30 0 362KB
Laporan Kasus CORPUS ALIENUM KORNEA
Oleh : Hanarisha Putri Azkia 1518012206
Perseptor : dr. Yulkhaizar, Sp.M. dr. Yuda Saputra, Sp. M
KEPANITERAAN KLINIK SMF MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AHMAD YANI METRO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017 1
BAB I PENDAHULUAN
Corpus alienum adalah benda asing yang menyebabkan terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, konjungtiva dan kornea. Kebanyakan cedera bersifat ringan, beberapa cedera dapat berakibat serius. Trauma biasanya terjadi pada saat bekerja ataupun pada cuaca berangin (Ilyas, 2008). Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita. Kerusakan mata akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan (Ilyas, 2008; Vaughan, 2010).
Benda asing di kornea adalah adanya benda asing di kornea, dapat berupa logam, kaca, bahan organik dll. Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar. Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kornea dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan (Vaughan, 2010).
2
BAB II IDENTIFIKASI KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN Nama
: Tn R
Usia
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pekerja bangunan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Metro
Tanggal periksa
: 23 Januari 2017
ANAMNESIS a. Keluhan Utama : Mata kiri terasa mengganjal sejak 2 hari yang lalu b. Keluhan tambahan: Mata kiri merah, nyeri dan berair, penglihatan kabur
3
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli mata RSAY dengan keluhan mata kiri kiri terasa mengganjal seperti terdapat benda asing sejak 2 hari yang lalu. Keluhan muncul setelah pasien terkena percikan gram sewaktu bekerja. Keluhan disertai dengan mata kiri merah dan berair yang dirasakan semakin lama semakin berat disertai nyeri sehingga aktivitas pasien terganggu, penglihatan pasien juga menjadi agak kabur selama 2 hari ini. Pasien belum menggunakan obat apapun untuk mengurangi keluhan keluhan diatas.
d. Riwayat Penyakit Dahulu - Hipertensi (-) - Diabetes melitus (-) - Riwayat penglihatan kabur (-) - Riwayat trauma sebelumnya (-)
e. Riwayat Penyakit Keluarga
III.
-
Hipertensi disangkal
-
Diabetes melitus disangkal
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis 4
IV.
Tensi
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Nafas
: 16 x/menit
Suhu
: 370 C (axiller)
Kepala
: dalam batas normal
Leher
: dalam batas normal
Thorax
: dalam batas normal
Abdomen
: dalam batas normal
Extremitas
: dalam batas normal
STATUS OFTALMOLOGI
Okuli Dekstra
Pemeriksaan
Okuli Sinistra
6/6
Visus
6/9
Tidak dilakukan
Koreksi
Tidak dilakukan
5
Dalam batas normal
Supersilia
Dalam batas normal
Edema (-), spasme (-)
Palpebra Superior
Edema (+), spasme (+)
Edema (-), spasme (-)
Palpebra Inferior
Edema (-), spasme (-)
Dalam batas normal
Silia
Dalam batas normal
Orthoforia
Bulbus Okuli
Orthoforia
Baik ke segala arah
Gerak Mata
Baik ke segala arah
Injeksi konjungtiva (-), Konjungtiva Bulbi corpal (-), secret (-)
Injeksi konjungtiva (+), corpal (-), secret (-)
Corpal (-), secret (-)
Konjunktiva Forniks
Hiperemis (-), corpal (-)
Konjungtiva palpebra
Corpal (-), secret (-) Hiperemis (+), corpal ()
Ikterik (-), hiperemis (-)
Sklera
Ikterik (-), hiperemis (-) Defek (-), neovaskularisasi (-),
Jernih
Kornea
udem (-), corpal parasentral media (nasalis) (+), infiltrat (+)
Bening, kedalaman Kamera Okuli Anterior cukup Coklat, kripte (+)
cukup Iris
Bulat, central, regular, diameter 3 mm, reflek cahaya (N +)
Bening, kedalaman
Coklat, kripte (+) Bulat, central, regular,
Pupil
diameter 3 mm, reflek cahaya (N +)
6
Jernih
Lensa
Jernih
Negatif
Shadow test
Negatif
Tidak dilakukan
Fundus Reflek
Tidak dilakukan
Tidak diperiksa
Corpus Vitreum
Tidak diperiksa
T dig N
Tensio Oculi
T dig N
System Canalis Dalam batas normal
Dalam batas normal
Lacrimalis
V.
RESUME Laki-laki usia 20 tahun datang ke poli mata RSAY dengan keluhan mata kiri terasa mengganjal seperti terdapat benda asing sejak 2 hari yang lalu. Keluhan muncul setelah pasien terkena percikan gram sewaktu bekerja. Keluhan disertai dengan mata kiri merah dan berair yang dirasakan semakin lama semakin berat disertai nyeri sehingga aktivitas pasien terganggu. Pasien merasakan pandangan mulai kabur. Pada pemeriksaan fisik
tanda-tanda
vital
dalam
batas
normal.
Pada
pemeriksaan
ofthalmologi didapatkan visus OD 6/6 dan OS 6/9, pada oculi sinistra palpebra superior edema (+), spasme (+), konjungtiva bulbi OS injeksi (+), konjungtiva palpebra OS hiperemis (+), kornea OS didapatkan corpal gram di parasentral media (+) dan infiltrat (+) .
7
VI.
VII.
ANJURAN PEMERIKSAAN -
Slit Lamp
-
Test Fluorescein
DIAGNOSA KERJA OS corpus alienum gram kornea + Keratitis
VIII. PROGNOSA
IX.
Quad ad vitam
: ad bonam
Quad ad functionam
: dubia ad bonam
Quad ad sanationam
: dubia ad bonam
PENATALAKSANAAN Terapi medikamentosa Topikal: - Levofloksasin 1-2 tetes/ jam OS - Gentamisin eye ointment 1x1 malam OS Sistemik: - Ciprofloxacin 2x 500mg - Metil prednisolon tab 3x 4mg - Asam mefenamat tab 3x 500mg - Ranitidin 2x1 tab
8
Tindakan: -
X.
Ekstraksi Corpal dengan anestesi lokal (Panthocain)
Edukasi -
Istirahat
-
Menutup mata ketika keluar rumah
-
Tidak mengucek mata
-
Memakai obat secara teratur
-
Kontrol kembali untuk ekstraksi corpal
-
Menggunakan kacamata atau Google saat bekerja
9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kornea
2.1.1 Anatomi dan Histologi Kornea
Gambar 1. Anatomi Kornea (Rior dan Eva, 2010).
Kornea merupakan bagian selaput mata yang tembus cahaya, bersifat transparan, berukuran 11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, tebal 0,6-1 mm. Indeks bias kornea 1,375 dengan kekuatan pembiasan 80%. Sifat kornea yang dapat ditembus cahaya ini disebabkan oleh struktur kornea yang uniform, avaskuler dan diturgesens atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar
10
epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mencegah dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel jauh menyebabkan sifat transparan hilang dan edema kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat karena akan menghilang seiring dengan regenerasi epitel (Rior dan Eva, 2010).
Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Jika kornea oedem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.
Kornea bersifat avaskuler, maka sumber-sumber nutrisi kornea berasal dari pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aquaeus dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen sebagian besar dari atmosfer. Kornea dipersarafi oleh banyak serat saraf sensorik yang didapat dari percabangan pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V yang berjalan supra koroid, masuk kedalam stroma kornea, menembus membran bowman dan melepaskan selubung schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan didaerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
11
Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan konjungtiva. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 μm, diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Secara histologi, kornea terdiri dari 5 lapisan, yaitu (Vaughan, 2010): 1. Epitel Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 µm dan berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada epitel ini.Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.
2. Membran Bowman Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.
3. Stroma Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan 12
permukaan kornea.Di antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%. Kadar air dalam stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.
Gambar 2. Lapisan Kornea (Vaughan, 2010).
13
4. Membran Descement Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening, terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.
5. Endotel Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea.Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraocular.Usia lanjut
akan
mengakibatkan
jumlah
endotel
berkurang.Kornea
tidak
mengandung pembuluh darah, jernih dan bening, selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media penglihatan. Dipersarafi oleh nervus V (Ilyas, 2008; Vaughan, 2010).
2.1.2 Fisiologi kornea Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya
yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau
keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan 14
kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila selsel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi (Vaughan, 2010; Guyton, 2012).
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah.Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil (Vaughan, 2010; Guyton, 2012).
15
2.2
CORPUS ALIENUM
2.2.1 Definisi Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya (Bashour, 2008).
Gambar 3. Corpus Alienum Kornea (Bashour, 2008).
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu (Bashour, 2008): 1. Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga 2. Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
16
3. Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan porselin 4. Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel, alumunium, tembaga
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari (Bashour, 2008): 1. Besarnya corpus alienum, 2. Kecepatan masuknya, 3. Ada atau tidaknya proses infeksi, 4. Jenis bendanya
2.2.2
Patofisiologi Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar (Bashour, 2008). Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate 17
kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan (Bashour, 2008).
Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri. Bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan berikut :
1. Mechanical effect Benda yang masuk ke dalam bola mata dapat melalui kornea ataupun sclera. Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau mengenai lensa mata akan terjadi katarak traumatik. Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel – sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.
18
2. Permulaan terjadinya proses infeksi Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata, maka kemungkinan besar akan timbul infeksi dengan pembentukan jaringan granulasi. Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif dan bisa juga terjadi iridocyclitis, endoftalmitis bahkan panoftalmitis. Jika sudah terjadi panoftalmitis akan menunjukkan gejala kemunduran tajam penglihatan, rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak, konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik mata dengan hipopion dan refleks putih didalam fundus dan okuli sehingga dapat berahir dengan kebutaan pada mata.
3. Terjadi perubahan – perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi (reaction of ocular tissue) Reaksi bola mata terhadap corpus alienum bermacam-macam dan ini ditentukan oleh sifat kimia dari benda tersebut. Non organized-material dapat menimbulkan proliferasi dan infeksi dengan pembentukan jaringan granulasi. Benda asing yang masuk ke dalam corpus vitreus akan mengendap kedasar dan menimbulkan perubahan-perubahan degenerasi sehingga corpus vitreus akan menjadi encer. Apabila corpus alienum adalah besi, maka akan terjadi dissosiasi elektrolit dengan corpus vitreus, dimana besi akan disebarkan ke dalam jaringan dan akan bereaksi dengan protein sel, mematikan sel dan terjadi atropi. Keadaan ini disebut siderosis dan jika disebabkan karena tembaga disebut kalkosis. Pengeluaran corpus 19
alienum dari corpus vitreus dapat dilakukan dengan ekstraksi. Apabila sudah terjadi iridocyclitis dan visus yang sangat jelek maka tidak dilakukan lagi pengeluaran corpus alienum dengan ekstraksi tapi harus dilakukan enukleasi.
2.2.3
Gambaran Klinik Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+) (Bashour, 2008; Vaughan, 2010).
2.2.4
Diagnosis Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan (Bashour, 2008): 1. Anamnesis kejadian trauma 2. Pemeriksaan tajamm penglihatan kedua mata 3. Pemeriksaan dengan oftalmoskop 4. Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma 5. Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita
2.2.5
Penatalaksanaan Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, 20
kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban (Vaughan, 2010).
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut (Vaughan, 2010).
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua (Vaughan, 2010).
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi (Stephen, 2005; Vaughan, 2010).
21
Gambar 4. Ekstraksi Corpus Alienum Kornea (Stephen, 2005).
2.2.6
Pencegahan Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung (Bashour, 2008).
2.2.7
Komplikasi Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam (Bashour, 2008; Vaughan, 2010). Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan
22
reaksi sekunder seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik (Bashour, 2008; Vaughan, 2010).
23
BAB IV ANALISIS KASUS
Pada laporan kasus ini, anamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Pasien datang ke poli mata RSAY dengan keluhan mata kiri mengganjal dirasakan sejak 2 hari lalu. Keluhan timbul setelah terkena serpihan besi. Mata juga memerah dan berair, dirasakan semakin lama semakin berat disertai nyeri sehingga aktivitas pasien terganggu. 2 hari yang lalu pasien merasakan pandangan mulai
kabur secara
perlahan-lahan di mata kiri. Keluhan ini mengarah pada terdapatnya benda asing berupa serpihan besi pada mata kiri pasien.
Keluhan ini mengarah pada terdapatnya benda asing berupa serpihan besi pada mata kiri pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan ofthalmologi didapatkan visus OD 6/6 dan OS 6/9, palpebra superior OS edema (+), spasme (+), konjungtiva bulbi OS injeksi (+), konjungtiva palpebra OS hiperemis (+) dan kornea OS corpal gram di parasentral
inferior (+), infiltrat (+). Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan
bahwa pada mata kiri pasien terdapat benda asing pada daerah kornea. Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea.
24
Penatalaksanaan pada pasien berupa terapi medikamentosa. Terapi medikamentosa yang diberikan berupa pemberian antibiotik topikal Levofloksasin pada mata kiri setiap jam dan antibiotik sistemik Ciprofloxacin 2x500mg untuk mencegah terjadinya infeksi, steroid berupa Metil prednisolon tablet 3x 4mg diberikan untuk menekan proses inflamsi. Asam mefenamat tablet 3x 500mg diberikan untuk meredakan nyeri serta ranitidin 2x1 tablet untuk mengurangi efek samping pada asam mefenamat dan metil prednisolon. Tindakan berupa ekstraksi Corpal dengan anestesi lokal (Panthocain) setelah OS tenang merupakan terapi utama yang harus dilakukan pada pasien. Tindakan ini selain untuk penanganan gejala juga untuk mencegah komplikasi penyakit pasien lebih lanjut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bashour
M.,
2008.
Corneal
Foreign
Body.
Available
on
http://emedicine.medscape.com/ article/ Guython, Arthur C. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI Jakarta. Stephen, Sue. 2005. How to remove a corneal foreign body. Comm eye health. 18 (55): 110. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2010. Widya Medika Jakarta.
26