INTERPRETING Kelompok 2 Translation B [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

MAKALAH TUGAS KELOMPOK POSTER MATA KULIAH PENGANTAR TEORI PENERJEMAHAN

“INTERPRETING”

Oleh: Anggit Kumara

B0314007

Irawan Saleh Wijaya

B0316019

Try Kurniawati Assalam

B0316046

Sari Prabarini

C0314042

SASTRA INGGRIS - FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018

INTERPRETING

1. Definisi Interpreting a. Interpreting is a term used to refer to the oral translation of a spoken message or text (Shuttleworth dan Cowie, 1997: 83) b. Interpreting is the oral transfer of messages between speakers of different languages (Gentile, Ozolins, dan Vasilakakos, 1996: 5) c. Interpretation is the oral transposition of an orally delivered message at a conference or a meeting from a source language into a target language, performed in the presence of the participants (Weber, 1984: 3) d. Pengalihbahasaan menunjuk pada situasi komunikasi lisan dimana seseorang berbicara dalam bahasa sumber, alihbahasawan memproses informasi yang ditangkapnya dan kemudian mengalihbahasakan informasi itu ke dalam bahasa sasaran dan orang ketiga menyimak hasil proses itu (Brislin dalam Nababan 2003: 114).  Dapat disimpulkan bahwa hakikatnya penerjemahan lisan (interpreting) merupakan suatu proses pengalihan pesan atau teks lisan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran di waktu dan tempat yang sama atau “on the spot” (saat itu juga) secara lisan atau orally (spoken).  Dalam proses penerjemahan lisan, paling sedikit ada dua bahasa yang berbeda yang dilibatkan (bahasa sumber dan bahasa sasaran).  Penerjemahan lisan ditandai dengan kehadiran partisipan atau lebih tepatnya disebut pendengar karena pesan disampaikan secara lisan.  Sedangkan interpreter adalah orang yang melakukan kegiatan interpreting. 2. Perbedaan Interpreter dan Translator Secara garis besar, perbedaan antara penerjemahan tulis dengan penerjemahan lisan terletak pada media pesan/teks. Jika penerjemah tulis (written translator) menerjemahkan teks tertulis, maka penerjemah lisan (interpreter) menerjemahkan secara lisan. Berikut perbedaan antara keduanya: Interpreter

Translator

Saat menerjemahkan, interpreter tidak memiliki kesempatan luas untuk menggunakan alat bantu penerjemahan karena keterbatasan waktu.

Penerjemah tulis memiliki kesempatan luas untuk menggunakan kamus atau bahan referensi lain pada saat penerjemahan berlangsung karena waktu yang fleksibel.

Interpreter menguasai bahasa (listening) tingkat reseptif.

Penerjemah tulis menguasai bahasa tulis tingkat reseptif.

Interpreter

dituntut

mampu

lisan

untuk

Penerjemah

tulis

harus

menguasai

mengungkapkan gagasan dalam bahasa sasaran secara lisan/tingkat reseptif.

kemampuan menulis atau mengungkapkan gagasan dalam bahasa secara tertulis dengan baik (tingkat produktif).

Penerjemah lisan harus memiliki kemampuan note-taking agar informasi tidak hilang atau terlupa karena teks sumber bersifat dinamis.

Penerjemah tulis tidak perlu memiliki kemampuan ini karena teks sumber bersifat statis dan bisa dibuka setiap saat.

Interpreter dituntut terampil berbicara (rhetoric) secara baik dan jelas.

Dalam penerjemahan tulis hal ini tidak diperlukan.

Interpreter harus memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat dan langsung.

Penerjemah tulis tidak harus memiliki kemampuan tersebut karena harus bisa memanfaatkan kamus atau referensi yang lain secara tepat.

http://content.lionbridge.com/5-major-differences-interpretation-translation/

3. Skill yang Harus Dimiliki Seorang Interpreter a. Effective communicators, at least as spellbinding as the speakers. Conference interpreters must keep rigorously up to date with world aff airs and the areas in which they work. Interpreter juga harus menjadi komunikator yang efektif paling tidak sama seperti pembicara bahasa sumber. Seorang interpreter komferensi juga harus selalu update dengan keadaan dunia dan lingkungan dimana ia bekerja. Contohnya seorang interpreter yang bekerja di lingkungan politik harus tetap update berita mengenai politik agar pada saat pada suaru konferensi pembicaranya berbicara bertopik politik dengan bahasa sumber ia bisa menyampaikannya ke bahasa sasaran dengan jelas dan efektif agar pendengar atau peserta konferenai bisa memahami apa yang disampaikan pembicara. b. Computer-literate and able to use a wide range of research tools. When the microphone is on, there is no time to look things up in dictionaries and encyclopaedias. Maksudnya seorang interpreter harus bisa teknologi/melek teknologi, seorang interpreter harus mempunyai kemampuan atau pengetahuan yang luas dalam menggunakan teknologi / alat yang menunjang untuk menerjemahkan karena saat mikropon sudah menyala maka seorang interpreter tidak memiliki waktu untuk melihat dan mencari kata di kamus atau ensiklopedia pada saat menerjemahkan. Seperti contoh, dalam konferensi tingkat dunia, pada saat seorang pembicara sudah mulai berbicara maka seorang interpreter harus segera menerjemahkan pesan dari pembicara (bahasa sumber) ke bahasa sasaran dengan cepat dan tepat maka dari itu interpreter harus bisa memanfaatkan atau menggunakan teknologi sebelum proses penerjemahan berlangsung, agar bisa menerjemahkan dengan cepat dan tepat,

karena tidak ada waktu bagi seorang interpreter pada saat bekerja menggunakan kamus atau ensiklopedia manual. c. Interpreters work without a safety net and must possess the gifts of intuition and flexibility, coupled with rapid reactions that enable them to tackle any subject by any speaker without being thrown. Seorang interpreter harus mempunyai kemampuan intuisi dan flesibilitas serta reaksi yang cepat, yang memungkinkan mereka untuk memahami topik apapun yang diutarakan oleh pembicara manapun tanpa dilempar atau dialihkan ke interpreter yang lain. Contohnya pada saat pembicara mengutarakan topik tertentu pada suatu konferenai maka seorang interpreter harus cepat menangkap topik tersebut dengan tepat agar pada saat menterjemahkan ke bahasa sasaran maksud dari sang pembicara dapat tersampaikan ke pendengarnya tanpa adanya salah persepsi. d. Interpreters must possess diplomatic skills and be sensitive to the context and the situation in which they’re speaking if they are to convey the speaker’s intention correctly. Seorang interpreter juga harus memiliki kemampuan diplomatik dan juga peka terhadap konteks dan situasi dimana mereka berbicara atau menterjemah jika mereka ingin menyampaikan maksud / pesan pembicara (bahasa sumber) dengan tepat ke semua pendengar (bahasa sasaran). Seperti pada saat bekerja di suatu negosiasi pelepasan sandera teroris antara 2 negara yang memiliki bahasa dan budaya yang berbeda, seorang interpreter juga harus memliki kemampuan diplomatik supaya pada saat menyampaikan maksud dan tujuan, negosiasi dapat berjalan dengan lancar. Hal ini bertujuan agar pihak penyandera mau melepaskan dan mengembalikan sandera ke negara asalnya, jika seorang interpreter tidak memiliki kemampuan diplomatik pada situasi sulit sepeti contoh itu maka proses negosiasi bisa berjalan alot ataupun bisa gagal karena seorang interpreter tidak bisa bernegosiasi dengan baik. European Communities. 2009. Translation and interpreting: Languages in action.

4. Kualifikasi Interpreter Menurut Neubert (2000: 6) dalam bukunya “Competence in Language, in Languages, and in Translation”, terdapat beberapa kompetensi yang harus dimiliki seorang interpreter: a. Kompetensi kebahasaan, seorang interpreter harus menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran, seperti contoh jika seorang pembicara berbicara dalam Bahasa Inggris dan pendengarnya adalah orang Indonesia maka seorang interpreter harus menguasai kedua bahasa tersebut agar proses pengalihan bahasa bisa berjalan dengan baik. b. Kompetensi bidang ilmu, seorang interpreter harus menguasai ilmu dimana ia bekerja atau mengalihkan bahasa, karena dengan begitu ia mempunyai informasi tentang ilmu tersebut dan itu akan memudahkannya dalam proses mentransfer bahasa agar konteks yang disampaikan tidak meleset. Contoh: pada sebuah seminar bidang militer seorang interpreter yang terlibat juga harus menguasai

bidang ilmu militer tersebut, dengan begitu ia bisa menyampaikan maksud dari bahasa sumber ke bahasa sasaran dengan baik. c. Kompetensi kultural, hal ini juga penting karena seorang interpreter juga harus memahami budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran guna menghindari kesalahpahaman pada saat proses menerjemahkan. d. Kompetensi transfer, dalam menterjemahkan secara lisan seorang interpreter harus bisa menyimak dan menuturkan apa yang diucapkan oleh pembicara (bahasa sumber) ke pendengar (bahasa sasaran) secara bersamaan. Sedangkan menurut Nababan (2004: 50) dalam” Pengantar Pengalihbahasaan (Interpreting)”, ketrampilan menyimak dari suatu masyarakat tutur akan sangat membantu seorang penerjemah lisan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh perbedaan aksen ataupun dialek. Sedangkan ketrampilan bertutur mencakup ketrampilan mengatur suara dan menyampaikan tuturan sasaran dengan jelas, lancar, dan dengan kecepatan yang sesuai. Selain itu, profesi ini juga menuntut seseorang untuk pandai menguasai diri sendiri, baik dari segi emosi maupun mental. 5. Tipe- Tipe Penerjemahan Lisan a. Berdasarkan sifat kerja dan status profesi. Terdapat beberapa pakar yang mengungkapkan tentang penggolongan penerjemahan lisan atau interpreting, salah satunya adalah Prof. Dr. Nababan dalam bukunya berjudul Pengantar Pengalihbahasaan (Interpreting) terbitan tahun 2004 beliau mengelompokan penerjemahan lisan berdasar sifat kerjanya sehari – hari dan status profesinya dibagi menjadi sebagai berikut : 1) Penerjemah amatir, adalah penerjemah yang melakukan kegiatan penerjemahan untuk sekedar hobi. Contoh: Ketika kita bertemu dengan turis lalu meminta teman kita menerjemahkan apa yang turis tersebut katakan. 2) Penerjemah semi profesional, penerjemah tipe ini menerjemahakan untuk hobi serta mendatangan uang atau memperoleh bayaran atas aktifitas penerjemahanya. Penerjemah ini sering melakukan proses penerjemahan berdasarkan pengalaman tanpa memiliki background pendidikan penerjemahan. Contoh: MC di acara non formal yang mendatangkan bintang tamu orang asing. 3) Penerjemah Profesional, adalah tipe penerjemah yang melakukan kegiatan penerjemahan sebagai profesi. Penerjemah tipe ini juga mengusai pengetahuan deklaratif dan prosedural dan biasanya mempunyai pengalaman dan latar belakang pendidikan bagi seorang penerjemah. Contoh: Penerjemah dalam konferensi – konferensi resmi internasional Hampir mirip dengan Prof. Dr. Nababan, Weber dalam bukunya Training Translators and Conference Interpreter terbitan tahun 1984 membagi menjadi dua, yaitu :

1.) Penerjemah paruh waktu (part-time interpreter) adalah seorang penerjemah yang melakukan kegiatan penerjemahan bukan sebagai profesi utamanya. Contoh: Interpreter freelance. 2.) Penerjemah Penuh adalah penerjemah yang menjadikan kegiatan penerjemahan sebagi profesi utamanya. Contoh: penerjemah profesional dalam konferensi dan pengadilan b. Berdasarkan tempat 1.) Conference Interpreting Sesuai dengan namanya, conference interpreting merujuk pada kegiatan penerjemahan lisan yang berlangsung di suatu konferensi. Dalam jenis penerjemahan lisan ini biasanya dilibatkan penerjemahan secara konsekutif (penerjemah lisan berbicara saat penutur sumber berhenti berbicara serta memungkinkan untuk membuat catatan) dan secara simultan (penerjemah menyampaikan tuturan sasaran dalam waktu yang hampir bersamaan dengan tuturan sumber). Pernyataan di atas sesuai dengan pengamatan Jones (1998: 6) mengenai conference interpreting yaitu: "most conferences are conducted with simultaneous interpreting these days, though interpreters must be prepared to perform in the consecutive mode as well.” . Contoh: Intrepreter dalan KAA dan PBB. 2.) Court Interpreting Menurut Baker (1998: 53-56), court interpreting biasanya digunakan untuk segala macam penerjemahan lisan legal (legal interpreting). Meskipun demikian, penerjemahan lisan di dalam ruang sidang menempati posisi yang paling tinggi diantara penerjemahan lisan legal yang lainnya. Yang melatarbelakangi adanya jenis penerjemahan ini adalah bahwa tertuduh harus bisa mendengar dan memahami apa yang disampaikan oleh saksi dan mengikuti jalannya persidangan. Satu hal terpenting dalam court interpreting adalah penerjemah harus besifat netral atau tidak memihak. Contoh: Penerjemah dalam sidang mahkamah internasional. 3.) Community Interpreting Menurut Cecilia Wadensjo (1998), community interpreting disebut juga dengan dialogue interpreting atau public service interpreting, Penerjemahan jenis ini didefinisikan sebagai “the type of interpreting which takes place in the public service sphere to facilitate communication between officials and lay people: at police departments, immigration departments, social welfare centres, medical and mental health offices, schools and similar institutions.” Yang berarti adalah kegiatan penerjemahan lisan yang dilakukan dalam suatu komunitas atau suatu instansi. Contoh : Penerjemah khusus yang dimiliki oleh instansi – instansi pemerintah. c. Berdasarkan cara 1.) Whispered Interpreting

Walaupun jika sesuai namanya, seharusnya penerjemahan ini dilakukan secara berbisik, namun tidak demikian pada kenyataannya. Whispered Interpreting yang dikenal dalam bahasa Perancis sebagai "Chuchotage" ini umumnya dilakukan dengan cara berbicara pelan. Bahkan, alat bantu suara seperti mokrofon memungkinkan untuk digunakan. (Pochhacker, 2004: 19). Jenis penerjemahan lisan ini diaplikasikan ketika partisipan yang terlibat tidak lebih dari dua orang, sehingga tidak membutuhkan suara yang keras. Contoh: penerjemah dalam rapat tertutup yang hanya dihadiri oleh dua pihak. 2.) Liaison Interpreting. Digunakan ketika suatu kelompok kecil dari dua kubu yangtidak saling memahami bahasa lawan tuturnya mengadakan suatu diskusi atau negosiasi. Peristiwa ini umumnya terjadi dalam suatu rapat, pertemuan delegasi, atau perjanjian kesepakatan Dalam kegiatan ini kedua kubu saling berinteraksi dengan memanfaatkan kehadiran seorang penerjemah lisan untuk menjembatani kesenjangan komunikasi mereka akibat perbedaan bahasa. Tugas penerjemah dalam kegiatan ini adalah menerjemahkan dua bahasa secara dua arah. (cth: Inggris - Indonesia, dan Indonesia - Inggris). Contoh: penerjemah dalam suatu acara debat yang melibatkan dua orang atau kelompok dari negara yang berbeda. 3.) Consecutive Interpreting Juru bahasa konsekutif melakukan pekerjaannya dengan menerjemahkan tidak langsung. Juru bahasa mendengarkan beberapa kalimat lalu setelah itu akan menerjemahkannya ke bahasa sasaran sesudahnya. Juru bahasa konsekutif memerlukan keahlian mencatat dan mereka biasanya harus mempelajari note taking berupa kode atau simbol seperti steno. 4.) Simultaneous Interpreting Juru bahasa simultan melakukan proses terjemahan lisan secara seketika atau bersamaan yaitu tepat dilakukan setelah mendengar sumber bahasa yang diterjemahkan ke bahasa sasaran. Proses ini seringkali harus menggunakan alat bantu berupa Simultaneous Interpreting System yaitu alat yang membantu penerjemah lisan dalam mendengarkan sumber terjemahan dan memancarkan suara terjemahan ke alat penerima yang digunakan pengguna hasil terjemahannya. Juru bahasa biasanya berada di dalam ruang kecil kedap suara atau booth agar tidak terganggu suara lain. (Pujiyanti, U. 2013. Kajian Penerjemahan Lisan) 6. Teknik dan Strategi Interpreting: Teknik Interpreting: a. Reduksi/Penghapusan (Reduction/Deletion)

Teknik pengurangan atau penghapusan kata atau frasa dari Bsu tanpa mengurangi isi pesan. Contoh:  Bsu: He got sick.  Bsa: Dia sakit. b. Penambahan (Addition) Teknik penambahan kata atau frasa dari Bsu tanpa mengubah isi pesan. Contoh:  Bsu: This soda tastes so sour.  Bsa: Minuman soda ini rasanya sangat masam. c. Transposisi (Transposition) Teknik penggeseran atau perubahan posisi kata atau frasa yang disesuaikan dengan struktur gramatika bahasa sasaran. Contoh:  Bsu: The big cat sleeps next to the big dog.  Bsa: Si kucing besar tidur di sebelah anjing besar. d. Modulasi (Modulation) Teknik pengubahan dari kalimat aktif menjadi pasif atau sebaliknya. Contoh:  Bsu: His clumsiness is unbearable for his sister.  Bsa: Adik perempuannya tidak tahandengan kecerobohan sang kakak. e. Terjemahan Harfiah (Literal Translation) Teknik penerjemahan kata per kata namun bisa mengalami modifikasi pada hasil terjemahannya. Contoh:  Bsu: Someone sent a package to me.  Bsa: Seseorang mengirim paket untukku. f. Adaptasi (Adaptation) Teknik penerjemahan bebas, disesuaikan dengan konteks. Biasanya digunakan untuk menerjemahkan peribahasa atau idiom. Contoh:  Bsu: Don’t judge a book by its cover.  Bsa: Jangan menilai seseorang dari tampilan luarnya. g. Pungutan (Borrowing) Teknik ‘peminjaman’ dari bahasa asing atau biasa disebut kata serapan. Contoh:  Bsu: Technology, beer, cereal.  Bsa: Teknologi, bir, sereal. h. Amplifikasi (Amplification) atau Deskripsi (Description) Teknik penggantian suatu kata atau istilah yang tidak ditemukan padanannya di Bsa. Contoh:  Bsu: Mudik.

i.

j.

k.

l.

 Bsa: returning to home town during major holiday. Kalke (Calque) Teknik penerjemahan harafiah suatu kata atau frasa yang kemudian disesuaikan dengan konteks. Contoh:  Bsu: Ministry of Defence.  Bsa: Kementerian Pertahanan. Kompensasi (Compensation) Teknik penyesuaian makna dari Bsu ke Bsa. Suatu kata dari Bsu dapat berubah menyesuaikan konteks dari Bsa. Contoh:  Bsu: They are on theright side.  Bsa: Mereka berada di sisi kanan/mereka berada di pihak yang benar. Generalisasi (Generalization) Teknik penggunaan istilah yang awam atau sering digunakan. Contoh:  Bsu: Snow White ate the red apple.  Bsa: Putri Salju memakan apel merah. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification) Teknik penambahan unsur linguistik pada suatu frasa. Biasanya digunakan untuk frasa yang sudah baku, seperti larangan atau rambu-rambu. Contoh:  Bsu: Nophone allowed.  Bsa: Dilarang mengoperasikan telepon genggam.

Strategi Interpreting: a. Melakukan kontak mata dengan lawan bicara maupun pendengar. b. Menyampaikan pesan dengan jelas dan yakin. c. Berada dekat dengan pembicara untuk memudahkan kedua belah pihak dalam menangkap pesan. d. Menyampaikan pesan apa adanya tanpa menambah, mengurangi, atau mengubah isi pesan. e. Intonasi dan mimik muka disesuaikan dengan makna yang disiratkan oleh pembicara saat melakukan proses alih bahasa. Djuharie, Otong Setiawan. 2013. Teknik dan Panduan Menterjemahkan Bahasa inggris-Bahasa Indonesia. Eris. 2016.Hal-Hal Yang Harus Dikuasai dalam Penerjemahan Lisan (Interpreting) serta Korelasinya dengan Jurusan Bahasa Inggris.

7. Kode Etik Penerjemahan Lisan: a. Ketepatan dalam mengalihkan pesan (Accuracy) Untuk menghindari perbedaan persepsi dan kesalahan dalam menangkap pesan, seorang interpreter wajib mengalihkan pesan dengan benar dan akurat. Apabila

seorang interpreter menambahi, mengurangi, atau mengubah isi pesan, artinya interpreter tersebut telah mengkhinati atau melanggar kode etik. Hasil penerjemahan lisan dapat dikatakan akurat secara teknis apabila telah melalui tahapan berikut: 1) Pemahaman dan penguasaan bahasa sumber (Bsu). 2) Pengalihan bahasa sumber ke bahasa sasaran (Bsa) dengan strategi yang tepat. 3) Penyampaian tuturan sasaran (Tsa) yang jelas dan tidak terdengar seperti terjemahan. Terjemahan yang memenuhi syarat diatas dapat disebut sebagai terjemahan setia (faithfulinterpretation). b. Menjaga rahasia klien (Confidentiality) Selama proses pengalihan bahasa, seorang interpreter tidak diperbolehkan untuk membeberkan rahasia klien, seperti identitas pribadi, rahasia perusahaan, atau bahkan rahasia negara. Apabila interpreter berusaha membocorkan rahasia yang telah mereka dapat selama perjanjian dengan klien, maka interpreter tersebut dapat dianggap tidak profesional di bidangnya dan termasuk melanggar kode etik. c. Tidak memihak (Impartiality) Seorang interpreter bertugas sebagai penyampai pesan dari satu pihak ke pihak lain. Oleh karena itu, interpreter harus mampu menyampaikan pesan dengan sikap netral tanpa dipengaruhi pihak manapun untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Apabila interpreter membela salah satu pihak, tentu pesan yang disampaikan tidak akurat dan cenderung menyisipkan pesan yang bersifat menjatuhkan atau merugikan salah satu pihak. Lebih tidak etis lagi jika interpreter memihak pihak tertentu demi keuntungan pribadi atau bersedia dibayar untuk memenangkan pihak pihak tertentu. Khrisna, Dyah Ayu Nila. 2008. Kajian Penerjemahan Lisan Konsekutif dalam Kebaktian Kebangunan Rohani Bertajuk “Miracle Crusade – This is Your Day!”

DAFTAR PUSTAKA Baker, M. 2001. Routledge Encyclopedia of Translation Studies. London : Routledge. Djuharie, Otong Setiawan. 2013. Teknik dan Panduan Menterjemahkan Bahasa InggrisBahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya. Eris. 2016. Hal-Hal yang Harus Dikuasai dalam Penerjemahan Lisan (Interpreting) serta Korelasinya dengan Jurusan Bahasa Inggris. Bandung: UPI Bandung. European Communities. 2009. Translation and Interpreting: Languages in Action. Luxembourg: Office for Official Publications of the European Communities. Khrisna, Dyah Ayu Nila. 2008. Kajian Penerjemahan Lisan Konsekutif dalam Kebaktian Kebangunan Rohani Bertajuk “Miracle Crusade – This is Your Day!”. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Medeiros, Ashley. 2017. 5 Major Differences Between Interpretation and Translation. Retrieved from http://content.lionbridge.com/5-major-differences-interpretationtranslation/. Nababan, M.R.2004. Pengantar Pengalihbahasan (Interpreting). Surakarta : UNS Press. Neubert, A. 2000. “Competence in language, in languages, and in translation”. In Schaffner, C. and Adab, B. (eds.). Developing Translation Competence. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company, 3-18. Pujiyanti, Umi. 2013. Kajian Penerjemahan Lisan. Solo: LKP Indonesia Belajar. Weber, W.K. 1984. Training Translators and Conference Interpreter. Orlando, USA : Harcourt Brace Javanovich, Inc.