Contoh Audit Lingkungan Yang Dilaksanakan Pada Suatu Perusahaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

1. Contoh Audit Lingkungan yang dilaksanakan pada suatu perusahaan.  PT. Barito Pasific Timber Tbk, dan PT. Binajaya Roda Karya Temuan Audit : a. Limbah Kayu Limbah kayu merupakan persoalan kritis di PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Rodakarya, dan diidentifikasi BVQI sebagai salah satu dari persoalan-persoalan utama yang memerlukan perhatian melalui EMS ISO 14001. Selama tinjauan lapangan terdapat banyak buangan dari sumber alamiah, yaitu kayu, selama proses produksi. Hal ini meliputi: 

Kayu yang dibuang selama proses penggergajian dalam jumlah banyak.



Jumlah kayu gelondongan yang membusuk sebelum dipakai. Kebijakan “pertama datang, pertama diolah” (first in first out) harus diimplementasikan agar kayu digunakan sebelum rusak.



Kerusakan kayu gelondongan karena kulit kayu dibiarkan melekat, membiarkan vetebrata merusak log-log yang menyebabkan tingkat pemulihan rendah.



Sejumlah besar produk akhir, terutama kayu papan, ditumpuk di tempat terbuka dalam jangka waktu yang lama dan kemungkinan tidak bisa dijual.

Kebanyakan kulit kayu dan beberapa limbah kayu lain saat ini dibuang ke tanah rawa untuk mereklamasi tanah tersebut. Areal ini kelihatannya tidak memiliki tumbuhan dan dari segi estetika tidaklah menarik. Selain itu, areal-areal yang sebelumnya dipakai untuk pembuangan limbah kayu nampaknya tidak berregenerasi dengan cepat, dan pembakaran secara bebas menimbulkan persoalan kualitas udara. b. Air Fasilitas perusahaan PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Rodakarya letaknya berdekatan dengan sejumlah anak sungai. Di sebelah timur, pabrik berbatasan dengan, dan menggunakan, sungai Barito. Di sebelah utara adalah sungai Andjir Soebardjo. Handil Sungai Barito, anak sungai kecil dari sungai Barito, mengalir ke arah timurlaut dari pabrik. Areal pabrik dan daerah luar kota di sekelilingnya rendah letaknya dan mudah kebanjiran. Kepada auditor ditunjukkan keseimbangan air semua areal pengolahan pabrik (kecuali penggergajian yang tidak

menggunakan air dalam aktifitasnya). Keseimbangan air menunjukkan bahwa sebagian air pengolahan dipompa dari sungai Barito. Staf lapangan menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan adanya kontaminasi air permukaan yang berhubungan dengan pabrik. Namun demikian, selama tinjauan ke lokasi tercatat adanya kontaminasi hidrokarbon sungai Barito di sekitar log pond dan areal penggergajian. Lapisan minyak di permukaan air berasal dari derek, rel conveyor dan chainsaw tarik. Terdapat sejumlah minyak dan pelumas di bawah peralatan ini, yang tidak mempunyai tempat pengeringan lain selain log pond dan sungai. Sungai Barito juga dipakai para staf untuk mandi dan mencuci. Sabun dan deterjen akan mengkontaminasi sungai. Selain itu, di sungai juga ditemukan sampah. Tidak jelas darimana asalnya, bisa saja berasal dari lokasilokasi lain. c. Kualitas Udara Debu merupakan persoalan diberbagai lokasi, tetapi yang terparah terdapat di areal pembuatan particleboard dan pabrik kayu lapis. Tidak ada pengawasan debu yang dilaksanakan saat ini, walaupun debu membahayakan lingkungan dan kesehatan serta keamanan. Selain itu, bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan lem dan penggunaan lem, baik di pabrik kayu lapis atau di areal pembuatan particleboard menimbulkan persoalan kualitas udara. Sejumlah cerobong asap di lapangan berhubungan dengan ketel yang menjalankan diesel, pembakaran limbah kayu dan debu gergajian, dan juga tempat pembakaran buangan limbah. Cerobong-cerobong ini menghasilkan asap pencemar dalam jumlah yang besar dan karenanya memerlukan pengawasan. Program pengawasan cerobong asap telah tertinggal oleh program EMS saat audit. Pengawasan dilakukan oleh BPPI tetapi hasilnya belum tersedia. Areal luas yang sebelumnya digunakan sebagai lahan penimbunan kulit kayu dan limbah kayu, sebagai bagian dari upaya reklamasi sebagian tanah rawa di lokasi, dibakar. Aktifitas ini menyebarkan banyak asap ke atmosfer. BVQI mencatat tidak ada pengawasan vibrasi atau bau yang dilaksanakan saat ini. Perusahaan mengalami kesulitan dalam mengorganisasi pengawasan karena hanya dua organisasi di Indonesia yang dianggap mampu melakukan monitoring jenis ini.

Organisasi-organisai ini didekati dan diminta untuk melaksanakan pengawasan tersebut pada tanggal 20 Oktober 2000. Tanggal itu telah berlalu tetapi monitoring tersebut tidak pernah dilaksanakan. Rekomendasi Audit ( Laporan No. 16 - Januari 2001) a. Rekomendasi 1 : Impelementasi dari Rekomendasi-rekomendasi Audit Perkembangan EMS ISO 14001 menjamin bahwa pertimbangan signifikan telah diberikan pada manajemen lingkungan di PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Rodakarya. Pada dasarnya ISO 14001 menyiratkan bahwa akreditasi bukanlah tujuan akhir, lebih dari itu terdapat proses peninjauan dan perbaikan yang berkelanjutan. Proses peninjauan ini kini tengah dilaksanakan melalui sistem audit internal dan eksternal dan laporan-laporan dibuat baik secara internal maupun eksternal, juga dibuat rekomendasi-rekomendasi perbaikan dalam manajemen lingkungan. Tercatat selama audit banyak rekomendasi dari laporan ini belum diimplementasikan, meskipun ada rencana-rencana dan orang-orang yang dianggap mampu untuk membuat perbaikan-perbaikan yang disyaratkan. Penting sekali bahwa temuan-temuan dari audit-audit ini dilaksanakan untuk menjamin perbaikan berkesinambungan yang vital dalam menjaga status akreditasi ISO 14001. b. Rekomendasi 2 : Limbah Kayu Manajemen seharusnya menanggapi persoalan limbah kayu sebagai sesuatu yang bersifat mendesak karena hal ini merupakan persoalan yang berhubungan langsung dengan kelangsungan akreditasi ISP 14001. Hal ini harus menggabungkan tinjauan menyeluruh dari rata-rata pemerolehan kayu berdasarkan semua proses dari saat kedatangan kayu sampai pada pengolahan akhir, dan juga keefektifan mesin pengolahan yang digunakan. Hasil-hasil tinjauan ini bisa dipakai untuk mengidentifikasikan areal-areal yang mempunyai buangan terbesar dan bisa dipakai untuk meningkatkan rata-rata pemerolehan. Distribusi kayu harus juga diperhatikan, karena sejumlah besar kayu olahan di lapangan nampaknya ditimbun dalam jangka waktu lama, yang terbuka bagi elemen-elemen tersebut. Akibatnya, tumpukan-tumpukan ini akan berkurang nilainya. c. Rekomendasi 3 : Polusi Log Pond Ada program untuk menanggulangi polusi di log pond dengan melewatkan air melalui pemisah minyak/air di lokasi. Tetapi sistem yang diprogramkan beroperasi pada bulan Agustus 2000 saat ini baru selesai 50%. Persoalan ini harus ditanggapi sebagai sesuatu yang bersifat mendesak karena BVQI menyoroti polusi di log

pond dan akan melaksanakan audit eksternal EMS lanjutan pada bulan Februari 2001. d. Rekomendasi 4 : Fenol Pengujian kualitas air di sungai Barito telah mengindikasikan bahwa konsentrasi fenol di dekat pabrik lem meningkat. Ini memberikan kesan bahwa telah terjadi kontaminasi sungai dari pabrik lem. Meskipun tingkatan fenol masih dalam batas yang diperbolehkan menurut kriteria yang digunakan oleh penguji, langkahlangkah untuk menemukan dan menghentikan sumber kontaminasi harus dilaksanakan. e. Rekomendasi 5 : Pengujian Kualitas Air di Saluran Air Pengujian kualitas air di saluran air permukaan dekat areal-areal pemrosesan menunjukkan tingkat polutan yang meninggi. Persoalan ini memerlukan perhatian segera

untuk

mengembalikan

tingkatan

tersebut

ke

batas-batas

yang

diperbolehkan. Sebagai alternatif, air limbah dari parit-parit penampungan ini harus menjadi bagian dari sistem drainase yang tertutup dan dialihkan ke pusat pengolahan limbah cair di lapangan untuk perlakuan. f. Rekomendasi 6 : Pemeliharaan Saluran Air Permukaan Saluran air permukaan di lokasi pabrik diketahui memiliki kotoran dan lapisan berminyak di beberapa tempat. Saluran-saluran ini langsung berhubungan ke sungai Barito dan mudah kebanjiran. Dimana saluran ini ditutup, penutup betonnya harus diperbaiki, dan langkah-langkah lanjutan harus diambil untuk menjamin bahwa saluran-saluran ini tidak tercemar. Jika terdapat polusi di saluran-saluran ini, air limbah harus dipindah dan diolah di pusat pengolahan air limbah. g. Rekomendasi 7 : Rencana Penanggulangan Tumpahan Untuk Tangki-tangki Rencana penanggulangan tumpahan harus diformulasikan untuk tangki-tangki penyimpanan atas tanah dan didistribusikan kepada staf yang terlibat dalam menangani isi-isi tangki. Harus diberikan pelatihan dalam menggunakan peralatan penanggulangan tumpahan. Peralatan ini, seperti bahan-bahan pengisap dan alat penampung tumpahan, harus dibeli dan disediakan di semua lokasi dimana ada potensi terjadinya tumpahan. h. Rekomendasi 8 : Penyimpanan di Fasilitas Workshop Penyimpanan besi tua dan suku cadang di bengkel harus diperbaiki untuk menjamin bahwa barang-barang tersebut tidak diletakkan langsung di atas tanah terbuka. Hal ini untuk mencegah kerusakan pada suku cadang dan untuk

menghindari potensi kontaminasi pada lahan sekitar dan air permukaan. i. Rekomendasi 9 : Kebocoran pada Ketel Lem Kebocoran di ketel-ketel lem harus diperbaiki secepat mungkin, baik dipandang dari segi kualitas udara lingkungan dan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja. j. Rekomendasi 10 : Rencana Penanggulangan Tumpahan untuk Bahan Kimia Kering Rencana penanggulangan tumpahan harus diformulasikan untuk areal-areal penyimpanan bahan kimia kering dan harus didistribusikan kepada anggota staf yang bersangkutan. Peralatan penanggulangan tumpahan harus disediakan di semua lokasi dimana terdapat potensi tumpahan, dan harus diberikan pelatihan dalam menggunakan peralatan ini. k. Rekomendasi 11 : Penyimpanan Drum Lokasi penyimpanan semua drum yang berisi hidrokarbon dan bahan kimia harus ditinjau dan langkah-langkah untuk menjamin bahwa lokasi-lokasi penyimpanan tidak menimbulkan resiko bahaya lingkungan harus segera dilaksanakan. Selain itu, penampung sekunder seperti peti kemas penyimpanan pada bund dan rak-rak penampung tumpahan (spill trays) harus disediakan di semua lokasi, terutama jika ada resiko material tumpahan yang berpindah ke sungai Barito atau ke dalam areal rawa-rawa sekitar. Rencana penanggulangan tumpahan harus dipikirkan dan peralatan serta pelatihan harus tersedia untuk menanggulangi tumpahan. l. Rekomendasi 12 : Debu Debu dipandang sebagai masalah di lapangan, baik selama audit ini dan selama audit BVQI. Direkomendasikan agar pengawasan debu dilaksanakan dengan mengimplementasikan prosedur-prosedur pengurangan emisi debu di udara. m. Rekomendasi 13 : Pengawasan Kualitas Udara Pengawasan kualitas udara harus dilaksanakan dan hasilnya ditindaklanjuti seperti yang ditentukan, dengan mengurangi jumlah bahan kimia yang dilepaskan ke atmosfer, terutama formalin. n. Rekomendasi 14 : Bau dan Vibrasi Persiapan yang mantap dengan dua organisasi yang dianggap potensial sebagai pengawas bau dan vibrasi harus dibuat agar pengawasan bisa dilaksanakan sesegera mungkin. o. Rekomendasi 15 : Pengawasan Cerobong Asap Hasil-hasil dari pengawasan cerobong asap yang dilaksanakan bulan Oktober 2000 harus diperoleh dan ditindaklanjuti sebagaimana diharuskan. Program pengawasan cerobong harus meliputi pengambilan sampel dari (inter alia) generator, alat

pembakaran, dan ketel. p. Rekomendasi 16 : Kebakaran di Areal Pembuangan Kebakaran yang saat ini membakar areal pembuangan kulit kayu dan limbah kayu harus dipadamkan, dan harus disediakan peralatan dan pelatihan untuk menjamin tidak lagi terjadi kebakaran di masa mendatang. q. Rekomendasi 17 : Laporan Foto Laporan disertai foto yang dibuat setelah tinjauan lingkungan awal memberi staf lapangan contoh-contoh jelas dari pelaksanaan manajemen yang tidak baik dan instruksi-instruksi untuk memperbaiki keadaan ini. Laporan serupa harus dibuat setelah setiap interval audit, dan didistribusikan kepada anggota staf yang bersangkutan. Jika sudah terdistribusikan, harus ada pemeriksaan lanjutan untuk menjamin bahwa semua persoalan yang dibahas dalam laporan itu telah diperbaiki secara memuaskan. Jika persoalan-persoalan tersebut belum diselesaikan, langkahlangkah untuk menjamin bahwa persoalan-persoalan ini diselesaikan dengan segera harus cepat dilaksanakan. r. Rekomendasi 18 : Penggunaan Keahlian EMS Mengikuti kesuksesan akreditasi ISO 14001, pertimbangan untuk menggunakan pengalaman dan keahlian anggota staf harus diberikan di tempat Barito Pacific Group yang lain. Hal ini akan sangat relevan dalam pengusahaan hutan dimana hanya sedikit pertimbangan yang saat ini diberikan pada masalah-masalah lingkungan. Pencatatan dari serangkaian pemeliharaan adalah elemen penting dalam produk-produk kayu eko-label. Penggunaan keterampilan dan pengalaman seperti ini untuk memperbaiki manajemen lingkungan di tingkat supplier kayu gelondongan akan menjadi satu cara untuk menangani persoalan ini. 2. Tindak lanjut hasil temuan audit. Semenjak audit eksternal telah ada tinjauan internal dari persoalan-persoalan ini, yang menghasilkan saran perbaikan dan mengidentifikasi orang-orang yang bertanggung jawab melaksanakan perbaikan tersebut. Manajemen puncak PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Roda Karya sebagai penerimaan ISO 14001 menjamin peningkatan penyelenggaraan lingkungan dan mengambil langkah untuk

meningkatkan

kegiatan-kegiatan manajemen di lapangan

secara

berkesinambungan, terutama di tempat-tempat dimana limbah kayu menjadi perhatian. Manajemen puncak juga mengambil kebijakan lingkungan terkait

beberapa pokok persoalan yang mendapat perhatian dalam laporan BVQI yang masih memerlukan penyelesaian seperti tingkat pemerolehan kembali yang lambat dari kayu yang dipakai dan pembuangan sumber daya alam masih menjadi persoalan yang paling mendesak, termasuk persoalan pengawasan debu, udara dan vibrasi, dan polusi di log pond tetap menjadi perhatian untuk diatasi. Langkah-langkah untuk menyelesaikan pokok-pokok persoalan ini telah dilaksanakan sebelum audit eksternal selanjutnya di bulan Februari 2001. Manajemen puncak selalu mengembangkan kerangka kerja yang harus dipantau

terus menerus dan dikaji secara periodik dan memberikan arahan yang efektif bagi kegiatan lingkungan organisasi dalam upaya perubahan faktor internal dan eksternal. Setiap staff/ orang dalam organisasi menerima tanggung jawab peningkatan lingkungan PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Roda. Conton Audit Lingkungan PT. Chevron Pacific Indonesia : Audit lingkungan merupakan suatu perangkat manajemen yang dilakukan secara internal dan sadar oleh perusahaan sebagai ta nggung jawab pengelolaan

dan pemantauan lingkungan, untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang akan timbul, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan. Audit lingkungan juga merupakan suatu dokumen yang dapat dijadikan sebagai early warning system dalam pengelolaan lingkungan. PT Chevron Pacific Indonesia merpakan salah satu dari perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi yang selanjutnya disebut sebagai perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan BP MIGAS (Badan Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan

Gas). Penjelasan audit lingkungan pada PT Chevron Pacific Indonesia adalah sebagai berikut: PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dilaksanakan oleh internal auditor dan eksternal auditor. Internal audit bermula dari kantor pusat (Home Office) yang menentukan program Operational Excellence (OE) audit tahunan. Program audit tersebut mencakup tujuan audit dan sasaran aspek kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan yang akan diaudit. Pelaksanaan internal audit terbagi ke dalam 3 tahap, yaitu: a.

Aktivitas Sebelum Audit (Pra-Audit) Aktivitas Pra-Audit PT Chevron Pacific Indonesia dijabarkan dalam tahapan

berikut ini: - Tahap Persiapan Audit (audit team preparation)

Pada tahap ini merupakan perencanaan awal yang dilakukan auditor sebelum dilakukannya audit lingkungan pada PT Chevron Pacific Indonesia yaitu memahami program audit, lingkup audit dan kriteria auditor.

- Menentukan jadwal audit lingkungan

Penentuan jadwal audit lingkungan pada PT CPI ditentukan oleh pihak wakil manajemen lingkungan, yang kemudian jadwal audit lingkungan tersebut dikonfirmasikan kepada auditor dan kepala bagian unit yang dituju. - Menetapkan tujuan dan ruang lingkup audit lingkungan

Tujuan PT. Chevron Pacific Indonesia melaksanakan audit lingkungan agar sesuai dengan standar baku mutu lingkungan hidup yang ditetapkan pemerintah yaitu Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.4 tahun 2007. b.

Aktivitas di lapangan (Actual on Site Audit) Prosedur persiapan mengaudit, diawali dengan rapat pembuka yang dipimpin

oleh pimpinan (lead) auditor yang bertujuan untuk memaparkan rencana audit. Setelah rencana audit diketahui dan dipahami semua pihak, auditor melakukan proses audit di lapangan dan mencatat temuan-temuan selama audit. Temuan audit tersebut dikonfirmasikan oleh auditor kepada pihak auditee atau departemen proses. Dari hasil temuan audit tersebut, pimpinan auditor membuat laporan hasil audit atau disebut dengan laporan tinjauan lapangan audit internal. Dalam hal audit lingkungan metode audit yang dilakukan oleh auditor adalah dengan melakukan wawancara kepada pihak manajemen perusahaan, obeservasi lapangan (site observation), dan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen yang diperlukan. Setelah itu dalam mengumpulkan bukti audit, auditor PT Chevron Pacific Indonesia melakukan pengamatan atau pemeriksaan langsung ke bagian pengolahan air terproduksi dengan didampingi oleh seorang analisis yang ahli dalam bidang lingkungan dan bahan kimia. Setelah itu auditor menguji bukti-bukti audit yang didapat di lapangan pada saat tinjauan lapangan. Hasil dari pengujian ini berupa temuan audit

yang

menuntut adanya tindakan perbaikan. Setiap

temuan-temuan audit yang ditemukan oleh auditor dimasukkan ke dalam daftar periksa audit (check list) sebagai berikut : a. Temuan dan Rekomendasi Auditor

Terdapat temuan positif dan temuan negatif dalam pelaksanaan audit lingkungan PT Chevron Pacific Indonesia. 1.

Temuan

negatif

berisi

ketidaktaatan

terhadap

ketentuan/peraturan,

pengeluaran uang yang tidak sepatutnya, ketidakhematan, ketidakefisienan, dan

ketidakefektifan

yang

dapat

berakibat

adanya

kemungkinan

resiko/dampak yang merugikan perusahaan, yaitu: -

Hilang atau rusaknya aset (termasuk data/informasi yang dimiliki perusahaan, tidak dipatuhinya prosedur kerja atau ketentuan atau kebijakan perusahaaan sehingga terjadinya kekeliruan, kelalaian maupun

penyalahgunaan (fraud/kecurangan). -

Penanganan tanah terkontaminasi minyak bumi belum memadai, yang disebabkan tidak terdapat kejelasan implementasi penanganan tanah terkontaminasi minyak bumi khususnya kepada pihak luar di lapangan.

-

Tempat penyimpanan sementara limbah B3 belum memadai, yang disebabkan

manajemen

PT

Chevron

Pacific

Indonesia

belum

memberikan perhatian dan penanganan yang memadai terhadap penyimpanan B3. -

Upaya monitoring dan pemeliharaan pipa air panas dan HCT shipping line belum optimal, yang disebabkan manajemen PT CPI tidak memasukkan potensi pipa pecah sebagai salah satu risiko atau dampak penting dalam AMDAL. Dalam hal menyikapi temuan negatif, PT Chevron Pacific Indonesia segera melakukan tindakan perbaikan, yaitu sebagai berikut:

-

Melakukan perbaikan alat atau melakukan treatment khusus guna untuk menekan resiko terjadinya kerusakan lingkungan.

-

Mengajukan perizinan kepada Pemerintah Daerah setempat serta melaporkan apabila terjadi tumpahan minyak dan akan segera dilaporkan kepada BP MIGAS, selaku pengawas dan pengendali Kontraktor Kontrak Kerja Sama (PT Chevron Pacific Indonesia).

-

PT CPI akan terus meningkatkan usahanya untuk memperbaiki kinerja proses pemisahan air terproduksi dan juga untuk mencapai Nihil Buangan air terproduksi secara 100% dalam waktu yang tidak terlalu lama. Apabila hal ini telah terjadi maka tidak diperlukan lagi perizinan. Temuan positif auditor internal PT Chevron Pacific Indonesia ialah sebagai

berikut: •

Pekerjaan dan pencatatan sudah dilakukan sesuai dengan prosedur.



Catatan dapat ditelusuri dengan baik melalui IndoAsia Business Unit (IBU) Self Audit Tracking System yaitu sistem yang dapat digunakan untuk mencatat hasil- hasil audit dan menelusuri apakah hasil audit telah ditindaklanjuti.



Para karyawan telah melakukan pengolahan limbah dengan baik. Dalam hal menyikapi temuan positif PT Chevron Pacific Indonesia, auditor akan melakukan kompilasi laporan dan menyerahkannya pada Corporate atau

kantor pusat (IndoAsia Business Unit). Untuk

melaporkan tidak hanya terdapat temuan negatif saja, tetapi terdapat pula temuan positif yang berarti harus dipertahankan

atau lebih

ditingkatkan lagi dan mendapatkan penghargaan (achievement) atau apresiasi terhadap auditee. b. Rekomendasi auditor

Hasil rekomendasi berupa pemulihan air yang dihasilkan harus sesuai dan merupakan bagian dari manajemen air yang dihasilkan PT CPI, selain itu perusahaan harus meninjau ulang kebijakan manajemen strategi mereka dalam hal pengelolaan air terproduksi, dari seberapa besar biaya operasi, pemeliharan alat-alat untuk mengolah air terproduksi tersebut agar dapat dibuang ke lingkungan atau diinjeksikan ke dalam reservoir agar tidak mencemari lingkungan. c. Aktivitas Setelah Audit (Pasca Audit) Pada aktivitas setelah audit, pihak bagian unit operasi melaksanakan tindakan perbaikan atau pencegahan (corective and preventive action) dari ketidaksesuaian yang ditemukan oleh tim audit pada audit lapangan atau tinjauan lapangan. Tahap Eksternal Audit Lingkungan Audit Lingkungan PT Chevron Pacific Indonesia juga dilaksanakan oleh pihak eksternal. Eksternal audit PT Chevron Pacific Indonesia dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). KLH melakukan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam pengelolaan lingkungan hidup. PROPER merupakan pengawasan pemerintah terhadap upaya perusahaan dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam peraturan perundang- undangan bidang lingkungan hidup yang berlaku. Meskipun audit lingkungan bersifat voluntary (sukarela) namun PT Chevron Pacific Indonesia melaksanakan audit lingkungan eksternal rutin dilaksanakan satu tahun sekali. Tahap Audit secara eksternal adalah sebagai berikut: a. Tahap Persiapan: Auditor mempersiapkan materi audit, bisa dalam bentuk

audit checklist. b. Pertemuan Awal (Opening Meeting): auditor dan pengawas perusahaan

melakukan pertemuan pembukaan sebelum pelaksanaan audit dimulai. Secara singkat, auditor memaparkan rencana audit yang akan dilakukan. c. Pemeriksaaan: Auditor melakukan pemeriksaan atas pelaksanaan sistem

manajemen lingkungan dengan cara pemeriksaan dokumen, wawancara untuk klarifikasi pengamatan aktivitas perusahaan, serta pengamatan kondisi dan lingkungan kerja. d. Penilaian kriteria: penilaian kriteria berdasarkan temuan audit. e. Pertemuan penutup (closing meeting): Auditor dan wakil manajemen

lingkungan bertemu guna menutup rangkaian pemeriksaan eksternal yang telah dilaksanakan sebelumnya. Auditor menyampaikan hal temuan beserta

kriterianya. Tindakan- tindakan perbaikan atau peningkatan bila diperlukan. Dalam hal ini PT Chevron Pacific Indonesia telah menyusun AMDAL, RKL/RPL guna untuk mengetahui dampak penting lingkungan hidup akibat dari kegiatan eksplorasi dan produksi minyak yang dilakukan PT Chevron Pacific Indonesia yang

terkait dengan pengelolaan air terproduksi, tumpahan minyak dan tanah-tanah yang terkontaminsasi minyak. Berdasarkan pelaporan data PT Chevron Pacific Indonesia dan verifikasi auditor ke lapangan (site observation) dapat dinyatakan bahwa PT CPI mendapat peringkat Biru yang berarti bahwa PT CPI

telah

Telah

melakukan

upaya

pengelolaan

lingkungan

yang

dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku. Tujuan audit lingkungan eksternal adalah untuk menguji apakah instansi pemerintah terkait dan Perusahaan Perminyakan telah memiliki pengendalian atas kerusakan lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta apakah Perusahaan Perminyakan telah mematuhi peraturan sesuai dengan perjanjian Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan pemerintah dan pemenuhan dokumen pengendalian dampak lingkungan. Pengolahan Limbah Air Terproduksi Pengolahan limbah cair air terproduksi yang dilaksanakan oleh PT Chevron Pacific Indonesia adalah sebagai berikut: -

Proses

pengolahan

menggunakan

air

terproduksi

PT

Chevron

Pacific

Indonesia

metode Reverse Osmosis (RO) yang cukup efektif dan

ekonomis dalam mengolah kontaminan air terproduksi. -

Kegiatan perminyakan yang biasanya menghasilkan air terproduksi adalah kegiatan produksi sumur-sumur minyak dan gas bumi. Sumur-sumur produksi mengalirkan minyak ke stasiun pengumpul (Gathering Station/GS). Di Areal Kotabatak-Petapahan

terdiri dari 5 GS, yaitu Kotabatak GS, Petapahan GS, Suram GS, Lindai GS, Langgak GS. -

Proses produksi yang dilakukan di Minas GS adalah melakukan pemisahan minyak, gas, dan air terproduksi. Minyak hasil pemisahan (crude oil) akan ditampung di oil tank untuk kemudian diekspor melalui pelabuhan Dumai. Pada awalnya produksi migas dari sumur produksi dialirkan ke gas boot (tempat pemisah air dan gas) untuk dipisahkan antara gas dan liquid. Gas yang berhasil dipisahkan kemudian dialirkan ke kompresor untuk diolah menjadi

gas sumber energi (pembangkit listrik) jika didapat potensi gas yang cukup untuk diproduksi. Liquid yang berhasil dipisahkan dari gas boot, kemudian dialirkan ke wash tank untuk dipisahkan (separasi) antara minyak dan air berdasarkan prinsip gravitasi. Minyak kemudian dialirkan ke tanki penampung (shipping tank) untuk dikapalkan/dijual, sedangkan air terproduksi dialirkan ke clarifier tank (tangki sisa zat padat) dibawa ke kolam buangan menuju cooling pit dan kemudian dibuang kehutan. Secara sederhana proses pemisahan minyak, gas, dan air terproduksi di GS yang terdapat di Lapangan Minas disajikan pada -

Pada air terproduksi yang dihasilkan kemudian diinjeksikan kembali ke reservoar dengan proses zero water discharge, air bertekanan ini diinjeksikan pada perut bumi melalui sumur injeksi dan menjadi air terproduksi dengan menggunakan sistem pemompaan yang disediakan di GS. Analisa Limbah Air Terproduksi terhadap Baku Mutu Lingkungan Air terproduksi merupakan hasil pemisahan secara mekanis antara cairan/liquid (yang mengandung minyak dan air) dan gas bumi yang diangkat dari perut bumi suatu sumur produksi minyak dan gas bumi (migas). Untuk mengetahui berapa besar kosentrasi/kadar kandungan minyak yang masih terbawa oleh air buangan dimaksud harus menyesuaikan parameter-parameter tersebut dengan standar baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu Standar Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Eksplorasi dan Produksi Migas PerMenLH No.4 Tahun 2007. Dari hasil Laporan Pelaksanaan RKL/RPL (Rencana Pengelolaan Lingkungan/Rencana Pemantauan Lingkungan) Semester I tahun 2009 Wilayah Studi Minas-Siak, Propinsi Riau. Dalam RKP/RPL Wilayah Studi Minas-Siak meliputi Areal Minas, Areal Kotabatak- Petapahan dan Areal Libo. Daerah kegiatan dalam Areal Minas dan Areal Libo, masing- masing terdiri dari 6 stasiun pengumpul (GS=Gathering Station). Sedangkan Areal Kotabatak-Petapahan terdiri dari 5 GS, yaitu Kotabatak GS, Petapahan GS, Suram GS, Lindai GS, Langgak GS. Tabel 1 adalah kualitas buangan air terproduksi Lapangan Minas, Areal Kotabatak-Petapahan. Penulis merata-ratakan hasil pengukuran selama 1 semester, dan hasil pengukuran adalah sebagai berikut:

NO

PARAMETER

1

COD Kandunan minyak Sulfida (H2S) Amonia (NH3) Phenol Total

2 3 4 5

STANDAR mg/l

200

GS RATE 28,5

mg/l mg/l mg/l mg/l

25 0,5 5 2

1,05 0,01 1,23 0,08

GS RATE 27

GS RATE 13

GS RATE 7,5

GS RATE 30,5

1,71 0,03 0,8 0,06

2,05 0,01 2,35 0,02

1,92 0,01 2,24 0,02

19 0,01 0,06 0,02

6 7 8

Temperatur pH TDS

ºC mg/l

40 6,0-9,0 4000

39,81 7,94 2223

41,66 7,26 896

38,6 7,11 980

41,2 7,35 848

38,88 6,45 265

Sumber: RKL/RPL PT CPI Semester 1 Tahun 2009.

PT Chevron Pacific Indonesia telah melakukan proses produksi minyak dengan baik, hal ini terbukti dari pengukuran setiap parameter (terdiri dari 8 parameter, yaitu COD, Minyak dan Lemak, Sulfida (H2S), Amonia (NH3), Phenol Total, Temperatur, pH, dan TDS. Semua parameter ini telah sesuai dengan standar baku mutu pemerintah. Hal ini disebabkan karena peralatan yang bagus yang PT CPI miliki yaitu pemisah liquid dan gas, sehingga proses pemisahan tersebut berjalan sempurna dalam arti kadar minyak dalam air masih sudah cukup baik yaitu dibawah standar baku mutu lingkungan. Saat ini sembilan puluh lima persen (95 %) air terproduksi diinjeksikan kembali dan sisanya 5% diolah lebih lanjut di kolam skimming dan kolam pendingin ( cooling pit) sebelum dialirkan kekanal. Karena semua parameter kualitas buangan air terproduksi telah sesuai dengan standar baku mutu lingkungan, dan tidak ada yang melebihi standar tersebut. Sehingga limbah air terproduksi dapat dialirkan ke kanal, Kanal-kanal ini mengalir ke sungai dan sungai yang lebih besar yang bermuara di Sungai Siak dan Sungai Rokan, Propinsi Riau.