47 1 421KB
A. Pengertian Perkembangan Peserta Didik Perkembangan Peserta Didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan Psikologi Perkembangan. Perubahan-perubahan dalam perkembangan merupakan hasil dari proses-proses biologis, kognitif dan sosioemosional yang saling berkaitan. 5.
Dalam pengkajian Perkembangan Individu ini ada dua istilah yang
sering muncul, pertama perkembangan (development) dan kedua adalah pertumbuhan (growth). Istilah perkembangan dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis (kualitatif), sedangkan pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif). 6. Perkembangan
Peserta
Didik
mencoba memahami perkembangan dari perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia. Tujuan akhir dari perspektif ini adalah untuk membantu hidup individu menjadi kehidupan yang berarti dan produktif. Manfaat mempelajari Perkembangan Peserta Didik dapat dirasakan pendidik dan peserta didik, yaitu : Bagi Pendidik: Memberikan gambaran tentang perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kedua, memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang tepat sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Bagi Peserta Didik; memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep Perkembangan Peserta Didik yang meliputi individu dalam menjalani tahapan perkembangan dari pre-natal hingga lanjut usia. Kedua, mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam proses pembelajaran sesuai dengan tahapan perkembangannya. Perkembangan manusia merupakan proses yang kompleks yang dapat dibagi menjadi empat ranah utama, yaitu perkembangan fisik, intelektualyang termasuk kognitif dan bahasa, serta emosi dan sosial, yang didalamnya juga termasuk perkembangan moral. Perkembangan individu disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan yang berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain menyebabkan perbedaan yang disebut dengan istilah individual differences. Berdasarkan hal ini, masing-masing individu memiliki keunikan atau kekhasan sendiri baik dalam ranah perkembangan fisik, intelektual ;kognitif dan bahasa, serta emosi dan sosialnya yang terlihat dalam sikap dan perilakunya sehari-hari. Dalam melihat dan menyikapi perbedaan tersebut, hendaknya pendidik menyadari bahwa tidak semua individu dapat diperlakukan dengan cara yang selalu sama. Masing-masing individu memiliki kekhasan sendiri, sehingga pendekatan yang sifatnya personal maupun institusional tentu berbeda. B. PIES Perkembangan manusia merupakan proses yang kompleks yang dapat dibagi menjadi empat ranah utama, yaitu perkembangan fisik, intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa, serta emosi dan sosial, yang didalamnya juga termasuk perkembangan moral.
Perkembangan Masa Bayi
Perkembangan Fisik
Selama tahun pertama peningkatan berat tubuh lebih besar daripada peningkatan tinggi, selama tahun kedua sebaliknya, yakni cepat menurun. Pola pertumbuhan fisik bayi laki-laki dan perempuan adalah sama. Namun demikian ada perbedaan antara berat dan tinggi badan berdasarkan kelompok seks, ras dan tingkat ekonomi. Berat badan bayi pada usia satu tahun rata-rata tiga kali berat waktu lahir, dan rata-rata bayi memiliki empat hingga enam gigi susu. Gigi yang pertama muncul adalah gigi depan, dan dan yang terakhir adalah geraham. Empat gigi susu terakhir biasanya muncul pada tahun pertama masa kanak-kanak. Berat otak bayi sebesar seperdelapan berat total bayi. Pertambahan berat otak paling pesat pada usia dua tahun. Otak kecil berperan penting untuk menjaga keseimbangan dan pengendalian tubuh, bertambah beratnya tiga kali lipat satu tahun setelah kelahiran.
Perkembangan Inteligensi
Kemampuan kognitif memungkinkan pembentukan pengertian. Bayi memulai kehidupan tanpa mengerti segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Bayi memperoleh pengertian melalui proses kematangan dan belajar. Hal ini sangat dipengaruhi tingkat kecerdasan bayi dan pengalaman sebelumnya. Kemampuan pengertian ini mengembangkan konsep-konsep yang ada di lingkungan sekitarnya. Persepsi awal pada masa bayi diperoleh melalui penjelasan sensorik. Bayi menggunakan alat inderanya untuk menjangkau segala sesuatu yang dapat diraihnya. Dengan cara tersebut, bayi akan menemukan arti. Kemampuan menjelajah pada akhir tahun pertama akan mendorongnya untuk mendapatkan arti-arti baru yang lebih banyak lagi.
Perkembangan emosi
Ada ciri emosi pada masa bayi, yaitu : Emosi bayi seringkali disertai dengan perilaku hebat daripada rangsang yang menimbulkannya, terutama emosi marah atau takut. Emosi tersebut terjadi secara singkat tetapi kuat, sering muncul tetapi bersifat sementara. Emosi juga mudah berubah apabila perhatiannya dialihkan. Emosi bayi lebih mudah untuk dibiasakan dibandingkan pada periode lain. Hal ini karena terbatasnya kemampuan intelektual bayi sehingga mereka mudah dan cepat bereaksi terhadap rangsang yang pada waktu lalu membangkitkan reaksi emosional. Emosi dibedakan menjadi emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Salah satu perbedaan terpenting dalam reaksi emosional meliputi dominansi emosi menyenangkan dan tidak menyenangkan. Beberapa bayi lebih banyak mengalami emosi yang menyenangkan atau sebaliknya emosi tidak menyenangkan tergantung pada kondisi fisik dan lingkungannya. Bayi yang mengalami banyak emosi yang senang meletakkan dasar-dasar penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik dan pola perilaku yang menimbulkan kebahagiaan.
Reaksi Sosial Terhadap Orang Dewasa
Pada masa ini bayi senang sekali bila diajak berhubungan atau berteman oleh orang lain, misalnya diajak berbicara, bermain, dan anak juga sudah memahami atau menanggapi orang lain yang marah atau yang bersikap ramah. Reaksi orang-orang dewasa di sekitarnya tersebut terhadap anak akan menambah atau meningkatkan rasa sosial anak terhadap lingkungannya. Demikian pula pergaulan dengan lingkungan akan sangat berguna bagi anak, karena dengan pergaulan tersebut anak dapat mengenal pola-pola perilaku dari orang lain yang mungkin akan membentuk pengalaman, dan juga dapat membentuk pola-pola baru bagi dirinya. PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK AWAL (2 – 6 TAHUN) Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentangan usia 2 – 6 tahun, masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak. Dari pertumbuhan fisiknya, anak mengalami kemajuan yang makin melambat apabila dibandingkan masa bayi, setiap tahun hanya terjadi pertambahan tinggi 6,25 cm dan berat 2,5 – 3,5 kg. Perkembangan intelektual menurut Piaget berada pada tahap perkembangan praoperasional, ditandai dengan kemampuan operasional yang kacau dan belum terorganisir. Anak-anak mengalami perkembangan emosi dari senang, marah, dan susah menjadi malu, kecewa dan sebagainya. Pada masa ini anak tidak hanya perlu belajar bagaimana cara mengekspresikan emosinya, tetapi juga perlu belajar mengendalikannya. Beberapa aspek dari perkembangan moral pada masa kanak-kanak awal mencakup konsep anak tentang persahabatannya dan kewajiban-kewajiban tertentu dari persahabatan, keadilan dan kejujuran, kepatuhan, otoritas, serta hukum-hukum sosial dan adat MASA REMAJA
PERKEMBANGAN FISIK
Pertumbuhan perkembangan fisik pada akhir masa remaja menunjukkan terbentuknya remaja laki-laki sebagai bentuk khas laki-laki dan remaja perempuan menjadi bentuk khas perempuan. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi percepatan pertumbuhan. Pertumbuhan pada laki-laki bertambah berat karena kuatnya urat daging dan wanita karena jaringan pengikat dibawah kulit terutama pada paha, lengan dan dada. Percepatan pertumbuhan pada wanita berakhir pada usia 13 tahun dan pada laki-laki pada usia 15 tahun. Adanya percepatan pertumbuhan pada remaja berimplikasi pada perkembangan psikososial mereka yang ditandai dengan kedekatan remaja pada teman sebayanya (peer group) daripada orangtua atau keluarga. Disamping itu juga remaja pada waktu itu diharapkan dapat memenuhi tanggungjawab sebagai orang dewasa.
PERKEMBANGAN KOGNISI
Sebagaimana aspek lain dalam perkembangan remaja, kecerdasan (kognisi) juga mengalami perkembangan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dilihat dari implikasi tahapan operasional formal dari Piaget
pada remaja, ciri berfikir remaja adalah idealisme, cenderung pada lingkungan sosialnya, egosentris hipocrsty (hipokrit: kepura-puraan) dan kesadaran diri akan konformis. Jika dilihat dari faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif remaja maka lingkungan sosial, keluarga, kematangan, peran perkembangan kognitif sebelum tahap oprasional, budaya serta institusi sosial, seperti sekolah sangat berpengaruh dalam perkembangan kognitif remaja tersebut.
Perkembangan Emosi
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga menggambarkan keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan meledak-ledak. Meningginya emosi terutama karena remaja mendapat tejana social dan menghadapi kondisi baru, karena selama masa kayak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Kepekaan emosi yang meningkat sering diujudkan dalam bentuk, remaja lekas marah, suka menyendiri dan adanya kebiasaan nervous, seperti gelisah, cemas dan sentimen, menggigir kukut dan garuk-garuk kepala.
Perkembangan Sosial
Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Pemuasan intelektual juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan masalah. Keberhasilan dalam pergaulan sosial akan menambah rasa percaya diri pada diri remaja dan ditolak oleh kelompok merupakan hukuman yang paling berat bagi remaja.
Perkembangan Moral
perkembangan moral yang sebenarnya terjadi pada masa remaja sehingga menjadi kehidupan moral merupakan problem pokok dalam masa remaja. Furter mengemukakan berkaitan dengan moral ada 3 dalil yaitu sebagai berikut: 1) Tingkahlaku moral yang sesungguhnya baru terjadi pada masa remaja. 2) Masa remaja sebagai periode masa muda harus dihayati betul-betul untuk dapat mencapai tingkah laku moral yang otonom 3) Eksistensi moral sebagai keseluruhan merupakan masalah moral, hal ini harus dilihat sebagai hal yang bersangkutan dengan nilai-nilai atau penilaian.
Perbandingan Perkembangan Intelektual pada Masa Dewasa Dini, Madya, dan Lansia. > Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berfikir. Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak cepat.
> Menurut Schaine, perkembangan intelektual manusia dibagi dalam 5 tahap:
1. Tahap Pemerolehan : berlangsung pada masa anak dan remaja. 2. Tahap Penguasaan : berlangsung pada usia 20-an sampai awal 30-an. 3. Tahap Tanggung Jawab : berlangsung pada usia akhir 30-an sampai akhir 60-an. 4. Tahap Eksekutif : berlangsung pada usia 30-an sampai awal 60-an. 5. Tahap Reintegrasi : berlangsung pada usia 60 tahun ke atas.
> Para ahli mengatakan ada beberapa tipe intelektual, yaitu : a) Inteligensi Kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat digunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. b) Fleksibilitas Kognitif adalah kemampuan individu memasuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. c) Fleksibilitas Visualmotor kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari hal yang mudah ke hal yang lebih sulit, yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik (penglihatan, pengamatan dan keterampilan tangan). d) Visualisasi Visualisasi yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual, misalnya bagaimana individu memahami gambar–gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
Perkembangan Intelektual pada Masa Dewasa Dini Beberapa ahli psikologi dan pengukuran menyatakan bahwa pada masa dewasa muda tidak ada peningkatan IQ yang berarti, paling tinggi pada masa ini hanya meningkat 5 point saja. Walaupun demikian, kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa masih terus berkembang lebih meluas atau komprehensif dan mendalam. Menurut anggapan Piaget, kapasitas intelek dewasa dini tergolong masa operasional formal, bahkan kadangkadang mencapai masa post-operasi formal. Taraf ini menyebabkan dewasa dini mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis dan rasional.
Perkembangan Intelektual pada Masa Dewasa Madya Orang dewasa madya mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa madya mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya. Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
Perkembangan Intelektual pada Masa Dewasa Lansia
Kemerosotan intelektual pada lansia pada umumnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan, atau depresi. Timbulnya penyakit pikun pada orang dewasa lansia, membuat individu itu dalam kehidupannya mengalami ketidak teraturan. Pada usia inilah diperlukan perhatian yang lebih dari orang-orang terdekat untuk mengarahkan dan menuntun orang dewasa akhir dalam melakukan suatu hal, seperti mengarahkan dalam menaruh benda sesuai dengan tempatnya dan mengingatkannya menaruh benda itu dimana ketika dibutuhkan.Tetapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih keterampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi kepikunan.
Perbandingan Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Dini, Madya, dan Lansia Kehidupan seseorang pada umumnya penuh dorongan dan minat untuk mencapai atau memiliki sesuatu. Seberapa banyak dorongan-dorongan dan minat-minat seseorang itu terpenuhi, maka akan menjadi dasar dari pengalaman emosionalnya. Seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Akan tetapi pada saat-saat tertentu di dalam kehidupannya, dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Dini
Perkembangan emosi pada masa dewasa dini cenderung mengalami masa ketegangan emosional berupa tak terkendalinya emosi, cenderung labil, mudah resah, mudah memberontak. Pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah. Perkembangan yang terjadi pada masa dewasa dini emosinya mengikuti faktor hormonal, dan masa ini pula mereka sudah dapat mengendalikan emosi.
Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Madya
Pada masa dewasa madya pola emosi antara laki-laki dan perempuan berbeda. Laki-laki : karir (waktunya habis dalam pekerjaan/pensiun) akan mengalami frustasi atau beban kerja sehingga berpengaruh kepada emosinya. Pada perempuan : cenderung lebih stabil, namun lebih sering cepat mengalami masa menopause. Perubahan yang bersifat psikis pada masa dewasa madya: 1. Terjadinya kegoncangan jiwa, seolah-olah tidak menerima suatu kenyataan. 2. Kaku dan canggung karena penampilannya ingin menyerupai pemuda, tapi kondisi fisiknya sudah tua. 3. Bersifat introvert, kritis dalam mendidik anak, suka cemas dan pusing-pusing, sukar tidur, dll. 4. Usia berbahaya, maksudnya adalah dalam masa ini sering terjadi krisis dalam kehidupan keluarga, karena terjadinya menopause pada istri dan kurangnya gairah seks si istri sehingga suami bisa menjauhkan diri dari istrinya dan malah bisa tak setia atau kawin lagi. Dan istri dengan menghadapi kelakuan suaminya yang begitu
akan membuat istri membenci suaminya dan timbullah sifat memberontak, dan percecokan pun mungkin sekali terjadi. 5. Meskipun melalui berbagai kegoncangan dan krisis, namun pada masa setengah baya ini juga terjadi proses penyesuaian dan penyeimbangan atas perubahan-perubahan fisik tersebut berkat kematangan cara berpikirnya, dengan itu dia mampu mencapai titik puncak dalam usaha dan karirnya. 6. Penghayatan dan pengalaman agama sangat meningkat.
Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Lansia
Usia dewasa akhir lebih tempramen dalam segi emosional. Hal ini dikarenakan berawal dari faktor fisik yang semakin mengalami kemunduran sehingga berpengaruh pada segi psikis termasuk emosionalnya. Memasuki masa tua, sebagian besar lansia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut. Hal tersebut menyebabkan para lansia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak-ikhlasan menerima kenyataaan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi para lansia. Lansia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit menyesuaikan diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud penyesuaian diri pada lansia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan-perubahan fisik, maupun psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru. Perbandingan Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Dini, Madya, dan Lansia
Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Dini
Untuk perkembangan sosialnya masa ini disebut masa krisis sosial. Hal ini dikarenakan adanya tekanan pekerjaan dan keluarga. Peran sosial sering terbatas sehingga mempengaruhi persahabatan, pengelompokkan sosial serta nilai-nilai yg diberikan pada popularitas individu. Perkembangan moral dewasa dini juga tidak lepas dari keterkaitan dengan penguasaan tugas perkembangan yang menitikberatkan pada harapan sosial. Tuntutan untuk melakukan tanggung jawab secara moral atas segala perilaku dan keputusan hidup merupakan suatu hal yang menjadi pegangan individu dalam hidup di masyarakat. Perkembangan sosial masa dewasa dini ini dibagi menjadi 4 pendekatan klasik : 1) Normative – Stage Models 2) Timing of Events Model 3) Trait Model 4) Typological Models
Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Madya
Menurut fowler, pada masa ini individu mampu mengambil dan melakukan tanggung jawab secara penuh terhadap yang diyakininnya. Sering kali konsekuensi yang paling buruk akibat dari keyakinan tersebut harus
ditanggungnya. Masa dewasa ini telah memasuki masa post-conventional yaitu mampu menguji secara mandiri keyakinan atau kepercayaan yang terlepas dari pengaruh rang lain atau kelompok masyarakat Ciri-ciri yang menyangkut sosial dan moral pada masa ini antara lain: a) Periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia. b) Masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. c) Masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi). d) Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Lansia
Secara segi moral, usia dewasa akhir lebih cenderung tidak perduli lagi dengan norma-norma atau aturanaturan yang ada di lingkungan tersebut. Hal ini dikarenakan banyaknya terjadi kemunduran dalam fisiknya yang berakibat berdampak pada moralnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen. Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas. 1) Peran Orangtua Orangtua memegang peranan penting dalam membimbing dan mendampingi anak dalam kehidupan keseharian anak. Sudah merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat memancing keluar potensi anak. Ada banyak cara untuk memberikan pendidikan kepada anak baik formal maupun nonformal. Adapun pendidikan formal tidak sebatas dengan memberikan pengetahuan dan keahlian kepada anak-anak mereka di sekolah. Selain itu pendidikan nonformal menanamkan tata nilai yang serba luhur atau akhlak mulia, norma-norma, cita-cita, tingkah laku dan aspirasi dengan bimbingan orang tua di rumah. 2) Pihak Sekolah atau Guru Orangtua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya asumsi masyarakat, ungkapan ”buah jatuh tak jauh dari pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anak. Agar orangtua dan sekolah tidak salah dalam mendidik, harus terjalin kerjasama baik antara kedua belah pihak. Orang tua mendidik anaknya dirumah dan disekolah untuk mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru. Agar berjalan dengan baik kerja sama diantara orang tua dan sekolah maka harus ada dalam suatu rel yang sama supaya bisa seiring seirama dalam memperlakukan anak didik. Peran yang dapat dijalankan oleh seorang pendidik atau guru diantaranya: a. Membangkitkan motivasi
b. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik c. Memberi sebuah penghargaan atau hadiah d. Mengadakan persaingan untuk memicu semangat e. Memberikan pujian f. Memberikan hukuman g. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
3) Peran Masyarakat dan Pemerintah Desentralisasi pendidikan memerlukan partisipasi masyarakat. Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia, utamanya mulai dari ketersediaan sarana dan prasarana minimal berupa gedung sekolah yang layak, hingga sampai pada ketersediaan berbagai fasilitas pendukung pendidikan lainnya. Dalam hal ini tujuan partisipasi sebagai upaya peningkatan mutu pada satuan pendidikan cukup variatif. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat diantaranya, yaitu dengan pihak masyarakat bermusyawarah dengan sekolah, pemerintah menyediakan sarana prasarana sekolah, komite sekolah berpartisipasi aktif, pemanfaatan potensi yang ada, dan gotong royong mencapai suatu kesepakatan, mempersiapkan SDM secara profesional, meningkatkan mutu pendidikan, melindungi hak peserta didik dalam menuntut ilmu dan lain-lain. Karakteristik Perkembangan Fisik Peserta Didik Bagi sebagian anak, awal masuk kelas satu sekolah dasar merupakan peristiwa penting bagi anak. Dengan masuknya anaak kesekolah dasar akan membawa akibat pada perubahan besar dalam pola kehidupannya, seperti perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku. 1. Keadan berat dan tinggi badan anak usia sekolah (usia 6 hingga 10 tahun) Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Peningkatan berat baadan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistm rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama, masa dan kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot, maka umumnya anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan (Santrock, 1995). 2. Masa Pubertas (usia 10 hingga 14 tahun) Pada akhir usia sekolah anak segera memasuki masa yang disebut dengan “pubertas”, yakni masa awal terjadinya pematangan seksual. Sulit membedakan antara masa puber dengan masa remaja karena, masa puber adalah bagian dari masa remaja dan pubertas sering dijadikan pertanda awal seseorang memasuki masa remaja. Waktu datangnya masa pubertas tidak dapat diketahui secara pasti. Ada anak-anak yang memulai masa pubertasnya pada usia yang lebih awal dan ada pula yang belakangan. Biasanya, anak perempuan memasuki masa pubertas lebih awal 2 tahun dibandingkan anak laki-laki. Menurut sejumlah ahli perkembangan pada
anak perempuan pubertas terjadi sekitar usia 10 tahun, sedangkan pada anak laki-laki terjadi pada usia sekitar 12 tahun. 3. Perubahan fisik Pada masa pubertas terjadi perubahan fisik secara dramatis atau apa yang disebut dengan (growth spurt) yaitu percepatan pertumbuhan, dimana terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan diseluruh bagian dan dimensi fisik (Zigler & Stevenson, 1993), baik pertambahan berat dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan bentuk tubuh, maupun pencapaian kematangan seksual (Papalia, Old & Feldman, 2008). 4. Proporsi Tubuh Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa pubertas juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya teralalu kecil, pada masa pubertas menjadi terlalu besar. Hal ini terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yang sering terjadi tidak proporsional. Perubahan proporsi tubuh yang tidak seimbang ini menyebabkan anak merasa kaku dan canggung, serta khawatir bahwa badannya tidak akan pernah serasi dengan tangan dan kakinya. 5. Kematangan Seksual Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics). Perubahan Ciri-Ciri Seks Primer Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Sekitar usia 12 tahun anak laki-laki kemungkinan untuk mengalami penyemburan air mani (ejaculation of semen) mereka ynag pertama atau yang dikenal juga dengan istilah “mimpi basah”. Sementara itu, pada anak perempuan perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Perubahan Ciri-Ciri Seks Sekunder Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, tetapi merupakan tanda-tanda yang membedakan laki-laki dan perempuan. Seperti tumbuhnya jakun, kumis dan dada melebar pada laki-laki. Sedangkan pada perempuan terlihatnya payudara dan panggul yang membesar. 6. Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah Dasar Pada usia sekolah, perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa. 7. Masa Pubertas Ketika anak memasuki masa pubertas, sebenarnya ia telah memiliki kemampuan motorik dasar, baik motorik kasar maupun motorik halus sebagai modal utama dalam mengikuti berbagai aktivitas disekolah. Pada masa pubertas kekuatan otot anak akan berlipat ganda seiring dengan semakin banyaknya jumlah sel-sel otot baru
yang dibentuk jumlahnya lebih banyak dari pada anak perempuan, sehingga tidak heran kalau anak laki-laki biasanya lebih kuat dibandingkan dengan anak perempuan.
C. Tahapan Perkembangan Janin dalam Kandungan Kehidupan manusia secara biologis dimulai pada saat konsepsi atau pembuahan, yaitu bertemunya sel telur dan spermatozoa. Secara psikologis kehidupan manusia dimulai saat janin dalam kandungan mulai bereaksi terhadap rangsang-rangsang dari luar. Masa kehamilan merupakan masa yang penting, karena dalam kehamilan terjadi beberapa hal yang berefek pada perkembangan janin selanjutnya. Urutan perkembangan dalam periode pranatal telah pasti dan tidak dapat diubah. Kepala, mata, tubuh, tangan, kaki, alat-alat kelamin dan alat-alat berkembang dengan urutan tertentu dan juga kurang lebih pada usia pranatal yang sama pada semua fetus. Perkembangan yang teratur menurut skema tertentu itu sebelum dan sesaat sesudah dilahirkan merupakan hal yang sangat penting. Pertumbuhan yang teratur ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa semua fetus selalu dapat memutar kepalanya lebih dahulu sebelum mereka dapat melencangkan kepalanya (Monks, dkk., 1998). Periode pranatal yang berlangsung selama 10 bulan lunar dikelompokkan menjadi tiga bagian (Hurlock, 1992), yakni (1) periode zigot, berlangsung sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua, (2) periode embrio berlangsung akhir minggu kedua sampai minggu sampai akhir bulan kedua, (3) periode janin berlangsung dari akhir bulan kedua sampai lahir. Monks, dkk. (1992) membagi periode pranatal menjadi (1) fase germinal (waktu 2 minggu pertama), (2) fase embrional (waktu 6 – 8 minggu berikutnya), (3) fase fetal (mulai minggu ke-8 sampai saat dilahirkan). Implikasinya dalam bidang pendidikan, supaya bayi yang dilahirkan sehat, maka ibu harus merawatnya dengan baik dan membutuhkan perawatan secara fisik dan psikis dan menjauhkan dari bahaya-bahaya selama kehamilan
KESIMPULAN ISI MAKALAH : KELOMPOK 1 Perkembangan peserta didik adalah bagian dari pengkajian dan penerapan psikologi perkembangan dan objek kajiannya itu sendiri adalah manusia. Perkembangan manusia merupakan proses yang kompleks yang dapat dibagi menjadi empat ranah utama, yaitu perkembangan fisik, intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa, serta emosi dan sosial, yang didalamnya juga termasuk perkembangan moral. Dalam pengkajian Perkembangan Individu ini ada dua istilah yang sering muncul, pertama perkembangan (development) dan kedua adalah pertumbuhan (growth). Istilah perkembangan dititik beratkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis (kualitatif), sedangkan pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif). Perkembangan individu disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor psikososial. Manfaat mempelajari perkembangan peserta didik dapat dirasakan bagi
peserta didik yaitu memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep perkembangan peserta didik yang meliputi individu dalam menjalani tahapan perkembangan dari pre-natal hingga lanjut usia. Kedua, mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam proses pembelajaran sesuai dengan tahapan perkembangannya.