44 1 2MB
LABORATORIUM SATUAN PROSES I SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014
MODUL
: Pembuatan Senyawa Kompleks Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4. 5H2O) dari Limbah Tembaga.
PEMBIMBING
: Iwan Ridwan, S.T.
Praktikum : 19 Juni 2014 Penyerahan : 26 Juni 2014 (Laporan)
Oleh Kelompok
:5
Nama
: 1. Nisa Mardiyah
131424018
2. Nova Puspita
131424019
3. Puteri Aulia Rahmah
131424020
Kelas
: 1A TKPB
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2014
I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembaga (II) sulfat mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan banyak manfaatnya di laboratorium maupun lingkungan. Di lingkungan garam tembaga banyak digunakan dalam bidang pertanian, misalnya sebagai larutan “Bordeaux” yang mengandung 1-3% CuSO4 untuk pembasmi jamur pada sayur dan tumbuhan buah, selain itu CuSO4 banyak digunakan di kolam renang sebagai pembunuh atau penghambat pertumbuhan ganggang atau lumut, sehingga jika tembaga (II) sulfat ditambahkan ke dalam air kolam renang menyebabkan air kolam berwarna jernih kebiru-biruan. Di laboratorium garam tembaga (II) sulfat banyak digunakan untuk bahan
praktikum
dalam
beberapa
modul
,
misalnya
modul
termokimia,
stokhiometri,elektrokimia,gravimetrik. Oleh karena itu, untuk kebutuhan teknis dapat disediakan oleh laboratorium dengan cara recovery tembaga menjadi tembaga (II) sulfat pentahidrat, sehingga dapat memperkecil biaya. 1.2 Tujuan Percobaan Setelah mempelajari dan melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Membuat kristal tembaga (II) pentahodrat dari limbah tembaga 2. Mengenal sifat-sifat kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat 3. Menganalisis produk dengan menghitung rendemen dan jumlah air kristal (hidrat) secara stoikhiometri.
II.
LANDASAN TEORI Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga (Cu) termasuk ke dalam golongan transisi. Tembaga, perak dan emas disebut logan koin karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3. Bentuk pentahidrat yang lazim terhidratnya, yaitu kehilangan empat molekul airnya pada 110 0C dan kelima-lima molekul air pada 1500C. Pada 6500C, tembaga (II) sulfat mengurai menjadi tembaga (II) oksida (CuO), sulfur dioksida (SO2) dan oksigen (O2). Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada
keadaan bagaimana mereka ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat (Cu +) cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+. Disproporsionasi akan menjadi sempurna. Di jalan lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap), Cu 2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap. Tembaga (II) sulfat mempunyai banyak kegunaan di bidang industri diantaranya untuk membuat campuran Bordeaux (sejenis fungsida) dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga digunkan dala penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan pengawet kayu. Bentuk anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam jumlah kelimut. Tembaga sulfat juga dikenal sebagai vitriol biru. Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO 4.5H2O triklini. Pentahidrat ini dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida atau tembaga (II) karbonat dengan H2SO4 encer, larutannya dipanaskan hingga jenuh dan pentahidrat yang biru mengkristal jika didinginkan. Pada skala industri, senyawa ini dibuat dengan memompa udara melalui campuran tembaga panas dengan H2SO4 encer. Dalam bentuk pentahidrat, setiap ion tembaga (II) dikelilingi oleh empatmolekul air pada setiap sudut segi empat. Kedudukan
kelima dan keenam dari oktahedral
ditempati oleh atom oksigen dari anion sulfat, sedangkan molekul air kelima terikat oleh ikatan hidrogen, salah satu sifat dari logam tembaga yaitu tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3. 3Cu(s) + 8H+(aq) + 2NO3-(aq) 3Cu2+(aq) + 2NO(g) + 4H2O Logam tembaga dibuat dari tembaga sulfida (Cu2S) yang dioksidasi dengan oksigen. Cu2S + 2O2 2CuO + SO2 2CuO + Cu2S SO2 + 4Cu Garam tembaga dalam larutan berwarna biru pucat, karena membentuk ion Cu(H2O)42+. Jika larutan ini ditambah amonia akan menghasilkan ion Cu(NH 3)42+ yang berwarna biru pekat. Senyawa CuCl2, Cu2Br2, Cu2I2 sukar larut dalam air dengan Ksp masing-masing 1,9.10-7; 5.10-9; dan 1.10-12. Senyawa Cu2O dan Cu2S dapat dibuat langsung dari unsurnya pada shu tinggi. Kedua senyawa ini cenderung nonstoikhiometri karena dapat pula sebagian membentuk CuO dan CuS. Senyawa-senyaa Cu (I) berwarna putih kecuaili oksidasinya merah. Sedangkan senyawa Cu (II) hidratnya biru dan anhidratnya abu-abu. Senyawa-senyawa Cu (II) lebih stabil dalam larutan. Mereka beracun dan mengion yang kberwarna gelap (biru gelap) yang terbentyk dengan lautan amonia berlenihan. Cu digunakan buat
kabel/kawat/peralatan listrik; dalam logam-logam paduan; monel, perunggu kuningan, perak jerman, perak nikel untuk ketel dan lain-lain. Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air dan tidak berwarna, perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air, warna ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya warna ion kompleks tetraakuokuprat (II) dalam larutan air, adalah 500 μg dalam batas konsentrasi 1 dalam 104. Garam-garam tembaga (II)anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO 4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit terbentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa). Bila dalam ke adaan basah dibiarkan terkena udara, tembaga (II) sulfida cenderung teroksidasi menjadi tembaga (II) sulfat, dan karenanya menjadi dapat larut dalam air. Banyak sekali panasyang dilepaskan pada proses ini. Persamaan reaksi kristalisasi secara keseluruhan adalah : Cu +3H2O + H2SO4+ 2HNO3
CuSO4.5H2O + 2NO2 (berwarna kuning coklat)
Kristal CuSO4.xH2O yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar
III.
PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan Kimia yang Digunakan
N
Alat
Bahan
o 1 2 3 4 5 6
Gelas kimia 250 mL (1 buah) Gelas ukur 50 mL (1 buah) Corong (1 buah) Kaca arloji (1 buah) Batang pengaduk (1 buah) Pemanas (hotplate)
Limbah tembaga dari kabel bekas Larutan H2SO4 pekat Larutan HNO3 pekat Aquades
7 8 9 10
Pipet tetes (2 buah) Cawan penguap (1 buah) Timbangan Kertas saring 3.2 Prosedur Kerja 1. Membuat Kristal CuSO4.5H2O
50 mL air dimasukk an ke dalam gelas kimia
Campura n tersebut dipanaska n
Tambahk an 10 mL H44SO44
Aduk hingga semua tembaga larut
5 gr tembag a dimasu kkan
tambahk an 15 mL HNO33 pekat
Saat masih panas, campuran disaring
lakukan sampai 3 kali, sehingga kristal bebas dari nitrat
Larutan disimpan hingga terbentuk kristal
kristalka n kembali
Cuci kristal dengan sedikit air
Larutkan ke dalamair sedikit mungkin
2. Analisis kadar air dalam kristal CuSO4.xH2O
Berat kristal yang diperoleh ditimbang
Menggerus kristal CuSO44.xH22O sampai bubuk
Menimbang cawan penguap yang telah dingin berisi bubuk kristal CuSO44.xH22O berwarna putih
Menimbang berat kosong cawan penguap
memasukan kristal CuSO44.xH22O yang telah menjadi bubuk ke dalam cawan penguap dan menimbang beratnya
Mendinginkan cawan penguap
Memanaskan cawan penguap yang telah terisi bubuk kristal sampai serbuk kristal menjadi berwarna putih
3.3 Diagram Alir Pembuatan CuSO4.5H2O Padatan tembaga (Cu) dari limbah kabel = 5 gram
Pelarutan aquades 50 mL + 10 mL H2SO4 pekat + 15 mL HNO3 pekat
Pemanasan
T
=
1000C
Pendinginan (kristalisasi) t=24 jam
Analisi kristal (rendemen + gravimetri)
3.4 Tabel Pengamatan No.
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
1
Dimasukkan air ke dalam Pada suhu ruang, air sebanyak 50 mL dimasukkan ke
2
gelas kimia. Ditambahkan
dalam gelas kimia mL Pada saat H2SO4 pekat 98% dimasukkan ke dalam
10
H2SO4 pekat 3
Ditambahkan
4
tembaga. Ditambahkan
gelas kimia yang berisi aquades 50 mL, terjadi reaksi eksoterm gram Saat larutan ditambahkan 5 gram Cu, terjadi reaksi
5
yang mengakibatkan adanya gelembung mL Saat ditambahkan 15 mL HNO3 pekat terjadi
15
HNO3 pekat 5
Dilakukan
perubahan warna pada larutan menjadi sedikit kebiruan pengadukkan Hotplate di set pada suhu 100OC, terjadi perubahan
terus menerus ± 30 menit warna larutan dari biru bening menjadi biru pekat, 6
dan dipanaskan Disaring larutan
muncul gelembung dan asap saat proses pemanasan Penyaringan dilakukan pada saat larutan masih panas. Saat penyaringan terbentuk sedikit endapan seperti
7
kristal pada filtrat di bagian bawah gelas kimia Didiamkan dan ditimbang Setelah didiamkan selama 3 hari, endapan kristal kristal yang terbentuk
CuSO4 semakin banyak. Endapan lalu disaring dan dimasukkan ke dalam oven untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalam kristal.
No. Waktu 1
2
(menit) 0
5
Pengamatan
Temperatur Keterangan
Larutan masih berwarna 270C
Reaksi berlangsung di ruang
bening,
asam
dan
tembaga
belum larut. Terjadi perubahan warna 600C menjadi biru aqua dan tembaga bereaksi dengan HNO3 dan H2SO4, terdapat sedikit kecoklatan.
gas
kuning
3
10
Asap
semakin
warna
larutan
banyak, 650C berubah
lebih tua dari sebelumnya, menjadi biru tua.
4
15
Asap seperti pada saat 10 730C menit,
warna
larutan
semakin tua, Cu perlahanlahan hampir larut semua.
5
20
Asap
lebih 780C
menjadi
banyak, warna semakin 6
25
tua. Cu hampir larut semua, 870C asap
menjadi
banyak,
warna tetap biru tua.
7
30
Warna tembaga
semakin sudah
pekat, 920C larut
semua.
8
35
Cu sudah larut, warnanya 950C biru tua sempurna
9
40
Asap banyak, Cu larut 1000C sempurna, warna biru tua.
IV.
PENGOLAHAN DATA 1. Menghitung rendemen CuSO4.5H2O Diketahui : Massa Cu = 5 gr Massa kristal = 21,97 gr BM CuSO4.5H2O = 249,55 g/mol BA Cu = 63,55 g/mol Ditanya : Rendemen =.....% Jawab : Reaksi : Cu2+ + SO42- + 5H2O
CuSO4.5H2O
Mol CuSO4.5H2O = mol Cu =
=
Massa Cu BA Cu 5 gr 63,55 gr /mol ¿ 0,0786 mol
Massa CuSO4.5H2O = Mol CuSO4.5H2O x BM CuSO4.5H2O = 0,0786 mol x 249,55 gr/mol = 19,6146 gram 21,97 gram ×100 =112 Rendemen = 19,6146 gram 2. Menghitung kadar air dalam kristal CuSO4.xH2O Berat cawan + CuSO4.xH2O = 91,78 gram Berat CuSO4.xH2O = 1,06 gram, Berat setelah dikeringkan = 91,38 gram Berat CuSO4 = 0,4 gram CuSO4.xH2O ≈ CuSO4 Analisis Hidrat
Cara 1 berat CuSO 4. xH 2 O Berat CuSO 4 = BM CuSO 4+ X ( BM H 2 O) BM CuSO 4 1,06 gr 0,4 gr = 159,5 gr /mol 159,5 gr /mol+ X (18) 169,07=63,8+ 7,2 X
105,27=7,2 X X =14,62
Cara 2 Berat H2O = 1 – 0,4 gr = 0,6 gr Berat H 2O Mol H2O = BM H 2O 0,6 gr = 18 gr /mol = 0,033 mol berat CuSO 4 Mol CuSO4 = BM CuSO 4 =
Hidrat (x)
= 2,5078 x 10-3 mol mol H 2 O = mol CuSO 4 =
X(H2O)
0,4 gr 159,5 gr /mol
0,033 mol 2,5078 x 10−3 mol
= 13,1589
3. Tuliskan semua reaksi yang terjadi. V.
PEMBAHASAN 5.1. Nisa Mardiyah Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan senyawa kompleks tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4. 5H2O) dari Limbah Tembaga. Limbah tembaga yang digunakan didapat dari kabel bekas, sebanyak 5 gram. Tembaga sebanyak 5 gram ini dilarutkan ke dalam HNO3 pekat. Hal ini karena tembaga tidak larut dalam asam yang bukan
pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3. Pada pembuatan CuSO4.5H2O hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 50 mL H2O, kemudian ditambahkan 10 mL H2SO4 proses dilakukan di lemari asam, karena reaksi eksoterm. Setelah larutan homogen, dimasukkan 5 gram limbah tembaga, kemudian dimasukkan 15 mL HNO3 pekat, dan akhirnya dipanaskan hingga tembaga larut. Pada saat pemanasan, terjadi beberapa perubahan di dalam gelas kimia yaitu terjadi perubahan warna, di mana semakin lama warna larutan semakin biru pekat dan terdapat gas berwarna kuning kecoklatan. Tembaga yang dimasukkan ke dalam gelas kimia tersebut semakin lama semakin larut, pada percobaan tembaga dapat larut sempurna dalam waktu ± 40 menit dengan suhu 1000C. Setelah pemanasan dilakukan, larutan disaring untuk memisahkan larutan dengan pengotor. Pada saat penyaringan, terdapat gejala-gejala tertentu yaitu hasil filtrat sudah mulai terbentuk kristal. Ini membuktikan bahwa larutan terlewat jenuh. Hasil filtrat didiamkan hingga terbentuk kristal semakin banyak. Pendiaman filtrat dilakukan selama 3 hari dan hasil kristal yang didapat setelah 3 hari terlihat semakin banyak dibanding sebelumnya. Kristal yang terbentuk disaring, kemudian dioven hingga kristal menjadi kering. Kristal kemudian ditimbang, dan berat kristal yang terbentuk yaitu sebesar 21,97 gr. Nilai dari massa kristal ini dapat digunakan untuk menghitung rendemen dengan membandingkan massa secara teoritis, dimana massa secara teoritis berdasarkan hasil perhitungan yaitu 19,6146 gr sehingga rendemen yang didapat sebesar 112%. Hasil rendemen ini terlalu berlebih, hal ini disebabkan karena masih banyak terkandung H2O. Kristal yang telah kering diuapkan untuk mengetahui mol H 2O yang terkandung di dalam kristal. Sebelum penguapan, kristal diambil sebanyak 1,06 gr kemudian di tumbuk menggunakan alu hingga halus. Kirstal yang telah halus ini diuapkan hingga warna serbuk kristal berubah menjadi warna putih. Hasil penguapan ini ditimbang kembali dan berat hasil timbangan ini lebih kecil dibandingkan berat sebelum penguapan. Di mana
5.2. Nova Puspita
5.3. Puteri Aulia Rahmah Padatan CuSO4 pada praktikum ini dibuat dari air 50 mL, H2SO4 20 mL, padatan tembaga sebanyak 5 gram, HNO3 pekat 15 mL yang dicampuran di dalam gelas kimia yang dipanaskan sampai 1000C dan distiring. Proses dilakukan didalam lemari asam dan dihentikan saat padatan tembaga larut seluruhnya. Pada beberapa menit awal proses terdapat gas berwarna kecoklatan dan warna larutan berubah menjadi hijau kebiruan. Warna larutan semakin lama semakin kebiruan dan menjadi biru tua jernih yang pada awalnya agak keruh. Tembaga larut semua setelah proses berlangsung selama 30 menit. Proses dihentikan setelah 40 menit karena sudah tidak terdapat asap kecoklatan lagi, kemudian larutan disaring. Didalam kertas saring sudah terdapat sedikit butiran-butiran endapan CuSO 4. Setelah larutan disaring, filtrat didinginkan dalam suhu ruangan selama 3 hari. Walaupun pada hari praktikum dilakukan sudah terdapat endapan CuSO 4 namun agar hasil yang didapatkan maksimal larutan didiamkan lebih lama. Setelah 3 hari, terdapat endapan kebiruan di dasar gelas Kimia. Setelah itu, dilakukan penyaringan dan penimbangan endapan CuSO4 yang didapat. VI.
VII.
KESIMPULAN
KESELAMATAN KERJA Bahan kimia yang digunakan pada percobaan ini adalah bahan kimia yang bersifat korosif dan oksidator, maka dalam melakukan percobaan ini perlu diperhatikan: 1. Hati-hati menangani asam sulfat dan asam nitrat pekat dan perhatikan prosedur cara pembuatan larutan dan lakukan dalam lemari asam, gunakan sarung tangan, masker, karena asam sulfat, asam nitrat bersifat oksidator, korosif dan reaksi dengan air bersifat eksotermis/eksplosif. 2. Limbah dikumpulkan dalam suatu tempat (jerigen yang tersedia) 3. Kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat dikumpulkan dalam suatu tempat yang bersih.
VIII.
MSDS BAHAN 1. MSDS H2SO4 SIFAT FISIKA dan KIMIA : Keadaan fisik dan penampilan: Cairan. Bau: berbau, namun memiliki bau Rasa: rasa asam Berat Molekul: 98,08 Warna: tak
(Cairan berminyak tebal.) tersedak ketika panas. Ditandai. (Strong.) g / mol berwarna.
pH (1% soln / air): Asam. Titik Didih: 270 ° C (518 ° F) - 340 deg. C terurai pada 340 deg. C Melting Point: -35 ° C (-31 ° F) menjadi 10,36 deg. C (93% sampai 100% kemurnian) Spesifik Gravity: 1,84 (Air = 1) Densitas Uap: 3.4 (Air = 1) Properti Dispersi: Lihat kelarutan dalam air. kelarutan: Mudah larut dalam air dingin. Sulfat larut dalam air dengan pembebasan banyak panas. Larut dalam etil alkohol.
PENANGANAN Kontak Mata: Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera. Kontak Kulit : Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci sebelum digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali. Dapatkan perawatan medis dengan segera. Kulit Serius : Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim antibakteri. Mencari medis segera Inhalasi: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan segera perhatian medis. Serius Terhirup: Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
PERINGATAN: Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut ke mulut (resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif. Cari bantuan medis segera. Tertelan: JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh personel medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada korban yang sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.
2. MSDS HNO3 A. Sifat fisika : 1. Massa jenis : 1,502 gr/cm3 2. Titik didih : 86ºC 3. Titik lebur : -42ºC 4. Energi evaporasi : 9,43 kkal/mol pada 20oC 5. Berat molekul : 63,02 gram/mol 6. Nilai entropi : 37,19 kkal/mol oK pada 25oC 7. Tidak berwarna B. Sifat kimia : 1.Merupakan oksidator yang kuat dan asam kuat 2.Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium nitrat, menurut reaksi: HNO3 + NH3 → NH4NO3 3.Reaksi dengan nikel sulfida menghasilkan garam nikel nitrat, nitrogen monoksida, belerang, dan air. 3 NiS + 8 HNO3 → 3 Ni(NO3)2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O 4.Reaksi dengan NiS yang ditambah asam klorida, menghasilkan garam nikel klorida. 3 NiS + 2 HNO3 + 6 HCl → 3 NiCl2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O 5.Reaksi dengan logam perak akan membentuk perak nitrat dan nitrogen dioksida. Ag + 2 HNO3 → AgNO3 + NO2 + H2O C. Identifikasi Bahaya • Potensi Efek Kesehatan Akut Sangat berbahaya jika terjadi kontak langsung dengan
kulit (korosive, iritatif), kontak dengan mata (korosive, iritatif), gangguan pencernaan dan gangguan pernafasan. Dalam bentuk cairan atau spray bisa menyebabkan iritasi mata • Potensi Efek Kesehatan Kronis Efek karsinogenik : tidak ada Efek mutagenik : tidak ada Efek teratogenik : tidak ada Senyawa ini dapat meracuni paru-paru, membran mukosa, sistem pernafasan bagian atas, kulit, mata, dan gigi. Jika terlalu lama atau berulang-ulang terkena, maka dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. Jika terlalu lama mengalami kontak dengan uap, maka dapat menimbulkan iritasi mata kronis dan menyebabkan beberapa iritasi kulit. Jika terlalu lama atau berulang-ulang terkena uap, dapat menyebabkan infeksi pernafasan.
D. Pertolongan Pertama
• Kontak Mata Jika kontak dengan mata , basuh mata dengan air paling tidak selama 15 menit. Gunakan air dingin. Dan segera cari pertolongan medis. • Kontak Kulit Jika kontak, bilas bagian yang terkena asam Nitrat dengan air paling tidak 15 menit sambil melepas pakaian yang terkontaminasi. Cuci pakaian yang terkontaminasi sebelum dipakai lagi. • Kontak serius dengan kulit Cuci dengan sabun desinfektan dan oles kulit yang terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Carilah segera pertolongan medis. • Penghirupan Jika terhirup, lepaskan ke udara segar. Jika terjadi gangguan pernapasan, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Segera cari pertolongan medis. • Penghirupan Serius Evakuasi korban ke daerah yang aman sesegera mungkin. Jika terfjadi kesulitan bernafas, longgarkan pakaian korban dan berikan oksigen. Jika korban tidak bernafas, berikan nafas buatan. AWAS: “hal ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan nafas buatan sebab bahan-bahan beracun dan korosif dapat terhirup. Segera cari pertolongan medis. • Pencernaan Jika tertelan jangan dimuntahkan kecuali diarahkan oleh ahli medis. Jangan memberikan sesuatu pada mulut korban yang tidadk sadar. Loggarkan pakaian korban. Segera cari pertolongan medis. • Pencernaan Serius Tidak tersedia
E. Menghindari Kecelakaan • Tumpahan kecil : Encerkan dengan air dan diserap dengan kain, atau serap dengan bahan kering yang inert dan tempatkan dalam wadah pembuangan limbah yang sesuai. Jika perlu, netralkan residu dengan larutan Natrium Karbonat encer. • Tumpahan banyak : Cairan korosif. Bahan pengoksidasi. Cairan beracun. Tutup kebocoran jika tidak berbahaya. Serap dengan tanah kering, pasir atau bahan yang tidak mudah terbakarb lainnya. Jangan menaruh air di samping wadah. Hindari kontak
dengan bahan yang mudah terbakar (kayu, kertas, minyak, kain, dan lain-lain). Jaga kelembaban dengan menggunakan semprotan air. Jangan tumpahkan material. Netralkan residu dengan larutan Natrium karbonat encer.
F. Penanganan dan Penyimpanan • Yang perlu diwaspadai : Wadah tetap terkunci, dan kering. Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api dan material yang mudah terbakar. Jangan dimakan. Jangan menghirup gas/asap/ uap. Jangan menambahkan air ke bahan ini. Jika ventilasi tidak baik gunakan peralatan pernafasan yang baik. Jika tertelan, segera cari pertolongan medis dan tunjukkan label bahan. Hindari kontak dengan kulit dan mata, jauhkan dari bahan pereduksi, bahan mudah terbakar, bahan organik, logam, asam, alkali, dan panas matahari. Dapat merusak permukaan logam. Simpan dalam drum logam atau drum papan fiber yang terlapisi menggunakan bagian dalam yang terlapisi polyethylen yang kuat. • Penyimpanan : Jaga wadah dalam keadaan tertutup rapat. Tempatkan wadah di ruang berventilasi dan dingin. Pisahkan dari asam, alkali, agen pereduksi, dan bahan mudah terbakar. G. Proteksi Diri • Teknis perawatan Sediakan ventilasi yang kering untuk menjaga kelembaban air dibawah nilai batas. Pastikan keran pencuci mata dan shower keselamatan dapat digunakan dengan baik. • Perlindungan Personal Pelindung wajah. Pelindung tubuh lengkap. Respirator uap. Pastikan memakai respirator yang bersertifikat. Sarung tangan dan sepatu boot dalam keadaan baik. • Perlindungan personal saat tumpahan yang banyak Pakaian praktikum lengkap, respirator uap, boot, sarung tangan. Menggunakan perangkat penutup hidung untuk menghindari terserapnya zat.
3. MSDS CuSO4 Bagian 1 - Identifikasi Bahaya TINJAUAN DARURAT Warna: biru. Sensitif terhadap air. Peringatan! Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan iritasi saluran pernafasan dengan luka bakar. Menyebabkan iritasi mata dan kulit dan luka bakar. Higroskopis. Mutagen. Kemungkinan sensitizer. Sasaran Organ: Darah, ginjal, hati. Potensi Efek Kesehatan Mata: Paparan partikulat dapat menyebabkan kelainan kornea. Menyebabkan iritasi mata dan luka bakar. Kulit: Dapat menyebabkan kulit menjadi sensitif, alergi, yang akan terlihat jelas pada paparan bahan ini. Dapat menyebabkan gangguan pada kulit dan luka bakar. Dapat menyebabkan gatal pada kulit. Penelanan: Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan ditandai dengan mual dan muntah. Penelanan garam tembaga dalam jumlah besar dapat menyebabkan tinja berdarah dan muntah, tekanan darah rendah, sakit kuning dan koma. Menelan senyawa tembaga dapat menghasilkan efek toksik sistemik pada ginjal dan hati dan eksitasi saraf pusat diikuti oleh depresi. Inhalasi: Dapat menyebabkan ulserasi dan perforasi septum hidung jika dihirup dalam jumlah berlebihan. Dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dengan luka bakar. Kronis: kontak mata yang lama atau berulang-ulang dapat menyebabkan konjungtivitis. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Dapat menyebabkan anemia dan kelainan darah lainnya sel. Tembaga yang terakumulasi dalam berbagai jaringan dan dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, kerusakan ginjal, dan otak. Dapat menyebabkan reaksi alergi kulit pada beberapa individu. Bagian 2 - Tindakan Pertolongan Pertama Mata: Segera siram mata dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis. Kulit: Dapatkan bantuan medis. Siram kulit dengan banyak air dan sabun setidaknya selama 15 menit saat mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Tertelan: JANGAN memancing muntah. Jika korban sadar, beri 2-4 cupfuls susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Dapatkan bantuan medis dengan segera. Inhalasi: Hapus dari paparan udara segar segera. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. JANGAN menggunakan mulut ke mulut resusitasi. Jika
pernapasan telah berhenti menerapkan pernapasan buatan menggunakan oksigen dan perangkat mekanis yang sesuai seperti tas dan masker. Catatan untuk Dokter: Individu dengan penyakit Wilson lebih rentan terhadap keracunan tembaga kronis. Antidote: Penggunaan d-Penisilamin sebagai agen chelating harus ditentukan oleh tenaga medis yang berkualitas. Bagian 3 - Tindakan pencegahan kebakaran Informasi Umum: Seperti api apapun, memakai peralatan pernapasan mandiri dalam tekanan-demand, MSHA / NIOSH (disetujui atau setara), dan alat pelindung penuh. Selama terjadi kebakaran, gas terkontaminasi dan sangat beracun dapat dihasilkan oleh dekomposisi termal atau pembakaran. Zat adalah noncombustible. Bahan ini dalam jumlah yang cukup dan mengurangi ukuran partikel mampu menciptakan ledakan debu. Media pemadam: Gunakan media pemadam yang paling tepat untuk kebakaran sekitarnya. Gunakan semprotan air, kimia kering, karbon dioksida, atau busa sesuai. Bagian 4 - Tindakan Pelepasan Kecelakaan Informasi Umum: Gunakan peralatan perlindungan pribadi yang layak seperti yang ditunjukkan dalam Bagian 8. Tumpahan / Kebocoran: Vacuum atau menyapu bahan dan tempat ke dalam wadah pembuangan yang cocok. Bersihkan tumpahan segera, mengamati tindakan pencegahan di bagian Peralatan pelindung. Hindari menghasilkan kondisi berdebu. Sediakan ventilasi. Tempatkan di bawah suasana inert. Bagian 5 - Penanganan dan Penyimpanan Penanganan: Cuci sampai bersih setelah memegang. Hubungi dokter dan cuci sebelum digunakan kembali. Gunakan hanya di daerah berventilasi baik. Minimalkan debu dan akumulasi. Hindari kontak dengan mata, kulit pakaian, dan. Simpan wadah tertutup rapat. Hindari konsumsi dan inhalasi. Jangan menelan atau menghirup. Menangani bawah suasana inert. Simpan dilindungi dari udara. Penyimpanan: Simpan dalam wadah tertutup rapat. Simpan di, daerah sejuk dan kering, berventilasi baik jauh dari zat-zat yang tidak kompatibel. Jangan mengekspos ke udara. Simpan dilindungi dari kelembaban. Simpan di bawah suasana inert. Bagian 6 - Sifat Fisik dan Kimia Bentuk: Kristal
Penampilan: biru Bau: berbau pH: Tidak tersedia. Tekanan Uap: 7.3 mm Hg @ 25 deg C Kepadatan uap: Tidak tersedia. Tingkat Penguapan: diabaikan. Viskositas: Tidak tersedia. Titik Didih: 150 deg C (Desember) Pembekuan / Melting Point: 110 deg C (Desember) Swa-sulut/suhu penyulutan otomatis Suhu: Tidak dipakai. Titik Nyala: Tidak dipakai. Suhu Dekomposisi: Tidak tersedia. NFPA Rating: (perkiraan) Kesehatan: 2; mudah terbakar: 0; Reaktivitas: 0 Ledakan Batas, Lower: Tidak tersedia. Atas: Tidak tersedia. Kelarutan: Larut. Spesifik Gravity / Densitas: 2.2840g/cm3 Molecular Formula: CuO4S.5H2O Berat Molekul: 249,68 4. MSDS Logam Cu Sifat Fisika Tembaga (Cu) Nomor atom Konfigurasi elektron Elektronegativitas Jari-jari metalik/pm (koordinasi 12) Jari-jari ionik/pm Energi ionisasi pertama/kJ.mol-1 Titik leleh/°C Titik didih/°C Densitas (20°C)/g.cm-3
29 [Ar] 3d10 4s1 1,9 128 73 (+2); 77 (+1) 745 1083 2570 8,95
Selain itu, sifat tembaga secara fisik adalah sebagai berikut. 1. Kuat dan ulet 2. Dapat ditempa 3. Tahan korosi 4. Penhantar listrik dan panas yang baik 5. Logam yang kurang aktif c. Sifat Kimia Tembaga (Cu) Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3. Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 °C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang
lebih tinggi, sekitar 1000 ºC, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah. Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam non-oksidator encer seperti HCl encer dan H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2¯(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk. 2Cu(s) + 2H+(aq) 2Cu+(aq) + 4Cl-(aq)
2Cu+(aq) + H2(g) 2CuCl2-(aq)
Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut. Cu(s) + H2SO4(l) CuSO4(aq) + 2H2O(l) + SO2(g) Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi berikut. Cu(s) + HNO3(encer) 3Cu(NO3)2(aq) + 4H2O(l) + 2NO(g) Cu(s) + 4HNO3(pekat) Cu(NO3)2(aq) + 2H2O(l) + 2NO2(g) Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+. Selain itu, tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida. Tembaga memiliki tingkat oksidasi +1, seperti halnya logam-logam alkali. Namun, lebih umum dengan tingkat oksidasi +2 daripada +1. Tembaga sukar teroksidasi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai positif potensial reduksinya: Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) E° = +0,34 V
DAFTAR PUSTAKA 1. Keenan, Kleinfelter, Wood. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jilid 2. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. 2. Dickey, R. D. 1972. Identification and Correction of Copper Deficiency of Rhododendron Simsi ‘George Lindley Taber’ Cuttings. http://www.google.com. Diakses, 24 November 2008. 3. Petrucci, Ralph H, 1987, alih bahasa suminar Ahmadi, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, jilid 3, Penerbit Erlangga 4. Shelva, G. 1990. Analisis Organik Kualitatif Makro Dan Semimskro. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta. 5. http://www.Pembuatan CuSO4.5H2