Kabinet Ali Sastroamijoyo I [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

KABINET ALI SASTROAMIJOYO I Kabinet Ali Sastroamijoyo I dibentuk pada tanggal 31 Juli 1953, dengan Perdanan Menteri Ali Sastroamijoyo dari PNI dan wakilnya Wongsonegoro dari PIR (Partai Indonesia Raya). 1. Kronologis Pembentukan Kabinet Ali Sastroamijoyo I Karena krisis Pemerintahan yang berkepanjangan di Indonesia, tentu saja hal ini berimplikasi kepada tidak adanya kestabilan Pemerintahan. Indonesia mengalami dinamika kabinet yang turun naik dan bahkan mengalami jatuh bangun. Kemudian pada tanggal 3 Juni 1953, Perdana Menteri Wilopo kemudian mengembalikan mandatnya kepada Presiden sebagai akibat dari peristiwa Tanjung Morowa, sehingga kabinet saat itu dinyatakan demisioner. Nah, Kabinet Ali Sastroamijoyo I inilah yang kemudian menjadi pengganti dari Kabinet Wilopo. Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini yang mengisi kekosongan yang terjadi selama 58 hari setelah ditinggal oleh Kabinet Wilopo. Pada saat itu, untuk mengisi jabatan Perdana Menteri ditunjuklah Ali Sastroamijoyo yang kala itu menjabat sebagai Duta Besar Indoensia untuk Amerika Serikat. Sebenarnya pada saat itu Ali sendiri juga masih merasa ragu dengan penunjukan tersebut. Hal ini karena Ali Sastroamijoyo merasa belum diajak berbicara secara langsung oleh partainya terkait pembentukan Kabinet, terlebih Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Namun pada akhirnya Ali Sastroamijoyo bersedia menduduki jabatan perdana menteri setelah didesak oleh Ketua Umum PNI pada masa itu yaitu Sidik Joyosukarto. Dari situ kemudian Presiden pada tanggal 30 Juli 1953 mengumumkan pembentukan Kabinet Ali Sastroamijoyo I yang kemudian disahkan keberadaannya dengan Keputusan Presiden RI No. 132 Tahun 1953 tertanggal 30 Juli 1953. Setelah keadminitrasian negara dicukupkan kemudian Kabinet Ali Sastroamijoyo I segera diresmikan dan Ali Sastroamijoyo dilantik sebagai Perdana Menteri pada tanggal 12 Agustus 1953 di Istana Negara. Dalam susunan Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini, Masyumi sebagai partai terbesar ke dua tidak masuk dalam struktur, kemudian dalam hal ini, NU atau Nahdlatul Ulama mengambil alih sebagai kekuatan politik baru di Indonesia. Selain itu, ada juga tokoh yang memiliki simpati kepada PKI juga dimasukkan ke dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Kemudian ditambah lagi dengan adanya Muh Yamin yang dianggap sayap kiri dijadikan sebagai Menteri Pendidikan.

2. Program Kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I Tentu dalam menjalankan roda Pemerinthan sebuah Kabinet harus memiliki program kerja yang bagus dan bisa dijalankan denngan maksimal. Nah, lalu apa program kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I saat itu, perhatikan poin-poin di bawah ini. a. Menjaga Kemanan Menjaga kemanan tampaknya menjadi prioritas utama dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Hal ini bisa dilihat dari keberanian Kabinet Ali Sastroamijoyo dalam mengambil alih pemerintahan

setelah kabinet sebelumnya yang merupakan kabinet Wilopo runtuh. Keberanian dalam mengambil tanggung jawab ini kemudian dilaporkan kepada DPR. Karena pada masa kabinet sebelumnya banyak terjadi goncangan keamanan yang tentu sangat riskan bagi negara yang baru saja berdiri. Ada beberapa perpecahan yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur misalnya. Konflik yang terjadi membuat Kabinet Ali Sastroamijoyo I kemudian mengerahkan pasukan untuk meredam termasuk juga untuk meredam pemberontakan yang terjadi. Keadaan seperti ini kemudian menjadi pengganggu dalam menjaga stabilitas yang sedang dijalankan oleh Pemerintahan. Maka dari itu, keamanan menjadi faktor yang sangat krusial yang perlu diperhatikan dan membutuhkan solusi yang cepat dan tepat kala itu. b. Menciptakan Kemakmuran Dan Kesejahteraan Rakyat Pprogram kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I selanjutnya adalh menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Perekonomian Indoensia pada kurun waktu tahun Februari 1952 sampai Maret 1952 sangat terganggu dan mengalami penurunan dengan adanya perang Korea. Pada kurun waktu tahun tersebut, terjadi inflasi di Indonesia yang nilai tukar rupiah bahkan sampai menurun hingga menjadi 44,7 % dari nilai resmi 24,6 %. Keadaan ini kemudian berimbas langsung pada para eksportir dari Jawa yang terdiri dari orang-orang Masyumi mengalami kerugian. Kondisi ini kemudian mendorong terjadinya peningkatan penyeleundupan, kemiskinan dan kelaparan semakin tinggi dan rakyat semakin jauh dari kemakmuran. Maka dari itu, prioritas utama dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini adalah menciptakan kemakmuran dan kerejahteraan rakyat. c. Segera Melaksanakan Pemilu Sebagai pelaksana Pemerintahan, Kabinet Ali Sastroamijoyo I menyanggupi inti dari pelaksanaan Pemerintahan Indonesia yang bersifat parlementer. Maka dari itu, Kabinet Ali Sastroamijoyo I menyanggupi untuk menggelar Pemilihan Umum 1955. Kemudian ditindak lanjuti dengan pembentukan Panitia Pemilu Pusat pada tanggal 31 Mei 1954 yang saat itu diketuai oleh Hadikusumo (PNI). Kemudian Hadikusmo pada tanggal 16 April 1955 mengumumkan bahwa Pemilu 1955 akan digelar pada 29 September 1955. Maka dari itu Pemilu 1955 bisa dikatakan sebagai agenda utama dari program kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I. d. Pembebasan Irian Barat Secepatnya Program kerja dari kabinet Ali Sastroamijoyo selanjutnya adalah menargetkan Irian Barat untuk segera dibebaskan dari Belanda. Kemerdekaan Indonesia sendiri menuntut untuk tidak menyetujui RIS. Hal ini dikarenakan pemerintahan yang ada tentu ingin berdaulat dalam menjalankan kehidupan bernegara dan berbangsa. Maka dari itu, pada Agustus 1954 Kabinet Ali Sastroamijoyo I mengusulkan untuk menghapuskan Uni Belanda - Indonesia. Selain itu juga memuat penyesuaian dari KMB. Namun sayangnya hal ini tidak bisa mendapatkan hasil seperti yang diinginkan atau bisa dikatakan tidak mencapai kemajuan yang signifikan. Bahkan masalah yang timbul di Irian Barat ini juga dibawa ke PBB oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I namun pengaduan tersebut ditolak.

e. Menjalankan Politik Bebas Aktif Di Dunia Internasional Pada saati itu, konstelasi perpolitikan dunia juga mengalami peningkatan suhu yang semaikn memanas. Sebagai negara yang masih baru mendapatkan kemerdekaan, tentu saja Indonesia tidak ingin masuk dan turut serta dalam konflik internasional. Terlebih lagi pada saat itu kemerdekaan Indonesia belum mendapatkan pengakuan dari Belanda. Selain itu, ancaman kedatangan Belanda dan Jepang masih menjadi momok yang bisa saja sewaktu-waktu datang kembali ke Indonesia. Politik Bebas di sini berarti bahwa Indonesia tidak memihak negara manapun di dalam pertikaian yang sedang terjadi. Sedangkan aktif adalah, meski tidak memhiak negara manapun di dunia, namun Indonesai tetap ingin aktif menyuarakan aspirasinya di dunia internasional. f. Segera Menyelesaikan Pertikaian Politik Dalam kurun waktu tahun 1950-1959, keadaan perpolitikan di tanah air begitu tidak stabil. Terjadi perpecahan di kalangan elite politik, hal ini dikarenakan terjadinya perebutan tahta, jabatan dan juga kekuasaan. Dan kondisi ini membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk dalam menjalankan agenda negaranya. Berbagai perpecahan timbul di kalangan partai Politik, salah satunya adalah NU dengan Masyumi yang kemudian membawa NU berdiri sendiri sebagai partai politik. Perpecahan ini disebutkan karena perebutan pos jabatan pada Menteri Agama. Kemudian juga terjadinya ketidakharmonisan hubungan antara PNI dengan PSI. Bahkan di kalangan militer pun juga terjadi konflik karena kesenjangan yang tidak layak. Dan pada bulan Januari Hamengkubuwono sebagai menteri pertahanan memutuskan mengundurkan diri dan keluar dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I. 3. Pencapaian Prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I Meski Kabinet Ali Sastroamijoyo I berada pada kondisi yang serba sulit, namun ada beberapa prestasi atau pencapaian yang bisa dibanggakan. Meski mungkin tidak semua program kerja yang suda disusun tidak bisa tercapai secara keseluruhan, namun tetap saja ada beberapa prestasi yang berhasil diraiah. Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini termasuk kabinet yang bertahan lama dalam menjalankan pemerintahan. Kabinet Ali Sastroamijoyo I dinilai telah memberikan sumbangsih kepada negara dan bahkan kepada bangsa Asia-Afrika. Hal ini didasarkan pada peristiwa yang terjadi di Bandung pada 18 April-24 April 1955. Saat itu Indonesia berhasil merangkul saudara-saudara Afrika dan Asia untuk melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet atau negara imperialis yang lain. Kemudian peristiwa pada April-Mei-1954 yang merupakan pertemuan antara Perdana Menteri India, Pakistan, Sri Lanka, Birma, dan Indonesia (diselenggarakan di Colombo). Hal ini menunjukkan bahwa Ali berhasil mengalihkan situasi politik di Indonesia yang tidak stabil kala itu dan bahkan mampu mengangkat nama Indonesia di dunia internasional. Di situ, Ali mengusulkan KAA yang kemudian disetujui oleh negara lainnya. Adanya KAA ini menunjukkan bahwa pemerintahan Ali telah mendapatkan kemenangan. Ketika itu, ada sekitar 29 negara yang hadir. 4. Kemunduran Kabinet Ali Sastroamijoyo I

Sama seperti nasib dari kabinet-kabinet sebelumnya, pada akhirnya Kabinet Ali Satroamijoyo I pun kemudian berakhir dengan mengundurkan diri. Alasan pengunduran ini adalah karena banyak sekali masalah yang tidak bisa diatasi dengan baik. Memang pada saat itu banyak sekali terutama masalah seperti pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah. Selain itu, masalah korupsi yang semakin meningkat dan kemunduran ekonomi sehingga menurunkan tingkat kepercayaan dari masyarakat juga semakin memperkeruh keadaan. Berbagai masalah lainnya juga menjadi alasan utama, seperti masalah Irian Barat, Pemilu bahkan juga skandal korupsi di tubuh PNI sendiri juga menjadi alasan utama. NU, tidak puas terhadap kinerja kabinet di segala lini, baik secara personel, di bidang ekonomi dan keamanan yang didalamnya terdapat konflik antara NU dan PNI. Sehingga pada puncaknya pada tanggal 20 Juli NU mengutus para menteri yang ada di dalam kabinet untuk mengundurkan diri dan keluar dari Kabinet. Tindakan NU ini kemudian diikuti oleh parta-partai lainnya. Keadaan lemahnya Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini kemudian mendorong Masyumi untuk menggulirkan mosi tidak percaya pada bulan Desember mengenai ketidakpercayaan pada kebijakan Pemerintah. Melihat keadaan kabinet yang tak kondusif ini, PKI kemudian meredam kecaman-kecaman terhadap korupsi dan masalah ekonomi sebagai imbalan atas perlindungan PNI. Ali Sastroamijoyo sendiri kemudian mengembalikan mandatnya pada tanggal 18 Juni. Kemudian karena dukungan dari DPR tidak mencukupi, empat hari kemudian Ali pun mengunfurkan diri dan Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini mengembalikan mandatnya pada tanggal 24 Juli 1955.