Tentang Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Lingkungan Kelurahan Provinsi DKI Jakarta e. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 115 Tahun 2005 Tentang Antisipasi Perkembangan Situasi Musim Hujan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta f. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 5681 Tahun 2005 Tentang Penetapan Penggunaan Anggaran Swadana Puskesmas Untuk Kegiatan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta g. Surat Edaran Gubernur Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 46/SE/2004 Tentang Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN- DBD) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 130 h. Surat Ketua Umum Tim Penggerak PKK Pusat Tanggal No. 500/SKR/PKK.PST/IX/94 Kepada Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Dati I di Seluruh Indonesia Perihal Penyuluhan dan Motivasi tentang Gerakan PSN-DBD i. KEPMENKES No. 331 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005 - 2009 Lampiran 2 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 581/Menkes/SK/VII/1992 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang cenderung meningkat jumlah kasusnya dan penyebarannya, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa dan kematian sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat; b. bahwa untuk itu perlu dilakukan berbagai kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue secara dini dan terus-menerus; c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1960 nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068). 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, tambahan Lembaran Negara Nomor 3037). 3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153). 4. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273). 5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal daerah. 131 7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447)

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1980 tentang Penyempurnaan dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa Menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa. 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata cara Penanggulangan Seperlunya. MEMUTUSKAN Menetapkan : Pertama : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE Kedua : Upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat. Ketiga : Pelaksanaan kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat di bawah koordinasi Kepala Wilayah/Daerah. Keempat : Pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran keputusan ini. Kelima : Petunjuk teknis pelaksanaan keputusan ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Keenam : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal: 27 Juli 1992 MENTERI KESEHATAN RI, Dr. ADHYATMA, MPH. 132 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN R.I. NOMOR:581/MENKES/SK/VII/1992. TANGGAL : 27 JULI 1992 BAB I PENDAHULUAN 1. Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan virus dan ditularkan lewat nyamuk merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang cenderung semakin luas penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. 2. Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk penularnya (Aedes aegypti) tersebar luas, baik di rumah-

rumah maupun di Tempat Umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. 3. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang: a. Terutama menyerang anak b. Ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan dan kematian c. Termasuk salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah. 4. Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue pada dasarnya dilakukan sesuai dengan pemberantasan penyakit menular pada umumnya, namun mengingat vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum ditemukan, maka pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan terutama dengan memberantas nyamuk penularnya. 5. Untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue diperlukan pembinaan peran serta masyarakat guna mencegah dan membatasi penyebaran penyakit. 6. Pembinaan peran serta masyarakat dilaksanakan dengan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat. Oleh karena itu pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan melalui kerjasama lintas program dan sektoral yang dikoordinasikan oleh kepala Wilayah/Daerah. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan Tujuan Keputusan ini adalah memberikan pedoman bagi masyarakat, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan sektor-sektor terkait dalam upaya bersama mencegah dan membatasi penyebaran penyakit demam berdarah dengue sehingga terjadinya kejadian luar biasa/wabah dapat dicegah dan angka kesakitan dan kematian dapat diturunkan serendahrendahnya. 133 BAB III DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1960 nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068). 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, tambahan Lembaran Negara Nomor 3037). 3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ( Lembaran Negara, Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153). 4. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang wabah Penyakit Menular ( Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273). 5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal daerah.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447) 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1980 tentang Penyempurnaan dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa Menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa. 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata cara Penanggulangan Seperlunya. BAB IV PENGERTIAN 1. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae, lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock). 2. Penderita/tersangka adalah orang sakit dengan tanda-tanda seperti pada butir 1 atau sekurangkurangnya panas tanpa sebab jelas dan petichiae atau tanda perdarahan lainnya. 134 3. Pengamatan penyakit adalah kegiatan mencatat jumlah penderita/tersangka penyakit demam berdarah dengue menurut waktu dan tempat (wilayah) kejadian, yang dilaksanakan secara teratur. 4. Pemusnahan penyebab penyakit adalah penyemprotan insektisida untuk membasmi nyamuk pembawa virus dengue. 5. Pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah semua upaya untuk mencegah dan menangani kejadian Demam Berdarah Dengue termasuk tindakan untuk membatasi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue. 6. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kuranya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut. 7. Penanggulangan seperlunya adalah penyemprotan insektisida dan /atau pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi. 8. Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian penyakit demam berdarah dengue yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. 9. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk, yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue.

10. Abatisasi adalah penaburan insektisida pembasmi jentik pada tempat penampungan air. 11. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal termasuk bangunan yang digunakan untuk usaha kecil seperti warung, toko,industri-rumahan, dan mushola. 12. Tempat umum ialah bangunan untuk pelayanan umum seperti sekolah, hotel/losmen, asrama, rumah makan, tempat rekreasi, tempat industri/pabrik, kantor, terminal/stasiun, stasiun pompa bensin, rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dimana kemungkinan terjadinya penularan tinggi. 13. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah persentase rumah dan/atau Tempat Umum yang tidak ditemukan jentik, pada pemeriksaan jentik berkala. 14. Desa/kelurahan rawan adalah desa/kelurahan yang dalam 3 tahun yang terakhir kejangkitan penyakit demam berdarah dengue, atau yang karena keadaan lingkungannya (antara lain karena penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain), sehingga mempunyai risiko untuk kejadian luar biasa. 135 BAB V TANDA-TANDA DAN PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE 1. Penderita penyakit demam berdarah dengue pada umumnya disertai tanda-tanda sebagai berikut: a. Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah/lesu. Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain b. Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam, atau ruam pada kulit muka, dada, lengan, atau kaki dan nyeri ulu hati. Kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah darah. Bintik perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya kulit diregangkan; bila hilang bukan tanda penyakit demam berdarah dengue. c. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya: 1) Penderita sembuh, atau 2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut, terjadi renjatan 9lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tak teraba). Kadang-Kadang Kesadarannya menurun. 2. Penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (meskipun juga dapat ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di kebun). Nyamuk ini mendapat virus dengue pada waktu mengisap darah penderita penyakit demam berdarah dengue atau orang tanpa gejala sakit yang membawavirus itu dalam darahnya (carier). 3. Virus dengue memperbanyak diri dan menyebar keseluruh tubuh nyamuk, termasuk ke kelenjar liurnya. 4. Jika nyamuk ini menggit orang lain, maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut menderita sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan berada dalam darah selama 1 minggu. 5. Orang yang kemasukan virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama 1 minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya.

6. seluruh wilayah mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit demam berdarah dengue, namun tempat yang potensial bagi penyebaran penyakit adalah desa rawan dan tempat umum. 7. Nyamuk penular demam berdarah dengue teruitama adalah Aedes aegypti. a. Sifat-sifat nyamuk Aedes aegypti: 1) Berwarna hitam dengan gelang-gelang (loreng) putih pada tubuhnya, dengan bercak-bercak putih di sayap dan kakinya.Berkembang biak di tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi/wc, tempayan,

136 drum dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain. 2) Kadang-kadang juga di pelepah daun, lobang pohon, lobang pagar pipa/bambu, lobang pipa tiang bendera, dan genangan air di talang atap rumah dan lain-lain. 3) Biasanya menggigit pada siang hari. 4) Nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk mematangkan telurnya agar dapat meneruskan keturunannya. 5) Kemampuan terbangnya 100 meter. b. Daur hidup: 1) Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembang-biakannya. 2) Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik,kemudian berkembang menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk (perkembang-biakan dari telur-jentik-kepompong-nyamuk membutuhkan waktu 7-10 hari). 3) Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (yang betina) akan menggigit (mengisap darah) manusia dan siap untuk melakukan perkawinan dengan nyamuk jantan. 4) Setelah mengisap darah, nyamuk betina beristirahat sambil menunggu proses pematangan telurnya. Tempat beristirahat yang disukai adalah tumbuh- tumbuhan atau benda tergantung di tempat yang gelap dan lembab, berdekatan dengan tempat perkembang biakannya. 5) Siklus mengisap darah dan bertelur ini berulang setiap 3-4 hari. 6) Bila mengisap darah seorang penderita demam berdarah dengue atau carrier, maka nyamuk ini seumur hidupnya dapat menularkan virus itu. 7) Umur nyamuk betina rata-rata 2-3 bulan. BAB VI UPAYA PEMBERANTASAN Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi : (1) pencegahan, (2) penemuan, pertolongan dan pelaporan, (3) penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah dengue, (4) penanggulangan seperlunya, (5) penanggulangan lain dan (6) penyuluhan. 1. PENCEGAHAN Pencegahan dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan Tempat umum dengan melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi: a. menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, atau menutupnya rapat-rapat. b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi) d. Memelihara ikan e. Cara-cara lain membasmi jentik. 2. PENEMUAN, PERTOLONGAN DAN PELAPORAN

137 Penemuan, pertolongan dan pelaporan penderita penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara-cara sbb: a. Keluarga yang anggotanya menunjukkan gejala penyakit demam berdarah dengue memberikan pertolongan pertama (memberi minum banyak, kompres dingin dan dan obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat) dan dianjurkan segera memeriksakan kepada dokter atau unit pelayanan kesehatan. b. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan, penentuan diagnosa dan pengobatan/perawatan sesuai dengan keadaan penderita dan wajib melaporkan kepada puskesmas. c. Kepala keluarga diwajibkan segera melaporkan kepada lurah/kepala desa melalui kader, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan/Kepala Dusun. d. Kepala asrama, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan, Kepala Dusun yang mengetahui adanya penderita/tersangka diwajibkan untuk melaporkan kepada Puskesmas atau melalui lurah/kepala desa. e. Lurah/Kepala Desa yang menerima laporan, segera meneruskannya kepada puskesmas. f. Puskesmas yang menerima laporan wajib melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit. 3. PENGAMATAN PENYAKIT DAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI a. pengamatan penyakit dilaksanakan oleh Puskesmas yang menemukan atau ` menerima laporan penderita tersangka untuk: 1) Memantau situasi penyakit demam berdarah dengue secara teratur sehingga kejadian luar biasa dapat diketahui sedini mungkin 2) Menentukan adanya desa rawan penyakit demam berdarah dengue. b. Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu oleh masyarakat, untuk mengetahui luasnya penyebaran penyakit dan langkah-langkah untuk membatasi penyebaran penyakit sebagai berikut: 1) Petugas Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi. 2) Keluarga penderita dan keluarga lain disekitarnya membantu kelancaran pelaksanaan penyelidikan. 3) Kader, Ketua RT/RW, Ketua lingkungan, Kepala Dusun, LKMD, membantu petugas kesehatan dengan menunjukkan rumah penderita/tersangka dan mendampingi petugas kesehatan dalam pelaksanaan penyelidikan epidemiologi. c. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan adanya kejadian luar biasa kepada Camat dan Dinas Kesehatan Dati II, disertai rencana penanggulangan seperlunya. 4. PENANGGULANGAN SEPERLUNYA a. Penanggulangan seperlunya dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu oleh masyarakat untuk membatasi penyebaran penyakit. b. Jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan hasil penyelidikan epidemiologi sebagai berikut: 1) Bila: - ditemukan penderita/tersangka demam berdarah dengue lainnya 138 atau - ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentikdilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus interval 1 minggu) disertai penyuluhan di rumah penderita/tersangka dan sekitarnya dalam radius 200 meter dan sekolah yang bersangkutan bila penderita/tersangka adalah anak sekolah.

2) Bila terjadi Kejadian Luar Biasa atau wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu) dan penyuluhan di seluruh wilayah yang terjangkit. 3) Bila tidak ditemukan keadaan seperti di atas, dilakukan penyuluhan di RW/Dusun yang bersangkutan. c. Langkah Kegiatan 1) Pertemuan untuk musyawarah masyarakat desa dan RW/Lingkungan/Dusun 2) Penyediaan tenaga untuk pemeriksa jentik dan penyuluhan untuk dilatih 3) Pemantauan hasil pelaksanaan di tiap RW/lingkungan/Dusun. BAB VIII PEMBINAAN PELAKSANAAN Untuk membina pelaksanaan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue, dibentuk Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) di setiap tingkatan administrasi pemerintahan. POKJANAL DBD merupakan forum koordinasi pembinaan pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. 1. Susunan Oeganisasi Pokjanal DBD. a. POKJANAL DBd tingkat Kecamatan, tingkat dati II dan tingkat Dati I, masing-masing dibentuk oleh Camat, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tk II, Gubernur Kepala daerah TK I, dan merupakan forum koordinasi dalam wadah Tim Pembina LKMD. Anggotanya terdiri dari unsur instansi dan lembaga terkait dalam pembinaan pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue termasuk Tim Penggerak PKK Pusat, tingkat 1, tingkat II dan PKK Tingkat Kecamatan. b. POKJANAL DBD Tingkat Pusat dibentuk oleh menteri Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Departemen Penerangan, Departemen Agama, Departemen Keuangan, Bappenas, Departemen Sosial, Tim Penggerak PKK Pusat dan instansi lain terkait. 2. Penggorganisasian POKJANAL DBD di setiap tingkatan administrasi pemerintahan sebagai berikut: a. Ketua b. Wakil Ketua Bidang Teknis c. Wakil Ketua bidang Bina program d. Sekretaris e. Anggota. 139 3. Tugas dan Fungsi POKJANAL DBD mempunyai tugas: a. Menyiapkan data dan informasi tentang keadaan dan perkembangan Pokja DBD/POKJANAL DBD, cakupan program serta pencapaian hasil kegiatan. b. Menganalisa masalah dan kebutuhan pembinaan serta menetapkan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi Pokja DBD/POKJANAL DBD. c. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap pemecahan masalah. d. Melakukan pemantauan dan bimbingan teknis pengelolaan program. e. Menginformasikan masalah yang dihadapi berdasarkan butir d. Tersebut diatas kepada instansi/lembaga yang bersangkutan dalam rangka pemecahan masalah. f. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatannya kepada Kepala wilayah/Daerah pada tingkat pemerintahan yang sama dan kepada POKJANAL DBD pada tingkat pemerintahan yang setingkat lebih tinggi sekurang-kurangnya setiap 3 bulan. 4. Tata hubungan kerja a. Pokjanal DBD untuk dan atas nama Tim Pembina LKMD memberikan bimbingan dan petunjuk teknis kepada tim Pembina LKMD yang lebih rendah, sesuai dengan bidang dan tugasnya. b. POKJANAL DBD menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD pada tingkat pemerintahan yang sama. c. POKJANAL DBD dapat melakukan hubungan kerja dengan Dinas/Instansi dan Lembaga Swadaya Masyarakat atau lembaga lain dengan

sepengetahuan ketua Harian tim pembina LKMD, sesuai dengan bidang tugasnya. d. POKJANAL DBD Tingkat Kecamatan dalam melaksanakan kegiatannya menggunakan sistem UDKP untuk memadukan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta tindak lanjut pembangunan masyarakat desa yang menyeluruh dan terpadu pada tingkat kecamatan. e. Mekanisme kerja POKJANAL DBD dilaksanakan melalui pendekatan fungsional yaitu dengan memperhatikan tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi dalam semangat kebersamaan dan keterpaduan. f. Hubungan kerja POKJANAL DBD dengan POKJANAL lain yang ada pada tingkat pemerintahan yang sama, berdasarkan koordinasi dan konsultasi. 5. Langkah Kegiatan a. Analisa situasi penyakit demam berdarah dengue termasuk keadaan nyamuk (jentik) penular demam berdarah dengue. b. Stratifikasi desa rawan berdasarkan besarnya masalah penyakit demam berdarah dengue c. Penentuan desa rawan yang diprioritaskan sebagai sasaran program. d. Menyusun rencana kegiatan pemberantasan yang ditetapkan dan disetujui oleh Kepala Wilayah/Daerah. e. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing tingkatan pemerintahan f. Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan g. Pembinaan dan tindak lanjut. 6. Dalam hal terjadi Kejadian Luar Biasa/Wabah penyakit DBD , kepalaWilayah/Daerah dapat membentuk Tim gerak cepat yang anggotanya terdiri dari anggota POKJANAL, unsur keamanan, dan unsur lain yang terkait. 140 BAB IX PEMBIAYAAN Biaya yang diperlukan untuk pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dibebankan kepada masing-masing instansi/lembaga terkait, baik melalui APBN, APBD I, APBD II, swadaya maupun sumber-sumber lain yang sah. BAB X PENGHARGAAN Terhadap kelompok atau perorangan yang berhasil melakukan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dapat diberikan penghargaan oleh Kepala wilayah/Daerah atas usulan POKJANAL DBD setempat. Ditetapkan di: JAKARTA Pada tanggal : 27 Juli 1992 MENTERI KESEHATAN RI. Dr, ADHYATMA.MPH. Lampiran 3 141 PEMBERITAHUAN TERSANGKA DBD/DD/DBD/SSD*) (Dikirimkan dalam 24 jam Setelah Penegakkan Diagnosis)

UNIT PELAYANAN KESEHATAN : ................................................................ KABUPATEN/KOTA*) : ...................................................... PROPINSI : .............................. Kepada Yth, Kadinkes Kabupaten/Kota*) ........................... di ............................................................. Tembusan : Kepada Yth. Ka. Puskesmas (.......................................................) Kepala/Direksi*................................. ..............................................,.................20....... *) Coret yang tidak perlu; **) Bubuhkan tanda check ( ) ; *Rumah Sakit atau tempat perawatan (fasilitas kesehatan) lainnya Tersangka DBD DD (Demam Dengue) DBD (Demam Berdarah Dengue) SSD (Sindrom Syok Dengue) Diagnosis **): -Jumlah trombosit terendah -Nilai hematokrit terendah -Nilai hematokrit tertinggi IgM (+/-) -IgG (+/-) -IgM dan IgG (+/-) Nama : .................................................................................... Umur : .................................................................................... Jenis Kelamin : .................................................................................... Nama orang tua/KK : .................................................................................... Alamat rumah : Jl. .................................................................No. ........ RT............................................RW............................ Desa/Kelurahan...........................Kecamatan : ....................... Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat seorang pasien (rawat jalan/rawat inap *)): Tanggal mulai sakit : ...........................................20......... Tanggal penegakkan diagnosis : ...........................................20......... Keadaan penderita saat ini : Hidup/Meninggal*) Bila pasien rawat inap : Tanggal mulai perawatan : ...........................................20......... Tanggal keluar/selesai perawatan : ...........................................20......... 142 Lampiran 4 Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas *): ............................................................................................. Laporan Bulan/Tahun: ............................................................................................. Jumlah PSN DBD Jumlah larvasidasi Jumlah Penyuluhan PSN DBD (1) LAPORAN BULANAN PENDERITA DD/DBD/SSD DAN PROGRAM PEMBERANTASAN

Formulir K-DBD (2) (1)(3)(4)(5)(6)(7)(8)(9)(10)(11)(12)(13) *) Coret yang tidak perlu PJB: Pemeriksaan Jentik Berkala * Jumlah penderita DBD dan SSD per 100.000 penduduk Jumlah fogging focus Jumlah PE CFR (%) Jumlah penderita DBD/SSD yang meninggal IR* Jumlah penderita SSD Jumlah penderita DBD Jumlah penderita DD yang meninggal Jumlah penderita DD Kabupaten/ Kota/ Kecamatan/ Desa/ Kelurahan*) Jumlah 143 Lampiran 4b (2) lanjutan (1) (15) (14)(16)(17)(18)(19)(20)(21)(22)(23)(24)(25)(26) * Misalnya yang diperiksa 300, positif 25, maka ditulis 300 (25) *) Coret yang tidak perlu G3M SMP : Gerakan 3 M sebelum masa penularan Jumlah desa/ kelurahan sporadis Jumlah Jumlah kecamatan sporadis Jumlah kabupaten/ kota/ sporadis Jumlah desa/ kelurahan endemis Jumlah desa/ kelurahan Jumlah kecamatan endemis Jumlah kecamatan

Jumlah kabupaten/ kota/ endemis Jumlah kabupaten/ kota/ Jumlah daerah KLB (desa/ kelurahan/ kecamatan/ kabupaten/ kota*) Jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa jentik Jumlah positif Jentik)* Jumlah G3 M SMP s.d. bulan ini Jumlah PJB Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas *) (......................................................................) .....................................................................................20......... 144 Lampiran 5 Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas*): ............................................................................................. Bulan/Tahun: ............................................................................................. LAPORAN MINGGUAN PENDERITA DD/DBD/SSD Formulir W2-DBD *) Coret yang tidak perlu; P=Penderita; M:Meninggal; *Mengikuti kalender survailans DD : Demam Dengue DBD : Demam Berdarah Dengue SSD : Sindrom Syok Dengue DBD Kabupaten/ Kota/ Kecamatan/ Desa/ Kelurahan*) Jumlah PMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPM SSD DD 1 DBDSSD DD 2 DBDSSD DD 3 DBDSSD DD

4 DBDSSD DD ....... DBDSSD DD Total Minggu* Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas*) (.....................................................................) ....................................................,..............................20......... 145 Lampiran 6 ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑ ❑❑ Pada tgl/bln/th: ............................./20............. di Desa/Kelurahan: ............................................... Kecamatan: ............................................... kabupaten/Kota : ............................................... Propinsi : ............................................... Keterangan *) Coret yang tidak perlu Catatan 1.Satu kelas formulir ini hanya untuk melaporkan satu jenis tersangka penyakit keracunan 2.Bila tersangka KI.B tsb terjadi pada beberapa tempat (Kelurahan/Desa/Kecamatan/ Kabupaten) tuliskan semuannya pada tempat yang tersedia. 3.Penderita dan kematian tuliskan jumlah

keseluruhannya 4. Selain melalui Pos. isi laporan Wl ini dapat disampaikan dengan menggunakan saran: komunikasi cepat yang lain ......................................................20......... Kepala................................... (..................................) Sakit perut perubahan bentuk tinja bentuk tinja Lesu Pasilo mata Muka papus Noda kekakuan umum di seluruh tubuh Sukar jalan Mulut sukar dibuak mengisap Cyanosisi Selaput mata kuning Air seni berwama spt air teh kental Sember Permukaan lidah kotor pingirannya merah Kaku kuduk Kejang-kejang Reflex patologis porsis kulit melepur Ulous Sesak napas disertai bunyi Batuk beruntun Kelumpuhan Sulit menelan Makan Sulit bernapas Berkunang Muka pucat Nyeri otot Limpa membesar perasaan dingin dan ingusan Bercak-bercak merah pada kulit leher kesadaran menurun Shock Batuk pilek Conjuctive photoshop Sakit wabah malaria Leher membengkak Sakit kepala Lemah/lesu Mual Mimsar Perdarahan mulut Muntah darah Berak darah Bercak-bercak merah di kulit menggigil Nyeri ulu hati Hati membesar Freg Bab > 3 x IV Berak-berak Muntah-muntah Diare mengencer Seperti air Cenidras Demam tinggi men dada dingin panas tenaga kurang Batuk darah men dadak Dengan mendadak kulit kuning Tersangka penyakitKolera Pies Diarae Dipriten Anhrax dengan gejala Penyakit lainnya Tersangka keracunan Polio Meningtus Encehatis Malaria Demam berdarah Dengue Typhus perut Rabies Campak Demam Kuning demam bolak-balik Hepateis Pertusis Tyhus bercak wabah Tindakan yang telah diambil !.................................................. .................................................. .................................................. LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA (dilaporkan dalam 24 jam) Telah terjadi sejumlah ................. Penderita dan sejumlah........................Kematian WIPU/KA/PR *) 146 Form KD/RS-DBD

PEMBERITAHUAN PENDERITA INFEKSI DENGUE (Dikirimkan dalam 24 jam setelah diagnosis awal ditegakkan) RS/PUSKESMAS*) : ............................................ KAB/KOTA*) : ..............................................PROVINSI :. ................................................ Kepada Yth Dinas Kesehatan Kab/Kota ....................................... di .............................................................................. Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat seorang pasien. No. Rekam Medik : .............................................................................. Nama : .............................................................................. Umur : ........tahun Jenis Kelamin : L/P*) Nama orang tua/KK : .............................................................................. Alamat rumah : Jl..................................................No.telp/HP:........ RT...........................RW/RK.................................... Kelurahan/Desa :....................Kecamatan :............ Tanggal mulai sakit : .........................................................20.................. Tanggal mulai dirawat/diagnosis dibuat : .........................................................20.................. KEADAAN PENDERITA SAAT INI: HIDUP/MENINGGAL*) DIAGNOSIS AWAL**): Suspek Infeksi Dengue DD (Demam Dengue) DBD (Demam Berdarah Dengue) SSD (Sindrom Syok Dengue) DIAGNOSIS AKHIR **): Tanggal:............ Suspek Infeksi Dengue DD (Demam Dengue) DBD (Demam Berdarah Dengue) SSD (Sindrom Syok Dengue) Lainnya: ....................................... KEADAAN PENDERITA SAAT PULANG: HIDUP/MENINGGAL*) Tembusan : Kepada Yth : Kepala Puskesmas ________________________ *) : Lingkari yang dipilih **) : Bubuhkan tanda check ( ? ) pada box **) : Bubuhkan tanda Check (v) pada box. ...................................................Thn........ DIREKTUR/KEPALA .............................. () Lembar 1: Untuk Dinas Kesehatan Kab/Kota Lembar 2: Untuk Keluarga Penderita agar disampaikan ke Puskesmas di daerah tempat tinggalnya HASIL PEMERIKSAAN LAB - Jumlah Trombosit terendah - Nilai Hematokrit terendah HASIL PEMERIKSAAN LAB - Jumlah Trombosit terendah - Nilai Hematokrit terendah Lampiran 7

Lampiran 8 147 Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas *): ............................................................................................. Laporan Bulan/Tahun: ............................................................................................. Umur (tahun) No. Kode penderita No.Jenis kelamin (L/P) Kabupaten/ Kota Kecama- Tan Desa/ Kelurahan AlamatTanggal mulai sakit/ demam Tanggal mulai perawatan Tanggal penegak- kan diagnosis Diagnosis (DD/ DBD/ SSD *) Tanggal pelaporan dari tempat perawatan Tanggal keluar /selesai perawatan (1) DATA DASAR PERORANGAN PENDERITA DD/DBD/SSD DAN PENANGGULANGAN Formulir DP-DBD 2 134567891011121314 *) Coret yang tidak perlu L: laki-laki; P:perempuan DD: Demam Dengue DBD : Demam Berdarah Dengue; SSD : Sindrom Syok Dengue (DBD derajat III atau IV) 148 Lampiran 8b Nama unit pelapor (RS/tempat perawatan ) Tanggal penyulu- han Tanggal fogging focus siklus 2 151617181920222425262728 K : kasus (=sembuh); M : meninggal

2123 Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas *) (......................................................................) .....................................................................................20......... Keadaan pulang (K/M:) Jumlah trombosit terendah Nilai hematokrit terendah Nilai hematokrit tertinggi IgM dan IgG (+/-) IgG (+/-) IgM (+/-) Serologis Hasil pemeriksaan laboratorium Tanggal fogging focus siklus 1 Tanggal larvasidasi Penanggulangan fokus Tanggal PSN DBD Tanggal Penyeli- dikan epidemio- logis (PE) Lampiran 9 149 TTU**) Lain (Form: P-DBD) DATA TRIWULAN P2 DEMAM BERDARAH DENGUE Puskesmas : ........................................ Kab/Kota : ......................................... Propinsi : ......................................... Triwulan : ......................................... ...................., tgl. ....................... ................................................... (.................................................) NIP. JUMLAH JUMLAH Insektisida Larvasida Mesin Fog RDT DBD Mesin ULV besar Filter Paper Mesin ULV Dengue Blot Kit portable Leaflet Slide DBD Radio Spot Film DBD

Baik Rusak Keadaan Stok Bahan Jumlah Alat Jumlah JUMLAH *) Coret yang tidak perlu **) Sebutkan jenis tempat umumnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

(8)

(9)

(10)

(11) (12)

No Kab/Kota Kecamatan/Puskesmas / Kelurahan/Desa Fogging Massal Larvasidasi Selektif PJB Angka Bebas Jentik Kel/ Desa Rumah Kel/ Desa Rumah Kel/ Desa Rumah Sekolah Rumah RS/ Pusk. 150 KARTU JENTIK RUMAH/BANGUNAN* Nama KK/Pengelola Bangunan/Instansi: ................................... Alamat: ...................................................................................... Desa/Kelurahan: ......................................................................... Kecamatan: ................................................................................ Kabupaten/Kota: ........................................................................ (.......................................................) Petugas pemeriksa jentik *Gantungkan pada meteran listrik rumah/bangunan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Bulan Hasil pemeriksan jentik nyamuk penular DBD (+)/(-) Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Lampiran 10 151 FORMULIR JPJ-1

HASIL PEMERIKSAAN JENTIK RT/RW : ....................................................... DESA/KELURAHAN : ....................................................... KECAMATAN: .................................................................. KABUPATEN/KOTA: .......................................................... (.......................................................) Petugas pemeriksa jentik No Nama KK/ Jenis/Nama TTU Alamat (RT/RW) Keterangan Jentik (+) (-) Lampiran 11 152 * ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%. FORMULIR PJB-1 REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KECAMATAN/WILAYAH KERJA PUSKESMAS : ............................................... KABUPATEN/KOTA: .......................................................................................... No Tanggal pemeriksaan jentik Desa/Kelurahan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang positif jentik ABJ* desa/ kel. (%) Kepala Puskesmas, Lampiran 12 153 * ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100% No Tanggal pemeriksaan jentik Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang positif jentik FORMULIR PJB-2

REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK PER KECAMATAN & KELURAHAN KABUPATEN/KOTA ................................................................................. Kecamatan & Kelurahan yang diperiksa HI, CI, BI, ABJ* desa/ kel. (%) Kepala Subdin PP&PL, (.......................................................) Lampiran 13 154 FORMULIR PJB 3 REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK PER KABUPATEN PROPINSI : .......................................................................................... Kepala Subdin PP&PL, (.......................................................) * ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%. * HI *CI *BI No Tanggal pemeriksaan jentik Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang positif jentik HI, CI, BI, ABJ* desa/ kel. (%) Kabupaten & Kecamatan yang diperiksa Lampiran 14 155 PANDUAN PENUGASAN SURVEILAN DAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD Penugasan : A. Surveilan Vektor DBD 1. Sebagai tenaga program DBD di Propinsi, Kab/Kota dan Puskesmas, anda diminta mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan survei vektor 2. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 orang. 3. Fasilitator membagikan alat dan bahan penugasan kepada masing-masing kelompok. 4. Tiap kelompok menyusun rencana kegiatan surveilan DBD (sampel ditentukan secara acak/sistematic random sampling). 5. Kemudian tiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan tersebut.

B. Praktik Laboratorium/Kelas 1. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 orang. 2. Fasilitator membagikan alat dan bahan untuk identifikasi jentik dan nyamuk dewasa kepada masingmasing kelompok. 3. Fasilitator mencontohkan identifikasi jentik/larva menggunakan mikroskop compound. 4. Peserta melakukan identifikasi jentik/larva menggunakan mikroskop compound seperti yang dicontohkan oleh fasilitator. 5. Fasilitator mencontohkan identifikasi nyamuk Aedes sp. dewasa menggunakan mikroskop stereo. 6. Peserta melakukan identifikasi nyamuk Aedes sp. dewasa menggunakan mikroskop stereo seperti yang dicontohkan oleh fasilitator. 7. Peserta mengidentifikasi jentik dan nyamuk secara mikroskopis! (spesimen dan mikroskop disediakan oleh fasilitator) Lampiran 15 1 BAB I KURIKULUM PELATIHAN MANAJEMEN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan B yang bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya dan Japanese Encephalitis (JE). Ketiga penyakit tersebut sama-sama ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk tetapi mempunyai beberapa perbedaan antara lain jenis/spesies nyamuk penularnya, pola penyebaran, gejala penyakit, tata laksana pengobatan maupun upaya pencegahannya. Penyakit DBD mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk. Pada tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus dilaporkan sebanyak 150.822 kasus dengan rata-rata kematian 1.321 kematian. Situasi kasus DBD tahun 2011 sampai dengan Juni 2011 dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian sebanyak 142 orang (CFR=0,85%). Dari jumlah kasus tersebut, proporsi penderita DBD pada perempuan sebesar 50,33% dan laki-laki sebesar 49,67% . Disisi lain angka kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Situasi ini perlu diatasi dengan segera agar indikator kinerja/target pengendalian DBD yang tertuang dalam dokumen RPJMN yaitu IR DBD pada tahun 2014 adalah 51/100.000 penduduk, serta ABJ sebesar 95% dapat dicapai. G ambar 1 : Pertambahan Jumlah Kasus DBD sejak Tahun 1968-2011 IR 2010 :65,70/ 100.000 pddk IR/100.000 CFR(%)

Tahun 80 60 40 20 0 IR dan CFR 1968 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006

2008 2010 2 B. Filosofi Pelatihan manajemen pengendalian DBD, menggunakan nilai-nilai dan keyakinan yang menjiwai, mendasari, dan memberikan identitas pada sistem pelatihan sebagai berikut : 1. Pelatihan menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa dengan karakteristik : a. Pembelajaran pada orang dewasa adalah belajar pada waktu, tempat dan kecepatan yang sesuai untuk dirinya. b. Setiap orang dewasa memiliki cara dan gaya belajar tersendiri dalam upaya belajar secara efektif. c. Kebutuhan orang untuk belajar adalah karena adanya tuntutan untuk mengembangkan diri secara profesional. d. Proses pembelajaran melalui pelatihan diarahkan kepada upaya perubahan perilaku dalam diri manusia sebagai diri pribadi dan anggota masyarakat. e. Proses pembelajaran orang dewasa melalui pelatihan perlu memperhatikan penggunaan metode dan teknik yang dapat menciptakan suasana partisipatif. 2. Proses pelatihan memanfaatkan pengalaman peserta dalam melakukan pengendalian DBD dan digunakan pada setiap tahap proses pembelajaran. 3. Proses pembelajaran lebih banyak memberi pengalaman melakukan sendiri secara aktif pengendalian DBD atau menggunakan metode learning by doing. II. PERAN DAN FUNGSI A. Peran Setelah selesai pelatihan peserta mempunyai peran : 1. Pengelola program 2. Penyuluh B. Fungsi Setelah selesai pelatihan peserta mampu : 1. Memahami epidemiologi DBD 2. Melakukan surveilans kasus DBD 3. Melakukan surveilans dan pengendalian vektor DBD 4. Memahami penatalaksanaan kasus DBD 5. Melakukan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus dan KLB DBD 6. Mengoperasikan alat dan bahan pengendalian vektor DBD 7. Melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD 8. Melakukan promosi kesehatan dalam program pengendalian DBD III. KOMPETENSI Peserta memiliki kompetensi dalam : 1. Memahami epidemiologi (melakukan kegiatan epidemiologi) 2. Melakukan surveilans kasus 3. Melakukan surveilans dan pengendalian vektor 4. Memahami penatalaksanaan kasus DBD 5. Melakukan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus dan KLB 6. Mengoperasikan alat dan bahan pengendalian vektor, 7. Melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD 8. Melakukan promosi kesehatan dalam program pengendalian DBD 3 IV. TUJUAN PELATIHAN A. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu mengelola program pengendalian DBD. B. Tujuan Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta dapat : 1. Menjelaskan epidemiologi 2. Melakukan surveilans kasus 3. Melakukan surveilans dan pengendalian vektor 4. Memahami penatalaksanaan kasus DBD 5. Melakukan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus dan KLB 6. Mengoperasikan alat dan bahan pengendalian vektor 7. Melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD 8. Melakukan promosi kesehatan dalam program pengendalian DBD V. STRUKTUR PROGRAM Keterangan tabel : T : Teori P : Penugasan PL : Praktek Lapangan 1JPL : 45 menit A Materi Dasar Kebijakan pengendalian DBD 2 2 B Materi Inti 1. Epidemiologi DBD 2 2 2. Surveilans Kasus DBD 2 2 4 3. Surveilans dan pengendalian vektor DBD 2 3 5 4. Tatalaksana kasus DBD 1 2 3 5. Penyelidikan Epidemiologi, 1 2 3 Penanggulangan Fokus dan Penanggulangan KLB DBD 6. Pengoperasian alat dan bahan 2 4 6 pengendalian Vektor DBD. 7. Perencanaan dan supervisi 2 2 4 pengendalian Pengendalian Penyakit DBD 8. Promosi Kesehatan dalam Pengendalian 2 2 4 DBD C Materi Penunjang 1. Membangun komitmen belajar 2 2 2. Rencana tindak lanjut & Pembulatan 2 2 T o t a l 16 17 4 37 No Materi T P PL JML 4 VI. PESERTA, PELATIH DAN PENYELENGGARA A. Peserta 1. Peserta latih adalah: Pengelola program DBD di tingkat Pusat, UPT, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas. 2. Kriteria peserta latih adalah : a. Mendapat dukungan dari pimpinan b. Memiliki kewenangan tugas dalam pengendalian DBD c. Pendidikan minimal D3 kesehatan atau yang setara d. Jumlah peserta latih dalam 1 kelas maksimal 30 orang B. Fasilitator / Narasumber 1. Fasilitator adalah : a. Subdit Arbovirosis b. Subdit Pengendalian Vektor c. Pusat Promosi Kesehatan d. Subdit Bina Upaya RS Khusus dan Rujukan e. Dinkes Provinsi f. Widya Iswara (WI) g. Tim Pakar 2. Kriteria fasilitator adalah : a. Pelatih/fasilitator mempunyai kemampuan kediklatan b. Mempunyai kemampuan teknis sesuai dengan materi yang diberikan c. Pendidikan pelatih minimal setara dengan kriteria peserta latih C. Penyelenggara

Penyelenggara pelatihan ini dilakukan oleh : 1. Pusat (Ditjen PP dan PL) 2. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota 3. UPT/UPTD terkait DBD 5 VII. ALUR PROSES DAN METODE PEMBELAJARAN VIII. WAKTU DAN KELENGKAPAN PELATIHAN A. Waktu Pelatihan Pelatihan diselenggarakan selama 37 jam pelajaran (1 JPL = 45 menit) B. Kelengkapan Pelatihan Untuk menunjang proses pembelajaran perlu adanya kelengkapan berupa : 1. Referensi yang berasal dari fasilitator 2. Formulir-formulir yang dibutuhkan selama proses pembelajaran 3. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan : Mikroskop compound dan stereo, hot fogger/ (mesin pengasap), ULV(Ultra Low Volume), PSN kit, spesimen jentik dan nyamuk, insektisida, bahan bakar, 4. Alat bantu belajar : LCD, Notebook, Whiteboard, Flipchart, Compact Disk Ketrampilan : 1. Kebijakan Pengendalian DBD 2. Epidemiologi DBD 3. Surveilans Kasus DBD 4. Surveilans dan Pengendalian Vektor DBD 5. Tatalaksana Kasus DBD 6. Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus dan Penanggulangan KLB. 7. Pengoperasian alat dan bahan, Pengendalian Vektor 8. Perencanaan dan Supervisi Pengendalian DBD 9. Promosi Kesehatan dalam Program Pengendalian DBD Pembukaan Membangun komitmen belajar (BLC) Metode : permainan, diskusi Wawasan/ Pengetahuan Metode : - Ceramah tanya jawab - Bermain peran/simulasi - Studi kasus Demonstrasi Praktek lapangan Rencana Tindak Lanjut Evaluasi Penutupan Bagan 1 : Alur proses pembelajaran 6 IX. MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN A. Monitoring Monitoring bertujuan untuk menjaga proses pelatihan berjalan sesuai dengan desain/ modul pelatihan.

B. Evaluasi 1. Evaluasi terhadap peserta dilakukan dengan pre-test dan post-test 2. Evaluasi terhadap fasilitator : a. Untuk mengetahui kemampuan fasilitator/narasumber dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Materi pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami/diserap oleh peserta 3. Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan X. GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (lampiran 1) XI. SERTIFIKASI Sertifikat akan diberikan kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan memenuhi ketentuan yang berlaku : 1. Mengikuti pelatihan/kehadiran sekurang-kurangnya 90% dari alokasi waktu pelatihan. 2. Mendapatkan 1 (satu) angka kredit 7 BAB II MATERI DASAR KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT DBD (Waktu : T 2 JPL) I. DESKRIPSI SINGKAT Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan perubahan lingkungan strategis, baik secara nasional maupun global. Penerapan desentralisasi di bidang kesehatan dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) merupakan contoh masalah dan tantangan yang perlu menjadi perhatian seluruh stakeholder bidang kesehatan, khususnya para pengelola program, dalam menyusun kebijakan dan strategi agar pelaksanaannya menjadi lebih efisien dan efektif. Program pencegahan dan pengendalian penyakit menular telah mengalami peningkatan capaian walaupun penyakit infeksi menular masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menonjol terutama TB, Malaria, HIV-AIDS, DBD dan Diare. Angka kesakitan DBD masih tinggi, yaitu sebesar 65,57 per 100.000 penduduk pada tahun 2010, sedangkan angka kematian dapat ditekan di bawah 1 persen, yaitu 0,87 persen. Target pengendalian DBD tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan 2010-2014 dan KEPMENKES 1457 tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian penyakit DBD di Indonesia hingga ketingkat Kabupaten/Kota bahkan sampai ke desa. Melalui pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD diharapkan dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan, dan kematian akibat penyakit menular di Indonesia II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Peserta mampu memahami kebijakan dan strategi yang terkait dengan program pengendalian DBD. B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu : 1. Menjelaskan situasi DBD dan permasalahan yang terkait dengan pengendalian DBD. 2. Menjelaskan dan melaksanakan kebijakan, strategi dan kegiatan pokok pengendalian DBD. 3. Menjelaskan target / indikator kinerja pengendalian DBD III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Pokok Bahasan 1 : Situasi DBD dan Permasalahan Pengendalian DBD Sub Pokok Bahasan : 1. Situasi DBD di Indonesia 2. Permasalahan pengendalian DBD 8 B. Pokok Bahasan 2 : Kebijakan Pengendalian DBD Sub Pokok Bahasan : 1. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 2. Visi, Misi dan Tujuan Pengendalian DBD 3. Kebijakan, Strategi dan Sasaran Pengendalian DBD 4. Kegiatan Pokok Pengendalian DBD 5. Target/Indikator Pengendalian DBD tahun 2010-2014 IV. METODE • Ceramah • Diskusi & tanya jawab V. BAHAN BELAJAR • Modul • Copy materi VI. ALAT BANTU BELAJAR • Komputer • LCD • CD VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1 1. Penciptaan suasana kesiapan belajar 2. Perkenalan diri 3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pengenalan topik materi B. Langkah 2 1. Pelatih menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran 2. Diberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan atau mengklarifikasi tujuan tersebut 3. Pemaparan materi selama 2 JPL 4. Diskusi dan tanya jawab VIII. URAIAN MATERI A. Situasi DBD dan Permasalahan DBD di Indonesia 1. Situasi DBD Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh Kota/Kabupaten di 9

Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah kasus DBD dilaporkan meningkat dan penyebarannya semakin meluas mencapai seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi). Penyakit ini seringkali menimbulkan KLB di beberapa daerah endemis tinggi DBD. Grafik 2 : Insiden Rate DBD per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) di Indonesia tahun 2005 - 2010 Sejak tahun 2005, nampak adanya kecenderungan penurunan CFR DBD. Sedikit peningkatan nampak pada tahun 2009. Kecenderungan penurunan tersebut tidak nampak pada IR DBD per 100.000 penduduk. IR DBD sejak 2006 hingga 2010 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2010 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 155.777 penderita (IR: 65,57/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 1.358 (CFR0,87 %). Gambar 3 : Grafik Insiden Rate (IR) DBD di Indonesia tahun 2010 10 2. Permasalahan DBD Peningkatan kasus dan KLB DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Belum ada obat anti virus untuk mengatasi infeksi virus Dengue, maka memutus rantai penularan, pengendalian vektor DBD dianggap yang terpenting saat ini. b. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD, terutama pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) meskipun pada umumnya pengetahuan tentang DBD dan cara-cara pencegahannya sudah cukup tinggi. c. Kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD di setiap jenjang administrasi d. Kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian DBD, e. Sistem pelaporan dan penanggulangan DBD yang terlambat dan tidak sesuai dengan standard operasional prosedur (SOP), f. Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD dan KLB yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti, kepadatan penduduk/ pemukiman, urbanisasi yang tidak terkendali, lancarnya transportasi (darat , laut dan udara), serta keganasan (virulensi) virus Dengue. g. Perubahan iklim (climate change) yang cenderung menambah jumlah habitat vektor DBD menambah risiko penularan. h. Infrastruktur penyediaan air bersih yang tidak memadai i. Letak geografis Indonesia di daerah tropik mendukung perkembangbiakan vektor dan pertumbuhan virus. B. Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD 1. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 Pada dokumen Renstra Kemenkes tahun 2010-2014 tertuang visi dan misi serta nilai-nilai dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, yang menjadi dasar dalam penentuan kebijakan dan strategi pengendalian DBD di Indonesia. Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu : a. Pro Rakyat yang artinya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kemenkes selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. b. Inklusif adalah melibatkan semua pihak dalam melaksanakan semua program pembangunan kesehatan. Karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kemenkes saja. c. Responsif yang dimaksud adalah program kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. d. Efektif untuk mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien. e. Bersih, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan dan akuntabel. 11 Adapun sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan 201-2014 antara lain adalah : a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global. b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif- preventif. c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional. d. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu. e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan. f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab. 2. Visi, Misi dan Tujuan Pengendalian DBD a. Visi Untuk meningkatkan kemampuan penduduk khususnya di daerah endemis sehingga mampu mencegah dan melindungi diri dari penularan DBD melalui perubahan perilaku (PSN DBD) dan kebersihan lingkungan. b. Misi 1) Program pengendalian DBD bertujuan untuk menghentikan dan mencegah penularan penyakit dari penderita ke orang sehat melalui pengendalian vektor. 2) Penduduk yang menjadi sasaran program pengendalian termasuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama yang tinggal di daerah endemis, pimpinan lembaga pemerintah, swasta dan organisasi kemasyarakatan dan lingkungan tempat pemukiman baik yang ada di dalam dan di luar rumah agar bebas dari tempat perkembangbiakan vektor. c. Tujuan 1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD 2) Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap penularan DBD 3) Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar 4) Menurunkan angka kesakitan DBD 5) Menurunkan angka kematian akibat DBD 3. Kebijakan, Strategi dan Sasaran Pengendalian DBD a. Kebijakan Nasional Pengendalian DBD Kebijakan Nasional untuk pengendalian DBD sesuai KEPMENKES No 581/MENKES/SK/VII/1992 (Lampiran 2) tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian terhadap pengendalian DBD. 2) Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit DBD. 12

3) Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pengendalian DBD. 4) Memantapkan kerjasama lintas sektor/ lintas program. 5) Pembangunan berwawasan lingkungan. b. Strategi Pengendalian DBD Berdasarkan visi, misi, kebijakan dan tujuan pengendalian DBD, maka strategi yang dirumuskan sebagai berikut : 1) Pemberdayaan masyarakat Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian penyakit DBD merupakan salah satu kunci keberhasilan upaya pengendalian DBD. Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat, maka KIE, pemasaran sosial, advokasi dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lainnya dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan melalui berbagai media massa maupun secara berkelompok atau individual dengan memperhatikan aspek sosial budaya yang lokal spesifik. 2) Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD Upaya pengendalian DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sektor kesehatan saja, peran sektor terkait pengendalian penyakit DBD sangat menentukan. Oleh sebab itu maka identifikasi stake-holders baik sebagai mitra maupun pelaku potensial merupakan langkah awal dalam menggalang, meningkatkan dan mewujudkan kemitraan. Jejaring kemitraan diselenggarakan melalui pertemuan berkala guna memadukan berbagai sumber daya yang tersedia dimasing-masing mitra. Pertemuan berkala sejak dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan, pemantauan dan penilaian melalui wadah Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL DBD) di berbagai tingkatan administrasi. 3) Peningkatan Profesionalisme Pengelola Program SDM yang terampil dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan program pengendalian DBD. 4) Desentralisasi Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan kegiatan pengendalian DBD kepada pemerintah kabupaten/kota, melalui SPM bidang kesehatan. 5) Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat mengurangi risiko penularan DBD kepada manusia, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan akibat infeksi Dengue/DBD. c. Sasaran Berdasarkan strategi yang telah dirumuskan, maka sasaran pengendalian DBD adalah : 1) Individu, keluarga dan masyarakat di tujuh tatanan dalam PSN yaitu tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat-tempat umum, tempat penjual makanan, fasilitas olah raga dan fasilitas kesehatan yang secara keseluruhan di daerah terjangkit DBD mampu mengatasi masalah termasuk melindungi diri dari penularan DBD di dalam wadah organisasi kemasyarakatan yang ada dan mengakar di masyarakat. 2) Lintas program dan lintas sektor terkait termasuk swasta/dunia usaha, LSM dan organisasi kemasyarakatan mempunyai komitmen dalam penanggulangan penyakit DBD. 13 3) Penanggungjawab program Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan mampu membuat dan menetapkan kebijakan operasional dan menyusun prioritas dalam pengendalian DBD. 4) SDM bidang kesehatan di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan 5) Kepala wilayah/pemerintah daerah, pimpinan sektor terkait termasuk dunia usaha, LSM dan masyarakat. 4. Kegiatan Pokok Pengendalian DBD a. Surveilans epidemiologi Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan surveilans kasus secara aktif maupun pasif, surveilans vektor (Aedes sp), surveilans laboratorium dan surveilans

terhadap faktor risiko penularan penyakit seperti pengaruh curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban serta surveilans akibat adanya perubahan iklim (climate change). b. Penemuan dan tatalaksana kasus Penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan penderita di Puskesmas dan Rumah Sakit. c. Pengendalian vektor Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamuk dewasa dan jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan untuk memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang terinfeksi kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan kegiatan 3M Plus : 1) Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas 2) Secara kimiawi dengan larvasidasi 3) Secara biologis dengan pemberian ikan 4) Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar, kelambu, memasang kawat kasa dll) Kegiatan pengamatan vektor di lapangan dilakukan dengan cara : 1) Mengaktifkan peran dan fungsi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dan dimonitor olah petugas Puskesmas. 2) Melaksanakan bulan bakti “Gerakan 3M” pada saat sebelum musim penularan. 3) Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali dan dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. 4) Pemantauan wilayah setempat (PWS) dan dikomunikasikan kepada pimpinan wilayah pada rapat bulanan POKJANAL DBD, yang menyangkut hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik (ABJ). d. Peningkatan peran serta masyarakat Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peran PKK dan organisasi kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah melalui UKS dan pelatihan guru, tatanan institusi (kantor, tempat0tempat umum dan tempat ibadah). Berbagai upaya secara polotis telah dilaksanakan seperti instruksi Gubernur/Bupati/Walikota, Surat Edaran Mendagri, Mendiknas, serta terakhir pada 15 Juni 2011 telah dibuat suatu komitmen bersama pimpinan daerah Gubernur dan Bupati/Walikota untuk pengenadalian DBD. 14 e. Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB Upaya SKD DBD ini sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB dan apabila telah terjadi KLB dapat segera ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Upaya dilapangan yaitu dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan penanggulangan seperlunya meliputi foging fokus, penggerakan masyarakat dan penyuluhan untuk PSN serta larvasidasi. Demikian pula kesiapsiagaan di RS untuk dapat manampung pasien DBD, baik penyediaan tempat tidur, sarana logistik, dan tenaga medis, paramedis dan laboratorium yang siaga 24 jam. Pemerintah daerah menyiapkan anggaran untuk perawatan bagi pasien tidak mampu. f. Penyuluhan Promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya menyebarkan leaflet atau poster tetapi juga ke arah perubahan perilaku dalam pemberantasan sarang nyamuk sesuai dengan kondisi setempat. Metode ini antara lain dengan COMBI, PLA dsb. g. Kemitraan/jejaring kerja Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi peran lintas program dan lintas sektor terkait sangat besar. Wadah kemitraan telah terbentuk melalui SK KEPMENKES 581/1992 dan SK MENDAGRI 441/1994 dengan nama Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL). Organisasi ini merupakan wadah koordinasi dan jejaring kemitraan dalam pengendalian DBD.

h. Capacity building Peningkatan kapasitas dari Sumber Daya baik manusia maupun sarana dan prasarana sangat mendukung tercapainya target dan indikator dalam pengendalian DBD. Sehingga secara rutin perlu diadakan sosialisasi/penyegaran/pelatihan kepada petugas dari tingkat kader, Puskesmas sampai dengan pusat. i. Penelitian dan survei Penelitian dan upaya pengembangan kegiatan pengendalian tetap terus dilaksanakan oleh berbagai pihak, antara lain universitas, Rumah Sakit, Litbang, LSM dll. Penelitian ini menyangkut beberapa aspek yaitu bionomik vektor, penanganan kasus, laboratorium, perilaku, obat herbal dan saat ini sedang dilakukan uji coba terhadap vaksin DBD. j. Monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut pelaksanaan pengendalian DBD, dimulai dari input, proses, output dan outcome yang dicapai pada setiap tahun. 5. Target atau Indikator Pengendalian DBD Indikator DBD ini telah tertuang dalam dokumen RPJMN tahun 2010 - 2014 serta Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010 - 2014 dan Kepmenkes No 828 tahun 2008 tentang petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. 15 IX. KEPUSTAKAAN 1. Rencana Strategis 2005-2009 Program Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue. 2005. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI. 2. Laporan Analisis Situasi DBD di Indonesia tahun 2008 dan Rencana Program Pengendalian tahun 2009-2010. 2009. Direktorat PPBB, Kemenkes RI 3. Pedoman Pengawasan Program Bidang Kesehatan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD). 2009. Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 4. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.2010. Kemenkes RI. 5. Kumpulan Peraturan Perundangan-Undangan yang terkait dengan Program Pengendalian DBD. 55 54 53

52

51

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 Angka kesakitan penderita DBD per 100.000 penduduk Tabel 1. Indikator Nasional DBD Oleh karena itu karena saat ini pemerintah telah memulai dan terus mengembangkan kinerja Kementerian/Lembaga berdasarkan indikator kinerja tersebut diatas, apa yang menjadi target dalam pengendalian DBD harus kita capai. 16 BAB III MATERI INTI 1 EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE (Waktu: T 2 JPL)

I. DESKRIPSI SINGKAT Penyakit Dengue meliputi Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Sindrom Syok Dengue (SSD). Penerapan epidemiologi diperlukan sebagai metode pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit Dengue. Materi Epidemiologi penyakit Dengue membahas tentang pengertian epidemiologi, gambaran epidemiologi (identifikasi penyakit Dengue, penyebab penyakit, distribusi penyakit, reservoir virus dengue, cara penularan, masa inkubasi, masa penularan, kekebalan dan kerentanan) dan ukuran epidemiologi sederhana yang berhubungan dengan penyakit dengue. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta latih mampu memahami epidemiologi DBD B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta latih mampu : 1. Menjelaskan gambaran epidemiologi DBD 2. Menguraikan ukuran epidemiologi yang berhubungan dengan DBD III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN Pokok Bahasan : Epidemiologi DBD Sub Pokok Bahasan : 1. Gambaran Epidemiologi 2. Penyebab penyakit 3. Distribusi penyakit 4. Penularan dan Masa inkubasi 5. Faktor risiko penularan 6. Ukuran epidemiologi yang berhubungan dengan DBD. IV. METODE • Ceramah, • Tanya jawab. V. BAHAN BELAJAR • Modul 17 • Handout (copy materi) VI. ALAT BANTU • LCD • Laptop atau desktop • Flipchart • Whiteboard • Spidol VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Langkah 1 1. Penciptaan suasana kesiapan belajar. 2. Perkenalan diri 3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pengenalan topik materi B. Langkah 2

1. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran 2. Diberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan atau mengklarifikasi tujuan tersebut. C. Langkah 3 1. Pengajar memberikan paparan tentang epidemiologi DBD. 2. Tanya jawab materi VIII. URAIAN MATERI EPIDEMIOLOGI DBD 1. Gambaran Epidemiologi a. Pengertian Epidemiologi Epidemiologi berasal dari kata Epi, demos dan logos. Epi berarti atas, demos berarti masyarakat, logos berarti ilmu, sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejadian di masyarakat. Epidemiologi penyakit Dengue adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian dan distribusi dan frekuensi penyakit Dengue (DD/DBD/SSD) menurut variabel epidemiologi (orang, tempat dan waktu) dan berupaya menentukan faktor resiko terjadinya kejadian itu di kelompok populasi. Distribusi yang dimaksud diatas adalah distribusi orang, tempat dan waktu; sedangkan frekwensi dalam hal ini adalah Insidens, CFR, dll. Determinan faktor risiko berarti faktor yang mempengaruhi atau faktor yang memberi risiko atas terjadinya penyakit DD/DBD/SSD. 18 b. Sejarah KLB Dengue pertama kali terjadi tahun 1653 di Frech West Indies (Kepulauan Karibia), meskipun penyakitnya sendiri sudah telah dilaporkan di Cina pada permulaan tahun 992 SM. Di Australia serangan penyakit DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1897, serta di Italia dan Taiwan pada tahun 1931. KLB di Filipina terjadi pada tahun 1953-1954, sejak saat itu serangan penyakit DBD disertai tingkat kematian yang tinggi melanda beberapa negara di wilayah Asia Tenggara termasuk India, Indonesia, Kepulauan Maladewa, Myanmar, Srilangka, Thailand, Singapura, Kamboja, Malaysia, New Caledonia, Filipina, Tahiti dan Vietnam. Selama dua puluh tahun kemudian, terjadi peningkatan kasus dan wilayah penyebaran DBD yang luar biasa hebatnya, dan saat ini KLB muncul setiap tahunnya di beberapa negara di Asia Tenggara. 2. Penyebab Penyakit Penyebab penyakit Dengue adalah Arthrophod borne virus, famili Flaviviridae, genus flavivirus. Virus berukuran kecil (50 nm) ini memiliki single standard RNA. Virion-nya terdiri dari nucleocapsid dengan bentuk kubus simetris dan terbungkus dalam amplop lipoprotein.Genome (rangkaian kromosom) virus Dengue berukuran panjang sekitar 11.000 dan terbentuk dari tiga gen protein struktural yaitu nucleocapsid atau protein core (C), membrane-associated protein (M) dan suatu protein envelope (E) serta gen protein non struktural (NS).

Terdapat empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN- 4. Ke empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue -4. Terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe tersebut diatas, akan menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang bersangkutan. Meskipun keempat serotipe virus tersebut mempunyai daya antigenis yang sama namun mereka berbeda dalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa bulan terjadi infeksi dengan salah satu dari mereka. Gambar 2 : Virus Dengue E. Protein M. Protein C. Protein + ssRNA Spheres Diameter: 40-60 nm 19 3. Distribusi Penyakit a. Situasi Global Berbagai serotipe virus Dengue endemis di beberapa negara tropis. Di Asia, virus Dengue endemis di China Selatan, Hainan, Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar, India, Pakistan, Sri Langka, Indonesia, Filipina, Malaysia dan Singapura. Negara dengan endemisitas rendah di Papua New Guinea, Bangladesh, Nepal, Taiwan dan sebagian besar negara Pasifik. Virus Dengue sejak tahun 1981 ditemukan di Quesland, Australia Utara. Serotipe Dengue 1,2,3, dan 4 endemis di Afrika. Di pantai Timur Afrika terdapat mulai dari Mozambik sampai ke Etiopia dan di kepulauan lepas pantai seperti Seychelles dan Komoro. Saudi Arabia pernah melaporkan kasus yang diduga DBD. Di Amerika, ke-4 serotipe virus dengue menyebar di Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan hingga Texas (1977-1997). Tahun 1990 terjadi KLB di Meksiko, Karibia, Amerika Tengah, Kolombia, Bolivia, Ekuador, Peru, Venezuela, Guyana, Suriname, Brazil, Paraguai dan Argentina. b. Situasi di Indonesia Penyakit Dengue pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 2010 penyakit dengue telah tersebar di 33 provinsi, 440 Kab./Kota. Sejak ditemukan pertama kali kasus DBD meningkat terus bahkan sejak tahun 2004 kasus meningkat sangat tajam.

Kenaikan kasus DBD berbanding terbalik dengan angka kematian (CFR) akibat DBD, dimana pada awal ditemukan di Surabaya dan Jakarta CFR sekitar 40% kemudian terus menurun dan pada tahun 2010 telah mencapai 0,87%. Kasus DBD terbanyak dilaporkan di daerah-daerah dengan tingkat kepadatan yang tinggi, seperti provinsi-provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Sumatera. Insidens Rate (IR) tahun 2010 telah mencapai 65,62/100.000 penduduk dengan Case Fatality rate 0,87 %. Grafik 4 : Distribusi Kasus Dengue di Negara-negara Asia Tahun 2000-2009 20 Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. b. Siklus penularan Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia) yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia (periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 - 4 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala lainnya. 4. Penularan dan masa inkubasi a. Vektor DBD Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae.albopictus, Ae.polynesiensis dan Ae. niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae.aegypti semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae.aegypti. Gambar 6 : IR DBD per Provinsi di Indonesia Tahun 2010 Gambar 7 : Nyamuk Ae.aegypti 21 Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala awal penyakit tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima hari. Saat-saat tersebut penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam siklus penularan, jika penderita tidak terlindung terhadap kemungkinan digigit nyamuk. Hal tersebut merupakan bukti pola penularan virus secara vertikal dari nyamuk-nyamuk betina yang terinfeksi ke generasi berikutnya.

c. Masa inkubasi Infeksi Dengue mempunyai masa inkubasi antara 2 sampai 14 hari, biasanya 4-7 hari. d. Host Virus dengue menginfeksi manusia dan beberapa spesies dari primata rendah. Tubuh manusia adalah reservoir utama bagi virus tersebut, meskipun studi yang dilakukan di Malaysia dan Afrika menunjukkan bahwa monyet dapat terinfeksi oleh virus dengue sehingga dapat berfungsi sebagai host reservoir. Semua orang rentan terhadap penyakit ini, pada anak-anak biasanya menunjukkan gejala lebih ringan dibandingkan dengan orang dewasa. Penderita yang sembuh dari infeksi dengan satu jenis serotipe akan memberikan imunitas homolog seumur hidup tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap terhadap infeksi serotipe lain dan dapat terjadi infeksi lagi oleh serotipe lainnya. 5. Faktor Risiko Penularan Infeksi Dengue Beberapa faktor yang berisiko terjadinya penularan dan semakin berkembangnya penyakit DBD adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu, faktor urbanisasi yang tidak berencana dan terkontrol dengan baik, semakin majunya sistem transportasi sehingga mobilisasi penduduk sangat mudah, sistem pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk, kurangnya sistem pengendalian nyamuk yang efektif, serta melemahnya struktur kesehatan masyarakat. Selain faktor-faktor lingkungan tersebut diatas status imunologi seseorang, strain virus/serotipe virus yang menginfeksi, usia dan riwayat genetik juga berpengaruh terhadap penularan penyakit. Perubahan iklim (climate change) global yang menyebabkan kenaikan rata- rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga disinyalir menyebabkan risiko terhadap penularan DBD bahkan berisiko terhadap munculnya Gambar 8 : Siklus penularan penyakit DBD 22 KLB DBD. Adanya kenaikan Index Curah Hujan (ICH) di beberapa provinsi yaitu NTT, DKI dan Kalimantan Timur selalu diikuti dengan kenaikan kasus DBD. Gambar 11 : Grafik Pola Pola Index Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi DKI Jakarta 2005 2009 Gambar 9 : Grafik Pola Index Curah Hujan (ICH) dan IR DBD

di Provinsi NTT tahun 2005 - 2009

Gambar 10 : Grafik Pola Pola Index Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2005 - 2009 23 6. Ukuran Epidemiologi

Ukuran (parameter) frekuensi penyakit yang paling sederhana adalah ukuran yang sekedar menghitung jumlah individu yang sakit pada suatu populasi, ukuran frekuensi tersebut bermanfaat bagi petugas kesehatan di daerah dalam mengalokasikan dana atau kegiatan. Ukuran-ukuran epidemiologi yang sering digunakan dalam kegiatan pengendalian DBD adalah Insidence Rate (IR), Case Fatality Rate (CFR), Attack Rate (AR). a. Angka Kesakitan/Insiden Rate (IR) IR adalah ukuran yang menunjukkan kecepatan kejadian (baru) penyakit populasi. IR merupakan proporsi antara jumlah orang yang menderita penyakit dan jumlah orang dalam risiko x lamanya ia dalam risiko. IR = Jumlah kasus baru penyakit X 100% Juml orang yang berisiko b. Angka Kematian/Cured Fatality Rate (CFR) CFR adalah angka kematian yang diakibatkan dari suatu penyakit dalam suatu waktu tertentu dikalikan 100%. CFR = Jumlah kematian X 100%

Jumlah kasus

c. Attack Rate Ukuran epidemiologi pada waktu terjadi KLB, untuk menghitung kasus pada populasi berisiko di wilayah dan waktu tertentu. AR = Jumlah kasus

Jumlah populasi berisiko pada waktu tertentu

IX. KEPUSTAKAAN 1. WHO. 1997. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemoragic Fever. WHO. 2. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 3. Kandun, I N. 2006. Buku Manual Pemberantasan Penyakit (Terjemahan Manual CDC edisi 17,18). 4. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI. 2006. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 5. WHO.2009. Dengue Guideline for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. WHO. 6. WHO. 2010. Comprehensive Guidelines for Perevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 24 MATERI INTI 2 SURVEILANS KASUS DBD (Waktu: T2 JPL, P 2 JPL) I. Deskripsi Singkat Surveilans kasus DBD meliputi proses pengumpulan, pencatatan, pengolahan, analisis dan interpretasi data kasus serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program, instansi dan pihak terkait secara sistematis dan terus menerus. Materi ini juga menjelaskan tentang surveilans kasus DBD dari tingkat Puskesmas sampai dengan tingkat Provinsi. II. Tujuan Pembelajaran A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melaksanakan surveilans kasus DBD di wilayah kerjanya.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti pelatihan ini peserta latih mampu : 1. Menjelaskan tujuan dan pengertian surveilans 2. Menjelaskan sistem pelaksanaan surveilans dalam pengendalian DBD. 3. Menjelaskan sistem pelaporan kasus. 4. Menjelaskan kegiatan surveilans DBD diberbagai tingkat wilayah administrasi. III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Pokok Bahasan : Tujuan dan pengertian surveilans DBD Sub Pokok Bahasan : 1. Tujuan surveilans 2. Pengertian 3. Definisi operasional B. Pokok Bahasan 2 : Sistem Pelaksanaan Surveilans dalam Pengendalian DBD Sub Pokok Bahasan : 1. Jenis dan sumber data 2. Peran unit pelaksana 3. Strategi dan pelaksanaan surveilans pengendalian DBD C. Pokok Bahasan 3 : Kegiatan surveilans DBD di berbagai tingkat wilayah administrasi. Sub Pokok Bahasan : 1. Tingkat Puskesmas 2. Tingkat Kabupaten/kota 3. Tingkat provinsi IV. METODE • Ceramah • Tanya Jawab. 25 • Penugasan di kelas V. BAHAN BELAJAR • Modul • Copy materi • Lembar kasus dan kunci jawaban VI. ALAT BANTU BELAJAR • LCD • Laptop atau desktop • Flipchart • Whiteboard • Spidol VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1 1. Penciptaan suasana belajar 2. Perkenalan diri 3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pengenalan topik materi. B. Langkah 2 • Pelatih menjelaskan tujuan pembelajaran. C. Langkah 3 1. Fasilitator memberikan materi modul dan memfasilitasi diskusi interaktif (selama 2 JPL). 2. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok untuk praktek di kelas (setiap kelompok terdiri dari lebih kurang 6 peserta). 3. Kelompok membahas study kasus yang diberikan fasilitator VIII. URAIAN MATERI A. TUJUAN DAN PENGERTIAN SURVEILANS DBD 1. Tujuan Surveilans

Tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat . Secara khusus tujuan surveilans DBD adalah : a. Memantau kecenderungan penyakit DBD b. Mendeteksi dan memprediksi terjadinya KLB DBD serta penanggulangannya c. Menindaklanjuti laporan kasus DBD dengan melakukan PE, serta melakukan penanggulangan seperlunya, d. Memantau kemajuan program pengendalian DBD 26 e. Menyediakan informasi untuk perencanaan pengendalian DBD f. Pembuatan kebijakan pengendalian DBD. 2. Pengertian a. Menurut WHO, Surveillans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program, instansi pihak terkait secara sistematis dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan b. Berdasarkan KEPMENKES nomor 1116 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, Surveillans adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efisien dan efektif melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. c. Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program, instansi dan pihak terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi DBD dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit tersebut agar dapat dilakukan tindakan pengendalian secara efisien dan efektif. 3. Definisi Kasus Operasional a. Suspek Infeksi dengue ditegakkan bila terdapat 2 kriteria yaitu demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung selama 2-7 hari dan adanya manifestasi perdarahan: sekurangkurangnya uji tourniquet (Rumple Leede) positif b. Probable Demam Dengue ialah : demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi ( athralgia ), rash, dan manifestasi perdarahan, leucopenia ( lekosit < 5000 /mm3 ), jumlah trombosit < 150.000/mm3 dan peningkatan hematokrit 5 - 10 % atau pemeriksaan serologis Ig M positif. c. Demam Berdarah Dengue (DBD)ialah demam 2 - 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, Jumlah trombosit < 100.000 /mm3, adanya tanda tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit 20 % dari nilai normal, dan atau efusi pleura, dan atau ascites, dan atau hypoproteinemia/

albuminemia) dan atau hasil pemeriksaan serologis pada penderita tersangka DBD menunjukkan hasil positif atau terjadi peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test (diagnosis laboratoris). d. Sindrom Syok Dengue (SSD) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat III dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi ( 20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi 27 gelisah sampai terjadi syok berat (tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah). e. Kasus adalah penderita DD, DBD atau SSD. f. Kewaspadaan dini DBD ialah suatu kewaspadaan terhadap peningkatan kasus dan atau faktor resiko DBD, seperti: adanya peningkatan populasi nyamuk, penurunan ABJ 5 penderita per desa). Kader/Jumantik yang telah dilatih di desa yang ada kasus DBDnya sebanyak 100 orang, Pokja DBD telah terbentuk di setiap desa/kelurahan endemis. Berdasarkan data kasus DBD di kabupaten : - Tahun 2002 : 350 Kasus - Tahun 2003 : 425 Kasus - Tahun 2004 : 475 Kasus - Tahun 2005 : 900 Kasus 1. Saudara adalah pengelola program di Dinas Kesehatan Provinsi, buatlah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. 2. Saudara adalah pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, buatlah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. 2. Latihan 2 Kabupaten Saudara mendapat alokasi dana untuk kegiatan pengendalian DBD sebagai berikut: 1. Penanggulangan fokus : 50 Fokus (4 kali) 2. Larvasidasi : 10 desa (30.000 rumah) setiap 3 bulan sekali 3. PJB : 10 Lokasi (tiap 3 bulan sekali) 4. Pertemuan POKJANAL : 4 Kali 5. Penggerakkan Masyarakat dalam PSN sepanjang tahun Kepada Saudara sebagai pengelola program Kabupaten, diminta untuk membuat Penyusunan Perencanaan Kegiatan (POA) termasuk jadwal masing-masing kegiatan tersebut. Lampiran 27 188 Lampiran 28 A. Bermain Peran Total jumlah pemain adalah 6 orang, dikelompokkan sebagai berikut: • 3 orang petugas tatap muka • 3 orang petugas tatap muka B. Prosedur : 1. Peserta pelatihan lain akan berperan sebagai pemerhati yang mempelajari cara yang tepat atau kurang tepat dari setiap pasangan petugas-publik. Peserta juga harus mencatat umpan balik mereka karena pelatih akan menanyakan serta memberikan masukan tambahan mengenai hal yang sebaiknya dilakukan dalam penyuluhan.

2. Masing-masing kelompok diatas, secara terpisah akan mendapatkan penjelasan tentang skenario dan cara bermain. Penjelasan dilakukan di luar ruang pelatihan. 3. Secara bergiliran setiap kelompok diatas mendapatkan waktu 5 menit untuk bermain peran di muka kelas. Pasangan yang belum mendapat giliran tetap berada di luar ruang pelatihan. 4. Setelah semua pemeran selesai mempertujukkan peran mereka, maka pelatih meminta masukan dari pemerhati (peserta pelatihan lainnya). C. Penjelasan Peran 1. Petugas tatap muka a. Saudara berperan sebagai petugas Puskesmas yang menemui anggota masyarakat sebuah kampung yang sangat padat penduduknya, kurang menjaga kebersihan lingkungan dan banyak ditemukan jentik nyamuk di dalam bak mandi, ember penampungan air di dapur serta di dalam barang-barang bekas di sekitar rumah mereka. Dalam waktu satu minggu ini terdapat 2 orang anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit dengan diagnosa DBD. Saudara harus mendapatkan informasi tentang kemungkinan adanya warga lain yang sakit dengan gejala DBD, sambil memberikan penyuluhan pencegahan penyebaran DBD di wilayah tersebut. b. Saudara berperan sebagai petugas Jumantik yang akan melakukan kegiatan rutin pemantauan jentik di sebuah kompleks perumahan mewah. Tugas Saudara adalah memberi tahukan kepada pemilik salah satu rumah bahwa Saudara akan memeriksa situasi sekitar rumah serta di adalam rumah untuk memantau kemungkinan adanya jentik nyamuk Aedes. c. Saudara berperan sebagai petugas Puskesmas yang menemui orang tua dari pasien anak tersangka DBD. Orang tua pasien tersebut meminta agar lingkungan rumahnya segera disemprot. Dari hasil PE yang dilakukan oleh petugas surveilans Puskasmas diperoleh data bahwa tjdak ada penderita/ tersangka infeksi Dengue lainnya serta hasil pemeriksaan ABJ adalah 95%. 189 2. Publik tatap muka a. Saudara berperan sebagai anggota masyarakat yang tinggal di sebuah kampung padat penduduknya, kondisi lingkungan kotor. Bahkan diluar rumah Saudara terdapat tumpukan ban mobil bekas yang akan dijual setelah terkumpul agak banyak. Anda tidak tahu bahwa 2 orang tetangga anda ada yang sakit DBD dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit, dan anda juga tidak tahu samasekali bahwa bahwa terdapat banyak jentik nyamuk Aedes dalam ban-ban bekas tersebut. Tapi setelah mendapat informasi dari petugas Puskesmas, Saudara tetap tidak mau menyingkirkan ban bekas tersebut karena memang penghasilan anda menjual ban bekas tersebut. b. Saudara berperan sebagai ibu rumah tangga pemilik rumah mewah di sebuah kompleks perumahan yang didatangi Jumantik. Saudara menolak kunjungan Jumantik tersebut karena berpikiran jentik Aedes tidak mungkin ada di rumah mewah Saudara. c. Saudara berperan sebagai orang tau pasien DBD yang protes kepada Puskesmas karena rumhanya tidak kunjung disemprot. Walaupun petugas Puskesmas sudah memberikan penjelasan tetapi Saudara beranggapan bahwa untuk mencegah penularan DBD adalah dengan foging.

Kepada para peserta yang tidak mendapat peran petugas-publik, akan bertugas sebagi penilai. Peserta menilai bagaimana petigas bersikap dan cara memberikan penjelasan sesuai skenario. Setelah masing-masing pihak memahami perannya, setiap pasangan petugas-publik diberikan kesempatan secara bergiliran melakukan tugasnya. Setelah seluruha pasangan selesai bermain, maka pelatih meminta peserta pelatihan untuk memberikan masukan apa yang sudah baik dan yang perlu diperbaiki oleh petugas. Pelatih merangkum masukan dari peserta serta memberikan penjelasan bagaimana seharusnya sebagai petugas bersikap kepada publik. 31 c. Sistim Pelaporan Kasus DBD 1. Alur Pelaporan DBD 2. Mekanisme pelaporan a. Pelaporan dari Puskesmas 1) Setiap puskesmas melaporkan kasus suspek infeksi Dengue ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Puskesmas juga wajib melaporkan kasus infeksi dengue (DD, DBD dan SSD) yang dapat didiagnosis di puskesmas dalam waktu 24 jam menggunakan form KD-PKM DBD (Lampiran 3). KD/RS-DBD ( tembusan) RS Pemerintah & Swasta Unit Pelayanan Kesehatan Lain, Seperti: Balai Pengobatan, Poliklinik, Dokter Praktek Swasta, dan lain-lain Ditjen PP & PL Umpan balik Umpan balik Umpan balik Puskesmas Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan - KD/RS-DBD -W2-DBD -W1

-DP-DBD -K-DBD -K-DBD -W2-DBD -W1 - KD/RS-DBD -DP-DBD -W2-DBD -W1 Bagan 2 : Alur Pelaporan DBD 32 2) Puskesmas dapat merujuk kasus (suspek infeksi dengue, DD, DBD dan SSD) yang tidak dapat ditangani di puskesmas. 3) Laporan di bawah ini juga digunakan di puskesmas : - Formulir K-DBD sebagai laporan bulanan (Lampiran 4) - Rekapan W2 sebagai rekapan mingguan (Lampiran 5) Formulir W1 bila terjadi KLB (Lampiran 6) - Laporan Sistim Terpadu Penyakit (STP) b. Pelaporan dari RS : 1) Setiap unit pelayanan kesehatan yang menemukan kasus infeksi dengue (DD, DBD, SSD) wajib segera melaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota setempat selambatlambatnya dalam 24 jam dengan tembusan ke puskesmas wilayah tempat tinggal penderita (KD-RS). Laporan tersebut merupakan laporan yang dipergunakan untuk tindakan penanggulangannya. 2) Pelaporan kasus mingguan dan bulanan merupakan laporan rekapitulasi kasus (suspek infeksi dengue DD, DBD dan SSD) yang dilaporkan setiap minggunya atau bulannya dari puskesmas dan rumah sakit dengan menggunakan form W2. c. Pelaporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi: 1) Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan (Lampiran 4) 2) Menggunakan formulir W1 bila terjadi KLB (Lampiran 6) 3) Laporan STP d. Pelaporan dari dinas kesehatan Provinsi ke pusat (Subdit Arbovirosis, Ditjen PP dan PL): 1) Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan (Lampiran 4) 2) Menggunakan formulir W1 bila terjadi KLB. (Lampiran 6) 3) Laporan STP 3. Pelaporan khusus dalam situasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Pelaporan dalam situasi KLB dapat mengikuti Permenkes No. 1501/2010, yaitu : a. Pelaporan oleh unit pelayanan kesehatan 1) Pelaporan kasus DBD harian 2) Pelaporan dengan formulir KD-RS tetap dilaksanakan (Lampiran 7)

b. Pelaporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota: 1) Pelaporan kasus DBD harian 2) Menggunakan formulir W1 3) Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan KLB 4) Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan (Lampiran 4) c. Pelaporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke dinas kesehatan provinsi: 1) Pelaporan kasus DBD harian 2) Menggunakan formulir W1 3) Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan KLB