P 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

LAPORAN PRATIKUM KIMIA ORGANIK

REAKSI ELIMINASI / DEHIDRASI ALKOHOL “PEMBUATAN ISOBUTILEN DARI ALKOHOL TERSIER” Oleh: Kelompok V Kelas B

Ruth Butar Butar

(1507037672)

Sandi Sudarsono

(1507023571)

Thita Oktaviana Hamelia

(1507037577)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TEORI Alkena dapat dibuat dengan reaksi eliminasi alcohol (dalam asam kuat) atau alkil halide (dalam basa). Alkohol primer bereaksi eliminasi dengan lambat. Dalam H₂SO₄ pekat dan panas. Alkena yang terbentuk dapat mengalami isomerisasi dan reaksi-reaksi lain, oleh karena itu biasanya alkohol primer tak berguna dalam pembuatan alkena. Alkohol sekunder menjalani eliminasi bersama suatu asam kuat dan dapat terjadi penataan ulang karbokation sebagai zat antara. Alkohol tersier mengalami eliminasi dengan cepat lawan karbokation (E1) bila diolah dalam suatu asam kuat (Fesenden, 1982). Apabila reaksi dehidrasi alcohol menghasilkan lebih dari satu produk, maka hasil utama dapat diramalkan berdasarkan kaidah zaytsef yaitu alkena yang lebih tersubstitusi (gugus alkalinya lebih banyak) dihasilkan lebih banyak dari pada alkena yang kurang tersubstitusi. Dalam contoh berikut rumus struktur 2-benzena. Jika menggunakan rumus acuan etena,mengandung dua buah subtituen gugus metal. Sedangkan pada 1-butena yang mengandung sebuah subtituen etil (Parlan dan Wahyuni, 2005). Alkohol dapat didehidrasi dengan memanaskan dengan asalam kuat. Misalnya, jika etanol dipanaskan pada suhu 180˚C dengan sedikit asam hidroksida pekat, hasil etilena yang diperoleh cukup banyak.

H-CH₂-CH₂-OH-H⁺

1800˚C

Etanol CH₂=CH₂+H-OH Etilena

Reaksi ini yang dapat digunakan dalam sintesis alkena adalah kebalikan reaksi hidrasi alkena.Ini adalah reaksi eliminasi dan dapat terjadi melalui mekanisme E1 dan E2 bergantung pada kelompok alcohol (3˚, 2˚, dan 1˚).

Alkohol tersier terhidrasi melalui mekanisme E1, yaitu melalui pembentukan ion karbinium. Misalnya, T-butil alcohol. Tahap pertama adalah reaksi bolak-balik yang melibatkan protonasi gugus hidroksil.

(CH₃)₃-C-OH+ H⁺ = (CH₃)₃-O-H⁺-H Lepasnya gugus H₂O menghasilkan kation t-butil (CH₃)₃C-O-H = (CH₃)₃C⁺ + H₂O-H Kation t-butil

Lepasnya proton dari atom karbon yang bersebelahan dengan karbon positif menyempurnakan reaksi ini.

H - CH₃

CH₃

CH₂ - C – OH - CH₂ = C + H - OH

CH₃

CH₃ Gambar 1.1 T-butil alcohol isobutilena (2- metil propena)

Dalam hal ini alkohol primer zat perantara ion karbonium yang tidak mantap dihindari dengan menggabungkan dua mekanisme tahap akhir. Lepasnya air dan

proton dari karbon disebelah terjadi kebersamaan. Jadi dua tahap dalam mekanisme E2 pada dehidrasi etanol. Hal-hal yang perlu diingat mengenai dehidrasi alcohol ialah : (Rasyid, 2009) 1. Selalu dimulai dengan protonasi gugus hidroksil (yaitu, alcohol bertindak sebagai basa, seperti dalam persamaan). 2. Kemudian dehidrasi alkohol adalah menurut 3˚ > 2˚ > 1˚ yaitu kecepatan sesuai dengan kemantapan karbonium). Alkena dapat dibuat dengan reaksi eliminasi alcohol (dalam asam kuat) atau alkil halide (dalam basa). Alkohol primer bereaksi eliminasi dengan lambat. Dalam H2SO4 pekat dan panas. Alkena yang tebentuk dapat mengalami isomerisasi dan reaksi-reaksi lain; oleh karena itu biasanya alcohol primer tak berguna dalam pembuatan alkena. Alkohol sekunder menjalani eliminasi lewat jalan E1 dipanasi bersama suatu asam kuat dan dapat terjadi penataan ulang karbokation sebagai zat antara. Alkohol tersier mengalami eliminasi dengan cepat lawan karbokation (E1) bila diolah dalam suatu asam kuat (Fesenden, 1982). Apabila reaksi dehidrasi alcohol menghasilkan lebih dari satu produk, maka hasil utama dapat diramalkan berdasarkan kaidah zaytsef yaitu alkena yang lebih tersubtitusi (gugus alkilnya lebih banyak) dihasilkan lebih banyak daripada alkena yang kurang tersubtitusi. Dalam contoh berikut rumus struktur 2-benzena. Jika menggunakan rumus struktur acuan etena , mengandung dua buah subtituen gugus metal. Sedangkan pada I-butena yang mengandung sebuah subtituen etil (Parlan dan Wahyuni, 2005). Alkohol dapat didehidrasi dengan memanaskan dengan asam kuat. Misalnya, jika etanol dipanaskan pada suhu 180OC dengan sedikit asam hidroksida pekat , hasil etilena yang diperoleh cukup banyak. H-CH2 CH2-OH H+ etanol

180O °C

CH2= CH2+H-OH etilena

Reaksi ini yang dapat digunakan dalam sintesis alkena, adalah kebalikan reaksi hidrasi alkena. Ini adalah reaksi eliminasi dan dapat terjadi melalui

mekanisme E1 dan E2bergantung pada kelompok alcohol (3o, 2o, dan 1o). Alkohol tersier terhidrasi melalui mekanisme E1, yaitu melalui pembentukan ion karbonium. Misalnya, T-butil alcohol. Tahap pertama adalah reaksi bolak-balik, yaitu yang melibatkan protonasi gugus hidroksil. (CH3)3C-OH+H+= (CH3)3 –O-H+ H Lepasnya gugus H2O menghasilkan kation t-butil (CH3)3C-O-H = (CH3)3C+ + H2O H

Kation t-butil

Lepasnya proton dari atom karbon yang bersebelahan dengan karbon positif menyempurnakan reaksi ini. Dalam hal ini alcohol primer zat perantara ion karbonium yang tidak mantap dihindari dengan menggabungkan duamekanisme tahap akhir. Lepasnya air dan proton dari ksrbon disebelahnya terjadi bersamaan. Jadi dua tahap dalam mekanisme E2 pada dehidrasi etanol adalah : (Rasyid, 2009) CH3CH2OH + H+= CH2CH2-O+-H H H CH2=CH2-O+- H

CH2=CH2 + H+ + H2O H

Hal-hal yang perlu diingat mengenai dehidrasi alcohol ialah (1) selalu dimulai dengan protonasi gugus hidroksil (yaitu, alcohol bertindak sebagai basa, seperti dalam persamaan) dan (2) kemudian dehidrasi alcohol adalah menurut 3o>2o > 1o yaitu, kecepatan sesuai dengan kemantapan ion karbonium) (Rasyid, 2009). Jika alkohol primer direaksikan dengan H2SO4 pekat pada suhu 160-170oC maka diperoleh hasil alkena. Perubahan alcohol menjadi alkena ini merupakan proses dehidrasi (pelepasan air) contoh : (Parlan dan Wahyuni, 2003)

H2SO4

CH3CH2OH

CH2=CH2 + H2O

160-170oC

Etena

Pada contoh diatas, H2SO4 pekat berfungsi sebagai dehydrator. Selain H2SO4 dapat pula digunakan dehydrator Al2O3 atau P2O5. Bila digunakan H2SO4 pekat menyebabkan alkena yang terbentuk mengalami polumerisasi. Dalam hal kereaktifan dehidrasi diperoleh urutan; alkohol tersier > alkohol sekunder > alkohol primer (Parlan dan Wahyuni, 2003). Etanol dipanaskan bersama dengan asam sulfat berlebihan pada suhu 170oC. Gas-gas yang dihasilkan dilewatkan kedalam larutan natrium hidroksida untuk menghilangkan karbondioksida dan sulfur dioksida yang dihasilkan dari reaksireaksi sampingan. Etena terkumpul diatas air. H2SO4 pekat

CH3-CH2- CH

CH2=CH2 +H2O

Asam sulfat pekat merupakan sebuah katalis. Olehnya itu biasa dituliskan diatas tanda panah bukan disebelah kanan atau kiri persamaan reaksi. Dehidrasi sikloheksanol menjadi sikloheksena. Proses dehidrasi ini merupakan sesebuah proses pemisahan yang umum digunakan untuk mengilustrasikan pembentukan dan pemurnia sebuah produk cair. Dengan adanya fakta bahwa atom-atom karbon tergabung dalam sebuah struktur cincin tidak aka nada perbedaan yang terbentuk bagaimanapun karakteristik kimia reaksi yang terjadi. Sikloheksanol dipanaskan dengan asam fosfat (V) pekat dan sikloheksana cair disaring dan bisa dikumpulkan

dan

dimurnikan.

Asam

fosfat

(V)

cenderung

digunakan

menggantikan asam sulfat karena lebih aman dan menghasilkan lebih sedikit reaksi sampingan (Clark, 2007). Etena dapat dibuat melalui reaksi dehidrasi alcohol dengan menggunakan H2SO4 atau P2O5 sebagai dehidrator.

C2H5OH-

H2SO4

CH2=CH2

Jika digunakan alkohol suhu tinggi dapat pula terjadi reaksi dehidrasi. Dalam laju dehidrsai diperoleh urutan alcohol 3o > alkohol 2o > alkohol 1o. Contoh: (Parlan dan Wahyuni, 2003)

CH3CH2OH–

H2SO4

CH3 CH=CH2

1-propanol CH3CH2CH CH3

H2SO4

propena

CH3 CH=CH CH3 + CH3 CH2CH= CH2

OH 2-butanol

2-butena

1-butena

Gugus alkil pada alkohol boleh alifatik boleh siklik, namun yang biasa disebut alkohol adalah yang mempunyai gugus alkil ( R ) alifatik. Oleh karena itu, bila dikaitkan dengan alkana maka penamaan alkohol adalah mirip dengan alkana dimana akhiran pada alkana diganti dengan ol pada alkohol. Rumus molekul alkohol atau alkanol adalah CnH2n + O2. Pembuatan alkohol dapat dilakukan dengan berbagai proses, antara lainproduksi alkohol dengan cara fermentasi dan proses pembuatan alkohol dengan cara fermentasi dan proses pembuatan alkohol dari tetes. Adapun proses pembuatan alkohol tergantung pada bahan baku yang dipakai. Reaksi dehidrasi memerlukan adanya asam dan pemanasan, yang umumnya dilakukan salah satu dari dua kemumgkinan berikut; (1) memanaskan alkohol dengan asam sulfat atau asam fosfat, atau (2) uap alkohol dilewatkan pada katalis, umumnya katalis alumina (Al2O3), pada suhu tinggi. Alumina berfungsi sebagai asam Lewis atau Bronsted-Lowry. Urutan reaktivitas alkohol yaitu 3o ˃ 2o ˃ 1o (Riswiyanto, 2009). Reaksi katalisis 2-propanol dengan katalis asam menghasilkan propilen melalui reaksi dehidrasi, sedangkan dengan katalis basa menghasilkan aseton. Propilen dan aseton adalah produk-produk primer yang tidak stabil dari hasil konversi katalisis 2-propanol secara dehidrasi dengan katalis asam dan secara dehidrogenasi dengan katalis basa, sedangkan 3,3,5-trimetil sikloheksanol dan 4-

metil-2-pentanol merupakan produk-produk sekunder yang stabil (Wibowo dkk, 2007). Monomer-monomer yang menyusun rantai polipropilena adalah propilena yang diperoleh dari pemumian minyak bumi. Propilena, merupakan senyawa vinil yang memiliki struktur; CH2=CH-CH3. Secara industri polimerisasi polipropilena dilakukan dengan menggunakan katalisasi koordinasi. Proses polimerisasi ini akan menghasilkan suatu rantai lenear yang terbentuk -A-A-A-A- dengan A merupakan propilena. Facia prinsipnya ketiga struktur polipropilena tersebut berbeda satu dengan yang lain secara kimiawi. Struktur yang satu tidak dapat berubah begitu saja menjadi strukturyang lain tanpa mengalami pemutusan dan penyusunan kembali ikatan kimia pada rantai polimernya (Nuraida, 2004). Alkena dapat dibuat dengan reaksi yang melibatkan senyawa-senyawa berikut ini; Alkil halida. Jika alkil halida direaksikan dengan KOH atau NaOH, maka akan mengalami dehidrohalogenasi menjadi alkena. Urutan kecepatan reaksi dehidrohalogenasi alkil halida adalah ssebagai berikut. Alkil halida tersier ˃ alkil halida sekunder ˃ allkil halida primer

Asetilena. Asetilena jika dihidogenasi dengan adanya Pd dalam BaSO4 akan menghasilkan alkena. Alkohol. Alkohol akan mengalami reaksi dehidrasi jika ditambahkan asam sulfat pekat, P2O5, Al2O3 atau aasam fosfat. Urutan kecepatan reaksi dehidarasi adalah sebagai berikut (Riswiyanto, 2009). Alkil halida tersier ˃ alkil halida sekunder ˃ allkil halida primer

Pembuatan sikloheksanon ini adalah contoh oksidasi alkohol sekunder alisiklis menjadi keton alisiklis dengan oksidator kalium dikromat dalam suasana asam. C6H11 + OH → C6H11 = O + H2O Sikloheksanol

Sikloheksanon

Tingkat oksidasi C dalam sikloheksanol adalah nol, sedangkan dalam sikloheksanon adalah 2+. Ada juga yang mengatakan bahwa pembentukan sikloheksanon ini didahului tahap oksidasi melalui reaksi eliminasi dari alkil ester asam kromatnya.Kondisi, optimum untuk reaksi redoks ini yaitu pada suhu 55600C. Tahap-tahap pemisahan sikloheksanon dari campuran reaksinya dan tahap pemurniannya dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik (Harizon, 2003). Pada temperatur ruang sikloheksana secara cepat menga-lami perubahan konformasi dengan rotasi sepanjangikatan C-C. Ketika konformasi sikloalkana berubah, hidrogen yang terikat pada setiap atom karbon juga berganti posisi, dan molekul diasumsikan berada pada ruang tiga dimensi. Perubahan dari konformasi kursi ke bentuk yang lain (perubahan hidrogen aksial menjadiekuatorial atau sebaliknya) dinamakan interkonversi kursi-kursi. Dengan menentukan panas pembentukan darikonformasi kursi dan bentuk antara dari interkonversikursi, kita dapat menentukan stabilitas relatif dari setiap konformasi Sikloheksanon adalah senyawa organik, itu adalah cairan berminyak yang jelas yang memiliki semburat kuning berwarna untuk cahaya dan bau menyengat. Ini memiliki C6H10O formula dan sedikit larut dalam air dan benar-benar larut dengan pelarut umum. Sikloheksanon digunakan untuk sintesis obat-obatan, pewarna, herbisida, pestisida, plastik dan bahan kimia karet. Salah satu contoh pembuatan olefin dari alkohol adalah dehidrasi sikloheksanol menjadisilokhesena dan air. Dehidrasi dapat dilakukan dengan cara memanaskan alkohol dengan suatu asam, padasuhu tidak terlalu tinggi. Dalam percobaan ini, sebagai katalis dipilih asam fosfat. Hasil reaksi segeradikeluarkan begitu ia terbentuk, dengan cara distilasi. Campuran reaksi akan terdiri dari campuran azeotrop dari sikloheksena, air dan sedikit bahan-bahan lain yang bertitik didih tinggi. Asam fosfat yang ikut serta waktu didistilasi, dihilangkan denganmencucinya berturut-turut dengan air dan larutan NaHCO3. Pada pencucian ini bahan organik dan air tidaksaling bercampur, sehingga lapisan organik bisa dipisahkan dengan corong pisah. Sikloheksena yang

dihasilkan, dikeringkan dengan CaCl2 kering sehingga air terikat sebagai hidrat dan sebagian sikloheksanolsisa membentuk kompleks yang sejenis dengan hidrat tersebut. Sikloheksena yang bebas air ini mungkin masih bercampur dengan sedikit sikloheksanol sisa dan diskloheksil. Pemurnian sikloheksena dilakukandengan cara distilasi. Kemurniannya ditentukan oleh identifikasi indeks biasnya. Sikloheksanon adalah senyawa organic yang berupa cairan berminyak dan memiliki semburat kuning untuk cahaya dan bau menyengat. Sikloheksanon memilki C6H10O formula dan sedikit larut dalam air dan benar-benar larut dengan pelarut umum (Liang, 2012). Alkohol adalah senyaw yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang terikat pada atom karbon jenuh. Alcohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R merupakan alkil, alkil tersubstitusi, atau hidrokarbon siklik. Alkohol di klasifikasi kan menjadi tiga kelompok yaitu alkohol primer, sekunder, dan tersier. Alkohol dapat dianggap merupakan turunan dari air (H20), dimana satu atom hidrogenya diganti gugus alkil (Riswiyanto, 2009). Alkohol mempunyai rumus umum R-OH. Strukturnya serupa dengan air, tetapi satu hidrogennya diganti dengan satu gugus alkil. Gugus fungsi alcohol adalah gugus hidroksil,-OH. Fenol mempunyai gugus yang sama seperti alcohol, tetapi gugus fungsi melekat langsung pada cincin aromatik (Hart, 2009).

1.2 TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari pembuatan senyawa hidrokarbon tak jenuh 2. Mempelajari reaksi eliminasi alkohol menjadi alkena

BAB II METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 ALAT-ALAT No

Nama Alat

1

Labu leher dua

2

Condenser refluks

3

Mantel pemanas

4

Termometer

Gambar

5

Gelas ukur 50 ml dan 1buah

6

Corong

7

pipet tetes

8

Tabung reaksi

10 ml

9

Erlenmeyer 50 ml

10

Corong pisah

2.2 BAHAN 1. Tert-butanol 2. Asam sulfat pekat 3. Larutan Br2 / CCl4 4. Kertas saring

2.3 PROSEDUR PRAKTIKUM 1. Dimasukkan 25 ml tert-butanol ke dalam labu leher dua, ditambahkan beberapa butir batu 2. Ditambahkan 4 ml H2SO4 pekat, dipasang condenser refluks dan refluks selama 25 menit pada suhu 60˚C 3. Setelah campuran dingin, dipindahkan ke dalam corong pisah 4. Dibiarkan selama 5 menit sampai terbentuk dua lapisan, kemudian ambil lapisan atas (alkena), dan dipindahkan ke Erlenmeyer

2.4 PENGAMATAN Perlakuan 25 ml

Pengamatan

tert-butanol + beberapa Larutannya berwarna bening.

batu didih Ditambahkan

4

ml

H2SO4, Terdapat 2 warna yaitu ungu

direfluk selama 25 menit pada kecoklatan dan bening suhu 60oC Pindahkan

ke

dalam

corong Terdapat dua lapisan warna.

pisah. Biarkan selama 2 menit Lapisan atas berwarna kuning sampai terbentuk 2 lapisan

dan lapisan bawah berwarna ungu.

Lapisan

isobutilen

atas

adalah

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL PERCOBAAN Perlakuan 25 ml

Pengamatan

tert-butanol dimasukkan Larutannya berwarna bening.

kedalam labu leher dua dan ditambahkan beberapa batu didih Lalu ditambahkan 4 ml H2SO4 Terdapat 2 warna yaitu ungu dan dipasang condenser terbalik, kecoklatan dan bening direfluk selama 25 menit pada suhu 60oC Setelah

campuran

dingin, Terdapat dua lapisan warna.

dipindahkan ke dalam corong Lapisan atas berwarna kuning pisah. Biarkan selama 2 menit dan lapisan bawah berwarna sampai terbentuk 2 lapisan

ungu.

Lapisan

atas

adalah

isobutilen

3.2 PEMBAHASAN 3.2.1 Menurut Ruth Butar Butar Percobaan kali ini adalah tentang reaksi pembuatan alkena dengan dehidrasi alkohol. Dehidrasi alkohol adalah proses dimana pelepasan gugus –OH karena – OH adalah termasuk gugus pergi yang buruk. Dehidrasi alkohol dapat dilakukan dengan cara menambahkan katalis berupa asam kuat. Dehidrasi alkohol ini akan menghasilkan alkena. Alkohol yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah tert-butanol. Langkah pertama yang dilakukan adalah mereaksikan tert-butanol sebanyak 25 mL dengan H2SO4 4ml didalam labu leher dua sambil digoyang-goyang dengan tujuan untuk membuat larutan menjadi homogen. Kedua zat ini pada saat direaksikan menghasilkan larutan berwarna putih bening dan mengeluarkan panas

(reaksi eksoterm). labu leher dua yangtelah berisi larutan homogen tersebut kemudian dipasang pada set alat refluks selama 25 menit,

Prinsip dari refluks

adalah pemisahan senyawa dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didihnya. Panas yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu 60°C

dan

membentuk dua lapisan dimana lapisan atas berwarna putih bening dan lapisan bawah berwarna ungu kecoklatan. Setelah campuran didinginkan larutan dipisahkan ke dalam corong pisah selama dua menit dan membentuk dua warna pada lapisan yang berbeda dimana pada lapisan atas menjadi warna kuning atau isobutilen dengan volume yang didapat 2.8 ml dan lapisan bawah berwarna ungu.

3.2.2 Menurut Sandi Sudarsono Percobaan kali ini adalah tentang reaksi pembuatan alkena dengan dehidrasi alkohol. Dehidrasi alkohol adalah proses dimana pelepasan gugus –OH karena – OH adalah termasuk gugus pergi yang buruk. Dehidrasi alkohol dapat dilakukan dengan cara menambahkan katalis berupa asam kuat. Dehidrasi alkohol ini akan menghasilkan alkena. Alkohol yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah tert-butanol. Langkah pertama yang dilakukan adalah mereaksikan tert-butanol sebanyak 25 mL dengan H2SO4 4ml didalam labu leher dua sambil digoyang-goyang dengan tujuan untuk membuat larutan menjadi homogen. Kedua zat ini pada saat direaksikan menghasilkan larutan berwarna putih bening dan mengeluarkan panas (reaksi eksoterm). labu leher dua yangtelah berisi larutan homogen tersebut kemudian dipasang pada set alat refluks selama 25 menit,

Prinsip dari refluks

adalah pemisahan senyawa dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didihnya. Panas yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu 60°C

dan

membentuk dua lapisan dimana lapisan atas berwarna putih bening dan lapisan bawah berwarna ungu kecoklatan. Setelah campuran didinginkan larutan dipisahkan ke dalam corong pisah selama dua menit dan membentuk dua warna pada lapisan yang berbeda dimana pada lapisan atas menjadi warna kuning atau isobutilen dengan volume yang didapat 2.8 ml dan lapisan bawah berwarna ungu.

3.2.3 Menurut Thita Oktaviana Hamelia Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mereaksikan tert-butanol sebanyak 25 ml dengan H2SO4 didalam labu leher dua sambil digoyang-goyang serta dilakukan dalam lemari asam, dengan tujuan agar larutan menjadi homogen. Kedua zat ini pada saat direaksikan menghasilkan larutan berwarna bening dan mengeluarkan panas (reaksi eksoterm). Labu leher dua yang telah berisi larutan homogen tersebut kemudian dipasang pada set alat refluks. Prinsip dari refluks itu sendiri yaitu pemisahan senyawa dari campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya. Panas yang digunakan pada percobaan kali ini saat di refluks yaitu 60°C. Hasil refluks kemudian dimasukkan kedalam corong pisah. Setelah dimasukkan,campuran membentuk 2 lapisan, yaitu pada lapisan atas bewarna kuning dan pada lapisan bawah bewarna ungu, dimana lapisan atas merupakan isobutilen. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan massa jenis. Volume isobutilen yang didapat 2.8ml.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN

4.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA Clark, J. 2007. Dehidrasi Alkohol. Jakarta: Erlangga Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga Harizon. 2003. Penuntun Praktikum Kimia Organik 1. Universitas Jambi: Jambi Hart, H. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga Liang, M. 2012. Sikloheksanon “www.telonchem.com”. Diakses pada tanggal 20 Mei 201 Nuraida. 2004. Berbagai Ragam Pemanfatan Polimer. Medan: Universitas Sumatra Utara Parlan dan Wahyuni. 2003. Kimia Organik. Malang: Jica Parlan dan Wahyuni. 2005. Kimia Organik. Malang: Universitas Negeri Malang Rasyid, M. 2009. Kimia Organik I. Makassar: Universitas Negeri Makassar Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga Wibowo, Sunardi, dan Yulia. 2007. Studi Reaksi Konversi Katalisis 2-Propanol Menggunakan Katalis dan Pendukung Katalis γ-Al2O3. Vol 2 No. 59 “http.//www.labdasar.co.id”. Diakses tanggal 01 November 2013

LAMPIRAN B JAWABAN PERTANYAAN 1. Tuliskan reaksi lengkap pembuatan isobutilen dari tert-butanol ! Jawab : C4H8

+

H2O

Butena

katalis H2SO4

Air

C4H9OH Isobutilen

2. Apa yang anda ketahui tentang reaksi eliminasi ? Jawab : Reaksi eliminasi adalah suatu jenis reaksi organik dimana dua substituent mekanisme. Reaksi satu langkah disebut dengan reaksi E2, sedangkan reaksi dua langkah disebut dengan E1. Reaksi eliminasi kebalikan dari

reaksi

adisi.

Ketika

senyawa

tereleminasi

asimetris,

maka

regioselektivitas ditentukan oleh atura Zaitsev.

3. Buatlah reaksi eliminasi dari alkohol sekunder dan primer ! Jawab : Sekunder = (CH3)3COH + H2SO4 pekat 2 – propanol

Primer

100°

= CH3CH2OH + H2SO4 pekat Etanol

180°

(CH3)2C=CH2 + H2O Propena

CH2=CH2 + H2O Etana

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

Gambar 1. Tert-butanol + batu didih + H2SO4

Gambar 2. Larutan di refluks 25 menit pada suhu 60°C

Gambar 3. Larutan terbentuk menjadi 2 lapisan

Gambar 4. Larutan Alkena

Gambar 5. Residu