43 1 10MB
618.97 Ind r
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2020-2024.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2021 ISBN 978-623-301-178-5 1. Judul I. GERIATRICS II. GOVERNMENT PROGRAMS
-3-
RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN LANJUT USIA TAHUN 2020 - 2024 Kementerian Kesehatan RI Jakarta, 2021
PENGARAH • drg. Oscar Primadi, MPH – Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI • dr. Kirana Pritasari, MQIH - Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Priode Tahun 2019-2020 EDITOR • dr. Erna Mulati, M.Sc., CMFM - Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan RI • N. Nurlina Supartini, SKp., MPH – Koordinator Kelompok Substansi Kesehatan Pra Lanjut Usia dan Lanjut Usia, Direktorat Kesehatan Keluarga, Kemenkes RI • Dr. Lilis Heri Mis Cicih dan tim – Lembaga Demografi Universitas Indonesia
KONTRIBUTOR • Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan • Biro Hukum dan Organisasi, Kementerian Kesehatan • Direktorat Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan • Pusat Analisis Determinan Kesehatan, Kementerian Kesehatan • Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan • Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan • Direktorat Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan • Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan • Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementerian Kesehatan • Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Kementerian Kesehatan • Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan RI • Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan • Direktorat Penanggulangan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Kementerian Kesehatan
Diterbitkan oleh : Kementerian Kesehatan RI Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk fotocopy rekaman dan lain-lain tanpa seijin tertulis dari penerbit.
-i-
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2020-2024 dapat diselesaikan dengan baik. Rencana Aksi Nasional (RAN) ini merupakan kelanjutan dari RAN Kesehatan Lansia sebelumnya, yang pertama kali disusun untuk periode tahun 2016-2019. Berbagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan lanjut usia telah dilaksanakan dan perlu dilanjutkan dengan peningkatan kualitas, memperkecil kesenjangan yang masih dihadapi dan mengembangkan program dengan inovasi dan terobosan sesuai perkembangan teknologi dan komitmen global terkini. Dalam implementasi program kesehatan lanjut usia (lansia), penguatan dasar hukum sangat dibutuhkan sebagai landasan mendapatkan dukungan kegiatan dan anggaran yang memadai dari APBN, APBD provinsi, dan kabupaten/kota. Selain itu, jejaring kemitraan pelayanan kesehatan lanjut usia belum terbentuk di semua kabupaten/kota, dan belum seluruhnya berfungsi dengan baik. Melalui RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024, diharapkan upaya peningkatan kesehatan lansia dapat lebih terarah, sinergis dan komprehensif serta memuat langkah-langkah konkrit yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan oleh berbagai tingkat pelaksana. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional. Masukan dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga Tuhan yang Maha Esa meridhoi semua upaya yang kita lakukan untuk mewujudkan lansia yang sehat, mandiri, aktif dan produktif (SMART).
Jakarta,
September 2020
Direktur Kesehatan Keluarga
dr. Erna Mulati, M.Sc., CMFM
- ii -
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
i ii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Sasaran D. Pengertian
1 1 3 3 4
BAB II
KONSEP DASAR KESEHATAN LANJUT USIA A. Healthy Ageing WHO 2015 B. Successful Aging WHO 2015 C. m-Aging D. Pendekatan Siklus Hidup E. Lanjut Usia SMART
6 6 7 8 8 11
BAB III
KEBIJAKAN GLOBAL DAN NASIONAL TERKAIT PENGEMBANGAN PROGRAM KESEHATAN LANJUT USIA A. Kebijakan Gobal B. Kebijakan Nasional
13
BAB IV
BAB V
GAMBARAN KONDISI LANJUT USIA A. Jumlah dan Proporsi Lanjut Usia B. Tempat Tinggal Lanjut Usia C. Kondisi Kesehatan Lanjut Usia D. Kepemilikan Jaminan Kesehatan E. Fasilitas Pelayanan Kesehatan F. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat G. Kondisi Khusus Lanjut Usia
MATRIKS RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN LANJUT USIA TAHUN 2020-2024 BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB VII PENUTUP DAFTAR PUSTAKA KONTRIBUTOR
13 16 21 21 21 22 25 26 27 27 31 63 111 112 115
- 1-
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk lanjut usia yang
terus meningkat. Hal ini menjadi tantangan pembangunan Kesehatan agar peningkatan jumlah lansia juga diiringi dengan meningkatnya kesehatan dan kualitas hidup lansia, yaitu melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi lansia serta pemberdayaan masyarakat dan lansia, untuk mewujudkan lansia yang sehat, tetap aktif, mandiri dan produktif. Di tingkat global, perhatian terhadap peningkatan jumlah lanjut usia dan upaya untuk menjaga kualitas kesehatannya ditunjukkan dengan Resolusi World Health Assembly (WHA) 69.3 yang dideklarasikan pada Bulan Mei 2016. Resolusi ini berisi tentang Global Strategy and Action Plan on Ageing and Health (2016-2020). Hal ini menunjukkan respon negara-negara di dunia dalam mendukung Decade of Healthy Ageing 2020-2030 yang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs). Isu kelanjutusiaan juga menjadi perhatian G20, melalui The Economist Intelligent Unit dengan mengeluarkan Scaling Healthy Ageing, Inclusive Enviroment and Financial Security (SHIFT). Dari aspek healthy ageing, Indonesia menduduki tempat yang cukup baik yaitu ke-6 dari 20 negara. Tetapi untuk keamanan finansial dan lingkungan yang medukung, menduduki peringkat ke14 dan ke-18, sehingga perlu ada peningkatan. Di samping itu ada seruan memastikan terpenuhinya kebutuhan lanjut usia dengan tepat melalui sistem kesehatan dan Long Term Care (LTC) atau Perawatan Jangka Panjang (PJP). World Health Organization (WHO) telah menyusun
Regional
Framework
on
Healthly
Ageing
2018-2022,
fokus
memperpanjang dan meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan lanjut usia, dan mempromosikan healthy life style bagi lansia. Upaya untuk mewujudkannya diperlukan pendekatan transformatif, melalui sistem peningkatan kesehatan, dengan perawatan terpadu. Layanan yang diberikan berkualitas tinggi, terintegrasi, terjangkau, mudah diakses, terpusat pada kebutuhan dan hak lanjut usia. Sistem seperti ini, diperkenalkan secara luas oleh WHO dengan nama Integrated Care for Older People (ICOPE). Ditujukan untuk memberikan
-2-
layanan terpadu bagi lanjut usia khususnya, dan orang dengan kondisi kesehatan kronis. Program ini juga diarahkan untuk promosi persiapan menuju lanjut usia sehat. Indonesia juga memberikan perhatian terhadap isu kelanjutusiaan dengan dibuatnya regulasi terkait, namun penanganan masalah kesehatan lanjut usia belum menjadi prioritas nasional. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, jumlah lanjut usia yang menderita Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin meningkat. Kondisi ini dapat memperberat kondisi penurunan kapasitas intrinsik yang dialaminya, sehingga ketergantungan semakin meningkat, kondisi ini menuntut percepatan pengembangan pelayanan perawatan jangka panjang. Di samping itu, upaya promotif dan preventif harus ditingkatkan, sehingga lanjut usia tetap sehat selama mungkin. Terlebih pada masa bencana, baik alam maupun nonalam seringkali lanjut usia merupakan kelompok yang paling rentan, karena kondisi fisik dan kemampuannya telah menurun. Seperti pada pandemi Corona Virus Disease 19 (COVID-19) yang menyerang berbagai negara di dunia (termasuk Indonesia) sejak Desember tahun 2019.
Adanya pandemi ini menimbulkan
adaptasi kebiasaan baru yang harus menjadi perhatian khusus. Untuk meningkatkan kesehatan lanjut usia, Kementerian Kesehatan RI menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Lanjut Usia, pertama kali untuk periode 2016-2019. Hasil evaluasi pelaksanaan RAN tersebut, diperoleh gambaran bahwa sebagian besar target yang dicanangkan belum sepenuhnya tercapai. Kendala yang dihadapi antara lain belum optimalnya komitmen pemangku kebijakan dan pemanfaatan jejaring kemitraan. Hal ini dapat dilihat dari belum semua daerah (provinsi dan kabupaten/kota) memiliki kebijakan terkait kesehatan lanjut usia. Penguatan dasar hukum ini sangat dibutuhkan sebagai landasan mendapatkan dukungan kegiatan dan anggaran yang memadai dari APBD provinsi, dan kabupaten/kota. Selain itu, jejaring kemitraan pelayanan kesehatan lanjut usia belum terbentuk di semua kabupaten/kota, dan belum seluruhnya berfungsi dengan baik. Sehubungan dengan belum tercapainya target RAN 2016-2019, maka Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Kesehatan Keluarga menyusun RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024. Dalam penyusunan RAN ini diupayakan bersinergi dengan komitmen global (SDGs, Strategi global, Decade of Healthy Ageing), dan juga nasional (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/RPJMN, Strategi Nasional (Stranas) Kelanjutusiaan, Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan 2020-2024, dan perlunya menjaga kesinambungan program kesehatan lanjut usia.
Melalui RAN ini, diharapkan pembinaan
-3-
kesehatan lanjut usia dapat lebih terarah, sinergis dan komprehensif, sehingga dapat mewujudkan lanjut usia Indonesia yang Sehat, Mandiri, Aktif, dan Produktif (SMART). B.
Tujuan 1.
Tujuan umum: meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia untuk mencapai lanjut usia yang SMART, berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat melalui pembinaan kesehatan yang terarah, sinergis, dan komprehensif dengan dijalankannya kebijakan pemerintah secara berkesinambungan.
2.
Tujuan khususnya sebagai berikut: a.
Meningkatnya kegiatan penyusunan dan sosialisasi peraturan Menteri dan NSPK lainnya mengenai pelayanan kesehatan lanjut usia
b.
Meningkatnya
kuantitas
dan
kualitas
fasilitas
pelayanan
kesehatan yang santun lanjut usia, akses terhadap layanan kesehatan yang santun lanjut usia dan PJP c.
Meningkatnya koordinasi dengan lintas program, lintas sektor, profesi, organisasi masyarakat, dunia usaha, media masa, dan pihak terkait lainnya
d.
Meningkatnya
ketersediaan
data
dan
informasi
di
bidang
kesehatan lanjut usia e.
Meningkatnya
peran serta
dan
pemberdayaan keluarga,
masyarakat dan lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia f.
Meningkatnya peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat.
C.
Sasaran Sasaran dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia meliputi: Sasaran langsung: a. Pra lanjut usia (45-59 tahun) b. Lanjut usia (60 tahun atau lebih) c. Lanjut usia risiko tinggi (60-69 tahun dengan masalah kesehatan, atau usia 70 tahun atau lebih) Sasaran tidak langsung: a. Keluarga b. Masyarakat
-4-
c. Organisasi kemasyarakatan, LSM, kelompok khusus, dan swasta d. Lintas program e. Lintas sektor D.
Pengertian 1. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. 2. Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek kesehatan dan kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan
kesehatan
berupa
promosi,
pencegahan,
diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi. 3. Long Term Care (LTC) atau Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lanjut usia menurut WHO adalah sistem kegiatan-kegiatan terpadu yang dilakukan oleh caregiver (pengasuh/pelaku rawat) informal atau profesional
untuk
memastikan
bahwa
lanjut
usia
yang
tidak
sepenuhnya mampu merawat diri sendiri, dapat menjaga kualitas tertinggi kehidupannya, sesuai dengan keinginannya, dan dengan kemungkinan terbesar memiliki kebebasan, otonomi, partisipasi, pemenuhan kebutuhan pribadi, dan kemanusiaan. 4. Home care/perawatan di rumah lanjut usia adalah bagian atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, dan komprehensif untuk lanjut usia dan keluarga di tempat tinggalnya, bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan
atau
memaksimalkan
tingkat
kemandirian,
dan
meminimalkan dampak penyakit. Layanan ini diberikan oleh caregiver lanjut usia formal, informal, atau tenaga profesional lain. 5. Caregiver lanjut usia adalah seseorang yang telah lulus pendidikan atau pelatihan untuk melakukan pendampingan pada lanjut usia yang tidak mampu merawat dirinya sendiri, baik sebagian atau seluruhnya karena mengalami keterbatasan fisik dan atau mental. 6. Caregiver lanjut usia formal adalah caregiver lanjut usia yang telah memiliki sertifikat kompetensi. 7. Caregiver lanjut usia informal adalah caregiver yang berasal dari keluarga, tetangga dan relawan/kader yang telah mengikuti pelatihan untuk melakukan pendampingan secara sukarela. 8. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
-5-
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. 9. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam memberikan pembinaan kesehatan, dan pelayanan kesehatan dasar lanjut usia. 10. Rumah
sakit
adalah
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 11. Pembinaan kesehatan lanjut usia adalah bimbingan atau arahan terkait program kesehatan lanjut usia yang dilakukan oleh tingkatan yang lebih tinggi agar dapat terlaksana sesuai kebijakan dan standar yang ada. 12. Pelayanan kesehatan lanjut usia adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu wadah dan merupakan upaya preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif bagi lanjut usia dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosial-spiritual (holistik). 13. Kelanjutusiaan (ageing) adalah pendekatan yang digunakan untuk mengetahui
masalah
dan
solusi
tentang
lanjut
usia
dengan
mengedepankan proses menjadi lanjut usia (penuaan) sejak usia dini hingga akhir hayat. Pendekatan tersebut bersifat multidisiplin dan relevan dengan siklus hidup manusia. 14. Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) adalah kewajiban bagi semua perusahaan (korporat) mengalokasikan sebagian keuntungannya untuk digunakan dalam kepentingan sosial bagi masyarakat di sekitar perusahaan sebagai wujud tanggung jawab sosial. 15. Ageing in place adalah lanjut usia yang hidup di kediaman/tempat tinggal pilihannya sendiri, mampu secara mandiri untuk memenuhi, dan melayani kebutuhannya yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan usianya.
-6-
BAB II KONSEP DASAR KESEHATAN LANJUT USIA Beberapa konsep dasar dapat dijadikan acuan untuk dapat memahami kesehatan lanjut usia, empat diantaranya menjadi referensi pada RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024, sebagai berikut: A.
Healthy Aging WHO 2015 Healthy ageing (kelanjutusiaan sehat) merupakan proses mengembangkan
dan
mempertahankan
kemampuan
fungsional,
sehingga
memungkinkan
kesejahteraan lanjut usia. Terkait pencapaian kelanjutusiaan sehat diperlihatkan pada Gambar 1. Kelanjutusiaan sehat dimulai sejak lahir, dan dalam perkembangannya dipengaruhi oleh bawaan genetik, karakteristik individu, dan karakteristik kesehatan. Kemampuan fungsional terdiri dari atribut terkait kesehatan yang memungkinkan orang untuk dapat berbuat sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Kemampuan fungsional terdiri dari kapasitas intrinsik individu, karakteristik lingkungan, dan interaksi antara individu. Kapasitas intrinsik merupakan gabungan dari kapasitas fisik dan mental. Lingkungan terdiri dari seluruh faktor ekstrinsik yang membentuk konteks kehidupan seseorang. Hal ini mencakup - level mikro ke makro - rumah, komunitas, dan masyarakat luas. Di dalam lingkungan terdapat sejumlah faktor, yaitu manusia dan relasi sosial, sikap dan nilai-nilai, kebijakan terkait kesehatan dan sosial, serta dukungan sistem dan pelayanan yang ada.
Gambar 1. Kelanjutusiaan Sehat
-7-
B.
Successful Aging WHO 2015 Model
Successful
Ageing
(Kelanjutusiaan
Sukses)
mencakup
tiga
komponen utama, yaitu: a. Minimalnya risiko terhadap penyakit dan disabilitas; b. Tingginya kapasitas fisik dan fungsional serta kognitif; dan c. keterlibatan aktif dengan kehidupan. Konsep tersebut menekankan pada rendahnya risiko terhadap penyakit, pemeliharaan kapasitas fungsional dan fisik lanjut usia, juga kombinasi terhadap keterlibatan aktif dengan kehidupan.
Gambar 2. Kelanjutusiaan Sukses Komponen pertama adalah minimalnya risiko dari penyakit dan disabilitas. Artinya tidak adanya penyakit, dan disabilitas, serta rendahnya faktor risiko keduanya pada lanjut usia, oleh karenanya, perlu menghindari peningkatan risiko penyakit dan disabilitas yang meningkat seiring dengan pertambahan usia. Salah satu faktor yang berpengaruh yaitu perilaku hidup sehat semasa muda. Komponen kedua adalah mempertahankan funsi fisik dan kognitif. Salah satu perhatian umum pada lanjut usia yang berkaitan dengan fungsi kognitif, terutama adalah adanya proses pembelajaran dan ingatan jangka pendek. Area fungsional lain yang menjadi perhatian utama adalah tetap optimalnya fungsi fisik lanjut usia. Jika lanjut usia telah mengalami penurunan drastis fungsi fisiknya, dapat mengganggu aktifitas sehari-harinya untuk tetap produktif, dan berpartisipasi dalam kehidupan. Komponen ketiga adalah tetap berpartisipasi dalam kehidupan sosial Dua elemen utamanya yaitu pemeliharaan hubungan interpersonal, dan kegiatan produktif, seperti: hubungan sosial kemasyarakatan, pendidikan, self efficacy (perawatan diri), dan respon terhadap stres/tekanan.
-8-
C.
m-Aging mHealth for Ageing atau mAgeing adalah sebuah program baru, inisiatif Be
He@lthy, Be Mobile (BHBM) yang diluncurkan oleh WHO. Tujuan utamanya adalah membantu lanjut usia dalam mempertahankan kemampuan fungsional, semampu mungkin hidup mandiri, dan sehat melalui manajemen diri secara daring. mHealth atau kesehatan mobile, didefinisikan sebagai praktik medis dan kesehatan masyarakat yang didukung oleh perangkat seluler, seperti telepon seluler, perangkat pemantauan pasien, asisten digital pribadi, dan perangkat nirkabel lainnya. Inisiatif Be He@lthy, Be Mobile (BHBM) menggunakan teknologi dasar yang secara umum dimiliki oleh sebagian besar ponsel. Teknologi ini juga diterapkan untuk lanjut usia yang mengikuti program ICOPE WHO, dengan nama mAging ICOPE. Program ICOPE merupakan salah satu bentuk mAging yang saat ini dipandang perlu untuk mulai diimplementasikan oleh pemerintah Indonesia. Semua upaya ini dilakukan untuk mempertahankan kapasitas intrinsik, dan kemampuan fungsional lanjut usia sepanjang kehidupan. Indonesia akan mengupayakan inisiatif terkait mHealth karena program tersebut sangat berguna bagi lanjut usia terutama saat menghadapi situasi yang tidak memungkinkan untuk bertemu langsung misalnya saat pandemi COVID19. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan meluasnya penularan COVID19 mengharuskan lanjut usia tetap tinggal di rumah, menggunakan masker dengan benar, menjaga jarak, sering mencuci tangan dengan sabun/hand sanitizer
dan
menghindari
kerumunan
masa.
Dalam
kondisi
apapun
memerlukan kemudahan akses kapasitas kesehatan utamanya pada lanjut usia untuk mengurangi risiko yang lebih berat. D.
Pendekatan Siklus Hidup Menua (menjadi tua) adalah keadaan alamiah dalam kehidupan manusia,
sebagai proses perjalanan menuju lanjut usia, dimulai sejak pembuahan di dalam kandungan. Seiring terjadinya proses menua ini juga terjadi proses degeneratif secara alami yang tak dapat dielakkan. Tubuh mengalami kemunduran fisik, kognitif, dan psikis, sehingga sangat penting untuk menjaga kondisi lanjut usia tetap sehat selama mungkin. Oleh karena itu, perlu asupan gizi seimbang, dan pengaturan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sehat sejak dalam kandungan, bayi, balita (bawah lima tahun), anak usia sekolah, remaja, dewasa, pra lanjut usia sampai lanjut usia.
-9-
Pada hasil analisis situasi siklus hidup, ditemukan berbagai masalah kesehatan pada setiap tahap kehidupan mulai dari bayi (0- kurang dari satu tahun); balita (1- kurang dari 5 tahun) dan usia pra sekolah (5 - 6 tahun); anak usia sekolah dan remaja (lebih dari 6 - 18 tahun); dewasa (lebih dari 18- kurang dari 45 tahun), pra lanjut usia (45- kurang dari 60 tahun), dan lanjut usia (60 tahun ke atas). Masalah tersebut antara lain berupa kecelakaan, kelainan kongenital, pneumonia, gizi buruk, stunting, malaria, diare, HIV–AIDS, TB, PTM, dan penyakit kardio vaskuler yang semuanya sangat berpengaruh
terhadap
kualitas hidup di masa lanjut usia. Ini menjadi tantangan pelayanan kesehatan dalam rangka peningkatan kualitas hidup manusia sepanjang usia. Oleh karenanya, intervensi sejak dini sesuai dengan tahapan siklus hidup perlu dilakukan, agar dapat mewujudkan lanjut usia yang Sehat, Mandiri, Aktif, dan
Produktif
(SMART).
Upaya
yang
dapat
dilakukan
yaitu
dengan
meminimalkan faktor risiko, dan memaksimalkan faktor protektif untuk melindungi dan meningkatkan status kesehatan. FAKTOR RISIKO
Kelainan neonatal, Berat Badan Lahir Rendah Masalah gizi : Kekurangan gizi, kelebihan gizi, pendek (stunting), anemia, kurang vitamin A (KVA), dan gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) Kurang op�malnya: pemberian imunisasi, Pemberian Makan Bayi dan Anak, suplementasi Pola asuh yang salah dan penyakit
MASA KONSEPSI
Bayi
0 - 6 - 18
Dewasa
>18 -