Dampak Negatif Kloning Untuk Kesehatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

TUGAS TERSTRUKTUR METODOLOGI KLONING DAN DAMPAK NEGATIFNYA

OLEH : TIM KONTRA KELOMPOK 13 PD-C 2017

Maharani Purbaningrum

175070100111052

Helena Putri Rahmadewi

175070100111057

I.G.N. Purnomo Magha Nanda

175070100111075

Aleyda Zahratunany Insanitaqwa

175070101111056

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

I. II.

Judul Artikel: Kloning Haram! Ini Dampak Negatif Kloning Untuk Kesehatan Ringkasan Artikel Perkembangan teknologi yang semakin maju menyebabkan manusia melakukan berbagai hal yang berlawanan dengan agama dan kemanusiaan, salah satu contohnya adalah kloning. Kloning, menurut istilah medis Biological Clonne, merupakan proses diciptakannya manusia tanpa mempersatukan sel laki-laki dan sel perempuan, melainkan dengan menggunakan materi nuklir yang diekstraksikan dan ditransfer ke sel berikutnya. Kloning yang awal mulanya hanya diterapkan kepada hewan mulai diterapkan kepada manusia. Hal ini menyebabkan pertentangan di antara para ilmuwan karena kloning selain berlawanan dengan agama dan kemanusiaan juga memiliki dampak negatif untuk kesehatan. Hewan yang dikloning akan mengalami berbagai penyakit seperti radang paru-paru basah, kegagalan hati, tumor, dan arthritis. Hewan hasil kloning biasanya akan mengalami masalah dengan sistem kekebalan tubuh dan kelainan genetis sehingga banyak yang dilahirkan dalam keadaan penyakitan atau kerusakan bentuk. Kelainan kelahiran juga menjadi hal yang wajar dalam proses kloning ini. Semua hewan hasil kloning mengalami penuaan prematur atau lebih tepatnya memiliki renang umur yang sangat pendek. Karena banyaknya dampak kesehatan yang berbahaya serta dianggap kurang manusiawi, kloning dilarang oleh agama dan pemerintahan.

III.

Masalah dari Artikel sebagai Fokus Diskusi

Masalah yang dibahas dalam artikel tersebut adalah dampak negatif kloning untuk kesehatan. Secara umum, dampak yang dipaparkan merupakan dampak yang terjadi pada berbagai percobaan kloning dengan hewan. Namun, apabila ditilik dari dampak yang tejadi, maka kloning sangat tidak layak diujicobakan pada manusia. Selain itu, kloning juga tidak etis dilihat dari sisi kemanusiaan serta dilarang oleh berbagai agama. Dalam percobaan yang dilakukan pada seekor tikus, hewan yang dikloning mengalami berbagai penyakit seperti radang paru-paru basah, kegagalan hati, dan tumor hingga akhirnya hewan ini mati. Selain itu, hewan hasil kloning juga mengalami arthritis. Hal ini dapat sangat membahayakan apabila manusia yang dikloning juga memiliki masalah serupa. Sebagian besar, hewan yang dikloning akan mengalami masalah dengan sistem kekebalan tubuh dan kelainan genetis. Sistem kekebalan tubuh merupakan sistem yang paling berperan dalam tubuh untuk melawan berbagai mikroorganisme jahat yang masuk ke dalam tubuh. Apabila sistem ini bermasalah maka tubuh akan mudah terserang penyakit. Selain itu, kelainan genetis juga dapat menyebabkan gangguan pada tubuh. Akibatnya, banyak hasil kloning yang dilahirkan dalam keadaan penyakitan atau kerusakan bentuk. Dalam proses kelahiran hewan hasil kloning pun, biasanya terdapat beberapa kelainan kelahiran yang menyertai. Hewan hasil kloning mengalami penuaan prematur (penuaan dini). Rentang umur yang dimiliki hewan tersebut sangat pendek. Penyebab timbulnya berbagai masalah ini adalah adanya kesalahan saat pemrograman material genetik (reprogramming) dari sel donor. Kesalahan pengkopian DNA dari sel donor atau yang lebih dikenal dengan sebutan genomic imprinting akan mengakibatkan terjadinya perkembangan embrio yang tidak normal.

IV.

Alasan Utama atau Latar Belakang Masalah

Kloning saat ini banyak diminati dengan tujuan reproduksi dan terapi. Kloning untuk tujuan reproduksi diperuntukkan bagi manusia atau mamalia yang tidak mampu mendapatkan keturunan. Bagi manusia yang sudah mencoba berbagai program kehamilan namun belum dikaruniai keturunan pada akhirnya akan memilih jalan kloning. Kloning reproduksi dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan generasi dengan sifat gen yang unggul sesuai keinginan. Untuk mendapatkan spesies sapi dengan gen yang unggul, kloning bisa dijadikan sebagai alternatif. Kloning untuk tujuan terapi dimaksudkan bahwa kloning dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, terutama penyakit yang membutuhkan jaringan atau organ baru atau transplantasi jaringan atau organ. Transplantasi dengan metode kloning dimaksudkan untuk mengurangi adanya reaksi penolakan dari tubuh resipien karena menggunakan jaringan atau organ yang identik dengan milik resipien. Dengan kata lain, donor merupakan hasil kloning dari resipien tersebut. Akhirnya, transplantasi bisa berjalan dengan lancar dan dapat menyelamatkan nyawa pasien sesegera mungkin. Transplantasi pun bisa dilakukan dengan cepat tanpa harus menunggu donor yang sesuai. V.

Apakah Artikel Menjelaskan Masalah atau Memberi Solusi Terhadap Permasalahan?

Artikel ini menjelaskan beberapa dampak negatif pelaksanaan prosedur kloning terhadap kesehatan hewan percobaan. Penjelasan yang terdapat dalam artikel merupakan sedikit gambaran hasil kloning yang telah dilakukan peneliti terdahulu. Artikel ini menghimbau bahwa kloning ini dianggap sebagai teknologi yang belum akurat dengan tingkat kesuksesan yang sangat rendah serta tidak manusiawi tanpa memberi solusi untuk kedepannya. VI.   



Analisis (Penjelasan atau Solusi terhadap Masalah Etis yang Diidentifikasi) Segi etika : Menyalahi kodrat manusia, menghasilkan generasi yang mudah dihancurkan dan menyebabkan adanya diskriminasi pada manusia Segi agama : Dinyatakan haram, produk hasil kloning hanya berasal dari sel milik perempuan dan bukan dibesarkan di rahim perempuan pemilik sel itu, menghancurkan garis keturunan dan mengacaukan hukum-hukum islam. Segi sosial : Dilarang di seluruh dunia, karena bertentangan dengan integritas dan moralitas manusia. Selain itu kloning juga mencerminkan penurunan derajat dan martabat manusia sehingga manusia sama derajatnya dengan bakteri, yaitu menghasilkan manusia yang tidak memiliki ayah dan ibu secara genetik. Segi kesehatan : Posibilitas manusia terkena penyakit dikarenakan percobaan pada binatang dengan hasil banyak binatang yang terkena penyakit seperti paru-paru basah, kegagalan hati dan tumor.

Perkembangan teknologi yang kini meningkat dengan pesat, khususnya pada kloning, menyebabkan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Dalam segi etika, agama, maupun sosial juga menyebutkan bahwa kloning memiliki dampak negatif bagi manusia. Dalam artikel kami, dijelaskan mengenai dampak dari kloning yang terjadi pada binatang. Misalnya binatang yang sudah dikloning, namun mengalami penyakit seperti paru-paru basah, arthritis, dan lain lain. Apabila pada binatang sudah mengalami kejadian seperti itu, kemungkinan besar itu akan terjadi juga pada manusia. Maka dari itu jika kloning diterapkan, selain mencoreng nilai agama, sosial, dan etika, juga akan menyebabkan kecacatan pada hasil kloning. Maka dari itu, kami secara bijak menolak adanya kloning pada manusia. Kami menyatakan kontra terhadap diterapkannya kloning dalam kehidupan. Kami memiliki beberapa alasan, diantaranya : 1. Kloning tidak etis Kloning telah lama menjadi perdebatan, baik dari aspek sosial, etika, maupun moral. Pertama, kloning menyalahi kekuasaan Tuhan. Manusia adalah makhluk Tuhan, dan diciptakan olehNya. Namun, kloning seakan-akan membangun sebuah persepsi bahwa manusia dapat menciptakan manusia lain yang serupa kapanpun sesuai dengan kebutuhannya. Dengan kata lain, manusia seakan-akan menuhankan dirinya sendiri. Kloning mengakibatkan variasi genetic dalam satu spesies menurun. Berarti, dalam sebuah populasi akan memiliki gen yang serupa. Populasi seperti ini akan semakin memperjelas ekspresi gen yang jelek. Selain itu, populasi macam ini akan mudah hancur dengan sebuah penyakit saja. Populasi yang memiliki keragaman genetic rendah akan mudah hilang dengan suatu virus tunggal. Meskipun tidak secara drastis, tetapi peluang semua anggota populasi untuk terjangkit virus akan semakin besar pula. Apabila kejadian ini dialami oleh spesies manusia, bukan tidak mungkin manusia suatu saat akan mengalami kepunahan. Dr. Jerri Leborn Hall dari pusat Medik George Washington University (AS) berhasil membelah embrio manusia menjadi beberapa embrio duplikat. Metode yang digunakan pada kloning ini adalah dengan Kloning Embrio, hasil penggabungan sel sperma dan sel telur di luar tubuh, sehingga didapatkan beberapa duplikat embrio yang merupakan calon-calon organisme duplikat yang setiap saat siap dimasukkan ke dalam rahim ibu. Embrio tersebut dibenamkan di larutan berisi nutrisi dan hormone lengkap, diberi larutan ekstra natrium alginat, serta dimasukkan ke dalam tabung yang mengandung CO2 6% dan bersuhu 37 derajat Celsius. Setelah beberapa hari, dari 17 buah yang '”disemai'”, Dr. Hall mendapatkan 48 embrio. Naik tiga kali lipat. Ia mendapat gambaran pula bahwa embrio duplikat itu secara fisik dan genetis sama dengan aslinya. Kemudian dari 48 embrio tersebut, dipilih beberapa yang memiliki kesempurnaan gen kemudian ditanam pada Rahim manusia. Dari sini, kloning dianggap tidak etis karena dianggap sebagai tidakan pembunuhan dengan menggugurkan hasil klon yang gagal untuk mendapatkan organisme dengan gen yang unggul. Seorang ahli biologi perkembangan, Rudolph Jaenisch dari Massachussetts Institute of Technology’s Whitehead Institute mengatakan klon mamalia yang berhasil hidup dari ratusan telur yang disiapkan sering menderita masalah kesehatan. Keberhasilan kloning juga sangat rendah, ialah dari 277 yang dienukleasi dan dicampur dengan sel donor terbentuk 29 zigot yang berkembang

menjadi blastosit dan ditransfer ke dalam uterus 13 induk pengganti, dari 13 induk tersebut hanya satu induk yang hamil dan melahirkan Dolly. Dalam percobaan kloning mamalia banyak klon yang mati tidak lama setelah dilahirkan, ada pula yang mengalami masalah serius seperti kelainan ginjal dan otak atau tidak mempunyai sistem imun. Apabila kloning diterapkan pada manusia, tentu akan berdampak lebih besar pada populasi manusia di dunia. Taraf kesehatan akan semakin rendah, tingkat kematian juga akan semakin tinggi. Apabila klon diterapkan dalam kehidupan manusia, seorang klon akan mengalami diskriminasi oleh sekitarnya. Ia belum tentu dapat diterima oleh lingkungan sekitar. Ia mungkin akan memiliki lebih sedikit hak dibandingkan dengan orang lain. Kemudian, dikhawatirkan akan muncul pasar gelap fetus yang merupakan klon dari seseorang yang diidola-kan seperti atlet, bintang film, dan sebagainya (Farnsworth, 2000). Jadi, kloning dianggap tidak etis karena menyalahi kodrat manusia, menghasilkan generasi yang mudah dihancurkan dan tingkat keberhasilan masih rendah. Selain itu, kloning juga akan menyebabkan adanya diskriminasi pada manusia. 2. Kloning telah jelas dilarang oleh agama Kloning dilarang dalam semua agama. Kloning dianggap melanggar kekuasaan yang hanya dimiliki oleh Tuhan. Manusia adalah makhluk yang terhormat di sisi Tuhan dan diciptakan oleh Tuhan melalui pertemuan sperma dan ovum. Namun, dalam proses kloning, organisme diciptakan tanpa melalui proses pertemuan keduanya. Inilah sebab kloning menjadi perdebatan berbagai ahli agama. Disini kami hanya akan membahas kloning dalam perspektif agama Islam, mengingat Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Dalam agama Islam, kloning dinyatakan haram. Berdasarkan Keputusan Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia (nomor: 3/MUNAS VI/MUI/2000) tentang kloning musyawarah nasional VI majelis ulama indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 23-27 Rabi’ul akhir 1421 H / 25-29 Juli 2000 M, menetapkan bahwa Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapun yang berakibat pada melipatgandaan manusia hukumnya adalah haram. Terdapat beberapa alasan yang mendasari hokum tersebut. Pertama, produk hasil kloning dihasilkan tanpa melalui pertemuan sel sperma dan sel telur. Padahal, pertemuan sperma dan ovum adalah cara yang telah ditetapkan oleh Allah, sesuai yang tercantum dalam QS an-Najm ayat 45-46 yang berbunyi : . Artinya : “Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dari air mani apabila dipancarkan.” Kedua, produk hasil kloning hanya berasal dari sel milik perempuan dan bukan dari rahim perempuan pemilik sel itu. Sel dari laki-laki sama sekali tidak berperan dalam proses kloning sehingga tidak bisa dipastikan siapa ayah dari hasil kloning tersebut. Kloning dihasilkan dari gabungan inti sel tubuh dan sel ovum seorang perempuan yang kemudian ditanam di dalam rahim perempuan lain. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan, siapa sebenarnya ibu dari hasil kloning tersebut. Oleh karena itu, kondisi ini bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Ketiga, kloning dapat menghilangkan nasab atau garis keturunan. Padahal dalam Islam nasab adalah hal yang penting dan harus jelas. Kloning manusia yang bermotif memproduksi manusia-manusia unggul dalam hal kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan jelas mengharuskan seleksi terhadap orang-orang yang akan dikloning, tanpa memperhatikan apakah mereka suami-isteri atau bukan, sudah menikah atau belum. Sel-sel tubuh itu akan diambil dari perempuan atau lakilaki yang terpilih. Semua ini akan mengacaukan, menghilangkan dan membuat bercampur aduk nasab. Di dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia.” (H.R. Ibnu Majah). Keempat, kloning akan mengacaukan pelaksanaan hokum-hukum Islam, seperti perkawinan, nasab, nafkah, waris, hubungan mahram, dsb. Semua hokumhukum Islam ini berhubungan dengan nasab seseorang. Apabila nasab hasil kloning sudah tidak jelas, maka hokum-hukum lainnya juga akan menjadi ambigu. Tentu hal ini akan berdampak besar pada kehidupan masyarakat nantinya. 3. Kloning dilarang di seluruh dunia Negara-negara di dunia sangat berhati-hati dalam menyikapi kloning, terutama mengenai human cloning. Dalam World Health Assembly ke 50 di Geneva tanggal 14 Mei 1997, negara-negara di dunia bersepakat bahwa penggunaan kloning untuk replikasi individu manusia secara etik tidak dapat diterima dan bertentangfan dengan integritas dan moralitas manusia. Di Inggris, pada tahun 1990 dibentuk suatu badan independen yang dinamakan Human Fertillsation and Embriology Authority (HFEA) yang berfungsi sebagai penasehat dalam pelaksanaan kegiatan penelitian reproduksi buatan dan pemberian ijin legalnya, serta melakukan pengawasan terhadapnya. Salah satu kebijakan dari HFEA adalah melarang Melakukan kloning untuk tujuan reproduksi manusia (Yendi, 2011). Di Negara Amerika melarang semua riset yang melibatkan Kloning tanpa terkecuali (Cisral, 2011). Di Negara mesir, dalam lokakarya yang diselenggarakan oleh The International Islamic Center For Population Studies and Research bertempat di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, dihasilkan pernyataan yang salah satunya adalah Reproductive cloning atau kloning pada manusia dilarang. Di Indonesia, deklarasi muktamar IDI ke-23 tahun 1997 di Padang telah mengeluarkan pernyataan yang salah satunya menyatakan menolak dilakukannya kloning pada manusia. Alasannya, kloning pada manusia mencerminkan penurunan derajat dan martabat manusia sampai setingkat dengan bakteri, dan menghasilkan manusia yang tidak memiliki ayah dan ibu secara genetik, yang dalam jangka panjang akan merusak system hukum dan sosial manusia. Tanggapan berbagai kalangan di Indonesia sangat beragam: ada yang tegas minta kloning manusia dicegah, ada yang meminta agar tidak sekedar menghujat akan tetapi harus diberikan jalan keluar yang baik, dan ada yang berpendapat tengahtengah bahwa kloning manusia harus diatur agar tetap baik (Djokomoeljanto, 1990:7). Hal ini menunjukkan kloning harus diatur dalam pengembangan dan pelaksanannya di Indonesia. Namun, hingga saat ini belum ada peraturan perundangan di Indonesia yang mengatur tentang kloning secara khusus. Ini menjadi tugas bagi negara untuk

lebih menegakkan hokum mengenai kloning sehingga pelaksanaanya tidak menimbulkan ambiguitas dan kontroversi di masyarakat. VII.

Daftar Pustaka

Media, Tren. 2015. Kloning Haram! Ini Dampak Negatif Kloning Untuk Kesehatan. (https://www.tren.co.id/kesehatan/4723/kloning-haram-inidampak-negatif-kloning-untuk-kesehatan.html). Diakses pada 23 Oktoberr 2017 pukul 23.38. Said, Syahruddin. 2008. Bioteknologi Reproduksi “Kloning” Tinjauan Etika, Sosial, dan Moral. Bio Trends Vol 3 No 1, hlm 16-18 L. Wargasetia, Teresa. 2002. Kloning Manusia. JKM Vol 2 No. 1, hlm 51-65. Al-Maqassary, Ardi. 2013. Hukum Kloning dalam Pandangan Islam. (http://www.e-jurnal.com/2013/09/hukum-kloning-dalam-pandanganislam.html). Diakses tanggal 22 Oktober 2017 pukul 23.00

IX.

Lampiran Artikel Asli