Kronologi Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia 2018-Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

TUGAS KELOMPOK PEMERIKSAAN AKUNTANSI LANJUTAN ANALISA KASUS LAPORAN KEUANGAN GARUDA INDONESIA PERSERO TAHUN 2018

KELOMPOK 5: 1. MUMPUNI WAHYUDIARTI

( 123011801054 )

2. ELVY CAMELIA

(123011801023 )

3. NILA RAHMAWATI

( 123011801058 )

4. HENDRA

(123011801034 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS TRISAKTI 2019 A. KRONOLOGI

KASUS LAPORAN KEUANGAN GARUDA INDONESIA

PERSERO TAHUN 2018 Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) yang berhasil membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding terbalik dari 2017 yang merugi US$216,58 juta menuai polemik. Dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk mendatangani laporan keuangan 2018. Keduanya menolak

pencatatan transaksi kerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi) dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan. Pasalnya, belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata hingga akhir 2018. Chairul Tanjung dan Dony Oskaria merupakan perwakilan dari PT Trans Airways selaku pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61 persen. Hingga saat ini, polemik laporan keuangan Garuda Indonesia masih terus bergulir. Berikut adalah kronologi terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda Indonesia:

a. 1 April 2019 Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Dalam laporan keuangannya, perusahaan dengan kode saham GIAA berhasil meraup laba bersih sebesar US$809 ribu, berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang merugi sebesar US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta. b. 24 April 2019 Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta. Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan tahun buku 2018. Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyampaikan keberatan mereka melalui surat keberatan dalam RUPST. Chairal sempat meminta agar keberatan itu dibacakan dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018. Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94

juta terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya masih merugi US$244,96 juta. Dua komisaris berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan itu menimbulkan kerancuan dan menyesatkan. Pasalnya, keuangan Garuda Indonesia

berubah

dari

yang

sebelumnya

rugi

menjadi

untung.

Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih besar untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan. c. 25 April 2019 Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai kabar penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis (25/4).

Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari sebelumnya Rp500 per saham. Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga penutupan perdagangan hari ini, Selasa (30/4) ke posisi Rp466 per saham atau turun persen. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen Garuda Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan manajemen terhadap laporan keuangan tahun buku 2018.

Selain manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan keuangan perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa (30/4).

d. 26 April 2019 Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal memanggil manajemen perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan membahas kasus tersebut dalam rapat internal. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah Zubir mengatakan perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia dengan manajemen akan dibahas dalam rapat internal usai reses. Dalam rapat itu akan dipastikan terkait pemanggilan sejumlah pihak yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan maskapai pelat merah tersebut. Jika sesuai jadwal, DPR kembali bekerja pada 6 Mei 2019. Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat Bersama Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok karyawan Garuda Indonesia. Aksi ini berkaitan dengan penolakan laporan keuangan tahun 2018 oleh dua komisaris. Dalam surat tersebut disebutkan pernyataan pemegang saham telah merusak kepercayaan publik terhadap harga saham Garuda Indonesia dan pelanggan setia maskapai tersebut. Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru membantah akan melakukan aksi mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan karyawan belum mengambil sikap atas perseteruan salah satu pemegang saham dengan manajemen saat ini. e. 30 April 2019 BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku

auditor laporan keuangan perusahaan. Pertemuan berlangsung pada pukul 08.30-09.30 WIB. Sayangnya, pertemuan dua belah pihak berlangsung tertutup. Otoritas bursa menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut. Sementara Menteri Keuangan mengaku telah meminta Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk mempelajari kisruh terkait laporan keuangan BUMN tersebut.

B. TANGGAPAN MANAGEMEN GARUDA INDONESIA PERSERO PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) angkat suara menyikapi ramainya pemberitaan mengenai laporan keuangan perusahaan tahun 2018 yang memasukkan piutang menjadi pendapatan. Menurut manajemen hal itu tidak melanggar Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23 karena secara substansi Pendapatan dapat dibukukan sebelum kas diterima. PSAK 23 menyatakan 3 kategori pengakuan pendapatan yaitu penjualan barang, penjualan jasa dan pendapatan atas bunga, royalti dan dividen dimana seluruhnya

menyatakan kriteria pengakuan pendapatan yaitu Pendapatan dapat diukur secara handal, adanya manfaat ekonomis yang akan mengalir kepada entitas dan adanya transfer of risk. Sejalan dengan hasil audit KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan, member of BDO international yang merupakan Big 5 (Five) Accounting Firms Worldwide dinyatakan dalam pendapat auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam seluruh hal yang material atau wajar tanpa pengecualian. "Manajemen yakin bahwa pengakuan Pendapatan atas Biaya Kompensasi atas transaksi dengan Mahata telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Sebagai Big5 Audit Firm, BDO seharusnya telah menerapkan standar audit internasional yang sangat baik” jelas Fuad Rizal, Direktur Keuangan GIAA dalam siaran pers, Minggu (28/4) Iwan Joeniarto, Direktur Teknik dan Layanan Garuda menambahkan kerja sama layanan konektivitas antara Garuda Grup dengan Mahata merupakan kerja sama yang saling menguntungkan dan juga dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang untuk menunjang perkembangan e-commerceyang sangat pesat dan berkembang saat ini. Mahata telah didukung oleh Lufthansa System untuk kerja sama sistem on-board network, Lufthansa Technic untuk penyediaan perangkat wifi di Pesawat, Inmarsat dalam hal kerja sama konstelasi satelit, CBN dalam hal kerja sama penyediaan jaringan fiber optik, KLA dalam hal kerja sama penjualan kuota pemakaian internet dan juga dengan Aeria dan Motus untuk kerja sama penyediaan layanan penjualan iklan, untuk mendukung memberikan pelaksanaan layanan kepada Garuda Grup. Pada perjanjian kerja sama layanan konektivitas dalam penerbangan dan pengelolaan layanan hiburan di pesawat, terdapat dua transaksi yaitu biaya kompensasi atas penyerahan hak pemasangan layanan konektivitas serta pengelolaan in-flight entertainment, dan bagi hasil (profit-sharing) atas alokasi slot untuk setiap pesawat terhubung selama periode kontrak.Atas transaksi tersebut, Garuda Grup mengakui pendapatan yang merupakan pendapatan atas penyerahan hak pemasangan konektivitas,

seperti hal nya signing fee/biaya pembelian hak penggunaan hak cipta untuk bisa melaksanakan bisnis di pesawat Garuda Grup. Penjualan atas hak ini tidak tergantung oleh periode kontrak dan bersifat tetap dimana telah menjadi kewajiban pada saat kontrak ditanda tangani. Garuda grup tidak memiliki sisa kewajiban setelah penyerahan hak pemasangan alat konektivitas tersebut. Sesuai dengan pendapat hukum dari Kantor Hukum Lubis, Santosa & Maramis bahwa pembayaran kompensasi Hak pemasangan tersebut tidak serta-merta menimbulkan kewajiban Garuda Grup untuk mengembalikan Biaya Hak kompensasi yang telah dibayarkan Mahata apabila dikemudian hari terdapat pemutusan kontrak kerjasama. Untuk memenuhi prinsip Good Corporate Governance, Garuda Grup telah melakukan kajian risiko terhadap transaksi ini dan juga telah melakukan analisa terhadap mitigasi risiko nya. Garuda Grup juga melakukan proses bisnis dengan cara “know your customer “ untuk menganalisa kebutuhan pelanggan yang sejalan dengan potensi risiko atas illegal intentions terhadap bisnis Grup. Sebelumnya, Laporan Keuangan GIAA untuk tahun buku 2018 ditolak oleh dua komisaris. hal ini karena perbedaan pendapat mengenai pencatatan akuntansi. Imbasnya tahun lalh GIAA meraup laba US$ 5,02 juta, padahal tanpa pengakuan pendapatan dari Mahata dan piutang dari PT Sriwijaya Air sebenarnya GIAA masih merugi US$ 244,96 juta

C. TANGGAPAN AUDITOR KAP TANUBRATA SUTANTO FAHMI BAMBANG & REKAN Auditor yang bertanggung jawab atas laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ikut memberikan tanggapan atas permintaan penjelasan dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO International) menyampaikan bahwa pengakuan pendapatan atas hak layanan konektivitas kepada PT Mahata Aero Teknologi (MAT) sesuai dengan

ketentuan akuntansi yang berlaku. Dalam Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23 yang memperbolehkan pengakuan pendapatan berbasis akrual (tanpa ada kas masuk) terdapat beberapa kondisi yang harus dipenuhi.

Pertama adalah perusahaan telah secara resmi memindahkan resiko dan manfaat secara signifikan kepada pembeli, dalam hal ini MAT. Auditor menyampaikan bahwa resiko dan manfaat telah didistribusikan kepada MAT pada saat perjanjian ditandatangani dan invoice telah diterbitkan dan ditujukan kepada pembeli. Selain itu, MAT pada tanggal 16 Desember 2019 telah menyelesaikan instalasi dan aktivasi pelayanan pada satu pesawat milik Citilink, yaitu Airbus A320 dengan nomor registrasi PK-GQR MSN 7453. Perlu diperhatikan bahwa Garuda setuju memberikan hak pemasangan pada 203 pesawat untuk layanan konektivitas dan 99 pesawat untuk layanan hiburan. Namun, sepertinya akan lebih bijak jika invoice diterbitkan atau pendapatan yang diakui untuk satu pesawat tersebut. Hal ini mengingat, masih terdapat resiko ketidakpastian apakah MAT mampu membayar dan memasang semua peralatan dan layanannya dalam waktu dekat. Kedua,

jumlah

pendapatan

dapat

diukur

secara

andal.

Auditor menjelaskan bahwa alasan kondisi kedua tersebut terpenuhi karena dalam perjanjian telah disepakati biaya kompensasi atas hak pemasangan sekitar US$ 239,94 juta, sehingga pendapatan dapat diukur secara andal.

Ketiga, kemungkinan besar manfaat ekonomi akan mengalir kepada perusahaan. Terkait kondisi ketiga, auditor menyampaikan bahwa piutang atas perjanjian tersebut akan mengalir atau mampu dibayarkan MAT kepada Grup Garuda berlandaskan bukti bahwa MAT telah mendapatkan fasilitas pendanaan dari Well Vintage Dubai. MAT juga dianggap mampu memenuhi kesepakatan (pemasangan layanan dan konten) karena sudah memiliki kerja sama dengan pihak-pihak terkait. Pihak ketiga yang dimaksud adalah PT Karya Lentera Angkasa sebagai penyedia infrastruktur layanan konektivitas; Inmarsat Global Limited sebagai penyedia satelit/layanan internet; Aeria Interactive GmbH, AI

MOTUS Ltd, dan Qandeo Asia Consulting yang menyediakan layanan pengelolaan iklan dan konten hiburan. Terlebih lagi, auditor juga menambahkan bahwa dengan market share yang mencapai 51%, maka potensi pendapatan dari bisnis iklan dari in-flight connectivity dan in-flight Entertainment dapat diperoleh perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan secara umum, auditor telah mampu memenuhi kondisi yang disyaratkan untuk mengakui pendapatan atas perjanjian kerja sama antara Grup Garuda dan MAT.

D. ANALISA LAPORAN KEUANGAN GARUDA INDONEISA PERSERO TAHUN 2018 Kinerja Garuda Indonesia memang tertekan beberapa tahun terakhir. Pada 2014, perusahaan merugi sebesar US$370,04 juta. Beruntung, pada 2015 mencatatkan laba sebesar US$76,48 juta. Tak bertahan lama, kinerja Garuda Indonesia justru merosot tajam pada 2016 menjadi hanya US$8,06 juta. Kemudian, perusahaan pun merugi pada 2017 sebesar US$216,58 juta. Penyebab kerugian karena ada biaya luar biasa yang

dikeluarkan, yakni tax amnesty (pengampunan pajak) dan denda US$145,8 juta. Tanpa itu, kerugian yang dibukukan tak akan lebih dari US$67,6 juta. Kerugian itu terus berlanjut sampai kuartal III 2018. Pada kuartal I misalnya, kerugian perusahaan sebesar US$65,34 juta dan akumulasi semester I tahun lalu kerugiannya US$116,85 juta. Lalu, sembilan bulan pertama 2018 tercatat rugi bersih US$114,08 juta, turun dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 sebesar US$222,03 juta. Membaiknya kerugian perusahaan maskapai penerbangan pelat merah itu dikarenakan peningkatan pendapatan usaha sebesar 3,21 persen menjadi US$3,21 miliar. Dengan kontribusi terbesar berasal dari penerbangan berjadwal sebesar US$2,56 miliar. Pendapatan usaha juga diperoleh dari penerbangan tidak berjadwal sebesar US$254,75 juta dan pendapatan lainnya sebesar US$397,96 juta. Untuk penerbangan tak berjadwal tercatat turun tipis. Saat itu Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal sempat menargetkan rugi bersih perusahaan bisa ditekan di bawah US$50 juta pada 2018. Sementara, Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara menargetkan kerugian menjadi di bawah US$100 juta. Hasilnya, neraca keuangan tahun lalu berhasil berubah 180 derajat menjadi untung. Tapi, hal itu tak diiringi dengan kenaikan pendapatan usaha yang signifikan. Perusahaan meraih pendapatan usaha sebesar US$4,37 miliar sepanjang 2018. Angka itu hanya naik 4,79 persen dari posisi 2017 yang sebesar US$4,17 miliar. Menariknya, pendapatan bersih lain-lain perusahaan melonjak 1.308 persen dari US$473,85 juta menjadi US$567,93 juta. Kenaikan signifikan itu ditopang oleh pendapatan kompensasi atas hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dan hiburan dalam pesawat dan manajemen konten sebesar US$239,94 juta. Pada 2017, pendapatan kompensasi itu tercatat nol rupiah. Tak heran, lonjakan pendapatan lain-lain bersih terjadi tahun lalu. Ditelisik lebih jauh, layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan itu berasal dari kerja sama yang diteken Garuda Indonesia dengan Mahata pada 31 Oktober 2018 dan diperbaharui pada 26 Desember 2018 lalu. Dalam kerja sama itu, Mahata berkomitmen untuk menanggung seluruh biaya penyediaan, pelaksanaan, pemasangan, pengoperasian,

perawatan dan pembongkaran dan pemeliharaan termasuk jika ada kerusakan, mengganti atau memperbaiki peralatan layanan konektivitas.

Pemasangan peralatan layanan itu dipasang dalam penerbangan untuk 50 pesawat Garuda Indonesia tipe A320, 20 pesawat A330, 73 pesawat Boeing 737-800 NG, dan 10 pesawat Boeing 777 dengan nilai US$131,94 juta. Kemudian, layanan hiburan dipasang di 18 pesawat tipe A330, 70 pesawat Boeing 737-800 NG, satu pesawat Boeing 737-800 Max, dan 10 pesawat Boeing 777 dengan nilai US$80 juta. Bila merujuk pada surat yang dibuat oleh Chairal dan Dony, pihak Mahata sebenarnya belum membayar satu sen pun dari total kompensasi yang disepakati US$239,94 juta kepada Garuda Indonesia hingga akhir 2018. Namun, manajemen memutuskan untuk mencatatkannya sebagai pendapatan. Chairal dan Dony menyebut tanpa kompensasi itu sebenarnya perusahaan masih merugi US$244,95 juta. Keputusan manajemen memang berhasil membuat pasar terlena dengan catatan positif di laporan keuangan. Namun, Chairal dan Dony berpendapat hal ini justru merugikan perusahaan dari sisi arus kas. Sebab, ada kewajiban bayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari laba yang diraih Garuda Indonesia.

Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan. Mereka melihat hal ini bertentangan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 23 paragraf 28 dan 29. Pada paragraf 28 tertulis pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui dengan dasar yang dijelaskan di paragraf 29 jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas dan jumlah pendapatan dapat diukur secara andal. Dikutip dari berbagai sumber, Mahata adalah perusahaan rintisan (startup) penyedia teknologi wifi on board. Perusahaan ini didirikan oleh M. Fitriansyah atau akrab disapa Temi. Ia adalah Ketua Dewan Kehormatan Himpunan Pengusaha Muda Indonesi (HIPMI) Bangka Belitung (Babel).

Perusahaan itu menggunakan teknologi bernama GX Aviation Sistem atau layanan konektivitas nirkabel global berkecepatan tinggi. Namun, Mahata di sini rupanya bertindak sebagai perantara atau broker antara Garuda Indonesia dengan pemilik teknologi bernama Inmarsat Aviation, Lufthansa Technik, dan Lufthansa System.

REFERENSI https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-92-390927/kronologi-kisruh-laporankeuangan-garuda-indonesia

https://industri.kontan.co.id/news/ini-tanggapan-manajemen-garuda-indonesia-giaa-soalkeanehan-laporan-keuangan https://www.cnbcindonesia.com/market/20190506185233-17-70821/kejanggalan-laba-garudaauditor-klaim-sudah-sesuai-psak https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190424204726-92-389396/membedah-keanehanlaporan-keuangan-garuda-indonesia-2018