Laporan Tinjauan Incenerator PT - Jasa Medivest [PDF]

LAPORAN KUNJUNGAN PT. JASA MEDIVEST Disusun oleh : Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di RS Khusus Ginjal Ny. R.

30 0 397KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD PDF FILE

Laporan Tinjauan Incenerator PT - Jasa Medivest [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

LAPORAN KUNJUNGAN PT. JASA MEDIVEST

Disusun oleh :

Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di RS Khusus Ginjal Ny. R.A Habibie

TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R.A HABIBIE JLN. TUBAGUS ISMAIL NO.46 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut. Rumah sakit sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan tidak hanya terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila

limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik. Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dan Laboratorium Virologi dan Mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan Limbah padat yang berasal dan rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minuman. Pencemaran tersebut merupakan agen-agen kesehatan lingkungan yang dapatmempunyai dampak besar terhadap manusia. Limbah rumah sakit bisa digolongkan sebagai limbah B3. Karena jenis limbah yang dihasilkan dari rumah sakit termasuk dalam kategori biohazard yaitu jenis limbah yang sangat membahayakan lingkungan, dimana disana banyak terdapat buangan virus, bakteri maupun zat zat yang membahayakan lainnya,sehingga harus dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu 800 s/s 1200 derajatcelcius. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsenterasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain (Pasal 1 (17) UU No. 23 1997) . B3 dalam ilmu bahan dapat berupa bahan biologis (hidup/mati) atau zat kimia. Zat kimia B3dapat berupa

senyawa

logam

(anorganik)

atau

senyawa

organik,

sehingga

dapatdiklasifikasikan sebagai B3 biologis, B3 logam dan B3 organik. Tujuan

pengolahan

B3

adalah

untuk mencegah

dan

menanggulangi

pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut ,pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula. A.

Tujuan 1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui macam-macam limbah rumah sakit yang dikategorikan sebagai limbah B3 2. Tujuan Khusus : a.

Untuk mengetahui macam-macam limbah rumah sakit yang dikategorikan sebagai limbah B3

b.

Untuk mengetahui dampak – dampak yang dapat ditimbulkan limbah rumah sakit bagi lingkungan

c.

Untuk mengetahui pengelolaan limbah B3 rumah sakit Banjarbaru.

d.

Untuk mengetahui proses-proses pembakaran sampah medis rumah sakit Banjarbaru.

B. Manfaat Agar mahasiswa mengetahui macam-macam limbah rumah sakit yang dikategorikan sebagai limbah B3, dampak – dampak yang dapat ditimbulkan limbah rumah sakit bagi lingkungan dan mengetahui pengelolaan limbah B3 rumah sakit Banjarbaru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah 1. Limbah patologis/ jaringan tubuh Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.- limbah sisa hewan percobaanlimbah radioaktif dari pelacakan tumor, prosedur terapis, tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang dapat berupa padat, cair dan gas.

2. Limbah radioaktif Adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau risetradionucleida. a) limbah kimiawi dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, prosessterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik b) limbah infectious mengandung mikroorganisme pathogen yang meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular

serta

limbah

laboratorium

yang berkaitan

dengan

pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raungisolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical waste ). c) limbah benda-benda tajam yang merupakan obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda- limbah obat-obatan / farmasi seperti obat-obatan yang tidak terpakai, obat-obatan yangterbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan d) limbah citotoksik yaitu

bahan

yang

terkontaminasi

obat

citotoksik

selama

peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu 800- 1200 derajat Celcius.

e) limbah plastik, merupakan bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah

sakit

barang-barang

dan

sarana pelayanan

dissposable

yang

kesehatan

terbuat

dari

lain

seperti

plastik

dan

juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

Dari sekian banyak jenis limbah klinis tersebut akan yang membutuhkan perhatian khusus adalah limbah yang dapat menyebabkan penyakit menular (Infectious waste) atau limbah biomedis. Limbah ini biasanya hanya 10-15% dari seluruh keseluruhan volume limbah kegiatan pelayanan kesehatan. Jenis dari limbah ini secara spesifik adalah limbah patologis, limbah laboratorium percobaan hewan, limbah laboratorium mikrobiologi, limbah bekas darah, organtubuh dan cairan manusia lainnya, limbah benda tajam. B. Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah : 1. House Keeping Yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalammenjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengansebaik mungkin. 2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaannya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah. 3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan. 4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihansehingga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol. 5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi. 6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit

baru atau penggantian sebagian unitnya. Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal berikut: a) Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik. b) Semua limbah darikamar operasi dianggap sebagai limbah klinik. c) Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai bukan limbah klinik. d) Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang. Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut: 1.

Pemisahan limbah : Limbah harus di pisahkan dari sumbernya a)

Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas

b) Perlu digunakan kantung plastik dengan warna- warna yang berbeda yang menunjukkan kemana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau di buang.

Dibeberapa negara, kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuatsecara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas inidapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tongdengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain. 2. Penyimpanan limbah : Kantung- kantung dengan warna harus di buang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat bagian atasnya dan di beri label yang jelas. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai .. Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya. 3. Penanganan limbah

Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telahditutup Kantung dipegang pada lehernya, Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut. Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya(double bagging) Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di dalam kantung yang salah. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung limbah. 4. Pengangkutan limbah Kantung limbah dikumpulkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke insinerator. Alat yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantunglimbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

5. Pembuangan limbah Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapatdibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk. Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan khususnya dalam memeliharakualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar . Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak); - Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rataselama 24 jam. Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebaskuman padao gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan sporagas gangrer. Ruang perawatan dan isolasi : kurang dan 700 kalori m3 udaradan bebas kuman patogen.

Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udaratidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan.

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN KUNJUNGAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Hari / tanggal

:

Rabu, 7 Juni 2017

2. Waktu

:

10.00 wib

3. Tempat

:

PT. JASA MEDIVEST CIKAMPEK

B. Jenis Kegiatan

Peninjauan proses pembakaran limbah medis menggunakan insinerator di PT. Jasa Medivset di Cikampek

C. Petugas Kunjungan 1. Titien Suartini 2. Ely Rostina 3.

Padhil

4. Edi Junaedi

D. Cara Kerja 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Melakukan wawancara dengan petugas di bagian Insinerator PT. Jasa Medivest di Cikampek.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PT. Jasa Medivest, sebuah perusaahaan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang beralamat di jalan : nanasno.43, Bandung, Jawa Barat, berupa Kantor PT. Jasa Medivest, sedangkan untuk insineratornya sendiri berada di daerah Cikampek, PT. Jasa Medivest bekerjasa sama dengan 700 Rumah Sakit. PT. Jasa Medivest sudah dilengkapi instansi penghancuran dan pemusnahan limbah medis yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan hidup, sistem pengambilan sampah medis di ambil oleh PT. Jasa Medivest dari RS. Khusus

Ginjal dengan mengunakan mobil box tertutup setiap 1 kali perminggu dengan berat rata- rata sampah 60 kg. Sistem pembakaran dengan menggunakan 2 chamber, pembakaran limbah itu sangat penting untuk pembakaran limbah padat yang ada di setiap rumah sakit. Sebab jika pembakaran limbah padat tersebut tidak sempurna akan menghasilkan zat dioksin. Zat dioksin apabila terhirup manusia akan memicu timbulnya penyakit kanker, walaupun waktunya cukup relatif lama. Tapi kalautidak dicegah akan membuat udara akan terkontaminasi. Untuk menghindari keluarnya zat dioksin, pembakaran limbah idealnya dilakukan diatas suhu ≥ 800 derajat celcius, tetapi belum selesai sampai di sana karena sisa pembakarannya masih menghasilkan zat dioksin. Oleh karena itu, pembakaran dinaikan ke level kedua dengan suhu 1200 derajat celcius. Dengan demikian sisa pembakarannya akan tereduksi dengan sendirinya, baik kaca mau pun jarum ikut luluh sampai jadi abu. Kapasitas pembakarannya Rata-rata 500 kg sampah medis yang dibakar perharinya. Limbah tersebut bukan hanya dari Rumah sakit sekitar jakarta itu sendiri, tapi juga berasal Jawa Barat, Jawa Tengah dan luar Pulau Jawa yang telah memiliki perjanjiaN. Jika incinerator sedang bekerja, aktifkan pembakar asap sehingga asap yang keluar tidak terlihat diudara. Jika tidak diaktifkan, maka dari cerobong asap yang keluar adalah asap berwarna putih ke abu abuan. B. Pembahasan Incenerator merupakan alat pemusnahan limbah padat medis dengan bahan bakar solar yang bertemperature 800 - . 1200 derajat Celsius, diberi cerobong asap yang tingginya ±12 meter dengan kapasitas pembakaran 0,3 m3/jam dan menggunakan system dry scrubber. Fungsi utamanya mengurangi volume sampah dan membunuh bakteri sampah (suci hama). Sasaran utama (bagi B3) : mengurangi sifat-sifat yang berbahaya (racun, radiasi) Proses kerja incinerator Tahap 1: Limbah medis/bahan yang akan dimusnahkan setelah ditimbang dimasukkan ke ruang feeding untuk melalui proses pembakaran chamber i Tahap 2: Setelah limbah medis melewati tahap 1 limbah terdorong menuju chamber ii menjadi partikel kecil / berabu.

Tahap 3: Limbah yang telah menjadi partikel kecil / abu tersebut di masukkan ke dalam karung kemudian akan di kirim ke PPLI dari Cilengsi, karena PT. Jasa Medivest tidak ada lahan penguburan abu tersebut Menurut Brunner (1996) dalam Nadia Paramita (2007) menyatakan bahwa untuk mengolah limbah infeksius hingga saat ini telah dibuat insinerator dengan berbagai nama seperti insinerator medis, insinerator infeksius ataupun inisnerator limbah patologi. Akan tetapi 90% dari instalansi yang dibangun untuk mengatasi limbah rumah sakit selama dua dekade ini menggunakan prinsip Controlled Air Incinerator. Menurut Reindhardt (1991) dalam nadiaparamita (2007) menyatakan bahwa komponen-komponen utama dalam insinerator ini terdiridari Primary Combustion Chamber, Secondary Combustion Chamber, Boiler, Air pollution control Devices

Stack.

Pada

umumnya

incinerator

dengan Primary

chamber Mengkonversi limbah sehingga menghasilkan emisi berupa partikulat. Untuk itu perlu Pollution control device berupa Wet dan Dry scrubbers. Pada insinerator rumah sakit yang manfaatnya adalah mengurangi emisi partikel (0,01-0,03 grft3), mengurangi gas asam HCL, mengurangi sifat patogen dan mencegah racun terbebas di udara. Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri. Insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 – 1500oC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai. Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan racun kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi. Limbah padat yang berasal industri yang berupa Sludge, atau dari pemukiman yang berupa sampah domestik, maupun limbah padat medis dari rumah sakit dapat dimusnahkan dengan sempurna menggunakan teknik insinerasi. Proses

pembakaran dengan insinerator berlangsung pada suhu tinggi (600-800o C), pada suhu tersebut limbah padat organik sudah dapat hancur terbakar dan abu yang dihasilkan akan dalam keadaaan bersih /steril. Gas hasil pembakaran limbah tersebut dibakar juga pada suhu yang lebih tinggi yaitu antara 800-100oC, gas buangnya yang bersih dan emisinya terkendali berada dibawah ambang batas. Keunggulan pemusnahan sampah dengan teknik insinerasi adalah : sampah dapat dimusnahkan dengan cepat, terkendali, serta tidak memerlukan lahan yang luas seperti halnya proses pada penggunaan insinerator ini terdapat beberapa kelemahan dan keuntungan yang akan didapat. Untuk keuntungan jika menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi nontoksik, infektius menjadi non infektius), lahan yang dibutuhkan relative tidak luas, pengoperasiannya tidak tergantung pada iklim dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Selain itu insinerator pada rumah sakit bermanfaat untuk mengurangi emisi. Partikel (0,01 –0,03 gr/ft3), mengurangi gas asam (HCL), mengurangi sifat patogen mencegah racun terbebas di udara. Sedangkan untuk kerugian jika menggunakan insinerator adalah tidak semua jenis sampah dapat di hancurkan atau dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol serta dapat menimbulkan pencemaran udara berupa emisi yang berbentuk dioksin dan logam berat sepertias, Cd, Cr, Pb, Mn, Hg dan dapat menimbulkan asap dengan kandungan debu (Ash). Particulatematter dengan berbagai ukuran. Agar hal tersebut tidak terjadi maka sebaiknya incinerator dilengkapi dengan pollution control berupa Cyclone (udara berputar) atau Bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa residu serta abu yang dikeluarkan dari insinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/partikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai. Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis, bukan berarti tanpa cacat. Teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Limbah rumah sakit merupakan campuran limbah yang heterogen

sifat-sifatnya. Limbah rumah sakit berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Seluruh jenis limbah ini dapat mengandung limbah berpotensi infeksi. 2. Limbah medis berasal dari kegiatan di rumah sakit. Bentuknya padat maupun

cair. Limbah ini dapat berupa potongan badan manusia, sisadarah, cairan tubuh, botol infus bekas pakai, selang infus bekas pakai, sisa antibiotik, sisa obat serta obat kedaluarsa, jarum suntik bekas pakai, cairan radioaktif,

maupun buangan laboratorium. Macam-macam limbah medis tersebut mudah meledak, terbakar, reaktif, beracun, dan korosif. 3. Metode pengolahan limbah cair rumah sakit dapat dilakukan dengan

caraozonisasi dan extended aeration sedangkan pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan pembakaran di incinerator.

Bandung,.. Juni 2017

( Ely Rostina, AMd Kep )