21 0 576KB
mikir keras Selasa, 13 Januari 2015 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP TONSILITIS AKUT
BAB I PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Tonsil dikenal di masyarakat sebagai penyakit amandel, merupakan penyakityang sering di jumpai di masyarakat sebagian besar terjadi pada anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa, dan masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini. Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok.Organisme penyebabnya yang utama meliputi streptococcus atau staphylococcus (Charlene J. Reeves,2001). Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya. Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis mencoba untuk mengangkat kasus dengan gangguan tonsillitis akut.
2.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan Khusus: Siswa mampu menerapkan masalah serta hambatan yang timbul dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Tonsilitis Akut. Tujuan Umum : a.
Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan tonsillitis.
b.
Mampu mengelompokan data dan menganalisa data yang didapat dari pengkajian
c.
Mampu menganalisa dan menentukan asalah keperwatan pada klien tonsillitis
d. Mampu menyusun perencanaan, intervensi, dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada klien tonsillitis e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan tonsillitis
3.
SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun Sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang
2.
Tujuan Penulisan
3.
Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORI 1.
Definisi/ pengertian
2.
Etiologi
3.
Klasifikasi
4.
Patofisiologi
5.
Manifestasi Kinik
6.
Komplikasi
7.
Penatalaksanaan / Pengobatan
8.
Diagnosa Keperawatan
9.
Intervensi
BAB III : TINJAUAN KASUS 1.
Pengkajian
a.
Biodata
b.
Keluhan Utama
c.
Riwayat Kesehatan Sekarang
d.
Riwayat Kesehatan Dahulu
e.
Riwayat Kesehatan Keluarga
f.
Pemeriksaan Fisik
g.
Pemeriksaan Penunjang
h.
Theraphy
2.
Pengumpulan Data
3.
Analisa Data
4.
Perumusan Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas
BAB IV : PEMBAHASAN BAB V : PENUTUP 1.
Kesimpulan
2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II TINJAUAN TEORI
1.
Pengertian.
a. Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006). b. Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
c.
Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang.
Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993). d. Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004). e. Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006, 2006). f.
Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj, 2006).
2. Etiologi. Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A. a.
Pneumococcus
b.
Staphilococcus
c.
Haemalphilus influenza
d.
Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus. a.
Streptococcus B hemoliticus grup A.
b.
Streptococcus viridens.
c.
Streptococcus pyogenes.
d.
Staphilococcus.
e.
Pneumococcus.
g.
Virus.
h.
Adenovirus.
i.
ECHO.
j.
Virus influenza serta herpes.
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
3.
Klasifikasi.
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006) a.
Tonsillitis akut.
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus. b.
Tonsilitis falikularis.
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut. c.
Tonsilitis Lakunaris.
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil. d.
Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat).
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan. e.
Tonsilitis Kronik.
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat danhygiene mulut yang buruk.
4.
Patofisiologi.
Menurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu : Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris.Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
5.
Manifestasi Kinik.
Menurut Megantara, Imam 2006 Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama). Gejala lain : a.
Demam.
b.
Tidak enak badan.
c.
Sakit kepala.
d.
Muntah.
Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain : a.
Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan.
b.
Tenggorokan terasa kering.
c.
Persarafan bau.
d. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus. e.
Tidak nafsu makan.
f.
Mudah lelah.
g.
Nyeri abdomen.
h.
Pucat.
i.
Letargi.
j.
Nyeri kepala.
k.
Disfagia (sakit saat menelan).
l.
Mual dan muntah.
Gejala pada tonsillitis akut : a.
Rasa gatal / kering di tenggorokan.
b.
Lesu.
c.
Nyeri sendi.
d.
Odinafagia.
e.
Anoreksia.
f.
Otalgia.
g.
Suara serak (bila laring terkena).
h.
Tonsil membengkak.
Menurut Smelizer, Suzanne (2000) Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.
Menurut Hembing, (2002) : a. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan, kadang-kadang muntah.
b. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga. c. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.
6.
Komplikasi.
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
a. Abses pertonsil. Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A. b. Otitis media akut. Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga. c. Mastoiditis akut. dalam sel-sel mastoid. d.
Laringitis
e.
Sinusitis
f.
Rhinitis
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke
7. Penatalaksanaan / Pengobatan. menurut Firman S, 2006 :
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum,
a. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan. b.
Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
1)
Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
2)
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3)
Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
4)
Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah : a.
Penatalaksanaan tonsilitis akut
1) Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin. 2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik. 3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif. 4)
Pemberian antipiretik.
b.
Penatalaksanaan tonsilitis kronik
1)
Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu : a. Perawatan Prabedah. Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas. b. Teknik Pembedahan. Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine. Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil. c.
Perawatan Paska-bedah
1)
Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
2)
Memantau tanda-tanda perdarahan
a)
Menelan berulang.
b)
Muntah darah segar.
c)
Peningkatan denyut nadi pada saat tidur.
3)
Diet
a)
Memberikan cairan bila muntah telah reda
(1) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari ada kepingan kecil). (2)
Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
b)
Menawarkan makanan
(1)
Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
(2) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan. (3)
Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu.
c)
Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
(1)
Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
(2)
Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
(3)
Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
(4)
Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
d)
Mengajari pasien mengenal hal berikut
(1) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera selama 12 minggu. (2)
Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
(3) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8 setelah operasi.
8.
Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a.
Pre Operasi.
1)
Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
2)
Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
3)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4)
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
5)
Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman.
b.
Post Operasi.
1)
Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
2)
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3)
Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi.
9.
Intervensi.
Pre Operasi Dx 1
: Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
NOC : Perawatan Diri : Makan Tujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan menelan dapat diatasi. Kriteria hasil : a.
Reflek makan
b.
Tidak tersedak saat makan
c.
Tidak batuk saat menelan
d.
Usaha menelan secara normal
e.
Menelan dengan nyaman
Skala : 1)
Sangat bermasalah
2)
Cukup bermasalah
3)
Masalah sedang
4)
Sedikit bermasalah
5)
Tidak ada masalah
NIC
: Terapi menelan
Intervensi : a.
Pantau gerakan lidah klien saat menelan
b.
Hindari penggunaan sedotan minuman
c.
Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan menelan.
d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien selama makan / minum obat.
Dx 2
: Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
NOC : Kontrol Nyeri Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang. Kriteria hasil : a.
Mengenali faktor penyebab.
b.
Mengenali serangan nyeri.
c.
Tindakan pertolongan non analgetik
d.
Mengenali gejala nyeri
e.
Melaporkan kontrol nyeri
Skala : 1)
Ekstream.
2)
Berat.
3)
Sedang.
4)
Ringan.
5)
Tidak Ada.
NIC
: Menejemen Nyeri
Intervensi : a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. b.
Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
c.
Berikan analgesik yang sesuai.
d.
Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
e.
Anjurkan pasien untuk istirahat.
Dx 3
: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
NOC : Fluid balance Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak seimbangan nutrisi dapat teratasi. Kriteria hasil : a.
Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
b.
BB ideal sesuai tinggi badan
c.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d.
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Skala : 1)
Tidak pernah dilakukan
2)
Jarang dilakukan
3)
Kadang-kadang dilakukan
4)
Sering dilakukan
5)
Selalu dilakukan
NIC
: Manajemen nutrisi
a.
Berikan makanan yang terpilih
b.
Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
c.
Berikan makanan sedikit tapi sering
d.
Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
Dx 4
: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
NOC : Termoregulasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun. Kriteria hasil : a.
Suhu tubuh dalam rentang normal
b.
Suhu kulit dalam batas normal
c.
Nadi dan pernafasan dalam batas normal.
Skala : 1)
Ekstrem
2)
Berat
3)
Sedang
4)
Ringan
5)
Tidak ada
NIC
: Fever Treatment
a.
Monitor suhu sesering mungkin
b.
Monitor warna, dan suhu kulit
c.
Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
d.
Monitor intake dan output
e.
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.
Dx 5
: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
NOC : Kontrol Cemas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4 sehingga rasa cemas dapat hilang atau berkurang. Kriteria hasil : a.
Ansietas berkurang
b.
Monitor intensitas kecemasan
c.
Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn
d.
Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Skala : 1)
Tidak pernah dilakukan.
2)
Jarang dilakukan.
3)
Kadang-kadang dilakukan.
4)
Sering dilakukan.
5)
Selalu dilakukan.
NIC : Pengurangan Cemas a.
Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
b.
Tenangkan anak / pasien.
c. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.(takhikardi, eskpresi cemas non verbal) d.
Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.
e.
Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
Post Operasi Dx 6
: Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
NOC : Level Nyeri Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang. Kriteria hasil : a.
Melaporkan nyeri
b.
Frekuensi nyeri.
c.
Lamanya nyeri
d.
Ekspresi wajah terhadap nyeri
Skala : 1)
Tidak pernah dilakukan
2)
Jarang dilakukan
3)
Kadang dilakukan
4)
Sering dilakukan
5)
Selalu dilakukan
NIC : Menejemen Nyeri Intervensi : a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. b.
Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
c.
Berikan analgesik yang sesuai.
d.
Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
e.
Tingkatkan istirahat pasien.
Dx 7
: Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.
NOC : Kontrol Infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil: a.
Dapat memonitor faktor resiko
b.
Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko
c.
Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi.
d.
Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko.
Keterangan Skala : 1)
Tidak pernah menunjukkan
2)
Jarang menunjukkan
3)
Kadang menunjukkan
4)
Sering menunjukkan
5)
Selalu menunjukkan
NIC: Kontrol Infeksi
a.
Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.
b.
Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan.
c.
Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV.
d.
Lakukan teknik perawatan luka yang tepat.
Dx 8
: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengajaran pengobatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kurang pengetahuan dengan skala 4 sehingga pengetahuan pasien dan keluarga dapat bertambah
NOC : Knowledge: Diet a.
Menyebutkan keuntungan dan diet yang
b.
Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan
c.
Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang.
Keterangan : 1 : Tidak mengetahui 2 : Terbatas pengetahuannya 3 : Sedikit mengetahui 4 : Banyak pengetahuannya 5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks NIC
: Pengajaran Pengobatan
a.
Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuan obat.
b.
Informasikan kepada anak akibat tidak minum obat.
c.
Ajarkan anak untuk minum obat sesuai dnegan dosis.
d.
Informasikan kepada anak dan keluarga tentang efek samping.
Evaluasi
Dx 1
: Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi. Skala
a.
Reflek makan 4
b.
Tidak tersedak saat makan 4
c.
Tidak batuk saat menelan 4
d.
Usaha menelan secara normal 4
e.
Menelan dengan nyaman 4
Dx 2
: Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
a.
Mengenali faktor penyebab. 4
b.
Mengenali serangan nyeri. 4
c.
Tindakan pertolongan non analgetik 4
d.
Mengenali gejala nyeri 4
e.
Melaporkan kontrol nyeri 4
Dx 3
: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
a.
Adanya peningkatan BB sesuai tujuan 4
b.
BB ideal sesuai tinggi badan 4
c.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4
d.
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 4
Dx 4
: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
a.
Suhu tubuh dalam rentang normal 4
b.
Suhu kulit dalam batas normal 4
c.
Nadi dan pernafasan dalam batas normal 4
Dx 5
: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
a.
Ansietas berkurang 4
b.
Monitor intensitas kecemasan 4
c.
Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn 4
d.
Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada 4
Dx 6
: Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
a.
Melaporkan nyeri 4
b.
Frekuensi nyeri. 4
c.
Lamanya nyeri 4
d.
Ekspresi wajah terhadap nyeri 4
Dx 7
: Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.
a.
Dapat memonitor faktor resiko 4
b.
Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko 4
c.
Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi 4
d.
Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko 4
Dx 8
: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
a.
Menyebutkan keuntungan dan diet yang baik 4
b.
Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan 4
c.
Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang 4
BAB III TINJAUAN KASUS
Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 20.20 WIB. 1.
Pengkajian.
a.
Biodata.
1)
Identitas pasien
a)
Nama
: A.n N
b)
Pangkat/Gol
:-
c)
Kesatuan
:-
d)
Jens kelamin
: Laki-laki.
e)
Pendidikan
: SD.
f)
Agama
: Islam.
g)
Alamat
h)
Tgl masuk RS : 6 januari 2014.
2)
Penanggung Jawab
a)
Pekerjaan
b)
Alamat
: Jl. Bono Keling No 8 PA I, banyurejo, Mertoyudan.
3)
Dx Medis
: Post Op. Tonslitis Akut.
b.
Keluhan utama
: Umur NRP/Nip
: 11 Th. :-
: Jl. Bono Keling No 8 PA I, banyurejo, Mertoyudan.
:
: PNS Gol II D.
: Sakit pada tenggorokan.
c. Riwayat penyakit sekarang :Pasien mengatakan bahwa sebelum masuk Rmah Sakit, pasien sering radang pada tenggorokan dan badannya panas. Setelah meakukan pengkajian mendapat data bahwa pasie mengatakan sakit pada tenggorokan, untuk berbicara susah, terasa
ada yang mengganjal di tenggorokan, untk menelan terasa sakit dan badan terasa lemas serta sering tidur. d. Riwayat penyakit dahulu Sakit sebelumnya.
: Pasien mengatakan bahwa belm pernah masuk Rumah
e. Riwayat penyakit keluarga penyakit yang sama.
: Pasien mengatakan bahwa tidak mempunyai riwayat
f.
Pemeriksaan Fisik.
Keadaan Umum
: Lemah.
Kesadaran
: Compos Mentis.
Tanda-tanda vital
: TD = 100/70, S = 36 , N = 84, RR = 20
BB
: 29 Kg.
TB
: 134 Cm.
IMT
: 16,15
Kepala
: Bentuk Mesochepal, tidak ada luka.
Rambut : Penyebaran merata, tidak terdapat lesi, warna rambut hitam, tidak mudah dicabut dan tidak ada ketombe. Mata : Konjungtiva tidak anemis, skela tidak ikterik, warna mata hitam kecoklatan dan tidak menggunakan alat bantu. Telinga menggunakan alat bantu.
: Tidak terdapat serumen, pendengaran normal dan tidak
Hidung
: Tidak terdapat polip, tidak ada secret dan penciuman normal.
Mulut : Penyebaran gigi teratur, bibir lembab, tidak terdapat sistematis, tidak ada caries, lidah dan gigi bersih. Leher : Reflek menelan sulit, adanya luka tonsilektomi, adanya nyeri telan saat menelan makan/minum, dan adanya luka memerah di tenggorokan. Paru
Inspeksi
: Pengembanag paru-paru normal, bentuk tidak simetris.
Palpasi
: Vocal fermitus kanan dan kiri normal.
Perkusi
: Sonor.
Aukultasi Jantung
:Tidak ada wheezing dan ronchi suara vesikuler. Inspeksi
: Ictus Cordis tidak tampak.
Palpasi
: Ictus Cordis teraba di mid linea clavikula 5 ± 2 cm.
Perkusi
: Redup.
Aukultasi
: Tidak ada Gallop dan tidak ada Mur-mur.
Abdomen
Inspeksi
: Datar, berwarna coklat dan tidak ada Striae.
Auskultasi
: Bising usus sebanyak kurang lebih 12 kali per menit.
Palpasi
: Tidak ada pembesaran hepar dan limfe.
Perkusi
: Tympani.
Externitas
Atas
: Terpasang infuse RL 16 Tpm.
Bawah
: Pergerakan kaki bebas.
Genetalia : Tidak terdapat hemoloid, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada lesi, bersih dan tidak terasa nyeri. Kulit
: Teraba hangat, turgor kulit baik, warna kecoklatan.
Pengkajian Nyeri : P : Nyeri terjadi pada saat menelan. Q : Mengganjal. R : Tenggorokan. S : 7 (skala 0-10). T : Terus-menerus.
g.
Data Penunjang.
1)
Laboraturium
6
WBC : 7,7 10³/mm³ (3,5-10,0)
MCV : 8,5 Nm³ (80-97)
RBC : 4,44 10 /mm³ (3,80-5,80)
MCH : 27,3 Pg (26,5-33,5)
HGB : 12,1 9/d1 (11,0-16,5)
MCHC : 32,2 9/d1 (31,5-35,0)
HCT : 37,7 % (35,0-50,0)
RDW
: 13,2 % (10,0-15,0)
PLT : 461 10³/mm³ (150-390)
MPV
: 7,3 Nm³ (6,5-11,0)
PCT : 337 % (100-500)
PDW
: 13,4 % (10,0-18,0)
DIFF : % LYM : 51,6 H% (17,0-48,0)
# LYM : 3,9 H 10³/mm³ (1,2-3,2)
% MON : 5,3 % (4,0-10,0)
# MON : 0,4 10³/mm³ (0,3-0,8)
% GRA : 43,1 % (43,0-76,0)
# GRA
2)
Rongent
3)
EKG
h.
Terapi.
1)
Infus RL 16 TPm
2)
Zibag 2 x 750
3)
Kalinex 3 x ½
4)
Dexa 3 x ½
5)
Tramal 2 x ½
2.
Pengumpulan Data.
DS
a.
: 3,4 10³/mm³ (1,2-6,8)
-
-
Pasien mengeluh sakit pada tenggorokan.
b.
Pasien mengatakan susah bicara seperti ada yang mengganjal.
c.
pasien mengeluh sakit pada saat menelan.
d.
Pasien mengeluh badannya terasa lemas.
e.
Pasien mengatakan sering tidur.
7
DO
a.
TTV =
TD = 100/70
S = 36
N = 84
RR = 20
b.
Wajah pasien tampak menahan sakit saat menelan.
c.
gorokan dengan warna merah.
d.
Selama pengkajian klien masih belum mendapatkan diit kecuali ice cream.
e.
Pasien nampak lemas saat dilakukan pengkajian.
f.
Pasien hanya tidur di atas tempat tidur.
3.
Analisa Data.
NO DATA
MASALAH
ETIOLOGI
1
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Tindakan pembedahan
DS : Klien mengeluh nyeri pada tenggorokan, susah untuk berbicara terasa seperti ada yang
mengganjal DO : Ekspresi wajah tampak menahan sakit. Terdapat luka pada tenggorokan. P = saat menelan Q = mengganjal R = tenggorokan S=7 T = terus-menerus
2.
DS : Klien mengatakan sakit saat menelan
Gangguan kebutuhan nutrisi
Kesulitan menelan
Intoleransi aktivitas
Kelemahan
DO : Selama pengkajian klien masih belum mendapat diit kecuali ice cream
3.
DS : Pasien mengeluh badannya lemas dan sering tidur DO : pasien tampak lemas saat dilakukan pengkajian. Pasien hanya tidur di atas tempat tidur.
Perumusan diagnosa Keperawatan sesuai prioritas. a.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan tindakan pembedahan.
b.
Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kesulitan (nyeri) telan.
c.
Intoleransi kebutuhan berhubungan dengan kelemahan.
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
DIAGNOSA TGL/JAM KEPERAWA TAN
PERENCANAAN
7 Januari 2014
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang.
Gannguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan tindakan pembedahan
TUJUAN
Kriteria hasil : Nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 3
RENCANA TINDAKAN
IMPLEME NTASI
1. Kaj skala 1. Mengk nyeri. aji skala nyeri. 2. Monitor TTV 2. Memon itor TTV. 3. Ajarkan tehnik 3. Mengaj relaksasi. arkan tehnik relaksasi 4. Kolabora seperti si pemberian menarik obat nafas dalam analgesic dari hidung mulut. 4. Kolabo rasi pemberian obat analgesic
7 Januari 2014
Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kesulitan (nyeri) telan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien dapat memenuhi
1. Monitor berat badan. 2. Tingkatk an kenyamanan lingkungan saat makan. 3.
Sajikan
1. Memon itor berat badan. 2. Mening katkan kenyamana n lingkungan
EVALUASI
8 januari 2014 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang. O : Pasien sudah tampak lebih tenang skala 3. A : Nyeri yang dirasakan pasien sedikit P : lanjut intervensi 1,2,4 S : Pasien mengatakan diit yang diberikan habis. O : Pasien sudah tidak lemas, tidak pucat dan
PARAF
nutrisi. Kriteria hasil : diharapkan pasien dapat menghabiska n menu makanan yang diberikan.
makanan sesuai diit. 4. Berikan cairan infus yang mengandung nutrisi. 5. Jelaskan nutrisi yang
saat makan. 3. Menyaj ikan makanan yang sesuai diit seperti susu, makanan lunak dan bubur.
sudah terpasang infus. A : Masalah teratasi sebagian. P : lanjut intervensi.
4. Membe rikan cairan DIAGNOSA TGL/JAM KEPERAWA TAN
PERENCANAAN TUJUAN
RENCANA TINDAKAN adekuat. 6. Beri dorongan individu untuk makan khususnya makanan yang lunak. 7. Kolaborasi dengan vitamin penambah nafsu makan.
IMPLEME NTASI infus yang mengandun g nutrisi 5. Menjelas kan pentingnya nutrisi yang adekuat. 6. Memberi d orongan individu untuk makan khususnya yang lunak. 7. Berkolabora si dengan vitamin
EVALUASI
PARAF
penambah nafsu makan. 7 Januari 2014
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan adanya peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik.
1. Observa si kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
1. Meng observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
2. Anjurka n pasien 2. Meng untuk anjurkan beraktivitas. pasien untuk 3. Ajarkan beraktivitas gerak aktif seperti dan pasif. miring Kriteria hasil 4. Kolabor kanan / : Pasien dapat asi dengan miring kiri. menunjukkan pemberian 3. Meng adanya vitamin. ajarkan peningkatan gerak aktif kemampuan dan pasif. dalam melakukan 4. Berkol aktivitas aborasi fisik. dengan pemberian vitamin.
BAB IV PEMBAHASAN
8 Januari 2014 S : Pasien mengatakan sudag beraktifitas sendiri. O : Pasien dapat beraktivitas sendiri. A : Masalah teratasi sebagian. P : Lanjut intervensi 1,2,4
Setelah penulis mampelajari tinjauan teori dan membandingkannya dengan tinjauan kasus, maka penulis mendapat beberapa kesenjangan dan persamaan selama dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada an.N dengan penyakit Tonsilitisakut yang antara lain :
1.
Pengkajian.
Selama dalam tahap pengkajian terhadap an.N baik dalam wawancara dan observasi tidak menemui hambatan yang berarti . Hal in terjadi karena respon yang positif pasien terhadap perawat dan dukungan dari keluarga pasien yang menginginkan pasien cepat sembuh. Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengumpulan data yang dbantu oleh pasien itu sendiri dan info dari keluarga pasien serta status pasien yang berkolaborasi dengan Dokter serta ahli gizi guna menangani pasien selama berada di Rumah sakit Dr. Soedjono Magelang. Informasi tersebut benar adanya dengan keadaan yang dikatakan pasien dan keluarga serta pemeriksaan pennjang lainnya. Setelah tanda-tanda tersebut didapat kemudian dirumuskan diagnosa keparawatan pasien melalui analisa data dan didapatkan diagnosa keperawatan pasien antara lain : a.
Gangguan rasa nyaman (nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan).
b.
Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kesulitan (nyeri) telan.
c.
Intoleransi kebutuhan berhubungan dengan kelemahan.
Ketiga diagnose di atas di dapatkan pada landasan teori, keadaan in menunjukkan bahwa keadaan pasien benar mengalami penyakit Tonsitis Akut. Dibandingkan denag diagnosa yang ada di teori, ada beberapa diagnose yang tidak muncul, yaitu : a.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
b.
Kurang pengetahuan tentang Diet, berhubungan dengan kurang adanya informasi.
Kedua diagnosa tersebut tidak muncul karena pasien tidak mengalami tanda-tanda yang menunjukkan gejala timbulnya masalah –masalah di atas seperti adanya adanya resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan denagn prosedur invasif dxan kurang pengetahuan tentang Diet yang berhubungan denagn kurang informasi.
Dalam pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan perlu dilakukan hubungan interaksi yang baik dan komunikasi terapoetik dengan pasien dan keluarga karena menimblkan perasaan rendah diri pada pasien.
BAB V PENUTUP
1.
KESIMPULAN.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan mulai tanggal 07 Januari 2014 hingga selesai pengumplan data yang dibutuhkan penulis untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami Tonvilitis Akut diperlukan proses keperawatan yang jelas dan sistematis dengan melibatkan peran serta pasien dan keluarga. Seingga terjalin hubungan yang terapeutik antara perawat dan pasien serta keluarga. Hal ini akan sangat membantu perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan yang direncanakan berdasarkan masala yang dihadapi pasien. Karena masalah yang dihadapi pasien sangat kompleks berhubungan dengan faktor interaksi pasien di masyarakat terhadap pasien bila sudah dinyatakan sembuh dari Rumah Sakit. Tonsilektomi / Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembekakan dari jaringan Tonsil dengan pengumpalan Leokosit, sel-sel epitel mati dan bakteri pathogen dalam kripto. Selama pengkajian hingga proses keperawatan pada pasien Tonsilitis Akutini, penlis dapat memahami dan menerapkan pendekatan proses asuhan keperawatan. Penlis dapat menyusun intervensi dan implementasi pada pasien penderita Tonsilitis Akut serta dapat membuat diagnosa berdasarkan analisa data dan tinjauan teori. Setelah dilakukan proses keperawatan , jadi apapun yang bersifat pengetahuan, hartusnya terlebih dahulu mengetahui dan mempelajari teori, karena teori merupakan hasil penelitian dan pengamatan para ahli yang sudah terpercaya. Denagn begitu penulis masih harus banyak belajar lagi sehingga mampu menerapkan sistem pendokumentasian keperawatan yang benar dan nayta pada penderita Tonsilitis Akut.
2.
SARAN.
Penulis menyadari bahwa penulis masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun bagi penlis.
Saran dapat berupa : a. Untuk perawat dan tenaga medis agar selalu meningkatkan keprofesionalisme agar mempercepat proses penyembuhan. b. Untuk pasien diharapkan makan sedikit tapi sering, belajar gera aktif dan pasif untuk mempercepat kesembuhan. c. Untuk keluarga pasien hendaknya mendukung moril pasien untuk mempercepat pemulihan. d. Pemberian penyuluhan kesehatan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui tentang gejala dan dapat mengetahui pencegahan penyakit Tontilitis Akut.
DAFTAR PUSTAKA Adams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC. Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius. Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC. Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan.Jakarta:Gramedia. Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC. Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC. http://www.medicastore.com diakses tanggal 12 Juni 2008. http://fkui.firmansriyono.org.com diakses tanggal 12 Juni 2008. http://imammegantara.blogspot.com diakses tanggal 12 Juni 2008.
Diposting oleh Dewi Siti di 03.33 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Tidak ada komentar: Posting Komentar Posting Lebih BaruBeranda Langganan: Posting Komentar (Atom) Mengenai Saya
Dewi Siti Lihat profil lengkapku Arsip Blog
▼ 2015 (2) o
▼ Januari (2)
Pernah Punya Masalah dg Hati ???
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP TONSILITIS AKU...
Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.
Kumpulan ASKEP Minggu, 14 Oktober 2012 Laporan Kasus pada An. R dengan Tonsilitis ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI PADA An. R DENGAN TONSILITIS KRONIK HIPERTROFI DI RUANG RAFLESIA RSU BANJAR
I.PENGKAJIAN A.Identitas 1.Identitas Klien Nama
: An. R
Umur
: 9 tahun
Jenis Kelamin Anak ke
: Laki-laki :2
Pendidikan
:-
Suku/bangsa
: Sunda/Indonesia
Tanggal Masuk RS : 26 september 2012 NO.MED.REC
: 205694
Ruang/kamar
: Raflesia/ II
Diagnosa Medis
: Tonsilitis Kronik Hipertrofi
Tanggal Pengkajian
: 27 september 2012
:Dusun Babakan Rt/02 Rw/07 Desa Babakan,Kec.
Pangandaran-Ciamis
2.Identitas Penanggung Jawab : Nama
: Tn. D
Umur
: 46 tahun
Pendididkan
: SMP
Pekerjaan
: Wiraswasta
Suku/Bangsa
: Sunda/Indonesia
: Dusun Babakan Rt/02 Rw/07 Desa Babakan, Kec.
Pangandaran-Ciamis
B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri menelan. Nyeri yang di rasakan klien hanya di daerah tenggorokan. 2. Riwayat Kesehatan saat ini : Pasien datang ke rumah sakit tanggal 26 september 2012 dan di rawat di ruang raflesia kamar II. Pada saat di kaji tanggal 27 september 2012 klien mengeluh nyeri menelan. Nyeri bertambah hebat jika klien makan atau minum, tenggorokan klien terasa nyeri. 3. Riwayat Kesehatan Dahulu : Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami penyakit ini sejak 1 tahun yang lalu, dan belum pernah melakukan tindakan operasi di Rumah Sakit. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan di keluarga nya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
C.Keadaan Umum 1. Penampilan
: Klien terlihat lemas.
2. Kesadaran
:
Kualitas
: Composmentis
Kuantitas
: E=4, M=6, V=5, GCS=15
Fungsi kortikal (orientasi) : Baik mampu mengenal ruangan,waktu,tempat,dan orang-orangyang ada di sekitarnya. 3. Berat badan/Tinggi badan ; 4. TTV T =36,40 C P = 80x/menit R = 20x/menit S = 100/80 mmHg
D. Pemeriksaan Fisik 1. Kepala dan rambut Bentuk simetris tidak ada lesi atau benjolan,tidak ada nyeri. 2. Mata Bentuk simetris, konjungtiva merah muda,sklera mata putih,tidak memakai alat bantu penglihatan,lapang pandang baik,tidak ada keluhan. 3. Hidung Bentuk simetris,tidak ada lesidan benjolan,fungsi penciuman baik. 4. Telinga Bentuk simetris, telinga bersih, fungsi pendengaran baik. 5. Oral Cavity Mukosa bibir kering, kondisi gigi kurang bersih,tonsil klien terlihat membesar. 6. Leher Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tyroid,pergerakan leher baik. 7. Dada Bentuk simetris, pergerakan dada baik,pola nafs normal. 8. Abdomen
Bentuk simetris,tidak ada nyeri tidak ada keluhan. 9. Genetalia Tidak terpasang DC 10. Punggung dan bokong Tidak ada lesi dan dekubitus,tidak ada nyeri. 11. - Ekstremitas Atas : Bentuk simetris,kondisi kuku bersih, terpasang sebelah kiri.
infus di
- Ekstermitas bawah : Bentuk simetris,kondisi kuku bersih,pergerakan bebas,tanpa ada keluhan/nyeri. - Kekuatan Otot :
Skala otot Klien 0-5 :
* 4 = Bergerak menahan tahanan tetapi
5
4
kekuatannya
berkurang
*5 = Dapat menahan tahanan dengan Kekuatan maksimal.
5
5
12. Integumen Keadaan kulit bersih, tidak terdapat lesi dan keadaan kulit lembab.
E. Pola Aktivitas NO 1.
AKTIVITAS
DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
Bubur
Bubur
3x1
3x1
Nutrisi dan Cairan *Nutrisi Jenis Frekuensi
Tambahan
-
-
Pantangan
-
-
Keluhan
-
-
Air putih
Air putih
Frekuensi
± 7 gelas/hari
± 7 gelas/hari
Jumlah
1680 ml/hari
1680 ml/hari
± 2 jam
1 jam
8 jam/hari
± 5-6 jam/hari
-
-
Normal feces
Normal feces
1x2/hari
1x/hari
Kuning khas
Kuning khas
Kuning khas
Kuning khas
Frekuensi
2-4x/hari
3x/hari
Keluhan
-
-
Mandi
2x/hari
Di seka 1x/hari
Gosok Gigi
2x/hari
2x/hari
3x/minggu
-
*Cairan Jenis
2.
Istirahat dan Tidur Tidur siang Tidur malam Kualitas
3.
Eliminasi *BAB Bentuk Frekuensi Warna *BAK Warna
4.
Personal Hygiene
Cuci Rambut
Ganti Pakaian
1x/hari
2x/hari
F. Data Penunjang 1. Data fsikologis Klien terlihat stabil,persepsi terhadap penyakit ia yakin dan optimis akan kesembuhan penyakitnya. 2. Data sosial Hubungan klien dengan lingkungan rumah sakit dan tenaga kesehatan baik,serta dukungan keluarga sangat penuh untuk kesembuhan klien. 3. Data spiritual Klien selalu berdoa untuk kesembuhannya. 4. Data ekonomi Klien termasuk keluarga yang perekonomiannya menengah. 6. Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Hb
12,9
13-16 g/dl
Leukosit
7400
5000-10.000/ul
39
P40-48,w37-43%
4,47
P4,5-5,5,w4-5 jt/ul
351000
150.000-400.000/ul
21
P0-10, W 0-15 mm/j
Hematokrit Eritrosit Trombosit LED
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Eosinofil
3
0-1%
Basofil
0
1-4%
Batang
0
2-5%
Segmen
62
40-70%
Limfosit
31
19-48%
Monosit
4
3-9%
PT
12,5
9,8-13 detik
APTT
38,0
76-36 detik
Gol darah
B
G. Therapi Infus RL
15 gtt/menit
Cefotaxime
2x500 mg
IV
Plasminex
2x250 mg
IV
Tradosik
H. Analisa Data
1 amp
drip
NO 1.
Tgl/jam
Data
27 DS : - Klien mengeluh nyeri September pada saat menelan. 2012 11.00
-
Klien mengeluh nyeri pada tenggorokannya.
Penyebab Invasi kuman/bakteri/virus pada tonsil
DO : - Terlihat luka insisi pada tonsil klien. -
Klien terlihat meringis. Terjadinya peradangan pada tonsil
Tindakan pembeda han
Luka insisi
Nyeri
Masalah Nyeri
2.
DS : - Klien mengeluh nyeri pada daerah post op
Operatif Invasif
Resiko tinggi infeksi
DO : - Terlihat adanya luka insisi.
Penyebaran Kuman
Resti Infeksi
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN : 1.
Nyeri berhubungan dengan luka insisi pasca operasi.
2.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.
III. RENCANA KEPERAWATAN Nama
: An. R
Tgl masuk RS
: 26-09-2012
Umur
: 9 tahun
No.Med.Rec
: 205694
Diagnosa Medis
: Tonsilitis Kronik
Ruang/kamar : Raflesia/II No
1.
Tgl / jam
27 september 2012
Diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan trauma insisi
Perencanaan Tujuan & KH
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam
1.Kaji tingkat nyeri
-Mengetahui skala nyeri
08.30
pasca operasi.
diharapkan klien tidak mengeluh nyeri. Kriteria Hasil : - nyeri hilang/berkurang. - klien mengatakan tenggorokan tidak terasa sakit.
klien.
2. Anjurkan teknik relaksasi dengan distraksi dan nafas dalam.
- skala nyeri berkurang. - tonsil klien kembali normal dan tidak kemerahan.
-Membantu mengendalikan nyeri dan mengalihkan perhatian dari rasa nyeri.
3.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. -Untuk menghilangkan rasa nyeri.
2.
27 Resiko tinggi september 2012 infeksi berhubungan 09.00 dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan menunjukkan peningkatan penyembuhan luka tepat waktu dengan kriteria hasil : - Tanda-tanda infeksi tidak terjadi.
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
-Deteksi dini terjadinya infeksi.
2. Observasi TTV.
-Mengetahui keadaan umum klien danMerupakan tanda adanya infeksi apabila terjadi
peradangan.
-Antibiotik dapat mencegah sekaligus membunuh kuman penyakit untuk berkembang biak. 3. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Nama
: An. R
Tgl MRS
: 26-09-2012
Umur
: 9 tahun
No.Med.rec
: 205694
Jenis kelamin : Laki-laki No
1
Tgl/ jam
27 september 2012
No. Diagnosa keperawatan DX.I
Dx.medis Implementasi
1.Mengkaji tingkat nyeri.
10.30
: Tonsilitis Kronik
Hasil/Respon
Hasil : Skala nyeri klien 2, nyeri dengan tidak nyaman.
Hasil : 2. Menganjurkan teknik relaksasi dan distraksi.
Klien terlihat tenang.
Paraf
2.
27 september 2012
DX.II
3.Berkolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.
Respon :
1. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi.
Hasil :
11.00
2.Mengobservasi TTV.
Therapi obat masuk.
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
Hasil : T = 36,20C P =80x/menit R =22x/menit S =100/80 mmHg.
3.Berkolaborasi dengan Respon : dokter untuk pemberian Therapi obat antibiotik. masuk.
V. EVALUASI KEPERAWATAN Nama
: An. R
Tgl MRS
: 26-09-2012
Umur
: 9 tahun
No.Med.rec
: 205694
Jenis kelamin : Laki-laki Tgl / jam
Dx medis
No.DX Perkembangan Pasien Keperawatan
: Tonsilitis Kronik Paraf Pelaksana
28 sep 2012 DX.I
S : Klien masih mengeluh nyeri.
08.00
O : Skala nyeri 2 A : Nyeri belum teratasi. P : Lanjutkan intervensi
28 sep 2012 DX.II
S:-
08.30
O : Tidak terjadi tanda-tanda infeksi. A : Resiko tinggi infeksi tidak terjadi. P : Pertahankan intervensi.
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI PADA An.R DENGAN TONSILITIS KRONIK HIPERTROFI DI RUANG RAFLESIA RSU BANJAR
DISUSUN OLEH :
OVA FAUZIYAH
STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN Jl. KH. AHMAD DAHLAN NO. 20 TELP.FAX (0265) 773052 CIAMIS
TONSILITIS AKUT (TONSILEKTOMI)
A. Pengertian Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsil dengan pengumpulan lekosit, el-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Adam Boeis, 1994: 330). Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis, 1994: 337).
B. Etiologi 1.
Streptokokus hemolitikus grup A.
2.
Pneumokokus.
3.
Stafilokokus.
4.
Haemofilus influezae.
C. Pathofisiologi 1.
Terjadinya peradangan pada daerah tonsila akibat virus.
2.
Mengakibatkan terjadinya pembentukan eksudat.
3.
Terjadi selulitis tonsila dan daerah sekitarnya.
4.
Pembentukan abses peritonsilar.
5.
Nekrosis jaringan.
D. Gejala-gejala 1.
Sakit tenggorokan dan disfagia.
2.
Penderita tidak mau makan atau minum.
3.
Malaise.
4.
Demam.
5.
Nafas bau.
6.
Otitis media merupakan salah satu faktor pencetusnya.
E. Penatalaksanaan 1.
Tirah baring.
2.
Pemberian cairan adekuat dan diet ringan.
3.
Pemberian obat-obat (analgesik dan antibiotik).
4.
Apabila tidak ada kemajuan maka alternatif tindakan yang dapat di lakukan adalah pembedahan.
F. Indikasi tindakan pembedahan 1.
Indikasi absolut
a.
Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan nafas yang kronis.
b.
Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu tidur.
c.
Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan penurunan berat badan sebagai penyertanya.
d. Biopsi eksisi yang di curigai sebagai keganasan (limfoma). e.
Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya.
2.
Indikasi relatif Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi di anggap sebagai indikasi relatif.
3.
Indikasi lain yang paling dapat di terima adalah
a.
Serangan tonsilitis yang berulang.
b.
Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional (disfagia).
c.
Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6 bulan.
d. Tidak memberikan respons terhadap penatalaksanaan dan terapi.
G. Kontraindikasi 1.
Demam yang tidak di ketahui penyebabnya.
2.
Asma.
3.
Infeksi sistemik atau kronis.
4.
Sinusitis.
H. Persiapan operasi yang mungkin di lakukan 1.
Pemeriksaan laboratorium (Hb, leko, waktu perdarahan).
2.
Berikan penjelasan kepada klien tindakan dan perawatan setelah operasi.
3.
Puasa 6-8 jam sebelum operasi.
4.
Berikan antibiotik sebagai propilaksis.
5.
Berikan premedikasi ½ jam sebelum operasi.
I.
Pengkajian
1.
2.
Riwayat kesehatan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya tonsilitis serta bio- psiko- sosio- spiritual. Peredaradan darah Palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi, penurunan tekanan darah, bradikardi, tubuh teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.
3.
Eliminasi Perubahan pola eliminasi (inkontinensia uri/ alvi), distensi abdomen, menghilangnya bising usus.
4.
Aktivitas/ istirahat Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/ plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum.
5.
Nutrisi dan cairan Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah.
6.
Persarafan Pusing/ syncope, nyeri kepala, menurunnya luas lapang pandang/ pandangan kabur, menurunnya sensasi raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran.
7.
Kenyamanan Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah.
8.
Pernafasan
Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam bernafas, apnea, timbulnya periode apnea dalam pola nafas. 9.
Keamanan Fluktuasi dari suhu dalam ruangan.
10.
Psikolgis Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.
J. 1.
Masalah dan rencana tindakan keperawatan Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan jaringan atau trauma pada pusat pernafasan
Tujuan: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan secara adekuat dengan memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta hilangnya tanda-tanda distress pernafasan. Rencana tindakan: a.
Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam keadaan sejajar dengan tulang belakang/ sesuai indikasi).
b.
Lakukan suction jika di perlukan.
c.
Kaji fungsi sistem pernafasan.
d. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan batuk/ usaha mengeluarkan sekret. e.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
f.
Observasi tanda-tanda adanya ditress pernafasan (kulit menjadi pucat/ cyanosis).
g.
Kolaborasi dengan terapist dalam pemberian fisoterapi.
2.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada ekstrimitas.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik. Rencana tindakan:
a.
Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
b.
Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan.
c.
Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah kekakuan otot dan atrofi.
d. Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang lurus. e.
Bantu pasien secara bertahap dalam melakukan ROM sesuai kemampuan.
f.
Kolaborasi dalam pemberian antispamodic atau relaxant jika di perlukan.
g.
Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
3.
Penurunan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema cerebri, perdarahan pada otak.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kesadaran, kognitif dan fungsi sensori. Rencana tindakan: a.
Kaji status neurologis dan catat perubahannya.
b.
Berikan pasien posisi terlentang.
c.
Kolaborasi dalam pemberian O2.
d. Observasi tingkat kesadaran, tanda vital.
4.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara fisik
Tujuan: Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukkan suatu keadaan yang relaks dan tenang. Rencana tindakan: a.
Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan menggunakan skala.
b.
Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
c.
Ciptakan lingkungan yang tenang.
d. Ajarkan dan demontrasikan ke pasien tentang beberapa cara dalam melakukan tehnik relaksasi. e.
5.
Kolaborasi dalam pemberian sesuai indikasi.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada himisfer otak.
Tujuan: Pasien mampu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan komunikasi. Rencana tindakan: a.
Lakukan komunkasi dengan pasien (sering tetapi pendek serta mudah di pahami).
b.
Ciptakan suatu suasana penerimaan terhadap perubahan yang dialami pasien.
c.
Ajarkan pada pasien untuk memperbaiki tehnik berkomunikasi.
d. Pergunakan tehnik komunikasi non verbal. e. f.
6.
Kolaborasi dalam pelaksanaan terapi wicara. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.
Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi.
Tujuan: Pasien menunjukan peningkatan kemampuan dalam menerima keadaan nya. Rencana tindakan: a.
Kaji pasien terhadap derajat perubahan konsep diri.
b.
Dampingi dan dengarkan keluhan pasien.
c.
Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
d. Kaji kemampuan pasien dalam beristirahat (tidur). e.
Observasi kemampuan pasien dalam menerima keadaanya.
7.
Perubahan pola eliminasi defekasi dan uri berhubungan dengan an inervasi pada bladder dan rectum.
Tujuan: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan eliminasi (defekasi/ uri) secara normal sesuai dengan kebiasaan pasien. Rencana tindakan: a.
Kaji pola eliminasi pasien sebelum dan saat di lakukan pengkajian.
b.
Auskultasi bising usus dan distensi abdomen.
c.
Pertahankan porsi minum 2-3 liter perhari (sesuai indikasi).
d. Kaji/ palpasi distensi dari bladder. e.
Lakukan bladder training sesuai indikasi.
f.
Bantu/ lakukan pengeluaran feces secara manual.
g.
Kolaborasi dalam(pemberian gliserin, pemasangan dower katheter dan pemberian obat sesuai indikasi).
8.
Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi perifer yang tidak adekuat, adanya edema, imobilisasi. Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit (dikubitus). Rencana tindakan:
a.
Kaji keadaan kulit dan lokasi yang biasanya terjadi luka atau lecet.
b.
Anjurkan pada keluarga agar menjaga keadan kulit tetap kering dan bersih.
c.
Ganti posisi tiap 2 jam sekali.
d. Rapikan alas tidur agar tidak terlipat.
9.
Resiko terjadinya ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan yang berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan: Pasien menunjukan kemauan untuk melakukan kegiatan penatalak- sanaan.
a.
Identifikasi faktor yang dapat menimbulkan ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
b.
Diskusikan dengan pasien cara-cara untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.
c.
Jelaskan pada pasien akibat dari ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
d. Libatkan keluarga dalam penyuluhan. e.
Anjurkan pada pasien untuk melakukan kontrol secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Boeis,Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit, Jakarta: EGC.
Laporan Pendahuluan Tonsilektomi (Tonsilitis Akut) TONSILITIS AKUT (TONSILEKTOMI) A. Pengertian Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringa...
DOKUMENTASI KHUSUS DOKUMENTASI KHUSUS (Dokumentasi Populasi Khusus) 1. POPULASI ANAK Pendekatan keperawatan pada ana...
DOKUMENTASI
KANKER TULANG KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allh SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-N...
IDIOPATIK DIABETES MELLITUS (DM)
IDIOPATIK DIABETES MELLITUS (DM) 1. PENGERTIAN DM adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan defisiensi total atau p... IKLAN
Skip to main content
ANALYTICS
MENTIONS
PREMIUM
18
Laporan Kasus Dan Askep Operasi Tonsil
UPLOADED BY
Septiawan Putra
VIEWS
3,410
INFO
more DOWNLOADED
NoDataEtiologiMsalah1 DSKlien mengatakan sedikit cemas dalammelakukaan operasiDOKlien tampak cemasKlien gelisahKlien sering bertanya Akan di lakukantindakan operasiCemas INTRA OPERASINoDataEtiologiMsalah1 S :Tak terkajiO :Klien terpasang OPAKien tidak sadar Pasien terlentang selama 40 menit.P :14 x/menitTd : 111/ 65N : 75SAT : 86 %Efek dari anastesiumumKetidak efektifan jalan nafas POST OPERASINoDataEtiologiMsalah
S :Klien mengatakan nyeri pada bekas operasiO :Klien tampak menahan sakitKlien meringisKlien tampak gelisahTd : 130/85N : 84P : 18 x/menitSAT : 95 %Bekas luka operasiNyeri akut DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi· Cemas berhubungan dengan akan di lakukannya tindakan opersi2. Intra operasi· Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d efek anastesi3. Post operasi· Nyeri b.d adanya luka bekas o perasi INTERVENSI KEPERAWATANINTERVENSI KEPERAWATAN PRE OPERASIDiagnosaNocNicImplementasiEvaluasi
Cemasberhubungandengan akandilakukannyatindakanoperasiKlien menunjukanrasa cemasberkurang dalamwaktu 30 menitsebelum operasidengan kriteria :1. Klien mampumengungkapkanpasrah kepadatuhan.2. Klien mampumengungkapkansiap di operasi.3. Klien dapatberadaptasi saat diruang premedikasimaupun di ok.4. Tanda-tandavital stabil5. Wajah Rileks PenurunanKecemasan Binahubungansalingpercayadengan klienMembinahubungan salingpercaya denganklienS : klien mengatakan cemasO : klien tampak cemas A : cemas klien sedikitteratasi dengan adanyahubungan saling percayaP: intervensi di lanjutkan INTERVENSI KEPERAWATAN PRE OPERASIDiagnosaNocNicImplementasiEvaluasi Ketidakefektifan jalan nafasb.d efekanastesi Tujuan : napas tidaksesak Kriteria hasil : Menunjukan jalannapas paten ( klientidak merasatercekik, frekuensipernapasan dalamrentang normal Manajemen jalan napas Berikan O2denganmenggunakannasalMonitor statusoksigenpasienMemberikan O2denganmenggunakannasalMemonitor status oksigenpasien S: tak terkaji O: Kien terpasang OPA A: Klien tidak sesak P: Intervensi di lanjutkan
INTERVENSI KEPERAWATA POST OPERASIDiagnosaNocNicImplementasiEvaluasi
Nyeri b.dadanya lukabekasoperasi Kriteria hasil : 1. Klienmelaporkan nyeriberkurang dg scala2-32. Ekspresi wajahtenang3. klien dapatistirahat dan tidur ManajemenNyeri :· Kaji skalanyeri· Ajarkantekniskrelaksasinapas dalamuntukmengetasinyeri.· Kolaborasipemberiananalgetikuntukmenguranginyeri.· Evaluasitindakanpengurangnyeri· Monitor TTVMengkaji skalanyeri.Mengkolaborasipemberiananalgetik untukmenguranginyeri. Mengevaluasitindakanpengurangannyeri. Memonitor TTV S: klien mengataan nyeripada tenggorokan O: Klien tampek meringis A: setelah melakukanpengkajian skala nyeri, makanyeri klien teratasi, berikananalgetik apabila nyeridatang. Evaluasi tindakanpengurangan nyeri. Setelahitu pantau TTV klien P: intervensi di lanjutkan
RELATED PAPERS LAPORAN KASUS PADA NyS By Ahmad Suhir
Download
Bookmark
BAB III TINJAUAN KASUS By Slamet Riadi
Download
Bookmark
ASUHAN KEPERAWATAN PRE,INTRA DAN POST OPERASI PADA Tn ."M" DENGAN HERNIA INGUINALIS LATER… By Ari Wayhu
Download
Bookmark
7 MORE SHARE THIS PAPER
Nurleli Kurniati SHARE
About
Blog
People
Papers
Job Board
Advertise
We're Hiring!
Help Center
Terms
Privacy
Copyright
Academia ©2018