KLP.2 Teori Ernestine Wiedenbach [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Lia
  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

TEORI KONSEP MODEL ENESTINE WIEDENBACE’S YANG BERHUBUNGAN DENGAN MATERNITAS

Disusun oleh: Kelompok 2 A. Rini Frianty Saidatul Mardiah Rina Susanti Masliana (Lia) Taufik Hidayat

Dosen Pembimbing: Ns. Grace .,S.Kep M.Kep Sp.Mat

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN 2020

TEORI KONSEP MODEL ENESTINE WIEDENBACE’S YANG BERHUBUNGAN DENGAN MATERNITAS

Disusun oleh: Kelompok 2 A. Rini Frianty Saidatul Mardiah Rina Susanti Masliana (Lia) Taufik Hidayat

Dosen Pembimbing: Ns. Grace .,S.Kep M.Kep Sp.Mat

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN 2020

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah “Lingkup Kesehatan Perempuan” dapat kami selesaikan. Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga akhir zaman. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Keperawatan Maternitas. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya. Tenggarong, September 2020

Kelompok 2

i

Daftar Isi

KATA PENGANTAR......................................................................................

i

DAFTAR ISI....................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

1

1.1

Latar Belakang..........................................................................

1

1.2

Rumusan Permasalahan ...........................................................

2

1.3

Tujuan.......................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN……...…................................................................

3

2.1

Anatomi dan Fisiologi Reproduksi...........................................

3

2.2

Biografi……………….............................................................

13

2.3

Pengertian Teori Ernestine dan Teori Perspektif......................

14

2.4

Asumsi Mayor……..................................................................

15

2.5

Model teori……........................................................................

16

2.4.1 The Agents ....................................................................

16

2.4.2 The Means ....................................................................

18

2.4.3 The Framework ...............................................................

19

2.6

Fokus Konseptual Wiedenbach dan Komponen Praktik……..

20

2.7

Tahap-Tahap Mencapai tujuan Askep melalui Teori Ernestine

23

2.8

Aplikasi Teori Ernestine………...............................................

23

2.9

Kekuatan dan Kelemahan Teori ..............................................

26

BAB III PENUTUP …………………...........................................................

27

3.1

Kesimpulan…….......................................................................

27

3.2

Saran……………….................................................................

27

DAFTAR PUSTAKA………………………..................................................

28

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan membutuhkan konseptual teori sebagai arah untuk bertindak. Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam pelayanan keperawatan, teori-teori yang digunakan dalam praktik keperawatan berasal dari konseptual model keperawatan. Teori atau konsep sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan fenomena. Teori keperawatan merupakan salah satu komponen dari hirarki struktur pengembangan pengetahuan keperawatan yang meliputi paradigma, filsafat, model konseptual, teori keperawatan dan indikator empiris. Tingkat-tingkat konseptual pengembangan pengetahuan dalam keperawatan saling bergantung. Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktik keperawatan. Perawat perlu memahami dan melaksanakan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, konselor, advokat, koordinator, kolaborator, peneliti, dan agen pembaharu dalam pelayanan praktik keperawatan secara holistik dan konpeshensif, yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh kaena itu, Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan diimplementasikan di dalam praktik keperawatan. Sangat penting bagi para tenaga kesehatan untuk memahami sejarah teori keperawatan, Salah satu konsep atau teori tersebut adalah teori dari Ernestine Wiedenbach. Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife yang juga teoris di bidang keperawatan. Teori perspektif yang diciptakan oleh Ernestine Wiedenbach mengemukakan tentang imu perawatan klinis yang digunakan dalam berkomunikasi dengan klien dan filosofi dalam ilmu keperawatan. Dengan demikian, perawat dapat mempraktikkannya sehingga terciptalah hubungan yang baik antara peraat dan klien. Dalam makalah ini kami akan memberikan penjelasan mengenai teori yang dikemukakan oleh Ernestine Wiedenbach beserta aplikasinya dalam keperawatan, teutama dalam seni memberikan asuhan keperawatan klinis yang berkualitas.

1

1.2 Rumusan Permasalahan 1. Bagaimana biografi Ernestine Wiedenbach ? 2. Apa pengertian teori yang dikemukakan oleh Ernestine Wiedenbach ? 3. Bagaimana model teori Ernestine Wiedenbach ? 4. Bagaimana fokus konseptual dan komponen praktik keperawatan Ernestine Wiedenbach ? 5. Bagaimana tahap-tahap mencapai tujuan pengaplikasian teori Ernestine Wiedenbach ?

asuhan

keperawatan

dan

6. Apa saja kekuatan dan kelemahan dari teori yang dikemukakakn oleh Ernestine Wiedenbach? 1.3 Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mempelajari model konseptual keperawatan Wiedenbach dalam tatanan praktik asuhan keperawatan.

oleh

Ernestine

2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui biografi Ernestine Wiedenbach. b. Untuk memahami inti dari teori yang dikemukakan oleh Ernestine Wiedenbach. c. Untuk membahas konponen praktik keperawatan dari teori konsep Ernestine Wiedenbach. d. Untuk mengetahui tahap-tahap mencapai tujuan dari asuhan keperawatan menurut konsep teori Ernestine Wiedenbach. e. Untuk memahami bagaimana cara mengaplikasikan konsep teori Ernestine Wiedenbach. f. Untuk dapat mempertimbangkan teori Ernestine Wiedenbach dalam praktik asuhan keperawatan berdasarkan kekuatan daan kelemahan yang dimiliki oleh teori Ernestine Wiedenbach. g. Untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan yang berkualitas pada klien. h. Untuk sebagai referensi konsepyual teori dalam praktik asuhan keperawatan.

BAB II 2

PEMBAHASAN 2.1 Anatomi Dan Fisiologi Reproduksi 1.

Sistem Reproduksi Perempuan Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk sanggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin.

Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Eksterna Wanita a) Organ Genitalia Eksterna 1) Vulva atau pudenda Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular. 2) Mons veneris (mons pubis) Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha. 3) Labia mayora Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada 3

di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria. 4) Labia minora (nymphae) Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensistif. 5) Klitoris Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif. 6) Vestibulum Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh perineum (fourchette). 7) Introitus Vagina Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara. 8) Perineum Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang menutupinya. b) Organ Genitalia Interna 4

Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Eksterna Wanita 1) Vagina (Liang Sanggama) Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masingmasing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat dinamakan rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi. Vagina dapat darah dari (1) arteri uterine, yang melalui cabangnya ke serviks dan vagina memberikan darah ke vagina bagian tengah 1/3 atas; (2) arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberikan darah ke vagina bagian 1/3 tengah; (3) arteria hemoroidalis mediana dan arteria pedundus interna yang memberikan darah ke bagian 1/3 bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan. 5

2) Uterus Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri dan, serviks uteri. Untuk

mempertahankan

posisinya

uterus

disangga

beberapa

ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium. 



Peritoneum -

Meliputi dinding rahim bagian luar

-

Menutupi bagian luar uterus

-

Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan

-

pembuluh darah limfe dan urat saraf

-

Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen

Lapisan otot -

Lapisan luar: seperti “Kap” melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum

-

Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum

-

Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.

3) Tuba Fallopi

6

Tuba Fallopi terdiri atas pars interstisialis yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus, pars ismikia merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya, pars ampularis yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar tempat konsepsi terjadi dan infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria 4) Ovarium (indung telur) Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm (Prawirohardjo, 2010). 2.

Sistem Reproduksi Laki-Laki Organ genitalia pria dibedakan menjadi organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Organ genitalia interna terdiri dari testis, epididimis, duktus deferen, funiculus spermaticus, dan kelenjar seks tambahan. Organ genitalia eksterna terdiri dari penis, uretra, dan skrotum.

Gambar 2.3. Anatomi Reproduksi Pria a) Organ Genitalia Eksterna 1) Penis Penis terbagi menjadi radix, corpus, dan glans penis. Penis terdiri dari 3 massa silindris yaitu dua corpora cavernosa yang dipisahkan oleh septum dan terletak di dorsal serta satu corpus spongiosum yang mengelilingi uretra dan terletak di ventral. Glans penis adalah ujung terminal dari corpus 7

spongiosum yang membesar dan menutupi ujung bebas kedua corpora cavernosa penis. Preputium adalah lipatan kulit yang retraktil pada glans penis yang akan dipotong dalam sirkumsisi. 2) Uretra Uretra terdiri dari 3 bagian yaitu uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra spongiosa. 3) Skrotum Skrotum adalah kantung kulit yang menggantung di luar rongga perut, antara kaki dan dorsal penis. Terdiri dari 2 kantung yang masing-masing diisi oleh testis, epididimis, dan bagian caudal funiculus spermaticus. Dalam kondisi normal, suhu skrotum 3°C lebih rendah dari suhu tubuh agar dapat memproduksi sperma yang sehat. b) Organ Genitalia Interna 1) Testis Testis berbentuk seperti telur yang berukuran 4x3 cm yang dikelilingi oleh jaringan ikat kolagen (tunika albuginea).

Tunika albuginea

akan

memberikan septa ke dalam parenkim testis dan membagi menjadi beberapa lobulus. Setiap lobulus mengandung 1-4 tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus merupakan tempat produksi sperma. Pada ujung tubulus seminiferus ini terdapat tubulus rektus yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan rete testis. Rete testis terdapat dalam jaringan ikat mediastinum yang dihubungkan oleh 10-20 duktus eferen yang ke distal menyatu pada duktus epididimis. 2) Epididimis Epididimis adalah saluran yang berkelok-kelok dengan panjang sekitar 4-6 meter yang terdiri dari caput, corpus, dan cauda. Di dalam epididimis, spermatozoa akan matang sehingga menjadi mortil dan fertil. Setelah melalui epididimis yang merupakan tempat penyimpanan sperma sementara, sperma akan menuju duktus deferen. 3) Duktus Deferen dan Funiculus Spermaticus Duktus deferen/vas deferen adalah suatu saluran lurus berdinding tebal yang akan menuju uretra pars prostatika. Duktus deferen bersama pembuluh darah dan saraf, dalam selubung jaringan ikat disebut funiculus spermaticus yang akan melalui kanalis inguinalis. 8

4) Kelenjar Seks Tambahan Kelenjar seks tambahan terdiri dari sepasang vesikula seminalis, prostat, dan sepasang kelenjar bulbouretral. Vesikula seminalis terletak di bagian dorsal vesika urinaria dan menghasilkan sekitar 60% dari volume cairan semen. Sekresi dari vesikula seminalis mengandung fruktosa, prostaglandin, fibrinogen, dan vitamin C. Fruktosa memiliki fungsi sebagai sumber energi primer untuk sperma, sedangkan prostaglandin memiliki fungsi merangsang kontraksi otot polos sehingga memudahkan transfer sperma Saluran dari masing-masing vesikula seminalis bergabung dengan duktus deferens pada sisi yang sama untuk membentuk duktus ejakulatorius. Dengan demikian, sperma dan cairan semen masuk uretra bersama selama ejakulasi. Kelenjar prostat terletak di bawah dasar vesika urinaria. Kelenjar prostat mengeluarkan cairan basa yang menetralkan sekresi vagina yang asam, enzim pembekuan, dan fibrinolisin. Kelenjar bulbouretral terletak di dalam otot perineal dan menghasilkan cairan mukoid untuk pelumas.

3.

Respon Seksual a) Pengertian Siklus respon seksual dengan fase-fase excitement, plateu, orgasmus dan resolusi. Fase –fase ini adalah akibat dari vasokontriksik dan miotonia, yang merupakan respon fisiologis dasar dari rangsangan seksual (master dan johnson, 1996). Vasokongesti adalah pengumpulan darah dalam alat genitalia dan payudara wanita selama rangsangan seksual. Pada wanita reaksi ini menyebabkan lubrikasi vaginal, tumescence (pembengkakan) klitoris, labia minora dan mayora, dan pembesaran sepertiga bagian luar vagina. Pada pria, vasokongesti menyebabkan ereksi penis miotonia atau tensi neuromuskular, secara bertahap meningkat di seluruh tubuh selama fase perangsangan dan plateu. Miotonia memuncak selama orgasmus, sehingga menyebabkan kontraksi involunter vagina wanita dan duktus deferens serta uretra pada pria. Kedua jender mengalami kontraksi pada lengan, tungkai, 9

wajah, dan otot gluteal. Spasme kartopedal atau kontraksi spastis dari otot tangan dan kaki dapat terjadi setelah orgasmus tubuh kembali pada tingkat sebelum perangsangan. Fase yang di gambarkan oleh master dan johnson tidak absolut. Meskipun fase ini beragam dalam durasi dan intensitasnya, pola respon pada wanita dan pria lebih banyak kemiripannya ketimbang perbedaannya. Respon tersebut banyak di pengaruhi oleh faktor psikologis dan lingkungan seperti kelebihan mengkonsumsi alkohol, dan ketepatan waktu diantara individu bervariasi (Potter & perry ,2005). Menurut Bobak (2005) respon seksual pada tahap awal dapat menyebabkan munculnya stimulasi pada hipotalamus dan kelenjar hipopisis anterior pada wanita dan pria kemudian menyebabkan keluarnya hormon FSH dan LH, jaringan target hormon-hormon ini adalah gonad, ovarium dan testis. Pada wanita ovarium berfungsi memproduksi ovum dan mensekresi hormon progesteron dan estrogen. Sedangkan pada pria testis berfungsi memproduksi sperma dan mensekresi hormon testosteron. Mekanisme umpan balik antara hormon yang disekresi oleh gonad, hipotalamus dan hipopisis anterior membantu mengendalikan produksi sel-sel kelamin dan sekresi hormon seksual steroid. b) Siklus respon seksual manusia. Menurut Masters dan Johnson (1966) siklus respon seksual terdiri dari fase excitement, plateu, orgasmus, dan resolusi. 1) Tahap exicetement (peningkatan bertahap dalam rangsangan (seksual). Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah lubrikasi vaginal yaitu dinding vagina berkeringat, ekspansi 2/3 bagian dalam rongga vagina (lorong vagina membuka), peningkatan sensitivitas dalam pembesaran klitoris serta labia, kemudian terjadi ereksi puting dan peningkatan ukuran payudara. Sedangkan pada pria yang terjadi pada tahap ini yaitu ereksi penis (penambahan besar penis dari yang sebelumnya), penebalan dan elevasi

skrotum,

pembesaran

skrotum,

ereksi

puting

susu

dan

pembengkakan (tumescence). 2) Tahap Plateu (penguatan respon fase exicetement). Pada tahap berikutnya yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah pembesaran klitoris (retraksi klitoris dibawah topi klitoris), pembentukan platform orgasmus: pembengkakan 1/3 luar vagina dan labia minora, 10

elevasi serviks dan uterus: perubahan warna kulit yang tampak hidup pada labia minora, pembesaran areola dan payudara, peningkatan tegangan otot dan pernapasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan prekuensi pernafasan. Sedangkan pada pria yang terjadi pada tahap ini yaitu peningkatan ukuran glans (ujung) penis, peningkatan intensitas warna glans, elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis, peningkatan tegangan otot dan pernafasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan. 3) Tahap orgasmus (penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot) Pada tahap ini yang terjadi pada wanita adalah kontraksi volunter platformorgasmik, uterus, rektal dan spinter uretral, dan kelompok otot lain, hiperventilasi dan peningkatan frekuensi jantung, memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan. Sedangkan pada pria yang terjadi adalah penutupan sfinter urinarius internal, sensasi ejakulasi yang terjadi tertahankan, kontraksi duktus deferens vesikel seminalis prostat dan duktus

ejakulatorius,

relaksasi

sfinter

kandung

kemih

eksternal,

memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan, ejakulasi. 4) Tahap Resolusi (fisiologis dan psikologis kembali ke dalam keadaan tidak terangsang). Pada tahap ini yang terjadi pada wanita adalah relaksasi bertahap pada dinding vagina, perubahan warna yang cepat pada dinding labia minora, berkeringat, secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan kembali normal, wanita mampu kembali mengalami orgasmus karena tidak mengalami periode refraktori seperti yang terjadi pada pria (Purnawan, 2004). Sedangkan yang terjadi pada tahap ini pada pria adalah kehilangan ereksi penis, periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak enak, reaksi berkeringat, penurunan testis, secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan kembali normal.

c) Faktor yang mempengaruhi 11

Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas antara lain: 1) Faktor Fisik Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik, karena bagaimanapun aktivitas seks bisa menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan. Kondisi fisik dapat berupa penyakit ringan/berat, keletihan, medikasi maupun citra tubuh. Citra tubuh yang buruk terutama disertai penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh menyebabkan seseorang kehilangan gairah. 2) Faktor Hubungan Masalah

dalam

berhubungan

(kemesraan,

kedekatan)

dapat

mempengaruhi hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual. Hal ini sebenarnya tergantung dari bagimana kemampuan mereka dalam berkompromi dan bernegoisasi mengenai perilaku seksual yang dapat diterima dan menyenangkan. 3) Faktor Gaya Hidup Gaya hidup disini meliputi penyalahgunaan alkohol dalam aktivitas seks, ketersediaan waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dan penentuan waktu yang tepat untuk aktivitas seks. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal seks dengan efek negatif yang jauh lebih besar dibanding perasaan eforia palsu tersebut. Sebagian klien mungkin tidak mengetahui bagaiman mengatur waktu antara bekerja dengan aktivitas seksual, sehingga pasangan yang sudah merasa lelah bekerja merasa kalau aktivitas seks merupakan beban baginya. 4) Faktor Harga Diri Jika harga-diri seksual tidak di pelihara dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual-diri dan dengan mempelajari ketrampilan seksual, aktivitas seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau tekanan perasaan seksual (Purnawan, 2004).

2.2  Biografi Ernestine Wiedenbach

12

Ernestine Wiedenbach adalah seorang pemimpin yang dikenal dalam pengembangan teori dan perawatan maternal bayi. Dia menulis suatu artikel teori klasik bersama Dicroff dan Yakobus, artikel tersebut berisi tentang suatu disiplin praktik yang masih digunakan sekarang ini ketika mempelajari teori evolusi keperawatan. Ernestine dilahirkan di suatu keluarga makmur pada tahun 1900. Keluarganya berimigrasi dari Jerman ketika ia masih muda. Ernestine mulai berminat pada ilmu keperawatan ketika melihat perawatan pada neneknya yang sedang sakit-sakitan. Kemudian ia senang mendengar saudara perempuan temannya yang adalah seorang mahasiswi kedokteran menceritakan pengalamannya dirumah sakit. Ernestine menjadi sangat terkesan dengan peran perawat setelah lulus dari Wellesley Collage dan mendapatkan gelar sarjana muda di bidang budaya liberal tahun 1922, lalu ia mendaftarkan diri di sekolah keperawatan agar tidak mengecewakan kedua orangtuanya. Menurut Nickel, Gesse dan McLaren, 1992, Ernestine mula-mula memasuki PostGraduate Hospital School Of Nursing, tetapi setelah “ pertemuan dengan administrasi sekolah “ dimana ia menjadi pembicara untuk menyampaikan keluhan sekelompok murid. Oleh karena itu ia di keluarkan. Adelaide Nutting, lulusan Johns Hopkins, ikut campur dan menghubungi Elsie Lawler, Direktur Johns Hopkins School Of Nursing yang mengijinkan Ernestine melanjutkan pendidikan perawatnya. Ernestine berhutang budi pada Nutting karena masih memiliki kesempatan untuk menjadi perawat. Ernestne berjanji untuk tidak lagi mencoba untuk mengorganisir atau mendorong kesalahpahaman diantara murid Hopkins. Dia menaati semua peraturan perawat saat itu, bahkan ketika “memotong pendek” satu saja rambut akan menyebabkan dikeluarkan dari sekolah (Nickel, 1992). Setelah lulus dari Johns Hopkins pada tahun 1925, ia telah mendapat tawaran sebagai pengamat karena ia memiliki gelar sarjana muda. Ia bekerja di Johns Hopkins dan kemudian di Bellevue di New York. Ernestine melanjutkan pendidikannya di Teacher Collage, Columbia University dengan menghadiri kelas malam, dimana ia mendapatkan gelarsarjana tinggi dan sertifikat perawatan kesehatan masyarakat pada tahun 1934. Ernestine meninggalkan rumah sakit dan bekerja dengan perawatan kesehatan masyarakat dari Henry Street Settlement sebagai perawat untuk sebuah asosiasi untuk meningkatkan kondisi orangorang lemah/Association for Improving Conditions Of The Poor (AICP). Ernestine meninggalkan klinik perawatan dan bekerja sebagai penulis professional dengan The Nursing Information Bureau (NIB) untuk The American Journal of Nursing. Ia mengembangkan kemampuan menulisnya dan membuat banyak orang professional penting menghubunginya. Setelah pengeboman Pearl Harbor, Ernestine bekerja di NIB untuk menyiapkan perawat-perawat untuk memasuki Perang Dunia II. Penyakit jantung menyebabkan Ernestine tidak dapat melanjutkan tugasnya pada saat perang. Setelah perang, Ernestine memohon untuk kembali merawat pasien dan Direktur The Maternity Center Association of New York, Hazel Corbin, membujuknya untuk mendaftar di sekolah bidan diumur 45 tahun. Setelah lulus, Ernestine berlatih sebagai bidan di Maternity Center Association dan mengambil mata pelajaran sore di Teachers Collage untuk perawatan maternitas. Ernestine menyatakan bahwa bagian favoritnya di pelatihan bidan adalah kedatangannya di rumah pasien untuk memberikan pertolongan melahirkan. Pada tahun 1952 Ernestine ditetapkan menjadi direktur program kelulusan di perawatan kesehatan maternal bayi baru lahir, di Yale University School Of Nursing, yang dimulai pada tahun 1956. Ia tidak terima posisi itu, karena tujuannya untuk menetapkan 13

suatu program perawat kebidanan, bagaimanapun, ia telah melobi untuk masuk kebidanan ketika Yale memulai program kelulusannya. Pada tahun 1958 ia menulis sebuah keperawatan klasik, Family-Centered Maternity Nursing, sebuah teks menyeluruh pada perawatan kandungan. Ernestine mengajar bersama Ida Orlando di Yale dan berkerjasama dengan Patricia James dan William Dickoff tentang perawatan dan filosofi. Contoh ilmu perawatan klinis Ernestine Wiedenbach telah dikembangkan berdasarkan pengetahuannya selama bertahuntahun di aturan klinis dan ajarannya sebagai hubungan profesionalnya. Menurut Ernestine terdapat 4 elemen / unsur dalam perawatan klinis, yaitu : filosofi, tujuan/maksud, pelatihan, dan seni. Ernestine Wiedenbach memiliki banyak buku dan artikel yang telah diterbitkan. Beberapa diantaranya adalah: 1. Wiedenbach, E (1958). Family-Centered maternity nursing, New York: G.P. Putnam’s Sons. 2. Wiedenbach, E (1964). Clinical Nursing: A helping Art. New York: Spinger. Artikel yang ditulis oleh Nickle, Gesse, dan McLarren pada tahun 1992 di Journal of Nurse-Midwifery sangat luar biasa dan menjadi acuan untuk banyak fakta pribadi yang dipersembahkan di dalam website. Adalah suatu keharusan bagi seseorang yang mempelajari pengaruh Ernestine untuk membaca artikel mereka. Satu kaset dan wawancara dengan Ernestine Wiedenbach bertindak sebagai basis untuk artikel yang berjudul “Ernestine Wiedenbach : Her Professional Legacy (Warisan Profesionalnya)”. Ernestine Wiedenbach mengundurkan diri pada tahun 1966. Ia tidak pernah menikah dan meninggal di umur 97 tahun pada tanggal 8 maret 1998 (Currentnursing, 2012).

2.2  Pengertian Teori Ernestine dan teori Perspektif Ernestine Wiedenbach adalah seorang perawat kebidanan (nurse midwifery) yang sangat tertarik pada masalah sepitar keperawatan maternitas yang terfokus pada keluarga (Family-Centered Maternity Nursing). Ernestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek yang mempersiapkan persalinan berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read. Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman dan observasi dalam praktik.konsep teori yang dihasilkan Ernestine Wiedenbach bukan hasil penelitian melainkan hasil pemikirannya yang dituangkan dalam bukunya. Teori Ernestine Widenbach dikenal dengan “The Need For Help”. Teori ini melihat segala aspek yang terdapat dalam ruang lingkup asuhan keperawatan baik dari aspek pasien, perawat dan lingkungan sosial yang berada di sekitar pelayanan kesehatan yang diberikan. Dengan penggunaan teori ini diharapkan dapat melihat keseluruhan dari aspek-aspek yang terkait 14

dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada pasien terutama dalam keadaan emergensi dengan cepat dan tepat yaitu dengan mengidentifikasi bantuan segera apa yang dibutuhkan oleh pasien (kegawatdaruratan), perawat dapat menggunakan sumber dukungan pasien untuk memenuhi kebutuhannya dan menilai apakah bantuan yang diberikan benarbenar dibutuhkan oleh pasien (Alligood, 2014). Teori perspektif yang diciptakan oleh Ernestine Wiedenbach mengemukakan tentang imu perawatan klinis yang digunakan dalam berkomunikasi dengan klien dan filosofi dalam ilmu keperawatan. 2.3  Asumsi Mayor Manusia 1. Proses pengarahan diri sendiri dan relatif bebas, memanfaatkan sebaik mungkin kapabilitas, memenuhi kapabilitas, memiliki cara untuk menjaga diri; dengan kata lain, ini adalah fungsi manusia (weidenbach, 2010) 2. Apakah perawat atau klien memberi perhatian dengan potensi yang unik untuk mengembangkan cara yang mandiri. Pada umumnya orang - orang cenderung bebas dan memenuhi kapabilitas (eichelberger dan sitzman, 2010). Keperawatan 1.

Keterampilan menolong dengan pengetahuan dan teori. Diarahkan pada tujuan mempertimbangkan dengan tindakan pikiran, perasaan, persepsi dan tindakan untuk memahami kondisi kliennya, situasi dan kebutuhan, untuk meningkatkan kapabilitasnya, memperbaiki kepeduliannya, mencegah keterulangan masalah dan kecemasan, disabilitas dan penderitaan (wiedenbach, 1964).

2. Identifikasi yang efektif untuk klien membutuhkan pertolongan melalui observasi untuk menunjukan kebiasaan dan gejala, eksplorasi untuk mengartikan gejala dengan klien dan penentuan kode karena penyebab ketidak nyamanan. Sehat 15

Tidak didenifisikan. Namun , wiedenbach mendukung WHO mendefinisikan sehat sebagai fisik yang lengkap, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya ketiadaan gejala dan kelemahan (george, 2008). Lingkungan Gabungan dari tujuan, kebijaksaan, keadaan, suasana, waktu, manusia, kejadian masa lalu, jalan peristiwa atau antisipasi terjadi secara dinamis, tidak dapat diprediksikan, menyenangkan dan mengganggu(wiedenbach,1970).

2.4  Model Teori 2.4.1 The Agents Kunci Dasar Teori Keperawatan Wiedenbach mengusulkan 4 elemen utama untuk keperawatan klinis, yaitu: Filosofi Filosofi, sikap terhadap kehidupan dan realita berkembang dari setiap perawat yg memiliki keyaninan dan kode etik, motivasi perawat untuk bertindak, membuat pikiran apa yang harus dilakukan dan memengaruhi keputusan yang diambil. Itu berasal dari kultur dan subkultur, dan merupakan bagian bagi dirinya. Ini adalah karakter pribadi, unik setiap perawat dan mengekspresikan dirinya sebagai perawat. Filosofi menggarisbawahi maksud dan tujuan mencerminkan filosofi (weidenbach, 1964). Menurut Widenbach, “Filosofi perawat adalah sikap dan keyakinan mereka tentang kehidupan dan bagaimana dampak realita bagi mereka.” Mengidentifikasi 3 komponen utama filosofi keperawatan: 1. Menghormati untuk hadiah dikehidupan 2. Menghormati martabat orang lain, dan 3. Bertindak untuk menyelesaikan masalah secara dinamis dalam suatu hubungan satu keyakinan (Wiedenbach, 1970). Tujuan 1. Tujuan perawat adalah bahwa perawat menginginkan untuk menyelesaikan melalui apa

16

yang ia lakukan. 2. Keselurahan aktif mengarah melalui secara keseluruhan secara baik dari klien. Keterampilan 1. Keterampilan keperawatan termasuk: a. Mengerti kebutuhan dan perhatian klien b. Mengembangkan tujuan dan tindakan klien yang dimaksudkan, dan c. Mengarahkan aktivitas yang terkait untuk rencana medis terhadap kondisi klien. 2. Perawat juga fokus pencegahan terhadap permasalahan yang terkait keterulangan atau pengembangan masalah baru Praktik Praktik perawat dilihat dari tindakan yang memengaruhi dari keyakinan dan perasaan tentang pertemuan dengan klien untuk meminta bantuan. Art dan The Recipient Menurut Erestine Wiedenbach (1964), keperawatan adalah pengasuhan dan kepedulian untuk seseorang dengan mengambil sosok seorang ibu. Keperawatan adalah layanan bantuan yang diberikan dengan kasih sayang, keterampilan, dan pengertian kepada mereka yang membutuhkan kepedulian, nasihat, dan kepercayaan diri di area kesehatan (Wiedenbach 1977) Kebijakan keperawatan diperoleh melalui pengalaman yang berarti (Wiedenbach 1964). Sensitivitas mengingatkan perawat tentang kesadaran akan ketidakkonsistenan dalam situasi yang mungkin akan menimbulkan masalah. Itu adalah faktor kunci dalam membantu perawat untuk mengidentifikasi pasien yang butuh bantuan. Keyakinan dan nilai perawat mengenai penghormatan untuk karunia kehidupan, nilai individu, dan aspirasi setiap manusia menentukan kualitas dari asuhan keperawatan. Tujuan perawat dalan keperawatan mewakili komitmen profesional. Menurut Wiedenbach (1967) praktik keperawatan adalah seni di mana tindakan keperawatan yang didasari oleh prinsip-prinsip membantu (principles of helping). Tindakan keperawatan dapat di bagi menjadi empat jenis tindakan berikut: a. refleks b. dikondisikan c. impulsif d. sengaja 17

Keperawatan sebagai praktik disiplin diarahkan pada tujuan. Sifat dari tindakan keperawatan didasari oleh pemikiran atau gagasan. Perawat memikirkan dalam-dalam jenis hasil yang dia inginkan, mempersiapkan aksinya untuk mendapatkan hasil tersebut, menerima tanggung jawab dari aksi dan hasil dari aksi yang telah dipikirkan di awal. (Wiedenbach 1970). Sebab keperawatan membutuhkan pemikiran, itu bisa dianggap sebagai tindakan bertanggung jawab yang disengaja.

2.4.2 The Goal Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Konsep Wiedenbach tujuan akhir dari perawatan “ sebuah ukuran atau tindakan yang diperlukan dan diinginkan seseorang dan berpotensi untuk merubah atau memperpanjang kemampuan seseorang tersebut untuk mengatasi keterbatasan “ ( Danko et al., 1989 cite Wiedenbach’s ( 1964 ).Wiedenbach mendefinisikan need-for-help adalah pengukuran atau tindakan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh individu dan yang berpotensi untuk memulihkan atau memperluas kemampuannya untuk mengatasi implisit dalam situasi. Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menemukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi kebutuhan pasien, bidan/perawat harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta pikirannya.

2.4.3 The Means Tindakan dan perangkat yang melalui perawat diaktifkan untuk mencapai tujuan. sarana terdiri dari kegiatan dan perangkat yang melalui praktisi dimungkinkan untuk mencapai tujuannya. Sarana termasuk keterampilan, prosedur teknik, dan perangkat yang dapat digunakan untuk memfasilitasi praktik keperawatan. Cara perawat memberikan perawatan, mengungkapkan kekhawatiran, menggunakan cara-cara yang tersedia adalah individual dan ditentukan oleh tujuan utama dan resepnya. (Wiedenbach, 1970) Maksud atau arti pada pencapaian tujuan perawatan midwifery diekspresikan dalam praktik terdiri dari empat fase : 1) Identifikasi pengalaman need-for-help pasien. 2) Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan.

18

3) Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang dibutuhkan. 4) Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Model Wiedenbach mengidentifikasi kebutuhan dari nurse midwife akan pengetahuan, penilaian, dan keterampilan yang dapat dicapai : 1) Pengetahuan meliputi segala sesuatu yang telah dipahami. Pengetahuan dapat berupa fakta, spekulatif atau praktik dan menyediakan sumber. 2) Penilaian meliputi kemampuan perawat dalam membuat keputusan. 3) Keterampilan menunjukkan kemampuan perawat dalam mencapai keberhasilan hasil. 2.4.4 The Framework

Framework, yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan profesional. Tujuan Wiedenbach dalam teorinya adalah untuk mengindentifikasi bantuan yang dibutuhkan pasien melalui tahapan berikut: 1) Mengobservasi perilaku yang konsisten atau tidak konsisten terhadap kenyamanan pasien 2) Mengeksplorasi maksud atau arti dari perilaku pasien 3) Memastikan penyebab ketidaknyamanan atau ketidakmampuan pasien 4) Menentukan apakah pasien dapat mengatasi masalahnya sendiri atau membutuhkan

bantuan A. Kesimpulan

19

Ernestine Wiedenbach adalah seorang perawat kebidanan (nurse midwifery) yang sangat tertarik pada masalah sepitar keperawatan maternitas yang terfokus pada keluarga (Family-Centered Maternity Nursing). Teori Ernestine Widenbach dikenal dengan “The Need For Help”. Teori ini melihat segala aspek yang terdapat dalam ruang lingkup asuhan keperawatan baik dari aspek pasien, perawat dan lingkungan sosial yang berada di sekitar pelayanan kesehatan yang diberikan. Dalam Teori Ernestine Wiedenbach terdapat 5 konsep model asuhan kebidanan yaitu: 1. The agent : perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lain 2. The recipient : wanita, keluarga, masyarakat 3. The goal : goal dari intervensi (tujuan) 4. The means : metode untuk mencapai tujuan 5. The framework : kerangka kerja (organisasi sosial, lingkungan sosial, dan professional) Serta terdapat 4 tahap untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan antara lain : 1. Identifikasi kebutuhan klien 2. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan 3. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang dibutuhkan 4. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien

2.5 Fokus Konseptual Wiedenbach dan Komponen Praktik Keperawatan

20

Berdasarkan ilustrasi di atas, pusat dari bulatan adalah pengalaman individu atau pasien. Individu menerima pelayanan secara langsung melalui komponen-komponen praktik klinik. Komponen-komponen ini mengidentifikasi need-for-help, pemberian bantuan (pertolongan) yang dibutuhkan (skema 2.2), dan validasi bantuan yang dibutuhkan (skema 2.3). Komponen ini memasukkan koordinasi pelayanan keperawatan, kolaborasi dan konsultasi secara langsung. Pendidikan keperawatan, administrasi keperawatan dan organisasi keperawatan terlihat sebagai level praktik selanjutnya, dengan bekerja bersama-sama untuk mencapai perawatan yang berkualitas. Advanced study, penelitian dan publikadi dipandang sebagai level tertinggi pada praktik keperawatan profesional untuk menginvestigasi masalah keperawatan dan mencari solusi. Wiedenbach percaya bahwa perbaikan kualitas praktik keperawatan dengan pendidikan yang didukung usaha perawat secara individual untuk bertanggung jawab akan hasil tanpa adanya pelanggaran keperawatan yang ideal. Wiedenbach mengatakan bahwa pelayanan keperawatan dan pendidikan keperawatan saling ketergantungan. Melalui kerja sama dengan mutual respect, dan melalui pembelajaran yang sistematik akan masalah yang telah menjadi pengalaman dalam praktik keperawatan, perawat dapat memberikan konsistensi dan stabilitas pada penyediaan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Adapun skema dari pengelolaan bantuan yang dibutuhkan dan validasi bantuan digambarkan dalam skema-skema di bawah ini. Pengelolaan Bantuan yang Dibutuhkan Perawat memformulasikan perencanaan dalam pertemuan dengan pasien need-for help berdasarkan sumber: “apa yang pasien pikirkan, ketahui, dapat dilakukan, telah dilakukan” + “apa yang perawat pikirkan, ketahui, dapat dilakukan, telah dilakukan”

21

Perawat membuat perencanaan untuk pasien

Pasien merespon presentasi perencanaan

Perawat mempersepsikan perilaku konsisten atau tidak konsisten pasien dengan penerimaan konsep yang direncanakan Perawat mengeksplorasi, klarifikasi tujuan, maksud/arti perilaku pasien yang diikuti presentasi perencanaan Pasien sependapat dengan perencanaan Perawat menyarankan cara implementasi dalam perencanaan Pasien menerima saran

Pasien tidak sependapat dengan perencanaan Perawat mencari bantuan untuk mendapatkan respon definitiv

Pasien tidak menerima saran

Perencanaan implementasi perawat: pemberian pertolongan yang dibutuhkan Pasien mengungkapkan penyebab ketidakterimaan: masalah yang mengganggu membutuhkan: penyelesaian masalah

Perawat mengeksplorasi penyebab ketidakterimaan pasien Pasien tidak mengungkapkan penyebab ketidakterimaan Pasien

Perawat dapat mencari bantuan untuk menetapkan penyebab ketidakterimaan pasien Perawat mengeksplorasi kemampuan pasien dalam solusi masalah indikasi kemampuan pasien dalam menyelesaikan masalah: pasien tidak membutuhkan bantuan

indikasi ketidakmampuan pasien dalam menyelesaikan masalah pasien membutuhkan bantuan

Perawat memformulasikan perencanaan dalam pertemuan ini need-for-help berbasis pengenalan sumber yang baru; perencanaan pasien; dan mengeksplorasi maksud perilaku pasien dalam merespon perencanaan baru menurut outline pada chart

Skema 2. 2 Pemberian Bantuan untuk Pertolongan (Wiendenbach, 1964) Validasi Bantuan yang Dibutuhkan yang Telah Ditemukan

22

Perawat mempersepsikan perilaku konsisten atau tidak konsisten pasien dengan konsep kenyamanan atau kemampuan

Perawat mengeksplorasi, klarifikasi tujuan, maksud perilaku pasien

Pasien memberikan keyakinan bukti pada kenyamanan atau kemampuan need-for-help-met

Pasien tidak memberikan keyakinan bukti kemampuan pada kenyamanan atau need-for-help may not have been met

Perawat membutukan rekonstruksi pengalaman untuk memastikan: 1.Identifikasi need-for-help 2.Kebutuhan apa yang ditemukan perawat dalam sebuah cara penerimaan 3.Apa perawat membutuhkan bantuan untuk mengetahui dimana memulai kembali dan kemudian menetapkan aksi yang sesuai

Skema 2.3 Validasi Bantuan yang Dibutuhkan yang Telah Ditemukan (Wiedenbach, 1964)

2.6 Tahap-Tahap Mencapai Tujuan Askep melaluo Teori Ernestine Tujuan Wiedenbach adalah untuk mengidentifikasi bantuan yang dibutuhkan pasien melalui tahapan berikut: a. Mengobservasi perilaku yang konsisten atau tidak konsisten terhadap kenyamanan pasien b. Mengeksplorasi maksud atau arti dari perilaku pasien c. Memastikan penyebab ketidaknyamanan atau ketidakmampuan pasien d. Menentukan apakah pasien dapat mengatasi massalahnya sendiri atau membutuhkan bantuan

2.7 Aplikasi Teori Ernestine Aplikasi teori Ernestine Wiedenbach paling sesuai digunakan untuk kasus kegawat daruratan maternal yang membutuhkan penanganan segera dengan cepat dan tepat. Tenaga kesehatan khususnya keperawatan harus memiliki potensi dan kompentensi yang memadai untuk mengatasi permasalahan yang muncul, dengan melihat aspek dari perawat dan respon 23

dari klien teori Wiendenbach dianggap mewakili untuk menyelesaikan kasus perdarahan ini. Teori Wiendenbach merupakan teori yang terdiri dari lima (5) konsep dari realitas keperawatan, yaitu : 1. Agent : Bidan / perawat 2. Penerima : Wanita, keluarga dan masyarakat 3. Tujuan / Goal : tujuan dan pelayanan 4. Alat : metode untuk mencapai tujuan 5. Kerangka : sosial dan lingkungan organisasi dan professional Penggunaan teori ini melihat segala aspek yang terdapat dalam ruang lingkup asuhan keperawatan baik dari aspek pasien, perawat dan lingkungan sosial yang berada di sekitar pelayanan kesehatan yang diberikan. Dengan penggunaan teori ini diharapkan dapat melihat keseluruhan dari aspek-aspek yang terkait dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada pasien terutama dalam keadaan emergensi dengan cepat dan tepat yaitu dengan mengidentifikasi bantuan segera apa yang dibutuhkan oleh pasien (kegawatdaruratan), perawat dapat menggunakan sumber dukungan pasien untuk memenuhi kebutuhannya dan menilai apakah bantuan yang diberikan benar-benar dibutuhkan oleh pasien melalui tahapan: identifikasi, validasi, ministrasi, dan koordinasi. Adapun tabel pengkajian Wiedenbanch yaitu : NO 1

tahap Agen

2 3 4.

Penerima Tujuan Metode a. Identifikasi  Airway dan Breathing bantuan yang  Circulation dibutuhkan  Obstetri b. Memberikan bantuan c. Validasi d. Koordinasi

5

Framework

Hasil Agen perawat maternitas atau tenaga medis yang bertugas pada saat itu Pasien Mengindentifikasi bantuan pasien

(Pemberian dukungan implementasi)

dilakukan

pada

saat

(Dilakukan apa tahap evaluasi) (Perawat melakukan kolaborasi untuk memberi bantuan yang dibutuhkan, hal tersebut dilakukan pada saat implementasi) Faktor pendukung pasien

Pathway Model Konseptual Keperawatan E. Wiedenbach 24

Aplikasi model konseptual keperawatan Ernestine Wiedenbach pada asuhan keperawatan Intranatal care dapat dijelaskan dalam pathway berikut:

25

2.8 Kekuatan dan Kelemahan Teori Kekuatan : Perhatian utamanya adalah kepada aspek kiat atau aspek praktik dari keperawatan. Menurut Wiedenbach keperawatan klinik (clinical nursing) mempunyai empat komponen, yaitu filasafat (Philosophy), kemanfaatan/ kegunaan (purpose), praktik, dan kiat (art). Pandangan ini yang melandasi pendapatnya bahwa pada praktik keperawatan terdapat tiga komponen, yaitu: a) Mengidentifikasi kebutuhan klien/ pasien; b) Melaksanakan bantuan yang diperlukan; dan c) Mengevaluasi dan menyatakan (mensahkan) bahwa bantuan yang diberikan memang bermanfaat. Kelemahan : Sumber Kepedulian Konsep-konsep seperti perawatan pasien-centerer, persepsi, validasi dan pengembangan pikiran, perasaan, dan tindakan digunakan dalam banyak pengaturan praktik. Teori ini memberikan panduan untuk menerapkan proses keperawatan dan telah merangsang banyak upaya untuk membuat konsep proses interaksi, tetapi terbatas dalam kekuatannya. Lingkup teori ini tetap terbatas pada individu yang sadar dalam pengaturan rumah sakit: yang pada dasarnya termotivasi untuk berpartisipasi dalam perawatan mereka sendiri: yang berada dalam keadaan tidak harmonis dengan lingkungan, situasi atau harapan mereka; dan yang mampu memahami kebutuhan mereka akan bantuan.

26

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesimpulan dari teori The Helping Art of Clinical Nursing adalah dapat disimpulkan sebagai berikut, ELEMEN

PENJELASAN

Filosofi

Cara yang ditempuh seseorang dalam memikirkan hidup dan bagaimana kepercayaan mereka mempangaruhi mereka. Sasaran di mana perawat bermaksud mencapai akhir daritindakan yang diambil. Semua aktivitas dimaksudkan untuk mencapai agar sesuatuhal menjadi semakin baik. Tindakan di mana perawat melaksanakan sesuatu dalam rangka memelihara kebutuhan pasien Kemampuan untuk memahami kebutuhan klien, dan mampu mengembangkan suatu intuisi dalam hubungan dengan aktivitas mereka

Tujuan

Praktik Seni

Konsep dan teori keperawatan tentang clinical nursing mendukung persepsi klien akan perawat yang terampil dan pandai dalam melaksanakan tugas sehari-harinya. Dijelaskan oleh Ernestine Wiedenbach, dalam The Helping Art of Clinical Nursing (Marriner-Tomey, 1994), karakteristik perawat profesional antara lain; 1. jelas akan tujuan pekerjaan, 2. terampil dan berpengetahuan. Mendukung hal ini, Benner (From Novice to Expert: Excellence and Power in Clinical Nursing Practice) menjabarkan bahwa di rumah sakit/klinik keterampilan merupakan aplikasi dari pengetahuan teori. (sumber : Amelia Kurniati, PERSEPSI KLIEN TENTANG PERAWAT, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol.9, No.2, September 2015, hal 63-70) 3.2 Saran Dengan adanya teori ini diharapkan agar para tenaga medis khususnya dalam hal ini perawat dapat mampu menguasai dan terampil dalam melaksanakan tugas sehari-harinya karena keterampilan itu sendiri merupakan aplikasi dari teori tersebut.

27

DAFTAR PUSTAKA Alligood , M. R. 2010 . The Nature of Knowledge Needed For Nursing Practice . In M. Alligood (Ed.), Nursing theory: Utilization & application ( 4th ed. , pp. 3 – 15 ). St. Louis : Mosby-Elsevier Amelia Kurniati, PERSEPSI KLIEN TENTANG PERAWAT, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol.9, No.2, September 2015, hal 63-70 Fawcett, Jacqueline. 1993. Analysis And Evaluation Of Nursing Theories. Philadelphia: F. A. Davis https://ifaria.files.wordpress.com 2014/01,patofis_osteosarcoma (diakses pada 24 November 2019) . I Gusti Ayu Pramitaresthi.2017.Model Konseptual dari Ernestine Wiedenbach: “The Need For Help”.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, Bali Julia B. George, RN, PhD. Nursing Theories; The Base for Professional Nursing Practice Fourth Edition.S MayYalung, 2015, https://id.scribd.com/document/264008437/The-Helping-Art-of-ClinicalNursing-by-Ernestine-Weidenbach. Diakses pada tanggal 23 November 2019 Nursingtheories, 2012. http://currentnursing.com/nursing_theory/Ernestine_Wiedenbach.html. Diakses pada tanggal 24 November 2019 Pramitareshi Gusti Ayu I ( 2017 ). Model Konseptual Dari Ernestine Wiedenbach : “The Need For Help” . Dalam : https://simdos.unud.ac.id/uploads /filepenelitian1 dir/cad02bb6b2ea 6f17037ba3 1cce6d543a.pdf( diakses pada 21 November 2019 ) Rizal, Shaiful ( 2014 ).Aplikasi Model Konseptual Keperawatanernestine Wiedenbach Dalam Asuhankeperawatan Intranatal Care Padaklien Ny. D (29 Tahun) Dengan G iiip10011uk. 34 Minggu Dengan Ketubanpecah Dini (Kpd) J/T/H Prematur yang Dirawat Di Paviliunmawar Rsu Dr. H. Koesnadi bondowoso.Laporan Praktek Profesi. Dalam: https://www.academia.edu/10701197/MODELKONSEPTUAL_ KEPERAWATAN_WIEDENBACH__SHAIFUL_RIZAL_1401031051_(diakses pada 22 November 2019 ) Simdos.Unud.ac.id. Model Konseptual dari Ernestine Wiedenbach; The Need For Help. Sunarno, Rita Dewi(1)., Setyowat(2) ., Budiati(3). 2015. Application Of Nursing Theories Of “Need For Help Wiedenbach” And “Conservation Levine” In Nursing Care Of Women With Postpartum Hemorrhage

28