43 0 693KB
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 ALDI VAFRIYANTO (B1D019017) ALFANDA BUDIWANSYAH (B1D018018) ALVIA NURAINI (B1D018019) AMALIA FIRDAUS (B1D018021) AMALIA MURSYEDANI FITRI (B1D018022) BAIQ MARTINA SAFITRI (B1D018050)
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM 2020
i
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur tidak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga Laporan Praktikum Teknologi Reproduksi Ternak ini dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlihat dalam proses pembuatan Laporan Praktikum ini, terkhusus kepada: 1. Kepada dosen-dosen pengempu mata kuliah Teknologi Reproduksi Ternak 2. Kepada para orangtua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah kami berjalan dengan baik. 3. Dan seluruh teman-teman yang berkenan membantu hingga Laporan Praktikum Teknologi Reproduksi Ternak ini dapat selesai Demikianlah Laporan Praktikum Teknologi Reproduksi Ternak ini kami buat dengan sepenuh hati. Tidak lupa kritik dan saran kami harapkan agar laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi.Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan terkhusus bagi selaku penulis.Terima Kasih.
ii
DAFTAR ISI COVER..............................................................................................................................i KATA PENGANTAR......................................................................................................ii DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1 1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1 1.2 Tujuan Praktikum.........................................................................................................1 1.3 Kegunaan Praktikum....................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3 2.1 Penampungan Semen....................................................................................................3 2.2 Pengenceran Semen......................................................................................................3 2.3 Pembekuan Semen........................................................................................................4 2.4 Evaluasi Kualitas Semen..............................................................................................5 2.5 Sinkronisasi Birahi.......................................................................................................5 2.6 Inseminasi Buatan (IB).................................................................................................6 BAB III MATERI DAN METODE PRAKTIKUM......................................................7 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum......................................................................................7 3.2 Materi Praktikum..........................................................................................................7 3.3 Metode Praktikum........................................................................................................8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................12 4.1 Penampungan Semen...................................................................................................12 4.2 Pengenceran Semen.....................................................................................................12 4.3 Evaluasi.......................................................................................................................13 iii
4.4 Sinkronisasi Birahi......................................................................................................13 4.5 Inseminasi Buatan........................................................................................................13 4.6 Pembekuan Semen.......................................................................................................14 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................15 5.1 Kesimpulan..................................................................................................................15 5.2 Saran............................................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16 LAMPIRAN.....................................................................................................................17
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang sangat besar.Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan rasa,karsa dan daya cipta yang dimiliki.Salah satu bidang iptek yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi reproduksi.Teknologi pengembangbiakan
Reproduksi yang
adalah
menggunakan
ilmu
reproduksi
peralatan
serta
atau
prosedur
ilmu tertentu
tentang untuk
menghasilkan suatu produk (keturunan).Salah satu teknologi reproduksi yang telah banyak dikembangkan adalah inseminasi buatan.Inseminasi buatan (kawin suntik) adalah proses memasukan sel sperma hewan jantan ke alat reproduksi hewan betina dengan bantuan alat suntik.Inseminasi buatan biasanya dilakukan pada hewan ternak misalnya pada sapi,domba,kambing atau kerbau dan proses ini harus dilakukan pada masa perkawinan hewan tersebut,selain itu inseminasi buatan dilakukan juga pada hewan yang bersifat sehat dan unggul agar mendapatkan keturunan yang dimiliki sifat unggul juga.Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial inseminanation yang berarti memasukan cairan semen (plasma semen) yang mengandung sel-sel kelamin pejantan (spermatozoa) yang di ejakulasikan melalui penis pada waktu terjadi kopulasi atau penampungan semen. Usaha untuk mempertahankan kualitas semen dan memperbanyak hasil sebuah ejakulasi dari jantan unggul adalah dengan melakukan pengencaran semen menggunakan beberapa bahan pengencer.Untuk kebutuhan beberapa karbohidrat sederhana sebgai sumber energi dalam pengencer.Untuk kebutuhan beberapa karbohidrat sederhana sebagai sumber energi dalam pengencer dapat dipenuhi dengan pengunaan madu,ekstra melon dan syarat.Syaratnya adalah harus dapat menyediakan nutrisi bagi kebutuhan spermatozoa selama
penyimpanan,harus
memungkinkan
sperma
yang
dapat
bergerak
secara
progresif,tidak bersifat racun bagi sperma,menjadi penyangah bagi sperma,dapat melindungi sperma dari kejutan dingi (cold shoc) baik untuk semen beku maupun semen cair.Kejadian yang dapat merusak dan menurunkan viabilitas spermatozoa selama proses penyimpanan dan pembawa materi genetik ternak (sel gamet) dengan teknik kreopreservasi yaitu kejutan dingin (cold shoc) dan pembentukan kristal-kristal es.Pembentukan ristal-kristal es berkaitan 1
erat
dengan
perubahan
tekanan
osmotik
dalam
fraksi
yang
tidak
beku
(Rozi,Bahru.2004).Pengaruh pembentukan kristal-kristal es terdapat pembawa genetik ternak selama proses kriopreservasi dapat dilihat pada sel spermatozoa dan sel telur.Pada sel spermatozoa
dapat
menyebabkan
penurunan
motilitas
dan
viabilitas
spermatozoa,peningkatan pengeluaran enzim-enzim intraseluler ke ekstra seluler dan dan kerusakan pada organel-organel sel,seperti mitokondria.Sumber energi mitokodria berperan untuk menggertak mikro tubuh sehingga terjadi pergesekan diantara mikro tubuh sehingga spermatozoa dapat bergerak secara bebas (motil).
1.2 Tujuan praktikum Adapun tujuan praktikum ini diantaranya : 1. Untuk mengetahui cara penampungan semen. 2. Untuk mengetahui cara pengenceran semen dan pembekuan semen. 3. Untuk mengetahui cara evaluasi semen 4. Untuk mengetahui cara inseminasi buatan ternak 1.3 Kegunaan praktikum Adapun kegunaan dari praktikum adalah dapat menjadi pedoman bagi praktikan untuk kedepannya agar bisa mengaplikasikan ke masyarakat.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penampungan Semen Secara umum penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal. Faktor internal yaitu hormon, metabolisme, keturunan, makanan, umur dan kesehatan secara umum dari pejantan tersebut. Faktor eksternal adalah suasana lingkungan,
tempat
penampungan,
manajemen,
para
penampung,
cuaca,
saranan
penampungan termasuk teaster (Sufyanhadi, 2012). Berbagai cara penampungan semen untuk keperluan inseminasi buatan telah banyak dilakukan dan dikembangkan. Diantaranya dengan cara menyedot sperma dari vagina sesudah kawin alam. Ada pengumpulan semen pada sapi dengan cara masase atau pengurutan yaitu memasukkan tangan ke dalam rectum dan mengurut bagian saluran reproduksi hewan jantan yang mengandung semen, hingga semen itu mengalir ke luar melalui penis. Ada juga dengan cara elektro ejakulasi yaitu dengan menggunakan rangsangan listrik (Toelihere, 1985). Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume)nya banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan. Secara umum penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh factor internal dan ekternal. Faktor internal yaitu hormon, metabolism, keturunan, makanan, umur, dan kesehatan secara umum dari pejantan tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah suasana lingkungan, tempat penampungan, manajemen, para penampung, cuaca, saranan penampungan termasuk teaster dll. Maka untuk mendapatkan semen yang memenuhi syarat adalah mengamati dan memperhatikan perilaku setiap pejantan yang akan ditampung semennya. (Sufyanhadi, 2012).
2.2 Pengenceran Semen
3
Pengenceran semen adalah upaya untuk memperbanyak volume semen, mengurangi kepadatan spermatozoa serta menjaga kelangsungan hidup spermatozoa sampai batas waktu penyimpanan tertentu pada kondisi penyimpanan di bawah atau di atas titik beku. Pengenceran dan penyimpanan semen merupakan usaha mempertahankan kualitas spermatozoa dalam periode yang lebih lama yakni untuk memperpanjang daya hidup spermatozoa, motilitas, dan daya fertilitasnya (Herdiawan, 2004). Menurut Nilna (2010), yang menyatakan bahwa fungsi pengencer adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan zat-zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa 2. Melindungi spermatozoa dari Cold Shock. 3. Menyediakan suatu penyanggah untuk mencegah perubahan pH akibat pembentukan asam laktat dari hasil metabolisme spermatozoa. 4. Mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit yang sesuai. 5. Mengandung unsur-unsur yang sifat fisik dan kimianya hampir sama dengan semen dan tidak mengandung zat yang bersifat toksik bagi spermatozoa dan saluran kelamin betina. 6. Mencegah pertumbuhan mikroorganisme. 7. Memperbanyak volume semen Beberapa bahan pengencer yang umum digunakan dalam pengenceran semen adalah kuning telur, susu, air kelapa. Bahan pengencer lain yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam mempertahankan kualitas spermatozoa adalah pengencer NaCl fisiologis, Ringer Laktat dan Ringer Dextrose (Nilna, 2010).
2.3 Pembekuan Semen Pembekuan semen adalah suatu proses penghentian sementara kegiatan hidup dari sel tanpa mematikan fungsi sel (Mumu, 2009). Salah satu teknik yang bisa digunakan yaitu vitrifikasi. Prinsip dari metode vitrifikasi adalah terjadi peningkatan viskositas larutan dan membutuhkan cooling dan warming rate yang cepat tetapi dalam batas-batas tertentu, 4
ataupun menggunakan medium krioprotektan yang mana akan menekan pembentukan viskositas pada temperatur rendah (Anonimous, 2011). Metode ini sudah dipakai untuk membekukan sel telur dan embrio sehingga bisa dipakai kemudian dalam teknik bayi tabung. Ketika dicairkan, ternyata kebanyakan sel telur dan embrio lebih bertahan dengan vitrifikasi dibandingkan teknik pembekuan lambat (Maulanar, 2011). Metode ini sudah dipakai untuk membekukan sel telur dan embrio. Ketika dicairkan, ternyata kebanyakan sel telur dan embrio lebih bertahan dengan vitrifikasi dibandingkan teknik pembekuan lambat (Maulanar, 2011). Krioprotektan adalah zat kimia non elektrolit yang berperan dalam mengurangi pengaruh mematikan selama pembekuan baik berupa pengaruh larutan maupun adanya pembentukan kristal es sehingga viabilitas sel dapat dipertahankan. Berdasarkan sifat-sifat fisikokimia dan daya permeabilitas membran maka krioprotektan dibagi atas dua kelompok, yaitu (i) krioprotektan intraseluler, dapat keluar masuk membran karena memiliki berat molekul kecil sehingga bersifat permeabel (contoh: gliserol, etilen glikol, propanadiol), dan (ii) krioprotektan ekstraseluler, tidak dapat keluar masuk membran karena memiliki berat molekul besar sehingga bersifat non permeabel (contoh: protein, sukrosa, manosa, rafinosa, kuning telur, susu). Krioprotektan yang paling banyak digunakan dalam pembekuan semen hewan mamalia yaitu gliserol (Gazali dan Tambing, 2001). Bagi dunia peternakan dan kedokteran hewan diperlukan suatu metode yang praktis dan aplikatif di lapangan, sehingga metode vitrifikasi dapat menjadi suatu alternatif.
2.4 Evaluasi Kualitas Semen Evaluasi atau pemeriksaan semen merupakan suatu tindakan yang perlu dilakukan untuk melihat kuantitas (jumlah) dan kualitas semen. Pemeriksaan semen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pemeriksaan secara makroskopik dan pemerik-saan mikroskopik. Pemeriksaanmakroskopik yaitu pemeriksaan semen secara garis besar tanpa memerlukan alat bantu yang rumit, sedangkan pemeriksaan mikroskopik bertujuan melihat kondisi semen lebih dalam lagi serta memerlukan alat bantu yang cukup lengkap. (Abu.2015) Evaluasi makroskopik meliputi : volume semen, warna semen, bau semen, kekentalan semen, dan pH semen. Adapun pemeriksaan mikrokopik meliputi motilitas (gerakan massa 5
sperma, gerakan individu sperma), konsentrasi sperma dalam tiap mililiter semen, konsentrasi sperma hidup dalam setiap mililiter semen, persentase spermatozoa hidup, dan persentase abnormalitas (ketidak-normalan bentuk) sperma.(Abu.2015)
2.5 Slinkronisasi Birahi Sinkronisasi adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada sekelompok ternak betina sehat dengan memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga keserentakan estrus dan ovulasi dapat terjadi pada hari yang sama atau dalam kurun 2 atau 3 hari setelah perlakuan dilepas, sehingga Inseminasi Buatan dapat dilakukan serentak (Toelihere, 1985). Sinkronisasi atau induksi estrus adalah tindakan menimbulkan birahi, diikuti ovulasi fertil pada sekelompok atau individu ternak dengan tujuan utama untuk menghasilkan konsepsi atau kebuntingan. Sinkronisasi estrus biasanya menjadi satu paket dengan pelaksanaan IB, baik berdasarkan pengamatan birahi maupun IB terjadwal (timed artificial insemination). Angka konsepsi atau kebuntingan yang optimum merupakan tujuan dari aplikasi sinkronisasi estrus ini (Anonim.2009) Manfaat dari tindakan sinkronisasi estrus pada Ternsk ada beberapa, antara lain: 1. Optimalisasi dan efisiensi pelaksanaan IB. Dengan teknik ini dimungkinkan pelaksanaan IB secara massal pada suatu waktu tertentu. 2. Mengatasi masalah kesulitan pengenalan birahi. Subestrus atau birahi tenang yang umum terjadi pada sapi perah dan potong di Indonesia dapat diatasi dengan teknik sinkronisasi estrus. 3. Mengatasi masalah reproduksi tertentu, misalnya anestrus post partum (anestrus pasca beranak). 4. Fasilitasi program perkawinan dini pasca beranak (early post partum breeding) pada sapi potong dan perah. Teknik ini dapat digunakan untuk mempercepat birahi kembali pasca beranak, pemendekkan days open (hari-hari kosong) dan pemendekkan jarak beranak. 5. Manajemen reproduksi resipien pada pelaksanaan transfer embrio sapi. Dalam program transfer embrio, embrio beku maupun segar (diambil dari sapi donor 6
pada hari ke 7 setelah estrus) ditransfer ke resipien pada fase siklus estrus yang sama. Sinkronisasi estrus biasanya digunakan untuk maksud tersebut.
2.6 Inseminasi Buatan (IB) Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (Sperma atau Semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'. Inseminasi Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama dilakukan sejak berabad-abad yang lampau. Perkawinan alami merupakan perkawinan dimana pejantan memancarkan Sperma langsung ke dalam alat reproduksi betina secara langsung, tanpa perantara alat buatan. Perkawinan terjadi secara alami dimana pejantan lebih agresif sedangkan betina bersifat Responsif (menunggu).
Namun terkadang perkawinan alami memiliki banyak kendala, seperti
terbatasnya kemampuan pejantan dalam membuahi sejumlah betina, Motilitas Sperma yang dikeluarkan pejantan saat perkawinan, respon betina yang terkadang mengeluarkan kembali Sperma yang telah masuk dan lain sebagainya, sebenarnya cara ini lebih efektif dan paling banyak dilakukan para peternak terutama masyarakat tradisional (Feradis, 2010).
7
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 18 November 2020, pukul 08:00–09:30 WIB yang bertempat di Laboratorium Reproduksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.
3.2 Materi Praktikum 3.2.1 Alat-alat Praktikum Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Satu set vagina buatan 2. Termometer 3. Termos 4. Aluminium foil 5. Tabung berskala 6. Batang pengaduk 7. Baker glass 8. Cover glass 9. Erlenmayer 10. Hot plate 11. Micropipet volumetrik 12. Mikroskop 13. Pencetak sponge manual 14. Sponge 15. Ph meter 16. Rak tabung reaksi 17. Slide kaca 8
18. Sped 19. Speculum 20. Tabung reaksi 21. Timbangan analitik 22. Yelotip 23. Goblet 24. Mini cup 25. Kulkas 26. Container 27. Paralon 28. Aplikator 29. CIDR
3.2.2 Bahan-bahan Praktikum Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Air panas 2. Vaselin 3. Fruktosa 4. Tris amino metana 5. Sperma kambing boer 6. Aquabides 7. Kuning telur 8. Larutan otsu 9. Eosin migrosin 10. Progesterone 11. Asam sitrat 12. Alkohol
3.3 Metode Praktikum
9
3.3.1 Acara I : Penampungan Semen Adapun langkah-langkah dalam penampungan semen adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat dan bahan, 2. Memasukkan air panas dalam lubang yang dibuat di selongong luar VB, 3. Memastikan suhu vagina buatan sesuai menggunakan termometer, 4. Mengoleskan VB dengan vaselin, 5. Menyiapkan kambing jantan dan betina, 6. Membiarkan kambing jantan naik 2-3 kali sampai mengeluarkan penisnya, 7. Menampung semen dengan memegang preputiumnya dan mengarahkan VB sampai ejakulasi. 3.3.2 Acara II : Evaluasi Semen 3.3.2.1 Pemeriksaan Makroskopik Adapun langkah-langkah dalam pemeriksaan makroskopik adalah sebagai berikut: 1. mengeluarkan sampel semen dari dalam boks styrofoam dan langsung diletakkan dalam rak tabung yang sebelumnya ditaruh pada pemanas air, 2. Mengukur volume semen dengan mengamati skala yang tertera pada dinding tabung penampung, 3. Melakukan pengamatan terhadap warnaketika mengukur volumesemen melalui tabung penampung semen yang terbuat dari gelas atau plastik tembus pandang, 4. Melakukan pengamatanbau semen, 5. Melakukan pengamatankonsentrasi/konsistensi semen dengan memiringkan tabung berisi semen kira-kira 45º, 6. Melakukan pengamatan pH atau keasaman semen dengan menggunakan kertas indikator pH yang diteteskan semen menggunakan pipet tetes, kemudian mencocokkannya. 3.3.2.2 Pemariksaan Mikroskopik 3.3.2.2.1 Mortalitas Massa 10
Adapun langkah-langkah dalam pengamatan mortalitas massa adalah sebagai berikut: 1. Mengambil satu glass slide, 2. Mengambil sedikit semen dengan mikropipet, lalu teteskan sedikit ke permukaan glass slide, 3. Mengamati di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa 10 x 10, 3.3.2.2.2 Mortalitas Individu Adapun
langkah-langkah
dalam
pengamatan
mortalitas
individu adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan dua buah glass slide bersih, 2. Meneteskan satu tetes semen pada permukaan salah satu glass slide. Kemudian tambahkan satu teteseosin-nigrosin, 3. Mendorong gelas objek yang terakhir ke salah satu ujung gelas objek yang pertama sehingga terbentuk satu lapisan tipis cairan semen pada permukaan gelas objek pertama, 4. Menunggu sampai kering, 5. Mengamati
preparat tersebut di bawah mikroskop dengan
pembesaran lensa 10 x 40. 3.3.2.2.3Abdormalis Sperma Adapun langkah-langkah dalam pengamatan abdormalis sperma adalah sebagai berikut: 1. Menempatkan glass objek hasil pewarnaan diferensial pada meja objek mikroskop dan amati menggunakan pembesaran lensa 10 x 40, 2. Menghitung berapa jumlah sperma yang bentuklnya normal dan berapa yang tidak normal.
11
3.3.3 Acara III : Singkronisasi Birahi 3.3.3.1 Menggunakan HMPSP/Sponge Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan sponge yang bersih dan steril, 2. Memasukkan sponge kedalam paralon, 3. Memasukkan sponge tersebut dengan mendorongnya memasuki vagina, 4. Mendiamkan di servix atau bibir vagina selama 14 hari. 3.3.3.2 Menggunakan CIDR Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan CIDR, 2. Memasukkan CIDR ke servix/bibir vagina, 3. Mendiamkannya selama 14 hari. 3.3.3.3 Menggunakan Injeksi Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan hormone progesterone dan alat suntik, 2. Menepuk-nepuk bagian yang akan disuntik sebelum menyuntik, 3. Menyuntikkan hormone progesterone. 3.3.4 Acara IV :Pengenceran Semen Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan erlenmayer, 2. Menimbang bahan menggunakan timbangan analitik, 3. Memasukkan triss dan asam sitrat, 4. Tambahkan aquabides dan homogenkan dengan hotplat sembari memanaskan selama 10 menit sampai suhunya 90ºC, 5. Mendinginkan sampai suhunya 30ºC, 12
6. Menurunkunkan suhunya lagi sampai 37ºC karna akan memeasukkan antibiotik, frutosa, streptomicin dan penisilin, 7. Mensterilkan lagi di hotplat sampai homogen, 8. Memasukkan kuning telur sebanyak 2,5 ml, 9. Mensterilkan lagi. 3.3.5 Acara V :Pembekuan Semen Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mengisi air sebanyak 50 ml di water jaket, 2. Memasukkan sperma, 3. Menyimpan ke kulkas dengan suhu 5ºC, 4. Memasukkan ke loadeing straw selama 4-5 menit, 5.
Memasukkannya ke minicup saat suhu sudah 90ºC,
6. Memindahkan ke container, 7. Memasukkan straw ke goblet yang sudah ada nitrogen. 3.3.6 Acara VI :IB (Inseminasi Buatan) 3.3.6.1 Menggunakan Semen Beku Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan gun dan straw berisi semen beku, 2. Memasukan straw ke gun, 3. Menyiapkan plastik sheath,meotong dan memasukkannya ke gun, 4. Menempatkan gun ke bibir vagina, 5. Mencari atau merogoh servix/menggunakan speet culum, 6. Memasukkan gun dan semprotkan sperma. 3.3.6.2 Menggunakan Semen Cair Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mengambil speet yang sudah terisi sperma cair, 2. Mendekatkan speet ke bibir vagina, 13
3. Mencari servix dengan merogoh/ menggunakan speet culum, 4. Memasukkan speet dan memprotkan sperma.
14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penampungan semen Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah volumenya banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan insiminasi buatan. Yang secara umum penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Factor interal yaitu hormone, metabolism, keturunan, makanan, umur, dan kesehatan secara umum dari pejantan tersebut. Sedangkan factor eksternal adalah suasana lingkungan, tempat penampungan, manajemen, para penampung, cuaca, sarana penampungan termasuk teaster dll. Maka untuk mendapatkan semen yang memenuhi syarat adalah mengamati dan memperhatikan prilaku setiap pejantan yang akan ditampung semennya. Dan biasanya penampungan semen dapat disimpan dalam container agar dapat mencapai penyimpanan semen dalam jangka waktu yang lama. 4.2 Pengenceran semen Pengenceran semen adalah upaya untuk memperbanyak volume semen, mengurangi kepadatan spermatozoa serta menjaga kelangsungan hidup spermatozoa sampai batas waktu penyimpanan dibawah atau diatas titik beku. Pengenceran dan penyimpanan semen merupakan usaha mempertahankan kualitas spermatozoa dalam periode yang lebih lama yakni untuk memperpanjang daya hidup spermatozoa, motilitas, dan daya fertilitasnya. Media pengencer harus mengandung bahan makanan bagi spermatozoa, tidak bersifat racun, mengandung bahan pelindung dari terjadinya “cold shock”, dapat mencegah pertumbuhan kuman, dan mencegah pertumbuhan kuman, dan sebagai penyanggah yang dapat mempertahankan pH, serta mempunyai sifat sifat fisik dan kimia yang sesuai dengan plasma semen. Tentang syarat-syarat bahan pengencer yaitu harus mengandung nutrisi, melindungi
spermatozoa
terhadap
“cold
shock”
mencegah
perubahan
pH,
dan
mempertahankan tekanan osmotic serta keseimbangan elektrolik. Beberapa bahan pengencer yang umum digunakan dalam pengencer semen adalah kuning telur, susu, air kelapa. Bahan pengencer lain yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam 15
mempertahankan kualitas spermatozoa adalah pengencer NaCl fisiologi, ringer laktat dan ringer dextrose. 4.3 Evaluasi Berdasarkan hasil praktikum cara melakukan evaluasi semen ialah dengan cara menyiapkan alat dan bahan, mengambil semen yang terdapat pada tabung skala yang disimpan dalam water bath, memipet semen pada tabung skala kemudian meneteskan pada deck glass sebanyak satu tetes, mengamati semen pada mikroskopik, mengamati pada mikroskop dan mencatat hasill pengamatan. Dalam praktikum evaluasi semen dilakukan dengan cara makroskopis yakni meliputi volume, warna, konsistensi, dan bau. Hasil praktikum menunjukkan bahwa semen yang didapatkan berupa semen cair yang berwarna putih, cream yang kental. 4.4 Sinkronisasi Birahi Sinkronisasi estrus merupakan teknik manipulasi siklus estrus untuk menimbulkan gejala estrus dan ovulasi pada sekolompok hewan secara bersamaan. Teknik ini terbukti efektif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan inseminasi buatan, efisiensi deteksi estrus, sehingga dapat diaplikasikan untuk memperbaiki reproduktivitas sapi. Penggunaan sinkronisasi estrus kini banyak digabungkan dengan inseminasi pada waktu terjadwal (timed artificial insemination, blind artificial insemination), sehingga tidak perlu lagi dilakukan deteksi estrus setelah perlakuan sinkronisasi estrus. Kombinasi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan pada sapi termasuk peningkatan mutu genetis, efisiensi pelaksanaan inseminasi buatan, adanya kelahiran pedet yang relatif sama umurnya dan meniadakan deteksi estrus Sinkronisasi atau induksi estrus adalah tindakan menimbulkan birahi, diikuti ovulasi fertil pada sekelompok atau individu ternak dengan tujuan utama untuk menghasilkan konsepsi atau kebuntingan. Sinkronisasi estrus biasanya menjadi satu paket dengan pelaksanaan IB, baik berdasarkan pengamatan birahi maupun IB terjadwal (timed artificial insemination). Angka konsepsi atau kebuntingan yang optimum merupakan tujuan dari aplikasi sinkronisasi estrus ini. 4.5 Insiminasi Buatan 16
Inseminasi buatan adalah teknik di mana sperma penjantan diambil lalu dimasukkan ke alat reproduksi hewan betina di waktu yang tepat dengan bantuan beberapa instrumen. Pada prosesnya, sperma ditempatkan di serviks atau uterus dengan kondisi higenis tingkat tinggi. Inseminasi buatan sebenarnya bukan satu-satunya metode untuk membuat hewan betina hamil, tapi teknik ini dianggap sebagai teknik terbaik untuk regenerasi hewan ternak. Dengan mengadopsi inseminasi buatan, penyakit gen di peternakan bisa direduksi karena kualitas sperma dapat dipilih. Insimansi buatan didefinisikan sebagai proses memasukkan semen kedalam organ reproduksi betina dengan menggunakan alat insiminasi. Prosesnya secara luas mencangkup penampungan semen, pengenceran dan pengawetan semen sampai pada deposisi semen kedalam saluran reproduksi betina (Hafez, and M. E. Bellin, 2000). Selanjutnya dikemukakan bahwa bila dibandingkan dengan perkawinan secara alami, IB memiliki banyak keuntungan walaupun ada kelemahannya. Keuntungannya adalah dapat mempercepat penyebaran dan peningkatan mutu genetic ternak. Melalui penggunaan bioteknologi IB, efisiensi penggunaan pejantan unggul yang terbatas jumlahnya dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan semen secara optimal. 4.6 Pembekuan semen Pembekuan adalah memberhentikan sementara aktifitas metabolism sel tanpa mematikan fungsi sel, sehingga proses kehidupan akan berlanjut setelah pembekuan dihentikan atau dicairkan kembali (Putri et al., 2015). Semen beku yang berkualitas baik ditunjukkan dengan presentase motilitas dan presentase hidup yang tinggi. Semen beku memiliki keunggulan yaitu dapat disimpan dalam jangka waktu lama, namun memiliki kelemahan penurunan kualitas semen selama proses pembekuan karena melewati berbagai suhu ekstrim yang dapat menurun kualitas.
17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa : a. Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen dengan jumlah volume yang banyak dan kualitas yang baik untuk kemudian diproses lebih lanjut untuk keperluan IB. b. Pengenceran semen bertujuan untuk memperbanyak volume semen, mengurangi kepadatan spermatozoa dan menjaga kelangsungan hidup spermatozoa sampai batas waktu penyimpanan dibawah atau diatas titik beku. c. Sedangkan dalam proses evaluasi dilakukan secara makroskopis yakni meliputi volume, warna, konsistensi, dan bau untuk mendapatkan semen yang bertekstur cair berwarna putih, cream yang kental. d. Sinkronisasi atau induksi estrus merupakan tindakan untuk menimbulkan birahi, diikuti ovulasi fertile pada sekelompok atau individu ternak dengan tujuan utama untuk menghasilkan konsepsi atau kebuntingan. e. Inseminasi buatan merupakan proses memasukkan semen kedalam organ reproduksi dengan menggunakan alat insiminasi yang bertujuan untuk memperbaiki mutu genetic ternak, mengoptimalkan pengunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama, dan meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur, serta mencegah penularan penyakit kelamin pada ternak. f. Pembekuan semen bertujuan untuk memberhentikan sementara aktivitas metabolisme sel tanpa mematikan fungsi sel sehingga proses kehidupan akan berlanjut setelah pembekuan dihentikan atau di cairkan kembali.
5.2. Saran Adapun saran dari praktikum ini adalah sebaiknya praktikan mempersiapkan diri dengan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipraktikkan agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar.
18
DAFTAR PUSTAKA Abu.S.2015.
Evaluasi
Kualitas
Semen.
https://abusulaiman21-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/abusulaiman21.wordpress.com/2016/01/26/evaluasi-kualitassperma/amp/?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA %3D#aoh=16061107973078&referrer=https%3A%2F %2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F %2Fabusulaiman21.wordpress.com%2F2016%2F01%2F26%2Fevaluasi-kualitas-sperma %2F. Di akses 23 november 2020. Mataram. Anonim.2009. Teknik singkronisasi Estrus Pada Sapi. yudhiestar.blogspot.com .diakses 23 november 2020. Mataram. Anonimous.
2011.
Konsep
Dasar
Penyimpanan
Semen
Beku,
(http://vetshop.blogspot.com/2011/06/ konsepdasar-penyimpanan-semen-beku.html. Gazali, M. dan Tambing. 2001. Kriopreservasi Sel Spermatozoa. Hayati 9 (1) : 27-32 Hafez, and M. E .Bellin. 2000. Semen Evaluation Reproduction in FarmAnimals. 7hed. New ‘fork, London. Herdiawan. 2004. Pengaruh Laju Penurunan Suhu dan Jenis Pengencer Terhadap Kualitas Semen Beku Domba Priangan. PT. Gramedia : Jakarta. Mumu, M.I. 2009. Viabilitas Semen Sapi Simental Yang Dibekukan Menggunakan Krioprotektan Gliserol. Journal Agroland 16 (2) : 172-179. Nilna. 2010. Standar Operasional Pekerjaan Prosesing Semen. Pengawas Mutu Bibit Ternak pada Dinas Peternakan : Sumatra Barat. Putri NKM, Gunawan IWG, Suarsa IWG. 2015. Semen Beku. Eprints undip. Semarang Sufyanhadi. 2012.metode Penampungan Semen. Penerbit Angkasa : Bandung (diterjemahkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan, IPB). Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa : Bandung. Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta : Bandung.
19
LAMPIRAN
20
21
22
23
24
25