31 1 185KB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit hati adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi-kondisi, penyakit-penyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan fungsi dari hati. Efekefek jangka panjang tergantung dari kehadiran tipe penyakit hatinya. Contohnya, hepatitis kronis dapat menjurus ke: Gagal hati, Penyakit-penyakit pada bagian lain tubuh, seperti kerusakan ginjal atau jumlah darah yang rendah, Sirosis hati. Efek-efek jangka panjang lainnya dapat termasuk: Encephalopathy adalah memburuknya fungsi otak yang dapat berlanjut ke koma, Gastrointestinal bleeding (perdarahan gastrointestinal). Ini termasuk perdarahan esophageal varices, yang merupakan pembesaran vena yang abnormal di esophagus dan/atau didalam perut, Kanker hati, Peptic ulcers, yang mengikis lapisan perut/lambung. 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan gagal hepar? 2. Apa saja etiologi dari gagal hepar? 3. Apa patofisiologi gagal hepar? 4. Apa anatomi fisiologi hepar? 5. Apa saja tanda dan gejala gagal hepar? 6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik? 7. Bagaimana cara pengobatan gagal hepar? 8. Bagaimana cara melakukan rencana dan tindakan untuk mengatasi gangguan pada gagal hepar? 1.3 Tujuan 1. Dapat melakukan pengkajian pada penderita gagal hepar 2. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada penderita gagal hepar 3. Dapat membuat perencanaan pada penderita gagal hepar 4. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada penderita gagal hepar 5. Dapat mengefaluasikan semua hasil tindakan pada penderita gagal hepar
LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL HATI Pengertian Penyakit hepar adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi-kondisi, penyakit-penyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan fungsi dari hati. Kegagalan hati adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan/kemunduran fungsi hati yang sangat berat. Penyakit liver adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi-kondisi, penyakitpenyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan fungsi dari hati. Etiologi Gagal hepar dapat disebab oleh kerusakan-kerusakan bawaan sejak lahir atau kelainan-kelainan hati yang hadir pada kelahiran, kelainan-kelainan metabolisme atau kerusakan dalam proses dasar tubuh, suatu kondisi yang bervariasi termasuk infeksi virus, serangan bakteri, dan perubahan kimia atau fisik didalam tubuh. Penyebab yang paling umum dari kerusakan hati adalah kurang gizi (malnutrition), terutama yang terjadi dengan kecanduan alcohol atau keracunan oleh racun, Obat-obat terentu yang merupakan racun bagi hati, Trauma atau luka. Jika hati menjadi radang atau terinfeksi, maka kemampuannya untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini jadi melemah. Pemicu terjadinya gagal hati ini bisa jadi diakibatkan oleh virus hepatitis, sirosis, atau akibat konsumsi alkohol yang berlebihan. Sebagian besar hati harus terlebih dahulu mengalami kerusakan sebelum terjadinya kegagalan hati. Patofisiologi Pada keadaan normal hati berfungsi menyaring semua sari makanan dan membuang racun yang terkandungnya dan kemudian dibuang ke saluran pembuangan dalam tubuh. Hati juga berfungsi mengubah zat gizi untuk dijadikan energi, hormon, dan pembekuan darah serta kekebalan tubuh. Fungsi lain dari hati yakni menyimpan vitamin, mineral, dan zat gula, mengatur lemak dalam tubuh. Jika hati tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya, itulah yang disebut sebagai gagal hati. Anatomi dan Fisiologi Hati (Hepar) a. Anatomi Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. tidur. b. Fisiologi Hati adalah suatu organ penting terletak di kwadran kanan atas abdomen. Dia bertanggung jawab untuk: Ø Menyaring darah Ø Membuat empedu, suatu zat yang membantu pencernaan lemak Ø Memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol. Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron, VLDL, LDL, HDL), menyimpan gula dan
membantu tubuh untuk mengangkut dan menghemat energi. Ø Membuat protein-protein penting, seperti kebanyakan yang terlibat pada pembekuan darah Ø Memetabolisme banyak obat-obatan seperti barbiturates, sedatives, and amphetamines Ø Menyimpan besi, tembaga, vitamin A dan D, dan beberapa dari vitamin B Ø Membuat protein-protein penting seperti albumin yang mengatur pengakutan cairan didalam darah dan ginjal Ø Membantu mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah Jika hati menjadi radang atau terinfeksi, maka kemampuannya untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini jadi melemah. Penyakit hati dan infeksi-infeksi adalah disebabkan oleh suatu kondisi yang bervariasi termasuk infeksi virus, serangan bakteri, dan perubahan kimia atau fisik didalam tubuh. Penyebab yang paling umum dari kerusakan hati adalah kurang gizi (malnutrition), terutama yang terjadi dengan kecanduan alkohol. Gejala-gejala penyakit hati mungkin akut, terjadi tiba-tiba, atau kronis, berkembang perlahan melalui suatu periode waktu yang lama. Penyakit hati kronis adalah jauh lebih umum dari pada yang akut. Angka dari penyakit hati kronis dari laki-laki adalah dua kali lebih tinggi dari wanita. Penyakit hati dapat menjangkau dari ringan sampai berat tergantung dari tipe penyakit yang hadir. Tanda dan Gejala Gejala-gejala sebagian tergantung dari tipe dan jangkaun penyakit hatinya. Pada banyak kasus, mungkin tidak terdapat gejala. Tanda-tanda dan gejala-gejala yang umum pada sejumlah tipe-tipe berbeda dari penyakit hati termasuk: Ø Jaundice atau kekuningan kulit Ø Urin yang coklat seperti teh Ø Mual Ø Hilang selera makan Ø Kehilangan atau kenaikan berat tubuh yang abnormal Ø Muntah Ø Diare Ø Warna tinja (feces)yang pucat Ø Nyeri abdomen (perut) pada bagian kanan atas perut Ø Tidak enak badan (malaise) atau perasaan sakit yang kabur Ø Gatal-gatal Ø Varises (pembesaran pembuluh vena) Ø Kelelahan Ø Hipoglikemia (kadar gula darah rendah) Ø Demam ringan Ø Sakit otot-otot Ø Libido berkurang (gairah sex berkurang) Ø Depresi Gejala yang nampak dari penderita gagal hati bisa berupa sakit kuning, mudah mengalami pendarahan, asistes, gangguan fungsi otak, keadaan kesehatan yang menurun drastis, penurunan air seni dan panas badan yang merupakan indikasi masuknya virus dalam tubuh. Suatu bentuk parah yang jarang dari infeksi hati disebut acute fulminant hepatitis, menyebabkan gagal hati. Gejala gejala dari gagal hati termasuk: Ø Aplastic anemia, suatu keadaan dimana sumsum tulang (bone marrow) tidak dapat membuat sel-sel darah Ø Ascites, terkumpulnya cairan didalam abdomen Ø Edema atau bengkak dibawah kulit Ø Encephalopathy, kelainan yang mempengaruhi fungsi-fungsi otak
Ø Hati yang membesar dan perih (sakit) Ø Limpa membesar Ø Perubahan dalam status mental atau tingkat kesadaran Ø Rentan terhadap perdarahan Pemeriksaan Diagnostik 1. Serologi virus 2. Skrining toksikologi (kadar asetaminofen tiap 1-2 jam hingga puncaknya di tentukan) 3. Pemeriksaan pencitraan(usg pada abdomen kuadran kanan atas atau CT abdomen, pemeriksaan Doppler terhadap vena porta dan hepatica) 4. Uji lainnya: serologi autoimun,seruloplasmain dan tembaga dalam urin) 5. Biopsi hepar (kecuali ada koagulopati) 6. Perhitungan darah lengkap, yang melihat pada tipe dan jumlah dari sel-sel darah didalam tubuh 7. Scan hati dengan radiotagged substances untuk menunjukan perubahan-perubahan struktur hati Penatalaksanaan 1. Perawatan setingkat ICU yang potensial meliputi pengawasan dan perawatan ICP, hemodinamik, dan alat bantu ventilator, anti-koagulopati, pengawasan dan penanganan secara agresif terhadap infeksi, tetesan D10 untuk hipoglikemia dll 2. Penatalaksanaan penyebab spesifik (N-asetilsistein untuk asetaminofen,kortikosteroid terhadap hepatitis aotoimun, terapi khelasi terhadap penyakit Wilson dll) 3. Pengobatan bergantung pada penyebab dan gambaran klinis tertentu 4. Makanan di awasi dengan ketat 5. Intake protein di pantau dengan seksama karena terlalu banyak protein akan menyebabkan kelainan fungsi otak dan terlalu sedikit bisa menyebabkan penurunan berat badan. 6. Intake garam dibatasi untuk mengatasi pengumpulan cairan di perut 7. Alkohol harus di hindari dapat memperburuk kerusakan hati. 8. Transplantasi hepar jika prognosisnya buruk Pengkajian a. Data Subjektif ü Keluhan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen ü Kulit, selaput lendir, sclera : kekuning-kuningan, gatal, urine berwarna kuning tua dan berbuih. ü Kebiasaan : merokok, minum alcohol, obat-obatan terlarang, b. Data subjektif ü Tanda vital : tekanan darah menunjukkan tekanan darah ortostatik ü Status cairan dan elektrolit : deficit volume, munyah, pendarahan, dehidrasi akibat asites dan edema dan kelebihan volume akibat retensi natrium dan air. ü Abdomen : gerakan peristalsis (auskultasi), distensi abdomen, nyeri tekan, pembesaran hepar dan limpa, asites, dilatasi vena pada abdomen (kaput medusa).
Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, mual, gangguan absorbsi. 2. Nyeri b.d tegangnya dinding perut (asites) 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 4. Potensial trauma perdarahan b.d gangguan fungsi metabolism hepar. Intervensi Berikut ini diuraikan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan gagal hati (Hepar), meliputi diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan, dan kriteria keberhasilan tindakan (criteria evaluasi). 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, mual, gangguan absorbsi. Intervensi: v Pantau masukan makanan setiap hari, v Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori,vitamin, mineral(rendah protein dan garam sesuai keadaan pasien) v Makanan rendah serat , tanpa bumbu, tidak pedas Rasional: v Diet sesuai dapat membentuk regenerasi sel-sel hepar. v rendah serat untuk mencegah iritasi pada varises 2. Nyeri b.d tegangnya dinding perut (asites) Intervensi: v Kaji tingkat nyeri/kontrol nilai v Anjurkan pasien untuk melakukan menejemen nyeri v Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung. Rasional: v Kontrol nyeri v Manpu melakukan menejemen nyeri secara mandiri ketika nyeri terasa. v Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 Intervensi: v Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin, tingkatkan aktivitas sesuai sesuai kemampuan. v Pantau respon fisiologi terhadap aktivitas misalnya perubahan pada TD/frekuensi jantung/pernapasan. v beri oksigen sesuai indikasi. Rasional: v Meningkatkan kekakuan/stamina dan memampukan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti. v Toleransi sangat bergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan dan reaksi terhadap aturan terapeutik. v Adanya hifoksia menurunkan keseediaan O2 untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan.
4. Potensial trauma perdarahan b.d gangguan fungsi metabolism hepar. Intervensi: v Pantau kulit, selaput, urine, dan feses v Pantau TTV tiap 4 jam, masa protrombin dan trombosit tiap hari. v Bantu pasien turun dari tempat tidur Rasional: Pasien cenderung perdarahan.
KONSEP KEPERAWATAN PALIATIF
Cobaan tidak bisa kita hindari. Orang-orang yang mengalami cobaan penyakit yang tidak bisa disembuhkan sungguh berat menjalani hidupnya. Sungguh menjadi dilema antara Dokter,pasien dan keluarga pasien. Memang berat menerima cobaan demikian.Tapi dengan Perawatan Paliatif, pasien akan tetap memiliki kualitas hidup yang baik meski penyakitnya tak bisa disembuhkan. Perawatan paliatif artinya meringankan penderitaan si pasien yang sudah sakit parah dan tidak dapat disembuhkan seperti misalnya kanker Stadium akhir, pasien penyakit motor neuron, penyakit degeneratif saraf dan pasien HIV/AIDS. Tujuannya agar penderita dapat menjalani harihari sakitnya dengan semangat dan tidak putus asa serta memberi dukungan agar mampu melakukan hal2 yang masih bisa dilakukan dan bermanfaat bagi Spiritual pasien. “Pasien dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan kebanyakan berpikir sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Untuk itulah perawatan paliatif dibutuhkan,” ujar Prof Dr dr Akmal Taher, SpU(K) dalam acara seminar dan konferensi press Memperingati Hari Hospis dan Perawatan Paliatif Sedunia pada 7 oktober 2010. Perawatan paliatif merupakan metode yang ampuh dalam membantu pasien lepas dari penderitaannya, baik nyeri berkepanjangan ataupun keluhan lain. Kondisi ini akan membantu meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga keluarganya. Pada awalnya perawatan paliatif ini hanya ditujukan untuk pasien Kanker (kecuali di Afrika Selatan awalnya untuk pasien HIV/AIDS). Tapi kini perawatan paliatif juga bisa digunakan untuk penyakit lain seperti paru obstruktif kronis (COPD), stroke, parkinson, gagal jantung, gagal ginjal, penyakit genetika dan juga infeksi seperti HIV/AIDS. Seperti apa perawatan paliatif itu? Intinya perawatan ini lebih berupa dukungan dan motivasi ke pasien. Kemudian setiap keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit. Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi individu pasien dan keluarganya bagaimana memberikan perhatian khusus terhadap penderita, penanggulangannya serta kesiapan untuk menghadapi kematian. Perawatan paliatif dititikberatkan pada pengendalian gejala dan keluhan, serta bukan terhadap penyakit utamanya karena penyakit utamanya tidak dapat disembuhkan. Dengan begitu pasien terbebas dari penderitaan akibat keluhan dan bisa menjalani akhir hidupnya dengan nyaman. “Perawatan paliatif dilakukan dengan kerja sama antara dokter, perawat, terapis, sosial-media, psikolog, rohaniawan, relawan dan profesi lain yang diperlukan. Hal ini bertujuan untuk agar pasien bebas dari penderitaan, sehingga kehidupannya tetap berkualitas dan berakhir dengan tenang,” ujar Prof dr R Sunaryadi Tejawinata, SpTHT(K), FAAO, PGD, PAllMed. Lebih lanjut Prof Sunaryadi menuturkan dari tahun 1992-2010 pelayanan perawatan paliatif baru ada di 6 ibukota besar yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan. Perawatan paliatif kebanyakan terdapat di rumah sakit pemerintah seperti RS Hasan Sadikin Bandung, RSCM, RSK Dharmais, RSU Dr Soetomo Surabaya, RS Sanglah Bali, RS Dr Wahidin Sudirohusodo Makasar dan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Sementara Prof Dr I W Suardana, SpTHT(K) menuturkan berbagai keluhan biasanya dirasakan oleh pasien perawatan paliatif ini. Keluhan yang muncul seperti nyeri, gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare, konstipasi), gangguan kulit (gatal, kering atau akibat berbaring terlalu lama), kelemahan umum, gangguan respirasi, kelemahan anggota gerak, gangguan saluran kemih dan juga merasa bingung. Nah, dengan perawatan paliatif pasien diajak untuk lebih bisa menerima keadaannya sehingga masih bisa menjalani hidupnya meskipun umurnya tak lama lagi. Karena kebanyakan kualitas hidup pasien dengan penyakit tak bisa disembuhkan akan terus memburuk atau menurun jika harapan pasien tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. “Jadi tugas dari tim paliatif adalah memodifikasi ekspektasi dari pasien, sehingga jarak antara harapan dan kenyataannya menjadi lebih dekat. Bisa dengan cara membangkitkan spirit untuk hidup, orientasi masa depan, keimanan bahkan tentang seksualitasnya,” ungkap Dr Siti Annisa Nuhonni, SpKFR(K). Dr Nuhonni menuturkan harapan selalu ada, tapi sebaiknya tidak memberikan harapan yang palsu karena harapan juga harus disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Untuk itu keluarga merupakan kunci makna hidup dalam perawatan paliatif. Tempat untuk melakukan perawatan paliatif beragam, seperti: 1. Rumah sakit, untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan dengan pengawasan ketat, tindakan khusus atau meemrlukan peralatan khusus. 2. Puskesmas, untuk pasien yang melakukan rawat jalan. 3. Rumah singgah atau panti (hospis), untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan. 4. Rumah Pasien, untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan atau peralatan khusus, serta keterampilan perawatan bisa dilakukan oleh anggota keluarga. Selain mengurangi gejala-gejala yang muncul, perawatan paliatif juga memberikan dukungan dalam hal spiritual dan psikososial. Perawatan ini bisa dimulai saat diagnosis diumumkan sampai akhir hayat dari si pasien. “Meski pasien telah meninggal dunia, perawatan paliatif tidak berhenti sampai di situ. Karena relawan paliatif juga akan memberikan dukungan moral kepada keluarga yang berduka,” ujar Prof Sunaryadi. bagi seorang dokter,butuh Empati yang besar dan Ketrampilan Khusus dalam melakukan Paliatif care. Penyampaian kabar buruk (ketika pasien tidak bisa sembuh dan harus dilakukan paliative care) pun harus ada etikanya. jangan sampai ketika kita menyampaikan kabar buruk tersebut menimbulkan Stres mendalam bagi pasien maupun keluarganya yang berakibat semakin cepatnya proses kematian bagi pasien. Terkadang juga tindakan Euthanasia dilakukan jika tindakan Paliatif sudah dilakukan tapi pasien masih sangat menderita. Namun perlu dicatat, Tindakan Euthanasia tidak semudah itu dilakukan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan (permintaan pasien,permintaan keluarga,dasar hukum,adat istiadat setempat,agama dll) ” MERINGANKAN PENDERITAAN, MEMPERPANJANG USIA “
Definisi perawatan paliatif Perawatan untuk mencegah, memperbaiki, mengurangi gejala-gejala suatu penyakit, namun bukan berupaya penyembuhan. Suatu perawatan yang bertujuan mencapai kwalitas hidup optimal bagi ODHA dan keluarganya, dengan meminimalkan penderitaan dengan perawatan klinis, psikologis, spiritual, dan sosial sepanjang seluruh perjalanan penyakit HIV. Suatu pendekatan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarganya dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan, penilaian, pengobatan nyeri dan masalahmasalah fisik lain, juga masalah psikologis dan spiritual lainnya .
Prinsip perawatan paliatif Menghilangkan nyeri & gejala-gejala yang menyiksa lain Menghargai kehidupan & menghormati kematian sebagai suatu proses normal Tidak bermaksud mempercepat atau menunda kematian Perawatan yang mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual, sosial, budaya dari pasien dan keluarganya, termasuk dukungan saat berkabung. Memberi sistim dukungan untuk mengusahakan pasien sedapat mungkin tetap aktif sampai kematiannya. Memberi sistim dukungan untuk menolong keluarga pasien melalui masa sakit pasien, dan sewaktu masa perkabungan
Karakteristik perawatan paliatif Menggunakan pendekatan tim untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk konseling kedukaan bila diperlukan. Meningkatkan kwalitas hidup, dan juga secara positif mempengaruhi perjalanan penyakit. Merupakan komponen esensial dari perawatan konprehensif kontinyu ODHA Perawaatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan Pendekatan holistik : fisik, mental, spiritual, sosial Pendekatan multi-disipliner : medis, non-medis, keluarga Manfaat perawatan paliatif Meningkatkan kualitas hidup dan keluarganya Mengurangi penderitaan pasien Mengurangi frekwensi kunjungan ke rumah sakit Meningkatkan kepatuhan pengobatan
Syarat perawatan paliatif yang baik Menghargai otonomi dan pilihan pasien Memberi akses sumber informasi yang adekuat Ciptakan hubungan saling menghargai dan mempercayai antara pasien dengan pemberi perawatan Berikan dukungan bagi keluarga, anak, petugas sosial yang memberikan perawatan. Hormati dan terapkan nilai-nilai budaya setempat, kepercayaan / agama, dan adat istiadat. Jenis perawatan paliatif 1.Pengobatan medikamentosa terutama penatalaksanaan nyeri dan gejala-gejala lain 2.Perawatan psikososial berupa : psikologis social spiritual kedukaan/berkabung Penatalaksanaan nyeri Nyeri merupakan masalah utama pada perawatan paliatif Upaya penatalaksanaan nyeri : Tentukan penyebab nyeri : -sakit kepala berat pada kriptokokus menigitis -nyeri neurogenik akibat mielopati, efek ARV Tentukan jenis nyeri : somatik, viseral, propioseptif, neurogenik Tentukan beratnya nyeri : numeric rating scale, perilaku non-verbal, Wong Baker Faces pain scale Penatalaksanaan nyeri Gunakan analgesik sesuai panduan penatalaksanaan nyeri dari WHO : “ anak tangga analgesik “ Step 1. : aspirin, parasetamol +adjuvan Step 2. : kodein +adjuvan + NSAID Step 3. : morfin, pethidin, fentanyl +non-opioid (NSAID) Obat diberikan rutin tiap 3 –6 jam, jangan hanya bila perlu Mulai dengan dosis rendah lalu dititrasi Pada nyeri terobosan, berikan dosis ekstra ( dosis /4 jam) Adjuvan : anti-depresant, steroid, terapi kognitif , akupuncture, TENS, hipnosis, dll.
Penatalaksanaan gejala lain Muntah –Mual –Penyebab : efek samping obat infeksi oportunistik gangguan fungsi hati / ginjal –Terapi : metoclopamide Lemah –Penyebab : anemia o.k. ARV, atau Infeksi oportunistik misal TB –Terapi : testosteron, androgen, transfusi, eritropoetin
Pengembangan perawatan paliatif Perlu ada kebijakan nasional perawatan paliatif Hanya sedikit negara berkembang yang memiliki kebijakan nasional dari Pemerintah / DepKes Edukasi : pelatihan bagi profesional medis, dan pemberi pelayanan lainnya Pengendalian nyeri : Latihan bagi petugas medis dan pemberi pelayanan lainnya untuk penanganan nyeri Advokasi untuk melonggarkan sistim hukum yang memungkinkan tersedianya obat penghilang nyeri
Pengembangan perawatan paliatif Perlu ada kebijakan nasional perawatan paliatif Hanya sedikit negara berkembang yang memiliki kebijakan nasional dari Pemerintah / DepKes Edukasi : pelatihan bagi profesional medis, dan pemberi pelayanan lainnya Pengendalian nyeri : Latihan bagi petugas medis dan pemberi pelayanan lainnya untuk penanganan nyeri Advokasi untuk melonggarkan sistim hukum yang memungkinkan tersedianya obat penghilang nyeri
PRINSIP PELAKSANAAN PALIATIF CARE PADA KASUS GAGAL HATI
Menghilangkan nyeri & gejala-gejala yang menyiksa lain
Gunakan analgesik sesuai panduan penatalaksanaan nyeri dari WHO : “ anak tangga analgesik “ Step 1. : aspirin, parasetamol +adjuvan Step 2. : kodein +adjuvan + NSAID Step 3. : morfin, pethidin, fentanyl +non-opioid (NSAID) Obat diberikan rutin tiap 3 –6 jam, jangan hanya bila perlu Mulai dengan dosis rendah lalu dititrasi Pada nyeri terobosan, berikan dosis ekstra ( dosis /4 jam) Adjuvan : anti-depresant, steroid, terapi kognitif , akupuncture, TENS, hipnosis, dll.
Penatalaksanaan gejala lain Muntah –Mual –Terapi : metoclopamide Lemah –Penyebab : anemia –Terapi : transfusi, eritropoetin
Menghargai kehidupan & menghormati kematian sebagai suatu proses normal Tidak bermaksud mempercepat Perawatan yang mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual, sosial, budaya dari pasien dan keluarganya, termasuk dukungan saat berkabung. Memberi sistim dukungan untuk mengusahakan pasien sedapat mungkin tetap aktif sampai kematiannya. Memberi sistim dukungan untuk menolong keluarga pasien melalui masa sakit pasien, dan sewaktu masa perkabungan
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan I. Konsep Medis dari Gagal hati : Gagal hati adalah hati tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya. Hati tidak dapat bekerja sebagaimana fungsinya sehingga hati paling umum terjadi suatu kerusakan fungsi atau kerusakan hati adalah kurangnya gizi (malnutrition), maka kemampuannya untuk melaksanakan fungsifungsi ini jadi melemah. Gagal hepar dapat disebab oleh : 1. Kerusakan-kerusakan bawaan sejak lahir atau kelainankelainan hati yang hadir pada kelahiran 2. Kelainan-kelainan metabolisme atau kerusakan dalam proses dasar tubuh 3. Infeksi-infeksi virus atau bakteri 4. Alkohol atau keracunan oleh racun 5. Obat-obat terentu yang merupakan racun bagi hati 6. Kekurangan Gizi (nutrisi) 7. Trauma atau luka
II. Konsep Keperawatan paliatif: Menghilangkan nyeri & gejala-gejala yang menyiksa lain
Gunakan analgesik sesuai panduan penatalaksanaan nyeri dari WHO : “ anak tangga analgesik “ Step 1. : aspirin, parasetamol +adjuvan Step 2. : kodein +adjuvan + NSAID Step 3. : morfin, pethidin, fentanyl +non-opioid (NSAID) Obat diberikan rutin tiap 3 –6 jam, jangan hanya bila perlu Mulai dengan dosis rendah lalu dititrasi Pada nyeri terobosan, berikan dosis ekstra ( dosis /4 jam) Adjuvan : anti-depresant, steroid, terapi kognitif , akupuncture, TENS, hipnosis, dll.
Penatalaksanaan gejala lain Muntah –Mual –Terapi : metoclopamide
Lemah –Penyebab : anemia –Terapi : transfusi, eritropoetin
Menghargai kehidupan & menghormati kematian sebagai suatu proses normal Tidak bermaksud mempercepat Perawatan yang mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual, sosial, budaya dari pasien dan keluarganya, termasuk dukungan saat berkabung. Memberi sistim dukungan untuk mengusahakan pasien sedapat mungkin tetap aktif sampai kematiannya. Memberi sistim dukungan untuk menolong keluarga pasien melalui masa sakit pasien, dan sewaktu masa perkabungan
DAFTAR PUSTAKA Anand AC, Nightengale P, Neuberger Jm. Early indicators of prognosis in fulminant hepatic failure : An assessment of the King’s criteria. J Hepatol, 1997; 26:62. Guyton A.C.,dan J.e.Hall.1997.Fisiologi Kedokteran.Ed.9.Jakarta:EGC http://www.totalkesehatananda.com/liver1.html http://www.rudytandra.com/2011/06/penyakithati-liver.html Russel GJ, Fitzgerald JF, Clark JH. Fulminant hepatic failure. J Pediatr, 1987; 111: 313.