Makalah Proses Turunnya Alquran [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

PROSES TURUNNYA AL-QUR’AN Dosen Pengampu : Dr. H. Muh. Nunung, Lc., M.Ag

Di Susun Oleh : Kelompok 3 1. Shella Aprilia 2. Ahmad Fathin 3. Nur Muhammad Assidiqi

FAKULTAS USHULUDDIN PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN TAFSIR UIN SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah mempermudah dalam pembuatan makalah ini. Shalawat beserta salam kita junjungan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan sehingga makalah dapat terselesaikan dengan judul “Proses Turuunya Al-Qur’an” dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Qur’an. Makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis membutuhkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain diwaktu yang akan datang. Makalah ini disusun dengan usaha semaksimal mungkin. Penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan lebih luas bagi kita semua khususnya pada pelajaran ini.

Jambi,

2019

Penulis

i

DAFTAR ISI Kata Pengantar ..................................................................................................................

i

Daftar Isi ...........................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

1

A. Latar belakang .......................................................................................................

1

B. Rumusan masalah .................................................................................................

1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................

2

A. Pengertian turunnya Al-Qur’an.............................................................................

2

B. Ayat yang permulaan diturunkan ..........................................................................

4

C. Pemeliharaan Al-Qur’an .......................................................................................

5

D. Turunnya Al-Qur’an secara munjaman ................................................................

8

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................

10

A. Kesimpulan ...........................................................................................................

10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

11

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tidaklah tersembunyi bagi siapapun juga bahwa tiap-tiap sesuatu dan ada kadarnya. Demikianlah sunnatullah didalam alam ini. Sejarah adalah saksi yang benar menetapkan kebenaran ini. Seseorang ahli sejarah yang hendak menggali sesuatu dari perkembangan sejarah harus mengetahui sebab-sebab kejadian dan pendorongpendorongnya, jika dia ingin mengetahui hakikat sejarah itu sebenaranya, bukan sejarah saja yang memerlukan hal demikian, ilmu-ilmu tabi’at, ilmu-ilmu kemasyarakatan dan kebudayaan serta kesusastraan juga memerlukan sebab dan musabab. Turunnya AlQur’an merupakan suatu kejadian yang sangat mengagetkan sekaligus menggembirakan hati Rasulullah SAW. Sebagaimana turunnya Surat Al‘alaq(ayat:1-5), Nabi Muhammad SAW dalam menerimanya sangatlah berat karena karena diturunkan lewat perantara malaikat jibril sesosok yang membuat Nabi SAW ketakutan. Saat malaikat jibril menyampaikan wahyu tersebut, Rasullullah juga merasa keberatan karena tidak bisa melaksakan apa yang diperintah malaikat jibril. Tetapi setelah berkali-kali malaikat jibril mengulang akhirnya Rasullah SAW dapat menerimanya. Begitupun saat menerima ayat-ayat yang lain, Rasulullah selalu merasa ketakutan dengan segala sesuatu yang mengiringi ayat-ayat tersebut. Begitu sulitnya Rasulullah dalam menerima wahyu membuktikan kalau peristiwa turunnya Al Qur’an merupakan suatu kejadian yang sangat luar biasa dan juga merupakan suatu . Dengan turunnya Al Qur’an berarti banyak hal yang perlu dikaji lebih mendalam lagi, baik dari segi sebab-sebab turunnya atau yang sering disebut Asbabun Nuzul maupun proses turunnya Al Qur’an itu sendiri. Dalam Makalah ini pembahasannya hanya terkait tentang proses turunnya Al Qur’an saja atau yang sering disebut ilmu nuzulul Qur’an.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses turunnya al-qur’an ? 2. Bagaimana tahap pemeliharaan Al-Qur’an ?

1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Turunnya Al Qur’an Secara majazi turunnya Al-Qur’an diartikan sebagai pemberitahuan dengan cara dan sarana yang dikehendaki Allah SWT sehingga dapat diketahui oleh para malaikat bi lauhil mahfudz dan oleh nabi Muhammad SAW didalam hatinya yang suci. Adapun tentang kayfiyat Al-Qur’an itu di turunkan telah terjadi penyelisihan antara para ulama. Dalam hal ini ada tiga pendapat : 1. Al-Qur’an itu diturunkan ke langit dunia pada malam al-qadr sekaligus lengkap dari awal sampai akhir. Kemudian diturunkan berangsur-angsur sesudah itu dalam tempo 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun berdasarkan pada perselisihan yang terjadi tentang berapa lama nabi bermukim di mekkah sesudah beliau di angkat menjadi rasul. Pendapat ini berpegang pada riwayat Ath Thabary dari Ibnu abbas beliau berkata “diturunkan Al-Qur’an dalam lailatul qadr dalam bulan ramadhan ke langit dunia sekaligus semuanya, kemudian dari sana (langit) diturunkan sedikit sedikit kedunia”. Dari segi isnad riwayat tersebut kurang kuat akan tetapi boleh di gunakan 2. Al-Qur’an itu di turunkan ke langit dunia dalam 20 kali lailatul qadr dalam 20 tahun atau 23 kali lailatul qadr dalam 23 tahun atau 25 kali lailatul qadr dalam 25 tahun. Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit dunia tersebut, sekedar yang hendak di turunkan dalam tahun itu kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara berangsurangsur. 3. Al-Qur’an itu permulaan turunnya ialah di malm al qadr, kemudian diturunkan setelah itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu. Adapula pendapat bahwa Al-Qur”an di turunkan tiga kali dalam tiga tingkat: 1. Di turunkan ke lauhil mahfudz. 2. Di turunkan ke baitul izzah di langit dunia. 3. Di turunkan berangsur-angsur kedunia. Menurut pendapat ulama jumhur, bahwa ”lafadz Al-Qur’an tertulis di lauhil mahfudz lalu di pindah dan di turunkan ke bumi”, dengan demikian tidak ada lagi lafadzlafadz Al-Qur’an. Di lauhil mahfudz. Menurut pendapat Hasby Ash-Shiddiqie yang di nukil bukan lafazd yang ter ma’tub, hanya di salin lalu di turunkan. Hal ini sama dengan orang yang nenghapal isi kitab Al-Qur’an, isi kitab tetap berada dalam kitab yang di salin dalam hapalan pun persis sebagai mana yang tertulis dalam kitab Al-Qur’an itu. 2

Al-Qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai dari malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 dhulhijjah Haji wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H. Permulaan turunnya Al-Qur’an ketika Nabi SAW bertahannus (beribadah) di Gua Hira. Pada saat itu turunlah wahyu dengan perantara Jibril Al-Amin dengan membawa beberapa ayat Al-Qur’an Hakim. Surat yang pertama kali turun adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Sebelum wahyu diturunkan telah turun sebagian irhas (tanda dan dalil) sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dengan sanad dari Aisyah yang menunjukkan akan datangnya wahyu dan bukti nubuwwah bagi rasul SAW yang mulia. Diantara tanda-tanda tersebut adalah mimpi yang benar di kala beliau tidur dan kecintaan beliau untuk menyendiri dan berkhalwat di Gua Hira untuk beribadah kepada Tuhannya. Al-Qur’an diturunkan pada bulan ramadhan berdasarkan nash yang jelas yang terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 :

Artinya

: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui tiga tahap, yaitu: 1. Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke lauh al-mahfuzh yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Proses pertama ini diisyaratkan dalam Q.S Al-Buruuj : 21-22 ”Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al- Qur’an

yang mulia. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh”.

dan Q.S Al-Waqi’ah :77-80 yang artinya : ”Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia, Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), Tidak 3

menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan,

Diturunkan dari Rabbil

‘alamiin. 2. Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke Bait Al-Izzah (tempat yang berada di langit dunia. Diisyaratkan dalam: Q.S Al-Qadar: 1, ”Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”. dan pada QS AdDhuhan:3, “Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. 3. Al-Qur’an diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati Nabi melalui malaikat Jibril dengan cara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat, bahkan kadang-kadang satu surat. Diisyaratkan dalam Surat Ass-Syu’ara’ 193195, “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, Dengan bahasa Arab yang jelas” B. Ayat Yang Permulaan Diturunkan Tentang ayat-ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut pendapat yang terkuat ialah ayat permulaan surah Al-alaq

Ayat-ayat tersebut diturunkan ketika Rasulullah SAW. Berada di gua Hira, yaitu disebuah gua di Jabal Nur, yang terletak kira-kira 3 mil dari kota Mekah. Terjadi pada malam hari senin, tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari usia Rasulullah 13 tahun sebelum hijriah, bertepatan dengan bulan juli tahun 610 M. malm turunnya Al-Qur’an itu disebut”lailatul qadr”atau “lailatul mubarakah” yaitu suatu malm kemulian dan keberkahan hal ini termaktub didalam Al-qur’an sebagai berikut: Bahwasanya kami telah menurunkannya(Al-qur’an pertama kali) pada malm lailatul qadr (QS. Al-Qadr ayat 1) Sesungguhnya kami telah menurunkannya ( AL-Qur’an pertama kali) pada lailatul mubarakah.(QS. Ad-Dukhan ayat 3) Saat turunnya al-qur’an pertama kali itu disebut Yaumul Furqan ialah karna Alqur’an itu membawa ajaran-ajaran dan hukum-hukum yang jelas, yang memberikan batas yang terang antara yang haq dan yang bathil, antara yang salah dan benar, dan antara yang halal dan yang haram. 4

Di samping itu ada ulama berpendapat yang mengatakan bahwa ayat-ayat alqur’an yang pertama kali diturunkan ialah surah al-fatihah. syekh Muhammad Abduh menguatkan pendapat ini dengan beberapa alasan, yaitu: 1.

Dengan memperhatikan surah al-fatihah itu yang seolah-olah yang mencakup segala pokok-poko isi al-qur’an itu secara garis besarnya, sehingga apa-apa yang tersebut dalam surah-surah berikutnya adalah merupakan keterangan perincian bagi pokokpokok yang telah disebutkan dalam surst Al-Fatihah itu. Dengan demikian ia Preambule bagi Alqur’an seluruhnya.

2.

Boleh jadi karena fungsinya sebagai preambule tersebut itu maka nabi memerintahkan supaya surah al-fatihah itu dicantumkan pada permulaan Al-Qur’an.

3.

Memang ada hadist yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dalam kitab ”Dalailun nubuwwah” yang menerangkan hal itu. Akan tetapi ada pendapat lain lagi yang menyatakan bahwa ayat yang mula-mula

diturunkan surah Ad-Dhuha. Dan ada pula yang mengatakan ayat yang mula-mula yang diturunkan surah Al-Mudatstsir. Bahkan ada pula yang mengatakan ayat-ayat surah Almuzammil.

C. Pemeliharaan Al-Qur’an Al-Qur’an sendiri yang menyatakan bahwa keotentikan (orisinalitas) al-Qur’an dijamin oleh Allah SWT, sesuai dengan firman-Nya QS. al-Hijr ayat 9 :

Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. Ayat diatas tegas-tegas menyatakan bahwa penurunan al-Qur’an dan pemeliharaan kemurniannya adalah merupakan urusan Allah SWT. Namun demikian, tidak berarti kaum muslimin boleh berpangku tangan begitu saja, sebaiknya kaum muslimin harus bersikap pro aktif dalam memelihara keaslian kitab sucinya. Adapun sejarah pemeliharaan al-Qur’an itu sendiri secara global dan umum pada dasarnya dapat ditelusuri dari 4 tahapan besar, yaitu : 1. Tahap Pencatatan di Zaman Nabi Muhammad SAW Sejarah telah mencatat bahwa pada masa-masa awal kehadiran agama Islam, bangsa Arab tergolong ke dalam bangsa yang buta aksara. Bahkan Nabi Muhammad

5

SAW sendiri dinyatakan sebagai nabi yang ummi, yang berarti tidak pandai membaca dan menulis. Kendatipun bangsa Arab tergolong buta huruf dimasa-masa awal penurunan al-Qur’an, di balik itu mereka dikenal memiliki daya ingat (hafal) yang kuat. Mereka terbiasa menghafal berbagai sya’ir Arab dalam jumlah yang tidak sedikit atau bahkan sangat banyak. Dan untuk ukuran waktu itu, keunggulan seseorang dalam bidang pengetahuan justru terletak pada mereka yang kuat hafalannya, bukan yang pandai baca-tulis. Seandainya Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang pandai baca-tulis, maka sudah dapat dipastikan bagaimana reaksi orang-orang Arab Quraisy waktu itu dalam menentang kewahyuan al-Qur’an. Kekuatan daya daya hafal bangsa Arab (dalam hal ini para sahabat) benarbenar dimanfaatkan secara optimal oleh Nabi dengan memerintahkan mereka supaya menghafal setiap kali ayat al-Qur’an di turunkan. Sementara yang pandai menulis, yang dari waktu ke waktu jumlahnya semakin bertambah banyak, oleh Nabi diperintahkan mencatat al-Qur’an setiap kali beliau menerima ayat-ayat al-Qur’an. Mengingat pada zaman itu belum dikenal zaman pembukuan, maka tidaklah mengherankan jika pencatatan al-Qur’an bukan dilakukan pada kertas-kertas, melainkan pada benda-benda seperti pelepah kurma, kulit-kulit hewan, tulangbelulang, bebatuan, dan lain-lain. Namun karena banyaknya jumlah benda yang ditulisi al-Qur’an, maka banyak tulisan al-Qur’an yang terserak-serak/tidak terkumpul disatu tempat tertentu. 2. Tahap Penghimpunan di Zaman Khalifah Abu Bakar as-Siddiq Penghimpunan al-Qur’an kedalam satu mushhaf baru dilakukan di zaman Khalifah Abu Bakar as-Siddinq (11-13 h/632-634 M), tepatnya setelah terjadinya peperangan Yamamh (12 H/633 M). Dalam peperangan Yamamah ini, konon terbunuh 70 orang syuhada yang hafal al-Qur’an dengan amat baiknya. Padahal, sebelum peristiwa yang mengenaskan itu terjadi, telah pula meninggal 70 qurra’ lainnya pada pepereangan di sekitar Sumur Ma’unah, yang terletak didekat kota Madinah. Abu Bakar as-Siddiq agar menghimpun al-Qur’an. Pada awalnya Abu Bakar merasa keberatan mengabulkan usulan Umar, dengan alasan antara lain karena Nabi tidak pernah melakukan dan memerintah untuk membukukan al-Qur’an, namun atas desakan kuat Umar Ibn Khathtab maka Abu Bakar pun setelah beberapa kali melakukan shalat istikharah menerima usulan Umar untuk membukukan al-Qur’an. 6

Untuk kegiatan yang dimaksud Abu Bakar mengangkat semacam Panitia Penghimpun al-Qur’an yang terdiri atas 4 orang dengan komposisi kepanitian sebagai berikut : Zaid Ibn Tsabit sebagai ketua, dan tiga orang lainnya yakni Ustman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib dan Ubay Ibn Ka’ab, masing-masing bertindak sebagai anggota. Panitia Penghimpun al-Qur’an yang semuanya penghafal dan penulis alQur’an termasyhur itu dapat menyelesaikan tugasnya dalam waktu kurang dari satu tahun, yakni sesudah peristiwa peperangan Yamamah (12 H/633 M) dan sebelum wafat Abu Bakar (13 H/634 M) tanpa mengalami hambatan yang berarti. Himpunan al-Qur’an yang dilakukan Zaid Ibn Sabit kemudian dipegang oleh Khalifah Abu Bakar hingga akhir khayatnya. Dan ketika kekhalifahan dipegang Umar Ibn Khathtab, himpunan al-Qur’an pun beralih ketangan Umar. Ketika Umar meninggal, dan kekhalifahan dijabat Utsman Ibn Affan, untuk sementara himpunan al-Qur’an tersebut dirawat oleh Hafsah binti Umar karena Hafsah seorang Hafizhah dan dia juga salah seorang istri Nabi disamping sebagai anak seorang khalifah. 3. Tahap Penggandaan di Zaman Khalifah Utsman Ibn Affan Ketika Utsman mengerahkan bala tentara ke wilayah Syam dan Irak untuk memerangi penduduk Armenia dan Azarbaijan, tiba-tiba Hudzaifah Ibn al-Yaman menghadap Khalifah Utsman dengan maksud memberi tahu Khalifah bahwa di kalangan kaum muslimin di beberapa daerah terdapat perselisihan pendapat mengenai tilawah (bacaan) al-Qur’an. Dengan hal itu, maka Hudzaifah mengusulkan kepada Utsman supaya perselisihan itu segera dipadamkan dengan cara menyalin dan memperbanyak alQur’an untuk kemudian di kirimkan ke beberapa daerah kekuasan kaum muslimin. Untuk kepentingan itu Utsman membentuk Panitia Penyalin Mushhaf al-Qur’an yang diketahui Zaid Ibn Tsabit dengan tiga orang anggotanya masing-masing Abdullah Ibn Zuber, Sa’id Ibn al-Ash, dan Abd ar-Rahman Ibn al-Harits Ibn Hisyam. 4. Tahap Pencetakan al-Qur’an di Zaman Modern Pemeliharaan al-Qur’an terus dilakukan dari waktu ke waktu, termasuk ketika dunia tulis menulis mengalami kemajuan dalam hal percetakan. Akan halnya bukubuku dan media cetak lainnya, al-Qur’an pun untuk pertama kali dicetak di kota Hanburg, Jerman pada abad ke 17 M. Untuk menjaga kemurnian al-Qur’an yang diterbitkan di Indonesia atau pun yang didatangkan dari luar negeri, Pemerintah Rebublik Indonesia cq. Departemen Agama telah membentuk suatu panitia yang bertugas untuk memeriksa dan 7

mentashhif al-Qur’an yang akan dicetak dan diedarkan yang diberi nama “Lajnah Pentashhif Mushhaf”. Selain itu Pemerintah RI juga sudah mempunyai al-Qur’an pusaka berukuran 1 x 2 m, yang ditulis dengan tangan oleh penulis-penulis Indonesia sendiri, mulai tanggal 23 Juni 1948 M/17 Ramadhan 1367 H dan selesai pada tanggal 15 Maret 1960 M/17 Ramadhan 1379 H, yang sekarang disimpan di Masjid Baiturrahim dalam Istana Negara.

D. Turunnya Alquran secara Munjaman Setelah Alquran diturunkan secara jumlatan, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad secara munjaman. Yang menjadi pertanyaan, kenapa Alquran itu diturunkan oleh Allah secara berangsur-angsur, padahal Allah mampu menurunkannya secara keseluruhan (kolektif) padaNabi Muhammad? Tentu ada tujuannya dan manfaatnya bagi manusia 1. Dalil Turunnya Alquran secara Munjaman a. Alquran itu telah Kami turunkan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al Israa: 106) Pernyataan yang diungkapkan Allah di atas jugamerupakan pembeda ai\tara Alquran dengankitab-kitab lainnya, yaituTaurat, Zabur, dan Injil, yang diturunkanNy a secara jumlatan (sekaligus).. b. Orang-orang kafir berkata: Kenapa Alquran itu tidak diturunkan secara jumlatan saja? Begitulah Kami perkuat hatimu dengannya sekelompok demi sekelompok. (QS.AlFurqan:32) c. Allah Menurunkan (Alquran) kepada rasul-Nya saw. Sedikit demi sedikit. (HR. Hakim dan Baihaqi) Alquran diturunkan pada malam qadar di bul Ramadhan fee langit dunia secara kolektif, selanju: diturunkan (kepada Nabi Muhammad) secara beran>: angsur. (HR. Thabrani) 2. Tujuan Alquran Diturunkan secara Berangsur-angsur Alquran sebagai petunjuk bagi manusia diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur. Diturunkannya secara berangsur-angsur itu tentunya memiliki tujuan tertentu. Di antara tujuan diturunkannya secara berangsur-angsur adalah: a. Menetapkan hati Rasulullah Yang menjadi pertanyaan kenapa hati Rasulullah perlu di-tatsbit-kanl Hal itu dikarenakan Nabi berdakwah kepada orang banyak selalu saja mendapat tantangan dari orang-orang yang anti kepadanya, tambah lagi sifat orang-orang tersebut kasar 8

dan bengis serta tidak menunjukkan sikap yang bersahabat. Maka hal seperti itu perlu diberi semangat dan kekuatan kepada Rasul bahwa apa yang dialaminya itu sama dengan yang dialami oleh nabi-nabi dan para rasul terdahulu. Untuk melemahkan lawan-lawannya (mukjizat) Orang-orang yang anti kepada Rasulullah senantiasamelakukan upaya yang dapat menyudutkannya. Di antara upaya tersebut adalah dengan mengaj ukan tantangan yang sepertinya Rasulullah tidak dapat membuktikannya. Misalnya tantangan mereka agar Rasulullah minta kepada Allah untuk menumnkan azab kepada mereka. Apa yang mereka minta itu dibuktikan oleh Allah, dan Allah menurunkan azab kepada mereka pada waktu itu juga. b. Mudah dipahami dan dihafal Bagi bangsa yang buta huruf sulit dapat menghafal dan mernahami sesuatu yang harus dipahami atau dihafal. Oleh karena itu, diturunkan Alquran itu secara berangsur-angsur menjadi mudah dihafal dan dipahami serta diamalkan. Sesuai dengan lalu lintas peristiwa atau kejadian Alquran diturunkan sesuai dengan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang muncul pada waktu itu, misalnya peristiwa tayamum sebagai pengganti wudu ketika tidak diperoleh air.

9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surah atau surat yang pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Qur’an secara keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23 tahun yakni 13 tahun waktu nabi masih tinggal di mekkah, 10 tahun waktu nabi sesudah dimadinah. Alqur’an mulai diturunkan kepada nabi Muhammad pada malam Lailatul-Qadar tanggal 17 Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan pada tanggal 6 agustus 610 Masehi. Wahyu yang pertama-tama kali diterima Nabi ialah ayat 1 smpai dengan 5 surat AlAlaq, pada waktu Nabi sedang berada di gua Hira. Sedang, wahyu terakhir yansg diterima Nabi adalah surat Al-Maidah ayat 3 pada tanggal 9 Dzul hijjah tahun ke 10 Hijriah atau 7 Maret 632 Masehi. Antara wahyu pertama dan wahyu terakhir diterima Nabi berselang kurang lebih 23 tahun

10

DAFTAR PUSTAKA Ahad Syadali,. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an 1, CV Pustaka setia abadi, Bandung: 1997 Kahar Masyur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an,Rineka Cipta, Jakarta: 1992 Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002. Abu Anwar, Ulumul Qur’an. Amzah. 2017

11