37 0 242KB
Learning Camp Beasiswa Perintis 2 undefined undefined
People who had influence on the story of my life Bisa masuk universtas negeri seperti yang telah aku rasakan saat ini, memang tidaklah mudah awalnya. Bersaing dengan ribuan peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang sangat ketat, tentunya harus memiliki persiapan yang matang. Dan, disinilah awal mulanya aku bisa percaya akan mimpiku yang sekian lama aku pendam. Dulunya aku takut untuk bermimpi, karena katanya kalau terlalu tinggi menghayal nantinya akan terjatuh dan sakit rasanya. Tapi ternya persepsi itu salah. Dan telah aku buktikan disini, di Perintis 2. Awalnya aku dapet info dari kakak kelas kalau dulu (Teh Rahmawati Lestari) dia pernah mendapatkan beasiswa perintis. Apa sih sebenernya beasiswa perintis itu ? Dulu awalnya emang gak ngerti. Beasiswa perintis itu adalah beasiswa yang diselenggarakan oleh LPP Salman ITB buat pendampngan masuk perguruan tinggi negeri, yaa bisa dibilang kaya bimbel gituu, tapi yang ini bimbelnya gratis-tis-tis-tis. Bukan cuma bimbel aja, tapi di beasiswa perintis ini juga dikenalkan dengan yang namanya Beasiswa Bidik Misi—beasiswa dari dikti atau pemerintah pusat—begitu. Lalu, setelah kita melewati berbagai tes maupun try out, nantinya kita akan dibina selama kurang lebih satu bulan, di yang namanya ―Learning Camp‖, begitu berita yang aku dapat dari Teh Tari. Dulu itu peluang masuk Learning Camp itu ada dua, selain dari beasiswa perintis, ada juga yang dari Try-Out Jabar. Kebetulan, kakakku yang satu ini lolos dikedua-duanya dan dia memilih untuk ikut Learning Camp Jabar yang bertempat di sebuah wisma dekat jalan Pahlawan-Bandung. Setelah mendengar banyak cerita dari kakak kelasku, aku merasa termotivasi untuk ikut beasiswa itu. Setelah itu, aku segera mendaftarkan diri ke guru BK dan akhirnya namaku terdaftar di peserta Beasiswa Perintis 2 di LPP Salman ITB. Hari pertama seleksi beasiswa itu, kurang lebih ada 600 orang yang mendaftar dari berbagai sekolah. Jujur, hari itu adalah hari pertama aku menginjakkan kakiku di Mesjid Salman ITB. Kesan pertama litanya itu ―wow amazing‖, subhanallah banget bisa masuk ke dalam lingkungan mesjid yang mewah ini, sekilas kalau dilihat dari luar, bangunan mesjidnya tidak terlihat seperti mesjid pada umumnya yang selalu berciri khas ―Kubahnya‖, tapi aku sangat suka dengan arsitektur bangunan mesjid Salman ini, dan cirri khas mesjid Salman ini tentunya yaitu Menara Mesjid Salman. Kita semua tes seleksi pertama di mesjid itu. Tanganku gemetar begitu masuk mesjid itu—biasa hari pertama ujian selalu begitu. Sebelum tes, aku memberikan message ke semua orang terdekatku dan meminta doa agar dimudahkan dalam menjalani tes tersebut. Aku ingat perkataan kakak kelasku lagi, ―Nanti kamu akan belajar di tempat itu shif ‖. InsyaAllah aku mantapkan niat dan mulai mengerjakan soal. Soal seleksi pertama itu nano-nano, gak susah dan gak gampang juga. Oh iya, ada yang lupa, sebelum tes dimulai itu ada games terlebih dahulu. Pertama kali ketemu itu sama Kang Mamat di tempat antrian daftar ulang. Lalu, waktunya games itu dengan Kang Irfan. Aku duduk sebelah Sari, teman satu sesekolahku, dia bilang kesan pertama liat Kang Irfan itu mirip Ridho Roma. Ckckck perasaan jauh deh, haha :D Nunggu pengumumannya itu kurang lebih lamanya dua minggu. Aku tetap berdoa semoga bisa masuk. Dan Alhamdulillah dari 400 orang yang diambil, ada namaku disana. Setelah itu aku harus mengikuti lagi try-out kedua. Soal-soalnya pun lumayan lebih sulit dari sebelumnya. Dari 400 orang itu diambil 250 orang yang akan
mendapatkan beasiswa perintis 2. Aku masih ingat, aku itu berada di urutan ke 54 dari 250. 250 orang anggota perintis sudah terkumpul. Saatnya pemaparan jadwal kegiatan dan penjelasan mengenai beasiswa perintis di GSG Salman ITB. Di Beasiswa perintis 2 ini, kita akan mendapatkan 4 kali bimbingan belajar dalam satu bulan. Minggu ke-1 dan ke-2 di bulan pertama ini adalah jadwalnya untuk stadium general. Stadium general ini atau bisa dibilang kuliah umum, belajarnya berbarengan dalam satu gedung (di gsg salman) dan diajarkan langsung oleh dosen-dosen itb. Selanjutnya di minggu ke-3 dan ke-4 itu ada yang namanya tutorial, yaitu belajar kelompok dengan para mahasiswa. Aku masuk ke kelompok 7 dengan walinya itu Ka Dicky Fauzi Firdaus (Mahasiswa ITB). Kesan pertama waktu ikut stadium general itu, ―gak ngerti‖. Mungkin karna belajarnya banyakan jadi susah juga buat konsentrasi. Selain itu, suara dosennya tidak terdengar jelas dan cepet banget ngajarnya, kayak kereta api lagi jalan dari Cicalengka ke Bandung *lebay* hehehe, belum terbiasa mungkin ya. Udah masuk minggu ketiga nih kawan dan harus ikut tutorial. Tapi, tempatnya itu bukan di Salman teman-teman, tapi di Rumah Visi Salman di JL.Sidomukti. Wah dimana tuh, aku gak tau tempatnya. Hari pertama tutorial harus nyasar bareng tementemen nyari yang namanya si rumah visi itu. Dalam keadaan hujan, nyasar, telat, basah kuyup pula dan akhirnya menemukan Jl.Sidomukti itu, fyuh. Resikonya telat pasti ketinggalan sedikit pelajaran, gapapa deh yang penting sampai dengan selamat sampai tujuan. Dan begitu datang aku sudah disuguhkan dengan pelajaran Fisika. Waw.. mm, Fisika ceman-ceman, salah satu pelajaran yang kaya ―Horor‖ buatku. Waktu kakakkakaknya ngejelasin, gatau kenapa itu pelajaran gak nempel di otak aku. Gak tau efek hujan atau emang gak ngerti waktu dijelasinnya, entahlah yang pasti hari pertama tutorial itu serasa jalan-jalan doang, cuma nempel dikit pelajarannya. Hari kedua tutorial, aku masih belajar dengan guru yang sama di rumah visi itu. Anehnya selama aku tutorial, gak pernah belajar sama wali sendiri—Ka Dicky—dan selama tutorial ini pula gak tau yang namanya Ka Dicky itu yang mana. Sampe waktu stadium general kedua itu ada perkenalan wali dan baru tahu sekarang wali aku itu yang mana, ya ampuuun -___-. Oh iya, Beasiswa Perintis 2 ini juga punya Jargon atau yel-yel.. Saat bilang ―Perintis 2‖ jawabannya ―Semua untuk satu , satu untuk sukses bersama, bisa-bisa-bisa Yes!!‖ Dari awal saja, kita sudah dilatih untuk merasakan kekeluargaannya. Selain belajar, kami juga diberikan training motivasi. Masih ingat, waktu itu trainernya Ka Bayu Purnama Alam, salah satu isi dari trainernya itu adalah ilmu yang selalu menjadi cahaya dan penerang disaat kegelapan dan bahkan disaat semua orang dan juga harta meninggalkan kita. Kami menjalankan semua aktifitas belajar setiap minggunya disini itu sampai bulan Februari akhir. Karena sebulan yang akan datang kita terfokuskan kepada Ujian Nasional. Di akhir bulan April, kami kembali ke Salman untuk mengikuti seleksi masuk Learning Camp. Dari 250 orang di beasiswa perintis ini akan diambil 100 orang untuk menuju Learning Camp. Sebenarnya disetiap daerahpun ada seleksi learning camp juga yang akan diambil satu orang dari tiap perwakilan kabupaten atau kota se Jawa Barat. Ada juga beberapa orang perwakilan dari MK2MA, dan juga dari seleksi mandiri. Semua orang ini akan berkumpul dan belajar bersama di Learnng Camp—yang tempatnya belum ada yang tahu. Tes untuk learning camp yang ini soalnya susah banget. Soalnya dibuat mirip dengan soal snmptn. Penantian panjangku berbuah manis diakhirnya. Alhamdulillah, aku bersama 14 orang lainnya yang berasal dari Baleendah, lolos masuk Learning Camp. Alhamdulillah.. aku senang sekali mendengarnya, akhirnya ada namaku didalam pengumuman itu. Sempat ada rasa putus asa karena nilaiku tidak masuk ke dalam kelompok –24 orang—
yang nilainya diatas 30%. Tapi hari keduanya, Kang Irfan mengumumkan kembali dan sebelum aku buka pengumuman itu, Kang Irfan coment statusku, ―Tuh ada namamu…‖— kurang lebih seperti itu,hehe. Waaaah.. seneng bangeeet. Ternyata aku berada di urutan ke 27, aku bersyukur karena untuk mendapatkan urutan teratas itu sangat sulit dan ini akan selalu aku jadikan motivasi untuk bisa lebih bak lagi. Setelah pengumuman itu, ada pengumuman lagi kalau ternyata tempat untuk learning camp itu berlokasi di asrama TNI. WOW. Awalnya aku gak suka sama yang namanya asrama TNI. Aku sempat berfikir, ―ini tuh mau belajar buat SNMPTN atau mau Asrama Militer? -____-―. Tapi ternytaaaa.. itu Cuma tempatnya doang. Guru-gurunya tetap berasal dari Salman dan tentunya yang berkualitas. Disana itu full belajar, walaupun kita memang harus mengikuti peraturan dari TNI itu, wajarlah orang kita semua ini hanya numpang dan tujuannya untuk belajar, jadi.. sudah seharusnya kita menuruti aturan tuan rumah, begituloh. Setelah ada open house di gsg salman beserta orang tua para peserta dan panitia (baca : tekhnikal meeting), kurang lebih panitia menjelaskan gambaran kegiatan yang akan dilakukan disana. Daaaaaaaan… tibalah saatnya hari yang dinanti-nanti itu dating, taraaa :D. 13 Mei 2012.. Berawal dari upacara pembukaan Learning Camp Beasiswa Perintis 2 di Mesjid Salman ITB. Semua peserta berkumpul di tempat ini. Se Jawa Barat guys, Bandung, Bogor, Cirebon, Kuningan, Indramayu and so on. Bahkan ada peserta mandiri yang datang jauh-jauh dari Balik Papan demi mengikut learning camp ini, subhanallah. Sambutan dari berbagai petinggi pun telah dilaksanakan dan secara resmi, Learning Camp Beasiswa Perintis 2 akhirnya di buka. Aku masuk ke dalam barak 5 yang beranggotakan 29 orang. Yah barak terakhir dari 3 barak putri. Sekitar pukul 10, kami tiba di PUSDIKIF (Pusat Pendidikan Infanteri) Cimahi. Dengan truk tentara itu, kami berdesak-desakan duduk untuk sampai pada tujuan. Tas-tas dan koper pun kami tumpuk. Didalam mobil kami hanya diam saja, tidak ada suatu obrolan sedikitpun-mungkin karna kami belum saling mengenal. Hanya sesekali Iqlima—ketua barak hari pertama—menyapa anggotanya. Sesampainya disana, kami berusaha membawa tas-tas besar itu ke dalam barak. Dan surprise… Barak 5 adalah barak terujung. Barak yang berisikan 30 kasur dan tempatnya lumayan lebih luas dibandingkan dengan barak yang lainnya. Karena apa? Itu karena sebagian kasurnya bertingkat dan tidak ada meja belajar. Berbeda dengan barak lainnya yang fasilitasnya sudah lengkap. Tapi itu semua tidak menghalangi kita untuk belajar di tempat ini. Kesan pertama yang aku rasakan, jujur aku merasa minder. Karena apa? Karena teman-teman disini semua hebat-hebat. Teman-teman disini adalah siswa dan siswi yang berprestasi disekolahnya, bahkan ada yang reuni karena dulu sama-sama peserta olimpiade sains nasional. Dan tak lupa, mereka semua agamis, maksudnya sangat kuat akan religinya. Jelaslah, sebagian dari peserta learning camp ini berasal dari MA (Madrasah Aliyah) yang disamping sekolah formalnya, mereka harus hidup di pesantren juga. Dan sangat berbeda dengan aku yang hanya siswa biasa saja dan tidak begitu dalam akan agama. Hari pertama berlalu, aku merasa sudah tidak betah, ingat akan orang tua di rumah dan tentunya ingin pulang. Kurang lebih satu minggu, setiap malanm atau pagi hari aku selalu nangis. Yah, aku sadar kalau aku itu cengeng, karena ini adalah pertama kalinya aku asrama dan jauh dari orang tua. Rasanya disini aku susah beradaptasi dengan orang-orang yang notabene pintar-pintar itu. Untuk beberapa hari pertama ini, aku mengalami yang namanya HOME SICK (Baca : pengen pulang ke rumah). Diselasela kegiatan aku meng-update status facebookku, ―Gak betah, pengen pulaaaang … :‘( ―. Dan aku tidak menyangka kalau Pak Kepsek kami—Kang Irfan Ramadhan, mengomentari statusku. Dia bilang ―jangan merasa terintimidasi disini dong, semua orang disini sama-sama belajar, ayo semangat sif :D‖ kurang lebih seperti itu dan intinya
memberiku semangat untuk tetap bertahan. Aku merasa malu sekali pada saat itu. Kenapa disaat-saat seperti ini harus ketauan pengen pulang coba?? Ternyata Kang Irfan itu memata-matai anak-anak LC, memantau kalau-kalau ada yang tdak betah disana, dan bagian aku deh yang ketahuan. Sahabatku yang lain—Fajar dan Sari—memberiku semangat juga. Ternyata, kang Irfan melapor ke Pembina barak 5—Kak Nure—kalau ternyata di Barak 5 ada yang tidak betah atau bisa dibilang ―Homesick‖. Malamnya, diadakanlah mentoring sebelum tidur. Intinya supaya lebih mengenal satu sama lain dan sharing akan keluh kesah selama disini. Pembina awal barak 5 itu Kak Nadia, namun karena kak Nadia harus melaksanakan UAS di tempat kuliahnya, jadi Pembina kami digantikan oleh Kak Nure – yang asalnya dari tim medic. Oh iya, kami menamai barak kami dengan sebutan OBAMA atau singkatan dari Orang-orang Barak 5. Hahaha :D untung bukan Barak Obama ---― . Dari sharing moment itu, kita merasa menjadi lebih dekat lagi dan menjalin kekeluargaan yang lebih erat lagi. Disini aku banyak diberi motivasi-motivasi baik dari kakak Pembimbing, kakak guru, kakak medic, pak kepsek, dan teman-teman LC tentunya. Setelah mengenal teman-teman satu persatu, kini aku bisa lebih mengerti bagaimana mereka. Berkat mereka pula, hidupku kini lebih baik. Motivasi belajarku sangat tinggi. Terutama ketika mengingat bagaimana perjuanganku untuk bisa sampai saat ini, melewati ratusan orang dan harus berkali-kali mengikuti seleksi. Dan aku mengingat bagaimana orang tua dirumah mengharapkan anaknya untuk belajar dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkannya. Mengingat itu semua membuatku bangun dan bisa bertahan disana. Oh iya, setiap hari itu, akan ada pergantian ketua barak yang akan mengatur anak-anak dengan berbagai kegiatan hariannya. Kebetualan, aku kebagian hari ke-2, jadi belum begitu mengenal semua teman dan terkesan kaku. Maaf ya temen-temen, kalau aku jadi Ketumbarnya (Ketumbar—sebutan utnuk ketua barak) ga maksimal . Aku merasa salut dengan Kak Nure, karena apa? Karena Kak Nure adalah orang yang setia menjaga adik-adiknya, khususnya kalau adk-adiknya itu sedang sakit. Dari awal masuk, selalu ada pasien yang sakit. Bahkan di Barak kami, barak 5, sakitnya berantai dan berturut-turut sampai kurang lebih 15 hari pertama selalu ada yang sakit. Aku pun pernah jadi pasiennya Kak Nure saat maaghku kambuh karena 3 hari shaum berturut-turut dan saat berbuka tidak teratur makanannya. Untungnya Pembina kita bagian dari tim medic, terima kasih ya kak Nure . Kak Nure itu selalu kemana-mana beserta ―Toa‖, jadi kak Nure selalu di bilang Miss Toa, hahaha :D. Kegiatanku mulai dari bangun pagi pukul 3. Sepagi itu aku sudah dibangunkan untuk sholat tahajud, Alhamdulillah disini sholat tahajud sudah seperti ibadah yang wajib bagi kami. Aku senang, disini selalu ada saja yang membangunkanku untuk sholat kalau aku terlambat bangun. Ada kejadian menarik saat bangun pagi. Setiap anak selalu memasang alarm atau jam wekernya masing-masing, sampai kita selalu bising mendengar bunyi jam weker yang anaknya gak bangun-bangun. Hari Pertama, rekor jam weker terkeras suaranya adalah jam weker punya Putri Sahani. Sekali berdering, satu barak terbangun karena tak kuat mendengar suaranya. Satu lagi, ada anak yang emang bener susah bangun. Ituloh Mae (Maya) –maaf ya may :D—dia kadang kalo tidur emang pules banget. Suatu hari waktu Noeel –Nurul— jadi ketumbar (ketua Barak), dia unik banget cara banguninnya. Yang pada belum bangun, dia simpen jam wekernya Putri –yang suaranya seantera jagat barak 5 itu—ke deket telinga masing-masing anak. Otomatis mereka akan terbangun dan langsung menggerutu. Tapi berbeda dengan Maya, jam weker itu sudah ada diatas telinganya, dan dia gak bangun-bangun. Sudah ditepuk-tepuk badannya, dia masih belum bangun juga. Lalu kuperiksa nadinya, Alhamdulillah masih hidup #plaaak -____-. Lalu aku pasrah deh, biar Noel aja yang bangunin. Dan setelah berkali-kali akhirnya Mae bangun juga #yee prok-prok-prok =D . Itu baru satu kejadian unik di barak kami, dan masih banak yang lainnya.
Oh iya, berlanjut ke aktifitas berikutnya setelah bangun pagi, jam 04.30 kami sudah harus menuju ke mesjid untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah dan dilanjutkan dengan tilawah quran sampai jam 06.00. Dari jam 06.00, kami harus melaksanakan olah raga pagi yang dipimpin langsung oleh bapak TNI. Karena kami tinggal di lingkungan TNI, maka kami pun harus mengikuti semua aturan yang disediakan TNI kepada kami –tentunya sebagai warga sipil. Selain berolah raga, ada jadwal khusus kami untuk latihan PERMIDAS atau Latihan PBB, yaitu setiap hari Selasa dan Jumat. Kami sering di latih oleh Pak Mandar, Pak Marno, Pak Roso, Pak siapa lagi lupaa >_