LP Neonatus, Bayi, Balita Dan Apras [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan dalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi penyesuaian fisiologis dan adaptasi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin. Kematian neonatal dapat terjadi pada periode bulan pertama kehidupan luar rahim. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehat menyebabkan kelainan-kelainan yang akan mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Hal tersebut merupakan tantangan dalam dunia kesehatan yang harus dapat diatasi atau paling tidak memperkecil kemungkinan untuk terjadinya komplikasi. Kejadian kematian pada neonatal sangat di tentukan oleh kualitas pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh perawatan pada saat kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan dan perawatan bayi baru lahir. Hal ini dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Neonatus (AKN) menurut WHO tahun 2016 secara global, jumlah kematian neonatal menurun dari 5,1 juta di tahun 1990 menjadi 2,6 juta pada tahun 2016. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu persalinan dan 60 % kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir yaitu saat ibu berada pada masa postpartum dini (Saifuddin, 2006). Menurut Bappenas (2004) salah satu penyebab tingginya kematian bayi adalah rendahnya perilaku masyarakat dan keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat. Rendahnya perilaku dalam perawatan bayi baru lahir disebabkan kurangnya pengetahuan akan perawatan bayi baru lahir. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 di Indonesia angka kematian neonatal 34 per 1000 lahir hidup dan angka kematian neonatal dini (umur 0 – 7 hari) 15 per 1000 lahir hidup. Untuk menurunkan angka kematian tersebut diupayakan program peningkatan pelayanan kesehatan yang dapat menjangkau masyarakat secara luas sampai ketingkat desa yang terpencil. Yaitu salah satunya upaya promotif dan preventif yang gencar dilakukan adalah mengadakan kelas ibu balita. Bayi baru lahir harus mampu berkembang untuk mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dengan ibunya segera setelah dilahirkan. Saat dilahirkan, bayi baru lahir memiliki kompensasi perilaku dan kesiapan interaksi sosial. Aktivitas sehari-hari selama periode ini merupakan waktu terbaik bagi bayi dan keluarga untuk melakukan interaksi. Segera setelah ibu secara fisik mampu, ia didorong untuk berpartisipasi dalam merawat bayi (Bobak, dkk 2005). Mengenai kemampuan ibu merawat bayi baru lahir membutuhkan pelatihan khusus dan ibu juga harus memahami beberapa prosedur dan manajemen perawatan bayi baru lahir. Oleh sebab itu penting bagi ibu

untuk mengetahui perawatan bayi dan yakin terhadap kemampuan sendiri, sehingga mampu merawat bayinya sendiri dengan baik dan sehat. Masa neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah adalah masa yang unik masa yang sangat menentukan pada seorang manusia. Banyak hal yang dapat terjadi pada masa tersebut, kebutuhan yang harus dipenuhi, pertumbuhan dan perkembangan yang harus dilalui dan juga karena merupakan masa yang rawan / rentan besar kemungkinan terjadi kondisi yang patologis (Arfiana, 2016). B. Rumusan Masalah Bagaimana asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan kebidanan neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian data subyektif pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah b. Mampu melakukan pengkajian data obyektif pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah c. Mampu membuat analisa data neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah d. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah sesuai dengan Evidance Based Practice. D. Manfaat 1. Bagi Penulis Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam memberikan asuhan pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah sesuai dengan Evidance Based Practice. 2. Bagi Institusi Hasil laporan pengelolaan kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi khususnya tentang asuhan kebidanan neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah sesuai dengan Evidance Based Practice. 3. Bagi Pelayanan Kesehatan Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam melaksanakan pelayanan khususnya pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah Evidance Based Practice. 4. Bagi Profesi Bidan Sebagai sumber referensi teoritis maupun aplikasi bagi profesi bidan dalam asuhan pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah sesuai dengan Evidance Based Practice.

BAB II TINJAUAN TEORI A. LITERATUR REVIEW Pengertian Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph,2015). Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari (Wafi Nur Muslihatun,2010). Bayi merupakan individu berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan gizi (Wong,2003). Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa (Marmi, 2018). Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual (Mitayani,2010). Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra sekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung pada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. (Sutomo, 2010). Anak pra sekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Masa pra sekolah menurut Munandar (1992) merupakan masa-masa untuk bermain dan mulai memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal (Gunarsa, 2004). Pada tahap perkembangan anak usia pra sekolah ini, anak mulai menguasai berbagai ketrampilan fisik, bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya (Hurlock, 1997). Asuhan kebidanan pada neonates, bayi, balita dan anak pra sekolah adalah kemampuan untuk memberikan asuhan pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah yang didasari konsep, sikap dan ketrampilan (Syarhan Ali Hanafi, 2016). 1.

Perubahan Fisik Perubahan fisik pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah disebut pertumbuhan. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kemenkes R.I, 2012). Pertumbuhan berkaitan erat dengan perubahan, dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran

berat ( gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut Jelife D.B (1989) pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan masa konsepsi sampai remaja. Pada setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda- beda dalam pertumbuhannya. Berikut ini merupakan tahapan perubahan atau pertumbuhan fisik pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah. a. Berat Badan Pada saat lahir berat badan normal dari ibu yang sehat berkisar 3000 gr – 3500 gr. Pada sepuluh hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sepuluh persen dari berat badan lahir, kemudian berangsur-angsur mengalami kenaikan. Pengukuran berat badan pada anak dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi dengan ditimbang setiap bulan dan dicatat

dalam KMS sehingga dapat dilihat grafik

pertumbuhannya dan dilakukan intervensi jika terjadi penyimpangan (Marmi, 2018). Kenaikan Berat badan pada bayi (1-12 bulan) :

Umur 5 bulan

Umur

Kenaikan berat badan rata-

TW I TW II TW III TW IV

rata/bulan 700 gr (700-1000) 600 gr (500-600) 400 gr (350-450) 300 gr (250-350)

2 x BBL

Umur 1 Tahun 3 x BBL (Arfiana, 2016:36-37). Rumus berat badan menurut umur (soetjiningsih 1995, p.20) Lahir

: 3,25 kg

3 -12 bulan

: umur (Bulan) + 9 2

1 – 6 tahun

: umur (tahun) x 2 + 8

WHO telah menetapkan standar berat badan balita menurut tinggi badan dan umur sebagai berikut: Usia Bayi (Tahun) Tinggi Badan (cm) Baru lahir 50 1 76 2 85 3 95 4 102 5 110 6 116 b. Panjang Badan / Tinggi Badan

Berat Badan (kg) 3 10 12 14 16 18 20

Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata – rata

adalah sekitar 50 cm. Menurut Behrman(1992), menyebutkan bahwa seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus, yaitu : 1) Perkiraan panjang lahir : 50 cm 2) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir 3) Perkiraan tinggi badan usia 2 -12 tahun = (umur x 6) + 77 = 6n + 77 Keterangan : n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau kurang dihilangkan Sesuai Peraturan Kementerian Kesehatan tahun 2020, tinggi badan anak usia 1 – 5 tahun adalah sebagai berikut : Usia 1 – 2 tahun 2 – 3 tahun 3 – 4 tahun 4 – 5 tahun

Anak Perempuan (cm) 74 – 86 85,7 – 95,1 95,1 – 102,7 102,7 – 109,4

Anak Laki-Laki (cm) 75,7 – 87,8 87,8 – 96,1 96,1 – 103,3 103,3 – 110

c. Lingkar Kepala Pengukuran lingkar kepala adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar (Marmi, 2018). Pada bayi baru lahir ukuran lingkar kepala 34 – 35 cm, akan bertambah 2 cm setiap bulan pada usia 0 -3 bulan. Pada usia 4 – 6 bulan akan bertambah 1 cm per bulan, dan pada usia 6 -12 bulan pertambahan 0,5 cm per bulan. Sampai usia 5 tahun biasanya sekitar 50 cm. usia 5 – 12 tahunhanya naik sampai 52 – 53 cm dan setelah usia 12 tahun akan menetap. Yang diukur ialah LK terbesar, caranya dengan meletakkan pita melungkar kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata dan bagian belakang kepala anak yang paling menonjol yaitu protuberansia oksipitalis (Arfiana, 2016). d. Lingkar Lengan Atas (LILA) Lingkaran lengan (LLA) atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/ tumbuh kembang pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada umur 1 tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah pada selama 1-3 tahun. Umur (dlm Bulan) 0-5 6-11

Lingkaran pertengahan lengan (cm) 13,0 15,2

Lingkaran otot pertengahan lengan (cm) 10,5 12,1

12-17 18-23 24-29 30-35 36-47 48-59 60-71

16,0 16,1 16,3 16,4 16,7 17,0 17,1

12,6 12,8 13,1 13,3 13,8 14,2 14,4

Cara mengukur : Lingkarkanlah pita pengukur pada pertengahan lengan kiri, antara akromiom dan alekranon (Arfiana,2016). e. Pertumbuhan gigi Seperti telah diketahui bahwa gigi manusia dalam perkembangannya mempunyai 2 tahap : 1.      Semasa anak-anak yang di sebut gigi susu/gigi sulung 2.      Setelah berganti atau dewasa disebut gigi tetap Kedua tahap pertumbuhan gigi tersebut adalah sangat penting sehingga kita tidak boleh mengabaikan salah satu diantaranya. Gigi susu akan tanggal dan diganti dengan gigi tetap. Masa tumbuh gigi tetap mempunyai waktu yaitu dalam periode 6-12 tahun. Gigi susu mulai tumbuh pada bayi usia 5-9 bulan. Pada umur 1 tahun sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu. Selama tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 biji, sehingga jumlah seluruhnya sekitar 1416 gigi, da pada umur 2 1/2 tahun sudah terdapat 20 gigi susu. Berikut ini terlihat kapan mulai tumbuhnya gigi :

2.

Gigi Gigi seri tengah

Rahang bawah 6 bulan

Rahang atas 7 ½ bulan

Gigi seri taring

7 bulan

9 bulan

Gigi taring

16 bulan

18 bulan

Gigi geraham I

12 bulan

14 bulan

Gigi geraham II

20 bulan

24 bulan

Perubahan Emosional Perubahan emosional pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah lebih dikenal dengan istilah perkembangan. Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(Arfiana, 2016 : 31). Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes R.I,2012). Berikut ini merupakan informasi tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dapat dijadikan acuan bagi orang tua, pengasuh dan pendidik untuk mengetahui kenormalan atau penyimpangan berdasarkan Kementerian Kesehatan RI (2010); a. Umur 0-3 Bulan

1) Mengangkat kepala setinggi 450 2) Menggerakkan kepala dari kiri atau kekanan ketengah 3) Melihat dan menatap wajah anda 4) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh 5) Suka tertawa keras 6) Bereaksi terkejut terhadap suara keras 7) Membalas tersenyum ketika diajak bicara atau tersenyum 8) Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak b. Umur 3-6 bulan 1) Berbalik dari telungkup ke telentang 2) Mengangkat kepala setinggi 900 3) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil 4) Menggenggam pensil 5) Meraih benda yang ada dalam menjangkaunya 6) Memegang tangannya sendiri 7) Berusaha memperluas pandangan 8) Mengerahkan matanya pada benda-benda kecil 9) Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik 10) Tersenyum ketika melihat mainan atau gambar yang menarik saat bermain sendiri c. Umur 6-9 bulan 1) Duduk (sikap Tripoid-sendiri) 2) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan 3) Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang 4) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya 5) Memungut 2 benda, masing- masing pegang 1 benda pada saat yang bersamaan 6) Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup 7) Bersuara tanpa arti, ma-ma-ma, ba-ba-ba, da-da-da, ta-ta-ta 8) Mencari mainan atau benda yang dijatuhkan 9) Bermain tepuk tangan atau ciluk ba 10) Bergembira dengan melempar benda 11) Makan kue sendiri d. Umur 9-12 bulan 1) Mengangkat badannya ke posisi berdiri 2) Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi 3) Dapat dijalan dengan dituntun 4) Mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan yang diinginkan 5) Menggenggam erat pensil 6) Memasukkan benda ke mulut

7) Mengulang menirukan bunyi yang didengar 8) Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti 9) Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja 10) Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan 11) Senang diajak bermain “CILUK BA” 12) Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang tidak dikenal (Marmi, 2018) e. Umur 2 tahun 1) Naik tangga dan berlari – lari 2) Mencoret-coret pensil pada kertas 3) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya 4) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti seperti bola, piring dan sebagainya 5) Memegang cangkir sendiri 6) Belajar makan dan minum sendiri f. Umur 3 tahun 1) Mengayuh sepeda roda 3 2) Berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan 3) Bicara dengan baik menggunakan 2 kata 4) Mengenal 2 – 4 warna 5) Menyebut nama, umur dan tempat 6) Menggambar garis lurus 7) Bermain dengan teman 8) Melepas pakaiannya sendiri 9) Mengenakan baju sendiri g. Umur 5 tahun 1) Melompat-lompat 1 kaki, menari dan berjalan lurus 2) Menggambar orang 3 bagian (kepala,badan, tangan dan kaki) 3) Menggambar tanda silang dan lingkaran 4) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan 5) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar 6) Menyebut angka, menghitung jari 7) Bicaranya mudah dimengerti 8) Berpakaian sendiri tanpa dibantu 9) Mengancing baju atau pakain boneka 10) Menggosok gigi tanpa bantuan h. Umur 6 tahun 1) Berjalan lurus 2) Berdiri dengan kaki selama 11 detik 3) Menggambar 6 bagian ( contohnya menggambar orang lengkap :kepala, badan, 2 tangan dan 2 kaki)

4) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan 5) Menggambar segi empat 6) Mengerti arti lawan kata 7) Mengenal angka, bisa menghitung 5-10 8) Mengenal warna 9) Mengikuti aturan permainan 10) Berpakaian sendiri tanpa bantuan. 3. Pengalaman sosial budaya Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan budaya, mempunyai kondisi sosial budaya yang beraneka ragam, sosial budaya yang merupakan hubungan manusia dengan manusia sering dipengaruhi oleh mitos, norma, nilai, kepercayaan, kebiasaan yang berkaitan dengan pola budayadan merupakan efek dari berbagai akses yang dapat berupa akses pangan, akses informasi dan akses pelayanan serta modal yang dipunyai. Kondisi ini memunculkan bentuk pola asuh anak yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi. Pola asuh atau perawatan adalah perilaku-perilaku dan praktek-praktek pemberi perawatan (ibu, saudara sedarah, ayah dan penyedia layanan perawatan anak) untuk menyediakan makanan, perawatan kesehatan, stimulasi dan dukungan semangat yang penting bagi tumbuh kembang anak yang sehat (Engle and Lhotska, 1999). Sehingga kondisi sosial budaya yang beraneka ragam akan berpengaruh terhadap pola asuh yang berbeda-beda dan perlu mendapat perhatian berkaitan dengan prevalensi gisi buruk yang terjadi. Di samping itu Indonesia yang terdiri dari banyak pedesaan juga merupakan daerah dengan prevalensi penyakit pada balita yang tinggi atau sekitar 57,9 % yang dapat mempengaruhi gizi balitanya (Snewe F.P Musadat, A.D dan Manalu H, 2011). 4. Perkembangan kognitif Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembanganmanusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semuaproses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya (Desmita, 2010: 103). Perkembangan kognitif anak menurut usia :

a.

Anak usia 0-2 tahun Periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga usia 2 tahun disebut sebagai infacy period. Dimana Masa ini merupakan masa yang sangat bergantung kepada orang dewasa. Selama perkembangan dalam periode sensorimotor yakni sejak lahir sampai dengan usia dua tahun kemampuan kognitif yang dimiliki individu masih bersifat primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Sekalipun primitif dan

terkesan tida kpenting, namun kemampuan kognitif sensori motor merupakan kemampuan dasar yang sangat berarti sebagai fondasi bagi kemampuan yang akandimiliki individu dikemudian hari. b.

Usia 2 – 3 tahun Pada saat anak berusia dua tiga tahunan otaknya melakukan sebuahlompatan kognitif yang luar biasa. Anak tidak lagi begitu saja menerimamentah-mentah semua ransagan yang diperolehnya. Anak mulai berfikirtentang semua yang ia perolehnya. Karena itu, anak juga mulai berfikirjika akan bereaksi terhadap rangsangan yang diperolehnya, semuaitu tidak hanya berupa benda nyata, tetapi juga benda dalam khayalanatau imajinasi. Semuanya tidak harus ada untuk dapat dilihat dan dirabaanak tetapi mereka sudah dapat mengenalnya.

c.

Usia 3 – 4 tahun Otak anak juga telahmampu berfikir secara simbolik dengan menggunakan konsep-konsepyang abstrak. Kemampuan berfikir secara nalar dan berfikir secara naluriahmulai meningkat, dengan demikian anak mulai dapat mengolah demensimental lebih dari satu dan serentak.

d.

Usia 4-6 tahun Pada saat anak berusia 4 - 6 tahun susunan koneksi syarafnya sudahberfungsi dengan baik sehingga dapat mengkoordinasikan otak dangerak, baik secara fisik maupun non fisik dengan baik.

5. Clinical Pathway

Perubahan fisik

Neonatus, bayi, balita, anak pra sekolah

Perubahan psikologi

1. Berat badan 2. Panjang badan/ tinggi badan 3. Lingkar kepala 4. LILA 5. Pertumbuhan gigi

Perubahan sesuai umur

B. IMPLIKASI UNTUK PRAKTEK DAN STRATEGI PENGAJARAN 1.

Pemenuhan Kebutuhan fisik Asuh merupakan kebutuhan anak dalam pertumbuhan anak yang berhubungan langsung dengan kebutuhan fisik anak. Kebutuhan asuh dapat dikatakan sebagai kebutuhan primer bagi balita, apabila kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi akan menimbulkan dampak negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu dampak negatif bagi anak yang kebutuhan

nutrisi tidak terpenuhi akan mengalami kegagalan pertumbuhan fisik, penurunan IQ(intelligence quotient), penurunan produktivitas, penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit, dan peningkatan risiko terjangkit penyakit dan mengalami kematian lebih tinggi. Dampak lain jika kebutuhan ini tidak dipenuhi akan menyebabkan tidak optimalnya perkembangan otak. Pengertian Asuh (Fisik-Biomedis) a.

Asuh merupakan kebutuhan dasar fisik seperti makanan, tempat tinggal

b.

Asuh dititikberatkan pada asupan gizi anak yaitu saat di kandungan dan sesudahnya. Misalnya ada seorang ibu, saat kehamilan anak pertama dan kedua, saya menjaga kesehatan dan mempertahankan asupan yang saya makan. Vitamin, susu, dan makanan bergizi saya lahap karena harapan saya melahirkan anak yang cerdas dan sehat. Setelah lahir, saya juga memperhatikan masa pertumbuhannya. 1) Menjelaskan pemberian pangan atau nutrisi Anak merupakan sosok yang unik, mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Begitu juga dengan

kebutuhan

nutrisinya,

terutama pada satu tahun pertama kehidupan anak. Hal ini disesuaikan dengan kemampuan organ pencernaannya yang belum sempurna dalam menerima makanan tertentu, sehingga memerlukan perhatian dari orang tua dalam pemenuhannya. Pemenuhan nutrisi pada bayi diberikan secara bertahap sesuai dengan usia. Makanan utama pada bayi usia 0 – 6 bulan adalah Air Susu Ibu atau pemberian ASI Eksklusif,sedangkan pada setelah bayi berusia 6 bulan mulai diberikan makanan pendamping ASI (MP ASI). a) Gizi Seimbang untuk Bayi 0-6 bulan Nutrisi untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi oleh karena dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan, sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya, murah dan bersih. Hal-hal

perlu

diperhatikan

dalam

pemenuhan

kebutuhan nutrisi bayi usia 0-6 bulan adalah sebagai berikut: 

Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna kekuningan (kolostrum)



Jangan beri makanan/minuman selain ASI



Susui bayi sesering mungkin



Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8 kali sehari



Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui.



Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian



Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi lainnya



Susui anak dalam kondisi menyenangkan, nyaman dan penuh perhatian



Dukungan suami dan keluarga penting dalam keberhasilan ASI Eksklusif Pemerintah Indonesia melalui PP Nomor 33 tahun 2012

tentang pemberian ASI Eksklusif Telah menetapkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia. Manfaat pemberian asi eksklusif pada bayi : Ø ASI sebagai makanan yang bergizi bagi bayi -

Komposisi ASI pada satu ibu akan berbeda dengan komposisi ASI pada ibu yang lain, karena disesuaikan dengan kebutuhan bayinya sendiri

-

Komposisi ASI berbeda-beda dari hari ke hari ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Ø ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

-

Bayi dapat membuat zat kekebalan tubuh sehingga mencapai kadar protektif, yaitu saat usia 9 sampai 12 bulan.

-

ASI dapat menigkatkan kekebalan tubuh bayi yang baru lahir, karena mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi

Ø ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan -

Periode awal kehamilan s/d bayi berusia 12-18 bulan merupakan periode pertumbuhan otak yang cepat. Gizi yang diberikan merupakan faktor terpenting dalam proses pertumbuhan otak

-

ASI

eksklusif

dapat

menjamin

tercapainya

pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal -

Zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi, yang terdapat dalam ASI namun sangat sedikit pada susu sapi, yaitu taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega 3, omega 6)

b) Kebutuhan nutrisi bayi usia 6-8 bulan Pada bayi usia 6 – 8 bulan pemberian ASI diteruskan serta pemberian makanan tambahan mulai diperkenalkan dengan pemberian makanan lumat dua kali sehari. Pemberian makanan

tambahan diperkenalkan karena keadaan alat cerna

sudah

semakin kuat. Makanan yang diberikan pada bayi usia ini harus sudah bervariasi, terutama dalam memilih bahan makanan yang akan digunakan. Bahan makanan lauk pauk seperti telur, hati, daging sapi, daging ayam, ikan basah, ikan kering, udang, atau tempe tahu, dapat diberikan secara bergantian. Jika Anda akan menyiapkan MP-ASI yang baik perlu memperhatian hal berikut: 

Padat energy, protein dan zat mikro (zat besi, Zinc, Kalsium, Vitamin A, Vitamin C dan Folat)



Tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa dan pengawet



Mudah ditelan dan disukai anak



Tersedia lokal dan harganya terjangkau Makanan utama adalah

makanan padat yang diberikan

secara bertahap (bentuk, jumlah dan freuensi) bisa dilihat pada tabel berikut. Usia

Bentuk Makanan - ASI - Makanan lumat (buburdan makanan keluarga yang dilumatkan)

6-8 Bulan

Berapa Kali Sehari - Teruskan pemberianASI sesering mungkin - Makanan lumat 23 kali sehari - Makanan selingan 1-2 kali sehari(buah, biscuit)

Berapa Banyak Setiap Kali Makan 2 - 3 sendok makan secara bertahap hingga mencapai1/2 gelas atau 125 ml setiap kali makan

c) Kebutuhan nutrisi bayi umur 9-11 bulan Pemberian makan pada bayi usia 9-11 bulan adalah sebagai berikut: 

Teruskan pemberian ASI



Berikan MP-ASIyang lebih padat, contohnya: bubur nasi, nasi tim dan nasi lembek Pemberian makanan pada bayi usia 9 -11 bulan dapat

dilihat pada tabel berikut :

Umur 9 - 11 bulan

Bentuk Makanan - ASI - Makanan lembik atau dicincang yang mudah ditelan

Berapa Kali Sehari - Teruskan pemberian ASI - Makanan lembek 3-4 kali sehari

Berapa Banyak Setiap Kali Makan 1/2 gelas/mangkuk atau 125 ml

anak. - Makanan selingan yang dapa tdipegang anak diberikan di antara waktu makan lengkap

- Makanan selingan 1-2 kali sehari.

Selain hal tersebut, anak juga berikan aneka makanan yang terdiri dari: 

Makanan pokok, seperti: nasi, ubi, sagu



Lauk hewani: ikan, telur, hati, ayam dan daging



Lauk nabati: tempe, tahu, kacang-kacangan



Sayur dan buah-buahan



Beri makanan selingan 2 kali sehari , contoh: bubur kacang hijau, pisang, biskuit, kue tradisional dan kue lain

d) Kebutuhan nutrisi pada bayi umur 12-24 bulan dan anak prasekolah Kelompok yang rawan gizi adalah bayi, balita dan anak prasekolah. Ketidak tahuan tentang cara pemberian makanan yangbaik dari jumlah, jenis frekuensi makanan menjadi suatu penyebab terjadinya masalah kurang gizi pada bayi dan anak. Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan

melakukan KIE (Konsultasi, Informasi dan

Edukasi) tentang kebutuhan gizi pada anak . Dalam pemenuhan gizi pada anak Ibu dan keluarga harus membiasakan memberi asupan gizi yang terbaik untuk buah hatinya

dan disesuaikan dengan kemampuan finansial

dan

kemudahan memperolehnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah: pemilihan bahan makanan, pengolahan, termasuk kebersihannya pada saat proses memasak dan penyajiannya serta cara pemberiannya kepada anak. Untuk mengurangi rasa bosan anak, ibu sebaiknya memiliki beraneka resep masakan untuk anak sehingga bisa menghidangkan berbagai masakan.Pemenuhan gizi pada anak dapat dilihat pada tabel berikut.

Umur 12-24 Bulan  Teruskan pemberian ASI

Umur 24 bulan atau Lebih  Berikan makanan keluarga 3 x sehari, sebanyak 1/3-1/2 porsi  Berikan makanan keluarga secara makanan orang dewasa yang bertahap sesuai kemampuan anak terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur  Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3

porsi makan orang dewasa terdiri dan buah dari nasi, lauk- pauk, sayur, dan  Berikan makanan selingan kaya buah gizi 2 x sehari di antara waktu  Beri makanan selingan kaya gizi 2 makan. x sehari di antara waktu makan  Perhatikan jarak pemberian (biskuit, kue) makanan keluarga dan makanan  Perhatikan variasi makanan. selingan Sumber: Buku Ajar KIA, 2015 

Utamakan memberikan MP-ASI dari makanan lokal. Jika mengunakan MP-ASI buatan pabrik, baca cara pakainya dan perhatikan tanggal kadaluwarsanya



Ajari anak makan sendiri dengan sendok



Ajari anak minum dengan menggunakan gelas

2) Kebutuhan perawatan kesehatan dasar Perawatan kesehatan anak merupakan suatu tindakan yang berkesinambungan dan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Tindakan pencegahan primer dilakukan untuk mencegah risiko tinggi terkena penyakit, seperti melakukan imunisasi dan penyuluhanpada orang tua tentang diare. a) Pelayanan kesehatan Anak perlu dipantau/diperiksa kesehatannya secara teratur.

Penimbangan

dilakukan SDIDTK

anak minimal 8 kali setahun dan

(Stimulasi

Deteksi

Intervensi

Dini

Tumbuh Kembang) minimal 2 kali setahun. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan Agustus. Tujuan pemantauan yang teratur untuk mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan tumbuh kembang, mencegah penyakit serta memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. b) Imunisasi Anak perlu diberikan imunisasi dasar yang lengkap yaitu BCG, Polio, DPT, Hb dan Campak agar terlindung dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sekarang sudah banyak imunisasi tambahan yang sudah beredar di Indonesia seperti Hib, IPD dll. Pemberian Imunisasi pada bayi dan anak sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap maka diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakit yang menimbulkan kesakitan dan kematian. Imunisasi yang diberikan pada bayi, balita dan anak pra sekolah sebagai berikut :  BCG



Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya, untuk mencapai cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan, tetap disetujui.



Dosis untuk bayi < 1 tahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml, diberikan intrakutan di daerah insersio M. deltoideus kanan.



BCG tidak diberikan pada pasien imunokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, infeksi HIV, dan lain lain).



Apabila BCG diberikan pada umur >3bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.

 Hepatitis B  Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 45%.  Pemberian imunisasi hepatitis B harus berdasarkan status HBsAg ibu pada saat melahirkan. Jadwal pemberian berdasarkan status HBsAg ibu adalah sebagai berikut: -

Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui. Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mg atau Engerix B 10 mg) atau vaksin plasma derived 10 mg, secara intramuskular, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis ketiga umur 6 bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui ibu HbsAg-nya positif, segera berikan 0,5 ml HBIG (sebelum 1 minggu).

-

Bayi lahir dari ibu HBsAg positif. Dalam waktu 12 jam setelah lahir, secara bersamaan, diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mg atau Engerix B 10 mg), intramuskular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan sesudahnya dan dosis ketiga diberikan pada usia 6 bulan.

-

Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negatif. Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II dengan dosis minimal 2,5 mg (0,25 ml) atau Engerix B 10 mg (0,5ml), vaksin plasma derived dengan dosis 10 mg (0,5 ml) secara intra muskular, pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis

kedua diberikan 1-2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi pertama.  DPT 

Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6 minggu, DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan dan DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan selanjutnya (DPT 4) diberikan satu tahun setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk sekolah umur 5-7 tahun.



Sejak tahun 1998, DT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar



(BIAS). Ulangan DT 6 diberikan pada 12 tahun, mengingat masih dijumpai kasus difteria pada umur >10 tahun.



Sebaiknya ulangan DT 6 pada umur 12 tahun diberikan dT (adult dose), tetapi di



Indonesia dT belum ada di pasaran.



Dosis DPT/DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan.

 Polio 

Untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4), vaksin diberikan 2 tetes per-oral, dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang lebih tinggi, diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan segera setelah lahir (pada kunjungan I).



Perlu mendapat perhatian pada pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah bersalin/rumah sakit, dianjurkan vaksin polio diberikan pada saat bayi akan dipulangkan agar tidak mencemari bayi lain mengingat virus polio hidup dapat diekskresi melalui tinja.



Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).

 Campak Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam, pada umur 9 bulan.  MMR 

Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan dengan dosis satu kali 0,5 ml, secara subkutan.



Vaksin MMR yang beredar di pasaran ialah MMRII [MSD]® dan Trimovax [Pasteur Merieux] ® MMR diberikan

minimal

1

bulan

sebelum

atau

setelah

penyuntikan imunisasi lain. 

Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18 bulan, imunisasi campak 2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. 

Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 12-18 tahun.

 HiB (H. Infuenzae tipe B) 

Vaksin conjungate H.influenzae tipe b ialah Act HIB [Pasteur Merieux] ® diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan. Bila dipergunakan vaksin PRP-outer membrane protein complex (PRP-OMPC) yaitu Pedvax Hib, [MSD] ® diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak diperlukan.



Ulangan vaksin Hib diberikan pada umur 18 bulan.



Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali.



Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular.

 Demam Tifoid 

Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin suntikan (polisakarida) dan oral.



Vaksin capsular Vi polysaccharide yaitu Typhim Vi [Pasteur Merieux] ® diberikan pada umur > 2 tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun.



Tifoid oral Ty21a yaitu Vivotif [Berna] ® diberikan pada umur > 6 tahun, dikemas dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3, dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun.

 Hepatitis A 

Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under exposure), pada umur >2 tahun. Imunisasi dasar Hepatitis A yang telah beredar ialah Havrix [Smith Kline Beecham] ® dosis pemberian sebagai berikut, Dosis 360 U diberikan 3 x dengan interval 4 minggu antara suntikan I dan II. Untuk mendapatkan perlindungan jangka panjang (10 tahun) dengan nilai ambang pencegahan >20 mlU/ml, dosis

ketiga diberikan 6 bulan setelah suntikan pertama. Apabila dipergunakan dosis 720 U, imunisasi cukup diberikan dua kali dengan interval 6 bulan. 

Suntikan diberikan secara intramuskular di daerah deltoid.

c) Morbiditas/ kesakitan Diperlukan upaya deteksi dini, pengobatan dini dan tepat serta limitasi kecacatan. Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua, yaitu dengan cara membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Jangan

sampai penyakit ditunggu menjadi parah, sebab bisa

membahayakan jiwanya. Perlu diajarkan ke orang tua cara membuat larutan oralit untuk penderita diarhe atau obat panas untuk anak demam. Demikian juga penyakit ISPA yang sering memberi

dampak

pada

tumbuh

kembang

anak

harus

ditanggulangi sedini mungkin. Anak yang sehat umumnya akan tumbuh dengan baik, dan berbeda dengan anak yang sering sakit karena pertumbuhan akan terganggu. Perlu memberikan makanan ekstra pada setiap anak sesudah menderita suatu penyakit. 3) Kebutuhan pakaian Pakaian yang layak, bersih dan aman (tidak mudah terbakar, tanpa pernik-pernik yang mudah menyebabkan anak kemasukan benda asing). Kebutuhan rasa aman dan nyaman yang diberikan pada anak dapatdiberikan melalui pemenuhan kebutuhan pakaian pada anak.

Pakaianmerupakan

sebuah

bentuk

perlindungan

dan

kehangatan yang diberikanuntuk mencegah dan melindungi anak dari berbagai benda yang dapatmembahayakan anak. Pakaian juga dapat meningkatkan percaya diri anakdalam lingkungan sosialnya. 4) Kebutuhan perumahan Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya, akan menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya. Misalnya, ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh sesak, cukup leluasa untuk anak bermain, bebas polusi, maka akan menjamin tumbuh kembang anak. Rumah merupakan tempat yang menjadi tujuan akhir seseorang. Rumah dijadikan sebagai tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan keluarga meningkatkan tumbuh kembang kehidupan seseorang. Rumah yang sehat akan meningkatkankualitas kesehatan fisik dan psikologis penghuninya. 5) Higiene diri dan sanitasi lingkungan Kebersihan, baik kebersihan perseorangan maupun lingkungan

memegang peranan penting pada tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakitpenyakit kulit dan saluran perncernaan seperti: diarhe, cacingan dll, sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran pernafasan, percernaan serta penyakit akibat nyamuk. Pendidikan kesehatan kepada masayarakat harus ditumjukkan bagaimana membuat lingkungan menjadi

layak

untuk tumbuh

kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu/pengasuh anak

dalam

menyediakan

mengeksplorasi

kesempatan

lingkungan.

bagi

Kesadaran

anaknya

tentang

untuk

kebersihan

lingkungan yang terdiri dari kebersihan diri (personal hygiene) dan sanitasi lingkungan yang masih kurang menjadi salah satu penyebab kekurangan gizi utamanya di negara berkembang seperti Indonesia. Kebutuhan sanitasi lingkungan yang sehat akan mencegah anak terinfeksi dari kuman yang masuk melalui lingkungan yang tidak baik. Lingkungan yang bersih akan membantu mewujudkan hidup sehat, sehingga anak tidak akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan. 6) Bermain, aktivfitas fisik tidur Anak perlu bermain, melakukan aktifitas fisik dan tidur karena hal ini dapat: a) Merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan. b) Merangsang metabolisme karbohidrat, lemak dan protein c) Merangsang pertumbuhan otot dan tulang d) Merangsang perkembangan Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi

individu

terhadap

lingkungan

menurun

(Mubarak

&

Chayatin,2008). Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energy, restorasi otak, homeostasis, meningkatkan imunitas, dan regulasi suhu tubuh (Lumbantobing,2004). Kebutuhan tidur pada anak adalah sebagai berikut : a) Bayi Pada bayi baru lahir membutuhkan tidur selama 14 – 18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit 50 % tidur NREM dan terbagi dalam 7 periode. Dan pada bayi tidur selama 12 – 14 jam sehari, sekitar 20 – 30 % tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar (Asmadi,2008) b) Usia 1 – 3 tahun Kebutuhan tidur pada toddler (1-3 tahun) menurun menjadi 10 – 12 jam sehari. Sekitar 20 – 30 % tidurnya adalah adalah tidur

REM,banyak. Tidur siang dapat hilang pada usia 3 tahun, karena sering terbangun pada malam hari yang menyebabkan mereka tidak ingin tidur pada malam hari (Asmadi, 2008) c) Anak pra sekolah Pada usia pra sekolah (4-6 tahun) biasanya memerlukan waktu tidur 11 – 12 jam semalam. Kebanyakan pada usia ini tidak menyukai waktu tidur. Bisa jadi anak usia 4 – 6 tahun mengalami kurang istirahat tidur dan mudah sakit jika kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi. Sekitar 20 % tidurnya adalah tidur REM (Asmadi, 2008) 7) Kebutuhan rekreasi dan waktu luang Aktifitas olah raga dan rekreasi digunakan untuk melatih otot dan membuang sisa metabolisme, selain itu untuk melatih aktifitas motorik dan aspek perkembangan anak. Aktifitas olah raga dan bermain merupakan aktifitas

yang

menyenangkan

bagi

anak.

Olahraga secara teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh,

menambah

aktifitas

fisiologis

dan

stimulasi

terhadapperkembangan otot anak. Anak akan menjadi pusat perhatian dari orangtua, sehingga kebersamaan dalam keluarga sangat dibutuhkan oleh anakdengan cara berkumpul bersama atau dengan melakukan rekreasi. Kebutuhan rekreasi merupakan kegiatan yangdilakukan untuk menyegarkan pikiran dan badan. Rekreasi juga dapat digunakan sebagai hiburan. 3. Pemenuhan Kebutuhan Psikologi Pada

tahun-tahun

pertama

kehidupannya

(bahkan

sejak

dalam

kandungan), anak mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya untuk menjamin tumbuh kembang fisik-mental dan psikososial anak.Kasih sayang orang tua yang hidup rukun berbahagia dan sejahtera yang memberi bimbingan, perlindungan, perasaan aman kepada anak merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin. Macam – macam kebutuhan psikologi anak yang harus terpenuhi, yaitu : a. Kasih sayang orang tua Kasih sayang orang tua yang hidup rukun berbahagia dan sejahtera yang memberi bimbingan, perlindungan, perasaan aman kepada anak merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin. b. Rasa aman dan nyaman, terlindungi Kebutuhan rasa aman dan nyaman juga ditunjukkan dengan penerimaan anak oleh

orang tua, pemenuhan segala kebutuhan anak, anak selalu

diperhatikan, didukung dengan hubungan yang baik dalam sebuah keluarga.

c. Harga diri Bayi dan anak

memiliki kebutuhan

harga diri

dan ingin merasa

dihargai. Anak selalu ingin merasa dihargai dalam tingkah lakunya. Anak merasa berbeda dengan orang lain disekitarnya, sehingga anak juga butuh dihargai. d. Mandiri Kemandirian merupakan kemampuan untuk berusaha dan berupaya dengan diri sendiri. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk memikirkan, merasakan, dan melakukan sesuatu sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. e. Dibantu, didorong atau dimotivasi Anak memerlukan dorongan dari orang di sekitarnya apabila anak tidak mampu menghadapi masalah / situasi kurang menyenangkan. f. Kebutuhan akan kesuksesan Setiap anak ingin merasa bahwa apa yang diharapkan daripadanya dapat dilakukannya dan merasa sukses mencapai sesuatu yang diinginkan orang tua. Jika terjadi kegagalan yang berulang anak akan merasa kecewa dan akhirnya merasa kehilangan kepercayaan dirinya. g. Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman Anak

perlu

diberikan

kesempatan

dan

pengalaman

untuk

mengembangkan sifat bawaannya dan mengeksplorasi lingkungan, serta mengembangkan kreatifitasnya dan tidak selalu dilarang. h. Rasa memiliki Bayi dan anak memiliki kebutuhan rasa memiliki seperti halnya pada orang dewasa. Anak merasa segala sesatu yang telah dimilikinya harus dijaga agar tidak diambil oleh orang lain. C. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN Banyak yang telah ditulis tentang neonates, bayi, balita dan anak pra sekolah. Namun sangat sedikit yang didasarkan pada studi penelitian formal.

Bahkan

terbilang masih sedikit penelitian untuk mengidentifikasi dampak pendidikan perawatan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah pada aspek fisik, emosional, sosiokultural, dan kognitif. Area-area ini menyediakan lahan subur bagi perkembangan pertanyaan penelitian. Penelitian tentang neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah akan berkontribusi pada basis pengetahuan yang akan membimbing semua orang tua untuk dapat memberikan asuh, asih dan asah yang positif bagi anaknya. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah : 1. Apa hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi? 2. Apa hubungan struktur keluarga, pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI pada bayi?

3. Apa hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan kepatuhan pemberian imunisasi pada bayi ? 4. Bagaiamana program upaya perbaikan gizi keluarga untuk meningkatkan kesehatan balita? 5. Bagaimana kesehatan balita pada puskesmas yang menerapkan MTBS? 6. Bagaimana gambaran ibu yang melahirkan bayi prematur? 7. Apa pengaruh pemberian terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak usia sekolah selama menjalani perawatan? 8. Apa pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pola asuh pada bayi? 9. Apa hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita? 10. Faktor-faktor yang mempengaruhi keengganan ibu untuk menimbang balita ke posyandu. Pertanyaan-pertanyaan penelitian ini hanya sejumlah kecil dari mereka yang dapat dihasilkan mengenai pengalaman merawat neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah. Dengan terus mengajukan pertanyaan dan menghasilkan pengetahuan dan pendidikan baru tentang perawatan neonates, bayi, balita dan anak pra sekolah yang optimal. D. MANAJEMEN KEBIDANAN 1. Pengertian Varney (2007) menjelaskan bahwa manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan – tindakan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah – pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien. 2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar sampai evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Langkah – langkah tersebut : a.

Langkah 1 : Pengumpulan Data Dasar Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, pengkajian (Data Subjektif dan Objektif) yaitu :

1) Biodata Bayi a) Nama Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap: nama depan, nama tengah (bila ada) nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya. b) Tanggal / jam lahir Waktu kelahiran sempurna adalah segera ketika bayi terpisah dengan ibunya.Tali pusat dan placenta tidak berhubungan dengan tubuh bayi, sehingga posisinya tidak mempengaruhi waktu persalinan. c) Jenis kelamin Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku, insiden seks, penyakit-penyakit terangakai sek (Matondang, 2013). Orang tua a) Nama orangtua Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama. Bila ada, titel yang bersangkutan harus disertakan. (Matondang, 2013) b) Umur, pendidikan, dan pekerjaan orangtua Selain

sebagai

tambahan

identitas,

informasi

tentang

pendidikan dan pekerjaan orangtua baik ayah maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orangtua jauga berperan dalam pendekatan selanjutnya, misalnya dalam pemerksaan penunjang dan penentuan tata laksana pasien selanjutnya. (Matondang, 2013). Namun menurut penelitian Susianti (2017) bahwa terjadinya perbedaan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pendidikan tinggi maupun sedang, pada penelitian ini lebih banyak ibu yang berpendidikan

sedang

memiliki

pengetahuan

yang

cukup

dibandingkan pada ibu dengan pendidikan tinggi. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan seseorang tidak hanya dilihat dari tingkat pendidikan, akan tetapi pengetahuan bisa didapat berdasarkan pengalaman ibu tersebut. 2) Data Subyektif a. Keluhan utama

Anamnesis tentang penyakit pasien diawali dengan keluhan utama, yaitu keluhan atau gejala yang menyebabakan pasien dibawa berobat. Perlu diperhatikan bahwa keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yang pertama yang disampaikan oleh orang tua pasien; hal ini terutama pada orangtua pendidikannya rendah yang kurang dapat mengemukakan esensi masalah. (Matondang, 2013) b. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga Dalam keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran keadaan kesehatan keluarga pasien. Berbagai jenis penyakit bawaan dan penyakit keturunan juga mempunyai latar belakang sosial-budaya. Terdapatnya perkawinan dengan keluarga dekat antara ayah dan ibu terdapatnya penyakit tertentu pada keluarga (stigmata alergi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, atau penyakit keganasan, epilepsi dan lain-lain) perlu ditanyakan, sebab mungkin berhubungan dengan masalah kesehatan yang dihadapi sekarang.(Matondang, 2013) c. Riwayat kesehatan anak Riwayat yang pernah diderita anak sebelumnya perlu diketahui, karena mungkin ada hubungannya dengan penyakit sekarang, atau setidak-tidaknya memberikan informasi untuk membantu pembuatan diagnosis dan tata laksana penyakitnya sekarang.(Matondang, 2013) d. Riwayat persalinan Riwayat kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal, dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran (spontan, ekstrasi cunam, ekstrasi vacum, bedah caisar), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir, dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Berat dan panjang badan lahir selalu ditanyakan. Maka dapat diketahui apakah bayi saat lahir sesui, kecil, atau besar untuk masa kehamilannya. (Matondang, 2013) e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Menurut Matondang (2013), tumbuh kembang, kesehatan, penyebab kesakitan dan kematian anak sangat erat berhubungan dengan corak reproduksi ibu, yaitu umur ibu pada saat hamil, jarak kelahiran, dan jumlah paritas. Ibu dengan corak reproduksi yang kurang baik ( misalnya melahirkan di luar kurun usia optimal untuk melahirkan, jarak kelahiran uang terlalu dekat, atau jumlah kelhiran yang terlalu banyak) akan kurang baik kesehatannya dan kurang mampu menciptakan suasanan pengasuhan anak yang baik. Jarak

kelahiran yang dekat serta paritas yang tinggi sering berhubungan dengan malnutrisi energi protein, infeksi berulang, serta kelahiran bayi berat badan rendah. f. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari 1) Pola nutrisi Pemenuhan nutrisi pada bayi diberikan secara bertahap sesuai dengan usia. Bayi usia 0-6 bulan hanya cukup diberi ASI sebagai nutrisi lengkap, menyusui sesuai kehendak bayi atau kebutuhan setiap 2-3 jam bergantian payudara kanan dan kiri. Seorang bayi yang menyusu sesuai pemintaan bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Bayi usia 6-8 bulan selain diberi ASI mulai diberikan makanan lumat, usia 9-12 bulan diberikan ASI dan makanan lembik, usia 12-24 bulan ASI dan makanan keluarga, sedangkan usia 24 bulan ke atas tidak diberikan ASI lagi, cukup dengan makanan keluarga dengan gizi seimbang. 2) Pola eliminasi Feses bayi di hari kedua setelah persalinan biasanya berbentuk seperti ter atau aspal lembek. Zat ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Bayi yang minum ASI Eksklusif bisa saja tidak BAB selama 2 sampai 4 hari bahkan bisa 7 hari sekali, bukan berarti mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja karena memang tidak ada ampas makanan yang harus dikeluarkan. Umumnya pada bayi baru lahir buang air besr bisa 5 – 6 kali per hari, teksturnya encer seperti bubur. Ketika bertambahnya usia, BAB akan mulai jarang. Pada anak usia 1 -3 tahun, frekuensi BAB akan menjadi empat kali dalam satu minggu, sedangkan anak di atas 3 tahun minimal 3 kali per minggu. Makanan yang dimakan juga mempengaruhi bentuk dan warna feses. Normalnya, tekstur feses balita akan memiliki kepadatan seperti selai kacang. Ciri khas feses balita yang masih mengonsumsi ASI biasanya cenderung berwarna kekuningan seperti saos mustard, sementara pada balita yang mengonsumsi susu formula cenderung seperti puding karamel (Yusra Firdaus, 2020). 3) Pola istirahat Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi baru lahir usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun ditengah malam sampa usia 3 bulan. Mulai usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam dibanding tidur siang. Usia 3-6 bulan jumlah

tidurpun semakin berkurang, kira-kira 3 kali dan terus berkurang hingga 2 kali pada usia 6-12 buan. Menjelang 1 tahun biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu kali saja dengan total jumlah waktu bekisar 12-14 jam. 4) Personal hygiene Muka, pantat dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. Lap wajah, terutama area mata dan sekujur tubuh dengan lembut. Bayi baru lahir biasanya baru dimandikan jika sudah 6 jam setalah persalinan, setalah itu bayi bisa dimandikan 2 kali sehari menggunankan air hangat. (Marmi, 2015). Untuk membersihkan rambut menggunakan sampo yang mengandung Pro vitamin B5 agar rambut tetap sehat, mudah diatur dan lebih bercahaya.kadang-kadang di kulit kepala ada cradlecrap atau kerak kepala membersihkannya dengan baby oil. Membersihkan mata dan telinga menggunakan cooton buds yang dibasahi air hangat. Membersihkan endapan susu di mulut cukup dibilas dengan air putih. Menjaga kebersihan balita dan anak pra sekolah dengan mandi dua kali sehari menggunakan sabun dan air bersih, cuci rambut dengan sampo 3 kali seminggu. Biasakan cuci tangan dengan sabun habis bermain. Menggantai pakaian luar dan pakaian dalam setelah mandi, setelah main dan jika pakaian basah dan kotor. Rutin menggunting kuku seminggu sekali dan menjaga kebersihannya. Ajari dan biasakan anak buang air kecil dan besar di WC. Jika gigi belum tumbuh bersihkan gusi dan lidah menggunakan kain yang lembut yang dibasahi air matang hangat. Jika sudah tumbuh sikat gigi menggunakan pasta gigi selapis tipis setelah sarapan dan sebelum tidur malam. g. Riwayat imunisasi Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (booster) harus secara rutin ditanyakan khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Bila mungkin dilengkapi dengan tanggal saat imunisasi dan tempat imunisasi diberikan. Beberapa imunisasi lain seperti tipes, MMR (mumps, measles, rubela), Hib (untuk mencegah infeksi haemophilus influenza tipe B) juga ditanyakan. Hal-hal tersebut,

disamping

perlindungan

diperlukan

pediatrik

untuk

mengetahui

sttus

yang diperoleh untuk membantu

diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (Matondang, 2013) 3. Data Obyektif

a. Pemeriksaan umum 1) Suhu Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5 – 37,5◦c pada pengukuran diaxila. 2) Nadi Denyut nadi yang normal berkisar 120-140 kali/menit. (Nurhasiyah, 2014) 3) Pernafasan Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan. (Alimul, 2008) b. Pengukuran Antropomteri 1) Berat Standar berat badan balita yang ditetapkan WHO menurut tinggi badan dan umur sebagai berikut: Usia Bayi (Tahun) Baru lahir 1 2 3 4 5 6

Tinggi Badan (cm) 50 76 85 95 102 110 116

Berat Badan (kg) 3 10 12 14 16 18 20

2) Panjang badan / tinggi badan : Sesuai Peraturan Kementerian Kesehatan tahun 2020, tinggi badan anak usia 1 – 5 tahun adalah sebagai berikut : Usia 1 – 2 tahun 2 – 3 tahun 3 – 4 tahun 4 – 5 tahun

Anak Perempuan (cm) 74 – 86 85,7 – 95,1 95,1 – 102,7 102,7 – 109,4

Anak Laki-Laki (cm) 75,7 – 87,8 87,8 – 96,1 96,1 – 103,3 103,3 – 110

3) Lingkar dada 30 – 38 cm 4) Lingkar kepala 33 – 35 cm a)

Antara usia 0 dan 6 bulan lingkar kepala meningkat 1,32 cm per bulan hingga ukuran rata – rata 44 cm.

b)

Antar usia 6 sampai 12 bulan lingkar kepala meningkat 0,4 cm per bulan hingga mencapai ukuran rata – rata 47 cm. pada usia 12 bulan lingkar kepala meningkat sepertiganya dan berat otak bertambah 2,5 kali dari berat lahir. (Arfiana, 2016)

c. Status Present a.

Kepala

: Pemeriksaan memeriksa

ini

bermanfaat lingkar

makrosefali/mikrosefali.

untuk kepala,

b.

Mata

: Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menilai visus atau ketajaman penglihatan, lalu untuk memeriksa apakah simetris atau tidak. Dan menilai warna sclera putih atau berwarna

c.

Hidung

lain. : Untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung juga untuk menentukan ada tidaknya

d.

Mulut

epistaksis. : Untuk menilai

ada

tidaknya

trismus(kesulitan membuka mulut), adanya e.

Telinga

peradangan, adanya kelainan kongenital. : Melihat adanya pembekakan, pemeriksaan pendengaran apakah mengalami gangguan,

f.

Leher

pemeriksaan simetrisitas daun telinga. : Untuk menilai adanya tekanan pada vena

g.

Dada

jugularis, pergerakan kelenjar tiroid. : Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui bentuk dan besar dada, kesimetrisan dan gerakan dada, adanya benjolan, serta adanya pembengkakan atau kelainan yang lain.

h.

Ketiak

: Periksa apakah ada nyeri tekan, apakah ada

i.

Pulmo/cor

pembesaran kelenjar limfe : Dikaji untuk menilai pernafasan bayi, irama

Abdomen

jantung : Untuk memeriksa bagian organ yang ada

j.

didalam abdomen antara lain, hati, ginjal dan k.

Genetalia

lambung. : Diperiksa untuk memastikan adanya keadaan

l.

Punggung

yang normal atau tidak. (Alimul, 2008) : Pemeriksaan yang dilakukan dengan inspeksi, yang dinilai adalah adanya kelainan tulang belakang seperti lordosis, kifosis, dan

m. Anus n.

scoliosis (Alimul, 2008) : Keadaan anus, berlubang atau tidak, terdapat

benjolan atau tidak Ekstermitas : Simetri atau tidak, lengkap atau tidak, kebersihan

kuku

bersih

atau

tidak

(Matondang, dkk. 2013) b.

Langkah 2 : Interpretasi Data Identifikasi yang benar terhadap diagnosis / masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data–data yang

telah

dikumpulkan.

Data

dasar

yang

sudah

dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah /diagnosis yang spesifik.

Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah : 1) Diagnosis dan telah disyahkan oleh profesi 2) Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan 3) Memiliki ciri khas kebidanan 4) Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktek kebidanan 5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan. (contoh diagnosa : Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Pada Bayi Ny. N Segera Setelah Lahir Di Puskesmas Boyolali 1) c. Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis / Masalah Potensial Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, bidan dapat bersiap – siap bila diagnosis /masalah potensial benar – benar terjadi. d. Langkah 4 : Mengidentifikasi Menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk dikonsultasikan/ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien. Data baru dikumpulkan dan dievaluasi kemungkinan bisa terjadi kegawatdaruratan dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak (Purwandari, 2008). e. Langkah 5 : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Melakukan perencanaan menyeluruh yang merupakan kelanjutan dari

manajemen

terhadap

diagnosis/masalah

yang

telah

diidentifikasi/diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi pasien/masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien atau masalah yang lain (Purwandari, 2008). (Contoh : Lakukan Inisiasi Menyusui Dini) f. Langkah 6 : Melaksanakan Perencanaan Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan aman. Pada saat bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang

mengalami

komplikasi,

maka

bertanggung

jawab terhadap

terlaksanaannya rencana asuhan yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu

dari asuhan klien (Purwandari, 2008).( Contoh: Melakukan Inisiasi Menyusui Dini) g. Langkah 7 : Evaluasi Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah teridentifikasi didalam masalah dan diagnosis (Purwandari, 2008).

32

DAFTAR PUSTAKA Arfiana, Lusiana arum. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Trans Medika. Bobak, M. Irene, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Depkes RI.2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR. Khadijah. 2016. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan : Perdana Publishing. Lusiana El Sinta, Feni Andriani, dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi Dan Balita. Sidoarjo : Indomedia Pustaka. Meri Neherta, Yonrizal N.2018. Balita Sehat. Padang : Andalas University Press Marmi, Raharjo Kukuh. 2018. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Setiyani A, Sukesi, Esyuananik. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Jakarta : Kemenkes RI WHO.2002. Manegement of Newborn Problems. Umbilical cord problem.wdp.