38 0 269KB
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA SISTEM TERNER PADA SISTEM AIR-KLOROFORM-ASAM ASETAT
OLEH:
INGRIT LUMBAN BATU
1813031006
KELAS: VA
JURUSAN KIMIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2020
I.
TUJUAN Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut. 1. Menggambarkan diagram sistem terner air-kloroform-asam asetat 2. Menentukan garis dasi (tie line) pada sistem terner air-kloroform-asam asetat
II.
DASAR TEORI Sistem tiga komponen sebenarnya banyak kemungkinannya dan yang paling umum adalah sistem tiga komponen yang terdiri atas zat cair yang bercampur sebagian contohnya adalah air-kloroform-asam asetat. Berdasarkan Aturan Fasa atau Hukum Fasa ada hubungan yang umum antara derajat kebebasan dengan jumlah komponen dan jumlah fasa dalam suatu sistem berkesetimbangan. Secara matematis hukum fasa dinyatakan dengan persamaan: F=C–P+2 dimana F menyatakan derajat kebebasan, C adalah jumlah komponen dan P adalah jumlah fasa. Aturan Fasa ini pertama kali ditemukan oleh Gibss sehingga sering juga disebut Aturan Fasa Gibbs (Retug, dkk., 2002). Untuk sistem tiga komponen, derajat kebebasan, F = 3 – P + 2= 5-P. Untuk P = 1, maka F = 4. Karena tidak mungkin menyatakan sistem seperti ini dalam bentuk grafik yang lengkap dalam tiga dimensi, apalagi dalam dua dimensi. Oleh karena itu, biasanya sistem dinyatakan pada suhu dan tekanan tetap, sehingga diagram hanya merupakan fungsi komposisi dan derajat kebebasan menjadi F =3-P. Jadi derajat kebebasan maksimal adalah dua, dan dapat dinyatakan dalam suatu bidang. Dengan harga derajat kebebasan maksimal adalah dua, harga P hanya mempunyai 2 pilihan yaitu 1 fasa dimana ketiga komponen bercampur homogen atau 2 fasa yang meliputi 2 pasang misibel. Sistem 3 komponen pada umumnya merupakan sistem cair-cair-cair. Jumlah fraksi mol ketiga komponen berharga 1 (XA+ XB+ XC = 1). Komposisi salah satu komponen sudah tertentu jika dua komponen lainnya diketahui. Untuk memahami keadaan sistem tiga komponen, digunakan diagram fasa segitiga. Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Diagram fasa segitiga dapat digambarkan sebagai berikut.
C
D
B
A
Gambar 1. Koordinat segitiga yang digunakan dalam menggambarkan sistem tiga komponen Berdasarkan Gambar 1. tersebut untuk sistem tiga komponen, kedudukan sistem ditentukan sebagai berikut. Titik A adalah tempat kedudukan sistem 100% A; 0% B; 0% C Titik B adalah tempat kedudukan sistem 100% B; 0% A; 0% C Titik C adalah tempat kedudukan sistem 100% C; 0% A; 0% B Garis miring AC dan sejajar dengannya secara berturut-turut dari kiri ke kanan merupakan tempat kedudukan sistem 0% B ; 10% B ; 20% B ; dan seterusnya sampai 100% B pada titik B. Garis miring BC dan yang sejajar dengannya secara berturut-turut dari kiri ke kanan menunjukkan tempat kedudukan sistem 0% A ; 10% A ; 20% A ; dan seterusnya sampai 100% A pada titik A. Garis AB yang sejajar dengannya secara berturut-turut dari kiri ke kanan menunjukkan tempat kedudukan sistem 0% C ; 10% C ; 20% C ; dan seterusnya sampai 100% C pada titik C. Titik D adalah kedudukan sistem komposisi 20% B ; 30% C ; dan 50% A. Bentuk diagram fasa sistem tiga komponen cairan yang bercampur sebagian contohnya antara air- kloroform-asam asetat pada temperatur dan tekanan tetap ditunjukkan pada
Gambar 2. Dalam hal ini, air dan asam asetat bercampur sempurna, begitu juga kloloform dan asam asetat. Tetapi air dan kloroform hanya bercampur sebagian. CH 3COOH
1 fasa K’ 2 fasa CHCl
Q
P H 2O
3
K Gambar 2. Diagram fasa air- kloroform- asam asetat Kurva yang terdapat dalam segitiga merupakan kelarutan antara ketiga zat. Di dalam kurva terdiri atas campuran sistem yang memiliki 2 fasa cair-cair dalam kesetimbangan, yaitu asam asetat dengan kloroform yang larut dalam air dan asam asetat dengan air yang larut dalam kloroform. Garis PQ menyatakan komposisi kedua fasa yang disebut garis dasi (tie line). Berbeda halnya dengan sistem biner yang garis dasinya horisontal, garis dasi pada sistem terner ini tidak seperti itu. Kedudukan garis dasi ditentukan melalui analisis kimia dari setiap fasa. Kloroform yang kelarutannya sangat kecil dalam air, apabila ditambahkan asam asetat maka kelarutannya akan bertambah besar. Hal ini disebabkan karena asam asetat mudah larut dalam air dan asam asetat dapat larut dalam kloroform dalam berbagai perbandingan. Misalnya suatu sistem dimulai dari komposisi K, berdasarkan aturan Lever sistem ini memiliki jumlah air yang lebih banyak daripada kloroform. Sistem ini merupakan sistem 2 fasa C jika dikocok akan terlihat keruh. Dengan menitrasi campuran oleh asam asetat, maka komposisi akan berjalan sepanjang garis KK’ menuju titik 100% asam asetat. Dengan
pengocokan secara berhati-hati selama titrasi akan diperoleh tetesan terakhir ketika kekeruhan tepat hilang, yaitu titik K’ (Tony, 1987). III.
ALAT DAN BAHAN Tabel 1. Daftar Alat No. Nama Alat
Jumlah
50 mL
2 buah
1.
Buret
2.
Labu erlenmeyer bertutup
-
7 buah
3.
Piknometer
-
1 buah
4.
Pipet volume
5 mL
1 buah
5.
Corong pisah
250 mL
1 buah
6.
Gelas kimia
500 mL
1 buah
7.
Pipet tetes
-
4 buah
8.
Gelas kimia
100 mL
4 buah
9.
Statif dan klem
-
1 buah
10.
Batang pengaduk
-
1 buah
11.
Kaca arloji
-
1 buah
12.
Corong pisah
100 mL
1 buah
Tabel 2. Daftar Bahan No Nama Bahan
IV.
Ukuran
Konsentrasi
Jumlah
1.
Aquades
-
50 mL
2.
Kloroform
-
11 mL
3.
Larutan NaOH
0,1 M
50 mL
4.
Asam Oksalat
-
10 mL
5.
Asam asetat
-
50 mL
6.
Indikator PP
-
5 mL
PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan No Prosedur Kerja 1
Hasil Pengamatan
Maing-masing 5 mL larutan H2C2O4 pada
labu
dengan
Erlenmeyer
NaOH
1
M
dititrasi dengan
penambahan 3 tetes indikator PP sampai
menunjukkan
perubahan
warna menjadi merah muda. Dicatat volume NaOH yang digunakan.
Warna larutan NaOH dan H2C2O4 adalah tidak berwarna. Selanjutnya ditambahkan indikator PP, larutan tetap tidak berwarna. Setelah dilakukan tiga kali titrasi, maka volume NaOH yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah. Titrasi ke-
Volume NaOH 1 M (mL)
Volume H2C2O4 0,5 M (mL)
I
3,1
3
II
3,1
3
III
3,05
3
Ratarata
3,08
3
2
Massa jenis aquades ditentukan ρ kloroform = 1,02552 gram/mL menggunakan gelas ukur dimana terlebih dahulu diukur massa dari ρ kloroform = 1,48 gram/mL gelas ukur setelah itu dimasukkan aquades sebanyak 5 mL dan diukur ρ asam asetat = 1,05 gram/mL massa aquades. Massa jenis kloroform dan asam asetat dicari dari hand book atau tabel botolnya.
3
Disediakan 4 buah Erlenmeyer dan Labu erlenmeyer telah diisi tabung masingmasing tabung I, II, III dan IV masing-masing diberi tanda I, II, III, IV.
4
Dibuat empat macam komposisi air- Massa jenis air =1,02552 g/mL kloroform dalam labu Erlenmeyer tersebut. Labu I:
Massa jenis kloroform =1,47 g/mL Volume Volume aquades (mL) kloroform (mL)
4 g aquades + 1 g kloroform
4
0,7
Labu II:
3
1,4
3 g aquades + 2 g kloroform
2
2,0
Labu III:
1
2,7
2 g aquades + 3 g kloroform Labu IV: 1 g aquades + 4 g kloroform 5
Masing-masing campuran dalam Erlenmeyer
tersebut
dititrasi
Labu
dengan asam asetat sampai tidak
I II III IV
keruh. Dicatat volume asam asetat yang digunakan. 6
Volume CH3COOH titrasi (mL) 3,2 4,8 5 5,5
Corong pisah yang bersih dan kering Ditimbang
aquades
sebanyak
2,5
mL,
diambil dan selanjutnya diisi dengan kloroform sebanyak 1,7 mL dan 1 mL asam 2,5 gr aquades dan 2,5 gr kloroform. asetat. Sebelum dikocok, campuran aquades + Ditambahkan satu gram asam asetat kloroform + asam asetat membentuk dua kemudian
campuran
tersebut lapisan
dimana
pada
lapisan
bawah
dikocok hingga diperoleh campuran merupakan campuran kloroform dan asam yang merata.
asetat,
sedangkan
campuran
asam
lapisan asetat,
atas
adalah
aquades
dan
kloroform. 7
Campuran beberapa
tersebut saat
sampai
dibiarkan didapat
Massa labu erlenmeyer I = 74,2632 gram Massa labu erlenmeyer II = 68,0382 gram
kembali 2 lapisan (L1 dan L2). Sementara itu, disiapkan 2 buah labu Erlenmeyer yang bersih dan kering dan ditimbang keduanya dengan 8
teliti. Kedua lapisan yang diperoleh pada Setelah dipisahkan, maka terdapat dua langkah 7 dipisahkan serta masing-
lapisan
yang
ditempatkan
pada
masing lapisan tersebut erlenmeyer. dimasukkan ke dalam Erlenmeyer Massa erlenmeyer I + lapisan bawah = (masing-masing diberi tanda L1 dan 76,6375 gr
labu
L2) yang telah diketahui massanya.
Massa erlenmeyer II + lapisan atas = 72,1028
Kemudian ditimbang kembali kedua
gr
Erlenmeyer tersebut.
Massa L1 = 76,6375 gr – 74,2632 gr = 2,3743 gr Massa L2 = 72,1028 gr – 68,0382 g = 4,0646 gr
9
Kedua cairan tersebut (L1 dan L2) dititrasi dengan NaOH.
Titrasi
Volume NaOH (0,1 M) 1,8 17,8
L1 L2
Titrasi dihentikan sampai berubah warna menjadi merah muda. V.
ANALISIS DATA Perhitungan volume kloroform dan aquades pada masing – masing perbandingan •
Massa Jenis Air Massa aquades yang dihitung
: 5,1276 gr
Volume aquades
: 5 mL
Maka massa jenis air m 5,1276 gram ρ= = = 1,02552 V 5 mL 1. Volume kloroform dan air pada perbandingan (1:4) gram (Labu I) -
aquades massa = ρ ×Volume = 1,02552 × 4 mL = 4,1020 gr
- Kloroform massa = ρ ×Volume = 1,48 × 0,7 mL = 1,036 gr
2. Volume kloroform dan air pada perbandingan (2:3) gram (Labu II)
-
aquades
- Kloroform
massa = ρ ×Volume
massa = ρ ×Volume
= 1,02552 × 3 mL = 3,0765 gr
= 1,48 × 1,4 mL = 2,072 gr
3. Volume kloroform dan air pada perbandingan (3:2) gram (Labu III) -
aquades
- Kloroform
massa = ρ ×Volume
massa = ρ ×Volume
= 1,02552 × 2 mL = 2,0510 gr
= 1,48 × 2 mL = 2,96 gr
4. Volume kloroform dan air pada perbandingan (1:4) gram (Labu IV) -
aquades
- Kloroform
massa = ρ ×Volume
massa = ρ ×Volume
= 1,02552 × 1 mL = 1,02552 gr
= 1,48 × 2,7 mL = 3,996 gr
Campuran air dengan kloroform dititrasi dengan asam asetat hingga campuran tersebut menjadi 1 fase. Titrasi dilakukan dengan pengulangan sebanyak 2 kali (duplo). Volume asam asetat yang digunakan untuk mentitrasi setiap campuran air dan kloroform pada setiap perbandingan konsentrasi dapat dipakai untuk mencari masa asam asetat setiap titrasi. Perhitungan massa asam asetat yang digunakan yaitu sebagi berikut: 1. Volume asam asetat = 3,2 mL (Labu I) massa asam asetat = ρ ×Volume = 1,05 gr/mL × 3,2 mL = 3,36 gr 2. Volume asam asetat = 4,8 mL (Labu II) massa asam asetat = ρ ×Volume = 1,05 gr/mL × 4,8 mL
= 5,04 gr 3. Volume asam asetat = 5 mL (Labu III) massa asam asetat = ρ ×Volume = 1,05 gr/mL × 5 mL = 5,25 gr 4. Volume asam asetat = 5,5 mL (Labu IV) massa asam asetat = ρ ×Volume = 1,05 gr/mL × 5,5 mL = 5,775 gr Dengan perhitungan-perhitungan
di atas, maka dapat dibuat
tabel yang
menggambarkan volume dan massa larutan pada masing – masing kondisi pencampuran. Tabel 4. Massa masing – masing larutan dalam campuran Tabung Vair Vkloroform Vas. asetat mair mkloroform (gram) (mL) (mL) (mL) (gram)
mas. asetat (gram)
I
4
0,7
3,2
4,1020
1,036
3,36
II
3
1,4
4,8
3,0765
2,072
5,04
II
2
2,0
5
2,0510
2,96
5,25
IV
1
2,7
5,5
1,02552
3,996
5,775
Perhitungan Persentase masing – masing larutan dalam campuran
Tabung I massa campuran = massa aquades + massa kloroform + massa asam asetat = (4,1020 gr + 1,036 gr + 3,36) gram = 8,498 gr
% aquades ¿
massa aquades × 100% massa campuran
=
4,1020 gram × 100% 8,498 gram
= 48,27%
% kloroform ¿ =
massa kloroform × 100% massa campuran
1,036 gram × 100% 8,498 gram
= 12,19%
% asam asetat ¿ =
massa asamasetat × 100% massa campuran
3,36 gram × 100% 8,498 gram
= 39,53%
Tabung II massa campuran = massa aquades + massa kloroform + massa asam asetat = (3,0765 + 2,072 + 5,04) gram = 10,1885 gr
% aquades ¿ =
massa aquades × 100% massa campuran 3,0765 gram × 100% 10,1885 gram
= 30,19%
% kloroform ¿ =
massa kloroform × 100% massa campuran
2,072 gram × 100% 10,1885 gram
= 20,33%
% asam asetat ¿
massa asamasetat × 100% massa campuran
=
5,04 gram × 100% 10,1885 gram
= 49,46%
Tabung III massa campuran = massa aquades + massa kloroform + massa asam asetat = (2,0510 + 2,96 + 5,25) gram = 10,261 gr
% aquades ¿ =
massa aquades × 100% massa campuran 2,0510 gram × 100% 10,261 gram
= 19,98%
% kloroform ¿ =
massa kloroform × 100% massa campuran
2,96 gram × 100% 10,261 gram
= 28,84%
% asam asetat ¿ =
massa asamasetat × 100% massa campuran
5,25 gram × 100% 10,261 gram
= 51,16%
Tabung IV massa campuran = massa aquades + massa kloroform + massa asam asetat = (1,02552 + 3,996 + 5,775) gram = 10,7965 gr
% aquades ¿
massa aquades × 100% massa campuran
=
1,02552 gram × 100% 10,7965 gram
= 9,49%
% kloroform ¿ =
massa kloroform × 100% massa campuran
3,996 gram × 100% 10,7965 gram
= 37,01%
% asam asetat ¿ =
massa asamasetat × 100% massa campuran
5,775 gram × 100% 10,7965 gram
= 53,48%
Standarisasi NaOH Sebelum melakukan titrasi terhadap campuran air, kloroform dan asam asetat, dilakukan standarisasi terlebih dahulu terhadap titran yang digunakan yaitu NaOH Dalam standarisasi ini digunakan larutan standar H2C2O4 (asam oksalat) 0,05M dengan indikator PP. Dalam titrasi ini yang digunakan sebagai titran adalah NaOH sedangkan yang digunakan sebagai titrat adalah asam oksalat. Dari hasil titrasi ini didapatkan data sebagai berikut. Tabel 5. Data Titrasi NaOH Titrasi ke Volume NaOH (mL)
Volume H2C2O4 0,05M (mL)
I
3,1
3
II
3,1
3
III
3,05
3
IV
3,08
3
Dari data tersebut dapat dihitung konsentrasi NaOH yang telah distandarisasi sebagai berikut: V(NaOH) × M(NaOH) × n = V (asam asetat) × M (asam asetat) × n 3,08 × M(NaOH) × 1 M (NaOH)
= 3 × 0,5 × 2 = 0,97 M
Jadi, konsentrasi larutan NaOH yang telah distandarisasi adalah 0,97 M. Penentuan Garis Dasi Hasil penimbangan menunjukkan bahwa senyawa L1 (lapisan bawah) yang merupakan campuran antara kloroform dan asam asetat memiliki massa seberat 2,3743 gr dan senyawa L2 (lapisan atas) yang merupakan campuran asam asetat dan aquades memiliki massa seberat 4,0646 gr. Titrasi dilakukan sebanyak 1 kali. Volume NaOH yang digunakan untuk mentritasi L1 adalah sebanyak 1,8 mL dan untuk mentritasi L 2 adalah sebanyak 17,8 mL.
Untuk L1 Asam asetat mol NaOH
= V NaOH × M NaOH = 1,8 mL × 0,97 M = 1,746 mmol = 1,746 × 10-3 mol
mol NaOH = mol asam asetat mol asam asetat = 1,746 × 10-3 mol massa asam asetat = 1,746 × 10-3 mol × 60 gr/mL = 0,10476 gr %massa asetat = =
massa asam asetat × 100% massa campuran 0,10476 gram × 100% 2,3743 gram
= 4,41%
Kloroform massa kloroform = massa larutan L1 – massa asam asetat = 2,3743 gr – 0,10476 gr = 2,2695
%massa kloroform = =
massa kloroform × 100% massa campuran 2,2695 gram × 100% 2,3743 gram
= 95,58%
Untuk L2 Asam asetat mol NaOH
= V NaOH × M NaOH = 17,8 mL × 0,97 M = 17,266 mmol = 0,017266 mol
mol asam asetat = mol NaOH mol asam asetat = 0,017266 mol massa asam asetat = 0,017266 mol × 60 gr/mL = 1,03596 gr %massa asetat = =
massa asam asetat × 100% massa campuran 1,03596 gram × 100% 4,0646 gram
= 25,48% Kloroform massa kloroform = massa larutan L2 – (massa aquades + massa asam asetat) = 4,0646 gr – (3,0287 + 0,10476 gr) = 0,9312 gr
%massa kloroform = =
massa kloroform × 100% massa campuran 0,9312 gram × 100% 4,0646 gram
= 22,91% aquades %massa aquades =
massa aquades × 100% massa campuran =
3,0287 gram × 100% 4,0646 gram
= 74,51% Tabel 6. Data persen masing-masing zat pada L1 dan L2 %massa Nama Lapisan
Lapisan 1 (bawah) Lapisan 2 (atas)
Aquades
Asam asetat
Kloroform
-
4,41%
95,58%
74,51%
25,48%
22,91%
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dibuat diagram fase sistem tiga komponen airkloroform-asam asetat.
100 90 80 70 60 50 R² = 0.39
40 30 20 10
0.00
VI.
0 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menggambar diagram fase sistem terner. Sistem yang dimaksud adalah sistem yang membentuk sepasang zat cair yang bercampur sebagian yaitu campuran kloroform, air, dan asam asetat. Selain itu juga praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan garis dasi (tie line) pada sistem terner air-kloroform-asam asetat. Hal pertama yang dilakukan untuk dapat menggambarkan diagram sistem terner ini adalah dengan menentukan komposisi ketiga zat dalam satu fase. Sesuai dengan prosedur yang telah dituliskan sebelumnya terdapat 3 campuran yaitu aquades, kloroform dan asam asetat. Dari ketiga campuran tersebut akan dibuatkan empat komposisi yang berbeda dan ditempatkan pada 4 labu yang mana pada labu I dibuat campuran dengan perbandingan aquades dan kloroform (4:1), labu II (3:2), labu III (2:3), dan labu IV (1:4). Setelah setiap labu diisi aquades dan kloroform, maka hasil pengamatan menyatakan bahwa terbentuk larutan dua fase. Selanjutnya masing-masing labu yang berisi campuran aquades dan
kloroform ditambahkan dengan asam asetat glasial. Ketika penambahan asam asetat, asam asetat ini akan bercampur dengan aquades dan kloroform dan jika semakin banyak asam asetat yang dimasukkan maka lama kelamaan akan terjadi sistem satu fase dan jika sudah berada dalam keadaan ini maka penambahan asam asetat diberhentikan (penambahan asam asetat hanya sampai campuran aquades dan kloroform tidak keruh lagi). Komposisi aquades, asam asetat, dan kloroform pada labu I berturut-turut adalah 4,1020; 3,36; 1,036. Sedangkan pada labu II yaitu 3,0765; 5,04; 2,072. Pada labu III yaitu 2,0510; 5,25; 2,96 dan pada labu IV yaitu 1,02552; 5,775; 3,996. Setelah diperoleh komposisi dari masing-masing zat pada masing-masing labu, maka dibuat sketsa diagram terner cairan masing-masing tabung. Sehingga dengan menggabungkan keempat titik-titik dari masing-masing diagram maka terbentuklah sebuah kurva garis. Kurva ini disebut kurva binodal. Keteraturan dari garis-garis tersebut menunjukkan bahwa komposisi akan berubah seiring dengan penambahan campuran, sehingga dapat diketahui pengaruh masing-masing komponen terhadap fraksi mol larutan. Garis dasi (Tie Line) merupakan garis yang menunjukkan keseimbangan dua fase yaitu air dan kloroform. Garis dasi diperoleh dari berdasarkan pencampuran dari aquades, kloroform dan asam asetat. Campuran ini menghasilkan dua fasa, kemudian dipisahkan dengan menggunakan corong pisah ke dalam Erlenmeyer yang berbeda dan diberi nama yaitu L1 dan L2. Bagian bawah dari campuran ini akan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang diberi nama L1 dan bagian bawah akan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang diberi nama L2. Selanjutnya kedua komponen atau hasil dari campuran yang telah dipisahkan tersebut dititrasi dengan NaOH untuk mengetahui massa asam asetat dalam sistein. Diperoleh persen massa asam asetat dan kloroform pada L1 adalah 4,41% dan 95,58%. Pada L2 diperoleh persen massa aquades dan asam asetat adalah 74,51% dan 25,48%. Adanya kesalahan pada saat dilakukannya percobaan ini dapat diketahui dari diagram fase sistem tiga komponen yang diperoleh. Ketidaksesuaian diagram yang diperoleh dengan diagram fase sistem tiga komponen yang sesuai dengan litelatur disebabkan karena kurang tepatnya pada saat penambahan asam asetat dikarenakan sulitnya untuk mengamatai keadaan ketika ketiga zat tepat dalam keadaan satu fase.
VII.
KESIMPULAN
Berdsarkan hasil percobaan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan: 1. Diagram sistem terner air-kloroform-asam asetat yang didapatkan berdasarkan percobaan adalah sebagai berikut: 100 90 80 70 60 50 40
R² = 0.39
30 20 10
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
0 90.00 100.00
2. Garis dasi pada kurva berdasarkan hasil percobaan merupakan garis yang menghubungkan titik dengan persentase asam asetat 4,41% dan 25,48%
DAFTAR PUSTAKA Bird, Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia. Dogra, SK. Alih Bahasa: Umar Mansyur. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: Universitas Indonesia – Press. Retug, Nyoman dan Dewa Sastrawidana. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja: IKIPN Singaraja. Suardana, I Nyoman, Nyoman Retug, dan I Wayan Subagia. 2002. Buku Ajar Kimia Fisika. Singaraja: Undiksha. Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta: Bina Aksara.