Makalah Perawatan Gips Dan Traksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

PERAWATAN TRAKSI DAN GIPS

NAMA KELOMPOK : KHAIRUNNISA LIA NOPIYANTI MARISKA PUTRI MUHAMMAD RIDHO MAESTO DOSEN PEMBIMBING : DARYONO S.Pd,.M.KES

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena, atas berkat rahmat dan karunia Nya-lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada semester V, di tahun ajaran 2020, dengan judul  “ PERAWATAN TRAKSI DAN GIPS ”. Dalam penyelesaian makalah ini , saya banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai sumber yang telah memberi pengetahuan kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini. Saya sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

                                                                                    

     

     

Jambi, 9 oktober 2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang......................................................................................................... B. Rumusan Masalah.................................................................................................... C. Tujuan...................................................................................................................... BAB II Konsep Penyakit A. Pengertian Gips dan traksi ...................................................................................... B. Bahan –bahan Gips dan traksi ................................................................................ C. Jenis-jenis Gips dan traksi....................................................................................... D. Tujuan pemasangan Gips dan traksi........................................................................ E. Prinsip pemasangan Gips dan traksi........................................................................ F. Indikasi dan kontraindikasi Gips dan traksi............................................................ G. Cara pemasangan Gips dan traksi............................................................................ H. Komplikasi Gips dan traksi..................................................................................... I. Tindakan sop pemasangan Gips dan traksi.............................................................. BAB III Konsep Askep A. Pengkajian............................................................................................................... B. Diagnosa.................................................................................................................. C. Intervensi................................................................................................................. D. Impementasi............................................................................................................. E. Evaluasi................................................................................................................... BAB IV Penutup A. Kesimpulan.............................................................................................................. B. Saran........................................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah satu sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga dan rumah tangga. Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orang per tahun (Chairuddin Rasjad,1998). Trauma musculoskeletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan yang paling sering terjadi akibat trauma muskuloskeletal adalah kontusi, strain,sprain, dislokasi dan sublukasi serta fraktur. Trauma yang dialami seseorang akan menyebabkan berbagai masalah. Di masyarakat, seorang perawat/Ners perlu mengetahui perawatan klien trauma musculoskeletal yang mungkin dijumpai, baik di jalan maupun selama melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu mengetahui dasardasar penanggulangan suatu trauma yang menimbulkan masalah pada sistem musculoskeletal dengan melakukan  penanggulangan awal dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar mengurangi resiko yang lebih besar. Resiko yang lebih fatal perlu diketahui Ners adalah kematian. Banyak tindakan yang umum/lazim dilakukan perawat

dalam

melaksanakan

asuhan

keperawatan

pada

klien

gangguan

musculoskeletal. Tindakan yang umum tersebut meliputi proses keperawatan perioperatif, pemberian alat bantu, proses keperawatan klien dengan pemasangan gips, peralatan luka dan pemasangan traksi. Semua tindakan tersebut perlu diketahui perawat yang melaksanakan asuhan keperwatan di bangsal bedah  pada klien gangguan sistem musculoskeletal. Sebelum melakukan tindakan, perawat sangat perlu mengetahui prinsip dasarnya. Prinsip dasar pelaksanaan tersebut meliputi :

1) Pelaksanaan tindakan didasarkan pada masalah yang dikeluhkan klien. Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan hanya dapat dicapai bila sebelumnya dapat ditegakkan diagnosis keperawatan yang tepat. 2) Tujuan ditetapkan dengan kriteria waktu dan hasil yang dapat dicapai. Kriteria waktu yang rasional untuk mencapai tujuan tindakan akan memberi arah perawat dalam melakukan asuhan keperawatan 3) Jangan membuat masalah baru bagi klien. 4) Lakukan pelaksanaan tindakan dengan pendekatan secara individu. Manusia akan menunjukkan aneka ragam respons terhadap berbagai keluhan yang sama. 5) Lakukan tindakan sesuai prisedur/standar yang berlaku. Tujuan utama tindakan yang dilaksanakan adalah mengurangi, membantu dan meningkatkan secara optimal kemampuan klien. 6) Ciptakan kerjasama yang baik. 7. Pilih tindakan sesuai prioritas masalah. Dengan demikian maka dianggap penting bagi kita untuk mengetahui pelaksanaan tindakan yang dapat dilakukan pada klien trauma yang akan dibahas pada makalah ini yaitu pemasangan gips dan pemasangan traksi serta asuhan keperawatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi terjadinya resiko serta komplikasi terburuk. B. Rumusan Masalah 1) Apa pengertian dari gips dan traksi? 2) Apa saja bahan-bahan dari gips? 3) Apa saja jenis dari gips dan traksi? 4) Apakah tujuan dari pemasangan gips dan traksi? 5) Apa saja prinsip dari pemasangan gips dan traksi? 6) Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan gips dan traksi? 7) Bagaimana cara pemasangan gips dan traksi? 8) Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan pemasangan gips atau traksi? 9) Bagaimana tindakan sop pemasangan gips dan traksi? C. Tujuan Dari rumusan masalah tersebut maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1) Untuk mengetahui pengertian dari gips dan traksi 2) Untuk mengetahui apa saja bahan-bahan dari gips 3) Untuk mengetahui apa saja jenis dari gips dan traksi 4) Untuk mengetahui tujuan dari pemasangan gips dan traksi 5) Untuk mengetahui apa saja prinsip dari pemasangan gips dan traksi 6) Untuk mengetahui apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan gips dan traksi 7) Untuk mengetahui bagaimana cara pemasangan gips dan traksi 8) Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan pemasangan gips atau traksi ? 9) Untuk mengetahui bagaimana tindakan sop pemasangan gips dan traksi?

BAB II PEMBAHASAN A. GIPS 1. Pengertian Gips Gips dalam bahasa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris, dan dalam bahasa belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa batu putih yang mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang (Brunner&Sunder, 2000). Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass (Barbara Engram, 1999). Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass. Gips sebagai alat penolong bedah tulang dan penyembuhan tulang, dikenal di banyak tempat dunia. Pemasangan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif  pilihan terutama pada fraktur dan dapat digunakan pada daerah terpencil dengan hasil yang cukup baik jika cara pemasangan, indikasi, kontraindikasi, serta perawatan setelah pemasangan diketahui dengan baik. Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan melingkari sepanjang ekstremitas dan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas. Gips yang dipasang melingkari ekstremitas disebut gipas sirkuler sedangkan jika gips dipasang  pada salah satu sisi ekstremitas disebut gips bidai. Gips umumnya dipasang untuk mengimobilisasikan suatu bagian tubuh sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung tanpa cedera lebih lanjut. Derajat imobilisasi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan jenis gips yang terpasang. Beberapa orang menjalani tirah baring selama beberapa minggu atau bahkan

beberapa  bulan, sedangkan yang lain mampu melakukan sebagian besar aktivitas harian dengan hanya merasakan sedikit ketidaknyamanan karena gips. Gips dapat digunakan untuk mengimobilisasi fraktur yang telah direduksi, mengoreksi deformitas, memberikan tekanan merata pada jaringan lunak dibawahnya, atau memberikan dukungan dan stabilisasi bagi sendi yang mengalami kelemahan. Secara umum, gips memungkinkan mobilisasi klien dan membatasi gerakan pada  bagian tubuh tertentu.

2. Bahan-Bahan Gips a. Gips plaster Merupakan pembalut yang dapat mengikuti kontur tubuh secara halus yang terbuat dari kristal gipsum. Bila basah, terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan  panas maka air yang digunakan harus dingin. Pasien harus diingatkan bahwa plaster akan terasa hangat ketika pertama kali dipasang dan diberi tahu bahwa plaster akan terasa dingin selama proses pengeringan. Pasien dilarang menutupi gips untuk memungkinkan evaporasi air.   b. Gips Nonplaster Merupakan gips fiberglas yang mempunyai kelebihan yaitu lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah, dan hanya dapat mengering dalam  beberapa menit. Gips nonplaster berpori-pori sehingga masalah kulit dapat dihindari.Tidak menjadi lunak bila terkena air. Bila basah, dapat dikeringkan dengan  pengering rambut yang disetel dingin. Pengeringan yang merata sangat penting agar tidak melukai kulit. Selain memakai bahan gips yang biasa yaitu plaster of paris, beberapa bahan sintetis sekarang ini telah tersedia : polyester dan katun, fiberglas, bebas fiberglas/bebas lateks, dan termoplastik. Bahan tersebut tersedia dalam bentuk gulungan atau plester yang direndam dalam air untuk mengaktifkan serta melembutkannya, dan kemudian dibungkuskan ke sekitar bagian tubuh yang akan di gips sehingga membentuk bagian tubuh tersebut. Jenis bahan Plaster of paris

Deskripsi Gulungan atau

Aplikasi Batasan waktu dan beban strip Digunakan setelah Kering dalam 48 jam, tidak

benang

yang direndam

terbuka dengan

rajutan yang

dalam boleh ada beban sampai

tersaturasi air hangat selama gips kering

 bubuk

kristal beberapa

detik

kalsium sulfat (gypsum) Sintetis Polyester Gulungan

atau

dan katun (mis. benang Cutter Cast)

rajutan

terbuka

yang

dengan

berhenti strip Digunakan setelah Kering dalam 48 jam, tidak yang direndam

 bubuk

kristal beberapa

polyester

detik

sampai gelembung

berhenti rajutan Digunakan setelah Keras

dan katun (mis. terbuka dan kapas yang direndam Cutter Cast

mengandung

dalam boleh ada beban sampai

tersaturasi air hangat selama gips kering

kalsium sulfat (gypsum) Sintetis Polyester Plester

sampai gelembung

oleh

dalam

dalam beban

7

bisa

resin air bersuhu 26°C; diletakkan

menit, diterima

setelah

15

poliuretan yang teraktifkan digunakan setelah menit. oleh air Fiberglas;

yang Plester

direndam fiberglas

selama

2-3 menit serat Digunakan setelah Keras dalam 15 menit,

diaktifkan oleh air terbuka yang mengandung dicelupkan (mis., Scotchcast, resin Delta-lite) atau

poliuretan dalam air hangat setelah

(Scotchast)

atau

light cured (mis., poliuretan Lightcast

ke beban

menit

digunakan dengan khusus selama 3 menit, krim tangan jenis beban

fiberglas/bebas

silicon

lateks

menjaga agar tidak

Delta-Cast,

30

terpajan lampu ultra violet

bebas (mis.,

diberikan

resin selama 10-15 detik (Scotchcast); kering setelah

fotosensitif (Scotchcast);

II); (Lightcast II)

bisa

dapat

diberikan

untuk segera (Lightcast II)

lengket (Lightcast

Flashcast) Termoplastik

II) Krim poliester termoplastik Digunakan setelah Keras

(mis. Hexcelite)

yang

dirajut

gulungan yang kaku

dalam dipanaskan

pada beban

dalam bisa

air dengan suhu setelah 20 menit. 76-82°C selama 34

menit

untuk

membuat gulungan menjadi lembut dan lentur. Buang berlebih

air

yang dengan

5

menit,

diberikan

memerasnya antara

di

handuk

sebelum dipasang

Bahan Bantalan Sebelum gips dipasang, area yang akan digips harus diberi bantalan. Stockinette, suatu bahan kain yang lembut, fleksibel, dan berbentuk pipa, diletakkan di atas bagian tubuh sebelum bahan gips dipasangkan. Ujung distal stockinette ditekuk untuk menutupi tepi gips sehingga memliki pinggieran yang halus. Gulungan kapas atau bantalan sering dipasang langsung di atas stockinettesebagai bantalan untuk penonjolan tulang atau di antara permukaan kulit. gulungan kapas di gulung melekat dan membentuk kontur anggota badan. Bantalan akan mungkin diperlukan di atas penonjolan tulang atau sendi yang rentan terhadap kerusakan kulit. bila gips sintetis akan terkena air saat mandi, stockinette polipropilen dan bantalan polyester harus digunakan karena bahan-bahan tersebut mudah mongering. Lapisan antiair telah digunakan pada beberapa kondisi yang memungkinkan terjadinya kontak dengan urine

3. Jenis-Jenis Gips Kondisi yang ditangani menentukan jenis dan ketebalan gips yang akan dipasang. Namun, pada beberapa bentuk fraktur, konstruksi dan pencetakan gips dilakukan sedemikian rupa sehingga sendi masih bisa digerakkan sementara garis fraktur diimobilisasi. 1) Gips lengan pendek - memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan, melingkar erat di dasar ibu jari. Gips ini mengimobilisasi pergelangan tangan, radius dan ulna. Bila ibu jari dimasukkan, dinamakan spika ibu jari atau gips gauntlet.

2) Gips lengan panjang - Gips lengan panjang memanjang dari aksila sampai jari tangan, yang memungkinkan siku untuk fleksi. Gips ini mengimobilisasi pergelangan tangan, radius, ulna, dan humerus.

3) Gips tungkai pendek - memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki. Kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral.

4) Gips tungkai panjang - memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari kaki. Lutut harus sedikit fleksi.

5) Gips tubuh- melingkar di batang tubuh

6) Gips spika- Gips spika, melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas. 7) Gips spika pinggul - melingkari batang tubuh dan satu ekstrimitas bawah, terdapat gips spika tunggal atau ganda. Gips spika pinggul dimulai dari ketinggian pingggang atau diatasnya. Gips ini mengimobilisasi sendi pinggul dan femur, memanjang ke bawah pada satu tungkai secara keseluruhan, dan dapat menutupi seluruh atau sebagian tungkai kedua. Spika tunggal hanya menutupi satu tungkai. Spika pinggul ganda menutupi kedua tungkai sampai jari kaki. Gips tubug memanjang dari aksila untuk menutupi seluruh tubuh. Gips ini sering digunakan untuk mengimobilisasi spinal.

8) Gips spika bahu- jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku. Gips spica bahu memanjang mengelilingi dada dan seluruh lengan sampai jari. Lengan biasanya diabduksi untuk mengimobilisasi tulang bahu (mis., klavikula).

9) Gips berjalan, gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat. Dapat disertai telapak untuk berjalan. 4. Tujuan dari Pemasangaan Gips 1) Untuk pertolongan pertama pada fraktur (berfungsi sebagai bidai) 2) Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips korset pada tuberculosis tulang belakang atau pasca operasi seperti pada operasi pada skoliosis tulang. 3) Sebagai pengobatan defintif untuk imobilisasi fraktur . 4) Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan, misalnya pada talipes ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi lutut. 5) Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis. 6) Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu pasca operasi. g.Mengimobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak di dalamnya. 5. Prinsip dari Pemasangan Gips a. Prinsip Lingkungan Lingkungan yang diharapkan pada setiap pemasangan gips adalah adanya suatu ruang tindakan. Dengan adanya ruangan tersebut, perawat yang bertugas di bangsal bedah ortopedi dapat mempersiapkan pemasangan gips dengan optimal. Ruang tindakan yang ideal hendaknya memiliki: 1) Bak cuci (wastafel) yang dilengkapi dengan saringan untuk mencagah tersumbatnya pipa pembuangan oleh fragmen-fragmen gips 2) Meja pengering yang panjang dan licin berlapis logam, kaca 3) Lanti yang mudah dicuci; selokan yang mengalir lancer terutama untuk mencegah penyumbatan gips di bwah bak cuci (wastafel) 4) 4) Meja kursi, pennahan kaki, dan mungkin meja bedah tulang dan aparat penggantung. b. Prinsip Alat Perlengkapan dasar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu alat-alat proteksi dan alat-alat untuk memasang dan membuka balutan gips. Di bawah ini adalah contoh perlengkapan dasar yaitu: 1) Selimut penangkal debudan kain pelindung atau penutup lainnya adalah sangat penting dan diperlukan

2) Pelindung dada (apron) dan sepatu bot yang harus dipakai oleh operator 3) Karung pasir dan banttal pengganjal. Bantal ini memerlukan sarung pelindung yang dapat menyerap yang harus ditempatkan di antara bantal dan balutan gips. Ini digunakan untuk menjamin kenyamanan klien dan menopang balutan gips. 4) Pemotong gelang (ring-cutters) harus selalu siap sehingga gelang yang terlalu ketat dan berbahaya dapat dipotong kalau tidak berhasil melepaskannya dengan cara sederhana, misalnya dengan sabun 5) Kartu yang berisi instruksi yang harus diberikan kepada klien apabila pulang dari rumah sakit atau pengawasan rumah sakit Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan gips sebaiknya sudah lengkap disiapkan dan sudah tertata di atas meja/troli tindakan yang berisi : 

Kain pelindung, kaus pelindung, kain laken, kapas pembalut wol, balutan gips dengan berbagai ukuran



Lempengan gips dengan berbagai ukuran



Gunting gips



Pembengkok gips



Pisau gips



Kain pembalut 2-3 inci



Pemotong listrik untuk balutan gips



Plester 2,5 cm



Dua ember air



Kain segitiga dan kain penggendong lainnya



Tumit untuk berjalan dari besi dan dipasang pada tubuh bagian bawah



Pencuci dan kain pembalut krep untuk tambahan Jumlah personel yang dibutuhkan untuk membantu seorang operator

bergantung pada tipe balutan yang dipakai. Idealnya, seorang asisten harus selalu ada untuk memberikan balutan yang masih basah kepada operator dan seorang asisten lagi yang selalu siap menjaga posisi yang diinginkan pada bagian yang harus diimobilisasi. Tim ini dapat dikurangi atau ditambah bergantung pada keadaan. Sebelum prosedur dimulai operator harus memastikan bahwa setiap anggota

tim mengerti perananya masing-masing. Sebuah buku, kartu arsip, dan cara pencatatan harus selalu ada. Hal yang perlu dicatat ialah nama, alamt, daan usia; diagnosis dan tipe balutan yang dipakai, anastesi yang diberikan, manipulasi aplikasi sederhana; instruksi yang diberikan; alat-alat bantu yang diberikan (mis: tongkat, kayu, kruk); hari kunjungan berikutnya.

6. Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan Gips a. Indikasi 1) Untuk pertolongan pertama pada fraktur (berfungsi sebagai bidai) 2) Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips korset pada tuberculosis tulang belakang atau pascaoperasi (operasi pada skoliosis tulang belakang) 3) Sebagai pengobatan definitive untuk imobilisasi fraktur terutama pada anakanak dan fraktur tertentu pada orrang dewasa 4) Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis 5) Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu operasi, misalnya pada artrodesis 6) Imobilisasi setelah operasi pada tendo-tendo tertentu, misalnya setelah operasi tendo Achilles 7) Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau prosthesis. 8) Pasien dislokasi sendi , fraktur, penyakit tulang spondilitis TBC, pasca operasi, skliosis, spondilitis TBC, dll. b. Kontraindikasi 1) Fraktur terbuka. 7. Pemasangan Gips a. Persiapan alat– alat untuk pemasangan gips: 1) Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips 2) Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips) 3) Baskom berisi air hangat 4) Gunting perban 5) Bengkok

6) Perlak dan alasnya 7) Waslap 8) Pemotong gips 9) Kasa dalam tempatnya 10) Alat cukur 11) Sabun dalam tempatnya 12) Handuk 13) Krim kulit 14) Spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat) 15) Padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis) b. Teknik Pemasangan Gips 1) Siapkan pasien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan. 2) Siapkan alat-alat yang akandigunakan untuk pemasangan gips. 3) Daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit 4) Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips. 5) Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan dokter selama prosedur. 6) Pasang spongs rubs (bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan di pasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan di daerah tonjolan tulang dan pada jalur saraf. 7) Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembung-gelembung udara dari gips habis keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi air dalam gips. 8) Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendor atau ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpangtidihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap(kira-kira 50% dari lebar gips).Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh. 9) Setelah pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotong gips 10) Bersihkan Partikel bahan gips dari kulit yang terpasang gips.

11) Sokong gips selama pergeseran dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips. 8. Komplikasi pemasangan gips a. Rasa sakit akibat tekanan Rasa sakit dapat timbul akibat tekanan pada tonjolan-tonjolan tulang, berasal dari permukaan dalam gips yang tidak rata, atau berasal darai takanan benda asing diantara gips dan tungkai. Gajala yang sering tarjadi adalah selama beberapa hari penderita mengeluh tidak enak akan tempat keras yang menetap, jika keluhan tersebut tidak dihiraukan gejala akan berlanjut, kemudian jaringan yang tertekan menjadi hilang rasa dan mulai mengelupas, dan lapisan gips benoda dan cairan akan menumpuk dan sekret bertambah banyak. Cara mengatasi rasa sakit akibat tekanan dengan cara membuat lubang ventilasi pada gips pada bagian yang dimaksud dengan gergaji gips bersudut dan kecil. Jika tidak ada ulkus, bersihkan tempat tersebut dan balut, jika terdapat lesi yang serius, tutupi lubang ventilasi dengan bantalan katun wol yang seragam. Pada semua kasus, guanakan sepotong gips dan pasanglah pembalut halus diatasnya untuk menghindari edema dari jaringan lunak yang tidak tersokong didaerah ventilasi. b. Edema pada distal garis gips Edema akibat cidera biasanya hilang dalam waktu dua sampai tiga hari dengan menaikkan tungkai dan melakukan latihan aktif berulang pada sendisendi yang tidak bergips. Jika setelah 2-3 hari edema tidak hilang, mungkin edema tersebut disebabkan oleh gips yang kencang. Pada kasus demikian, belah gips sepanjang gips dan potong pembalut atau stockinet sampai ke permuakaan kulit. Usahakan gips membuka 1-2 cm sepanjang-panjang gips tersebut. Angkat tungkai dan lanjutkan latihan aktif. c. Kulit melepuh Kekeringan dan bersisik tidak dapat dihindari pada kulit yang dibungkus gips karena epitel-epitel yang lepas tidak dapat dibersihkan. Kadang-kadang kulit

dapat alergi tehadap gips dan dapat berkembang menjadi dematitis jika hal ini dibiarkan akan menimbulkan nyeri hebat dan dermatitis purulenta. Cara mengatasi dengan pemberian antihistamin, antibiotika sistemik dan mengangkat tungkai dapat menghilangkan sebagian nyeri dalam waktu 48 jam. d. Gangren Terjadinya gangren setelah fraktur biasanya disebabkan oleh kerusakan sistem vaskular pada tungkai yang cidera, tetapi dengan pengontrolan yang hatihati terhadap sirkilasi kapiler (dan denyut nadi jika memungkinkan) baik sebelum atau sesudah pemasangan gips dapat menghindari terjadinya gangren atau kontraktur Volkmann akibat lilitan yang keras dan tidak diberi bantalan.

9. Tindakan sop pemasangan gips a) Persiapan Alat 1. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips 2. Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips) 3. Baskom berisi air hangat 4. Gunting perban 5. Bengkok 6. Perlak dan alasnya 7. Waslap 8. Pemotongan gips 9. Kasa dalam tempatnya 10. Alat cukur 11. Sabun dalam tempatnya 12. Handuk 13. Krim kulit 14. Spons rubs 15. Padding b) Prosedur Kerja 1. Siapkan klien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan. 2. Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips.

3. Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi krim kulit. 4. Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips. 5. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang ditentukan dokter selama prosedur. 6. Pasang spongs rubbs (bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan dipasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan (padding) di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf. 7. Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembung – gelembung udara dari gips harus keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi jumlah air dalam gips. 8. Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang constant dengan bagain tubuh. 9. Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotongan gipa atau cutter. 10. Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang. 11. Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips. c) Tekhnik Pelepasan Gips a. Alat yang diperlukan untuk pelepasan gips 1. Gergaji listrik/pemotongan gips 2. Gergaji kecil manual 3. Gunting besar 4. Baskom berisi air hangat 5. Gunting perban 6. Bengkok dan plastic untuk tempat gips 7. Sabun dalam tempatnya

8. Handuk 9. Perlak dan alasnya 10. Waslap 11. Krim atau minyak b. Cara  pelepasan gips 1. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan. 2. Yakinkan klien bahwa gergaji listrik atau pemotongan gips tidak akan mengenai kulit. 3. Gips akan dibelah dengan menggunakan gergaji listrik. 4. Gunakan pelindung mata pada klien dan petugas pemotong gips. 5. Potong bantalan gips dengan gunting. 6. Sokong bagian tubuh ketika gips dilepas. 7. Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut, oleskan krim atau minyak. 8. Ajarkan klien secara bertahap melakukan aktivitas tubuh sesuai program terapi. 9. Ajarkan klien agar meninggikan ekstremitas atau menggunakan elastis perban jika perlu untuk mengontrol pembengkakan.

B. TRAKSI 1. Pengertian Traksi Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi merupakan alat imobilisasi yang menggunakan kekuatan tarikan yang diterapkan pada suatu bagian tubuh sementara kekuatan yang kedua, disebut kontertraksi, menarik ke arah yang berlawanan. Kekuatan tarikan di dapat melalui suatu sistem katrol, tali dan pemberat yang dikaitkan ke klien. Kontertraksi sering didapat dengan mengelevasi kaki atau kepala tempat tidur dan kekuatannya berasal dari tubuh klien. Klien yang terpasang traksi berada di tempat tidur berminggu-minggu atau bahkan berbulan- bulan. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X dan mungkin diperlukan penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah sudah relaks, berat yang digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan. Kadang, traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Dengan cara ini, bagian tarikan

garis yang pertama

berkontraksi terhadap garis tarikan lainnya. Garis-garis

tarikan tersebut dikenal sebagai vaktor gaya. Resultan gaya tarikan yang sebenarnya terletak di antara kedua garis tarikan tersebut. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefektifan tarikan traksi harus dihilangkan.

2. Jenis-Jenis Traksi a. Traksi kulit adalah traksi yang dapat dilakukan pada kulit. Traksi kulit adalah alat yang memiliki kekuatan tarikan yang diterapkan pada kulit dan jaringan lunak melalui penggunaan pita atau sabuk traksi dan sebuah sistem tali, katrol dan pemberat. Berat beban yang dipasang tidak boleh lebih dari 2-3 kg tetapi pada traksi pelvis umumnya 4,5-9 kg bergantung pada berat badan paisen. Pita atau sabuk traksi sering dibuat dari karet busa atau kain yang memiliki lubang aangin, dan bagian belakangnya dapat

berperekat atau tidak

berperekat. Traksi kulit yang berperekat digunakan untuk traksi kontinu. Sementara yang tidak berperekat digunakan secara intermiten; traksi tersebut dapat dengan mudah dilepaskan atau dipasang kembali. Traksi kulit, antara lain: 1) Ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah bentuk traksi kulit yang tarikan diberikan pada satu bidang jika hanya imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan. Traksi ini digunakan untuk memberi rasa nyaman setelah cedera pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah. Sebelum dipasang traksi, kulit diinspeksi adanya abrasi dan gangguan peredaran darah. Kulit dan peredaran darah harus dalam keadaan sehat agar dapat menoleransi traksi. Kulit harus bersih dan kering sebelum boot spon atau pita traksi dipasang. Untuk memasang traksi Buck dengan pita, dipasang dulu spon karet, bantalan strap dengan permukaan spon menghadap ke kulit pada kedua sisi tungkai yang sakit. Satu lengkungan pita sepanjang 10-15 cm disisakan dibawah telapak kaki. Spreaderharus dipasang di ujung distal pita untuk mencegah terjadinya tekanan sepanjang sisi kaki. Kedua maleolus dan fibula proksimal dilindungi dengan bantalan gips untuk mencegah terbentuknya ulkus akibat tekanan dan nekrosis tulang. Sementara salah satu orang meninggikan dan menyangga ekstremitas di

bawah tumit dan lutut pasien, orang lain melilitkan balutan elastis dengan arah spiral di atas pita traksi, dimulai dari pergelangan kaki dan berakhir di tuberoses tibia. Balutan elastis dapat membantu pita melekat ke kulit dan mencegah meleset. Bantalan kulit domba dapat diletakkan di bawah tungkai untuk mengurangi gesekan tumit terhadap tempat tidur. Jika yang dipasang traksi Buck dengan boot spon, tumit pasien harus diletakkan tepat di tumit boot. Strip Velcro dipasang melingkar di tungkai dan tekanan yang berlebihan di atas maleolus dan fibula proksimal dapat dihindari. Pemberat dihubungkan ke tali melalui Spreader atau lapisan telapak kaki dan dilanjutkan melalui sebuah katrol yang dipasang di ujung tempat tidur. Pemberat di gantungkan pada tali itu. 2) Traksi runssel dapat digunakan untuk praktur pada plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada pengganmtung dan member gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan balutan elastic ke tungkai bawah. Jika perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar lutut benar-benar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit. 3) Traksi Dunlop adalah traksi pada ekstremitas atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalam posisi fleksi. b. Traksi skelet adalah traksi yang dilakukan langsung pada skelet/ tulang tubuh. Traksi skeletal diterapkan dengan cara memasukkan pin logam, kabel atau penjepit secara langsung ke dalam atau melalui tulang. Alat logam tersebut kemudian dikaitkan ke sebuah sistem tali, katrol, dan pemberat dengan menggunakan rangka logam yang terhubung pada tempat tidur. Metoda traksi ini digunakan paling sering untuk menangani praktur femur, tibia, humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang langsung ke tulang menggunakan pin logam atau kawat (mis., tong Gadner, tong Wells) difiksasi di kepala untuk member traksi yang mengimobilisasi fraktur leher. Persiapan sangat berperan penting dalam menjalin kerja sama dengan pasien. Pada pemasangan traksi dapat digunakan anestesi, baik local maupun general. Traksi skelet dipasang secara asepsis seperti pada pembedahan.Tempat penusukan dipersiapkan dengan penggosok bedah seperti povidon-iodin. Anestesi

local diberikan di tempat penusukan dan periosteum. Dibuat insisi kecil di kulit dan pin atau kawat steril dibor kedalam tulang. Pasien akan merasakan tekanan selama prosedur ini dan mungkin ada rasa tidak nyaman ketika periosteum ditusuk. Setelah pemasangan pin atau kawat dihubungkan dengan lengkungan traksi atau kapiler, ujung kawat dibungkus dengan gabus atau plester untuk mencegah cedera pada pasien. Pemberat dihubungkan dengan lengkungan pin atau kawat dengan sistem katrol tali yang dapat meneruskan arah dan tarikan yang sesuai agar traksi efektif. Traksi skelet biasanya menggunakan beban 7-12 kg untuk mencapai efek terapi. Pemberat yang dipasang harus dapat melawan daya pemendekan akibat spasme otot yang cedera.Ketika otot relaks pemberat dapat dikurangi untuk mencegah dislokasi garis fraktur dan mencapai penyenbuhan fraktur. Bebat Thomas dengan pengait Pearson sering digunakan bersma-sama traksi skelet pada fraktur femur 3. Tujuan dari Pemasangaan Traksi a. a. Untuk mengurangi dan/atau imobilisasi fraktur tulang agar terjadi pemulihan b. Untuk mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat c. Untuk mencegah cedera pada jaringan lunak d. Untuk memperbaiki, mengurangi atau mencegah deformitas e. Untuk mengurangi spasme otot dan nyeri f. Untuk merawat kondisi inflamasi dengan imobilisasi sendi (mis. arthritis atau tuberkolosis sendi) 4. Prinsip dari Pemasangan Traksi a. Pada setiap pemasangaan traksi harus dipikirkan adanya kontraksi. Kontraksi adalah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanaan. (hokum Newton yang ketiga mengenai gerak menyebutkan bahwa bila ada aksi, akan terjadi reaksi dengan besar yang sama, namun arahnya berlawanan). b. Umumnya berat badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur dapat memberikan kontraksi. c. Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif.

d. Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif. e. Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermiten. f. Traksi skelet tidak boleh terputus. g. Pemberat tidak boleh diambil, kecuali bila traksi yang dimaksudkan intermiten. h. Setiap factor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultan tarikan harus dihilangkan. i. Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang. j. Tali tidak boleh macet. k. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai. l. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur. 5. Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan Traksi a. Indikasi a.) Indikasi penggunaan traksi kulit adalah :   1. fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri anak-anak. 2. reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak dapat dilakukan. 3. sebagai pengobatan sementara pada fraktur sambil menunggu terapi definitif. 4. Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak. 5. spasme otot atau pada kontraktur sendi misalnya sendi lutut dari panggul. 6. kelainan-kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang. b.) Indikasi penggunaan traksi tulang antara lain :  1. Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg. 2. Traksi pada anak-anak yang lebih besar. 3. Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif. 4. Fraktur-faktur tertentu pada daerah sendi. 5. Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak dapat dilakukan.

6. Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat misalnya dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif. c.) Namun secar umum indikasi penggunaan traksi berdasarkan klasifikasinya sebagai berikut : 1. Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia. 2. Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut. 3. Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalm posisi flexsi. 4. Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang paha. 5. Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus pemoralis orang dewasa. 6. Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn sampai dewasa muda.(Barbara, 1998). b. Kontraindikas 1. Hipermobilitas : Hipermobilitas pada sendi tidak boleh diberikan teknik ini kecuali dengan pertimbangan bahwa fisioterapis dapat menjaga dalam batasan gerak yang normal pada sendi tersebut. Selain itu tidak boleh diaplikasikan pada pasien yang mempunyai potensial nekrose pada ligament dan kapsul sendi. 2. Efusi Sendi : Efusi sendi tidak boleh dilakukan mobilisasi. Hal ini dikarenakan pada kapsul yang ditraksi akan mengalami penggelembungan karena menampung cairan dari luar. Keterbatasan ini berasal dari perubahan yang terjadi dari laur dsan respon otot terhadap nyeri bukan karena pemendekan otot. 3. Inflamasi : Pada tahap ini tidak boleh dilakukan traksi karena menimbulkan nyeri serta memperberat kerusakan pada jaringan. 4. Fraktur humeri dan osteoporosis 5. Keseleo akut, strain, dan peradangan 6. Ketidakstabilan tulang belakang

7. Kehamilan 8. Hernia hiatus 9. Claustrophobia 6. Pemasangan Traksi a. Perlengkapan Traksi Perlengkapan berikut ini digunakan untuk sebagian besar traksi kulit dan traksi tulang: 1.) Rangka di atas kepala (overhead frame) : rangka ini terhubung dengan tempat tidur rumah sakit dan terdapat alat untuk mengaitkan peralatan traksi. Setiap rangka mempunyai minimal dua palang tegak (satu pada tiap ujung tempat tidur) dan satu palang di atas kepala. 2.) Trapeze : Dipasang pada rangka di atas kepala, trapeze dapat digunakan oleh klien untuk bergerak di tempat tidur, kecuali dikontraindikasikan untuk kesehatan klien. 3.) Kasur yang keras : untuk mempertahankan kesejajaran tubuh dan efisiensi traksi, kasur yang keras merupakan hal yang esensial. Beberapa tempat tidur berisi benda padat bukan pegas, untuk memberikan sanggaan yang keras. Jika tempat tidur yang keras tidak tersedia, sebuah papan tempat tidur dapat digunakan untuk memberikan sanggaan yang diperlukan. 4.) Tali, katrol, gantungan pemberat, dan pemberat.

b. Metode Traksi 1) Traksi kulit Pemasangan traksi sebagian besar area kulit yang diteruskan melalui jaringan lunak ke tulang.Traksi kulit terjadi akibat beban menarik tali, spon karet, atau bahan kanvas yang dilekatkan ke kulit.Berat beban yang dipasang pada traksi kulit tidak ebih dari 2-3 kg.Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit dan memberikan imobilisasi.

2. Traksi skelet Traksi skelet dipasang langsung pada tulang menggunakan pin metal atau kawat ke dalam tulang di sebelah distal garis fraktur menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon dan sendi. Dua jenis pin yang digunakan yaitu: a) Pin Steinmann yang memiliki titik trokar dan sisi yang halus. b) Pin berulir, seperti pin Denham yang memiliki ulir sedikit menonjol keluar dari batang pin.

Metode traksi ini paling sering digunakan untuk menangani fraktur femur, tibia, humerus, dan tulang leher.Traksi skelet dipasang secara asepsis seperti pada pembedahan. Pasien akan merasakan tekanan selama prosedur ini dan mungkin ketika rasa tidak nyaman ketika periosteum ditusuk. Kadang-kadang traksi skelet bersifat seimbang, yang menyongkong ekstrimitas yang terkena memungkinkan gerakan pasien sampai batas-batas tertentu dan memungkinkan kemandirian pasien dan askep sementara traksi yang efektif tetap dipertahankan.

7. Komplikasi dari Pemasangan Traksi Potensial komplikasi yang bisa terjadi meliputi : a. Dekubitus b. Kongesti paru dan pneumonia c. Konstipasi d. Anoreksia e. Statis dan infeksi kemih

f. Trambosis vena dalam 8. Tindakan sop pemasangan traksi a) Persiapan alat 

Skin traksi kit



k/p pisu cukur



k/p balsam perekat



k/p alat rawat luka



katrol dan pulley



beban



K/p Bantalan conter traksi



k/p bantal kasur



gunting



bolpoint untuk penanda/ marker

a. Traksi kulit 

Bantal keras (bantal pasir )



Bedak kulit



Kom berisi air putih



Handuk



Sarung tangan bersih

b. Traksi skeletal 

Zat pembersih untuk perawatan pin



Set ganti balut



Salep anti bakteri (k/p)



Kantung sampah infeksius



Sarung tangan steril



Lidi kapas



Povidone Iodine (k/p)



Kassa steril



Piala ginjal

b) Persiapan pasien 

Mengatur posisi tidur pasien supinasi



Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa



Bila banyak rambut k/p di cukur



Anestesi



Ukur TD, nadi dan RR

c) Persiapan lingkungan 

Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.



Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan.



Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman

d) Langkah-langkah prosedur 

Mencuci tangan



Memakai handscone



Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint



k/p beri balsam perekat



Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan lateral kaki secara simetris dengan tetap menjaga immobilisasi fraktur



Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur



Masukkan tali pada pulley katrol



Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg



k/p pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki



Atur posisi pasien nyaman dan rapikan



Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan untuk manggil perawat bila ada keluhan



Buka tirai/ pintu



Alat dikembalikan, dibersihkan dan dirapikan



Sarung tangan dilepas



Mencuci tangan

a. Traksi Kulit 

Cuci tangan dan pasang sarung tangan



Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali



Lepas sarung tangan



Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas terpasang traksi

distal yang



Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan



Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu anjurkan klien latihan ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi



Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi

b. Traksi Skeletal 

Cuci tangan



Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan tarikan traksi yang optimal



Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril



Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi kapas dengan teknik menjauh dari pin (dari dalam ke luar)



Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS



Tutup kassa di lokasi penusukan pin



Lepas sarung tangan



Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius



Cuci tangan



Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di tempat tidur selama ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong



Berikan posisi yang tepat di tempat tidur

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Gips 1. Pengkajian keperawatan Pengkajian secara umum perlu dilakukan sebelum pemasangan gips terhadap gejala dan tanda, status emosional, pemahaman tujuan pemasangan gips.,dan kondisi bagian tubuh yang akan dipsangi gips,. Pengkajian fisik bagian tubuh yang akan dipasangi gips meliputi status neurovaskuler, lokasi pembengkakan, memar dan adnya abrasi. Data yang perlu dikaji pasien setelah gips terpasang meliputi : 

Data subjektif :

Adnya rasa gatal atau nyeri, keterbatasan gerak, dan rasa panas pada daerah yang ter pasang gips 

Data objektif :

Apakah ada luka pada bagian yang akan digips. Misalnya, luka operasi, luka akibat patah tulang, apakah ada pembengkakan pada daerah yang terpasang gips,apakah ada sianosis apakah ada perdarahan apakah ada iritasi kulit, apakah ada bau atau cairan yang keluar dari bagian tubuh yang di gips 2. Diagnosa keperawatan Bedasarkan data pengkaljian, diagnosis keperawatan utama pada pasien yang menggunakan gips meliputi : a) cemas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan prosedur pemasangan gips . 

Tujuan : cemas berkurang atau hilang



Intervensi: a. beri penjelasan tentang tuijuan dan prosedur pemasangan gips b. beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan kecemasannya c. bantu pasien memilih mekanisme koping yang positif d. anjurkan keluarga atau orang terdekat sering mengunjunga pasien e. anjurkan pasien berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan



Implementasi : lakukan sesuai dengan intervensi



evaluasi : a. menunjukkan ketenangan b. mampu mengekspresikan perasaannya c. menggunakan koping positif

b) gangguan rasa nyeri yang berhubungan dengan terpasngnya gips . 

Tujuan : Meredakan atau menghilangkan nyeri



Intervensi a. kaji lokasi, sifat dan intetnsitas,nyeri karena nyeri dapat menjadi petunjuk adanya kompliksi b. jelaskan penyebab nyri yang dialami pasien c. anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan pemenuhan nkebutuhannya d. dekatkan alat –alat yang sering digunakan agar pasien dapat menjangkau sndiri e. ajarkan teknik latihan gerak sendi f. libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien



Implementsi Lakukan sesuai dengan intervensi



Evaluasi a. meninggikan ekstermitas yang di gips b. menggunakan analgesic sesuai dangan program

c) gangguan eliminasi fecal ( obstipasi ) yang berhubungan dengan imbilisasi 

Tujuan : Eliminasi fekal normal



Intervensi : a. anjurkan melakukan imobilisasi di tempat tidur

b. jika kondisi memungkinkan, lakukan imobilisasi diluar tempat tidur dengan menggunakan alat bahan bantu untuk meningkatkan peristaltic usus c. beri diet tinggi serat, sehingga pasien mudah buang air besar d. anjurkan cukup asupan cairan 2500 cc sehari dengan caiiran yang cukup dalam tubuh dapat menjaga konsistensi feses menjadi normal atau keras e. kolaborasi dalam pemberian obay pelunak feses sesua program terapi 

Implementasi : Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi



Evaluasi : Eliminasi fecal teratur a. menunjukkan kemampuan mobilisasi b. makan tinggi serat c. asupan cairan 2500 cc per hari d. konsistensi feses lunak

d) kerusakan integritas kulityang berhubungan dengan adanya penekanan akibat pemasangan gips 

tujuan : mencegah atau menyembuhkan abrasi kulit



intervensi : a. sebelum pemasangan gips, laserasi dan abrasi kulit harus dirawat dahulu suoaya cepat sembuh b. kulit harus dicuci dan dirawat sebelum pemasngan gips untuk mencegah terjadinya iritasi sesudah dipasang gips c. observasi apakah pemasangan gips terlalu ketat, terlalu longgar atatu pinggirnya tajam karena hal in dapat menyebabkan iritasi kulit d. gips harus tetap dalam keadaan kering dan bersih karena dapat merangsang timbulnya iritasi kulit dan akhirnya infeksi

e. laporkan dokter jika terdapat tanda infeksi 

implrmentasi : melakukan implementasi sesuai intervensi



evaluasi : memperlihatkan tidak terjadinya gangguan integritas kulit a. tidak menunjukkan tanda infeksi sistemik kulit b. tidak menunjukkan tanda local infeksi kulit c. memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka d. kulit tidak ada kemerahan dan lecet

e) resiko tinggi cedera yang ber hubungan dengan pemasangan gips pada tungkai 

tujuan tidak terjadi cedera



intervensi : a. kurangi aktifitas yang berlebihan karena dapat menyebabkan kelelahan b. ajarkan aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan pasien, sehinnga resiko cedera dapat dihindari c. ajarkan cara penggunaan alat bantu dan anjurkan menggunakan ketika beraktivitas d. libatkan keluarga dalam proses perawatan, baik dirumah sakit maupun dirumah



implementasi : melakukan implementasi sesuai dengan intervensi



evaluasi : tidak terjadi cedera a. melakukan aktivitas secara bertahap b. menunjukkan penggunaan alat bantu saat aktivitas

f) hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan pemasangan gips 

tujuan :

peningkatan mobilitas fisik 

intervensi : a. kaji tingkat mobilitas yabg dapat dilkukn pasien setelah dipasang gips b. lakukan latihan ROM sesuai kisaran gerak yang dapat dilakukan untuk mempertahankan fungsi sendi c. jika pasien di gips di tungkai, lakukan latihan pada jari –jari kaki yang terpasang gips d. dorong pasien agar berpartisipasi aktif dalam perawatan diri untuk meningkatkan aktivitas pasien e. anjurkan pasien menggunakan alat bantu secara aman saat melakukan aktivitas diluar tempatr tidur



implementasi : melakuka implementasi sesuai dengan intervensi



evaluasi a. menggunakan alat bantu yang aman b. berlatih untuk meningkatkan kekuatan otot c. mengubah posisi sesering mungkin d. melakukan latihan sesuai kisaran gerakan sendi yang tidak tertutup gips

g) resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perufer yang berhubungan dengan respon fisiologis terhadap cedera atau gips restriksi 

tujuan : mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat



intervensi : a. observasi adanya pembengkakan akibat trauma atau pembedahan karena hal ini dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer b. observasi apakah gips terlalu ketat, sehingga menghambat aliran darah balik c. tinggikan daerah yang cedera untuk mengurangi edema dan melancarkan aliran darah balik

d. dorong pasien untuk menggerakan jari tangan atau kaki setiap jam sekali untuk merangsang perredaran darah 

implementasi : melakukan implementasi sesuai dengan intervensi



evaluasi peredaran darah adekuat pada ekstermitas yang sakit a. memperlihatkan warna dan suhu kulit yang normal b. mengalami pembengkakan minimal c. memperlihatkan waktu pengisian kapiler yang memuaskan ketika di uji

2. Traksi 1. Pengkajian keperawatan Pengkajian fungsi system tubuh perlu, dilakukan terus menerus karena imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah padakulit, respirasi, gastrointerstinal, perkemihan dan kardiovaskuler. Masalah tersebut dapat berupa ulkus akibat tekanan, kongesti,kehilangan nafsu makan, statis kemih Pengkajian psikologis perlu dilakukan karena pasien takut melihat peralatannya dan cara pemasangannya Pengkajian dilakukan pada bagian tubuh yang traksi meliputi status nenro vascular yang di evaluasi dan bandingkan dengan ekstermitas yang sehat. Selain itu kaji adanya nyeri tekan betus, hangat, kemerahan, pembengkakan , atau tanda homan pasif 2. Diagnosa keperawatan a) resiko tinggi perubahan integritas kulit yang berhubungan dengan pemasangantraksi 

tujuan sirkulasi tetap utuh



intervensi

a. monitor status neurovaskuler setiap 2 jam selama 24 jam pertama, kemudian setiap 4 jam inspeksi kemerahan pada bagian yang tertekan setiap 8 jam untuk deteksi dini kemungkinan terjadinya kerusakan jaringan b. pertahankan tali bebas dan hambatan. Jika pasie mengeluh kedinginan, pergunakan kain untik menutup bagian tubuh yang dilakukan traksi c. hubungi teknisi ortopedik untuk menambahkan bantalan jika ada tanda iritasi kulit. Longgarkan balutan elastis pada traksi jika pasien merasa ada rasa baal . tindakan ini mencegah kerusakan kulit dan kerusakan saraf 

implementasi melakukan implementasi sesuai dengan intervensi



evaluasi menunjukkan tidak adanya iritasi kulit, ekstermitas warna normal dan hangat, tidak bengkak dan nadi teraba

b) resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan pemasangan pin pada tulang melelalui permukaan kulit 

tujuan tidak terjadi infeksi



intervensi a. pantau suhu setiap 4 jam, hasil pemeriksaan laboratorium, dan penampilan kulit sekitar sisi pin setiap pergantian tugas perawat. Ini untuk deteksi gejala tanda infeksi b. laporkan kepada dokter jika anda tanda infeksi ( kemerahan , drainase, demam, nyeri yang tak hilang dengan analgesia dan jumlah sel darah putih >10.000/mm3). c. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai program untuk untuk menghilang kan infeksii



Implementasi Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi



Evaluasi Menunjukkan tidak terdapat tanda infeksi : suhu dibawah 30 ‘0 C, jumlah sel darah putih 5000 – 10.000/mm3, tidak ada nyeri pada luka , tidak ada tanda kemerahan dan drainase pada sisi pin

c) nyeri berhubungan dengan traksi dan imobilisasi 

tujuan nyeri teratasi atau mencapai tingkat kenyamanan maksimal



intervensi a. tekanan pada bagian tubuh yang ditraksi dapat dihilangkan dengan mengubah posisi pasien dan tetap mempertahankan posisi traksi b. kolaborasi dengan medis dalam pemberian anal getik untuk mengurangi nyeri



implementasi melakukam implementasi sesuai dengan intervensi



evaluasi menyebutkan peningkatan kenyamanan a. mengubah posisi sendiri sesering mungkiin b. kadang – kadang meminta analgesia oral

d) resiko tinggi gangguan pola eleminasi pole defekasi, yaitu konstipasi 

tujuan tidak terjadi gangguan pola eliminasi



intervensi a. anjurkan diet tinggi serat b. anjurkan minum 2500 – 3000 setiap 24 jam

c. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian pelunak feses, laksatif, supositoria dan huknah 

implementasi melakukan implementasi sesuai dengan intervensi



evaluasi pola eliminasi defekasi teratur, dan perut lemas

BAB IV PENUTUP

3. Kesimpulan Gips dan traksi merupakan alat imobilisasi yang dapat digunakan setelah terjadinya trauma maupun sebagai pengobatan pascaoperasi. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass. Sedangkan traksi merupakan alat imobilisasi yang menggunakan kekuatan tarikan yang diterapkan pada suatu bagian tubuh sementara kekuatan yang kedua, disebut kontertraksi, menarik ke arah yang berlawanan. 4. Saran Penanggulangan klien trauma memerlukan peralatan serta keterampilan khusus yang tidak semuanya dapat dilakukan oleh perawat, berhubung keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki setiap Ners bervariasi, serta peralatan yang tersedia kurang memadai. Maka dari itu kita hendaklah mengetahui prinsip dasar serta tata laksana pemasangan gips dan

pemasangan traksi agar nantinya dapat melakukan tindakan

dengan tepat serta dapat mengurangi komplikasi dari trauma maupun pemasangan alat ini.

DAFTAR PUSTAKA Berman, Audrey Dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis .Jakarta: EGC Kneale, Julia D., Davis, Peter S. 2011. Keperawatan Ortopedik & Trauma. Jakarta: EGC Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta: EGC Purwadianto, Agus., Sampurna, Budi.2000.Kedaruratan Medik . Jakarta: Binarupa Aksara. Suzanne, C. Smeltzer dan Brenda, G. Bare.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah volume 3.Jakara: EGC Suzanne, C. Smeltzer dan Brenda, G. Bare.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah volume 3.Jakara: EGC Suzanne, C. Smeltzer dan Brenda, G. Bare.2008.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah volume 3.Jakara: EGC