39 0 456KB
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
yang
semakin
bertambah
jumlahnya
sejalan
dengan
peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Pembangunan kesehatan di Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan angka fertilitas serta menghasilkan perbaikan gizi masyarakat. Dampak positif dari pembangunan kesehatan adalah
meningkatnya
angka
harapan
hidup
yang
terlihat
dari
meningkatnya jumlah populasi penduduk usia lanjut atau lansia. Umur harapan hidup Indonesia pada tahun 2000-2005 yaitu 67, 8 tahun dan meningkat menjadi 73,6 tahun pada periode tahun 2020–2025 (Statistik Indonesia, 2007). Proyeksi Biro Pusat Statistik di tahun 2010, jumlah usia lanjut mencapai 19 juta (8,5%) dari jumlah seluruh penduduk sedangkan tahun 2025 mencapai 14,4% (Depkes RI, 2010). Jumlah yang demikian besar ini sebenarnya tidak menjadi permasalahan jika diikuti dengan kondisi lansia yang sehat. Sedangkan kebanyakan lansia mengalami berbagai macam penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke, jantung.(Depkes RI, 2010). Data menurut DepKes RI, mengenai angka kesakitan pada lansia, yaitu angka kesakitan usia 55 tahun ke atas 25,7%, usia 45-59 tahun 11,6% dan usia di atas 60 tahun 9,2%. Menurut WHO tahun 2002 dalam
1
kurun waktu 10 tahun penyakit jantung dengan prevalensi 1,1/100 penduduk menjadi penyebab utama lansia meninggal. (Cengkunek, 2009) Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas, kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik. Secara biologis lansia mengalami kemunduran dalam proses pertumbuhan organ. Secara mental lansia mengalami kemunduran perkembangan mental seperti penurunan daya ingat, kecerdasan dan kemampuan berpikir. Secara sosial ekonomi lansia mengalami kemunduran sumber pendapatan dari hasil kerja karena tidak mampu melaksanakan pekerjaan seperti ketika masih usia muda (Depkes RI, 2007). Peran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk membantu lansia. Disamping keluarga, pemerintah juga perlu memberikan intervensi untuk membantu lansia tetap mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima. Pemerintah dalam pembinaan kesehatan usia lanjut perlu tetap melibatkan berbagai sektor baik Depkes, Depsos, organisasi profesi ataupun lembaga swadaya masyarakat serta lintas program terkait (Depkes RI, 2007) yang secara teknis dilaksanakan melalui pembinaan ketenagaan, berupa peningkatan kemampuan teknis dan manajemen bagi para pengelola dan pelaksana termasuk kader kesehatan. Hal ini menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut melalui kegiatan yang di adakan di posyandu lansia diantaranya pendidikan kesehatan.
B. RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang promosi kesehatan pada lansia.
C. TUJUAN Tujuan dibuatnya makalah ini agar pembaca dapat mengetahui tentang promosi kesehatan pada lansia.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Promosi Kesehatan 1. Definisi Promosi kesehatan Promosi kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan(di Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan). Hal ini esensial, karena masing-masing program tersebut mempunyai aspek perilaku masyrakat yang perlu dikondisikan dengan promosi kesehatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat.
Yang
ingin
dicapai
melalui
pendekatan
ini
adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.( Depkes RI, 2006). Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu penggerakan dan pemberdayaan,
3
bina suasana, dan advokasi (Depkes RI, 2004). Ketiga strategi tersebut diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang tepat. Strategi
tersebut
harus
dilaksanakan
secara
lengkap
dan
berkesinambungan dalam mengubah perilaku baru masyarakat menjadi lebih baik yang diperlukan oleh program kesehatan. Lingkup promosi kesehatan mencakup diantaranya sebagai berikut : a) Strategi promosi kesehatan yaitu advokasi, bina suasana, dan gerakan (pemberdayaan) masyarakat. b) Tatanan kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat bekerja, tempat-tempat umum, dan sarana kesehatan. c) Prioritas perilaku yang akan dikembangkan berdasarkan program kesehatan yang dilaksanakan, maka kegiatan dilakukan untuk mengembangkan aspek perilaku sehat tertentu, misalnya yang berkaitan dengan kesehatan KIA, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup, Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan situasi di masingmasing tatanan. Secara definisi istilah promosi
kesehatan dalam ilmu kesehatan
masyarakat (health promotion ) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and Clark, mengatakan ada empat tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yakni : a) Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan) b) Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi) c) Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera) d) Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya kecacatan) e) Rehabilitation (pemulihan)
4
Oleh sebab itu pengertian promosi kesehatan dalam konteks ini adalah peningkatan kesehatan. Sedangkan pengertian yang kedua, promosi kesehatan
diartikan
upaya
memasarkan,
menyebarluaskan,
mengenalkan atau menjual kesehatan. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan pesan-pesan
kesehatan
atau
upaya-upaya
kesehatan,
sehingga
masyarakat menerima atau membeli (dalam arti menerima perilaku kesehatan) dan akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
2. Tujuan Promosi Kesehatan Promosi Kesehatan harus mempunyai tujuan yang jelas. Yang dimaksud tujuan dalam konteks ini adalah apa yang diinginkan oleh promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain. Tujuan umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang Kesehatan No.23/1992, maupun WHO, yakni meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun social.
Promosi
kesehatan
di
semua
program
kesehatan,
baik
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, baik kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat.
3. Sasaran Promosi Kesehatan Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Agar promosi kesehatan dapat lebih tepat sasaran, maka sasaran tersebut perlu dikenali secara lebih khusus, rinci, dan jelas melalui pengelompokan sasaran promosi kesehatan meliputi sasaran utama (primer), sasaran antara (sekunder), dan sasaran penunjang (tersier).
5
Sasaran primer adalah mereka yang diharapkan akan menerapkan perilaku baru. Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer
ini
sejalan
dengan
strategi
pemberdayaan
masyarakat
(empowerment). Sasaran sekunder adalah mereka yang dapat mempengaruhi sasaran primer. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini
akan
memberikan
pendidikan
kesehatan
kepada
masyarakat
disekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan social (social support). Sasaran tersier adalah mereka yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau penyandang dana. Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran primer tersier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
4. Strategi Promosi Kesehatan Untuk mencapai tujuan promosi kesehatan, maka perlu dilakukan strategi dalam pelaksanaan promosi kesehatan yang bekerja sama dengan tenaga
6
kesehatan dan sektor terkait. Strategi tersebut adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2006) a) Advokasi Yaitu pendekatan pimpinan dengan tujuan untuk mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Hasil yang diharapkan adalah kebijakan dan peraturan peraturan yang mendukung untuk memengaruhi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat serta adanya dukungan dana atau sumber daya lainnya. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pendekatan perorangan melalui lobi, dialog, negoisasi, debat, petisi, mobilisasi, seminar, dan lain lain. b) Bina suasana Yaitu penciptaan situasi yang kondusif untuk memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat tercipta dan berkembang jika lingkungan mendukung hal ini. Dalam hal ini, lingkungan mencakup lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik. c) Gerakan pembedayaan masyarakat Yaitu gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat mengenali dan memelihara masalah kesehatan sendiri serta untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya. Tujuan yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
5. Promosi
Kesehatan
dan
Strategi
Proteksi
Kesehatan
untuk
Komunitas Lansia Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan primer.
Promosi
kesehatan
menekankan
pada
upaya
membantu
masyarakat mengubah gaya hidup mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin 7
dan hal – hal yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep
kesehatan
lansia
harus
ditinjau
kembali
dalam
upaya
merencanakan intervensi promosi kesehatan. Filner dan Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia sebagai kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat serta untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan otonomi sampai pada tahap maksimum, tidak hanya terbebas dari penyakit. Apabila dibandingkan dengan kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam mencari informasi mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk mempertahankan kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar – benar berfokus pada perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan utama menurut usia (USDHHS, 1998). Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansia memiliki tiga tujuan: a. Meningkatkan kemampuan fungsional b. Memperpanjang usia hidup c. Meningkatkan dan menurunkan penderita ( O’Malley dan Blakeney, 1994 ) Dalam
memaksimalkan
promosi
kesehatan
lansia
di
komunitas
dibutuhkan suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada individu dan keluarga serta kelompok dan komunitas.
6. Jenis Metode Promosi Kesehatan Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi. a) Berdasarkan Teknik Komunikasi 1) Metode penyuluhan langsung. Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengansasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan
8
rumah, pertemuan diskusi (FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll. 2) Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapansecara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya denganperantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb. b) Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai 1) Pendekatan perorangan Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsungdengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain 2) Pendekatan kelompok Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran.Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain :Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain 3) Pendekatan masal Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepadasasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan iniadalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film,
B. Konsep Lansia 1. Pengertian Lansia Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurllock, 1999). 9
2. Batasan Lansia Negara – negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur lansia adalah 65 tahun dengan pertimbangan bahwa usia tersebut orang aakan pensiun. Tapi akhir-akhir ini telah dicapai konsensus yang ditetapkan oleh Badan Kesehatann Dunia (WHO) bahwa batasan umur lansia adalah 60 tahun.
3. Perubahan Pada Lansia Pada Semua Sistem dan Implikasi Klinik a.
Perubahan pada Sistem Sensoris Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan baru, berespon terhadap menginterprestasikan
masukan
sensoris
bahaya, dalam
dan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat
keengganan
karena kemunduran dari fungsi-fungsi Indra
yang
pengecapan,
dimiliki penciuman
untuk bersosialisasi
sensoris
yang
seperti penglihatan, dan
dimiliki.
pendengaran,
perabaan merupakan kesatuan
integrasi dari persepsi sensori. b. Perubahan pada Sistem Integumen Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-tonjolan
tulang,
telapak
tangan,
kaki
bawah
dan
permukaan dorsalis tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena- vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh yang terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah. Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat penurunan
jaringan
elastik,
mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokrin dan kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh 10
jaringan
penyambung,
disertai
penurunan cairan tubuh total,
menimbulkan penurunan turgor kulit.
Massa
lemak
bebas
berkurang 6,3% BB per dekade dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% perdekade. c.
Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormonlain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikro- arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat benturan ringan maupun spontan.
d. Perubahan pada Sistem Neurologis Berat otak menurun 10–20%. Beratotak ≤ 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun. Penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrite dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk disitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosomatau mitokondria. e.
Perubahan pada Sistem Kardiovaskular Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering 11
terjadi
ditandai
dengan
penurunan
tingkat
aktivitas,
yang
mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200 x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit. f.
Perubahan pada Sistem Pulmonal Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar 0,2 liter/dekade.
g.
Perubahan pada Sistem Endokrin Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheicthyrotoxicosis”.
h. Perubahan pada Sistem Renal Pada usia dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1 juta nefron dan memiliki banyak ketidaknormalan. Penurunan nefron terjadi sebesar 5-7% setiap dekade, mulai usia 25 tahun. Bersihan kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun. Nefron bertugas sebagai penyaring darah, perubahan aliran vaskuler akan mempengaruhi kerja nefron dan akhirnya mempengaruhi fungsi pengaturan, ekskresi, dan matabolik sistem renal. i.
Perubahan pada Sistem Gastrointestinal Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan
12
morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. j.
Perubahan pada Sistem Reproduksi 1) Pria Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria akibat proses menua : a) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. b) Atrofi asini prostat otot dengan area
fokus
hiperplasia.
Hiperplasia noduler benigna terdapat pada 75% pria > 90 tahun. 2) Wanita Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita akibat proses menua: a) Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi jaringan payudara dan genital. b) Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini
adalah
penurunan
osteoporosis
dan
massa
fraktur,
tulang
dengan
peningkatan
risiko
kecepatan
aterosklerosis.
13
BAB III SAP PADA LANSIA “HIPERTENSI”
A. PERSIAPAN PENYULUHAN 1. Mengenal Masalah Sebagian masyarakat menganggap bahwa hipertensi dapat diatasi oleh sendiri tanpa penanganan dokter. Pada kenyataannya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit khususnya hipertensi masih minim, hal ini ditinjau berdasarkan : a) Masyarakat menangani hipertensi hanya dengan obat seadanya tanpa mengetahui dosis yang seharusnya diberikan b) Pemilihan jenis bahan makanan yang kurang tepat c) Kurang memantau tanda dan gejala penyakit hipertensi 2. Mengenal Masyarakat Penatalaksanaan diet hipertensi yang masih rendah 3. Mengenal Wilayah Pasien dengan diagnosa hipertensi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih tidak sedikit, hal ini terbukti dengan terdapat pasien hipertensi dengan stage berbeda – beda disetiap ruang. 4. Mengenal Prioritas Prioritas masalah dari kegiatan penyuluhan kali ini yaitu hipertensi.
B. TUJUAN PENYULUHAN 1. Tujuan Umum meningkatkan pengetahuan mengenai hipertensi 2. Tujuan Khusus a. Peserta mampu mengetahui pengertian b. Peserta dapat menyebutkan pengertian hipertensi c. Lansia dapat menyebutkan penyebab hipertensi d. Lansia dapat menyebutkan tanda dann gejala hipertensi
14
e. Lansia dapat menyebut klasifikasi hipertensi f. Lansia dapat menyebutkan jenis-jenis hipertensi g. Lansia dapat mengetahui tentang cara pencegahan hipertensi h. Lansia dapat mengetahui tentang cara penatalaksanaan hipertensi
C. SASARAN PENYULUHAN Sasaran dari penyuluhan ini adalah keluarga pasien khususnya pasien hipertensi. Adapun hal-hal yang diperlukan untuk memenuhi penyuluhan kali ini adalah seperti : a. Adanya ketertarikan peserta / keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan mengenai hipertensi b. Peserta bersedia mengikuti seluruh kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir
D. MATERI PENYULUHAN 1.
Definisi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 160mmHg sistolik atau 90mmHg diastolik. (Elizabeth J.Corwin,2000)
2.
Penyebab Penyebab
hipertensi
terdiri
dari
factor
genetic
(keturunan),
bertambahnya usia dan lingkungan. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi, yakni makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas. Hipertensi sekunder, dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, Penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan alkohol, serta kehamilan. Penyebab hipertensi antara lain adalah : 15
a. Stres b. Usia c. Merokok d. Obesitas (kegemukan) e. Alkohol f. Faktor keturunan g. Faktor lingkungan (gaduh/bising) 3.
Jenis-jenis hipertensi a. Hipertensi ringan: Jika tekanan darah sistolik antara 140 – 159 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 90 – 95 mmHg b. Hipertensi sedang: Jika tekanan darah sistolik antara 160 – 179 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 100 – 109 mmHg c. Hipertensi berat: Jika tekanan darah sistolik antara 180 – 209 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 110 – 120 mmHg
4.
Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang biasanya terjadi yaitu : a. Pusing b. Rasa berat di tengkuk c. Mudah marah d. Telinga berdenging e. Sukar tidur f. Sesak nafas g. Mudah lelah h. Mata berkunang-kunang Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: a. Sakit kepala b. Kelelahan c. Mual d. Muntah e. Sesak nafas 16
f. Gelisah g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. 5.
Komplikasi Komplikasi hipertensi antara lain: a. Penyakit jantung (gagal jantung) b. Penyakit ginjal (gagal ginjal) c. Penyakit otak (stroke)
6.
Pengobatan Pengobatan hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut: a. Pengobatan farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan atas ijin dokter b. Pengobatan non farmakologis yaitu dengan : 1) Mengurangi asupan garam dan lemak 2) Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan minum alkohol 3) Berhenti merokok bagi yang merokok 4) Menurunkan berta badan bagi yang kegemukan 5) Olah raga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda, berenang 6) Menghindari ketegangan 7) Istirahat cukup 8) Hidup tenang c. Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi 1) Kontrol teratur 2) Minum obat teratur 3) Diit rendah garam dan lemak
7.
Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain: a. Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan melinjony 17
b. Buah-buahan keculi buah durian c. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap dan tuna d. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan diutamakan putih telurnya saja e. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak mengandung lemak) 8.
Makanan yang perlu dihindari a. Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant, minuman kaleng b. Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing c. Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu asin
E. METODA PENYULUHAN Metoda yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah ceramah dan diskusi.
F. MEDIA PENYULUHAN Media yang digunakan pada kegiatan penyuluhan ini adalah infokus dan leaflet.
G. MELAKUKAN EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Pemateri memantapkan materi yang akan disampaikan b. Persiapan alat-alat yang akan digunakan c. Penentuan waktu dan tempat yang sesuai 2. Evaluasi Proses a. Ketepatan waktu yang berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan b. Adanya respon yang baik dari peserta penyuluhan 18
c. Mengalihkan perhatian peserta pada saat pemateri melakukan kesalahan
H. RENCANA PENYULUHAN Hari/tanggal
: Sabtu, 09 Februari 2020
Waktu
: 10.00 – 11.00 Wita
Tempat
: Puskesmas Wilayah Samata
I. PELAKSANAAN KEGIATAN
19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui
peningkatan
pengetahuan,
kemauan,
dan kemampuan
serta
mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukandari, oleh dan untuk masyarakat sesuai denagn faktor budaya setempa. Tujuan dari promosi kesehatan ini adalah tujuan pendidikan, tujuan saran, dan tujuan perilaku. Sasaran dari promosi kesehatan adalah sasaran primer, sekunder dan tersier. Stretegi dalam promosi kesehatan adalah advokasi, bina usaha, dan gerakan pemberdayaan masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan medic, pendekata perilaku, pendekatan edukasional, perubahan pada klien, pendekatan social. Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurllock, 1999). Batasan umur lansia adalah 60 tahun berdasarkan WHO. Promosi kesehatan pada lansia dengan metode demonstrasi diberikan agar lansia mudah memahami apa yang disampaikan penyuluh serhubungan dengan penurunan fungsi organnya.
B. Saran Dengan pemaparan dalam makalah ini diharapkan mahasiswa dan tenaga kesehatan ainnya mampu menerapkan promosi kesehatan pada lansia dengan metode demonstrasi. Perawat dan tenaga kesehatan harus bekerja sama dengan keluarga dan masyarakat demi terjadinya keberhasilan acara promosi kesehatan.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/22899391/Promkes_pada_Lansia_dengan_Metode_De monstrasi https://www.academia.edu/31370077/PROMOSI_KESEHATAN_PADA_DEWA SA_DAN_LANSIA https://www.scribd.com/doc/126869298/makalah-promkes-lansia
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
21