40 0 482KB
LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN ( TPT 2021 )
ACARA KE V LATIHAN PENGOLAHAN TANAH SERTA PENGUKURAN KAPASITAS DAN EFISIENSI KERJA LAPANGAN
DISUSUN OLEH : NAMA
: Tunjung Bayu Hernawan
NIM
: 10/300816/TP/09883
Gol
: Senin
Co.Ass
: 1. Jhonny Sigiro 2. Fajar Tsani R.
LABORATORIUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN JURUSAN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Mekanisasi pertanian adalah pengenalan dan penggunaan alat mekanis untuk melaksanakan operasi pertanian. Yang dimaksud dengan alat mekanis adalah semua peralatan yang digerakkan dengan sumber tenaga manusia, hewan, motor listrik, angin, air, dan diartikan sebagai penerapan ilmu-ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisir, dan mengatur semua operasi dalam usaha pertanian. Alat dan mesin pertanian terdiri dari berbagai macam dan jenis, baik yang tradisional maupun semi-mekanis sampai dengan yang modern. Begitu juga yang dibutuhkan dalam proses pengolahan tanah. Pengolahan tanah dapat kita pahami sebagai usaha manusia untuk merubah sifat-sifat tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun secara biologis untuk memperoleh suatu kedalaman tertentu agar sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Seiring
dengan
berkembangnya
teknologi
yang
ada,
maka
perkembangan alat dan mesin pengolah tanah juga semakin baik. Adanya alat dan mesin pengolah tanah dapat memaksimalkan kinerja manusia menjadi lebih efektif dan efisien, karena berbagai kendala yang ada telah dapat diatasi dengan adanya alat dan mesin pengolah tanah, seperti misalnya lahan yang luas, dapat diolah dalam waktu yang lebih singkat dengan menggunakan mesin dibandingkan hanya mengandalkan tenaga manusia. Dalam menggunakan alat atau mesin tersebut membutuhkan analisa, baik dari segi teknis maupun segi ekonomis. Analisis teknis dan juga ekonomis dinilai cukup penting dalam menentukan alat dan mesin pengolahan tanah mana yang akan digunakan untuk kegiatan pengolahan tanah. Dengan adanya analisis teknis, maka akan dapat ditentukan jenis dan ukuran alat dan mesin pertanian yang sesuai untuk dikembangkan di wilayah tersebut. Kemudian dengan dilakukannya analisis kapasitas dan effisiensi kerja dari alat dan mesin terpilih, akan dapat ditentukan jumlah penyediaan alat dan mesin pertanian tersebut guna memenuhi kebutuhan pada suatu wilayah. Dengan adanya praktikum ini, praktikan diharapakn dapat melakukan latihan
pengolahan tanah, serta melakukan pengukuran kapasitas dan effisiensi kerja lapang. Praktikum pada acara kali ini sangat erat hubungannya dengan studi praktikan. Hal ini karena nantinya praktikan akan menemui peralatan maupun mesin-mesin tersebut di dalam kehidupan kerjanya. Dengan mempelajari praktikum kali ini, praktikan diharapkan akan mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai kedua jenis traktor tersebut sehingga tidak akan mengalami kesulitan ketika nantinya sudah bekerja di bidang teknologi pertanian. Selain itu praktikan juga akan mendapatkan ilmu yang lebih, sehingga dalam masa perkuliahannya akan semakin mudah menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
B. Tujuan Untuk mempelajari kinerja (permorfance) alat dan mesin pengolah tanah secara mekanis ditinjau dari aspek teknik kerekayasaan, teknik operasional, dan aspek ekonominya.
C. Manfaat Dengan adanya kegiatan praktikum acara kelima ini, diharapkan agar mahasiswa dapat mempelajari kinerja (performance) alat mesin pengolah tanah secara mekanis dan dapat melakukan kegiatan pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor mini dan mampu mengukur kapasitas dan efisiensi lapang dari alat dan mesin pertanian serta dapat menganalisa lebih lanjut mengenai alat mana yang lebih menguntungkan ditinjau dari aspek operasional dan aspek ekonomisnya.
BAB II DASAR TEORI
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk mengubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah agar sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki manusia. Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi fisik, khemis, dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Pengenalan mengenai alat dan mesin pengolahan tanah dinilai sangat penting dalam bidang teknik pertanian, namun tidak terbatas pada itu saja, analisis dari segi teknis dan ekonomis mengenai bberbagai peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengolahan tanah juga merupakan suatu hal yang tidak kalah pentingnya (Fahmi, 1994). Pengolahan tanah / penanaman mengikuti garis kontur dilakukan pada lahan miring untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan. Garis kontur adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama dan berpotongan tegak lurus dengan arah kemiringan lahan. Bangunan dan tanaman dibuat sepanang garis kontur dan disesuaikan dengan keadaan permukaan lahan. Penanaman pada garis kontur dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah, teras bangku atau teras guludan, atau penanaman larikan. Pengolahan tanah dan penanaman mengikuti kontur banyak dipromosikan di berbagai daerah di Indonesia dalam mengembangkan pertanian yang berkelanjutan. Beberapa kelebihan sistem penanaman dengan mengikuti garis kontur adalah dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi, mengurangi kehilangan unsur hara, mempercepat pengolahan tanah apabila menggunakan tenaga ternak atau traktor karena luku atau alat pengolah tanah yang lain. Sedangkan kelemahannya adalah dalam penentuan garis kontur yang kurang tepat dapat memperbesar resiko terjadinya erosi, karena itu diperlukan ketrampilan khusus yang memadai untuk menentukan garis kontur, membutuhkan pengerahan tenaga kerja yang cukup intensif (Hardjosentono, 1996).
Apabila ditinjau dari aspek wilayah serta aspek sosial budaya, alat dan mesin pertanian sudah dipandang layak untuk dikembangkan pada suatu wilayah tertentu. Selanjutnya perlu dilakukan analisis dari segi teknis dan ekonomis bagi alat dan mesin pertanian yang mempunyai peluang untuk dipilih dan dikembangkan pada wilayah tersebut. Dengan analisis teknis akan dapat ditentukan jenis dan ukuran alat mesin pertanian yang sesuai untuk dikembangkan di wilayah tersebut. Kemudian dengan dilakukannya analisis kapasitas dan efisiensi kerja dari alat dan mesin yang terpilih, akan dapat ditentukan jumlah penyediaan alat dan mesin pertanian tersebut guna memenuhi kebutuhan pada suatu wilayah (Ciptohadidjoyo, 2003). Traktor diartikan sebagai mesin bersumber daya mekanis untuk penggerak/penarik beban. Di lapangan pertanian, selain digunakan untuk penggerak/penarik alat dan mesin pengolah tanah, traktor juga digunakan sebagai penggerak/penarik alat dan mesin peanam, alat dan mesin pemeliharaan tanaman (pompa air, sprayer), alat dan mesin pemanen, alat pengangkut, juga dapat digunakan sebagai penggerak alat dan mesin pengolahan hasil pertanian (Rustam, 2003). Traktor merupakan sumber tenaga atau alat tarik mekanis yang umumnya digunakan dalam bidang pengubahan tanah. Traktor kecil adalah traktor beroda dua yang digerakkan oleh motor penggerak, menggunakan bahan bakar bensin atau solar atau kerosin, dapat digunakan sebagai sumber tenaga pengolah tanah (Wijanarko, 1995). Pengujian mesin, merupakan suatu proses untuk menyelidiki, mencoba, atau membuktikan, yang memungkinkan kita untuk mengevaluasi atau bahkan menetapkan nilai dari mesin yang diuji. Sedangkan evaluasi merupakan langkah lanjut dari pengujian untuk mengetahui, menilai, dan menetapkan nilai mesin tersebut, bukan hanya didasarkan atas data mesin yang diperoleh, tetapi juga didasarkan atas keterangan-keterangan tentang keadaan lahan, keadaan iklim tanaman, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan lain-lain dari keadaan luar mesin itu sendiri. Baik produsen maupun konsumen harus mengetahui kinerja daripada suatu mesin yang akan digunakan dengan benar, jika ingin
menggunakan modal yang serba terbatas secara efektif. Masing-masing harus mengetahui apakah mesin tersebut menguntungkan atau tidak. Oleh karena itu pengujian dan evaluasi yang tepat dan obyektif perlu dilakukan terhadap alat dan mesin pengolahan yang akan digunakan, tidak hanya untuk menetapkan kinerja teknik dari suatu mesin, namun juga untuk mengetahui kinerja dari segi ekonomisnya (Irwanto, 1980). Dalam menentukan tata cara pengujian mesin di lapangan, terdapat banyak pertimbangan yang dinilai perlu untuk dilakukan. Hal ini mengingat karena banyak faktor yang kelak akan memengaruhi hasil pengujian mesin dengan cara-cara yang berbeda pula. Suatu tata cara atau metode pengujian yang diciptakan untuk suatu jenis mesin pada suatu daerah atau keadaan mungkin tidak cocok untuk suatu keadaan di daerah lain. Beberapa parameter yang harus dipenuhi dalam tata cara pegujian suatu mesin adalah sebagai berikut (Fahmi, 1994) : 1. Tata cara pengujian harus luwes, hal ini untuk memungkinkan penyesuaian dengan sifat-sifat lingkungan dan perubahan yang ada. Hasil pengujian yang diperoleh dari suatu daerah mungkin juga akan dapat digunakan untuk menentukan penyesuaian suatu mesin untuk daerah lain yang sesuai. 2. Tata cara pengujian harus handal, untuk memperoleh data khusus pengujian, keterangan-keterangan tentang lahan, keadaan iklim, keadaan tanaman, dan faktor-faktor lapangan lainnya. Dalam melaksanakan pengujian lapang, petani atau masyarakat juga harus
diikutsertakan,
dan
dengan
menggunakan
metode
pengumpulan data secara tepat. 3. Tata cara pengujian harus disesuaikan dengan faktor manusia dan sosial ekonomi daerah yang bersangkutan. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi yang menndalam dari data-data dan informasi yang diperolah. Pengujian yang dikerjakan dalam keadaan lokal, kemampuan pelaksana, dan ketersediaan peralatan juga mungkin
menjadi faktor pembatas, untuk itu tata cara pengujian untuk keadaan lokal harus dibuat lebih sederhana. 4. Periode tata cara pengujian yang dilakukan harus cukup panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang memadai, khususnya yang berkaitan dengan ketahanan mesin. Tahapan ini dapat dilakukan dengan menyerahkan mesin tersebut langsung pada pemakai untuk digunakan selama periode waktu tertentu dengan perawatan mesin yang minimum, kemudian dilakukan pemantauan pada waktu-waktu tertentu. Sasaran utama dari pengujian kinerja teknik dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah secara mekanis adalah untuk mempertimbangkan atau memperhitungkan kkapasitas kerja, kualitas kerja, serta effisiensi kerja dari alat dan mesin tersebut. Dan kemudian dibandingkan dengan hasil kerja peralatan tradisional yang umumnya digunakan pada suatu daerah. Sedangkan sasaran utama dari pengujian ekonomis suatu alat dan memsin pengolahan tanah secara mekanis adalah untuk memperhitungkan besarmya biaya opersi (Rp/Jam) atau (Rp/Ha) dari alat dan mesin tersebut, serta kemudian dibandingkan dengan biaya operasi yang dibutuhkan jika menggunakan peralatan tradisional seperti yang umum digunakan, termasuk menghitung besarnya keuntungan yang mungkin dapat diperoleh dari penggunaan peralatan mekanis tersebut (Pratomo, 1983). Pengolahan tanah intensif memerlukan biaya yang tinggi, disamping mempercepat kerusakan sumber daya tanah. Pada umumnya saat dilakukan pengolahan tanah, lahan dalam keadaan terbuka, tanah dihancurkan oleh alat pengolah, sehingga agregat tanah mempunyai kemantapan rendah. Jika pada saat tersebut terjadi hujan, tanah dengan mudah dihancurkan dan terangkut bersama air permukaan (erosi). Untuk jangka panjang, pengolahan tanah yang terusmenerus mengakibatkan pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah lapisan olah, hal demikian menghambat pertumbuhan akar. Untuk mengatasi kerusakan karena pengolahan tanah, akhir-akhir ini diperkenalkan sistim pengolahan tanah minimum (Minimum Tillage) yang diikuti oleh pemberian mulsa dapat meningkatkan produksi pertanian. Pengolahan tanah minimum (Minimum
Tillage) adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan. (Daywin, 1978). Terdapat dua istilah yang perlu diketahui dalam membicarakan atau membahas mengenai kapasitas kerja suatu alat dan mesin pengolahan tanah, yaitu : pengertian kapasitas kerja teoritis (Kt), dan kapasitas kerja aktual atau efektif (Ka). Kapasitas kerja teoritis (Kt) dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah adalah kelajuan kerja yang dicapai didasarkan atas perhitungan apabila alat atau mesin pengolah tanah dapat bekerja memnuhi fungsinya 100% dari seluruh waktu yang tersedia, dengan kecepatan dan lebar kerja 100% pula. Sedangkan kapasitas kerja aktual (Ka) dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah adalah kelajuan kerja yang dapat dicapai oleh suatu alat atau mesin pengolahan tanah tersebut, didasarkan atas luas total yang dicapai perwaktu total yang digunakan, dan dinyatakan dalam satuan luas per satuan waktu (Ha/Jam), serta merupakan kemampuan rata-rata yang aktual (Anonim 1983). Kapasitas kerja yang aktual dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah merupakan fungsi dari lebar kerja yang aktual, kecepatan jalan aktual, serta waktu efektif yang terpakai selama bekerja. Besarnya lebar kerja aktual ditentukan oleh terjadinya tumpang tindih (overlapping) hasil kerja pengolahan tanah, yang disebabkan pengaruh keterampilan operator, sistem penggandengan peralatan, kecepatan kerja, serta beberapa kondisi lahan lainnya. Besarnya kecepatan aktual ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain besarnya slip roda yang harganya dipengaruhi oleh sistem rancangan roda, besarnya daya, jenis dan kondisi tanah, keterampilan operator, serta kecepatan kerja maksimumnya. Waktu efektif, merupakan waktu terpakai selama bekerja, yang besarnya sangat ditentukan oleh besarnya kerugian waktu yang tidak efektif atau biasanya disebut sebagai waktu hilang selama bekerja. Waktu hilang, merupakan ubahan yang sukar dinilai dalam menentukan kapasitas kerja. Waktu pelerjaan lapang dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah dapat hilang karena untuk pengaturan, mengatasi kemacetan, atau kerusakan-kerusakan kecil, untuk belok diujung lapangan, dan lain sebagainya. Untuk perawatan harian, pemasangan atau kerusakan berat tidak dimasukkan dalam kategori waktu hilang. Sedangkan
waktu yang digunakan untuk pengangkutan dari dan ke lapangan juga tidak dimasukkan dalam perhitungan untuk menentukan ongkos kerja alat dan mesin pengolahan tersebut (Rustam, 2003). Effisiensi kerja lapang (E), merupakan perbandingan antara kapasitas kerja aktual terhadap kapasitas kerja teoritis, dan dinyatakan dalam persen (%). Secara matematis perhitungan kapasitas kerja dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah disajikan sebagai berikut : (
)
Dalam pengujian lapang, besarnya nilai Ka dapat ditentukan dengan rumus :
dimana, Kt = kapasitas kerja teoritis (Ha/Jam) Ka = kapasitas kerja aktual (Ha/Jam) W = lebar kerja (m) V = kecepatan kerja (Km/Jam) E = effisiensi kerja (%) A = luas lahan total yang dikerjakan (Ha) T = waktu total yang digunakan (Jam) Disamping cara di atas, harga effisiensi kerja dapat dihitung dengan memperhitungkan besarnya keseluruhan waktu yang hilang, yang mempengaruhi besarnya harga lebar kerja aktual, kecepatan kerja aktual, serta besarnya waktu efektif yang terpakai selama bekerja. Cara pendekatan perhitungan waktu hilang, untuk digunakan sebagai dasar menentukan besarnya harga effisiensi kerja, dapat dilakukan dengan menentukan harga-harga sebagai berikut(Ciptohadijoyo, 2003) : a. Waktu hilang karena terjadinya tumpang tindih hasil kerja pengolahan tanah (L1), dengan mengukur lebar kerja teoritis (W1) dan lebar kerja aktual/efektif di lapangan (W2)
b. Waktu hilang karena slip roda (L2), dengan mengukur panjang lintasan yang ditempuh traktor tanpa beban untuk 10 kali putaran roda (M1) dan mengukur panjang lintasan yang ditempuh traktor dengan beban untuk 10 kali putaran roda (M2)
Harga L2 dapat didekati dengan mengukur diameter roda belakang traktr (D), ditentukan jarak lurus (M), kemudian traktor dijalankan dengan beban sepanjang M, dengan menghitng putaran roda (N)
c. Waktu hilang untuk belok di ujung lapangan (L3), dihitung waktu untuk belok di ujung lapangan, kemudian dijumlahkan (T1), juga dihitung waktu total yang dipergunakan untuk bekerja di lapangan (T)
Secara cuplikan (sampling), harga L3 dapat didekati dengan mengukur rerata waktu belok di ujung lapangan, dimana alat/mesin tidak digunakan secara aktif untuk mengolah tanah (t1), dan mengukur rerat waktu untuk jalan lurus, dimana alat/mesin secara aktif digunakan untuk mengolah tanah (t2)
d. Waktu hilang untuk pengaturan, mengatasi kemacetan atau kerusakan-kerusakan kecil (L4), yaitu dengan menghitung total waktu
yang
dipergunakan
untuk
pengaturan,
mengatasi
kemacetan atau kerusakan-kerusakan kecil, dan sebagainya (T2)
dimana, T adalah waktu total yang dipergunakan untuk bekerja di lapangan. Dengan hasil pendekatan tersebut, perhitungan waktu hilang di atas effisiensi kerja (E) dapat dihitung dengan rumus : (
)(
)(
)
Besarnya biaya operasional alat dan mesin pengolahan tanah dapat diperhitungkan dari besarnya jumlah biaya tetap (fixed cost) dan biaya kerja (variabel cost). Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, bunga modal, pemeliharaan dan perbaikan, gudang, serta biaya pajak dan asuransi. Sedangkan biaya kerja terdiri dari biaya bahan bakar, minyak pelumas, grease, upah operator dan upah tenaga pembantu, serta biaya untuk pembelian ban. Perlu diperhatikan bahwa dalam menentukan biaya kerja yang berkaitan dengan biaya bahan bakar, minyak pelumas, dan grease, sebaiknya diperhitungkan atas dasar hasil pengujian langsung di lapangan (Fahmi, 1994). Pemilihan traktor yang baik dalam pengolahan tanah menjadi sangat penting. Traktor yang baik akan menghasilkan pengolahan tanah yang lebih efisien dan tidak menimbulkan kerugian waktu dalam pengoperasiannya. Oleh karena itu ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan traktor, antara lain merk/pabrik dari pembuat, sebaiknya yang telah terkenal, konstruksi dan desain dari traktor, persediaan spare parts serta supply bahan-bahan yang diperlukan yang dijamin oleh dealer-dealer traktor, type yang sesuai dengan usaha pertanian, ukuran/tenaga yang dibutuhkan (Young, 1975). Faktor-faktor pertimbangan dalam pemilihan penggunaan tenaga dalam usaha bidang pertanian adalah (Daywin dkk, 1978): 1. Ukuran usaha pertanian 2. Topografi dan sifat-sifat tanah 3. Jenis pertanaman dan macam pertanian 4. Ukuran dari lapangan Dalam analisa biaya, ongkos-ongkos penggunaan traktor pertanian atau peralatan lainnya ditentukan oleh faktor-faktor, antara lain umur dari traktor (dalam jam, hari atau tahun), lama penggunaan dalam jam atau hari, depresiasi
(penyusutan), bunga modal, penyimpanan, asuransi dan pajak, pemakaian bahan bakar dan pelumas, pemeliharaan dan reparasi (Rustam, 2003). Kapasitas mesin adalah faktor utama dalam memilih atau membeli peralatan pertanian. Kapasitas dan ukuran dari mesin sering digunakan secara sama. Dalam hal ini, kapasitas mesin digunakan untuk mengidentifikasi performan/capaian rata-ratanya. Pernyataan seperti bungkus per jam, acre per jam (ha/jam) dan beberapa unit lainnya digunakan untuk menyatakan kapasitas. Ukuran diidentifikasi dengan satuan ukur lebar bagian alas pemotongan. Ukuran dari mesin tidak dapat secara langsung digunakan untuk menandai kapasitasnya, karena suatu mesin yang besar dapat bekerja lebih pelan dibanding yang lebih kecil (Purwadi, 1990). Penggunaan alat dan mesin pertanian di dalam suatu kegiatan usaha tani
dari
segi
ekonomi
dianggap
menguntungkan
apabila
manfaat
penggunaannya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Atau setidak-tidaknya alat dan mesin pertanian tersebut apabila digunakan haruslah dapat membayar harganya sendiri (Ciptohadidjoyo, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1983. Mekanisasi Pertanian. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian. Jakarta. Ciptohadijoyo, Sunarto. 2003. Handout Mesin Produksi Pertanian. Jurusan Teknik Pertanian. FTP. UGM. Yogyakarta. Daywin, F.J. Godfried Sitompul, Lapu Katu, Moeljarno Djoyomartono dan Siswandi Soeparjo. 1978. Motor Bakar dan Traktor Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian. FATEMETA IPB. Bogor. Fahmi, A. 1994. Unjuk Kerja Mesin Pertanian. Diakses tanggal: 16 desember 2011. URL : http://www.pustaka-deptan.go.id.pdf// Hardjosentono. 1996. Mesin-mesin Pertanian. Cetakan Kedua. Bumi Aksara. Jakarta. Irwanto, Kohar A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung. Pratomo, M., dkk. 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Purwadi, Tri. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Rustam, Fadli. 2003. Mekanisasi Pertanian. Diakses tanggal : 16 desember 2011 URL:http://www.dipertahorsumbar.web.id/Buku/MekanisasiPertania n.pdf Wijanarko, Ibnu Rudi. 1995. Analisis Sistem Pemeliharaan dan Reparasi Traktor Tangan. Jurusan Mekanisasi Pertanian. FTP. UGM. Yogyakarta. Young, P. E. 1975. A Machine to Increase Productivity of a Tillage Operation. ASAE Paper. ASAE St Joseph MI 49085.
BAB III METODOLOGI
A. Alat 1. Meteran 2. Alat tulis 3. Traktor mini 4. Bajak singkal 5. Patok besi 6. Stopwatch 7. Rollmeter
B. Bahan Lahan yang siap olah
C. Cara Kerja 1. Traktor (traktor mini ) dan alat pengolah tanah (bajak singkal) yang akan diuji serta peralatan ukur yang diperlukan disiapkan. 2. Digandengkan bajak singkal pada masing-masing traktor yang akan digunakan. 3. Sistem penggandengan dari peralatan tersebut diatur dengan cermat agar dapat dipakai dengan baik. 4. Dipasang patok-patok besi pada lahan uji yang telah diperkirakan posisinya atau ukurannya. 5. 4 patok besi dipasang sebagai batas dari lintasan lurus pengolahan tanah saat pengujian dan 4 patok besi lain sebagai batas belok kegiatan pengolahan tanah saat pengujian. Gambar dari pemasangan patok besi dapat dilihat pada Gb.1. 6. Panjang dan lebar bidang olahan diukur berdasarkan keempat batas patok untuk lintasan lurus pengolahan tanah dengan menggunakan rollmeter 25 meter, kemudian dihitung luas bidang olah tersebut.
7. Traktor dihidupkan dan ditempatkannya pada salah satu sisi pojok bidang olah sebagai tempat awal mulainya traktor bekerja. 8. Posisi bajak diatur pada posisi yang siap untuk digunakan atau siap kerja. 9. Tenaga penguji dibagi menjadi lima bagian, yaitu operator traktor, pencatat waktu, pengukur lebar kerja, pencatat jumlah putaran roda traktor, dan pencatat data pengujian. 10. Sebelum kegiatan pengolahan utama dimulai, terlebih dahulu dilakukan pengolahan tanah awal dengan traktor dengan memilih jalur olah diluar areal olahan utama guna menentukan lebar kerja, kedalaman dan waktu teoritis. 11. Pencatat waktu dibagi dua, yaitu satu orang sebagai pencatat waktu lurus (waktu efektif) dan yang satunya lagi sebagai pencatat waktu belok (waktu tidak efektif). 12. Pencatat waktu efektif mengaktifkan stopwatch ketika traktor mulai berjalan mengolah tanah pada lintasan lurus, kemudian menghentikan stopwatch ketika traktor sudah sampai di ujung batas akhir lintasan lurus pengolahan. 13. Saat traktor berjalan lurus melakukan pengolahan, pencatat jumlah putaran roda menghitung jumlah putaran roda traktor. Sedang pada waktu belok tidak usah melakukan penghitungan. 14. Posisi bajak diubah kekondisi tidak siap kerja saat traktor berjalan membelok. 15. Pencatat waktu belok mengaktifkan stopwatch ketika traktor bergerak membelok, kemudian menghentikan stopwatch ketika traktor selesai membelok dan siap berjalan lurus kembali. 16. Posisi bajak diubah lagi ke posisi siap kerja ketika traktor berjalan lurus lagi. 17. Pencatat kedalaman dan lebar kerja hasil pengolahan mengukur lebar dan kedalaman hasil olahan dengan menggunakan meteran. 18. Dilakukan langkah-langkah 1 – 17 hingga lahan olahan selesai diolah.
19. Semua data yang diperoleh direkap dan selanjutnya dilakukan perhitungan dan analisis terhadap data yang diperoleh.
D. SKEMA LINTASAN BAJAK Lintasan lurus
Batas lintasan belok
Bidang olahan
Batas lintasan belok
Lintasan lurus
Patok besi
Patok besi Gb.1 Bidang olahan untuk pengujian
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA
I.
Spesifikasi Alat Pengolah Tanah A. Traktor Mini Nama
: Mini Tractor
Merek
: Yanmar
Model
: 2 TR 13 Y
Tipe
: -
No. Seri
: -
Negara pembuat
: Jepang
Tahun pembuatan
: -
Ukuran total Panjang
: 3690 mm
Lebar
: 1000 mm
Tinggi
: 1780 mm
Berat
: -
Jumlah singkal/piringan/pisau
: 1 buah
Lebar tiap singkal piringan
: 460 mm
Lebar kerja teoritis
: 27 cm
Roda dukung
: ada / tidak ada
Roda alur penstabil
: ada / tidak ada
Sistem penggandengan
: 3 Point Hitch
Sumber daya penggerak
: traktor mini
Diameter roda
: 80 cm
Gambar 1. Traktor mini Keterangan : 1. Roda depan berfungsi penggerak traktor roda depan
2. Pedal rem berfungsi untuk pengereman 3. Pijakan kaki berfungsi pijakan kaki 4. Diferensial lock untuk pengatur putaran roda agar sama 5. Panel instrumen (dasboard)
6. Mesin berfungsi penggerak traktor 7. Gas berfungsi pengatur kecepatan traktor
8. Stang kemudi berfungsi mengatur arah gerak traktor 9. Tuas veresneling untuk memasukkan gigi veresneling 10. Tuas PTO untuk tuas penyambungan 11. Tuas pengangkat hidrolis untuk tuas pengangkat disambungan 12. Koppeling berfungsi untuk veresneling 13. PTO berfungsi batang penyambung 14. Kursi pengemudi berfungsi tempat duduk pengemudi 15. Three point hitch
B. Alat pengolah tanah Nama
: Bajak Singkal (moldboard plow)
Merk
: Fergusson
Model
: 16 AE-28
No. Seri
:-
Negara Pembuat
: Inggris
Jumlah singkal (moldboard)
:1
Jenis singkal
: General Purposes
Jenis kajen (share)
: Gunnel Type
Singkal bajak (coulter)
: Ada
Jenis
: Plain Blade
Ukuran
: 25 cm
Jointer
: Tidak ada
Roda alur (furrow wheel)
: Tidak ada
Roda dukung (land wheel)
: Tidak ada
Lebar kerja
: 27 cm
Dimensi
(p : l : t)
: 79 : 55 : 61 (cm)
Tipe penggandengan
: Three Point Hitch
Jenis daya tarik
: Traktor Mini / Traktor Rodadua
1.
Gambar 2. Bajak singkal Keterangan : 1. Rangka (Beam) berfungsi untuk menempel bajak 2. Singkal berfungsi untuk membelah tanah 3. Land share berfungsi untuk membelah tanah 4. Share berfungsi sebagai mata singkal 5. Ujung mata bajak berfungsi untuk membajak tanah 6. Cuolterberfungsi sebagai roda dari singkal 7. Titik Penggandengan berfungsi dalam penggandengan dengan traktor
C. Pengukuran Kapasitas dan Effisiensi Kerja Lapang Pada Traktor Mini Pengukuran Kapasitas dan Efisiensi Kerja Lapang 1. Penghitungan Kapasitas Kerja Efektif / Aktual Waktu : mulai selesai
: pukul 15.38 WIB : pukul 16.05 WIB
T = 27 menit = 0,45 jam Luas hasil kerja (A) = ( 22,77 x 10 ) m2 = 227,77 m2 = 0,02277 ha
2. Penghitungan Efisiensi Kerja a) Kerugian karena terjadinya tumpang tindih hasil kerja pengolahan (L1) Lebar kerja teoritis (W1) = 27 cm Lebar kerja aktual (W2) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 W2 total
0 34 31 29 25 20 29 26 28 31 = 907 cm
W2 rerata = 24,514 cm
: No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Lebar kerja aktual (cm) No 30 21 40 18 22 23 23 23 18 29 24 17 38 25 22 18 26 20 0 27 30 29 28 30 32 29 33 19 30 31
No 31 32 33 34 35 36 37
33 31 12 25 28 10 15
b) Kerugian karena slip roda (L2) Panjang jarak tempuh (M)
Diameter luar roda (D)
= 0,8 m
Jumlah putaran roda (N) sepanjang lintasan M adalah: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Putaran Roda Kiri (putaran) No No 9,5 11 12,5 21 13 10 12 13 22 12 13,75 13 12 23 13,5 12,5 14 11 24 15 12,5 15 12,5 25 13,5 13 16 13 26 12 13 17 7 27 12,5 12,5 18 9 28 13 11 19 10 29 11 13 20 11 30 11,5
No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
11 11 12 13 4,5 5 4,5 4,25 3,75 4
Rerata = 10,79
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Putaran Roda Kanan (putaran) No No 10 11 11,5 21 10 11 12 9,5 22 10,75 10,5 13 10,25 23 11,5 10 14 9,5 24 9,75 10 15 10,25 25 10,25 10 16 10,25 26 10 9 17 12,75 27 9,75 9,5 18 10,5 28 10,25 9 19 10,75 29 10,25 10,25 20 10,25 30 10,5
Rerata = 9,313
No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
10,25 10,5 10,75 11,5 4 4 3,75 3,5 3 3,5
Kerugian karena belok (L3) t1 = waktu efektif , dt t2 = waktu tidak efektif , dt No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11,97 24,92 25,78 23,8 26,62 28,84 27,67 26,97 30,93 29,63
No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
t1 (detik) No 43,41 21 29,71 22 34,08 23 25,93 24 29,69 25 28,03 26 27,12 27 27,46 28 24,93 29 25,8 30
26,61 24,24 24,9 25,11 24,3 23,39 23,79 23,04 25,79 27,83
No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
t2 (detik) No 7,4 21 7,14 22 7,21 23 7,82 24 18,29 25 16,11 26 19,32 27 20,86 28 14,61 29 12,5 30
16,4 15,87 13,96 12,25 12,43 13,18 10,48 11,37 12,25 11,8
No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
27,09 32,52 37,61 18,31 19,51 12,58 15,37 10,12 10,61 12,41
No 31 32 33 34 35 36
10,87 16,27 17,6 35,32 9,53 9,19
Rerata = 24,9605
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
15,54 13,44 12,1 16,78 11,14 10,44 10,41 10,01 10,36 9,1
Rerata = 13,31528
c) Kerugian untuk pengaturan, mengatasi kemacetan, dan kerusakan kecil (L4) Waktu total pengerjaan (T) = 0,45 jam Waktu untuk pengaturan mengatasi kemacetan dan kerusakan kecil: No T2 (detik) 1 8,5 4,2 2,1 2 3,5 2,1 2,6 3 3 2,1 4 2 3,7 5 2,5 2,6 Total = 38,9 detik = 0,010806 jam
E = (1 ‒ L1) (1 ‒ L2) (1 ‒ L3 ‒ L4) x 100% = (1 ‒0,092) (1 ‒ 0,098472) (1 ‒ 0,652123 ‒ 0,024012) x 100% = (0,2651) x 100% = 26,51%
Pembicaraan 1. Kecepatan actual (Va) Va
Panjang _ jarak _ tempuh M 22 ,77 m 0,5853 m/s waktu _ efektif _ rata rata t 2 38,9s
2. Kecepatan teoritis (Vt) Vt
Va 0,5853 0,6492 m / s 1 L2 1 0,0985
3. Kapasitas kerja Aktual (Ka)
Ka
A 0,02277 ha 0,050593 ha/jam T 0,45 jam
4. Kapasitas kerja teoritis (Kt) Kt
= lebar kerja teoritis (Wt) x kecepatan teoritis (Vt) = 0,27 m x 0,6492 m/s = 0,1753 m2/s x
1ha 3600 sekon 2 1 jam 10 .000 m
= 0,0631 ha/jam
5. Efisiensi traktor (E) E2
=
Ka 0.050593 x 100% = 80,18 % 100 % Kt 0,0631
Perhitungan Biaya Operasional Alat/Mesin 1.
Biaya Tetap per Tahun a. Penyusutan = = = = Rp 5.400.000,00 b. Bunga modal = = = = Rp 1.650.000,00 c. Pemeliharaan dan perbaikan = = = Rp 2.100.000,00 d. Gudang =
= = Rp 300.000,00 e. Pajak dan asuransi 1) Pajak =
= Rp 165.000,00 2) Asuransi =
= Rp 300.000,00 Total biaya tetap per tahun = a + b + c + d + e = Rp 5.400.000,00 + Rp 1.650.000,00 + Rp 2.100.000,00
+
Rp
300.000,00
165.000,00 + Rp 300.000,00) = Rp 9.915.000,00/tahun A = Rp 9.915.000,00/tahun
2.
Biaya Kerja per Tahun a. Bahan bakar =
= Rp 12.000.000,00 b. Minyak pelumas =
= Rp 168.000.000,00 c. Grease =
+
(Rp
= 60 % x Rp 168.000.000,00 = Rp 100.800.000,00 d. Operator = Wt x Wop = Rp 1200 x Rp 30.000 = Rp 36.000.000,00 e. Tenaga pembantu operator = Wt x Wi = Rp 1200 X Rp 15.000 = Rp 18.000.000,00 f. Ban = = = Rp 1.920.000
Total biaya kerja per tahun = a + b + c + d + e + f = Rp (12.000.000 + 168.000.000 + 100.800.000 + 36.000.000 + 18.000.000 + 1.920.000) = Rp 336.720.000,00 B
= Rp 336.720.000,00
Jadi total biaya operasional mesin per tahun = (A + B) = Rp 9.915.000,00 + Rp 336.720.000,00 = Rp 346.635.000,00 / tahun Besarnya biaya operasional mesin per jam = (A + B) / Wt = Rp 346.665.000 / 1200 jam/tahun = Rp 288.862,50 / jam Biaya operasional per satuan luas =
(
)
= Rp 5.709.580,89 / ha
BAB V PEMBAHASAN
Pada kegiatan praktikum acara kelima kali ini yaitu tentang latihan pengolahan tanah serta pengukuran kapasitas dan efisiensi kerja lapangan, mahasiswa dilibatkan lebih jauh mengenai latihan pengolahan tanah, dengan menggunakan alat dan mesin pengolahan tanah secara mekanis, yaitu menggunakan traktor mini, serta melakukan pengukuran kapasitas dan effisiensi kerja lapang dari penggunaan alat (traktor) tersebut. Praktikum ini memiliki tujuan untuk mempelajari kinerja (performance) alat mesin pengolah tanah secara mekanis ditinjau dari aspek teknik kerekayasaan, teknik operasional dan aspek ekonominya. Praktikum ini merupakan acara lanjutan dari acara latihan pengendalian traktor, hanya saja pada acara praktikum kali ini, traktor tidak dikendalikan oleh praktikan, melainkan oleh operator yang sudah ahli. Mahasiswa hanya bertugas untuk menganalisa kapasitas dan effisiensi kerja lapang daripada pemanfaatan traktor mini tersebut untuk kegiatan pengolahan tanah. Yaitu dengan mencatat putaran roda, lebar kerja, kedalaman pembajakan, waktu belok, waktu efektif dan waktu total. Pada acara kali ini traktor yang digunakan untuk kegiatan pengolahan tanah adalah traktorr dengan jenis tractor mini dengan merek Yanmar, model 4 wheel drive, tipe B-6100-B, yang dibuat oleh negara Jepang . Secara keseluruhan, traktor ini memiliki dimensi panjang 3690 mm, lebar 1000 mm, tinggi 1780 mm, dan dengan ukuran diameter roda 80 cm. Traktor ini juga dilengkapi dengan bajak singkal yang berjumlah 1 buah, dengan lebar teoritis 27 cm. Selain itu, traktor ini juga tidak dilengkapi dengan roda dukung maupun roda alur penstabil, dengan sistem penggandengan three point hitch. Bagian-bagian dari traktor mini ini adalah knalpot, rem, pijakan kaki, pengunci diferensial (differential lock), panel instrument, mesin, throttle (gas), stir kemudi, versneling, tempat pengambilan daya (power take off atau p.t.o), tuas p.t.o, tuas hidrolik, kopling, tempat duduk, dan titik penggandengan (three point hitch). Traktor mini ini dapat digolongkan pada jenis four wheel tractor (≤ 25 Hp).
Proses pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk mengubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah agar sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki manusia seperti kesuburan tanah. Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi fisik, khemis, dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman yang akan ditanam pada lahan tanah tersebut. Pengenalan mengenai alat dan mesin pengolahan tanah dinilai sangat penting dalam bidang teknik pertanian dan biosistem, namun tidak terbatas pada itu saja, analisis dari segi teknis dan ekonomis mengenai bberbagai peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengolahan tanah juga merupakan suatu hal yang tidak kalah pentingnya. Karena dengan mengetahui hal tersebut maka praktikan akan mampu untuk menganalisa alternatif apa yang paling mengguntungkan dalam penggunaan alat dan mesin pertaniaan untuk proses tersebut. Ditinjau dari aspek wilayah serta aspek sosial budaya, alat dan mesin pertanian sudah dipandang layak untuk dikembangkan pada suatu wilayah tertentu tetapi tentu saja harus mempertimbangkan aspek-aspek yang sangat vital seperti aspek wilayah, aspek ekonimi, aspek rancang bangun, aspek sosial dsb. Selanjutnya perlu dilakukan analisis dari segi teknis dan ekonomis bagi alat dan mesin pertanian yang mempunyai peluang untuk dipilih dan dikembangkan pada wilayah tersebut. Dengan analisis teknis akan dapat ditentukan jenis dan ukuran alat mesin pertanian yang sesuai untuk dikembangkan di wilayah tersebut. Kemudian dengan dilakukannya analisis kapasitas dan efisiensi kerja dari alat dan mesin yang terpilih, akan dapat ditentukan jumlah penyediaan alat dan mesin pertanian tersebut guna memenuhi kebutuhan pada suatu wilayah. Tahapan pada
praktikum acara kali ini yaitu dengan memasang
patok-patok terlebih dahulu, yaitu sebagai batas pengolahan tanah, lalu diukur dengan ukuran 20x10 m, kemudian dilakukan pengolahan tanah awal oleh traktor (pembajakan) dengan memilih jalur olah di luar areal olahan utama guna menentukan lebar kerja, kedalaman dan waktu teoritis. Setelah itu dilakukan pengolahan tanah dengan pola pengolahan bolak-balik. Dari pengolahan ini akan diperoleh luas lahan yang diolah, luas lahan yang tidak terolah, kedalaman
pengolahan, lebar kerja, jumlah putaran roda, waktu efektif, waktu tidak efektif, waktu total pengolahan dan waktu perhitungan kerugian pengaturan, mengatasi kemacetan dan kerusakan kecil. Selanjutnya akan dapat dianalisa besarnya kapasitas kerja dan effisiensi kerja lapang yang dihasilkan dari kegiatan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor mini tersebut. Pengolahan tanah dengan mini traktor ini dilakukan dengan alur menyamping, jadi bagian tepi lahan diolah terlebih dahulu kemudian masuk ke bagian tengah lahan. Pembajakan dengan menggunakan mini traktor dilakukan pada lintasan yang lurus dan memanjang, pada saat berbelok bajak singkal diangkat. Pada pembahasan mengenai kapasitas kerja dari suatu alat dan mesin pertanian, terdapat dua istilah yang perlu diketahui dua hal, yaitu : pengertian kapasitas kerja teoritis (Kt), dan kapasitas kerja aktual atau efektif (Ka). Kapasitas kerja teoritis (Kt) dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah adalah kelajuan kerja yang dicapai didasarkan atas perhitungan apabila alat atau mesin pengolah tanah dapat bekerja memnuhi fungsinya 100% dari seluruh waktu yang tersedia. Sedangkan kapasitas kerja aktual (Ka) adalah kelajuan kerja yang dapat dicapai oleh suatu alat atau mesin pengolahan tanah tersebut, didasarkan atas luas total yang dicapai perwaktu total yang digunakan, dan dinyatakan dalam satuan luas per
satuan waktu (Ha/Jam), serta merupakan kemampuan rata-rata yang
aktual. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai kapasitas kerja teoritis (Kt) lebih besar daripada kapasitas kerja aktual (Ka), yaitu kapasitas kerja teoritis (Kt) traktor mini adalah sebesar 0,0631 (Ha/Jam) sedangkan nilai kapasitas kerja aktual adalah 0,05059 (Ha/Jam). Sedagkan untuk effisiensi kerja lapang (E) dapat dihitung dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan membandingkan antara kapasitas kerja aktual (Ka) terhadap kapasitas kerja teoritis (Kt), atau dapat juga dilakukan dengan memperhitungkan besarnya keseluruhan waktu yang hilang, yang mempengaruhi besarnya harga lebar kerja aktual, kecepatan kerja aktual, serta besarnya waktu efektif yang terpakai selama bekerja. Dengan membandingkan antara kapasitas kerja aktual (Ka) terhadap kapasitas kerja teoritis (Kt), diperoleh nilai effisiensi kerja lapang (E) untuk traktor mini sebesar 80.18%.
Dengan menggunakan cara yang sedikit berbeda, nilai efisiensi kerja dapat diperoleh dengan menghitung berbagai macam kerugian yang terjadi di lapangan, antara lain yaitu kerugian karena terjadinya tumpang tindih hasil pengolahan, kerugian karena slip roda, kerugian karena belok, dan kerugian waktu untuk pengaturan, mengatasi kemacetan dan kerusakan kecil.
Kerugian
karena tumpang tindih (overlaping) (L1) terjadi karena adanya tumpang tindih pengolahan tanah antar alur pengolahan. Untuk menghindari tumpang tindih ini tidak mudah karena alur pengolahan tanah sulit dilakukan secara lurus, kondisi tanah juga mempengaruhi mudah atau sukarnya pengolahan tanah. Kerugian karena slip roda (L2) banyak disebabkan karena kondisi lahan, untuk lahan kering dan lahan berlumpur memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga jenis roda yang digunakan harus sesuai dengan kondisi lahan yang akan diolah. Besarnya nilai kerugian karena slip roda dipengaruhi oleh diameter roda, jumlah putaran antara roda kanan dan kiri pada traktor, dan panjjang jarak tempuh dari traktor tersebut. Kerugian untuk belok (L3) terjadi saat traktor yang digunakan melakukan gerakan membelok di ujung lahan (area) yang diolah. Besarnya nilai kerugian ini akan dipengaruhi oleh masing-masing waktu efektif dan tidak efektif yang terjadi selama pengolahan tanah. Waktu efektif, merupakan waktu terpakai selama bekerja, yang besarnya sangat ditentukan oleh besarnya kerugian waktu yang tidak efektif atau biasanya disebut sebagai waktu hilang selama bekerja. Waktu yang tidak efektif dapat dihitung ketika traktor belok di ujung lahan (pada waktu bajak diangkat, hingga ketika bajak diturunkan kembali). Kerugian untuk pengaturan, mengatasi kemacetan, serta beberapa kerusakan lainnya (L4) dipengaruhi oleh lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pengolahan tanah secara keseluruhan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa besarnya kerugian karena terjadinya tumpang tindih (L1) pada taktor mini adalah sebesar 9.209%, kerugian karena slip roda (L2) sebesar 9.8472%, kerugian karena belok (L3) sebesar 65.212%, dan kerugian karena pengaturan, mengatasi kemacetan, dan kerusakan kecil (L4) adalah sebesar 2,401235%. Dengan begitu diperoleh nilai effisiensi kerja lapang sebesar 26.51%. Dari analisa dan
perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa kerugian terbesar pada pengolahan tanah ini terjadi pada saat belok. Terutama pada menit-menit terakhir pengolahan, karena dengan pola pengolahan tanah yang melingkar, untuk membuat alur yang baru, traktor harus mundur terlebih dahulu, semakin sempit lahan yang akan diolah maka waktu yang dibutuhkan akan semakin lama. Pada perhitungan ini juga didapat tentang besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh petani seandainya menggunakan alat dan mesin pertaniaan dengan jenis traktor mini ini. Pada perhitungan dapat di hasilkan bahwa minimal seorang petani membutuhkan biaya total untuk pengoperasiaan alat dan mein pertaninaan (traktor mini) sebesar Rp 5.709.580,89 / Ha. Maka untuk menggunakan suatu alat mesin pertaniaan sebaiknya memperhatikan aspek dan faktor yang mendukung agar penggunaan alat mesin pertaniaan dapat mendatangkan keuntungan. Pada praktikum kali ini kemungkinan besar telah terjadi kesalahan yang disebabkan oleh praktikan sebab pada saat praktikum praktikan kurang teliti dalam menggukur lebar kerja, kedalaman bajak, jumlah putaran, waktu belok dsb. Untuk hal putaran roda praktikan hanya bisa memperkirakan saja, karena untuk putaran roda ada yang tidak penuh jadi pada saat itu praktikan hanya bisa untuk memperkirakannnya saja. Dan praktikan sedikit kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat saat meng hitung waktu efektif sebab haus bersamaan dengan di jatuhkannya bajak ketanah.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Penggunaan alat dan mesin pertanian akan berjalan dengan baik apabila dapat
memenuhi
persyaratan
teknik
kerekayasaan
dan
teknik
operasionalnya. 2. Waktu yang hilang dalam pengolahan tanah bias disebabkan karena kerugian karena terjadinya tumpang tindih hasil pengolahan, kerugian karena slip roda, kerugian karena belok, dan kerugian waktu untuk pengaturan, mengatasi kemacetan dan kerusakan kecil. 3. Hasil perhitungan yang diperoleh pada traktor mini 1) L1 = 9.209% 2) L2 = 9.8472% 3) L3 = 65.212% 4) L4 = 2.401235% 5) E secara teoritis
= 2.51%
4. Kapasitas kerja teoritis, kapasitas kerja aktual dan efisiensi kerja lapangan pada traktor mini adalah 0,0631 (Ha/Jam) , 0,05059 (Ha/Jam) dan 80.18 % 5. Biaya operasional total untuk satu traktor adalah Rp 5.709.580,89 / Ha.
B. Saran Pada praktikum kali ini menurut praktikan sudah cukup baik. Tetapi sebaiknya sebelum melakukan praktikan asisten mencari lahan yang akan dibajak sehingga tidak mencari lagi saat praktikum sudah dimulai. Tapi untuk keseluruhan praktikum acara kali ini, praktikum berjalan cukup lancar dan selesai tepat waktu.
LAMPIRAN