Laporan Kadar Sari Larut Air - Khotibul - Umam [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

N I L A I P A R A F

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI KADAR SARI LARUT AIR

Hari/Tanggal Praktikum

: Sabtu/ 25 April 2020

Tanggal Masuk Jurnal

: Jumat/ 1 Mei 2020

Kelas

: Reguler Pagi B 2019

Nama/NPM

: Khotibul Umam / A 191 067

Nama Asisten Laboratorium

: Siti Uswatun Hasana, M. Si., Apt. Himalaya Wana Kelana, M. Pd. Rina Dilawati, S. Si. Nitta Nurlitta Sari, S.Farm.

LABORATORIUM BAHAN ALAM SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA BANDUNG 2020

Kadar Sari Larut Air

I. Tujuan 1. Mampu melakukan uji penetapan kadar sari total di dalam simplisia 2. Memberikan gambaran awal jumlah senyawa yang terkandung dalam simplisia

II. Prinsip Berdasarkan melarutkan ekstrak atau simplisia dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solute yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetrik III. Teori Ekstraksi yang sering digunakan untuk memisahkan senyawa organik adalah ekstraksi zat cair, yaitu pemisahan zat berdasarkan perbandingan distribusi zat tersebut yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan. Yang paling baik adalah dimana kelarutan tersebut dalam pelarut satu lebih besar daripada konsentrasi zat terlarut dalam pelarut lainnya, harga K hendaknya lebih besar atau lebih kecil dari satu ekstraksi jangka pendek disebut juga proses pengorokan, sedangkan pada proses jangka panjang menggunakan soxhlet dan dengan pemanasan (Wasilah, 1978). Kriteria pemilihan pelarut: -

Pelarut mudah melarutkan bahan yang di ekstrak

-

Pelarut tidak bercampur dengan cairan yang di ekstrak

-

Pelarut mengekstrak sedikit atau tidak sama sekali pengotor yang ada

-

Pelarut mudah dipisahkan dari zat pelarut

-

Pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut melalui segala cara

(Cahyono, 1991).

Ekstraksi adalah proses pemindahan suatu kontineun dalam suatu sample ke suatu pelarut dengan cara mengocok atau melarutkannya. Ekstraksi pelarut bisa disebut ekstraksi cair-cair yaitu proses pemindahan solut dari pelarut lainnya dan tidak bercampur dengan cara pengocokan berulang. Prinsip dasar dari ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak bercampur (Ibrahim, 2009). Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia. Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan seperti maserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada penelitian ini yang digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan pelarut organik, umumnya digunakan pelarut organik dengan molekul relatif

kecil dan perlakuan pada temperatur ruangan, akan mudah pelarut

terdistribusi ke dalam sel tumbuhan. Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dna waktu yang cukup lama dengan sampel (Djarwis, 2004). Salah satu kekurangan dari metode ini adlah membutuhkan waktu yang lama untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang akan diisolasi dan harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah menguap (Manjang, 2004). Tanaman (daun) teh (Camellia sinensis) adalah spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh. Teh adalah bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak negara serta berbagai lapisan

masyarakat (Tuminah, 2004). Teh hijau memiliki nama ilmiah Camellia sinensis dan telah dianggap memiliki anti-kanker, anti-obesitas, anti-ateroklerosis, antidiabetes dan efek antimikroba. Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal dari famili theaceae, merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10-15 meter di alam bebas dan tinggi 0,6 -1,5 meter jika dibudidayakan sendiri. Daun dari tanaman ini berwarna hijau muda dengan panjang 5-30 cm dan lebar sekitar 4 cm dan biasanya berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua (Mahmood et al, 2010). Buahnya berbentuk pipih, bulat dan terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan ukuran sebesar kacang. Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari daerah pantai sampai pegunungan. Di pegunungan Assam (India), teh ditanam pada ketinggian lebih dari 2000 m dpl (di atas permukaan laut). Namun, perkebunan teh umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim sejuk. Meskipun dapat tumbuh subur di daratan rendah, tanaman teh hijau tidak akan memberikan hasil dengan mutu baik, semakin tinggi daerah penanaman teh semakin tinggi mutunya. Tanaman teh memerlukan kelembaban tinggi dengan temperatur 13-29,5°C. Komposisi senyawa-senyawa dalam teh hijau sangatlah kompleks yaitu protein (15-20%); asam amino seperti teanine, asam aspartat, tirosin, tripofan, glisin, serin, valin, leusin, arginin (1-4%); karbohidrat seperti selulosa, pektin, glukosa, fruktosa, sukrosa (5-7&); lemak dalam bentk asam linoleat dan asam linolenat; sterol dalam bentuk stigmaserol; vitamin B, C dan E; kafein dan teofilin; pigmen seperti karotenoid dan klorofil; senyawa vollatie seperti aldehida, alkohol, lakton, ester, dan hidrokarbon; mineral dan elemen-elemen lain. Teh telah dilaporkan memiliki lebih dari 4000 campuran bioaktif dimana sepertiganya merupakan senyawa-senyawa polifenol. Polifenol merupakan cincin benzene yang terikat pada gugus-gugus hidroksil. Polifenol dapat berupa senyawa flavonoid ataupun non-flavonoid. Namun, polifenol yang ditemukan dalam teh hampir semuanya merupakan hasil metabolisme sekunder dari tanaman yang berasal dari reakdi kondensasi cinnamic acid bersama tiga gugus malonyl-CoA.

Banyak jenis-jenis flavonoid yang ada di dalam teh, tetapi yang memiliki nilai gizi biasanya dibagi menjadi enam kelompok besar. Flavonoid merupakan kandungan zat bioaktif yang terdapat didalam teh, flavonoid yang ditemukan pada teh terutama berupa flavanol dan flavonol. Katekin merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavonol. Adapun katekin teh yang utama adalah epicatechin (EC), epicaatechin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), dan epigallocatechin gallate (EGCG). Katekin sendiri memiliki sifat tidak berwarna, larut air, serta membawa sifat pahit dan sepat. (Kunanto, 2005)

IV. Alat dan Bahan A. Alat 1. Gelas bening 2. Sendok makan 3. Wadah berwarna putih B. Bahan 1. Teh kering setengah sendok makan 2. Air dingin setengah gelas 3. Air panas setengah gelas V. Prosedur Sediakan 2 buah gelas bening, masukkan teh kering setengah sendok makan, dan tambahkan masing-masing gelas dengan air dingin dan air panas sampai setengah panas. Aduk sesekali selama 1 jam, dan biarkan selama 24 jam. Kemudian amati perbedaan warna kedua cairan tersebut. Ambil sebanyak 2 sendok makan masing-masing cairan dalam gelas (hatihati jangan sampai ampas ikut terbawa), simpan dalam wadah berwarna putih, uapkan secara perlahan pada suhu kamar/ dibawah sinar matahari/ menggunakan hairdyer/ kipas angin sampai kering kemudian amati kepekatan sisa penguapan masing-masing cairan (jika dimungkinkan lakukan kikis dan dibandingkan hasil kikisan tersebut).

VI. Data Pengamatan a. Sebelum 24 jam

TEH

WARNA

BAU

RASA

BANYAK FILTRAT

Air panas

Coklat Pekat

Berbau teh

Rasa teh

Banyak

Rasa Tawar

Sedikit

RASA

BANYAK

kuat Air dingin

Coklat muda

Bau teh hanya sedikit

b. Setelah 24 jam

TEH

WARNA

BAU

FILTRAT Air panas

Coklat pekat

Aroma melemah

Air dingin

teh Rasa teh

Banyak

pekat

Coklat sedikit Asam

Rasa

teh Sedikit

keruh

sedikit busuk

VII. Pembahasan Pada praktikum kali ini yaitu mengenai kadar sari larut air, penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia. Simplisia sebagai suatu bahan yang akan mengalami proses lanjutan atau langsung dikonsumsi harus memiliki standarisasi. Hal ini penting sebagai acuan mengenai segala sesuatu mengenai cara penggunaan simplisia. Karena simplisia yang berasal dari bahan alam biasanya memiliki keragaman, terutama dalam

kandungan zat aktifnya. Sehingga agar didapatkan mutu dan kualitas yang sama pada semua konsumen, standar penggunaan simplisia sangat diperlukan. Standarisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang akan digunakan atau dikonsumsi. Parameter standar merupakan suatu metode standarisasai untuk menjaga kualitas dari suatu simplisia maupun ekstrak. Parameter standar meliputi parameter standar spesifik dan parameter standar non spesifik, yang diujikan terhadap simplisia dan ekstrak. Salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia adalah penetapan kadar sari dalam pelarut tertentu. Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol). Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat dilihat pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi didasarkan pada distribusi terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur. Teh merupakan salah satu minuan yang paling banyak dikonsumsi di dunia yang dibuat dari tanaman Camellia sinensis. Teh memiliki manfaat diantaranya dalam pencegahan dan pengobatan penyakit karena bersifat antibakteri dan antioksidan. Selain manfaat teh, terdapat pula zat dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat tersebut adalah kafein, meskipun kafein aman dikonsumsi, zat tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki jika dikonsumsi secara berlebihan seperti insomnia, gelisah, takikardia, pernapasan meningkat, dan diuresis. Semakin lama teh direndam maka kafein dalam teh akan semakin terekstrak dan terjadi oksidasi. Untuk mendapatkan teh yang lebih pekat dilakukan dengan menambahkan daun teh , bukan dengan memperpanjang waktu penyeduhan, ketika proses penyeduhan teh maka terjadi proses ekstraksi yaitu kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang larut dengan pelarut cair.

Kadar kafein dipengaruhi oleh waktu ekstraksi. Waktu penyeduhan yang terlalu singkat dapat membuat kadar kafein didalam teh belum terekstrak dengan sepenuhnya sehingga kadar kafein terendah adalah saat waktu penyeduhan tersingkat. Dan jika menyeduh teh terlal lama selain kafein terekstrak namun juga membuat kafein teroksidasi dengan udara sehingga berdampak tidak baik bagi tubuh. Jumlah kadar kafein dalam teh selain dipengaruhi oleh waktu ekstraksi juga dipengaruhi oleh suhu ekstraksi. Suhu yang semakin tinggi akan memperlebar jarak antar molekul dalam teh. Pada penentuan kadar sari larut air, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama 24 jam dengan air. Hal ini bertujuan agar zat aktif yang terdapat pada simplisia tersebut dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut. Dan setelah larutan dibiarkan selama 24 jam, larutan yang lebih pekat adalah larutan teh yang dilarutkan dengan air panas, sedangkan untuk teh yang dilarutkan menggunakan air dingin atau air biasa itu tidak terlalu pekat, dan mengapa hal ini bisa terjadi, hal ini terjadi karena terjadi proses difusi hal ini terjadi karena air memiliki tekanan yang lebih kecil daripada teh. Proses seperti ini terjadi dimana perpindahan molekul dari potensial yang tinggi ke potensial yang rendah. Kemudian teh yang dilarutkan menggunakan air panas lebih cepat berdifusi atau berubah warna karena semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat pula proses difusi terjadi, dan juga terjadi sebaliknya jika suhu untuk melarutkan teh semakin rendah maka semakin lambat pula kecepatan proses difusi itu terjadi. Pada proses pelarutan teh menggunakan pelarut air, disini digunakan dua macam pelarut yakni pelarut air dingin atau air biasa dan juga pelarut menggunakan air panas, pada saat proses pelarutan, teh yang dilarutkan dengan menggunakan air dingin itu filtratnya sedikit yang larut dalam air dingin sehingga air masih berwarna bening atau hanya sedikit berwarna cokelat, berbeda dengan teh yang dilarutkan menggunakan pelarut air panas, disini teh yang dilarutkan dengan air panas berwarna coklat kemerahan dan juga aroma dari teh tercium harum, ini dilakukan sebelum 24 jam, dan setelah dilarutkan selama 24 jam hasilnya teh yang menggunakan air panas berbau masih seperti air teh biasanya

namun lebih pekat , dan rasanya pun sama menjadi lebih pekat dari sebelum 24 jam, dan untuk yang menggunakan air biasa atau air dingin aromanya menjadi berbau asam atau berbau basi atau busuk, dan warnanya menjadi berwarna coklat sedikit keruh, kemudian untuk rasanya menjadi sedikti pahit. Disini dapat terbukti bahwa air adalah pelarut yang baik untuk teh, namun pada suhu tertentu teh dapat menjadi pelarut yang sangat baik, seperti yang telah dilakukan didalam praktikum kali ini bahwa teh yang dilarutkan dengan mengguanakan pelarut air panas maka filtratnya lebih banyak dibandingkan dengan teh yang dilarutkan dengan menggunakan pelarut air dingin. Setelah teh didiamkan selama 24 jam ada timbul aroma busuk atau aroma asam hal ini terjadi karena teh mengalami oksidasi dengan udara di ruangan sehingga jika teh sudah seperti itu maka teh yang berbau asam atau busuk tidak boleh dikonsumsi lagi karena dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau gangguan lambung, oleh karena itu jika menyeduh teh maka segera habiskan di hari itu juga karena jika sudah lebih dari 24 jam maka kandungan yang terdapat didalam teh sudah teroksidasi dengan udara sekitar dan tidak layak dikonsumsi lagi, karena teh hanya dapat bertahan selama kurang lebih 1 hari saja, itupun jika disimpan dalam wadah yang tertutup. Untuk menanggulangi supaya teh yang diseduh tidak asam atau basi maka harus diperhatikan suhu yang dipakai untuk menyeduh teh tersebut, suhu air yang terlalu panas akan membuat daun teh cepat hancur dan airnya menjadi keruh. Sedangkan air yang tidak terlalu panas akan bisa membuat warna teh menyebar sempurna. Jadi sebaikya didihkan air sesaat sebelum menyeduh teh. VIII. Kesimpulan Pada praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa air panas merupakan pelarut yang baik untuk teh, dan teh lebih mudah larut dalam air panas dibandingkan dengan menggunakan air dingin, sehingga filtrat yang dihasilkan oleh teh yang dilarutkan dengan menggunakan air panas akan lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan air dingin.

IX. Daftar Pustaka Ibrahim. 2009. Ekstraksi. Bandung: Sekolah Farmasi ITB Wasilah, Sudja. 1978. Penuntun Percobaan Pengantar Kimia Organik. Bandung: PT Karya Nusantara Djarwis,

D.

2004. Teknik

Penelitian

Kimia

Organik

Bahan

Alam,

Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas. Manjang, Y. 2004. Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Pelestarian dan Perkembangan Melalui Tanah Agrowisata, Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas. Kunarto, B., 2005, Teknologi Pengolahan Teh Hitam (Camellia sinensis L. Kuntze) Sistem Orthodox, Semarang University Press, Semarang X. Lampiran

Gelas bening

Teh dituangkan pada gelas

Teh dilarutkan

Teh dituangkan di wadah putih

Teh diaduk sesekali

Teh ketika dijemur

Hasil teh setelah dijemur

Teh setelah 24 jam