31 1 110KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF NEWBORN (TTN) DI RUANG NICU MAYAPADA HOSPITAL JAKARTA SELATAN
DENI DARMANSYAH 21218037
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PERTAMEDIKA JAKARTA 2018
LAPORAN PENDAHULUAN TRANSIENT TACHYPNEA OF NEWBORN (TTN) A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang biasanya berlangung short-lived (< 24 jam) dan bersifat self-limited serta terjadi sesaat setelah ataupun beberapa jam setelah kelahiran, baik pada bayi yang prematur maupun pada bayi yang matur (lahir aterm). (Brooker, 2008). Transient tachypnea of the newborn (TTN) adalah keadaan bayi baru lahir (newborn) mengalami pernapasan yang cepat dan butuh usaha tambahan dari normal karena kondisi di paru-paru. Sekitar 1% dari bayi baru lahir mengalami hal ini dan umumnya menghilang setelah beberapa hari dengan tatalaksana yang optimal. (Stefano, 2005). Transient tachypnea of the newborn (TTN) yaitu pernapasan cepat (frekuensi nafas > 60 x/menit ) sementara yang terjadi pada bayi waktu lahir umunya cukup bulan dan biasanya ringan serta dapat sembuh sendiri dengan perawatan yang baik. (Stuart and Sunden, 2001). B. ANATOMI FISIOLOGI Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah salah satunya system pernafasan. Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru. a. Perkembangan paru-paru Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabangcabang membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah kelahiran sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan bukti gerakan nafas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Kematangan paru-paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru, yang
disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. Dua faktor yang berperan pada rangsangan pertama nafas bayi : 1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan dua rahim yang merangsang pusat pernafasan otak. 2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paruparu selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paruparu secara mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan teratur dan berkesinambungan. Jadi sistemsistem harus berfungsi secara normal. Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama kali. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka, guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga penurunan oksigenasi jaringan akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim C. ETIOLOGI Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau respiratory distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur (paru-paru bayi prematur belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko TTN pada bayi baru lahir di antaranya: a. Lahir secara secar b. Lahir dari ibu dengan diabetes c. Lahir dari ibu dengan asma d. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age). Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar. Perubahan hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan secar tidak mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami penumpukan cairan di paru-paru saat mereka menarik napas untuk pertama kali. D. PATOFISIOLOGI Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan bayi tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat oksigen dari pembuluh darah plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di paru-paru bayi mulai berkurang sebagai respon dari perubahan hormonal. Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir (tekanan mekanis terhadap thoraks). Setelah lahir bayi mengambil napas pertamanya
dan paru-paru terisi udara dan cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan yang masih tersisa kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap melalui sistem pembuluh darah atau sistem limfatik. Bayi dengan TTN mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru atau pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan untuk menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk mendapat cukup oksigen ke paru-paru. E. TANDA DAN GEJALA a. Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit b. Napas cuping hidung (nasal flare) c. Sela iga cekung saat b ernapas (retraksi interkostal) d. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis) e. Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas f. Selain tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak seperti bayi lainnya F. KOMPLIKASI Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti : a. Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan nutrisi pada organ-organ vital (otak, jantung, paru, ginjal. b. Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia). G. TES DIAGNOSTIK a. Pemeriksaan Laboratorium 1. Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan. Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan (PCO2 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi, merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain. 2. Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan polisitemia.
3. Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri. b. Pemeriksaan Radilogi Rontgen thoraks. Berikut adalah gambaran khas pada TTN: 1. Hiperexpansi paru, khas pada TTN. 2. Garis prominen di perihiler. 3. Pembesaran jantung ringan hingga sedang. 4. Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral. 5. Cairan di fisura minor dan perlahan akan te rdapat di ruang pleura. 6. Prominent pulmonary vascular markings. H. PENATALAKSANAAN MEDIS Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di NICU (perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung, pernapasan dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pernapasan menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker, selang di bawah hidung atau kotak oksigen (headbox). Jika bayi tetap berusaha keras untuk bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive airway pressure (CPAP) dapat digunakan untuk memberikan aliran udara ke paruparu. Dengan CPCP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin secara berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk membantu paru-paru tetap terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi. Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat sehingga bayi tidak dapat mengisap,menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada kasus ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula darah bayi tetap terjaga. Dalam 24-48 jam proses pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika keadaan bayi belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab lainnya yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih
dari TTN umumnya bayi akan pulih sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul segera hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat. I. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas TTN biasanya terjadi pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang biasanya berlangung short-lived (< 24 jam). b. Riwayat Penyakit Lahir secara secar,lahir dari ibu dengan diabetes, lahir dari ibu dengan asma, bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age). c. Riwayat Maternal
Usia Gestasi
Kehamilan Ganda
Status ekonnomi rendah, mal nutrisi, ANC rendah
Adanya riwayat TTN pada kehamilan sebelumnya
Infeski TORCH
Kondisi kehamilan : tousemia gravidarum, KPD
Pengoonaan narkoba, rokok, obat.
d. Riwayat Kelahiran
Gestasi (aterm / premature)
BB (Berat Badan)
Apgar Score
e. Sistem Sirkulasi Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160 kali / permenit) f. Neurosensori Tubuh panjang kurus, lemas dengan perut gendut, adanya edema
g. Sistem Pernafasan Afgar score mungkin rendah, pernfasasan cepat (takipnea), pernfasan dalam, pernafasan menggunakan cuping hidung, adaya retraksi dinding dada, retraksi dinding perut. h. Makanan dan Cairan Secara oral atau dengan menggunakan OGT i. Keamanan Suhu berflukstuasi dengan mudah, mudah menangis / rewel, tampan gelisah j. Sistem Pencernaan Adanya refleks menghisap dan menelan, jika tidak ada gunakan OGT k. Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi Perlu kita perhatikan adanya tachypnea, dyspnea, cyanosis sirkumoral pernafasan cuping hidung. Perlu kita perhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam saat fase inspirasi. Pernapasan >60x/m. 2) Palpasi Nadi kemungkinan mengalami peningkatan (takikardi) 3) Perkusi 4) Auskultasi 2. Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan belum terbentuknya zat surfaktan dalam tubuh. b. Resiko tinggi gangguan termoregulasi : hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit. c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi. d. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
3. Implementasi Keperawatan NO 1
DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakefektifan pola Tujuan: napas dengan
TUJUAN
INTERVENSI a. Posisikan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan belum asuhan keperawatan se;ama 3
terbentuknya surfaktan dalam tubuh.
zat x
24
jam
masalah
ketidakefektifan pola nafas teratasi.
semi
powler b. Auskultasi
suara
napas,
b. Suara napas tambahan dapat
catat adanya suara napas
menjadi sebagai tanda jalan
tambahan
napas yang tidak adekuat
O2,TTV
a. Tidak ada sianosis dan disipnea, mendemonstrasi batuk
efaktif
dan
suara nafas yang bersih b. Menunjukan jalan nafas yang paten ( pelayan tidak
d. Berikan
pelembab
udara
kasa basah Nacl lembab e. Kolaborasi pemberian
sepsis
02
suara nafas abnormal )
pemberian
respirasi
dan
status O2 sering ditemukan yang menyebabkan TTV tidak dalam rentan normal
sesuai
d. Mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat
f. Memaksimalkan sediaan 02 dengan
terjadinya
dalam
indikasi
indikasi
c. Pada
gangguan
merasa tercekik, tidak ada c. Tanda-tanda vital dalam
a. Posisi semi powler dapat memaksimalkan ventilasi
c. Monitor respirasi dan status
Kriteria hasil:
kan
pasien
RASIONAL
kolaborasi 02
sesuai
masuk organisme e. Menentukan
intervensi
untuk meningkatkan 02 f. Memaksimalkan sediaan 02
rentang normal
untuk pertukaran gas
d. Tanda distres pernafasan 2
tidak ada Resiko tinggi gangguan Tujuan. :
a. Tempatkan
termoregulasi : hipotermi Setelah dilakukan tindakan
bayi
pada
tempat yang hangat b. Atur suhu incubator
lapisan lemak pada kulit.
c. Pantau suhu tubuh setiap
tetap normal.
b. Menjaga
2 jam d. Observasi TTV bayi
a. Suhu 36,5° - 37,5° C
e. Hindari menyentuh bayi dalam
c. Bayi tidak rewel
basah
kestabilan
suhu
tubuh c. Memonitor perkembangan
Kriteria hasil : b. Bayi tidak kedinginan
terjadinya
hipotermi
b.d belum terbentuknya keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh
a. Mencegah
keadaan
d. Mengetahui
tangan
adanya
hipotermi / hipertermi dan menentukan intervensi e. Mencegah hipotermi
terjadinya dan
mencegah
bayi kedinginan. 3
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang
kebutuhan berhubungan ketidakmampuan
Tujuan : dari Mempertahankan
a. Berikan cairan IV dengan a. Glukosa digunakan sebagai dan
tubuh mendukung intake nutrisi dengan Kriteria hasil: a. Klien mendemonstrasi kan
kandungan glukosa sesuai
pengganti cadanngan energi
kebutuhan neonatus.
dalam tubuh
b. Mengidentifikasi
factor b. Indikasi pemangsangan
yang menyebabkan sulit
OGT
menerima nutrisi.
intake
makanan
yang
adekuat dan metabolisme tubuh.
menelan.
c. Membantu memperbaiki
c. Rujuk kepada ahli diet
gizi pada bayi
untuk membantu memilih
b. Intake
makanan
meningkat,
tidak
ada
cairan
yang
dapat
memenuhi kebutuhan gizi.
penurunan BB lebih lanjut, menyatakan 4
Risiko
tinggi
berhubungan penurunan tubuh.
perasaan
sejahtera. infeksi Tujuan. :
a. Berikan isolasi atau pantau
dengan Setelah dilakukan tindakan daya
tahan keperawatan selama 3 x 24
pengunjung sesuai indikasi b. Cuci tangan sebelum dan
jam diharapkan tidak ada
sesudah
melakukan
terdapat
aktivitas
walaupun
injeksi
dengan
kriteria hasil:
menggunakan
a. Suhu dalam batas normal (
tangan steril.
36,5° - 37,5° C )
terapi
selama
masa
posisi, napas dalam / batuk d. Batasi penggunaan alat / prosedur
invasif
pengunjung untuk
jika
dibutuhkan
melindungi
imunosupresi
pasien dan
mengurangi
risiki
kemungkinan infeksi b. Mengurangi
c. Dorong sering menggati
b. Perkembangan status klien membaik
sarung
a. Isolasi/pembatasan
kontaminasi
silang c. Bersihan paru yang baik mencegah pneumonia d. Mencatat
tandatanda
c. Tidak ada tanda – tanda infeksi pada tali pusat dan daerah pemasangan infus d. Leukosit normal tidak ada peningkatan
memungkinkan e. Kolaborasi
pemerikasaan
leukosit pada bayi f. Observasi adanya tanda – tanda infeksi
inflamasi atau infeksi lokal, perubahan
pada
karakter
drainase luka atau sputum dan urine. Mencegah infeksi yang berkelanjutan e. Mengetahui adanya reaksi infeksi
dengan
adanya
peningkatan leukosit dalam darah. f. Mengetahui tanda infeksi secara dini.
PATHWAY Sebelum lahir paru paru bayi terisi cairan
Di dalam kandungan bayi bernafas mendapat suplai oksigen dari plasenta Bayi Aterm
Lahir dengan SC Cairan amnion masih tersisa di dalam paru Imaturasi paru Ventilasi inadekuat 02 kurang dalam tubuh
Bayi Baru Lahir dengan TTN
Lahir Spontan
Terdapat secret di paru
Jaringan lemak di subkutis tipis
Cairan dalam tubuh keluar
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Pengaturan suhu tubuh yang belum matur Risiko ketidakefektifan termoreguasi
Nafas cepat (takipnea) Takipnea Ketidakefektifan pola nafas Ketidakefektifan pola nafas
Dengan spontan / suction Lihat nilai APGAR Score
APGAR Score buruk Bayi dengan tindakan gawat darurat Bayi dengan tindakan gawat darurat
APGAR Score Baik Bayi Normal
Apnea
Kurang terpajan informasi
DJJ dan Nadi menurun Kecemasan pada orang tua meningkat Janin tidak bereaksi terhdap rangsangan Kematian Bayi Proses keluarga terhenti
Ansietas
DAFTAR PUSTAKA Greenberg, M.I. 2008. Teks Atlas Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Hasal, R. 2005. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Jakata : FKUI. Rahajoe, N. Supriyanto, dkk.2012. Buku Ajar Respirasi Anak Edisi I. IDAI : Jakarta.