61 1 411KB
LAPORAN PESTISIDA DAN APLIKASI KALIBRASI ALAT SEMPROT
Oleh : Alviyan Tono Arif
A41120127
Dosen : Dr. Ir Suharjono MP
PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Faktor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam aplikasi pestisida adalah kalibrasi. Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal yang penting yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah populasi serangan OPT yang diperlukan pada areal tertentu. Volume semprot adalah banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan OPT secara merata pada areal tertentu Kalibrasi adalah menghitung atau mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakuka penyemprotan yang gunanya adalah : a. Menghindari pemborosan pestisida. b. Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan pestisida. c. Memperkecil pencemaran lingkungan. 1. Penyemproan menyeluruh Penyemprotan menyeluruh bisa diterapkan untuk herbisida. Insectisida maupun fungisida. Misalnya penyemprotan herbisida pra-tanam atau penyemprotan insectisida dan fungisida pada tanaman keci aatau rendah. Untuk mengkalibrasi atau memperhitungkan penyemprotan ada 4 parameter yang mempengaruhi, yaitu : a. Curah (flow rate) dan nozzle yang digunakan(C) dalam liter per menit. b. Lebar gawangan penyemprotan (run width) (G) dalam meter. c. Kecepatan aplikasi/jalan (K) dalam meter per menit. d. Volume aplikasi (V) dalam liter per menit Rumusnya V 2. Kalibrasi penyemprotan pohon
Penyemprotan insectisida dan fungisida untuk pepohonan dapat dilakukan dengan sprayer punggung atau power sprayer secara individu pohon demi pohon. Oleh karena itu, kalibrasinya dilakukan pohon per pohon, sebagai berikut : a. Lakukan tets penyemprotan dengan menggunakan air, untuk mengetahui beberapa volume aplikasi yang diperlukan untuk penyemprotan satu pohon. b. Kalikan volume aplikasi per pohon yang sudah diketahui dengan jumlah pohon yang disemprot per hektar. c. Untuk mendapatkan distribusi semprotan yang merata, penyemprotan pohon secara individual dengan sprayer punggung dilakukan dengan arah penyemprotan daari atas (pucuk pohon) ke bawah, diikuti dengan gerakan melingkari pohon tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa diharapkan mampu dalam menentukan jenis sprayer serta jenis nozzle yang akan digunakan dalam penyemprotan. 2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kalibrasi semprotan dari sprayer baik secara penyemprotan menyeluruh (overall sprayer) dan kalibrasi penyemprotan pohon dengan benar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Organisme pengganggu tanaman atau sering disingkat OPT, Merupakan organisme-organisme yang dapat merusak tanaman baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kerusakan tersebut dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kualitas ataupun kuantitas panen, sehingga merugikan secara ekonomi.Untuk menghindari kerugian karena serangan OPT, tanaman harus dilindungi dengan cara mengendalikan OPT tersebut. Dengan istilah "mengendalikan", OPT tidak harus diberantas habis. Dengan usaha pengendalian populasi atau tingkat kerusakan kardna OPT ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak merugikan (Djojosumarto, 2004) Proses budidaya pertanian selalu memiliki korelasi dengan kegiatan pengendalian, baik hama, penyakit, gulma, dan lain-lain. Dalam proses pengendalian tersebut, umumnya petani menggunakan peralatan-perlatan dalam pelaksanaanya. Hal ini bergantung pada jenis pengendalian yang diaplikasikan. Pengaplikasian pestisida cair atau bahan-bahan lain umumnya diaplikasikan menggunakan sprayer. Sprayer merupakan alat yg difungsikan sebagai penyebar karena memiliki kemampuan jangkauan penyebaran dan kerataan bahan ke tanaman yang merata. Jenis-jenis nozle juga beragam, tergantung volume keluaran cairan dan luasan jangkauan. Dalam penggunaanya didasarkan pada tujuan, misalkan untuk pengaplikasian herbisida yg sistemik, tidak diperlukan nozle yang jangkauan dan penyebaran tinggi (Sudarmo, 1997) Keberhasilan penggunaan pestisida sangat ditentukan oleh aplikasi yang tepat, untuk menjamin pestisida tersebut mencapai sasaran yang dimaksud, selain factor jenis dosis, dan saat aplikasi yang tepat. Dengan kata lain tidak ada pestisida yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila diaplikasikan dengan tepat. Aplikasi pestisida yang tepat dapat didefinisikan sebagai aplikasi pestisida yang semaksimal mungkin terhadap sasaran yang ditentukan pada saat yang tepat, dengan liputan hasil semprotan yang merata dari jumlah pestisida yang telah ditentukan sesuai dengan anjuran dosis.
Adapun cara pemakaian pestisida yang sering dilakukan oleh petani, salah satunya adalah dengan penyemprotan (Spraying). Cara ini merupakan metode yang paling banyak digunakan (Wudianto,1999). Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menaplikasikan sesuatu pestisida antara lain: 1. Dosis Pestisida. Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan sasaran tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu aplikasi atau lebih (Djojosumarto, 2008). 2.
Konsentrasi Pestisida Konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang disemprotkan
dalam satu liter air (atau bahan pengencer lainnya) untuk mengendalikan sasaran tertentu. (Djojosumarto ,2008). 3.
Volume Semprot Volume semprot adalah banyaknya larutan jadi pestisida yang digunakan
untuk menyemprot sasaran tertentu per satuan luas atau per satuan individu tanaman (Djojosumarto ,2008). 4.
Bahan Penyampur Pestisida sebagai bahan racun aktif (active ingredients) dalam formulasi
biasanya dinyatakan dalam berat/volume. Bahan penyampur yang dapat digunakan adalah alkohol, minyak tanah, xyline dan air (Sastroutomo, 1992). Salah satu alat semprot yang digunakan, antara lain Knapsack Sprayer. Alat ini merupakan alat semprot yang sangat meluas digunakan. Alat ini hanya bisa untuk bahan cair dengan bahan pelarut air. Kapasitas tangki antara 15-20 liter dioperasikan secara manual dengan pompa tangan dan daya jangkaunya sangat terbatas yaitu 2 meter. Dalam melakukan kalibrasi hal yang diperhatikan adalah kecepatan jalan harus konstan, tekanan semprot sprayer tetap, ukuran/tipe nozzel, ketinggian nozzel di atas permukaan tanah ( Panut, 2000)
Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat penyemprot punggung. Alat ini terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu. Nozzle Nosel yang tepat untuk aplikasi herbisida adalah nosel polijet yang memenuhi pola semprot berbentuk kipas. Nosel tersebut di bagi atas 4 macam warna, yaitu merah, biru, hijau, dan kuning yang masing-masing menghasilkan lebar semprot optimum yang berbeda, sehingga pemakaiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Jangan menggunakan nosel kembang dan nosel kerucut karena tidak memberikan hasil semprotan yang baik.
Warna nosel
Lebar
Kesesuaian penggunaan dalam
semprotan (m)
penyemprotan
Merah
2,0
Seluruh areal
Hijau
1,0
Pada baris tanaman
Biru
1,5
Pada baris tanaman
Kuning
0,5
Pada baris tanaman dan setempat
Kalibrasi alat semprot (sprayer) Kalibrasi adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan yang gunanya adalah: - Menghindari pemborosan herbisida - Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan Herbisida - Memperkecil pencemaran lingkungan (Yakup,dkk, 1991).
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan praktikum kalibrasi alat semprot dilaksanakan pada hasi Selasa tanggal 30 september 2014 di Lab Perlintan Politeknik Negeri Jember. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan diantaranya : 1. Bolpoin 2. Kertas 3. Rol meter 4. Sprayer gendong Bahan yang dibutuhkan 1. Air secukupnya 3.3 Prosedur kerja 1. Penentuan Curah Semprot a. Memasukkan air ke dalam curah semprot dan dilakukan pmompaan secukupnya kemudian dilakukan penyemprotan ke dalam ember plastic selama 1 menit. b. Mengukur jumlah larutan yang keluar selama 1 menit dengan menggunakan gelas ukur. c. Diulangi sebanyak 3 kali, dan menghitung kecepatan curah permenit (C liter). 2. Penentuan Lebar Gawang Penyemprotan a. Melakukan penyemprotan pada ketinggian nozel 60 cm dari permukaan tanah. b. Mengukur lebar penyemprotan yang dihasilkan oleh nozel dari pojok ke pojok (G meter) 3. Menentukan Kecepatan Jalan a. Melakukan penyemprotan sambil berjalan secara teratur sejauh (meter). b. Menghitung waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak (meter) dengan menggunakan stop watch (K).
4. Perhitungan Jumlah Volume larutan yang diperlukan untuk penyemprotan seluas 1 ha V V = Jumlah Volume (liter/ha) C = Kecepatan curah (liter/menit) G = Lebar gawang semprot (meter) K= Kecepatan jalan (meter/menit)
BAB IV HASIL PRAKTIKUM 4.1 Hasil Pengamatan Dapat diketahui hasilnya dari perhitungan dibawah ini : 1. Hasil dari penyemprotan menyeluruh ( averall sprayer) Diketahui : kecepatan curah : U1 : 600 ml, U2 : 690, U3 : 710ml=0,66L/menit kecepatan penyemprotan : 76,8m/2.57menit : 29,88m/menit
lebar gawangan : 1,5 meter (nozzle polijet warna biru) maka volume aplikasi dihabiskan untuk menyemprot 1 hektar lahan ? V V V V= 147,25 L/ha 2. Hasil kalibrasi penyemprotan pohon kopi Dari hasil praktikum yang telah dilakukan yaitu kalibrasi penyemprotan pohon diperoleh sebanyak 6L air untuk penyemprotan sebanyak 22 pohon dengan waktu 13,9 menit. 4.2 Pembahasan Pada praktikum ini dapat diketahui bahwa terdapat 2 hasil pengamatan kalibrasi diantaranya Hasil dari Hasil kalibrasi penyemprotan pohon kopi dan penyemprotan menyeluruh ( averall sprayer). Dimana pengertian kalibrasi itu sendiri adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan area tertentu. Tujuan dilakukannya kalibrasi adalah supaya dalam penyemprotan dapat menghindari pemborosan pestisida, memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman dan memperkecil pencemaran lingkungan. Pada pengamatan pertama yaitu kalibrasi penyemprotan pohon dengan jenis nozzle Cone nozzle (nozzle kerucut) menghasilkan semprotan halus. Pola semprotan berbentuk bulat (kerucut). Terdiri dari 2 tipe, yaitu zolid/full cone nozzle dan Hollow cone nozzle. Solid cone nozze pola semprotan bulat penuh berisi, sedangkanhollow cone nozzle menghasilkan semprotan berbentuk kerucut bulat kosong. Digunakan terutama untuk aplikasi insektisida dan fungisida., yang diaplikasikan pada tanaman kopi maka diketahui hasilnya Bahwa dari pengisian air ke sprayer gendong dengan volume air 6 L, dapat diperoleh dasil semprotan sebanyak 22 pohon dengan interval waktu 13,9 detik. Pada pengamatan ke dua penyemprotan menyeluruh menggunakan nozzle polijet dimana dapat diketahui hasilnya kecepatan curah : 0,95L/menit, kecepatan
penyemprotan : 76,8m/2.57menit (29,88m/menit) dan lebar gawangan : 1,5 meter (nozzle polijet warna biru) sehingga dapat diketahui volume aplikasinya per hektar 147,25 LITER/HA. Dimana fungsi nozzle polijet tersebut Pola semprotan pada dasarnya berbentuk garis atau cerutu. Butiran semprot agak kasar hingga kasar. Tidak atau sangat sedikit menimbulkan drift dan hanya digunakan untuk aplikasi herbisida. Dengan tekanan udara yang dipompa secara teratur maka dapat dihasilkan semprotan yang maksimal karena jika tekanan udara yang berada di tangki sprayer berkurang maka tingka hembusan mengecil. Oleh karena itu karakter sprayer dan jenis nozzle yang tapat untuk penyemprotan baik herbisida, fungisida dan insektisida sangat berpengaruh terhadap hasil penyemprotan yang dihasilkan.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Kalibrasi adalah penyesuaian mekanisme kerja alat sesuai dengan standar baku. 2. Tujuan dilakukannya kalibrasi adalah supaya dalam penyemprotan dapat menghindari pemborosan pestisida, memperkecil terjadinya keracunan dan memperkecil pencemaran lingkungan. 3. Pada metode luas, diterapkan pada lahan yang berskala sempit dengan tujuan untuk menentukan volume semprot. 4. Pada metode waktu, dilakukan apabila volume semprotnya sudah ditentukan dengan tujuan untuk menentukan kecepatan jalan operator. 5. Panjang gawang yang dihasilkan oleh nozel biru adalah 1,5 meter 6. Bahwa kalibrasi penyemprotan pohon dengan jenis nozzle
Cone
nozzle (nozzle kerucut) menghasilkan semprotan halus dengan volume air 6 liter, dapat diperoleh dasil semprotan sebanyak 22 pohon dengan interval waktu 13,9 detik.
DAFTAR PUSTAKA Sukma, Y. dan Yakup, 1991, Gulma Dan Teknik Pengendaliannya, Rajawali Press, Jakarta. Sastroutomo
Soetikno
S.,
1992, Pestisida
Dasar-Dasar
Dan
DampakPenggunaanya, Gramedia, Jakarta. Sukma,Y. dan Yakup, 1991, Gulma Dan Teknik Pengendaliannya, Rajawali Press, Jakarta. Kartika, Yuyun. 2012. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Tanaman Bawang Merah di Desa Sengon Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes. Unnes Journal of Public Health 2 (1): 72-79. Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Manuaba, I. B. P. 2008. Cemaran Pestisida Fosfat-Organik di Air Danau Buyan Buleleng Bali. Jurnal Kimia, 2(1): 7-14. Djojosumarto,
P.,
2000, Teknik
Aplikasi
Pestisida
Pertanian, Kanisius,Yogyakarta. Parlyna, Ryna. 2011. Konsumsi Pangan Organik: Meningkatkan Kesehatan Konsumen.Econosains, 9(2): 157-165. Raini, Mariana. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida. Media Litbang Kesehatan, 17(3): 10-18. Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.