Satuan Acara Penyuluhan Nutrisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

SATUAN ACARA PENYULUHAN “NUTRI PADA ANAK” DI RUANG BOBO II RSUD DR. SOETOMO

Pembimbing: Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep., Ns., M.Kep Sulistiawati Ningsih, S.Kep., Ns., M.M

Disusun oleh: Kelompok 11 Stase Keperawatan Dasar

1. Wulan Yulia Dintasari, S.Kep 2. Ika Anggreita Safitri, S.Kep 3. Puspita Sari Dewi, S.Kep 4. Umdatun Watsiqoh, S.Kep 5. Maulidatur Rohmah, S.Kep 6. Lavita Kirana Devy, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik

: Nutrisi Pada Anak

Sub Topik

: Anjuran pemberian makanan selama anak sakit

Sasaran

: Orang tua pasien

Tempat

: Ruang BOBO II RSUD Dr. Soetomo

Hari/Tanggal : Rabu, 20 September 2017 Waktu

I.

: 1 x 30 menit

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Pada akhir proses penyuluhan, diharapkan orang tua terutama ibu pasien dapat mengetahui nutrisi yang perlu diberikan kepada anak selama sakit.

II.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan orang tua terutama ibu pasien dapat : 1. Menyebutkan pengertian dari nutrisi dan gizi seimbang 2. Menyebutkan gizi seimbang pada masing-masing usia anak 3. Mengerti cara pemberian makan selama anak sakit

III.

SASARAN Orang tua pasien yang dirawat di IRNA Anak Ruang BOBO II RSUD Dr. Soetomo Surabaya

IV.

MATERI 1. Pengertian nutrisi dan gizi seimbang 2. Manfaat Gizi Seimbang 3. Gizi Seimbang pada masing-masing usia anak 4. Kiat pemberian makan selama anak sakit

V.

METODE 1. Ceramah 2. Tanya jawab

VI.

MEDIA 1. Flip Chart 2. Leaflet

VII.

KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur -

Peserta hadir di tempat penyuluhan

-

Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang BOBO II RSUD Dr. Soetomo Surabaya

-

Pengorganisasian

penyelenggaraan

penyuluhan

dilakukan

sebelumnya 2. Evaluai Proses -

Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

-

Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum acara selesei

-

Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

3. Evaluasi Hasil -

Orang tua mengetahui tentang cara memberi makan saat anak sakit

-

Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN No

Waktu

Kegiatan Penyuluh

1.

3 menit

Pembukaan oleh moderator: -

Membuka

Kegiatan Peserta

kegiatan

-

Menjawab salam

-

Mendengarkan

-

Memperhatikan

dengan mengucap salam -

Memperkenalkan diri

-

Menjelaskan tujuan dari penyuluhan

-

Menyebutkan

materi

yang akan diberikan -

Menyebutkan

kontrak

waktu -

Pembagian leaflet oleh

-

Menerima leaflet

-

Menerima

sie KSK -

Pembagian

konsumsi

oleh sie konsumsi 2.

15 menit

Penyampaian

konsumsi

materi

oleh

fasilitator: -

Menjelaskan

tentang

-

Memperhatikan

manfaat

-

Memperhatikan

gizi

-

Memperhatikan

-

Memperhatikan

-

Memperhatikan

pengertian nutrisi dan gizi seimbang -

Menjelaskan gizi seimbang

-

Menjelaskan

seimbang pada masingmasing usia anak -

Menjelaskan

cara

pemberian makan selama anak sakit -

3.

10 menit

Menjelasakan

dan

memperagakan cara cuci

dan

tangan yang baik

memperagakan

Evaluasi oleh moderator: -

Memberi kepada

kesempatan peserta

-

Bertanya

-

Memperhatikan

-

Menjawab

untuk

bertanya -

Mempersilahkan fasilitator

untuk

menjawab

pertanyaaan

peserta -

Menanyakan

kepada

peserta tentang materi

pertanyaan yang

yang telah diberikan, dan

diajukan

reinforcement ibu

kepada

yang

dapat

menjawab pertayaan. 4.

2 menit

Terminasi oleh moderator: -

Mengucaakan terimaksih

-

Mendengarkan

-

Menjawab salam

atas peran serta peserta -

Mengucapkan

salam

penutup

IX.

PENGORGANISASIAN Moderator

: Ika Anggreita Safitri, S.Kep

Fasilitator

: Umdatun Watsiqoh, S.Kep

Observer

: Maulidatur Rohmah, S.Kep

KSK

: Lavita Kirana Devy, S.Kep

Dokumentasi : Wulan Yulia Dintasari, S.Kep Konsumsi

X.

: Puspita Sari Dewi, S.Kep

LAMPIRAN MATERI

NUTRISI PADA ANAK

A. Nutrisi a. Pengertian Nutrisi Nutrisi atau zat makanan adalah merupakan bagian dari makanan termasuk didalamnya air, protein dan asam amino yang membentuknya, lemak dan asam lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin b. Gizi Seimbang Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas

fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. c. Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan/atau pembuatan makanan dan minuman. d. Keanekaragaman Pangan Keanekaragaman pangan adalah aneka ragam kelompok pangan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan dan air serta beranekaragam dalam setiap kelompok pangan. Contoh - contoh kelompok pangan: -

Makanan pokok antara lain: Beras, kentang, singkong, ubi jalar, jagung, talas, sagu, sukun.

-

Lauk pauk sumber protein antara lain: Ikan, telur, unggas, daging, susu dan kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu dan tempe).

-

Sayuran adalah sayuran hijau dan sayuran berwarna lainnya.

-

Buah-buahan adalah buah yang berwarna dan masih segar.

B. Manfaat Gizi Seimbang Menurut proverawati dan kusumawati (2011:66) gizi yang seimbang perlu diterapkan sejak dini dalam sebuah keluarga. Karena gizi yang seimbang sangat berguna bagi anak untuk mendapatkan stimulasi kearah pertumbuhan dan perkembangan yang lebih optimal. Zat-zat gizi yang dikonsumsi oleh anak sehari-hari dapat diperoleh dari makanan. Agar stimulasi yang diberikan pada anak tepat makanan yang diberikan tidak sekedar untuk mengenyangkan perut saja tetapi makanan tersebut seharusnya beragam jenis, jumlah porsi cukup,

higienis dan aman, makan dilakukan secara teratur, makanan mengandung zat gizi yang seimbang. Zat-zat gizi yang seimbang tersebut bermanfaat untuk : 1. Menghasilkan tenaga yang digunakan oleh anak untuk melakukan

berbagai

macam

kegiatan

seperti

belajar,

berolahraga, bermain,dan aktivitas lain (disebut zat tenaga). Zat makanan yang sumber tenaga utama adalah karbohidrat dan lemak. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat adalah beras, jagung, singkong, ubi jalar, kentang, talas, gandum dan sagu. Makanan yang banyak mengandung lemak adalah lemak hewan (gajih), mentega, minyak goreng, kelapa, keju. 2. Membangun jaringan tubuh dan mengganti jaringan tubuh yang telah rusak (disebut zat pembangun). Zat makanan yang merupakan zat pembangun adalah protein. Makanan yang banyak mengandung protein yaitu tahu, tempe, oncom, kacangkacangan, telur, daging, ikan, udang dan kerang. 3. Mengatur kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam tubuh (disebut 24 zat pengatur). Zat makanan yang merupakan zat pengatur adalah vitamin, mineral dan air. Makanan yang banyak mengandung vitamin, mineral dan air adalah sayursayuran dan buah-buahan. 4. Kepandaian seorang anak ditentukan oleh perkembangan sistem saraf dan otak. Sistem saraf terdiri atas bermilyar-milyar sel yang mendeteksi informasi dari dalam dan dari luar tubuh seorang anak. Sistem saraf dan otak baru berangsur-angsur sempurna sejalan dengan usia dan tergantung pada kualitas dan kuantitas gizi yang diberikan kepada anak.

Manfaat yang dapat diperoleh dari gizi yang seimbang pada anak adalah : (Widjaja, 2003:41) Dapat menentukan perkembangan otak dan kecerdasan pada anak. Untuk sistem imunitas atau kekebalan pada anak sehingga anak tidak mudah terserang penyakit, tidak mudah terserang infeksi terutama diare atau cacingan. Sebagai sumber tenaga bagi anak. Untuk memberi bahan untuk membangun atau memelihara jaringan-jaringan tubuh dann pengatur pekerjaan jaringan tubuh yang terdiri dari vitamin, mineral dan air.

C. Kandungan Zat Gizi dalam Makanan 1. Sayuran dan buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral Secara umum sayuran dan buah buahan merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh. Berbeda

dengan

sayuran,

buah-buahan

juga

menyediakan

karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa. Sayur tertentu juga menyediakan karbohidrat , seperti wortel dan kentang sayur. Sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh seperti buah alpokat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi seimbang. Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buahbuahan yang cukup turut berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah. mengendalikan tekanan darah. Konsumsi sayur dan buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit buang air besar (BAB/sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam pencegahan penyakit tidak menular kronik. Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup merupakan salah satu indikator sederhana gizi seimbang. Semakin matang buah yang

mengandung karbohidrat semakin tinggi kandungan fruktosa dan glukosanya, yang dicirikan oleh rasa yang semakin manis. Dalam budaya makan masyarakat perkotaaan Indonesia saat ini, semakin dikenal minuman jus bergula. Dalam segelas jus buah bergula mengandung 150-300 Kalori yang sekitar separohnya dari gula yang

ditambahkan.Selain

itu

beberapa

jenis

buah

juga

meningkatkan risiko kembung dan asam urat. Oleh karena itu konsumsi buah yang terlalu matang dan minuman jus bergula perlu dibatasi agar turut mengendalikan kadar gula darah. Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 g perorang perhari, yang terdiri dari 250 g sayur (setara dengan 21/2 porsi atau 21/2 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 g buah. (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 11/2 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah 14 jeruk ukuran sedang). Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 g perorang perhari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 g perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur. 2. Lauk-pauk sebagai sumber protein Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan sumber protein nabati. Kelompok pangan lauk pauk sumber protein hewani meliputi daging ruminansia (daging sapi, daging kambing, daging rusa dll), daging unggas (daging ayam, daging bebek dll), ikan termasuk seafood, telur dan susu serta hasil olahnya. Kelompok Pangan lauk pauk sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti kedele, tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang hitam, kacang tolodan lain-lain. Meskipun kedua kelompok pangan tersebut (pangan sumber protein hewani dan pangan sumber protein nabati) sama-sama menyediakan protein, tetapi masing-

masing kelompok pangan tersebut mempunyai keunggulan dan kekurangan. Pangan hewani mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan mempunyai mutu zat gizi yaitu protein, vitamin dan minerallebih baik, karena kandungan zat-zat gizi tersebut lebih banyak dan mudah diserap tubuh. Tetapi pangan hewani mengandung tinggi kolesterol (kecuali ikan) dan lemak.Lemak dari daging dan unggas lebih banyak mengandung lemak jenuh. Kolesterol dan lemak jenuh diperlukan tubuh terutama pada anakanak tetapi perlu dibatasai asupannya pada orang dewasa. Pangan protein nabati mempunyai keunggulan mengandung proporsi lemak tidak jenuh yang lebih banyak dibanding pangan hewani. Juga mengandung isoflavon, yaitu kandungan fitokimia yang turut berfungsi mirip hormon estrogen (hormon kewanitaan) dan antioksidan serta anti-kolesterol. Konsumsi kedele dan tempe telah terbukti

dapat

sensitifitas

menurunkan

insulin

dan

kolesterol

produksi

dan

insulin.

meningkatkan

Sehingga

dapat

mengendalikan kadar kolesterol dan gula darah. Namun kualitas protein dan mineral yang dikandung pangan protein nabati lebih rendah dibanding pangan protein hewani. Oleh karena itu dalam mewujudkan gizi seimbang kedua kelompok pangan ini (hewani dan nabati) perlu dikonsumsi bersama kelompok pangan lainnya setiap hari, agar jumlah dan kualitas zat gizi yang dikonsumsi lebih baik dan sempurna. Kebutuhan pangan hewani 2-4 porsi (setara dengan 70- 140 gr/2-4 potong daging sapi ukuran sedang atau 80160 gr/2-4 potong daging ayam ukuran sedang atau 80-160 gr/2-4 potong ikan ukuran sedang) 15 sehari dan pangan protein nabati 24 porsi sehari ( setara dengan 100-200 gr/ 4-8 potong tempe ukuran sedang atau 200-400 gr/ 4-8 potong tahu ukuran sedang) tergantung kelompok umur dan kondisi fisiologis (hamil, menyusui, lansia, anak, remaja, dewasa). Susu sebagai bagian dari pangan hewani yang dikonsumsi berupa minuman dianjurkan terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui serta anak-anak setelah usia

satu tahun. Mereka yang mengalami diare atau intoleransi laktosa karena minum susu tidak dianjurkan minum susu hewani. Konsumsi telur, susu kedele dan ikan merupakan salah satu alternatif solusinya. 3. Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat Makanan pokok adalah pangan mengandung karbohidrat yang sering dikonsumsi atau telah menjadi bagian dari budaya makan berbagai etnik di Indonesia sejak lama.Contoh pangan karbohidrat adalah beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut, sagu dan produk olahannya. Indonesia kaya akan beragam

pangan

sumber

karbohidrat

tersebut..

Disamping

mengandung karbohidrat, dalam makanan pokok biasanyajuga terkandung antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin) dan beberapa mineral. Mineral dari makanan pokok ini biasanya mempunyai mutu biologis atau penyerapan oleh tubuh yang rendah. Serealia utuh seperti jagung, beras merah, ketan hitam, atau biji-bijian yang tidak disosoh dalam penggilingannya mengandung serat yang tinggi.Serat ini penting untuk melancarkan buang air besar dan pengendalian kolesterol darah.Selain itu serealia tersebut juga memilki karbohidrat yang lambat diubah menjadi gula darah sehingga turut mencegah gula darah tinggi. Beberapa jenis umbi-umbian juga mengandung zat non-gizi yang bermanfaat untuk kesehatan seperti ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning yang mengandung antosianin dan lain-lain. Selain makanan pokok yang diproduksi di indonesia, ada juga makanan pokok yang tersedia di Indonesia melalui impor seperti terigu. Pemerintah Indonesia telah mewajibkan pengayaan mineral dan vitamin (zat besi, zink, asam folat, tiamin dan riboflavin) pada semua terigu yang dipasarkan di Indonesia sebagai bagian dari strategi perbaikan gizi terutama penanggulangan anemia gizi. Cara mewujudkan pola konsumsi

makanan

pokok

yang

beragam

adalah

dengan

mengonsumsi lebih dari satu jenis makanan pokok dalam sehari

atau sekali makan. Salah satu cara mengangkat citra pangan karbohidrat lokal adalah dengan mencampur makanan karbohidrat lokal dengan terigu, seperti pengembangan produk boga yang beragam misalnya, roti atau mie campuran tepung singkong dengan tepung terigu, pembuatan roti gulung pisang, singkong goreng keju dan lain-lain 4. Air Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial, yang berarti bahwa air dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak untuk hidup sehat, dan tubuh tidak dapat memproduksi air untuk memenuhi kebutuhan ini. Sekitar duapertiga dari berat tubuh kita adalah air. Air diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sehingga keseimbangan air perlu dipertahankan dengan mengatur jumlah masukan air dan keluaran airyang seimbang. Persentase kadar air dalam tubuh anak lebih tinggi dibanding dalam tubuh orang dewasa. sehingga anak 20 memerlukan lebih banyak air untuk setiap kilogram berat badannya dibandingkan dewasa. Berbagai faktor dapat memengaruhi kebutuhan air seperti tahap pertumbuhan, laju metabolisme, aktivitas fisik, laju pernafasan, suhu tubuh dan lingkungan, kelembaban udara, jumlah dan jenis padatan yang dikeluarkan ginjal, dan pola konsumsi pangan. Bagi tubuh, air berfungsi sebagai pengatur proses biokimia, pengatur suhu, pelarut, pembentuk atau komponen sel dan organ, media tranportasi zat gizi dan pembuangan sisa metabolisme, pelumas sendi dan bantalan organ. Proses biokimiawi dalam tubuh memerlukan air yang cukup. Gangguan terhadap keseimbangan air di dalam tubuh dapat meningkatkan risiko berbagai gangguan atau penyakit, antara lain: sulit ke belakang (konstipasi), infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, gangguan ginjal akut dan obesitas. Sekitar 78% berat otak adalah air. Berbagai penelitian membuktikan bahwa kurang air tubuh pada anak sekolah menimbulkan rasa lelah (fatigue),

menurunkan atensi atau konsentrasi belajar. Minum yang cukup atau hidrasi tidak hanya mengoptimalkan atensi atau konsentrasi belajar anak tetapi juga mengoptimalkan memori anak dalam belajar. Pemenuhan kebutuhan air tubuh dilakukan melalui konsumsi makanan dan minuman. Sebagian besar (dua-pertiga) air yg dibutuhkan tubuh dilakukan melalui minuman yaitu sekitar dua liter atau delapan gelas sehari bagi remaja dan dewasa yang melakukan kegiatan ringan pada kondisi temperatur harian di kantor/rumah tropis. Pekerja yang berkeringat, olahragawan, ibu hamil dan ibu menyusui memerlukan tambahan kebutuhan air selain dua liter kebutuhan dasar air. Air yang dibutuhkan tubuh selain jumlahnya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan juga harus aman yang berarti bebas dari kuman penyakit dan bahanbahan berbahaya. 5. Membatasi konsumsi makanan manis, asin dan berlemak Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 g (4 sendok makan), natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) dan lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orang per hari akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung. Informasi kandungan gula, garam dan lemak serta pesan kesehatan yang tercantum pada label pangan dan makanan siap saji harus diketahui dan mudah dibaca dengan jelas oleh konsumen. Masyarakat perlu diberi pendidikan membaca label pangan, mengetahui pangan rendah gula, garam dan lemak, serta memasak dengan mengurangi garam dan gula. Di lain pihak para

pengusaha pangan olahan

diwajibkan

mencantumkan

informasi nilai gizi pada label pangan agar masyarakat dapat memilih makanan sehat sesuai kebutuhan setiap anggota

keluarganya. Label dan iklan pangan harus mengikuti Peraturan Pemerintah RI, nomor 69 tahun 1999. Khusus untuk anak usia 6-24 bulan konsumsi lemak tidak perlu dibatasi. a.

Konsumsi gula Gula yang dikonsumsi melampaui kebutuhan akan berdampak pada peningkatan berat badan, bahkan jika dilakukan dalam jangka waktu lama secara langsung akan meningkatkan kadar gula darah dan berdampak pada terjadinya diabetes type-2, bahkan secara tidak langsung berkontribusi pada penyakit seperti osteoporosis, penyakit jantung dan kanker. Gula yang dikenal masyarakat tidak hanya terdapat pada gula tebu, gula aren dan gula jagung yang dikonsumsi dari makanan dan minuman. Perlu diingatbahwa kandungan gula terdapat juga dalam makanan lain yang mengandung karbohidrat sederhana (tepung, roti, kecap). buah manis, jus, minuman bersoda dan sebagainya. Fruktosa adalah gula sederhana yang terdapat di dalam madu, berbagai buah, gula meja (sukrosa dan high fructose corn syrup / HFCS). Fruktosa belum memperoleh perhatian yang cukup dibandingkan dengan glukosa padahal terbukti mempunyai hubungan yang erat dengan intoleransi glukosa. Jadi pendapat selama ini bahwa fruktosa lebih aman dari glukosa adalah tidak benar. Kurangi secara perlahan penggunaan gula, baik pada minuman teh/kopi maupun saat membubuhkan pada masakan. Jika meningkatkan rasa pada minuman, tambahkan jeruk nipis pada minuman tehdan atau madu, bukan menambahkan gula. 1. Batasi minuman bersoda. 2. Ganti makanan penutup/dessert yang manis dengan buah atau sayursayuran. 3. Kurangi atau batasi mengkonsumsi es krim. 4. Selalu membaca informasi kandungan guladan kandungan total

kalori

(glucosa,

sucrosa,

fruktosa,

dextrosa,

galaktosa, maltosa) dan garam (natrium) jika berbelanja makanan dalam kemasan. 5. Kurangi konsumsi coklatyang mengandung gula. 6. Hindari minuman beralkohol. b. Konsumsi garam Rasa asin yang berasal dari makanan adalah karena kandungan garam (NaCl) yang ada dalam makanan tersebut. Konsumsi natrium yang berlebihan akan mempengaruhi kesehatan terutama meningkatkan tekanan darah. Karena itu dianjurkan mengonsumsi garam sekedarnya dengan cara menyajikan makanan rendah natrium: 1) Gunakan garam beriodium untuk konsumsi. 2) Jika membeli pangan kemasan dalam kaleng, seperti sayuran, kacangkacangan atau ikan, baca label informasi nilai gizi dan pilih yang rendah natrium. 3) Jika tidak tersedia pangan kemasan dalam kaleng yang rendah natrium, pangan dalam kemasan tersebut perlu dicuci terlebih dahulu agar sebagian garam dapat terbuang 4) Gunakan mentega atau margarine tanpa garam (unsalted) 5) Jika mengonsumsi mi instan gunakan sebagian saja bumbu dalam sachet bumbu yang tersedia dalam kemasan mi instan 6) Coba bumbu yang berbeda untuk meningkatkan rasa makanan, seperti jahe atau bawang putih. Mengonsumsi lebih banyak pangan sumber kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. Pangan sumber kalium adalah kismis, kentang, pisang, kacang (beans) dan yoghurt. c.

Konsumsi lemak Lemak yang terdapat di dalam makanan, berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E dan K serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak dalam hidangan sehari-hari dianjurkan tidak

lebih dari 25% kebutuhan energi, jika mengonsumsi lemak secara berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya konsumsi makanan lain. Hal ini disebabkan karena lemak berada didalam sistem pencernaan relatif lebih lama dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama. Secara nasional, rata-rata konsumsi lemak di Indonesia telah sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 47 gram/kapita/hari atau 25 persen dari total konsumsi energi. Karakteristiknya adalah lebih besar pada kelompok penduduk usia 2-18 tahun, tinggal di perkotaan dan pada kelompok perempuan (Riskesdas, 2010). Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi 2 (dua kelompok yaitu kelompok lemak tak jenuh dan kelompok lemak jenuh. Makanan yang mengandung lemak tak jenuh, umumnya berasal dari pangan nabati, kecuali minyak kelapa. Sedangkan makanan yang mengandung asam lemak jenuh, umumnya berasal dari pangan hewani. Dalam memproduksi hormon, tubuh membutuhkan kolesterol yang merupakan substansi yang terdapat dalam tubuh. Tubuh membuat kolesterol dari zat gizi yang dikonsumsi dari makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti kuning telur, lemak daging dan keju. Kadar kolesterol darah yang melebihi ambang normal (160-200 mg/dl) dapat mengakibatkan penyakit jantung bahkan serangan jantung. Hal ini dapat dicegah jika penduduk menerapkan pola konsumsi makanan rendah lemak. Risiko timbulnya penyakit jantung pada kelompok penduduk ini semakin meningkat jika disertai dengan kebiasaan merokok, menderita tekanan darah tinggi, diabetes dan obesitas. Khusus untuk anak usia 6-24 bulan konsumsi lemak tidak perlu dibatasi.

D. Mengkonsumsi Makanan yang Benar Mengkonsumsi makanan yang benar dalam prinsip ini yaitu mengkonsumsi makanan yang beragam serta memperhatikan jumlah dan proporsinya. Proporsi makanan yang seimbang dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa PTM, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi. Membiasakan perilaku hidup bersih. Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang. Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anakanak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik. Dengan membiasakan perilaku

hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum

makan,

sebelum

memberikan

ASI,

sebelum

menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri. 2. Menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat dann binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit. 3. Selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit. 4. Selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.

E. Gizi Seimbang menurut Usia Anak Menurut KEMENKES RI (2014) Pembagian gizi seimbang dibedakan berdasarkan usia adalah sebagai berikut : a. Bayi usia 0-6 bulan Gizi seimbang untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi oleh karena dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan, sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya, murah dan bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja b. Anak usia 6-24 bulan Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara

fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan kepada makanan lain, mula mula dalam bentuk lumat, makanan lembik dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga bayi berusia 1 tahun. Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera makan anak selanjutnya,

sehingga

pengenalan

kepada

makanan

yang

beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24bulan semakin ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok sebagai sumber kalori. Demikian pula jumlahnya ditambahkan secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi yang juga seimbang. c. Anak usia 2-5 tahun Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Demikian juga anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk makanan jajanan. Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam “memenangkan” pilihan anak agar memilih makanan yang bergizi seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan, sehingga

perilaku

hidup

bersih

perlu

dibiasakan

untuk

mencegahnya. Anak usia 2-5 tahun termasuk golongan berisiko anemia gizi besi. Pada usia ini anak sudah lepas ASI, sehingga jika makanan tidak adekuat gizi kurang bahkan gizi buruk bisa terjadi.

Anemia defisiensi besi mempunyai dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Dampak anemia gizi besi antara lain pada penurunan tingkat kecerdasan dan tingkat kekebalan anak. Anemia gizi besi dapat terjadi karena kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan, meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi dan meningkatnya keluaran zat besi dalam tubuh. Seseorang dikatakan terkena anemia gizi besi, dengan tanda-tanda gejala sebagai berikut lemas dan cepat lelah, pucat, mudah terserang penyakit, menurunnya kemampuan beraktivitas dan dampak yang paling fatal terjadi anak-anak dapat menurunkan IQ sebesar 5 point. Berdasarkan penelitian Erna, dkk (2011) menginovasi makanan bergizi untuk anak balita yang disebut pukis bangga (bayam mangga) yang mengandungbanyak zat besi guna mencegah terjadinya anemia zat besi tersebut.

(Fidyatun, Rachmawati,

Lestari, & Handayani, 2011) d. Anak usia 6-9 tahun Anak pada kelompok usia ini merupakan anak yang sudah memasuki masa sekolah dan banyak bermain diluar, sehingga pengaruh kawan, tawaran makanan jajanan, aktivitas yang tinggi dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi menjadi tinggi. Sebagian anak usia 6-9 tahun sudah mulai 10 memasuki masa pertumbuhan cepat pra-pubertas, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi mulai meningkat secara bermakna. Oleh karenanya, pemberian makanan dengan gizi seimbang untuk anak pada kelompok usia ini harus memperhitungkan kondisi-kondisi tersebut diatas. e. Remaja usia 10-19 tahun Kelompok ini adalah kelompok usia peralihan dari anakanak menjadi remaja muda sampai dewasa. Kondisi penting yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik “Body image”

pada remaja puteri. Dengan demikian perhitungan terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja puteri, perhatian harus lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum menikah.

F. Kesulitan Makan pada Anak dan Cara Mengatasinya Kesulitan makan pada anak merupakan salah satu yang sering dikeluhkan orang tua bila berobat ke poliklinik ataupun ke tempat praktek, dan salah satu gangguan perkembangan yang dapat terjadi pada bayi atau anak sehat. Sekitar 25% anak dengan perkembangan normal dan 80% anak dengan gangguan perkembangan dilaporkan mempunyai

masalah

makan.

Berdasarkan

kriteria

diagnostik,

klasifikasi kesulitan makan mencakup 6 subtipe, yaitu: 1. Feeding disorder of state regulation Gangguan utama pada masalah ini yaitu bayi memiliki kesulitan mencapai dan menjaga dirinya tetap tenang saat makan. Kesulitan ini dapat terjadi karena anak terlalu mengantuk atau terlalu gelisah untuk makan. Intervensi yang dapat dilakukan pada keadaan ini, yaitu dengan merekam aktivitas ibu dan bayi saat pemberian makan melalui video dan mengamati rekaman tersebut yang akan memfasilitasi diskusi tentang apa yang dapat memicu bayi menjadi rewel dan apa yang menenangkan bayi. -

Apabila bayi terlalu mengantuk saat diberi makan dan sulit dibangunkan, sebaiknya bayi diberi pijatan lembut untuk menstimulasi agar bangun dan meningkatkan kesadaran serta memfasilitasi waktu makan yang lebih baik.

-

Apabila bayi terlalu rewel dan sulit diberi makan, sebaiknya mengurangi stimulasi sebelum dan selama pemberian makan dengan

mengajaknya

ke

membedongnya selama makan.

kamar

yang

sunyi

serta

-

Apabila ibu terlalu lelah, sangat cemas atau depresi, maka kesulitan ibu harus diatasi terlebih dahulu sehingga interaksi bayi-ibu akan lebih efektif.

-

Apabila bayi mudah lelah dan tidak mampu mencapai kebutuhan

nutrisi

yang cukup

untuk

walaupun

telah

diusahakan

berbagai

pertumbuhannya, cara

untuk

memperbaikinya, maka dapat dipertimbangkan pemasangan sonde. 2. Feeding Disorder of Caregiver-Infant Reciprocity (Gangguan Makan akibat Hubungan Pengasuh-bayi) Gangguan ini ditandai oleh kurangnya ikatan antara ibu dan anak sehingga menyebabkan tidak cukupnya asupan makanan dan terjadi gagal tumbuh.2 Berbagai tatalaksana pada gangguan ini telah dicoba, mulai dari kasus ringan yang hanya memerlukan rawat jalan hingga kasus berat yang membutuhkan rawat inap. Pendekatan rawat jalan hanya dapat dilakukan pada kasus: -

Memerlukan pengobatan ringan

-

Tidak ada bukti gangguan perilaku ibu

-

Anak berusia lebih dari 12 bulan

-

Orangtua memiliki sistem pendukung

-

Jika orangtua telah mendapatkan bantuan medis sebelumnya

Perawatan rawat inap diperlukan pada kasus: o Gangguan pertumbuhan berat o Higiene anak kurang diperhatikan o Ibu tidak mampu mengurus anak dan stres, atau jika interaksi ibu dan anak tampak kurang harmonis. Selama berlangsungnya perawatan, bersamaan dilakukannya intervensi pada anak, dievaluasi juga mengenai interaksi antara ibu dan anak. Selama proses pemberian makan dan waktu bermain anak, perlu perawat yang ramah, perhatian, dan bertanggung jawab untuk menciptakan suasana yang hangat serta menyenangkan.

Pada kasus anak yang mengalami hipotoni berat, perlu dilakukan fisioterapi. Selama rawat inap, perlu dilakukan evaluasi mengenai: -

Interaksi ibu dengan anak

-

Kemampuan ibu untuk berpartisipasi dalam proses terapi anak

-

Kesiapan ibu merawat anak

Saat perawatan selesai dan anak akan dipulangkan, perlu diperhatikan: -

Apakah perawatan selama dirawat telah berjalan dengan baik

-

Kesiapan perawatan selanjutnya di rumah

-

Rencana rawat jalan selanjutnya

-

Kunjungan rumah selanjutnya oleh petugas kesehatan

Tempat penitipan bayi dapat menjadi alternatif bagi ibu agar dapat memiliki waktu bagi ibu sehingga waktu merawat anaknya tidak menjemukan dan lebih menyenangkan 3. Anoreksia infantile Anoreksia infantil adalah gangguan makan dengan manifestasi utama berupa hilangnya nafsu makan dengan onset saat masa infant. Keadaan ini perlu mendapat terapi yang bertujuan untuk memfasilitasi

kembali

regulasi

makan

anak

berdasarkan

pemahaman persepsi lapar dan kenyang anak.2 Terapi yang disarankan berdasarkan model transaksional anoreksia infantil, yang terdiri atas tiga komponen: a. Orangtua perlu dibantu agar dapat memahami: -

Temperamen anak

-

Kesulitan pengontrolan diri anak yang masih labil

-

Persepsi rasa lapar dan kenyang anak yang masih belum dipahami

-

Perlunya stimulasi dan perhatian orangtua untuk anak

b. Perlu digali riwayat pemberian makan saat orangtua masih kecil, untuk memahami kesulitan makan anak yang dikaitkan dengan pengalaman orangtua sendiri.

c. Orangtua diberi pedoman cara makan untuk mengatur waktu makan dan istirahat (time out). A. Pedoman Makan Pedoman makan sebagai berikut: a. Untuk memacu rasa lapar yang lebih kuat, orangtua dianjurkan untuk memberi makan anak dalam interval waktu 3–4 jam dan tidak memberikan makanan kecil, susu, atau jus di antara waktu makan b. Orangtua sebaiknya memberikan makan pada anak dalam porsi kecil untuk mencegah anak menjadi bosan c. Orangtua dianjurkan untuk menjaga anak tetap tinggal di kursi makan hingga acara makan berakhir d. Waktu makan sebaiknya tidak melebihi 20 hingga 30 menit e. Orangtua sebaiknya tidak memuji atau mengkritik anak mengenai jumlah makanan yang dimakan f. Selama waktu makan, sebaiknya tidak ada mainan atau tayangan televisi yang dapat mengalihkan perhatian anak g. Makanan sebaiknya tidak digunakan sebagai hadiah atau sebagai ekspresi kasih sayang orangtua h. Sebaiknya anak tidak diperbolehkan melempar-lempar makanan atau alat makan serta bermain dengan makanan i. Pada anak yang lebih besar, dijaga agar kembali fokus ke makanan apabila sebelumnya teralihkan oleh pembicaraan saat makan. B. Prosedur Istirahat (Time Out) Prosedur istirahat (time out) dilakukan dengan tujuan agar anak dapat menenangkan dirinya sendiri ketika mereka sedang marah karena sesuatu hal tidak berjalan sesuai dengan keinginannya. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan waktu time out: a. Orangtua hanya boleh memberikan satu kali peringatan sebelum diberikan time out

b. Anak sebaiknya diberi waktu istirahat di tempat yang aman, sendirian, dan tidak dapat melihat orangtua (seperti pada tempat tidur bayi, ruang bermain, atau di kamarnya) c. Waktu istirahat (time out) mulai dihitung saat anak dalam keadaan tenang d. Anak diperbolehkan kembali ke meja makan bila sudah tenang. 4. Sensory Food Aversions Cara terbaik untuk menangani anak dengan sensory food aversion yaitu memberikan pemahaman terlebih dahulu kepada orangtua mengenai keadaan anak. Orangtua perlu diberikan penjelasan bahwa anaknya memiliki indera pengecap yang lebih sensitif yang menyebabakan rasa yang berlebih pada makanan tertentu sehingga makanan tersebut dirasakan terlalu menyengat. Cara orangtua menghadapi keadaan ini: a. Ketika bayi atau anak menunjukkan reaksi aversive terhadap suatu jenis makanan seperti memuntahkan kembali makanan, mual atau vomitus, orangtua sebaiknya jangan memaksakan anak untuk memakan makanan tersebut karena pemberian berulang

makanan

yang

dianggap

aversive

cenderung

meningkatkan kecemasan dan penolakan anak. b. Untuk anak balita, dapat digunakan cara modeling. Orangtua memberikan contoh dengan memakan makanan yang dianggap aversive oleh anak dan menunggu hingga anak meminta mencoba mencicipi makanan tersebut. Hal ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan menempatkan makanan tersebut diatas piring, dan meminta mereka untuk memakannya. Hal ini diharapkan meningkatkan rasa penasaran dan keinginan balita untuk ikut merasakan makanan yang sedang dimakan orangtuanya. Orangtua dianjurkan untuk bersifat netral dan menunggu reaksi anak terhadap makanan, apakah mereka menyukainya atau tidak. Apabila makanan tersebut dianggap

bersifat aversive, maka anak akan memuntahkannya dan tidak mau memakannya kembali, namun setidaknya anak menjadi tidak takut untuk mencoba jenis makanan baru lainnya. Konsekuensi cara ini yaitu orangtua harus memperhatikan pemenuhan kalori anak dan memberikan suplemen pada anak karena seringkali anak akan kekurangan mikronutrien. Anak dengan sensory food aversion pada umumnya lebih memilih jenis makanan yang manis seperti permen. Pada keadaan ini, orangtua dapat menanganinya dengan memberikan porsi kecil dari permen tersebut saat waktu makan anak dan mengizinkan anak untuk memakannya terlebih dahulu jika mereka menginginkannya namun anak tidak boleh memakan permen diluar waktu makan yang telah ditetapkan. Hal ini agar permen tidak lagi dianggap makanan istimewa. Anak yang menolak makanan memerlukan proses mengunyah lebih keras seperti daging atau sayuran berserat dapat mengalami keterlambatan motorik oral dan gangguan bicara. Pada kasus ini anak dapat dibantu dengan terapi bicara dan motorik oral. c. Pada anak usia prasekolah, pemilihan jenis makanan dan pola makan anak pada usia demikian bergantung juga pada jenis makanan yang dimakan oleh anak seusianya. Pada kasus anak seusia ini, anak dapat dibantu membuat hierarki jenis makanan yang tidak mereka sukai dengan memberikan skoring mulai dari 1 sampai 10, dengan nilai 1 untuk makanan yang paling tidak sering dihindari hingga 10 untuk jenis makanan yang paling sering dihindari. Anak dianjurkan mulai memakan makanan dengan nilai skoring terendah. Anak diberikan hadiah poin berupa 10 poin untuk tiap makanan baru yang dicoba hingga poin final 50. Pada awalnya anak hanya mampu makan satu gigitan kemudian semakin lama semakin bertambah banyak hingga pada akhirnya ketika mereka mulai dapat memakan hingga 50 gigitan. Setelah memakan 50 gigitan

makanan baru, anak umumnya sudah mulai menyadari bahwa ternyata rasa makanan tersebut dapat ditoleransi dan mereka siap mencoba makanan baru lainnya 5. Post

Traumatic

Feeding

Disorder

(Gangguan

Makan

Pascakejadian Traumatis) Tatalaksana pada gangguan makan ini memerlukan tim multidisiplin yang terdiri atas dokter anak, ahli gastroenterologi, ahli nutrisi, terapis okupasi, dan psikolog. Status gizi anak perlu dievaluasi dan direncanakan kebutuhan nutrisinyakarenaakan menentukan apakah anak dapat dirawat jalan atau memerlukan perawatan rumah sakit.2 Berikut tatalaksana post traumatic feeding disorder sesuai usia dan tempat perawatan: a. Tatalaksana rawat jalan pada bayi Tujuan intervesi pada post traumatic feeding disorder yaitu untuk membantu anak mengatasi rasa takutnya saat minum dari botol.

Anak

dengan

refluks

gastroesofageal

akan

menghubungkan minum dengan vomitus dan nyeri. Rasa takut anak ini dapat dibantu dengan pemberian minum melalui botol saat mengantuk sehingga terhindar melihat botol susu untuk sementara waktu. Orangtua dianjurkan membuat jadwal pemberian makan anak saat pagi, sore, malam, dan tengah malam dengan saat terbaik pemberian minum anak menjelang tidur atau ketika anak sudah mengantuk karena refleks hisap yang masih bekerja. Keberhasilan intervensi ini dapat dinilai setelah 1 bulan. Pada saat itu, anak akan tetap minum dari botol tanpa rasa takut lagi. Agar seluruh proses makan tersebut menjadi pengalaman yang menyenangkan maka pada anak juga perlu mulai dikenalkan dengan sendok. b. Tatalaksana rawat jalan pada balita dan anak yang lebih besar Anak dengan post traumatic feeding disorder pada usia ini akan menolak makan makanan padat, namun masih mau

minum dari botol atau gelas serta masih mau menerima makanan lunak yang mudah ditelan. Mereka mengalami ketakutan untuk makan makanan padat yang dianggap dapat menyebabkan tersedak. Pada kondisi ini orangtua perlu dibantu untuk membuat jadwal pemberian makan yang teratur setiap 3– 4 jam. Bila kebutuhan kalori belum terpenuhi, dapat diberikan makanan cair dari botol. Pemberian makan dimulai dengan pemberian makanan lunak. Bila anak dapat menerimanya maka konsistensi kepadatan makanan dapat ditingkatkan secara bertahap.

Orangtua

sebaiknya

membiarkan

anak

untuk

memegang sendok dan menganjurkan anak untuk makan sendiri agar mengurangi rasa takut. Untuk mengurangi rasa takut anak dan anak tidak menjadi stres, saat makan dapat dibantu dengan suara musik (nyanyian) atau menonton acara televise Bila anak tersebut tidak dapat menerima makanan lunak, maka:2 

Diberikan makanan yang sangat lembut atau mudah hancur didalam mulut



Orangtua memberi contoh pada anak bagaimana cara mengunyah dan menelan makanan



Jangan memberikan makanan yang sulit dikunyah.

c. Tatalaksana untuk kasus berat Beberapa kasus bayi dan anak yang menolak makan atau minum dari botol memerlukan bantuan pemasangan selang sonde sehingga perlu perawatan di rumah sakit. Terapi yang dapat dipilih pada keadaan ini: a. Terapi extinction Pada terapi ini orangtua secara perlahan memberikan sejumlah kecil porsi makanan langsung ke dalam mulut. Hal ini biasanya akan menstimulasi respons stres anak, namun orangtua perlu secara konsisten tetap memberikan makanan

ke dalam mulut tiap 5–10 menit. Terapi ini bertujuan untuk memberikan pengertian pada anak bahwa walaupun mereka menunjukkan penolakan, pemberian makan akan tetap berlanjut sehingga selanjutnya anak akan mencoba untuk menelan makanan. Orangtua disarankan untuk memberikan pujian ketika anak mampu menelan. b. Terapi yang memanipulasi rasa lapar secara kontinu Selama hari pertama dan kedua perawatan, rasa lapar dimanipulasi dengan menghentikan pemberian semua formula yang berkalori. Jika diperlukandiselingi pemberian makan secukupnya pada malam hari. Pada hari perawatan selanjutnya, bila anak mau makan perlu diberikan pujian, pemberian mainan kesukaan anak, atau menonton acara televisi kesukaan anak. Akan tetapi, bila anak menunjukkan sikap menolak makan perlu diberikan hukuman berupa anak tidak boleh beranjak dari kursi sebelum selesai makan. Intervensi ini pada awalnya dilakukan oleh seorang terapis (tanpa peran serta orangtua), namun bila anak telah menunjukkan sikap perbaikan (mau makan), orangtua diperbolehkan ikut berperan serta dalam c. Pemberian makan per oral diberikan setelah sonde dilepas dan anak mengeluh lapar. d. Penggunaan serotonin reuptake inhibitors (fluoxetine 5 mg/hari) dapat mengurangi tingkat kecemasan dan rasa takut anak dengan post traumatic feeding disorder tanpa efek samping. Anak umumnya diperbolehkan pulang bila: 

Anak telah mampu menerima nutrisi yang adekuat



Tujuan terapi telah tercapai



Orangtua telah mampu melanjutkan terapi di rumah

6. Feeding Disorder Associated with A Concurrent Medical Condition (Gangguan Makan yang Disebabkan Kondisi Medis yang Mendasari) Kerja sama yang baik antara dokter anak dan psikologi sangat penting karena gangguan makan pada keadaan ini disebabkan oleh kombinasi antara faktor organik dan psikologi. Terapi optimal dapat dicapai bila gangguan medis yang mendasarinya dapat diatasi, apabila gangguan tersebut tidak dapat diatasi dengan baik dan anak tetap mengalami stres saat pemberian makan maka diperlukan pemberian nutrisi dengan cara penggunaan nasogastrik

atau

gastrostomi

untuk

mencukupi

kebutuhan

nutrisinya. Pada keadaan ini anak tetap dicoba diberikan asupan makansecara per oral dan sisanya diberikan melalui selang. Pada anak yang mengalami keterlambatan fungsi oral motor serta memiliki tonus otot yang lemah, maka terapi okupasi dapat membantu kesuksesan terapi Terapi refluks gastroesofagus pada bayi lebih cenderung bersifat konservatif (memposisikan saat makan, pemberian makan dalam porsi kecil), sedangkan pada anak yang lebih besar dapat diberikan terapi farmakologis seperti proton pump inhibitor, antagonis reseptor histamin-2

Meskipun kemajuan di bidang kesehatan dan teknologi nutrisi telah sedemikan baik, akan tetapi gangguan makan pada anak masih terus menjadi masalah yang memerlukkan penanganan tepat. Gangguan makan diidentifikasi pada anak yang tidak dapat atau bahkan menolak makan

atau

minum

pada

jumlah

yang

diperlukan

untuk

mempertahankan status nutrisi yang baik. Proses makan tidak hanya sekedar melibatkan fungsi anatomi, namun juga terlibat di dalamnya peran pengasuh, lingkungan, psikolog, dan kesiapan anak melalui tiap tahapan makan.

G. Kiat Mengatasi Anak Sulit Makan saat Sakit Anak yang sedang sakit memerlukan nutrisi lebih banyak untuk membantu proses penyembuhan. Kendalanya, anak dalam kondisi sakit seringkali sulit makan. Perlu kiat khusus agar si kecil mau menyantap makanan yang disajikan. Beragam jenis penyakit bisa menyerang anak. Umumnya anak mengalami gangguan demam, influenza, batuk, infeksi, dan gangguan pencernaan seperti diare. Penyakit ini bisa disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Selain pengobatan medis, anak yang sakit perlu asupan gizi yang cukup untuk membantu proses penyembuhan. Dengan asupan nutrisi yang baik, anak diharapkan lekas sembuh dari penyakit dan daya tahan tubuh meningkat. Dalam kondisi sehat, anak seringkali susah makan, apalagi saat sakit. Sebagai orangtua tentu cemas dan takut jika anak bertambah sakit karena asupan makanan berkurang. Jangan berkecil hati, banyak kiat khusus agar si kecil mau menyantap hidangan dikala sakit. 1. Makanan Harus Bergizi Usia anak adalah masa pertumbuhan. Diperlukan nutrisi yang seimbang baik karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, dan air. Dengan zat gizi yang lengkap, proses pertumbuhan akan berjalan dengan baik dan daya tahan tubuh anak akan meningkat sehingga penyakitpun akan menjauh. Jika anak dalam kondisi sakit, kebutuhan nutrisi harus lebih diperhatikan, karena selain untuk proses pertumbuhan, anak juga perlu nutrisi ekstra untuk pemulihan kesehatannya. Berikan makanan dengan kandungan gizi lengkap dan porsi yang cukup. 2. Porsi Kecil Anak yang sakit, terutama jika flu disertai demam atau batuk biasanya mulut terasa kering dan makanan menjadi terasa pahit. Selera makan anak pasti menjadi berkurang. Coba berikan makanan dalam porsi kecil namun sering. Jangan paksakan anak

makan dalam jumlah besar, memaksa anak untuk makan justru akan membuat anak semakin enggan makan. 3. Kondisikan Suasana Menyenangkan Saat waktu makan anak, kondisikan suasana yang menyenangkan, seperti sambil melihat film kartun kesukaan atau diberikan mainan kegemaran. Dengan suasana yang menyenangkan, anak biasanya akan lebih mudah menerima makanan. Selain itu bisa dengan mengkreasikan makanan dalam bentuk lucu sehingga anak lebih berselera untuk makan. 4. Berikan Makanan Kesukaan Anak biasanya menyukai makanan manis. Coba pancing selera makan anak dengan memberikan makanan kesukaan. Jika anak terlihat senang dan rasa pahit dimulut hilang. Berikan makanan yang lebih berat dan bergizi. Seperti nasi tim hati sapi, bubur ayam atau nasi dengan lauk yang biasanya disukai anak. Usahakan menu masakan adalah masakan kesukaan anak agar selera makan anak menjadi meningkat. 5. Berikan Makanan Bertekstur Lunak Anak yang sakit umumnya enggan makan dan mengunyah makanan. Berikan makanan bertekstur lunak, seperti puding buah, cream soup tomat, makaroni panggang atau pure kentang dengan campuran susu dan daging cincang. Makanan lunak akan mudah ditelan dan dicerna oleh anak dalam kondisi sakit. 6. Hindari Makanan Berbumbu Tajam dan Berlemak Anak yang sedang sakit, apalagi gangguan pencernaan seperti diare, mual, dan muntah sebaiknya diberikan makanan yang tidak berbumbu tajam, seperti cabe, lada, atau asam. Anak juga jangan diberikan makanan yang terlalu berlemak. Makanan berlemak akan meningkatkan asam lambung dan merangsang rasa mual yang bisa menyebabkan anak muntah. 7. Berikan Makanan Hangat

Makanan hangat seperti sup ayam, cream soup jamur, sup tomat atau sup jagung manis cocok diberikan untuk anak yang sakit. Selain padat gizi, makanan hangat berupa sup juga memiliki cita rasa dan aroma yang lezat sehingga dapat menggugah selera makan anak. 8. Cukupi Kebutuhan Cairan Anak yang sakit seringkali disertai demam dan berkeringat. Berikan cairan dalam bentuk air putih, susu, sup, atau jus sari buah. Dengan memberikan cairan maka tubuh anak akan terhindar dari dehidrasi. Makanan cair juga mudah dicerna dan nutrisinya lebih cepat diserap oleh tubuh. 9. Jangan Lupa Minum Susu Susu sangat penting diberikan untuk anak dalam kondisi sakit. Kandungan gizinya yang lengkap serta mudah dicerna dapat menutupi kekurangan zat gizi akibat selera makan yang menurun. Berikan susu dengan cita rasa sesuai selera anak sehingga anak lebih mudah menerimanya.

10. Perhatikan Waktu Minum Obat Orang tua juga harus cermat dan menanyakan ke dokter tentang jenis obat yang akan diberikan untuk anak. Sebagian obat harus diberikan sebelum makan atau setelah makan. Kesalahan waktu memberikan obat dapat menimbulkan ganguan kesehatan, seperti iritasi lambung, atau dapat menghambat proses penyerapan dan mengurangi efektivitas kerja obat.

H. Cuci Tangan a. MENGAPA HARUS MENCUCI TANGAN

DENGAN AIR

BERSIH DAN SABUN? Dalam situasi darurat, air yang kebersihannya

tersedia tidak dijamin

dan mungkin mengandung kuman

penyebab

penyakit. Bila digunakan, kuman akan berpindah ke tangan. Pada saat makan kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit.

Tangan kadang terlihat bersih secara

kasat mata namun tetap mengandung kuman. Sabun dapat membersihkan kotoran

dan merontokan kuman. Tanpa sabun,

kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. b. KAPAN SAJA HARUS MENCUCI TANGAN? 1. Sesudah buang air 2. Setelah menceboki bayi atau anak. 3. Sebelum makan dan menyuapi anak 4. Setelah memegang hewan. 5. Setelah bermain di tanah, lumpur atau tempat kotor. 6. Setelah bersin/batuk c. APA MANFAAT MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN? 1. Tangan jadi bersih dan bebas kuman 2. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri, Thypus, Kecacingan, penyakit kulit, Influenza, Flu Burung. d. LIMA MOMEN (FIVE MOMENT) CUCI TANGAN 1. Sebelum kontak dengan pasien 2. Sebelum melakukan tindakan aseptik 3. Setelah terkena cairan tubuh pasien 4. Setelah kontak dengan pasien 5. Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien

Sumber : infoperawatindonesia.com

e. CARA CUCI TANGAN YANG BENAR 6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu : 1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

SUMBER : Fidyatun, E., Rachmawati, A., Lestari, O., & Handayani, P. (2011). Pukis “Bangga” (Bayam-Mangga) Untuk Mengatasi Anemia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 21. Gurnida, D. A. (2011). TATALAKSANA KESULITAN MAKAN PADA ANAK. RI, Kemenkes. (2014). PEDOMAN GIZI SEIMBANG. Jakarta. Rahmawati, Dahlia. (2013). PENINGKATKAN PEMAHAMAN GIZI SEIMBANG PADA

ANAK

MELALUI

KEGIATAN

MEMBENTUK

KREASI

MAKANAN DI KELOMPOK B TK DARUL ULUM NGEMBALREJO KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS.

Sutomo, Budi. (2017). Kiat Mengatasi Si Kecil Sulit Makan Saat Sakit. Sahabat Nestle. Available on https://www.sahabatnestle.co.id/content/view/kiatmengatasi-si-kecil-sulit-makan-saat-sakit.html