46 1 330KB
PARADIGMA INDONESISCHE STUDIE CLUB (ISC) Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia yang diampu oleh Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si Wildan Insan Fauzi, M.Pd
oleh NIM 1603381
Andini Yulistiyani
NIM 1607160
M. Rasyid Ridha
NIM 1601024
Ridho Dwi Adinugroho
NIM 1602432
Santi Santika
NIM 1601827
Wardatul Haifa S H
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Paradigma Indonesische Studie Club” ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam. Kami amat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Mata Kuliah Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia ini. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Makalah ini membahas mengenai awal mula dan perkembangan dari salah satu organisasi terpelajar yang berpengaruh di Indonesia kala itu, yaitu Indonesische Studie Club dikelola oleh kaum muda terpelajar Indonesia yang membuat dampak langsung bagi masyarakat. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa membawa manfaat bagi pembacanya dan kami mengharapkan kritik serta saran karena kami sadar betul bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Bandung, Maret 2018 Penyusun,
Kelompok
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2 C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... x A. Latar Belakang Berdirinya Indonesische Studie Club .......................................... x B. Perkembangan Indonesische Studie Club ............................................................. x C. Reorganisasi Indonesische Studei Club ................................................................ x BAB III SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 16 A. Simpulan ............................................................................................................. 16 B. Saran .................................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergerakan nasional lahir dari penderitaan rakyat. Kebebasan rakyat dikekang oleh penguasa-penguasa asing. Kebebasan berpikir, kebebasan untuk mendapatkan haknya di negara sendiri. Rakyat selalu tertindas dan diperlalkukan secara tidak adil. Namun, ada segolongan orang yang tidak tinggal diam melihat fenomena ini. Tampil golongan pemuda yang berusaha menyuarakan penderitaan yang telah dialami oleh rakyat. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan pendidikan Barat. Mereka mempelopori dan memimpin pergerakan nasional. Mereka berjuang diberbagai bidang,ada yang berjuang di bidang politik, ekonomi maupun di bidang pendidikan. Tujuanperjuangan itu satu, mencapai kmerdekaan bangsa dan tanah air. Salah satu pergerakan nasional yang ikut berjuang di bidang politik diantaranya adalah Indonesische Studie Club (ISC). Indonesische Studieclub merupakan perkumpulan kaum terpelajar. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah menanamkan rasa tanggung jawab sosial dan politik di kalangan anggotanya dan melalui organisasi ini pula bermaksud agar masalah nasional di bidang sosial ekonomi dapat dibahas sehingga menghasilkan buah pikiran yang bermanfaat bagi pembangunan. Indonesische Studie Club ini mengikuti dua asas yaitu asas kooperasi dan asas non-kooperasi atau dinamakan dengan kooperasi insidentil. Yang lebih menarik lagi Indonesische Studie Club ini berbeda dengan organisasi lainnya, dimana aliran moderat dan radikal progresif, dalam Budi Utomo kedua aliran ini sering sekali berselisih, namun di Indonesische Studieclub kedua aliran ini dapat menyatu. Berdasarkan hal diatas, banyak hal menarik yang terjadi dalam tubuh indonesische studieclub sebagai organisasi pergerakan nasional.
1
2
Inilah yang mendorong kamu untuk membahas mengenai “Paradigma Indonesische Studie Club (ISC).
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana latar belakang beridirnya Indonesiche Studie Club? 2. Bagaimana perkembangan dari Indonesiche Studie Club? 3. Bagaimana proses reorganisasi dari Indonesiche Studie Club?
C. Tujuan Penulisan 1. Memahami latar belakang berdirinya Indonesiche Studie Club. 2. Memahami perkembangan dari Indonesische Studie Club. 3. Memahami proses reorganisasi dari Indonesische Studie Club.
BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Berdirinya Indonesische Studie Club Indonesische Studie Club merupakan kelompok studi yang berkeinginan mendorong kaum terpelajar dikalangan orang-orang pribumi untuk memupuk keinsafan hidup bermasyarakat, memupuk pengetahuan politik, senantiasa mendiskusikan masalah-masalah nasional dan sosial. Serta bekerja sama untuk membangun. Kelompok studi ini merupakan usaha nyata bekas anggota-amggota Perhimpunan Indonesia yang kembali ke tanah air, untuk merealisasikan ide-ide mereka tentang pembangunan Indonesia, yang telah terbentuk dan berkembang ketika mereka masih aktif dalam organisasi PI di Negeri Belanda. Indonesische Studie Club berdiri pada tanggal 11 Juli 1924 awalnya merupakan sebuah perkumpulan kaum terpelajar yang bekerja di Surabaya saja, kemudian mempunyai pengaruh cukup luas. Berdirinya organisasi ini tidak lepas dari peranan Dr. Soetomo sebagai pendiri Indonesische Studieclub. Menurut Dr. Soetomo tujuan didirikannya Indonesische Studieclub bertujuan menanamkan rasa tanggung jawab sosial dan politik di kalangan anggotanya dan melalui organisasi ini pula bermaksud agar masalah nasional di bidang sosial ekonomi dapat dibahas sehingga menghasilkan buah pikiran yang bermanfaat bagi pembangunan. Kekecewaan Dr. Soetomo terhadap Budi Utomo telah mendorong Dr.Soetomo untuk mendirikan Indonesische Studieclub. Banyak aspek-aspek dari Budi Utomo yang disempuranakan dalam Indonesische Studieclub, antara lain adalah: 1. Budi Utomo merupakan organisasi yang memiliki kesadaran akan pentingnya
masalah
pendidikan
Sedangkan
Indonesische
dan
Studieclub
pembentukan
kaum
terpelajar.
memanfaatkan
kaum
terpelajar
(intelektual) untuk menuju kemerdekaan Indonesia.
3
4
2. Anggota dari Budi Utomo hanya terdiri dari pada orang yang berasal dari Jawa dan Madura. Sedangkan Indonesische Studieclub keanggotaannya tidak terbatas dan terdiri dari seluruh penjuru Indonesia. 3. Dalam Budi Utomo terdapat dua aliran yaitu aliran moderat dan radikal progresif, dalam Budi Utomo kedua aliran ini sering sekali berselisih, namun di Indonesische Studieclub kedua aliran ini dapat menyatu. Pringgodigdo (1994: 64) dalam Wulandari (2016) menyatakan bahwa Dr. Soetomo merupakan seorang nasionalis Indonesia yang yakin bahwa di masa yang akan datang bangsa Indonesia membutuhkan kaum intelektual yang berpikiran praktis dan sedikit bicara Tujuan utamanya adalah menyebarluaskan prinsipprinsip persatuan dan solidaritas Indonesia. Indonesische Studieclub mempunyai misi untuk mendorong kaum terpelajar di kalangan orang-orang pribumi supaya memupuk kesadaran hidup bermasyarakat, pengetahuan politik, mendiskusikan masalah-masalah nasional dan sosial, serta bekerja sama untuk membangun Indonesia.
B. Perkembangan Indonesiche Studie Club Munculnya ISC di Surabaya ternyata berdampak kepada kota-kota lainnya. Dalam waktu yang singkat berdirilah Algemeene Studieclub. Kemudian dilanjut kota-kota lainnya. Meskipun Studieclub tersebut berbeda-beda namun tetap terlihat sama ialah kesadaran atas persatuan Indonesia dan tujuan kepada kemerdekaan. Pada hakikatnya, nama dari ISC sendiri merupakan sebuah kedok untuk menghindari pelarangan dari pemerintah Hindia Belanda, namun dalam praktiknya perkumpulan ini membahas mengenai perpolitikan. Diantara studieclub-studieclub tersebut terdapat tiga yang paling menonjol, baik dalam aktivitasnya maupun dalam penerbitan majalahnya sendiri. Studieclub Surabaya dengan majalahnya “Suluh Indonesia”, studieclub Bandung dengan majalahnya “Indonesia Muda” dan studieclub Solo dengan majalahnya “Timbul”. Dengan adanya tiga majalah tersebut, kaum intelek bisa memperoleh tempat yang
5
cocok untuk dapat mengasah otaknya dan dapat mengeluarkan aspirasi suaranya. Terdapat dua perbedaan sikap antara studieclub Surabaya dengan Bandung, hal ini dikarenakan pembentuk studieclub Bandung yang bekas anggota Perhimpunan Indonesia, yang mana sikapnya sama dengan Perhimpunan Indonesia yang ada di negeri Belanda. Sepak terjangnya pun berbeda, studieclub Bandung lebih condong haluannya ke arah politik. Sedangkan studieclub Surabaya memusatkannya di lapangan social. Begitu pula pada mulanya studieclub Subaraya bersikap “koperasi” terhadap pemerintah colonial. Berbeda dengan studieclub Bandung yang bersikap “non-koperasi”. Meskipun begitu, mereka tetap pada satu persamaan yang mendasarinya yaitu “adanya kesadaran atas persatuan Indonesia dan tujuan kepada kemerdekaan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan ISC adalah membentuk asrama-asarama pelajar, untuk pria maupun wanita secara terpisah. Didirikan juga Vrouwentehuis (Wisma Wanita) yang merupakan tempat penampungan wanita tuna Susila, mereka diberi pelajaran berbagai kepandaian untuk dapat mencari nafkah sendiri. Pada bulan Agustus 1926 Indonesische Studies Club melakukan usaha untuk menghidupkan
kembali
gerakan
yang
didasarkan
kepada
ideologi
PI.
Indonesische Studies Club mengirimkan sekertarisnya R.P. Singgih, ia adalah seorang pengacara didikan Leiden yang tinggal di Surabaya agar melakukan suatu kunjungan yang luas di Jawa untuk menegaskan perlunya persatuan Indonesia dan untuk mendorong kaum muda terpelajar membentuk kelompok-kelompok studi dan ikut serta dalam kebangunan negara. Sambutan tersebut diikuti oleh berbagai utusan organisasi di kota itu termasuk Budi Utomo, Pasundan, dan Algemeene Studieclub ikut membahas terbentuknya suatu organisasi bersama. Dalam pertemuan meghasilkan kesepakatan rencana pembentukan Komite Persatuan Indonesia sebagai langkah awal terwujudnya suatu partai nasional bagi semua. Dalam organisasi tersebut telah sepakat mendukung komisi tersebut. yang anggotanya terdiri dari utusan - utusan organisasi yang ikut hadir, antara lain Semua Studieclub (Indonesische Studieclub dan Algemeene Studieclub), Partai
6
Sarekat Islam, Muhammadiyah, Jong Islamieten Bond, Pasoendan, Persatoean Minahasa, Sarekat Ambon, dan Sarekat Madoera. Selain itu, pada bulan Maret 1926 Bank Bumiputra didirikan. Karena keberhasilan bank ini, pada kongres PPPKl (federasi organisasi pergerakan tempat ISC juga ikut bergabung) bulan September 1928, Bank Bumiputra kemudian diubah menjadi Bank Nasional Indonesia. ISC merintis pula berdirinya koperasi, baik koperasi konsumsi maupun koperasi produksi. Atas usaha organisasi ini, koperasi-koperasi kecil yang ada dihimpun dalam Persatuan Koperasi Indonesia (PCI) (Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik, 2017). Terdapat suatu pemogokan-pemogokan pada tahun 1925 yang dilakukan oleh buruh serikat kerja. Setelah mendengar peristiwa tersebut ISC menyusun laporan yang melaporkan sebab terjadinya pemogokan 1925. Akibatnya, pada tahun 1926 majalah studieclub Surabaya yang bernama “Suluh Indonesia” digabungkan menjadi satu dengan majalah studieclub Bandung yang bernama “Indonesia Muda”, dari gabungan itu lahirlah majalah “Suluh Indonesia Muda” yang diasuh oleh Ir. Soekarno dan Dr. Soetomo. Pada 16 oktober 1930 ISC membuka pintu untuk semua orang, tidak lagi terbatas kepada kaum terpelajar, sesuai dengan cita-citanya untuk berlandaskan rakyat umum. Hal ini dipengaruhi karena fusi dari ISC dan Sarekat Madura dan berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia. C. Reorganisasi Indonesische Studie Club Tindakan keras pemerintah kolonial terhadap PNI pada tahun 1929 dengan menangkap pemimpin-pemimpinnya yang dicurigai akan melakukan suatu pemberontakan, merupakan tanda bahwa masa radikal bagi pergerakan nasional mendekati masa akhir. Kiris ekonomi dunia juga ikut mempengaruhi ekonomi Hindia Belanda saat itu. Karena itu kebijaksanaan pemerintah di bidang politik juga terpengaruh dan terhadap kegiatan partai-partai politik Indonesia yang dipandang radikal dapat menggangu tindakan-tindakan untuk menganggulangi krisis eknomi, maka dilakukan pembatasan dan pengawasan yang lebih ketat.
7
Apalagi semenjak Gubernur Jenderal deJonge ditugaskan untuk mengendalikan pemerintahan, terutama di bidang ekonomi Hindia Belanda, dikenal sebagai orang yang konservatif bahkan reaksioner. Meletusnya pemberontakan di atas kapal perang de Zeven Provincien pada 1933 sebagai protes atas gaji yang terlalu kecil, yang menyebabkan pemerintah kolonial mengambil sikap yang lebih keras lagi terhadap partai non-kooperasi karena khawatir pemimpin nasionalis di dalam keadaan krisis ekonomi akan menghasut rakyat untuk memberontak. Sukarno ditangkap pada bulan Agustus 1933 dan tidak ada pemeriksaan pengadilan umum, dia diasingkan ke Flores, namun pada tahun 1938 dia dipindahkan ke Bengkulu dimana keadaannya lebih baik. Pada bulan Februari 1934, Sjahrir dan pemimpin-pemimpin PNI-Baru lainnya ditangkap dan kemudian diasingkan ke Boven Digul (pada tahun 1936, Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda). Dengan hilangnya pemimpin-pemipin mereka dan semakin meningkatnya gangguan dari pihak kepolisisan maka gerakan-gerakan nasionalis “sekuler” menjadi semakin lemah. Partindo dan PNI-Baru, serta gerakan-gerakan Islam yang anti penjajahan, Permi dan PSII. Dengan wafatnya Tjokroaminoto pada Desember 1934 maka gerakan politik Islam kehilangan pemimpin yang pertama dan terkemuka, serta mulai terpecah-pecah dan membuat kelompok baru lagi (Ricklefs, 2007) Dari proses perkembangan kedua partai tersebut, bisa dilihat bahwa pemerintah kolonial meskipun bertindak keras namun sama sekali tidak menghancurkannya. Meskipun demikian tindakan keras terhadap partai nonkooperasi menyebabkan partai-partai kecil dan menjalankan kooperasi terkena pengaruh. Mereka berpendapat bahwa sikap non-kooperasi tidak dapat dilanjutkan dalam kondisi politik waktu itu, karena kalau diteruskan hanya akan merugikan perjuangan. Akhirnya timbul suara-suara agar mengubah taktik perjuangan. Untuk memperkuat barisan, dua organisasi yaitu Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) menyatukan diri menjadi organisasi yang lebih besar untuk tampil ke depan dan menggantikan partai-partai non-kooperasi dan diberi nama Partai Indonesia Raya (Parindra), selain itu Partai Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia)
8
juga tampil sebagai organisasi yang melakukan taktik kooperatif dengan pemerintah. Melalui partai-partai ini, pergerakan nasional Hindia Belanda menuju ke pergerakan kooperasi atau melakukan kerja sama dengan pemerintah Belanda. 1.
Persatuan Bangsa Indonesia
a.
Perubahan Nama ISC ke PBI
Setelah penangkapan Sukarno oleh pihak pemerintah Belanda ternyata mendatangkan reaksi dari berbagai pemimpin politik di Hindia Belanda. Pemerintah Belanda semakin gencar memberikan tekanan terhadap organisasiorganisasi non-kooperatif, apalagi ISC merupakan organisasi yang sangat dicurigai oleh pemerintah Belanda. Akhirnya pada Oktober 1930 di Surabaya, dr. Sutomo mereorganisasi Studieclubnya dan mengubahnya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) (Ricklefs, 2007: 284). Anggaran dasar organisasi diubah, sehingga anggota organisasi tidak lagi terbatas pada kaum terpelajar, tetapi juga kepada masyarakat umum. Dalam anggaran dasar dicanturnkan pula bahwa PBI bertujuan mencapai kebahagiaan yang sempurna bagi tanah air dan rakyat Indonesia atas dasar nasionalisme Indonesia. PBI berpendapat rakyat Indonesia telah sadar akan kedudukanya dan mempunyai hasrat kuat memperbaiki kedudukanya. Program kerja PBI sendiri menekankan pemberian perlindungan, penerangan, dan pimpinan. Pada tahun 1935, bersama-sama dengan Budi Utomo yang lebih dahulu membubarkan diri PBI menjelma menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra) dengan dr. Sutomo sebagai ketuanya. Di Jawa Timur organisasi ini berdalih ke bidang-bidang kegiatan ekonomi dan sosial, seperti mendirikan balai-balai pengobatan, as rama-asrama mahasiswa, bank-bank desa, biro-biro penasihat, dan lain-lain. kegiatan-kegiatan di organisasi ini serupa dengan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi Islam, jadi PBI ini adalah organisasi yang bergerak di bidang sosial dan ekonomi (Ricklefs, 2007: 284).
9
2.
Parindra (Partai Indonesia Raya)
Setelah tahun 1934 gerakan anti kolonialisme radikal yang didasarkan pada asas non-kooperasi benar-benar padam, namun metode-metode yang bersifat kooperasi ternyata belum sepenuhnya hilang. Mereka berpendapat bahwa sikap non-kooperasi, karena kalau diteruskan hanya akan merugikan perjuangan. Untuk memperkuat barisan, mereka menyatukan diri (fusi) ke dalam suatu organisasi yang lebih besar untuk tampil menggantikan partai-partai non-kooperasi. Lalu dibentuklah partai baru yaitu Partai Indonesia Raya (Parindra) yang merupakan hasil fusi antara Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) (Ricklefs, 2007, hlm. 289). Parindra dibentuk dalam kongres fusi pada tanggal 24-26 Desember 1935 di Solo dan dipilihlah dr. Sutomo sebagai ketua dan Surabaya ditetapkan sebagai pusat partai. Sarekat Sumatera dan Sarekat Selebes juga menggabungkan diri ke dalam Parindra. Tujuan partai sebagai disebutkan dalam anggaran dasar ialah “Indonesia Raya”, dan ini hendak dicapai dengan memperkokoh kebangsaaan; berjuang untuk memperoleh suatu pemerintahan yang berdasarkan demokrasi dan nasionalisme, dan berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat baik di bidang ekonomi maupun sosial. Terhadap pemerintah colonial, Parindra tidak bersikap kooperasi tapi juga tidak non-kooperasi, dan karena itu Parindra mempunyai wakil-wakil dalam Volksraad dan mengambil sikap sesuai dengan situasi sidang (Notosusanto, 1992, hlm. 95). Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi, sehingga partai ini bersifat fleksibel. Perjuangan Parindra sendiri dilakukan dengan memerjuangkan agar wakil-wakil Volksraad semakin bertambah sehingga suara yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh pemerintah Belanda. Meskipun Parinda menganut asas politik kooperatif, organisasi ini tetap bertujuan untuk mencapai Indonesia merdeka. Sebagaimana dikatakan oleh Mohammad Husni Thamrin dalam pidatonya, bahwa nasionalis kooperatif dan nonkooperatif memiliki satu tujuan bersama yang sama-sama yakin pada Indonesia Merdeka (Abdullah, 2013, hlm. 148).
10
BAB III SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Peranan ilmu bantu sejarah dalam mengungkap peristiwa di masa lalu memiliki peran yang amat krusial bagi perkembangan ilmu sejarah. Ilmuilmu sosial yang memiliki berbagai macam teori dapat digunakan oleh ilmu sejarah dalam mengungkap tabir di masa lalu, termasuk masalah politik dan ekonomi yang selalu saling berkaitan satu sama lain. Proses interpretasi dalam ilmu sejarah dengan menggunakan ilmu politik dan ekonomi akan menampilkan berbagai dan membuka pandangan baru mengenai suatu peristiwa di masa lalu. Seyogyanya sejarah haruslah berterima kasih atas perkembangan berbagai ilmu pengetahuan saat ini, atau dalam konteks ini dikhusukan pada perkembangan ilmu politik dan ilmu ekonomi yang sangat berperan besar dalam proses penelitian sejarah.
B. Saran Tulisan kami dalam makalah ini, masih sangatlah jauh dari kata sempurna, kurangnya sumber dan pemanfaatan dalam penggunaan waktu sangat berpengaruh terhadap hasil yang ada dalam makalah ini. Sehingga kami berharap kelak akan tersedia beragam sumber yang mumpuni demi tercapainya kualitas makalah yang baik dan mampu menyajikan konten yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA Buku : Abdullah, T. (2013). Sejarah Pemikiran Indonesia Modern. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud. Franklin. (1977). Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Penerbit KANISIUS Muljana, S. (2008). Kesadaran Nasional: Kemerdekaan, Jilid 1. Yogyakarta: LKiS.
Dari
Kolonialisme
Sampai
Notosusanto, Nugroho. (1992). Sejarah Nasional Indonesia 3. Depdikbud: Jakarta Ricklefs, M. C. (2007). Sejarah Indonesia Modern. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Tanpa Nama. (1977). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah JawaTimur. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan. Tanpa Nama. (1977). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Jurnal : Wulandari, A. D. (2016). Konflik Partai Sarekat Islam Dengan Indonesische Studieclub. E-Journal Pendidikan Sejarah, 4(3), hal. 10-15.
Internet : Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik. 2017. Indonesische Studieclub. [online]. diakses dari http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/974/IndonesischeStudieclub-ISC.
11