37 1 784KB
MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN II
MANAJEMEN PERSEDIAAN Dosen Pembimbing : Fika Fitriasari, S.E., M.M
Oleh : Kelompok 4 EBTANTO ADI NUGROHO
09610385
WEMY WILDA AMALIA
201110160311321
RUSMIN
201110160311336
SATRIO BAGUS K.
201110160311353
DIAN SOFYIAN A.
201110160311358
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN AJARAN 2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Syukur alhamdulilah kita haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya, kita selalu di beri kesehatan sampai pada saat ini. Shalawat dan salam kita haturkan selalu kepada junjungan Nabi kita yaitu Rosululloh SAW, beliaulah Guru dari segala Guru yang mengajarkan kita tentang Ilmu yang bermanfaat Dunia dan Akhirat. Dan dengan adanya izin dari Allah SWT kami selaku Pemakalah dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “ MANAJEMEN PERSEDIAAN“ Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tujuan untuk menambah wawasan kita tentang ilmu manajemen keuangan II, dan untuk memudahkan kita dalam ujian semester nanti, amin Ya Rabbal Alamin. Dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya makalah ini, kami sebagai pemakalah sangat banyak mendapat bantuan, doa, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak, dan kami ingin mengucapkan banyak Terima Kasih kepada : 1. Kedua orang tua kami 2. Ibu Fika Fitriasari, S.E., M.M. Selaku Dosen Pembimbing. 3. Semua pihak yang telah membantu kami. Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penulis dapat menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, dengan ini harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak. Wassalamualaikum Wr.Wb
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang ..............................................................
1
1.2. Identifikasi Masalah ....................................................
2
BAB II MANAJEMEN PERSEDIAAN 2.1 Pengertian Manajemen Persediaan ..............................
3
2.2 Jenis-jenis Persediaan ..................................................
4
2.2.1 Jenis Persediaan Menurut Fungsinya ..................
5
2.2.2 Jenis Persediaan Menurut Cara Pengolahannya dan Posisi Barang ................................................
6
2.2.2 Persediaan Hubungan antara Produksi dan Penjualan Produk dan Posisi Barang ..................
6
2.3 Alasan Memiliki Persediaan ........................................
7
2.4 Fungsi dan Manfaat Manajemen Persediaan ...............
8
BAB III PERTIMBANGAN MANAJEMEN PERSEDIAAN 3.1 Prinsip Pengendalian Manajemen Persediaan .............
9
3.2 Pertimbangan Manajemen Persediaan .........................
10
3.3 Metode Perhitungan Manajemen Pemasaran ...............
11
3.3.1 Model Economic Order Quantity (EOQ) .............
12
3.3.2 Model Periodic Order Quality (POQ). .................
18
3.3.3 Model Quantity Discount Model (QDM) ............
18
3.3.4 Model Analisis ABC. ...........................................
19
3.3.5 Model Just In Time (JIT) .....................................
21
3.4 Pengawasan Persediaan ...............................................
21
BAB IV STUDI KASUS 4.1 Pembahasan Kasus ..................................................... ii
23
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan .................................................................
27
5.2 Saran ...........................................................................
27
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR Gambar i : Grafik Ilustrasi Pemesanan Ulang ................
17
Gambar ii : Kurva Analisis ABC .......................................
20
Gambar iii : Grafik EOQ ..................................................
25
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Sejalan dengan laju perkembangan yang terus berkembang di Indonesia, maka banyak bermunculan perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Tujuan utama suatu perusahaan yaitu memperoleh laba seoptimal mungkin dan mengawasi berjalannya perusahaan serta berkembangnya perusahaan, maka hal yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah mengadakan penilaian terhadap persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Hal ini dilakukan karena persediaan bagi kebanyakan perusahaan merupakan salah satu modal kerja yang sangat penting didalam suatu perusahaan, dimana prosedurnya terus menerus mengalami perubahan dan perputaran. Dalam suatu perusahaan, pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu dari beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus meneru diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, system akuntansi itu sendiri harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang mengganggu jalannya operasi perusahaan. Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir dinilai terlalu rendah dan mengakibatkan harga pokok barang yang dijual terlalu rendah, maka pendapatan bersih akan mengalami peningkatan. Begitu juga dengan lamanya persediaan yang tersimpan digudang akan mempengaruhi biaya sehingga kemungkinan akan terjadinya kerusakan yang mengakibatkan kerugian dan kemungkinan juga persediaan akan kadaluarsa sehingga tidak laku dipasar. Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa persediaan sangat penting artinya bagi perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih mengetahui dan memahami bagaimana persediaan dimanage secara benar yang diterapkan dalam suatu perusahaan agar membawa manfaat yang baik dalam pencapaian laba yang
1
diinginkan. Menurut prinsip-prinsip akuntansi persediaan merupakan barang dagang yang disimpan kemudian dijual dalam operasi normal perusahaan. .
Seseorang manajer hendaklah mempelajari dan memahami secara keseluruhan
tentang manajemen persediaan. Sehingga seorang manajer dapat mengetahui keadaan bahan persedian disebuah perusahaan secara langsung dilapangan, bukan sekedar yang termuat di laporan atau dikertas semata. Dan yang paling penting, seorang manajer tau persis metode perhitungan persediaan seperti apa yang akan digunakan dalam perusahaannya. Dengan demikian apabila seorang manajer menghadapi situasi yang berkenaan dengan persediaan, manajer tersebut dengan cepat dan mudah dalam mengambil keputusan yang tepat.
1.2
Identifikasi Masalah Mengingat betapa pentingnya manajemen persediaan bagi suatu perusahaan, manajer atau penengusaha dalam berbisnis. Maka, keberadaannya selalu dibutuhkan oleh pelaku bisnis atau pengusaha untuk dipelajari dan dianalisis guna mencari, merencanakan dan menerapkan strategi mana yang cocok dalam mengelola persediaan sehingga mampu mengoptimalkan keuntungan dalam perusahaan. Dengan demikan kita perlu mengetahui, mempelajari dan memahami apa itu manajemen persediaan?. Dalam mempelajari manajemen persediaan, kita tidak akan terlepas oleh teori-teori yang berkaitan dengan persediaan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam penulisan makalah ini kelompok kami berusaha untuk memudahkan pembahasan, supaya lebih mudah dalam penyampaiannya. Maka, kami hanya memaparkan masalah-masalah sebagai berikut : -
Apa itu Manajemen Persediaan?
-
Apa saja jenis manajemen persediaan?
-
Apa pertimbangan di dalam manajemen persediaan?
-
Seperti apa bentuk pengaplikasiannya terhadap suatu perusahaan?
-
Dan, Studi kasus mengenai manajemen persediaan.
Dengan pengidentifikasian beberapa masalah diatas kami juga memberikan beberapa contoh yang nyata serta mudah dipahami.
2
BAB II MANAJEMEN PERSEDIAAN
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang Manajemen Persediaan. Terlebih dahulu kita mengetahui apa itu manajemen pemasaran, baik itu meliputi bentuknya, seluk beluknya dan juga manfaatnya bagi seorang manajer atau sebuah perusahaan. Dalam perkembangannya, manajemen persediaan tidak semudah yang dipikirkan. Manajemen Persediaan yaitu bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia dalam perusahaan pada saat diperlukan untuk menjamin kelancaran dalam menjalankan perusahaan. Manajemen persediaan diperlukan untuk perusahaan dibidang industri manufaktur dan perdagangan saja. Hal ini dikarenakan dalam aktifitas industri manufaktur dan perdagangan didalamnya terdapat persediaan-persedeiaan. Berbeda dengan perusahaan jasa yang tidak terdapat persediaan bahan baku atau persediaan bahan dangang unutk dijual kembali. Persediaan dapat dikategorikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi dan barang dalam proses.
2.1 Pengertian Manajemen Persediaan Pada awal bab ini telah disinggung sedikit mengenai arti manajemen persediaan. Memang benar persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan perusahaan industry serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber utama pendapatan perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan. Istilah persediaan memberikan pengertian yang berbeda-beda tetapi pada dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama. Berikut pendapat para ahli mengenai manajemen persediaan:
3
1. C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl S. Wareen “istilah persediaan (inventories) merupakan barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi perusahaan dan merupakan barang yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu”.
2. Prawirosentono Persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku / raw material, bahan setengah jadi / work in process dan barang jadi / finished goods).
3. Ikatan Akuntansi Indonesia. Menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, Manajemen persediaan merupakan: a. Tersedia untuk dijual (dalam kegiatan operasi normal) b. Dalam proses produksi ( dalam kegiatan usaha normal) c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supllies) untuk digunakan proses produksi atau pemberian jasa
Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan. Persediaan barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual yang merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industry. Penjualan barang dagangan merupakan sumber utama penghasilan bagi perusahaan, karena sebagian besar sumber perusahaan tertanam dalam persediaan.
2.2 Jenis-jenis Persediaan Jenis persediaan setiap perusahaan tidaklah sama. Karena setiap perusahaan membutuhkan bahan persedian bergantung pada aktivitaas produksi yang dikerjakan. Namun, secara teori persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan atas:
4
2.2.1 Jenis Persediaan Menurut Fungsinya a. Bacth Stock/Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi, dalam hal ini pembelian atas pembuatan yang dilakukan dalam jumlah besar sedangkan penggunaan atau pengeluarannya dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan barang atau bahan yang dilakukan lebih banyak lagi yang dibutuhkan. Keuntungan yang akan diperoleh dari adanya Bacth Stock/Lot Size Inventory ini adalah : -
Memperoleh potongan harga pada harga pembelian
-
Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economic) karena adanya operasi (production run) yang lebih lama.
-
Adanya penghematan dalam biaya pengangkutan
b. Fluctuation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan yang dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.
c. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan/penjualan atau permintaan yang meningkat. Disamping itu, menurut Rangkuti Freddy dalam buku Manajemen Persediaan, “anticipation stock juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produksi atau untuk menghindari kemacetan produksi”.
5
2.2.2 Jenis Persediaan Menurut Cara Pengolahannya Dan Posisi Barang a. Persediaan bahan baku (Raw Material Stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi.
b. Persediaan bagian produksi / parts yang dibeli (Purchased Parts/Component Stock) yaitu persediaan barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain yang dapat secara langsung tanpa melalui proses produksi selanjutnya.
c. Persediaan bahan pembantu / bahan-bahan pelengkap (supplier Stock), yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
d. Persediaan barang setengah jadi / barang dalam proses (Works in Process/Progress), yaitu barang-barang yang dikeluarkan dari tiap-tiap bagian dalam suatu pabrik atau bahan-bahan yang diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
2.2.3 Persediaan Hubungan antara Produksi dan Penjualan Produk. Perseddiaan dalam kategori hubungan antara produksi dan penjualan produk terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Perusahaan Dagang. - Persediaan barang dagangan. b. Perusahaan Manufaktur - Persediaan bahan baku - Persediaan barang dalam proses - Persediaan barang jadi
6
2.3 Alasan Memiliki Persediaan Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang. Jadi, meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan melakukan pemesanan ,persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga mendorong jumlah persediaan yang besar. Alasan yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah yang relative besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan akan bahan atau produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat berfungsi sebagai penyangga, yang memberikan perusahaan kemampuan untuk memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan merasa puas. Secara umum alasan untuk memiliki persediaan disebuah perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan. 2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman. 3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat : a. Kerusakan mesin b. Kerusakan komponen c. Tidak tersedianya komponen d. Pengiriman komponen yang terlambat 4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan. 5. Untuk memanfaatkan diskon 6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang
7
2.4 Fungsi dan Manfaat Manajemen Persediaan Menurut Handoko Manajemen Persediaan memiliki banyak sekali fungsi dan manfaat dalam sebuah perusahaan. Beberapa fungsi dari manajemen persediaan dapat mempengaruhi kestabilan, kelancaran, keuntungan sebuah perusahaan. Fusngsi-fungsi terrsebut antara lain yaitu: a. Fungsi Decoupling Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintan langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut: -
Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan pengiriman.
-
Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat lebih leluasa dalam berbuat.
-
Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.
b. Fungsi Economic Lot Sizing Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit produk. c. Fungsi Antisipasi Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang barang selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra. Persediaan antisipasi ini penting agar proses produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan seaseonal inventory (persediaan musiman). Adapun manfaat dari persediaan adalah menjamin kebebasan atau kelancaran kegiatan operasional internal dan eksternal sehingga permintaan pelanggan dapat terpenuhi tanpa tergantung pemasok. 8
BAB III PERTIMBANGAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Mengingat peranan dan fungsi manajemen dalam perusahaan begitu penting, maka seorang manajer dalam mengambil keputusan atau kebijakan harus mempertimbangkan sesuatu dengan matang dan teliti. Sehingga dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tidak merugikan sebuah perusahaan yang dikelolanya. Pertimbangan pertimbangan yang harus di perhatikan tidaklah semudah mengucapkan kata-kata. Melainkan harus dilakukan sebuah evaluasi dan metode-metode perhitungan manajemen persediaan. Tujuannya tidak lain untuk meminimalisasi persediaan dan menciptakan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada bab ketiga ini akan membahas tentang hal-hal dan beberapa metode perhitungan persediaan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan seorang manajer dalam memanajemen perseediaan.
3.1 Prinsip Pengendalian Manajemen Persediaan Prinsip dalam mengendalikan persediaan sangat diperlukan dalam Manajemen persediaan. Hal ini dikarenakan prinsip persediaan dijadikan sebagai salah satu landasan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Menurut Matz, sistem dan teknik pengendaliaan persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: a. Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan suku cadang, tambahan biaya pekerja dan overhead untuk mengelola bahan menjadi barang jadi. b. Persediaan berkurang melalui penjualan dan perusakan. c. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi merupakan hal yang esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien. d. Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan investasi persediaan. e. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan rencana pengendalian produksi. 9
f. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan. g. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak.
3.2 Pertimbangan Manajemen Persediaan. Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen persediaan. Baik itu dari segi biaya, waktu, proses pemesanan, dan juga dari jenis bahan persediaan yang dibutuhkan. Seorang manajer akan menganalisis itu semua dengan pertimbangan yang sudah mereka tetapkan. Berikut beberapa hal yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen persediaan:
1. Struktur Biaya Persediaan Struktur biaya persediaan dapat kita kelompokkan sesuai dengan model pemesannanya, seperti: a. Biaya per unit (item cost) b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost) -
Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
-
Biaya pengiriman pemesanan
-
Biaya transportasi
-
Biaya penerimaan (Receiving cost)
-
Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat
-
menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost) -
Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).
-
Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss). e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
10
2. Faktor yang mempengaruhi investasi dalam persediaan. Faktor ini mencakup beberapa aspek yang berkaitan dengan proses produksi dan daya tahan suatu persediaan. Beriut cakupapn dari faktor yang mempengaruhi investasi dalam persediaan: a. Tingkat Penjualan. Semakin tinggi omzet penjualan maka makin besar investasi persediaannya. Begitu juga sebaliknya. Jika omzet penjualannya rendah maka persediaan akan sedikit.
b. Sifak Teknis dan Sifat Produksi -
Produksi pesanan => persediaan beragam dan banyak
-
Produksi massal => persediaan bisa diatur
c. Lamanya Proses Produksi Jika proses produksi persediaan lama maka akan mengakibatkan BDP biayanya semakin mahal dan tidak efisien.
d. Daya Tahan Bahan Baku dan Produk Akhir -
Barang tahan lama
=> Persediaan relatif tinggi
-
Barang tahan tidak lama => Persediaan relatif rendah
-
Barang Musiman
=> Persediaan tinggii pada musimnya
e. Lama Pembelian dan pengiriman
3.3 Metode Perhitungan Manajemen Persediaan. Penanganan persediaan tidak hanya dilakukan dengan melihat semata. Tetapi, terdapat hal yang bisa dihitung untuk dijadikan sebagai bahan dalam menentukan kebijakan dalam manajemen persediaan. Perhitungan dalam manajemen persediaan banyak sekali jenisnya. Makalah ini akan membahas beberapa jenis perhitungan yang sangat penting dalam manajemen persediaan dan juga sering digunakan dalam sebuah perusahaan terutama dalam perusahaan industri manufaktur.
11
Dalam perusahaan industri manufaktur, bahan baku diproses menjadi barang jadi, kemudian dijual. Proses ini memerlukan waktu panjang sehingga modal yang diinvestasikan dalam persediaan cukup besar dan perputarannya relatif lambat. Kondisi yang demikian manajemen persediaan harus mendapatkan perhatian manajemen yang sangat serius. Kelebihan persediaan akan mengakibatkan pemborosan penggunaan modal, sedangkan kekurangan persediaan proses produksi bisa terganggu. Mengelola persediaan dalam perusahaan industri manufaktur relatif lebih sulit dibanding dengan mengelola persediaan dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan dagang, persediaan barang dagangan dibeli untuk dijual; waktu yang dibutuhkan relatif pendek, sehingga modal yang digunakan berputar relatif cepat. Manajemen persediaan dalam perusahaan industri manufaktur dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu model Economic Order Quantity atau EOQ dan Tepat Waktu atau Just in Time (JIT). Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan manajemen terhadap pemasok. Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari pemasok yang paling murah dapat menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim digunakan. Tetapi jika pemasok diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan dinyatakan satu kesatuan dalam proses produksi, maka model JIT lazim digunakan.
3.3.1 Model Economic Order Quantity (EOQ). Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola persediaan, yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung kelancaran proses produksi. Di samping itu, perusahaan juga memperhitungkan biaya persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic Order Quantity atau EOQ. EOQ akan menjawab pertanyaan berapa banyak kualitas bahan baku yang harus dipesan dan berapa biayanya yang paling murah atau paling ekonomis. Biaya-biaya dalam manajemen persediaan sudah dipaparkan dalam bab tiga dalam pertimbangan-pertimbangan manajemen persediaan. Pada bab ini kita tinggal mengaitkan biaya-biaya yang sudah dipaparkan pada bab tiga dengan metode EOQ. Pada umumnya biaya-biaya dalam manajemen persediaan saling berkaitan dan dapat mempengaruhi harga persediaan. Sehingga seorang
12
manajer harus jeli dan teliti dalam memutuskan berapa persedeiaan yang harus dibeli. Hal ini tidak bisa dilihat dari kasat mata saja tentunya. Metode ini, Manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada setiap jumlah barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan antara harga bahan baku, biaya penyimpanan yang umumnya dihitung berdasar persentase tertentu dari nilai persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam satu periode misalnya dalam satu tahun, dan biaya pesanan. Untuk itu mari kita bahas satu persatu agar lebih jelas dalam memahaminya.
1. Total Biaya Penyimpanan Persediaan ( Total Carrying Cost / TCC)
Biaya penyimpanan persediaan dalam EOQ bersifat Variabel terhadap jumlah inventori yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:
-
Total Biaya Penyimpanan
TCC = C. P. A -
Persediaan Rata-Rata
A
= Q/2 =(S/N)/2
Dimana : Q = Kuantitas Pesanan S = Penjualan Tahunan N = Frekuensi Pemesanan C = Biaya Penyimpanan P = Harga Beli Per Unit
Biaya TCC ini mencakup sewa gudang, pemeliharaan barang didalam gudang, modal yang tertanam dalam inventori, pajak dan ansuransi. Besarnya biaya TCC dapat diperhitungkan dengan dua cara yaitu berdasarkan presentasi tertentu dari nilai Inventori rata-rata dan berdasarkan biaya perunit barang yang disimpan ( dari jumlah rata-rata).
2. Total Biaya Pemesanan ( Total Ordering Cost / TOC)
Biaya pemesanan persediaan dalam bersifat Variabel terhadap frekuensi pesanan yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:
13
-
Dimana :
Total Biaya Pesanan
TOC = F. ( S / Q )
Q = Kuantitas Pesanan S = Penjualan Tahunan F = Biaya Tetap
3. Total Biaya Persediaan ( Total Inventory Cost / TIC)
Total Biaya Perseddiaan atau TIC ini didapat dari penjumlahan toatal biaya persediaan dan total biaya pemesanan. Sehingga hasilnya diketahui total biaya persediaan tersebut. Jadi rumusnya sebagai berikut:
-
Total Biaya Persediaan
TIC = TCC + TOC Atau
Dimana : Q = Kuantitas Pesanan S = Penjualan Tahunan N = Frekuensi Pemesanan C = Biaya Penyimpanan P = Harga Beli Per Unit
TIC = C.P.( Q/2 ) + F. ( S/Q )
Ketiga perhitungan diatas bertujuan untuk mengetahui besaran biaya dimasing-masing kategori. Setelah itu kita bisa mengaitkannya dengan Kuantitas Pemesanan yang Ekonomis atau dikenal dengan EOQ ( Economic Ordering Quantity Model). Terdapat dua dasar keputusan dalam model EOQ ini dalam manajemen persediaan, diantaranya yaitu: 1. Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut perlu dibeli kembali – Replenishment Cycle. 2. Kapan perlu dilakukan pembelian kembali – Reorder point.
14
Rumus Model EOQ sebagai Beriku: Dimana :
EOQ =
𝟐.𝐅.𝐒
F = Biaya Tetap S = Penjualan Tahunan C = Biaya Penyimpanan P = Harga Beli Per Unit
𝐂.𝐏
Model EOQ tidak lepas dari beberapa asumsi agar perhitungannya akurat. Berikut ini beberapa asumsi mengenai model EOQ: -
Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dulu secara pasti untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode.
-
Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
-
Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau diatas safety stock
-
Harga konstan selama periode tersebut.
Metode EOQ memiliki kaitan dengan beberapa aktifitas disebuah industri manufaktur, seperti aktifitas dalam manajemen persediaan di bawah ini: -
Permesanan ulang ( Reorder Point )
-
Persediaan Pengaman (Safety Stocks)
-
Penentuan Besaran Safety Stocks
Agar pemahaman tentang aktifitas diatas lebih mendalam lagi. Mari kita bahas perhitungan atau rumus – rumusnya sekali lagi.
a. Pemesanan Ulang ( Reorder Point ) Pada dasarnya, sebuaah perusahaan dalam mempersiapkan bahan persediaan tidak menunggu bahan perssediaan di gudang habis secara keseluruhan. Hal ini dapat menghambat dan memperlambat proses produksi didalam perusahaan tersebut. Sehingga seorang manajer akan menentukan titik minimum atau standar dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali untuk mengisi persediaan yang telah kosong.
15
Jika digambarkan dalam sebuah grafik akan berbentuk seperti dibawah ini sebagai ilustrasi:
Gambar i: Grafik Ilustrasi Pemesanan Ulang
Dari grafik tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa Rusmus Pemesanan Ulang atau Reorder Point yaitu:
Titik Pemesanan Ulang
Waktu Tunggu X Tingkat Penggunaan b. Persediaan Pengaman ( Safety Stocks ) Persediaan Pengaman ini memang disengaja disediakan oleh perusahaan untuk dijadikan alternatif pengganti terhadap perubahan tingkat penjualan atau keterlambatan produksi-pengiriman. Tujuannya tidak lain sebagai jaga-jaga agar aktifitas disebuah perusahaan tidak berhenti. Dari gambaran itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan awal mengandung safety stock. Jadi bisa di simpulkan menjadi:
Persediaan Awal
EOQ + Safety Stock Persediaan Rata-rata
( EOQ / 2 ) + Safety Stock 16
Penentuan besar kecilnya Safety Stock dipengaruhi oleh faktor pengalaman, Faktor dugaan, Faktor Biaya dan Faktor keterlambatan. Jadi, setiap perusahaan dalam menentukan besar kecilnya safety stock persediaan tidaklah sama. Contohnya sebagai berikut: Diketahui: - Penggunaan perhari 15 Kg. - Keterlambatan Pengiriman 10 hari Ditanya: -
Berapa besarnya Safety stock yang harus disiapkan??
Jawab: Safety stock = Penggunaan per hari X Kendala atau faktor-faktor = 10 x 15 kg = 150 Kg. Jadi Safety stock yang harus disediakan sebesar 150 kg.
Metode EOQ dalam manajemen persedian mempunyai kelebihan dan juga kekurangan. Sehingga kita harus mengetahuinya. Berikut beberapa kelebihan dan kelemahan dalam metode ini: - Keunggulan Model EOQ: 1. Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off) antara biaya penyimpanan dengan biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost). 2. Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau persediaan besi (safety stock). 3. Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar tertentu dan diproduksi secara massal. 4. Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada pasien yang sakit mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit dapat melayani dengan cepat.
17
-
Kelemahan Model EOQ: Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi.
3.3.2 Model Periodic Order Quality (POQ). Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah setahun. PenggunaanPOQ:
POQ digunakan sebagai pengganti EOQ, bila permintaan tidak uniform.
Formula EOQ digunakan untuk menghitung waktu antarpemesanan (economic time between orders)
POQ = EOQ/Rata2 pemakaian per minggu
Dengan POQ ini kuantitas pemesanan ditentukan oleh permintaan aktual, sehingga akan menurunkan biaya penyimpanan (carrying cost).
3.3.3 Model Quantity Discount Model (QDM). Dalam rangka meningkatkan volume penjualan seringkali perusahaan (supplier) memberikan harga yang lebih rendah kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah yang lebih besar. Jadi harga per unit ditentukan semakin murah dengan semakin banyaknya jumlah yang dibeli. Dalam model potongan harga ini kita harus mempertimbangkan trade off antara biaya pembelian dengan biaya penyimpanan, dimana semakin banyak jumlah yang dibeli maka biaya pembelian per unit akan semakin menurun, tapi di lain pihak biaya penyimpanan akan semakin meningkat
18
3.3.4 Model Analisis ABC. Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory management) untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi. Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasifikasi barang persediaan. Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi. Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003, pp. 144–145): 1. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang. 2. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang. 3. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang. 19
Besaran masing-masing kelas di atas akan membentuk suatu kurva sebagaimana terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar ii: Kurva Analisis ABC Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis ABC adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang. 2. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang. 3. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang dari masing-masing tipe barang. 4. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar. 5. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang. 6. Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang. 7. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai uang barang. 8. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat kepentingan masalah. Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan perhatian terlebih dahulu.
20
3.3.5 Model Just In Time (JIT). Salah satu metode untuk mengendalikan persediaan yang modern adalah metode Just In Time atau bisa disebut juga JIT. Metode ini bertujuan untuk meminimalkan biaya persediaan karena menggunakan metode JIT setiap pemesanan dari konsumen akan langsung di produksi. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan. Rumusan JIT yang digunakan adalah :
𝑰 + 𝑭𝟏 + 𝑿𝟐 . 𝑽𝟐 𝑿𝟏 = 𝑷 − 𝑽𝟏
Dimana : 𝑿𝟏 = Unit produk yang harus
dijual untuk mencapai laba tertentu I = Laba Sebelum Pajak 𝑭𝟏 = Total Biaya Tetap 𝑿𝟐 = Jumlah kuantitas Non Unit 𝑽𝟐 = Biaya Variable Non Unit 𝑽𝟏 = Biaya Variable per unit P = Harga Jual per unit
3.4 Pengawasan Persediaan Hakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan sampai produk jadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai, dan biaya. Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan bahan pembantu dimulai dari bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian bahan dalam proses produksi; pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan, keuangan, kehilangan, dan tingkat perputaran), biayanya, dan nilainya dala bentuk satuan uang. Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk hilang dalam proses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana penjualan, jadwal pengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu (bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah persediaannya secara fisik harus dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan. Kekurangan persediaan bahan baku dan bahan pemabantu dapat 21
mengakibatkan proses produksi terganggu, dan kekurangan persediaan barang jadi akan mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan konsumen. Sebaliknya jika terjadi kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yang ditanamkan dalam persediaan tersebut besar, dan biaya modalnya besar
22
BAB IV STUDI KASUS Pada studi kasus ini, kami hanya membahas satu metode saja dari manajemen persedian. Hal ini dikarenakan mengingat banyaknya metode dalam menganalisis dan memperhitung persedian dalam sebuah perusahaan. Metode yang kami gunakan dalam study kasus ini menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) yang biasa di gunakan di sebuah perusahaan. Studi kasus ini kami ambil dari sebuah pabrik roti yang terkenal mereknya. Sebut saja namanya Pabrik Roti S. Dari kegiatan aktifitasnya diketahui Pabrik Roti S penjualannya mencapai 2.600.000 Kg tepung terigu. Kemudian biaya pemesannanya mencapai $ 5.000. dari tepung yang dipesannya setelah sampai diperusahaan dikenakan biaya penyimpanan sebesar 2% dari harga beli. Dan harga belinya sebesar $5/Kg. Pabrik Roti S ini memprioritaskan persediaan pengaman 50.000 kg tepung terigu. Waktu pengiriman memakan waktu 2 minggu dan setiap pemesanan terigu harus dengan kelipatan 2000 Kg. Dalam perjalanan Aktifitasnya, Perusahaan tepung terigu yang biasa dijadikan langganan memberikan penawaran yang langka. Penawarannya, Jika perusahaan Pabrik Roti S membeli terigu sebanyak 650.000 Kg. Maka biaya pengiriman ditanggung oleh perusahaan tepung sebesar $ 3.500. Dari aktifitas tersebut seorang manajer disuruh Direktur Pabrik Roti S untuk membuat perencanaan besarnya persediaan yang harus disiapkan, pemesanan ulang, pembagian waktu pemesanan dalam satu tahun, biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya safety stock dan total biaya persediaan serta analisis dari penawaran perusahaan tepung tersebut.
4.1 Pembahasan Kasus Dari kasus diatas dapat disederhanakan menjadi sebagai Pokok yang diketahui dari aktifitas Pabrik Roti S meliputi: -
S / Penjualan Pabrik Roti S 2,6 juta kg terigu
-
F / Biaya pemesanan $ 5000
-
C / Biaya penyimpanan 2% dari harga beli $ 5/Kg
-
Safety Stock 50.000 Kg
-
Waktu tunggu 2 Minggu
-
Kelipatan pesanan 2000 Kg 23
-
Jika pembelian 650.000 kg dapat diskon kirim $ 3.500
Dari data diatas seorang manajer akan menghitung semua hal yang berkaitan dengan persediaan. Metode yang kami gunakan dalam menghitung masalah diatas menggunakan metode EOQ. Berikut penyelesaianya: 1. Besarnya EOQ EOQ = =
. . . .
. .
= 509902 Kg = 510.000 Kg
2. Pemesanan Ulang (Reorder Point) -
Penggunaan per minggu = 2.600.000 / 52 = 50.000 Kg
-
Titik Pemesanan Ulang = Waktu Pengiriman + Safety Stock = ( 2 Minggu x 50.000 ) + 50.000 = 100.000 + 50.000 = 150.000 Kg
3. Pemesanan Dalam Satu Tahun -
Pemesanan Dalam Satu Tahun = 2.600.000 / 510.000 = 5,098 kali Jika dijadikan hari maka 365 hari / 5,098 kali = 72 hari = 10 Minggu
-
Tingkat Pemakaian Perhari = 2.600.000 / 365 hari = 7.123,29 Kg = 7.124 Kg / hari
24
4. Biaya Penyimpanan / TCC -
TCC = C.P.A atau TCC = C.P.(Q/2)
-
TCC = C . P . ( Q / 2 ) = 0,02 . $5 . ( 510.000 / 2 ) = 0,1 . 255.000 = $ 25.500
5. Biaya Pemesanan / TOC -
TOC
= F. ( S / Q ) = $ 5000 . ( 2.600.000 / 510.000 ) = $ 5000 . 5,098 = $ 25.490,20
6. Biaya Safety Stock -
Safety Stock = C. P. (Safety Stock) = 0,02 . $ 5 . (50.000) = 0,1 . 50.000 = $ 5.000
7. Total Biaya Persediaan / TIC -
TIC
= TCC + TOC + Biaya Safety Stock = $ 25.500 + $ 25.490,20 + $ 5.000 = $ 55.990,20
8. Grafik EOQ
Gambar iii: Grafik EOQ 25
9. Biaya Persediaan – TIC Setelah Ada Tawaran -
Biaya Pemesanan = $ 5.000 - $ 3.500 = $ 1.500
-
TCC
= 0,02 . $ 5 . ( 650.000 / 2 ) = 0,1 . 325.000 = $ 32.500
-
TOC
= $ 1.500 . ( 2.600.000 / 510.000 ) = $ 1.500 . 5,098 = $ 7.647
-
TIC
= $ 32.500 + $ 7.647 + $ 5.000 = $ 45.147
10. Hasil Analisis -
Jika pesanan sejumlah a. 510.000 Kg
Biaya persediaan sebesar $ 55.990,20
b. 650.000 Kg
Biaya persediaan sebesar $ 45.147
Selesihnya mencapai $ 10.843,20 -
Penawaran dari perusahaan pengolahan gandum perlu dipertimbanngkan.
-
Pemesanan dalam satu tahun dilakukan 4 kali atau 13 Minggu = 2.600.000 / 650.000 = 4 Kali
26
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Perusahaan dalam melakukan pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu dari beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus meneru diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, system akuntansi itu sendiri harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang mengganggu jalannya operasi perusahaan. Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh.
5.2 Saran Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka penulis mengemukakan saran bahwa penerapan Manajemen Persediaan yang baik harus dilaksanakan secara efektif, karena akan menunjang keberhasilan perusahaan tersebut.
27
DAFTAR PUSTAKA
-
Rangkuti Freddy. 1995: Manajemen Persediaan. Cetakan Pertama, raja Grafindo Persada, Jakarta
-
Warren, Fess, Niswonger. 1999: Prinsip-Prinsip Akuntansi, edisi kesembilan belas, Jilid 1Penerbit Erlangga, Jakarta.
-
Riyanto, Bambang. 1993: Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi kedua Cetakan kedelapan, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.
-
Syamsuddin, M.A., Drs. Lukman. 2007: Manajemen Keuangan Perusahaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
-
Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. 2001: Manajemen Keuangan. Erlangga. Jakarta.
-
http://habibiarifin.blogspot.com/2010/05/manajemen-persediaan-inventory.html, diakses pada tanggal 29 Maret 2013, pukul 16.00 WIB
-
http://eriskusnadi.wordpress.com/2009/10/03/analisis-abc/. diakses pada tanggal 29 Maret 2013, pukul 16.00 WIB
-
www.wikipedia.com.
28