30 1 148KB
A. Sistem Pelayanan Kesehatan Di Swiss Sistem pelayanan kesehatan di Swiss merupakan struktur negara. Penyediaan pelayanankesehatan dan kebijakan kesehatan merupakan tanggung jawab tiga tingkatan pemerintah yang berbeda : pemerintah federal, pemerintah daerah, komunitas. Swiss merupakan negara kecil dengan 26 sistem kesehatan daerah dan sistem kesehatan umum dengan kemandirian tinggi – hal ini menyebabkan perpecahan dan duplikasi di banyak daerah, namun penduduk Swiss tetap menikmati pelayan kesehatan bermutu tinggi dimana setiap individu diasuransikan oleh pemerintah. Sistem pelayan kesehatan Swiss yang inovative merupakan kiblat internasional dalam pusat riset dan pengembangan, kejuruan dan pelatihan tingkat lanjut dan undang-undangkesehatan. Sistem pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi memerlukan biaya yang tinggi pula. Pada tahun 2005 50-milyar CHF (mata uang Swiss) dikeluarkan untuk penyediaan pelayanan kesehatan. Ini membuat sistem pelayanan kesehatan Swiss termasuk tiga besar termahal didunia bersama dengan Jerman dan USA. B. Asuransi Kesehatan Swiss Menurut majalah Forbes, 99,5% Warga Swiss memiliki asuransi kesehatan. Hampir Semua orang mampu membeli asuransi dan melakukannya. Bagi mereka yang tidak dapat mengakses asuransi kesehatan swasta, pemerintah mensubsidi mereka. Ini mencegah semua individu menghabiskan lebih dari 10% pendapatan mereka pada perawatan kesehatan. Hampir setiap orang harus memiliki persyaratan minimal untuk perawatan kesehatan. Dan hal ini sangat ditunjang dengan kebijakan pemerintahnya. sebuah studi Harvard mengidentifikasi bahwa pemerintah Swiss menghabiskan 11,4% dari Produk Domestik Bruto mereka pada Masalah kesehatan. Ini adalah jumlah yang lumayan tinggi mengingat besarnya PDB negara Swiss dibagi dengan jumlah penduduknya. Sistem kesehatan di Swiss dijalankan oleh pemerintah federal, negara bagian dan kota. Sistem kesehatan di Swiss dapat dianggap sangat terdesentralisasi,
1
karena kantor diberikan peran penting dan berdaulat dalam segala hal, termasuk perawatan kesehatan. Negara yang unik ini pun memiliki sistem asuransi kesehatan yang cukup unik. Asuransi kesehatan Swiss bersifat universal dan diatur langsung oleh Undangundang Asuransi Kesehatan Federal pada tahun 1994. Berdasarkan peraturan pemerintah, semua orang yang tinggal di Swiss wajib memiliki asuransi kesehatan. Kriteria orang yang tinggal di Swiss dan wajib memiliki asuransi adalah 1. Orang yang sudah tinggal selama lebih dari 3 bulan di negara Swiss 2. Orang yang memang lahir di Swiss Peraturan ini tidak berlaku cuma bagi para PNS asing yang dialokasikan negaranya untuk bekerja di Swiss (orang-orang yang biasa kerja di embassy), anggota misi dari negara lain dan keluarga (dari anggota misi atau PNS asing). Namun mereka tetap boleh ikut dalam program asuransi kesehatan negara Swiss jika mereka tinggal lebih dan/ atau selama 6 bulan lamanya. Asuransi kesehatan Swiss ini sudah meliputi pembayaran sebagian dari biaya rawat inap dan pengobatan. Sistem asuransi kesehatan merupakan kombinasi dari sistem asuransi kesehatan publik, total pribadi dan pribadi bersubsidi. Contoh pemberlakuan sistem asuransi kesehatan Swiss adalah 1. Sistem public biasanya diterapkan pada rumah sakit seperti University of Geneva Hospital (HUG) 2. Sistem pribadi bersubsidi diterapkan untuk servis perawatan rumah dikarenakan kesulitan dalam masa kehamilan, setelah melahirkan, kecelakaan , cacat, usia tua dan sakit yang memaksa dilakukannya perawatan lansung di rumah. 3. Sistem total pribadi diterapkan untuk perawatan yang menggunakan dokter praktet swasta di klinik swasta (private clinic).
C. Sistem Pelayanan Kesehatan Di Indonesia 1. Profesionalisme Tenaga Medis
2
Banyak masyarakat yang dikecewakan oleh sistem pelayanan kesehatan nasional. Mahalnya biaya seolah-olah membuat kesehatan hanya berhak dinikmati oleh orang yang memiliki banyak uang. Biaya yang mahal tersebut anehnya seringkali tidak diikuti dengan layanan yang baik. Malpraktek seringkali terjadi. Pasien pun seringkali bersikap pasrah dengan tidak melakukan tuntutan hukum sama sekali. Kepasrahan mereka sebenarnya cukup beralasan karena mereka juga mengerti bagaimana bobroknya sistem peradilan di Indonesia. Banyak sekali yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Salah satunya adalah mengubah paradigma berpikir untuk menjadi seorang dokter. Banyak orang berniat menjadi dokter untuk memperoleh kekayaan dan kehormatan. Ketika mereka memutuskan untuk menjalani proses tersebut, ternyata apa yang mereka alami tidak semudah yang dibayangkan. Banyak proses berat yang harus dilalui. Mulai dari durasi belajar yang sangat lama, belum lagi harus praktek ke daerah-daerah terpencil. Setelah itu harus membuka praktek dan melanjutkan sekolah lagi untuk mengambil spesialisasi. Benar-benar jalan yang sangat panjang dan berliku untuk mendapatkan kekayaan. Untuk itu, pemikiran dan niat awal dalam menjadi seorang dokter harus dirubah. Menjadi dokter berarti menjadi pelayan kesehatan. Ya, menjadi “pelayan”. Seorang dokter harus mempunyai niat yang tulus dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Mereka yang berniat menjadi dokter haruslah karena panggilan hati untuk menolong orang lain. Tanpa dorongan dari hal tersebut, pilihan menjadi dokter akan menjadi mimpi buruk bagi yang menjalankannya.(3) 2. Manajemen Pelayanan Kesehatan Di Indonesia Manajemen yang diterapkan di jajaran Departemen Kesehatan, lebih mengacu kepada konsep yang disampaikan G. Terry, yaitu melalui fungsifungsi ;
perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing),
penggerakan pelaksanaan (actuating), pengawasan dan pengendalian (controlling).(4)
3
a. Manajemen Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Fungsi manajemen yang dilakukan di rumah sakit secara garis besar meliputi ;
perencanaan,pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian. 1) Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting, karena perencanaan memegang peranan yang sangat strategis dalam keberhasilan upaya pelayanan kesehatan di RS. Terdapat beberapa jenis perencanaan spesifik yang dilaksanakan di RS, yaitu : a) perencanaan
pengadaan
obat
dan
logistik,
yang
disusun
berdasarkan pola konsumsi dan pola epidemiologi, b) perencanaan tenaga professional kesehatan, dalam menentukan kebutuhan tenaga tersebut misalnya ; tenaga perawat dan bidan, menggunakan beberapa pendekatan, antara lain ; ketergantungan pasen, beban kerja, dll. 2) Pengorganisasian merupakan upaya untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki RS dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuannya. Pengorganisasian dalam manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit, sama hal dengan di organisasi lainnya. 3) Penggerakan pelaksanaan, manajemen rumah sakit hampir sama dengan hotel atau penginapan, hanya pengunjungnya adalah orang sakit (pasen) dan keluarganya, serta pada umumnya mempunyai beban sosial-psikologis akibat penyakit
yang diderita oleh anggota
keluarganya yang sedang dirawat. Kompleksitas fungsi penggerakan pelaksanaan di RS sangat dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu : (1) sifat pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan kesehatan (customer service), dengan hasil pelayanan kemungkinan ; sembuh dengan sempurna, sembuh dengan cacat dan meninggal. Apapun hasilnya kualitas pelayanan diarahkan untuk kepuasan pasen dan keluarganya. (2) Pelaksanaan fungsi actuating ini
4
sangat kompleks,karena tenaga yang bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis profesi. 4) Pengawasan dan pengendalian, merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus (bekesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (perbaikan) terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk menjalankan fungsi ini diperlukan adanya standar kinerja yang jelas. Dari standar tersebut dapat ditentukan indikator kinerja yang akan dijadikan dasar untuk menilai hasil kerja (kinerja) pegawai. Penilaian kinerja pegawai di RS meliputi tenaga yang memberikan pelayanan langsung kepada pasen, seperti ; perawat, bidan dan dokter maupun tenaga administratif.(1) b. Manajemen Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan dengan misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang tugasnya
melaksanakan
pembinaan,
pelayanan
kesehatan
secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di suatu wilayah tertentu. Pelayanan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, meliputi aspekaspek; promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya yang dilakukan untuk menjalankan misi Puskesmas, antara lain: 1) Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa. 2) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dengan dua cara ; (1) quality of care yaitu peningkatan kemampuan profesional tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya (dokter,perawat, bidan, dll) yang dilakukan oleh organisasi profesi, (2) quality of service, yaitu peningkatan kualitas yang terkait dengan pengadaan sarana, dan menjadi tanggung jawab institusi sarana kesehatan (Puskesmas) 3) Pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat 4) Sistem rujukan di tingkat pelayanan dasar 5) Peran serta masyarakat, melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD).(1,5, 6,)
5
D. Asuransi Kesehatan Di Indonesia Perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia berjalan sangat lambat dibandingkan dengan perkembangan asuransi kesehatan di beberapa negara tetangga di ASEAN. Penelitian yang seksama tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia tidak cukup tersedia. Secara teoritis beberapa faktor penting dapat dikemukakan sebagai penyebabkan lambatnya pertumbuhan asuransi kesehatan di Indonesia, diantaranya deman (demand) dan pendapatan penduduk yang rendah, terbatasnya jumlah perusahaan asuransi, dan buruknya kualitas fasilitas pelayanan kesehatan serta tidak adanya kepastian hukum di Indonesia Penduduk Indonesia pada umumnya merupakan risk taker untuk kesehatan dan kematian. Sakit dan mati dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang religius merupakan takdir Tuhan dan karenanya banyak anggapan yang tumbuh di kalangan masyarakat Indonesia bahwa membeli asuransi berkaitan sama dengan menentang takdir. Hal ini menyebabkan rendahnya kesadaran penduduk untuk membeli atau mempunyai asuransi kesehatan. Selanjutnya, keadaan ekonomi penduduk Indonesia yang sejak merdeka sampai saat ini masih mempunyai pendapatan per kapita sekitar $1.000 AS per tahun, sehingga tidak memungkinkan penduduk Indonesia menyisihkan dana untuk membeli asuransi kesehatan maupun jiwa. Rendahnya deman dan daya beli tersebut mengakibatkan tidak banyak perusahaan asuransi yang menawarkan produk asuransi kesehatan. Selain itu, fasilitas kesehatan sebagai faktor yang sangat penting untuk mendukung terlaksananya asuransi kesehatan juga tidak berkembang secara baik dan distribusinya merata. Sedangkan dari sisi regulasi, Pemerintah Indonesia relatif lambat memperkenalkan konsep asuransi kepada masyarakat melalui kemudahan perijian dan kapastian hukum dalam berbisnis asuransi atau mengembangkan asuransi kesehatan sosial bagi masyarakat luas.
6
Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Sistem pelayanan kesehatan juga memiliki beberapa teori seperti input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan. Sistem pelayanan kesehatan di Swiss merupakan struktur negara. Penyediaan pelayanan kesehatan dan kebijakan kesehatan merupakan tanggung jawab tiga tingkatan pemerintah yang berbeda : pemerintah federal, pemerintah daerah, komunitas. Sistem pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi memerlukan biaya yang tinggi pula. Pada tahun 2005 50-milyar CHF (mata uang Swiss) dikeluarkan untuk penyediaan pelayanan kesehatan. Ini membuat sistem pelayanan kesehatan Swiss termasuk tiga besar termahal didunia bersama dengan Jerman dan USA. Sedangkan sistem pelayanan di Indonesia Banyak masyarakat yang dikecewakan oleh sistem pelayanan kesehatan nasional. Mahalnya biaya seolaholah membuat kesehatan hanya berhak dinikmati oleh orang yang memiliki banyak uang. Biaya yang mahal tersebut anehnya seringkali tidak diikuti dengan layanan yang baik. Malpraktek seringkali terjadi. Pasien pun seringkali bersikap pasrah dengan tidak melakukan tuntutan hukum sama sekali. Kepasrahan mereka sebenarnya cukup beralasan karena mereka juga mengerti bagaimana bobroknya sistem peradilan di Indonesia. Banyak sekali yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Salah satunya adalah mengubah paradigma berpikir untuk menjadi seorang dokter. Banyak orang berniat menjadi dokter untuk memperoleh kekayaan dan kehormatan. Ketika mereka memutuskan untuk menjalani proses tersebut, ternyata apa yang mereka alami tidak semudah yang dibayangkan. Banyak proses berat yang harus dilalui. Mulai dari durasi belajar yang sangat lama, belum lagi harus praktek ke daerah-daerah terpencil. Setelah itu harus membuka praktek dan melanjutkan sekolah lagi untuk mengambil
7
spesialisasi. Benar-benar jalan yang sangat panjang dan berliku untuk mendapatkan kekayaan. Asuransi kesehatan berkembang dimulai dengan solidaritas bersama yang sifatnya kumpulan kecil semacam dana sehat, dana sakit, dan sebagainya. Sistem kesehatan di Swiss dapat dianggap sangat terdesentralisasi, karena kantor diberikan peran penting dan berdaulat dalam segala hal, termasuk perawatan kesehatan. Negara yang ini memiliki sistem asuransi kesehatan yang cukup unik. Asuransi kesehatan Swiss bersifat universal dan diatur langsung oleh Undangundang Asuransi Kesehatan Federal pada tahun 1994. Berdasarkan peraturan pemerintah, semua orang yang tinggal di Swiss wajib memiliki asuransi kesehatan. Sedangkan Perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia berjalan sangat lambat dibandingkan dengan perkembangan asuransi kesehatan di negara Swiss. Penelitian yang seksama tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia tidak cukup tersedia. Secara teoritis beberapa faktor penting dapat dikemukakan sebagai penyebabkan lambatnya pertumbuhan asuransi kesehatan di Indonesia, diantaranya deman (demand) dan pendapatan penduduk yang rendah, terbatasnya jumlah perusahaan asuransi, dan buruknya kualitas fasilitas pelayanan kesehatan serta tidak adanya kepastian hukum di Indonesia Penduduk Indonesia pada umumnya merupakan risk taker untuk kesehatan dan kematian.
8
DAFTAR PUSTAKA
Danish. 2011. 10 Negara Dengan Sistem Perawatan. (Diakses pada tgl 26 April 2017 http://danish56.blogspot.co.id/2011/10/10-negara-dengan-sistemperawatan.html )
Bhaiuu, Shallma IendiEra. Sistem Pelayanan Kesehatan Di Indonesia. ( Diakses pada tgl 26 April 2017 https://www.scribd.com/user/199197293/ShallmaIendiEra-Bhaiiu )
Karya Tulis Ilmiah. 2014. Sistem Pelayanan Di Indonesia. (Diakses pada tgl 26 April 2017 http://karyatulisilmiah.com/sistem-pelayanan-kesehatan-diindonesia/ )
Thabrany, Hasbullah. Sejarah Asuransi Kesehatan. (Diakse pada tgl 26 April 2017 http://staff.ui.ac.id/system/files/users/hasbulah/material/babisejarahasuransi kesehatanedited.pdf )
http://dokumen.tips/documents/swiss-55b08b20d8403.html#
https://www.scribd.com/doc/307580638/Sistem-Kesehatan-Swiss
9