Makalah Agroklimatologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

MAKALAH AGROKLIMATOLOGI

Disusun Oleh :YOYO PEBRIANTO NIM : ABN191046 PRODI :AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS CORDOVA 2020

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dzat yang Maha Sempurna, pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu. Dengan harapan semoga tugas ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin. Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari –Nya. Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dengan secermat mungkin, namun sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.

Taliwang, 03 Juli 2020

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1 A.

Latar Belakang...........................................................................................................................1

B.

Rumusan Masalah......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2 A.

Penyebab Perubahan Iklim........................................................................................................2

B.

Dampak Perubahan lklim Ekstrim.............................................................................................2

C.

Hikmah dan solusi dari Perubahan Iklim...................................................................................5

D.

Teknologi Mitigasi.....................................................................................................................6 a.

Penggunaan varietas padi rendah emisi..................................................................................6

b.

Penggunaan pupuk ZA sebagai sumber pupuk N...................................................................6

c.

Aplikasi teknologi tanpa olah tanah.......................................................................................6

d.

Teknologi irigasi berselang....................................................................................................7

E.

Teknologi Adaptasi....................................................................................................................7 a.

Penyesuaian waktu dan pola tanam........................................................................................7

b.

Penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman, dan salinitas................................8

c.

Teknologi panen hujan...........................................................................................................9

d.

Teknologi irigasi....................................................................................................................9

BAB II KESIMPULAN.......................................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

1

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Tidak ada negara yang tidak mempunyai masalah tentang iklim. Hampir seluruh

negara di belahan dunia ini memiliki masalah dalam perubahan iklim. Saat ini telah banyak kerugian yang disebabkan oleh adanya perubahan iklim. Sampai sekarang pun masalah ini masih susah diatasi walaupun sudah ditemukan cara-cara efektif yang dapat digunakan. Berbagai program pun sudah dicanangkan baik oleh pemerintah maupun komunitas social yang banyak tersebar di masyarakat. Pada tahun 2017, bencana terkait perubahan iklim telah menewaskan 1,3 juta orang dan menyebabkan 4,4 miliar terluka. Angka ini bukan merupakan angka yang sedikit untuk keberlagsungan hidup manusia. Tak hanya itu, kerugian terkait perubahan iklim ini mencapai ratusan miliar dolar, ini belum lagi dampak manusia dari bencana geo-fisik yang mana 91 persennya adalah masalah terkait iklim. Berdasarkan fakta yang ada, kurang lebih manusia telah menyebabkan 1,0° C pemanasan global di atas tingkat pra industri. Permukaan laut juga telah naik sekitaran 20 cm sejak 1880 dan diperkirakan akan naik lagi 30 hingga 122 cm atau satu hingga empat kaki pada tahun 2020. Sementara itu, untuk membatasi pemanasan hingga 1,5° C, emisi CO 2 global haruslah turun hingga 45 persen antara 2010 dan 2030 serta mencapai nol bersih pada tahun 2050. Permasalahan iklim yang ada membuat beberapa dampak pada kehidupan manusia. Salah satunya dalam bidang pertanian dan perairan. Masalah iklim yang ada membuat suhu bumi rata-rata semakin meningkat. Panasnya suhu yang semakin maningkat mengakibatkan sulitnya sumber air mengeluarkan air. Sumber-sumber air menjadi kering karena panasnya suhu yang ada. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana dampak peningkatan masalah perubahan iklim serta hikmah dan peluang usaha tani serta teknologi mitigasi dan adaptasi. B.

Rumusan Masalah

1.  Penyebab dan Dampak Perubahan Iklim 2.  Hikmah Perubahan Iklim 3.  Peluang Usaha Tani

2

4. Adaptasi dan Mitigasi BAB II PEMBAHASAN A. Penyebab Perubahan Iklim Secara umum, perubahan iklim disebut sebagai fenomena pemanasan global, dimana terjadi peningkatan gas rumah kaca pada lapisan atmosfer dan berlangsung untuk jangka waktu tertentu. Penyebab perubahan iklim dan pemanasan global terdiri dari berbagai faktor yang berbeda serta menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia. Iklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil. ada beberapa faktor penyebab perubahan iklim, diantaranya: a. Efek gas rumah kaca b. Pemanasan Global c. Kerusakan lapisan ozon d. Kerusakan fungsi hutan e. Penggunaan Cloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol f. Gas buang industri dari perubahan iklim yang terjadi secara terus menerus juga menimbulkan dampak tersendiri bagi kehidupan masyarakat,  diantaranya : a. Curah hujan tinggi b. Musim kemarau yang berkepanjangan c. Peningkatan volume air akibat mencairnya es di kutub d. Terjadinya bencana alam angin puting beliung e. Berkurangnya sumber air B. Dampak Perubahan lklim Ekstrim Perubahan pola hujansudah terjadi sejak beberapa dekade terakhirdibeberapa wilayah di Indonesia,seperti pergeseran awal musim hujan dan perubahan pola curah hujan. Selain itu terjadi kecenderungan perubahan intensitas curah hujan bulanan dengan keragaman dan deviasi yang semakin tinggi serta peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim, terutama curah hujan, angin, dan banjir rob.

3

Beberapa ahli menemukan dan memprediksi arah perubahan pola hujan di Bagian Barat Indonesia.terutama di Bagian Utara Sumatera dan Kalimantan. dimana intensitas curah hujan cenderung lebih rendah,tetapi dengan periode yang lebih panjang. Sebaliknya,di Wilayah Selatan Jawa dan Bali intensitas curah hujan cenderung meningkat tetapi dengan periode yang lebih singkat (Naylor. 2007). dalam

Boer et al. (2009) mengungkapkan tren

perubahan secara spasial, di mana curah hujan pada musim hujan lebih bervariasi dibandingkan dengan musim kemarau.

Perubahan iklim juga berdampak terhadap

peningkatan hujan musiman Desember,Januari, Februari (DJF) secara signifikan di sebagian besar wilayah di Jawa, Kawasan Timur Indonesia, dan Sulawesi. Sebaliknya, perubahan iklim berdampak terhadap penurunan hujan musiman Juni, Juli, Agustus (JJA) secara signifikan di sebagian besar wilayah Jawa, Papua, Bagian Barat Sumatera, dan Bagian Timur Selatan Kalimantan. Perubahan iklim mengakibatkan musim kemarau memanjang di sebagian besar wilayah Jawa, Bagian Selatan Sumatera,Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan,dan Nusa Tenggara. Dampak perubahan iklim global terhadap kondisi iklim wilayah di Indonesia ditandai dengan berubahnya parameter iklim permukaan, yaitu: suhu udara dan curah hujan. Perubahan parameter iklim seringkali ditunjukkan oleh analisis kecenderungan perubahan temporal

suhu udara dan curah hujan. Berdasarkan kompilasi informasi analisis

kecenderungan dari berbagai sumber, fenomena perubahan iklim permukaan, perubahan intensitas dan periode kejadian hujan yang bervariasi Fenomena perubahan iklim tersebut memiliki implikasi terhadap produksi tanaman pangan yang bervariasi, yang dikarenakan adanya variasi spasial di Indonesia. Secara umum, suhu udara dilaporkan meningkat, sementara curah hujan mengalami perubahan pola dan besaran yang bervariasi pada berbagai wilayah di Indonesia. Sebagai tambahan, kompilasi berbagai perubahan iklim merupakan salah satu ancaman yang sangat seriusterhadap

sektor pertanian dan potensial mendatangkan masalah baru bagi

kebertanjutan produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Perubahan iklim adalah kondisi beberapa unsur iklim yang magnitude dan/atau intensitasnya cenderung berubahatau menyimpang dari dinamika dan kondisi ratarata,menuju kearah (trend) tertentu (meningkat atau menurun). Penyebab utama perubahan iklim adalahkegiatan manusia{antropogenik} yang berkaitan dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) seperti C02, methane pemanasan global dan telah berlangsung sejak hampir 100 tahun terakhir.

4

Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multidimensional, mulai dari sumberdaya, infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian.hingga aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Pengaruh tersebut dibedakan atas dua indikator,yaitu kerentanan dan dampak .Secara harfiah, kerentanan (vulnerable) terhadap perubahan iklim adalah "kondisi yang mengurangi kemampuan (manusia,tanaman,dan ternak) beradaptasi dan/atau menjalankan fungsi fisiologis/biologis, perkembangan/fenologi, pertumbuhan dan produksi serta reproduksi secara optimal (wajar) akibat cekaman perubahan iklim". Dampak perubahan iklim adalah "gangguan atau kondisi kerugian dan keuntungan, baik secara fisik maupun sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh cekaman perubahan iklim". Perubahan iklim akan memberikan dampak yang sangat besar pada berbagai sektor, diantaranya: 1. Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian Perubahan iklim akan menyebabkan pergeseran musim, sehingga musim kemarau menjadi lebih panjang. Hal ini akan menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Sehingga Indonesia harus mengimpor beras dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya. Secara otomatis, produktivitas di bidang pertanian juga akan menurun. 2. Dampak Perubahan Iklim terhadap Kenaikan Muka Air Laut Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut akan menyebabkan hancurnya tambak-tambak ikan di beberapa daerah, juga dapat merusak terumbu karang yang ada di laut Indonesia. 3. Dampak Perubahan iklim terhadap Ekosistem Meningkatnya

tingkat

keasaman

dari

laut

karena

bertambahnya

karbondioksida di atmosfer akan membawa dampak negatif pada organismeorganisme laut. Misalnya, hilangnya jenis flora dan fauna khususnya di Indonesia. 4. Dampak Perubahan iklim terhadap Sumber Daya Air Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan kelestarian air di

5

daerah sub polar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 1040%. Sementara di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya. 5. Dampak Perubahan iklim terhadap Kesehatan Frekuensi timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah akan meningkat. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. 6. Dampak Perubahan iklim terhadap Sektor Lingkungan] Dengan lingkungan yang rusak, alam akan lebih rapuh terhadap perubahan iklim. Apabila terjadi curah hujan yang cukup tinggi akan berpotensi menimbulkan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. C. Hikmah dan solusi dari Perubahan Iklim Mengingat perubahan iklim sangat besar dampaknya bagi kehidupan manusia dan bumi, maka kita harus mengambil hikmah dan mencari solusi untuk mengatasinya. Ada beberapa solusi yang dapat kita lakukan, diantaranya: a.  Melakukan perbaikan dari sektor kehutanan. Seperti mengadakan reboisasi, menanamkan prinsip tebang pilih dan tebang tanam pada generasi penerus, juga terhadap pihak-pihak yang bersentuhan langsung dengan hutan. b.  Menyediakan dan mengembangkan energi alternatif yang ramah lingkungan. Seperti mengganti bahan bakar kendaraan dengan bahan bio seperti dari bahan biji-bijian atau minyak lobak. Kita juga arus menghemat bahan bakar tersebut dengan mematikan mesin kendaraan apabila berhenti lebih dari 2 menit. Selain itu kita juga dapat mengganti lampu di rumah, dikantor dan tempat lainnya dengan lampu hemat energi, dan mematikan lampu pada malam hari. c.    Produksi daging membutuhkan air, biji-bijian, tanah, dan lainnya dalam jumlah besar termasuk hormon dan antibiotik, serta menyebabkan polusi tanah, udara, dan air. Untuk menghasilkan satu pon daging sapi membutuhkan sekitar 12.000 galon air, bandingkan dengan 60 galon air untuk satu pon kentang. Jika Anda seorang pemakan daging, untuk pemula, cobalah tidak makan daging sekali dalam seminggu. Menjadi vegetarian atau vegan merupakan pilihan yang sangat berarti bagi lingkungan. d.  Perlakuan terhadap sampah adalah dengan jalan mendaur ulangnya. Membakar sampah

6

sama artinya dengan memindahlan sampah tersebut ke udara.  Dampak perubahan iklim yang begitu besar merupakan tantangan bagi sector untuk mengurangi emisi GRK dari lahan pertanian antara lain adalah penggunaan varietas rendah emisi serta teknologi pengelolaan air dan lahan. D. Teknologi Mitigasi a. Penggunaan varietas padi rendah emisi. Padi sawah dikenal sebagai sumber utama emisi gas metana, yaitu antara 20-100 Tg CH4 /tahun (IPCC 1992). Emisi gas metana ditentukan oleh perbedaan sifat fisiologi dan morfologi varietas padi. Kemampuan varietas padi mengemisi gas metana bergantung pada rongga aerenkhima, jumlah anakan, biomassa, pola perakaran, dan aktivitas metabolisme. Pawitan et al. (2008) telah mengompilasi berbagai varietas padi dan tingkat emisinya dan merekomendasikan penggunaan beberapa varietas rendah emisi, antara lain Maros dengan emisi 74 kg CH4 /ha/musim, Way Rarem 91,60 kg CH4 /ha/musim, Limboto 99,20 kg CH4 /ha/musim, dan Ciherang dengan emisi 114,80 kg CH4 /ha/ musim. Varietas padi yang dominan ditanam petani adalah IR64. Namun, saat ini petani mulai mengganti IR64 dengan varietas yang serupa, yaitu Ciherang. Selain lebih tahan terhadap hama dan penyakit, varietas Ciherang juga lebih rendah mengemisi gas metana. Dengan demikian, penanaman varietas Ciherang yang makin luas akan mengurangi emisi GRK dari lahan sawah. b. Penggunaan pupuk ZA sebagai sumber pupuk N. Sumber pupuk N seperti ZA dapat menurunkan emisi gas metana 6% dibandingkan dengan urea bila pupuk disebar di permukaan tanah, dan menurunkan emisi metana hingga 62% jika pupuk ZA dibenamkan ke dalam tanah (Lindau et al. 1993). Namun, cara ini tidak dapat dipraktekkan pada semua lokasi, dan sebaiknya diterapkan pada tanah kahat S dan atau pH tinggi. Emisi gas metana dengan menggunakan pupuk ZA mencapai 157 kg CH4 /ha/musim (Mulyadi et al. 2001), lebih rendah 12% dibandingkan bila menggunakan pupuk urea yang mengemisikan metana 179 kg CH 4 / ha/musim (Setyanto et al. 1999). c. Aplikasi teknologi tanpa olah tanah. Pengolahan tanah secara kering dapat menekan emisi gas metana dari tanah dibandingkan dengan pengolahan tanah basah atau pelumpuran. Hal ini karena perombakan bahan organik berlangsung secara aerobik sehingga C terlepas dalam bentuk CO2 yang lebih rendah tingkat pemanasannya dibanding CH 4 . Namun, pembasahan tanah

7

setelah kering dapat. Tren perubahan suhu Jakarta periode 1860−2000 (Boer 2007). 24,5 25,0 25,5 26,0 26,5 27,0 27,5 28,0 1860 1880 1900 1920 1940 1960 1980 2000 Juli: 1,40°C/100 tahun Januari: 1,04°C/100 tahun y = 0,1039x + 58,901 y = 0,1424x – 9,9843 Tahun °C 6 Jurnal Litbang Pertanian, 30(1), 2011 memacu emisi gas N 2O. Olah tanah minimal atau tanpa olah tanah mampu menurunkan laju emisi gas metana sekitar 31,5063,40% dibanding olah tanah sempurna. Olah tanah minimal dapat dilakukan pada tanah yang bertekstur remah dan sedikit gulma (Makarimet et al. 1998). d. Teknologi irigasi berselang. Selain menghemat air, teknologi irigasi berselang (intermittent) dapat mengurangi emisi gas metana dari lahan sawah. Penghematan air irigasi dapat dilakukan dengan cara pengairan berselang (mengairi lahan dan mengeringkan lahan secara periodik dalam jangka waktu tertentu), dan sistem leb (mengairi lahan kemudian dibiarkan air mengering, lalu diairi lagi). Cara ini mempengaruhi sifat fisik kimia tanah (pH dan Eh) yang lebih menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman karena menghilangkan zat-zat yang bersifat toksit bagi tanaman, seperti asam-asam organik dan H2S, selain dapat menekan emisi gas metana hingga 88% (Sass et al. 1990). Setyanto dan Abubakar (2005) melaporkan, emisi gas metana pada varietas padi IR64 dengan irigasi terus menerus dan berselang masingmasing sebesar 254 kg dan 136 kg CH4 /ha, atau dapat menekan emisi sebesar 49%. E. Teknologi Adaptasi a. Penyesuaian waktu dan pola tanam. Penyesuaian waktu dan pola tanam merupakan upaya yang sangat strategis guna mengurangi atau menghindari dampak perubahan iklim akibat pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Kementerian Pertanian telah menerbitkan Atlas Peta Kalender Tanam Pulau Jawa skala 1:1.000.000 dan 1:250.000. Peta tersebut disusun untuk menggambarkan potensi pola dan waktu tanam bagi tanaman pangan, terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika sumber daya iklim dan air (Las et al. 2007). Peta kalender tanam disusun berdasarkan kondisi pola tanam petani saat ini (eksisting), dengan tiga skenario kejadian iklim, yaitu tahun basah (TB), tahun normal (TN), dan tahun kering (TK). Dalam penggunaannya, peta kalender tanam dilengkapi dengan prediksi iklim untuk mengetahui kejadian iklim yang akan datang, sehingga perencanaan tanam dapat disesuaikan dengan kondisi sumber daya iklim dan air, hal yang sama mungkin bisa kita terapkan di daerah Sumbawa Barat sehingga perencanaan tanamtepat waktu .

8

b. Penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman, dan salinitas. Cara mengurangi dampak yang merugikan dari perubahan Iklim, petani/penyuluh harus menyesuaikan cara bertani dengan kondisi yang sudah berubah dengan beradaptasi terhadap perubahan iklim, Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), Perubahan iklim yang merupakan satu dari tiga pilar Climate Smart Agriculture (CSA), Menerapkan prinsip-prinsip pertanian dengan sadar iklim dan ramah lingkungan dengan cara ;  1. Meningkatkan produktivitas dan pendapatan secara berkelanjutan. 2. Adaptasi dan membangun ketahanan terhadap perubahan iklim. 3.

Mengurangi produksi GRK (Gas Rumah Kaca) teknologi ramah lingkungan. Dengan tiga prinsip CSA yaitu; kegiatan usahatani dengan cara ramah lingkungan tidak menimbulkan pencemaran baru. Sistem usahatani memanfaatkan limbah pertanian yang diolah sebagai sumber input untuk lahan. Rantai suplai makanan  menerapkan distribusi dan rantai pasok produk pertanian secara efisien.  Sebagai

pertimbangan

Para

petani

dan

penyuluh

pertanian

untuk

diterapkan. Teknologi Adaptasi untuk Tanaman Pangan Padi (Oryza Sativa) Varietas unggul berumur pendek : Menghindarkan tanaman dari cekaman kekeringan dan cocok dikembangkan di wilayah dengan masa hujan yang relatif lebih singkat seperti : varietas = Dodokan, silugonggo, inpari 1, inpari 11, inpari 12, inpari 13, inpari 18, inpari 19, inpari 20. Varietas Toleran Randamen  Mengurangi resiko kegagalan panen akibat banjir dan cocok dikembangkan diwilayah yang rawan terkena banjir seperti : varietas = Inpari 4, inpari 5, inpari 29 rendamen, inpari 30 chierang sub 1. Varietas toleran kekeringan  cocok dikembangkan diwilayah dengan periode hujan pendek seperti Varietas  Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 8. Varietas Toleran Salinitas (Kegaraman) Cocok untuk dikembangkan diwilayah sawah di pesisir pantai yang mengalami kegaraman seperti Varietas Banyuasin, Inpari 34 salinagritan. Varietas diatas merupakan rekomendasikan dari litbang pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian dan diperbanyak  oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.

9

c. Teknologi panen hujan. Teknologi ini merupakan salah satu alternatif teknologi pengelolaan air dengan prinsip menampung kelebihan air pada musim hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau untuk mengairi tanaman. Teknologi panen hujan yang sudah banyak diterapkan adalah embung dan dam parit. d. Teknologi irigasi. Teknologi irigasi yang sudah dikembangkan untuk mengatasi cekaman air pada tanaman adalah sumur renteng, irigasi kapiler, irigasi tetes, irigasi macak-macak, irigasi bergilir, dan irigasi berselang. Penerapan teknik irigasi tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan air tanaman pada kondisi ketersediaan air yang sangat terbatas dan meningkatkan nilai daya guna air.

10

BAB II KESIMPULAN Perubahan iklim tidak lagi sebagai isu, tetapi telah menjadi kenyataan yang memerlukan tindakan nyata secara bersama pada tingkat global, regional maupun nasional. Dalam menyikapi perubahan iklim, harus ada strategi yang meliputi aspek antisipasi dari penyebab dabn dampak Perubahan Iklim global, Aspek mitigasi, dan aspek adaptasi. Strategi antisipasi dilakukan dengan melakukan pengkajian terhadap perubahan iklim untuk meminimalkan dampak negatifnya terhadap sektor pertanian. Adaptasi merupakan tindakan penyesuaian sistem alam dan sosial untuk menghadapi dampak negatif perubahan iklim. Upaya tersebut akan bermanfaat dan lebih efektif bila laju perubahan iklim tidak melebihi kemampuan upaya adaptasi. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan upaya mitigasi, yaitu mengurangi sumber maupun peningkatan rosot (penyerap) gas rumah kaca.

11

DAFTAR PUSTAKA Pawitan, H., A.K. Makarim, I. Anas, P. Setyanto, I. Amien, Wahyunto, E. Surmaini, dan H.L. Susilowati. 2008. Update dan penajaman data emisi dan penyerapan gas rumah kaca subsektor tanaman pangan. Laporan akhir KP3I. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Surmaini E dkk. 2010. Upaya Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. https://media.neliti.com/media/publications/30954-ID-upaya-sektor-pertaniandalam-menghadapi-perubahan-iklim.pdf. 2 Juli 2020 Jam 11.30 Wita. Nada

Q.______. Makalah Dampak Perubahan Iklim Bagi Lahan Pertanian. https://www.researchgate.net/publication/333449077_Dampak_Perubahan_Iklim_Ba gi_Lahan_Pertanian/link/5cee681692851c19eae6d981/download. 2 Juli 2020 Jam 11.30 Wita.