Pedoman Rujukan [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lainnya yang lebih ahli. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (Permenkes 922/2008). Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.

B. TUJUAN PEDOMAN a. Tujuan khusus Terwujudnya penyelanggaraan rujukan dengan mutu tinggi serta mengutamakan keselamatan pasien. b. Tujuan umum -

Pelayanan rujukan dapat berjalan dengan baik berdasarkan SPO sehingga keselamatan pasien dapat dimaksimalkan.

-

Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata,terjangkau dengan pengutamaan pada upaya preventif dan kuratif.

-

Menciptakan rujukan dengan pelayanan yang nyaman dan lingkungan yang aman.

-

Menjadi instalasi rawat jalan dengan SDM yang berbelas kasih, asertif, profesional, tim, dan sejahtera.

A. RUANG LINGKUP PELAYANAN  Kegiatan Yang Tercakup Dalam Sistem Rujukan 1.

Pengiriman pasien

Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang lebih lengkap. Unit pelayanan kesehatan yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke sarana kesehatan yang mengirim, untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya. 2.

Pengiriman spesimen atau penunjang diagnostik lainnya a.

Pemeriksaan: Bahan Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang dirujuk, dikirimkan ke laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik rujukan guna mendapat pemeriksaan laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik yang tepat.

b.

Pemeriksaan Konfirmasi Sebagian Spesimen yang telah diperiksa di laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit atau laboratorium lainnya boleh dikonfirmasi ke laboratorium yang lebih mampu untuk divalidasi hasil pemeriksaan pertama.

 Jenis-jenis rujukan (menurut lingkup pelayanan) 1.

Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. a. Transfer Of Patient Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut. b. Transfer Of Specimen Pengiriman bahan bahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak lanjut. c. Transfer Of Knowledge / personel Pengiriman dokter / tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

2.

Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, survei epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular, pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah, pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam. Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal. Rujukan vertikal merupakan

rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan. Rujukan horizontal adalah rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan vertikal dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila: a. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya; b. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut; c. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan / atau ketenagaan. Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan / atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila: a.

Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;

b.

Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan / atau ketenagaan.

 Perujuk sebelum melakukan rujukan harus: 1.

Melakukan pertolongan pertama dan / atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan;

2.

Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat; dan membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.

 Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat: a.

Identitas pasien;

b.

Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan;

c.

Diagnosis kerja;

d.

Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;

e.

Tujuan rujukan; dan

f.

Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.

 Kewajiban Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pengirim Rujukan: a.

Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarganya bahwa karena alasan medis pasien harus dirujuk, atau karena ketiadaan tempat tidur pasien harus dirujuk;

b.

Melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju sebelum merujuk;

c.

Membuat surat rujukan dengan melampirkan hasil diagnosis pasien dan resume catatan medis;

d.

Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan;

e.

Sebelum dikirim, keadaan umum pasien sudah distabilkan lebih dahulu dan stabilitas pasien dipertahankan selama dalam perjalanan;

f.

Pasien harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan umum pasien dan mampu menjaga stabilitas pasien sampai pasien tiba di tempat rujukan;

g.

Tenaga Kesehatan yang mendampingi pasien menyerahkan surat rujukan kepada pihak yang berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan.

B. BATASAN OPERASIONAL a. Pelayanan poliklinik 1) Klinik Umum dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan dan penentuan diagnosa dan yang memeriksa adalah dokter umum dan dokter gigi umum 2) Klinik Obgyn dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan kehamilan, konsultasi kandungan / alat kontrasepsi, penentuan diagnosa, tindakan pemasangan dan lepas alat kontrasepsi iud. yang melayani adalah dokter Spesialis.Obgyn. 3) Klinik Bedah umum dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan, penentuan diagnosa dan rawat luka. Dokter yang melayani adalah dokter Spesialis bedah umum 4) Klinik Dalam dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan dan penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah Spesialis penyakit dalam 5) Klinik Anak dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,penentuan diagnosa serta pelayanan imunisasi.Dokter yang melayani adalah Spesialis anak 6) Klinik saraf dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,penentuan diagnosa.Dokter yang melayani adalah Spesialis saraf b. Pelayanan administrasi 1) Menerima daftar dari bagian admisi untuk didata dan membagi pendistribusian ke poli pelayanan yang di tuju. 2) Mendata jumlah pasien untuk tiap tiap dokter. 3) Mencatat dan menerima pendaftaran per telepone bagi pasien yang kembali kontrol klinik yang selanjutnya akan didaftarkan ke petugas pendaftaran.

C. LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Pedoman Pelayanan Perinatal Pada Rumah Sakit Umum kelas C Dan D Departemen Kesehatan 1991. 4. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 5. Standar Asuhan Keperawatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1997

6. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1999. 7. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001. 8. Standar Peralatan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001. 9. Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001. 10. Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005. 11. Dasar-dasar Asuhan Kebidanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005. 12. Pedoman Penanggulangan KLB – DBD Bagi Keperawatan di RS Dan Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006. 13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. 14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 971/MENKES/PER/XI/2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan. 15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. 16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. 17. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. 18. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di instalasi rawat jalan adalah : a.

Tenaga medis Tenaga medis yang ada di instalasi rawat jalan adalah tenaga medis yang bersertifikat,dan berkompeten dibidangnya dalam arti sudah lulus dari pendidikan kedokteran baik sebagai dokter umum maupun dokter spesialisesialis serta lulus dalam kredential yang di lakukan oleh komite medik b.

Tenaga perawat Untuk menunjang pelayanan perawatan di instalasi rawat jalan harus di dukung oleh tenaga perawat yang memiliki ketrampilan, pendidikan dan pelatihan yang mendukung dalam pelayanan instalasi rawat jalan.

c.

Tenaga kesehatan lain Dalam hal ini tenaga kesehatan lain juga juga diperlukan oleh instalasi rawat jalan untuk mendukung berjalannya pelayanan rawat jalan, diantaranya ahli gizi, farmasi, dan pekarya kesehatan yang terdidik dan terlatih

Tabel 1. Klasifikasi fasilitas pelayanan Kesehatan dalam sistem rujukan

Jenjang Rujuka Pengertian Fasyankes N Tingkat Pertama (Ayat 2, Ps 2 dan 3)

Mampu memberikan pelaya- yanan Kesehatan Perseorangan/Medik Tk. Pertama

Fasilitas PelayananKesehatan 1. Klinik Puskes (di Pus kesmas & Pusk. TT) 2. Klinik Pratama (Pe merintah &

Monitoring dan Evaluasi oleh 1. Ka. Dinkes Kab/ kota 2. Organisasi Profesi Cabang Kab/ kota

Swasta)

3. Praktek di-laksankan Perseorangan oleh dokter/ Dr/Drg dok- ter gigi dan khusus untuk 4. RS Sakit Pratama pe- layanan maternal & neonatal phisiologis dan kondisi ter- tentu ditolong Bidan Fasyankes Tkt dua (Ayat 2, Pasal 4)

Fasyankes Tkt tiga (Ayat 2, Pasal 5)

Mampu memberikan layanan Kesehatan perseorangan spesialistik

1. RS Kelas D atau Kelas C 2. RS Kelas B Non Pendidikan, (Milik Pemerintah ABRI/ POLRI/BUMN, Swasta

Mampu 1. RS kelas B memberikan Pendidikan/A, di layanan Propinsi, Kesehatan per 2. RS A Rujukan Utaseorangan Sub ma Umum/ Khusus spesialistik Nasional, di Pusat

1. Kadinkes Prop. 2. Organisasi profesi cabang pro-pinsi

1. Dir. BUKR 2. Dirjen BUK, 3. Organisasi pro- fesi, 4. Institusi Pendd

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN Nama jabatan Sopir Perawat pelaksana

Kualifikasi formal& in formal Sma DIII

Bidan

DIII

Waktu kerja

Jumlah sdm 2 4 2

C. PENGATURAN JAGA Dalam pelayanan diinstalasi rawat jalan pengaturan jaga/ shift dinas diatur sebagai berikut Nama jabatan TIM 1 TIM 2

Jam 24 JAM 24 JAM

BAB III STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

BAB IV TATA LAKSANA RUJUKAN PASIEN A. Merujuk dan Menerima Rujukan Pasien Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari: 1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi. 2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi. 3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan. 4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut : 1. Prosedur standar merujuk pasien, 2. Prosedur standar menerima rujukan pasien, 3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien, 4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.

1.

Prosedur Standar Merujuk Pasien a. Prosedur Klinis: 1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding. 2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). 3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan. 4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi Tenaga Medis dan Tenaga Keperawatan yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulance, agar

5. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulance, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di UGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.

b. Prosedur Administratif: 1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan. 2. Membuat catatan rekam medis pasien. 3. Memberikan Informed Consernt (persetujuan / penolakan rujukan) 4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yangbersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip. 5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien. 6. Menyiarkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan tempat tujuan rujukan. 7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang bersangkutan.

2.

Prosedur Standar Menerima Rujukan Pasien. a. Prosedur Klinis: 1. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO). 2. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk dirujuk lanjut. 3. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien. b. Prosedur Administratif: 1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah diterima untuk ditempelkan di berkas rekam medis pasien. 2. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien. 3. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat inap atau pulang paksa).

4. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan / perawatan yang akan dilakukan kepada petugas / keluarga pasien yang mengantar. 5. Apabila tidak sanggup menangani, maka harus merujuk ke RSU yang lebih mampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 2 kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur selanjutnya sama seperti merujuk pasien. 6. Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.

3.

Prosedur Standar Membalas Rujukan Pasien a. Prosedur Klinis: 1. Rumah Sakit yang menerima rujukan pasien dapat mengembalikan pasien ke Rumah Sakit / Puskesmas / Klinik pengirim setelah dilakukan proses antara lain: a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan selanjutnya perlu di follow up oleh Rumah Sakit / Puskesmas / Klinik pengirim. b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis, tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah Sakit / Puskesmas / Klinik pengirim. 2. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit tersebut dalam keadaan: a. Sehat atau Sembuh. b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan. c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain. d. Pasien sudah meninggal. 3. Rumah Sakit yang menerima rujukan pasien dapat memberikan laporan / informasi medis / balasan rujukan kepada Rumah Sakit / Puskesmas / Klinik pengirim pasien mengenai kondisi klinis terakhir pasien apabila pasien keluar dari Rumah Sakit.

b. Prosedur Administratif: 1. Rumah Sakit yang merawat pasien dapat memberikan surat balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada Rumah Sakit / Puskesmas / Klinik yang mengirim pasien yang bersangkutan.

2. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan berkabar lagi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone, faksimili dan sebagainya.

4.

Prosedur Standar Menerima Balasan Rujukan Pasien a. Prosedur Klinis: 1. Pasien tiba di Rumah Sakit dengan surat pengantar. 2. Memperhatikan anjuran

tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit /

Puskesmas / Klinik yang terakhir merawat pasien tersebut. 3. Melakukan tindak lanjut dan memantau (follow up) kondisi klinis pasien. b. Prosedur Administratif: 1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanggal / jam telah ditindaklanjuti. 2. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan rujukan telah diterima.

B. Merujuk dan Menerima Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya Pemeriksaan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya dapat dirujuk apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan medik / teknik pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik yang lebih lengkap. Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang bersangkutan. Rumah sakit atau unit kesehatan yang menerima rujukan spesimen tersebut harus mengirimkan laporan hasil pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya.

Prosedur Standar Pengiriman Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya a.

Prosedur Klinis: 1. Menyiarkan pasien / spesimen untuk pemeriksaan lanjutan. 2. Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan dikirim dengan memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien dan orang lain serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan.

3. Memastikan bahwa pasien / spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan identitas yang jelas. b.

Prosedur Administratif: 1. Mengisi format dan surat rujukan spesimen / penunjang diagnostik lainnya secara cermat, informasi jenis spesimen / penunjang diagnostik lainnya pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim. 2. Mencatat informasi yang diperlukan di buku register yang telah ditentukan masingmasing instansinya. 3. Mengirim surat rujukan spesimen / penunjang diagnostik lainya ke alamat tujuan dan lembar kedua disimpan sebagai arsip. 4. Mencari informasi perkiraan balasan hasil rujukan spesimen / penunjang diagnostik lainnya tersebut.

Prosedur Standar Menerima Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya a.

Prosedur Klinis 1. Menerima dan memeriksa spesimen / penunjang diagnostik lainnya sesuai dengan kondisi pasien / bahan yang diterima dengan memperhatikan aspek : sterilisasi, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien, orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan. 2. Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk diperiksa sesuai dengan permintaan yang diinginkan. 3. Mengerjakan pemeriksaan laboratorium atau patologis dan penunjang diagnostik lainnya dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis dan cara pemeriksaan yang diminta oleh pengirim.

b.

Prosedur Administratif 1. Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya yang diterima secara cermat dan jelas, informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim. 2. Mencatat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang telah ditentukan masing-masing instansinya. 3. Memastikan kerahasiaan pasien terjamin. 4. Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format standar masing-masing sarana kepada dokter pengirim / institusi pengirim.

Prosedur Standar Mengirim Balasan Rujukan Hasil Pemeriksaan Spesimen Dan Penunjang Diagnostik Lainnya. a.

Prosedur Klinis: 1. Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera di surat rujukan specimen / penunjang diagnostik lainnya yang diterima, telah dilakukan sesuai dengan mutu standar dan lengkap. 2. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggung jawabkan. 3. Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa tidak ada tertukar dan keraguan diantara beberapa spesimen.

b.

Prosedur Administratif: 1. Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip. 2. Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan masing masing instansi. 3. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut terjaga kerahasiaannya dan sampai kepada yang berhak untuk membacanya. 4. Mengirimkan segera laporan hasil pemeriksaan kepada alamat pengirim, dan memastikan laporan tersebut diterima pihak pengirim dengan konfirmasi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan.

Alur masuk rujukan 1. Secara onlane 2. Antar rumah sakit 3. Via terpon

BAB V LOGISTIK

No

Nama Barang

Jumlah Barang

1

OKSIGEN

1

2

ALAT MEDIS

1 BOK

BAB VI KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang lebih lengkap. Unit pelayanan kesehatan yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke sarana kesehatan yang mengirim, untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya. 3.

Pengiriman spesimen atau penunjang diagnostik lainnya a. Pemeriksaan: Bahan Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang dirujuk, dikirimkan ke laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik rujukan guna mendapat pemeriksaan laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik yang tepat. b. Pemeriksaan Konfirmasi Sebagian Spesimen yang telah diperiksa di laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit atau laboratorium lainnya boleh dikonfirmasi ke laboratorium yang lebih mampu untuk divalidasi hasil pemeriksaan pertama.

 Jenis-jenis rujukan (menurut lingkup pelayanan) 3.

Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. d. Transfer Of Patient Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut. e. Transfer Of Specimen Pengiriman bahan bahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak lanjut. f. Transfer Of Knowledge / personel

Pengiriman dokter / tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatiha.

Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal. Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan. Rujukan horizontal adalah rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan vertikal dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila: e. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya; f. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut; g. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau h. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan / atau ketenagaan. Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan / atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila: a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik; b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan / atau ketenagaan.

 Perujuk sebelum melakukan rujukan harus: a. Melakukan pertolongan pertama dan / atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan;

b. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat; dan membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.  Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat: g.

Identitas pasien;

h.

Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan;

i.

Diagnosis kerja;

j.

Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;

k.

Tujuan rujukan; dan

l.

Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.

 Kewajiban Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pengirim Rujukan: a. Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarganya bahwa karena alasan medis pasien harus dirujuk, atau karena ketiadaan tempat tidur pasien harus dirujuk; b. Melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju sebelum merujuk; c. Membuat surat rujukan dengan melampirkan hasil diagnosis pasien dan resume catatan medis; d. Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan; e. Sebelum dikirim, keadaan umum pasien sudah distabilkan lebih dahulu dan stabilitas pasien dipertahankan selama dalam perjalanan; f. Pasien harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan umum pasien dan mampu menjaga stabilitas pasien sampai pasien tiba di tempat rujukan; g. Tenaga Kesehatan yang mendampingi pasien menyerahkan surat rujukan kepada pihak yang berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan.  Kewajiban Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Menerima Rujukan : a.

Menerima surat rujukan dan membuat tanda terima pasien;

b.

Mencatat kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan rujukan;

c.

Membuat diagnosis dan melaksanakan tindakan medis yang diperlukan, serta melaksanakan perawatan;

d.

Melaksanakan catatan medik sesuai dengan ketentuan;

e.

Memberikan informasi medis kepada sarana pelayanan pengirim rujukan;

f.

Membuat surat rujukan ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, apabila kondisi pasien tidak dapat diatasi, dan mengirim tembusannya kepada sarana pelayanan kesehatan pengirim pertama;

g.

Membuat rujukan balik untuk menindaklanjuti perawatan selanjutnya yang tidak memerlukan pelayanan medis spesialistik atau subspesialistik setelah kondisi pasien stabil.

1. Tujuan : 2. Terlaksananya prosedur rujukan pelayanan Kesehatan perseorangan mengikuti standar mutu1 dan keselamatan pasien sesuai dengan kriteria rujukan, di semua tingkat fasilitas pelayanan Kesehatan perseorangan di Indonesia.

3. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit WHO Collaborating

Centre for Patient Safety, dimotori oleh Joint

Commission International, Suatu badan akreditasi dari Amerika Serikat, mulai tahun 2005 mengumpulkan pakar keselamatan pasien dari lebih 100 Negara, dengan kegiatan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien, dan mencari solusi berupa sistem atau intervensi sehingga mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien dan meningkatkan keselamatan pasien. Pada tgl 2 Mei 2007 WHO Colaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan panduan “Nine Life-Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah sbb: a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication Names) b. Pastikan Identifikasi pasien c. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar e. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated) f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)

h. Gunakan alat injeksi sekali pakai i. Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan infeksi nosokomial Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Didalam instalasi rawat jalan ada beberapa standar yang harus dilaksanakan dalam keselamatan pasien : a.

Ketepatan identitas, dalam hal ini target yang harus terpenuhi adalah 100 %. Label identitas tidak tepat apabila tidak terpasang, salah pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar ( Tn,Ny,Sdr,An ) salah jenis kelamin dan salah alamat.

b.

Terpasang gelang identitas bagi pasien yang akan rawat inap, dalam hal ini target yang harus terpenuhi adalah 100 %.

c.

Bagi perawat atau petugas kesehatan yang memerlukan konsul dengan dokter via telpon harus menggunakan metode SBAR, target yang harus terpenuhi 100 %.

d.

Ketepatan penyampaian hasil penunjang harus 100 %.yang dimaksud tidak tepat apabila salah ketik, salah memasukkan diberkas pasien / list pasien lain.

e.

Ketepatan pemberian obat yang meliputi tepat identitas/pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat cara/rute (oral, parental, topikal, rektal, inhalasi ), tepat waktu dan tepat dokumentasi.

BAB VII KESELAMATAN KERJA Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjanya,perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan disekitar tempat kerja tersebut. Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap petugas medis maupun non medis dapat menerapkan sistem keselamatan kerja diantaranya ;

TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT Mengacu

kepada

standar

keselamatan

pasien

(Permenkes

1691/MENKES/PER/VIII/2011), maka Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemawe harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja mutu serta keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi,misi, dan tujuan RS Harapan Keluarga, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit” Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit tersebut Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

A.

Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Langkah penerapan: 1.

Tingkat Rumah Sakit : a. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemawetelah memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga

b. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemawe telah memiliki kebijakan dan prosedur yang menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden. c. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemawe telah berupaya menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit. d. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.

2. Tingkat Unit Kerja/Tim : a. Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden. b. Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang dipakai di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemaweuntuk memastikan semua laporan dibuat secara

terbuka

dan

terjadi

proses

pembelajaran

serta

pelaksanaan

tindakan/solusi yang tepat

B. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di seluruh jajaran Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemawe. Langkah penerapan : 1. Tingkat Rumah Sakit : a. Direksi bertanggung jawab atas keselamatan pasien b. Telah dibentuk Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien yang ditugaskan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan keselamatan pasien c. Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat jajaran Direksi maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit d. Keselamatan Pasien menjadi materi dalam semua program orientasi dan pelatihan di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemawe. dan dilaksanakan evaluai dengan pre dan post test. 2. Tingkat Unit Kerja/Tim : 

Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin gerakan Keselamatan Pasien



Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien



Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden

C. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah. Langkah penerapan: 1. Tingkat Rumah Sakit : a. Telah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf b. Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Manajer Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemawe c. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien. 2. Tingkat Unit Kerja/Tim: a. Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada Manajer terkait b. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko rumah sakit c. Lakukan

proses

asesmen

risiko

secara

teratur,

untuk

menentukan

akseptabilitas setiap risiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut d. Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.

D. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Langkah penerapan : 1. Tingkat Rumah Sakit

Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit mengacu pada Pedoman Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemawe. 2. Tingkat Unit Kerja/Tim : Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

E. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. Langkah penerapan : 1. Tingkat rumah sakit : a. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemawe memiliki kebijakan dan pedoman yang jelas tentang cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya. b. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Lhoksemawe terkait harus mampu memastikan bahwa pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden. c. Seluruh jajaran manajerial harus mampu memberi dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya. 2. Tingkat Unit Kerja/Tim : a. Pastikan seluruh personil menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden. b. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat. c. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya.

F. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN PASIEN Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.

Langkah penerapan: 1. Tingkat Rumah Sakit: a. Pastikan staf yang tekait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab. b. Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi. 2. Tingkat Unit Kerja/Tim: a. Diskusikan dalam jajaran unit/tim pengalaman dari hasil analisis insiden. b. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

G. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN PASIEN Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan. Langkah Penerapan: 1.

Tingkat Rumah Sakit : a. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi. b. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (input dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien. c. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan. d. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang dilaporkan.

2.

Tingkat Unit Kerja/Tim : a. Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman. b. Telah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan pastikan pelaksanaannya.

c. Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU A. Ketersediaan pelayanan Rujukan No. Jenis Pelayanan 1. Rawat Jalan

Indikator 1. Pengendalian proses dalam sistem standar jaminan mutu mencakup seluruh faktor yang berdampak terhadap proses seperti parameter proses, peralatan, bahan, personil dan kondisi lingkungan proses.

Standar Ambulan

keterangan

BAB IX PENUTUP

a. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. b. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut. c. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang dan / atau; d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan / atau ketenagaan.

BAB X SLOGISTIK

A. Alat Tulis Kantor No

Nama Barang

Jumlah Barang

1

Bolpoint merah

2

2

Bolpoint hitam

2

3

Pensil

1

4

Penggaris 30 cm

1

5

Tipe-x

1

6

Map Plastik

1

B. Alat Kesehatan No

Nama Barang

Jumlah Barang

1

Ventilator

1

2

Infus pump

1

3

Syring pump

1

4

Monitor

1

5

Standar infus

10

6

Ambubag

1

7

Laringoscope

1

8

Suction mobile

1

C. Barang Inventaris No

Nama Barang

Jumlah Barang

1

Meja perawat

1

2

Kursi Perawat

2

3

Lemari Obat

1

4

Troli

1

5

Al-Quran

1

6

Injil

1

7

Kursi penunggu

10

8

Bed Pasien

10

9

Kotak Sirkuit

2

Ventilator 10 \

Tabung O2

4

BAB XI DOKUMENTASI

1. 2. 3. 4.

Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi Lembar Ceklis Ambulan Lembar Pengiriman Pasien Lembar transfer pasien intra rumah sakit

Ditetapkan di Lhokseumawe Pada Tanggal 05 Januari 2019 Direktur

dr Muhammad Saiful Ahyar