LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah No 1

Masalah yang telah diidentifikasi Minat belajar siswa rendah saat pembelajaran berlangsung.

Hasil eksplorasi penyebab masalah

Analisis eksplorasi penyebab masalah

Hasil kajian literatur 1. Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikatorindikator tersebut, antara lain: 1. adanya hasrat dan keinginan berhasil 2. dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, 3. penghargaan dalam belajar 4. lingkungan belajar yang kondusif. 2. Oemar Hamalik (2011: 108), menyebutkan fungsi motivasi itu meliputi: 1. Mendorong timbulnya kelakuan/ suatu perbuatan. 2. Sebagai pengarah, artinya mengarah pada perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. 3. Sebagai penggerak, artinya sebagai motor penggerak dalam kegiatan belajar. Hasil wawancara 1. Secara internal, siswa ingin berhasil tapi kejenuhan belajar Bahasa Inggris mulai muncul disebabkan metode mengajar yang kurang menarik. 2. Guru belum menggunakan metode mengajar yang tepat, sehingga materi jadi

Setelah dianalisis lagi masalah rendahnya minat belajar siswa saat pembelajaran berlangsung karena : 1. Guru kurang mendapatkan pelatihan tentang cara menerapkan pembelajaran inovatif, sehingga mengajarnya monoton. 2. Guru belum memiliki cukup waktu untuk menyiapkan media pembelajaran yang sesuai, sehingga mengajar ala kadarnya saja. 3. Tuntutan kurikulum tidak sejalan dengan kondisi di lapangan, sehingga seringseringnya guru hanya mengejar materi selesai diajarkan meski siswa belum menguasai materi tersebut. 4. Guru kurang kreatif dalam menata ruang kelas menjadi ruangan yang menarik dan nyaman untuk digunakan.

sulit dipahami siswa. 3. Kesulitan siswa dalam memahami materi ini membuat mereka tidak memiliki penggerak dalam kegiatan belajar. Siswa kesulitan Literatur: membaca angka, 1. Literasi numerasi adalah tanggal, tahun, pengetahuan dan menghitung, kecakapan untuk menyebutkan menggunakan berbagai nominal uang dan macam angka dan simbol menyebutkan jam yang terkait dengan dalam Bahasa matematika dasar untuk Inggris. memecahkan masalah nyata dalam situasi kehidupan sehari-hari yang berbeda guna memberikan informasi dalam format yang berbeda baik itu grafik, tabel, maupun bagan, kemudian menggunakan interpretasi hasil analisis untuk pengambilan keputusan (Rosalina dan Suhardi, 2020). 2. Menurut Han, dkk. (2017) menyatakan bahwa indikator kemampuan literasi numerasi diungkapkan seperti : a. Menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari – hari. b. Menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagian, diagram, dan sebagainya). c. Menafsirkan hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan. Wawancara : 1. Siswa sering keliru

Setelah dianalisi lagi masalah kesulitan siswa dalam membaca angka, tanggal, tahun, menghitung, menyebutkan nominal uang dan menyebutkan jam dalam Bahasa Inggris ini karena : 1. Siswa menganggap mudah membaca angka dalam Bahasa Inggris. 2. Siswa jarang menggunakan angka berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. 3. Guru kurang membiasakan siswa menggunakan angka dalam Bahasa Inggris. 4. Jarang terdapat angka berbahasa Inggris yang ditempel di dinding.

2

Kemampuan membaca dan memahami teks berbahasa Inggris pada siswa masih kurang.

meyebutkan angka, jam, nominal uang dalam Bahasa Inggris. 2. Siswa keliru menggunakan angka dalam Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Literatur : 1. Chitravelu (2004: 87-89) mengemukakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membaca, diantaranya: a. Membaca memerlukan seperangkat pengetahuan tentang kaedah atau ketentuan membaca. b. Membaca memerlukan pemahaman arti dan pesan yang terkandung di dalam teks. c. Pemahaman terhadap teks memerlukan pemahaman terhadap bahasa yang digunakan dalam penulisan teks. d. Membaca merupakan suatu proses berfikir, karena dalam membaca seseorang menduga, memprediksi dan mengambil kesimpulan. e. Membaca merupakan proses interaksi. f. Membaca merupakan sistem kebutuhan hidup. g. Membaca bukan merupakan single skill akan tetapi merupakan multiple skills yang digunakan secara berbeda pada teks yang berbeda dan tujuan yang berbeda pula. h. Pengalaman membaca yang luas pada jenis teks yang beragam akan memudahkan seseorang dalam

Analisis penyebab masalah : 1. Pembelajaran reading belum cukup menarik minat siswa. 2. Kurang dukungan orang tua dan lingkungan (lingkungan tidak banyak menggunakan tulisan berbahasa Inggris). 3. Banyaknya platform audio visual yang bermunculan menyebabkan siswa lebih suka menonton dari pada membaca. 4. Kurangnya kemauan guru mengembangkan metode belajar membaca Bahasa Inggris. 5. Guru belum aktif membiasakan program literasi membaca Bahasa Inggris bagi siswa.

memahami teks yang dibacanya. 2. Ebel dalam Somadayo (2010: 28) berpendapat bahwa, yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan memahami bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor a. Siswa yang bersangkutan. b. Keluarganya. c. Kebudayaannya. d. Situasi sekolah.

Kebanyakan siswa belum memiliki keterampilan berbicara bahasa Inggris yang baik.

Hasil wawancara 1. Siswa tidak paham arti dan pesan yang terkandung dalam teks. 2. Ketidakpahaman ini menyebabkan siswa malas berfikir. 3. Siswa belum dibiasakan membaca sejak dari lingkungan keluarganya. 4. Lingkungannya juga belum membiasakan budaya membaca. 5. Orang tua jarang mendampingi anak belajar. 6. Media sosial lebih menarik minat siswa dari pada buku teks berbahasa Inggris. Kajian literatur: Menurut Darsiana, (2018) Faktor yang mempengaruhi pembelajaran Bahasa Inggris terasa sulit bagi siswa yaitu: 1. Rendahnya kemampuan keterampilan berbicara bahasa Inggris karena tidak terbiasa 2. Sebagian siswa masih enggan dan bahkan tutup mulut apabila mereka

Analisis penyebab masalah: 1. Keengganan siswa untuk mencoba berbicara menggunakan bahasa Inggris 2. Takut salah grammernya. 3. Guru kurang membiasakan siswa berbahasa inggris.

diajak berbicara dalam bahasa Inggris. Padahal, kalau dilihat dari penguasaan kosa kata, siswa tersebut seharusnya sudah mampu berbicara bahasa Inggris meskipun dalam rangkaian kalimat yang sangat sederhana 3. Merasa kesulitan dalam berbicara bahasa Inggris sehingga mereka belum mampu berkomunikasi. Asrori (2015:197) menyatakan faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu (a) kognisi Tingkat kemampuan kognitif individu akan mempengaruhi lambatnya perkembangan bahasa individu. (b) Modus komunikasi dengan keluarga merupakan mode komunikasi multi arah atau keluarga yang relatif demokratis dalam komunikasinya, yang akan mempercepat perkembangan perkembangan bahasa dalam bahasa anggota keluarga, daripada keluarga yang mengadopsi moda komunikasi dan komunikasi sebaliknya. (c) Jumlah anak atau anggota keluarga, suatu keluarga yang memiliki anak dalam jumlah yang banyak akan mempercepat perkembangan bahasa anak karena didalamnya akan terjadi komunikasi yang bervariasi dari pada keluarga yang memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga

lainya selain keluarga inti. (d) posisi urutan kelahiran, anak pada posisi tengah mengembangkan bahasa lebih cepat daripada anak tertua atau bungsu, karena anak tengah memiliki arah komunikasi ke atas atau ke bawah, sedangkan anak tertua hanya memiliki arah komunikasi ke bawah. Hanya anak bungsu yang hanya berkomunikasi ke atas. (e) Bilingualism (bilingualism) anak yang berbicara lebih dari satu bahasa akan berkembang lebih banyak bahasa dibandingkan anak yang hanya menggunakan satu bahasa, karena anak sudah terbiasa menggunakan bahasa sunda, dan harus menggunakan bahasa indonesia di luar keluarga. Hasil wawancara : 1. Siswa tidak percaya diri berbicara dalam Bahasa Inggris karena lebih sering berbicara menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. 2. Siswa belum terbiasa berbahasa Inggris. 3. Menganggap berbicara Bahasa Inggris susah karena tulisan dan pengucapan beda dan perbedaan DM-MD. 4. Pengaruh bahasa ibu terhadap pengucapan Bahasa Ingris. 3

Hubungan guru dan orang tua

Kajian literatur : 1. Abu Ahmadi dan Nur

Analisis penyebabnya : 1. Terbatasnya

terkait pembelajaran masih sangat terbatas

Uhbiyati (2004 : 26) partisipasi orang tua mengemukakan bahwa: di sekolah. Sekolah sebagai lembaga 2. Orang tua jarang pendidikan formal, terdiri dilibatkan dalam atas guru (pendidik) dan kegiatan siswa. Antara mereka sudah pembelajaran. barang tentu terjadi adanya 3. Program home visit saling hubungan, baik kurang maksimal. antara guru sebagai pendidik dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa dan orangtua dengan guru. 2. E. Mulyasa (2007: 115) mengemukakan maksud hubungan antara sekolah dengan orangtua adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan saran-saran dari sekolah, 2. Untuk menilai program sekolah, 3. Untuk mempersatukan orangtua siswa dan guru dalam memenuhi kebutuhan siswa, 4. Untuk mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan, 5. Untuk membangun dan memelihara kepercayaan orangtua terhadap sekolah, 6. Untuk memberitahu orangtua siswa tentang pekerjaan sekolah. 7. Untuk mengarahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah. Hasil wawancara : 1. Orang tua biasanya berhubungan dengan wali kelas bukan guru mapel. 2. Guru mapel menyampaikan keluhan terhadap siswa kepada wali kelas, bukan orang tua langsung.

3. Pengerjaan tugas sekolah

4

5

tidak melibatkan orang tua. Guru belum Kajian literatur : maksimal Menurut Trianto model mengimplementasi pembelajaran inovatifmodel-model progresif mendasarkan diri pembelajaran (Self oriented) pada inovatif kecendrungan pemikiran belajar sebagai berikut: a. Proses Belajar 1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengalaman di benak mereka sendiri. Wawancara : 1. Pemahaman guru mengenai pembelajaran inovatif masih kurang 2. Waktu untuk menyiapkan pembelajaran inovatif membutuhkan persiapan lebih banyak dan lama. 3. Tuntutan materi yang banyak. 4. Guru kurang memiliki waktu untuk memberikan pembelajaran terbaik. 5. Anggapan mengajar paling cepat dan jelas adalah dengan menjelaskan. Guru masih Literatur : kurang dalam Menurut Newman dan mengemas Wehlage dengan High Order pembelajaran Thinking peserta didik akan berbasis HOTS. dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas.(Hanifah, 2019) Hasil wawancara : 1. Untuk mendisain pembelajaran HOTS membutuhkan waktu yang lebih lama, sementara guru juga disibukkan dengan berbagai administrasi dan aktivitas lainnya. 2. Guru belum terbiasa

Analisis penyebabnya : 1. Kurangnya keterampilan guru mengimplementasik an pembelajaran inovatif. 2. Mindset guru bahwa membuat siswa paham, paling baik adalah dengan menjelaskan. 3. Fokus pembelajaran hanya pada lembar kerja siswa. 4. Guru tidak mau repot untuk mengimplementasik an model pembelajaran inovatif.

Analisis penyebabnya: 1. Guru belum cukup waktu untuk mengikuti pelatihan terkait mengemas pembelajaran berbasis HOTS. 2. Anggapan guru yang berlebihan terkait pembelajaran berbasis HOTS. 3. Guru merasa lebih mudah mengemas pembelajaran berbasis LOTS.

6

Guru belum maksimal memanfaatkan TIK dalam melakukan pembelajaran.

menggunakan HOTS, sehingga beranggapan kelas yang menggunakan HOTS itu harus yang berbobot, maksudnya soalnya susah, metodenya canggih, menggunakan peralatan yang bagus dsb. 3. Pelaksanaan pembelajaran yang mengemas HOTS lebih lama dipahami siswa, karena tidak langsung memberikan penjelasan akan tetapi siswa yang menemukan penjelasan tersebut. Maka biasanya guru lebih memilih langsung menerangkan dan meminta siswa menghafalnya (LOTS). Literatur : 1. Jack Ma (2018) mengatakan pendidikan adalah tantangan besar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajarmengajar, maka 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar. 2. Davies (2015) menyampaikan bahwa revolusi terjadi empat kali. Revolusi industri 1,0 sampai sekarang 4,0. Yang mana industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, semua sudah ada di manamana. Wawancara : 1. Kebanyakan guru kurang memiliki wawasan dalam memanfaatkan teknologi. 2. Maka guru merasa enggan untuk berinovasi dengan teknologi. 3. Banyaknya tugas guru membuat mereka tidak memiliki cukup waktu untuk mengembangkan diri.

Analisis penyebabnya: 1. Kurang memiliki wawasan dalam pemanfaatan teknologi. 2. Keengganan guru untuk berinovasi dengan teknologi. 3. Guru kekurangan waktu untuk menyiapkan TIK dalam pembelajaran. 4. Guru kurang membiasakan diri untuk menggunakan berbagai TIK dalam pembelajaran.

4. Memerlukan waktu lebih banyak untuk memanfaatkan TIK dalam pembelajaran karena belum terbiasa.