38 6 670KB
Ujud Kelainan Kulit Ujud Kelainan Kulit atau “Efloresensi” adalah kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata telanjang (secara objektif) dan bila perlu dapatdiperiksa dengan perabaan. Untuk mempermudah dalam pebuatan diagnosis, ruam kulit dibagi menjadi beberapa kelompok. Menurut terjadinya, efloresensi dibagi atas 2: 1. PRIMER a. Bulla dan Vesikel Bulla adalah lesi yang terisi oleh cairan dengan ukuran < 0.5 cm sedangkan vesikel > 0.5 cm. Dapat terjadi intraepidermal dan subepidermal. Pada intraepidermal lesi tersebut longgar dan mudah pecah dan subepidermal tegang dan tidak mudah pecah Patofisiologi Terjadi karena plasma yang bocor dari pembuluh darah mengisi ruang epidemis sehingga terjadi penumpukan cairan.
Vesikel
Bulla
Vesicles/Vesikel, merupakan lepuh atau gelembung kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan dalam epidermis, biasanya diisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada anak-anak yang menderita eksema. Ukuran biasanya < 1 cm (diameter). Jika berisi darah disebut vesikel hemoragik. Jenis : Subcorneal, Intraepidermis, subepidermis, misalnya pada varisela, herpes zoster.
Bulla, merupakan penonjolan kulit mirip dengan vesikel, berisi cairan yang terbendung oleh lapisan epidermis dengan diameter lebih dari 1 cm, dan berbentuk gelembung. Jika vesikel/bula berisi darah disebut vesikel/bula hemaragik . Jika bula berisi nanah disebut bula purulen. Contoh bulla terdapat pada penyakit pemfigoid bullosa, pemfigus, luka bakar.
b. Makula dan Patch Makula adalah lesi kulit yang datar dimana terjadi perubahan warna kulit yang dapat berbatas tegas atau samar dibandingkan dengan kulit sekitarnya dengan ukuran < 0.5 cm, sedangkan patch berukuran > 0.5 cm. Patofisiologi Makula Hiperpigmentasi terjadi karena peningkatan sekresi melanin. Makula Hipopigmentasi terjadi karena penurunan atau tidak adanya sintesis melanin. Makula Eritem terjadi karena dilatasi pembuluh darah, ekstravasasi selsel darah merah kepermukaan kulit.
Makula
Patch
Makula, kelainan kulit yang mengalami perubahan warna yang tidak diserta penojolan kulit dan tidak ada lekukan pada kulit. Biasanya berdiameter kurang dari 1 cm. Contoh makula terdapat pada: Ephilide/Freckle, Henoch Schonlein Purpura. Dengue Fever
c. Papul, Nodul, dan Plak Papul adalah massa solid dengan ukuran < 0.5 cm, sedangkan nodul berukuran > 0.5 cm. Adapun Plak adalah suatu lesi dengan peninggian yang permukaannya datar di banding dengan kulit normal dibawahnya. Patofisiologi Terjadi karena peradangan yang sebagian besar terjadi di dermis. Kemudian komponen-komponen peradangan tersebut membentuk masa yang solid
Nodul
Papul
Plak
Nodul, kelainan kulit dengan massa padat, teraba dalam, batas jelas, terletak di kutan atau subkutan, ukuran sampai 1 cm (jika diameter 1cm. Plak dapat terjadi karena perluasan suatu papula, tetapi dapat juga karena gabungan atau konfluensi dari beberapa papula. Contoh plaque terdapat pada: Psoriasis, Keratosis aktinik.
d. Kista Kista adalah suatu ruangan berkapsul dengan epitel yang terdiri dari cairan atau dari bahanbahan semi solid berupa sel-sel yang telah mati atau produk-produk sel itu sendiri, seperti keratin. Patofisiologi Terjadi karena peradangan sehingga komponen-komponen peradangan tersebut membentuk masa yang semisolid. Kista
Kista, penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi cairan serosa atau padat atau setengah padat, serta berada dalam jaringan subkutan atau dermis, contoh : Kista sebasea, kista epidermoid.
e. Urtika
Urtika adalah penonjolan di atas permukaan kulit akibat edema setempat dan dapat hilang perlahanlahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa, dan gigitan serangga Patofisiologi Terjadi karena edema atau pembekakan yang dihasilkan oleh kebocoran plasma melalui dinding pembuluh darah di bagian atas dermis. Urtika
Urtika, kelainan kulit dengan gambaran penonjolan di atas kulit, sering tidak teratur,ukuran dan warna bervariasi disebabkan oleh gerakan cairan serosa kedalam dermis tidak mengandung cairan bebas dalam rongga, serta dapat hilang perlahan-lahan. Contoh urtika terdapat pada: dermatitis medikamentosa dan gigitan serangga.
f. Pustula Pustula adalah lesi kulit yang terisi dengan pus dibagian epidermis Patofisiologi Terjadi karena infeksi bakteri menyebabkan penumpukan eksudat purulen yang terdiri dari pus, leukosit dan debris.
Pustula
Pustule/Pustula, merupakan vesikel besar (bula) yang mengandung pus. Biasanya ditemukan pada penyakit pemfigus neonatorum, variola, varisela, psoriasis pustulosa, folikulitis.
2. SEKUNDER a. Sikatriks Sikatriks/scar adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah hilang. Jaringan ikat ini dapat lebih cekung dari kulit sekitarnya (sikatriks atrofi), dapat lebih menonjol (sikatriks hipertrofi), dan dapat normal (uetrofi/luka sayat). sikatriks tampak licin, garis kulit dan adneksa hilang. Patofisiologi Terjadi karena proliferasi jaringan fibrosa digantikan oleh jaringan kolagen setelah terjadinya luka atau ulserasi.
Sikatriks
b. Erosi Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spinosum. kulit tampak menjadi merah dan keluar cairan serosa, misalnya pada dermatitis kontak Patofisiologi Terjadi karena adanya trauma sehinggga terjadi pemisahan lapisan epidermis dengan laserasi rupture vesikel atau bula dan nekrosis epidermal. Erosi
c. Likenifikasi Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan kulit tampak lebih jelas. Patofisiologi Terjadi karena perubahan kolagen pada bagian superficial dermis menyebabkan penebalan kulit.
Likenifikasi
d. Eksoriasi Eksoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampak merah disertai bintik-bintik perdarahan. ditemukan pada dermatitis kontak dan ektima. Patofisiologi Terjadi karena adanya lesi yang gatal sehingga di garuk dan dapat menyebabkan perdarahan.
Eksoriasi
e. Krusta Krusta adalah onggokan cairan darah, nanah, kotoran, dan obat yang sudah mengering diatas permukaan kulit misal impetigo krustosa. Krusta dapat berwarna hitam, merah atau coklat. Patofisiologi Terjadi karena ketika papul, pustule, vesikel bulla mengalami rupture atau pecah cairan atau bahan-bahan yang terkandung di dalamnya akan mengering.
Krusta
f. Atrofi Atrofi adalah pengurangan ukuran sel, organ atau bagian tubuh tertentu. Patofisiologi Penurunan jaringan ikat retikuler dermis sehingga menyebabkan penekanan permukaan kulit yang reversible.
Atrofi
g. Abses Abses adalah efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah di dalam jaringan. misalnya abses Bartholini dan abses banal. Patofisiologi Terjadi akumulasi bahan-bahan purulen di bagian dalam dermis atau jaringan subkutan
Abses