55 0 2MB
1. PENDAHULUAN
Pengertian Land Clearing
Land Clearing Adalah Proses pembersihan lahan sebelum aktivitas penambangan dimulai. Land Clearing Tahapan pekerjaan penambangan umumnya diawali dengan mempersiapkan lahan, yaitu mulai dari pemotongan pepohonan hutan, pembabatan sampai ke pembakaran hasilnya, yang dinamakan land clearing. Jadi land clearing dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pembersihan material hutan yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang. Variabel yang mempengaruhi pekerjaan land clearing yaitu : Pepohonan yang tumbuh Kondisi dan daya dukung tanah Topografi Hujan dan perubahan cuaca Sfesifikasi pekerjaan Data yang diperlukan untuk menganalisis produksi, kebutuhan alat dan akhirnya ke biaya meliputi: spesifikasi pekerjaan (proyek), kondisi lapangan biaya alat (beli atau sewa). Untuk selanjutnya pembahasan akan fokuskan pada masalah teknis dan tidak akan menyinggung masalah biaya.
Pengupasan Tanah Penutup
Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sistimatika pengupasan yang baik. Pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup merupakan kegiatan yang mutlak harus dikerjakan pada pertambangan terutama pada kegiatan penambangan yang menggunakan sistim tambang terbuka. Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi, semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup maka rencana target produksi semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan metode dan alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup. Adapun pola teknis dari pengupasan lapisan tanah penutup yaitu : 1. Back filling digging method Pada cara ini tanah penutup di buang ke tempat sudah digali. 2. Benching System Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem jenjang (benching). Cara ini pada waktu pengupasan lapisan tanah penutup sekaligus sambil membuat jenjang. 3. Multi Bucket Exavator System Pada pengupasan cara ini tanah penutup dibuang ke tempat yang sudah digali atau ke tempat pembuangan khusus. Cara ini ialah dengan menggunakan Bucket Wheel Exavator ( BWE. 4. Drag Scraper System Cara ini biasanya langsung diikuti dengan pengambilan bahan galian setelah tanah penutup dibuang, tetapi bisa juga tanah penutupnya dihabiskan terlabih dahulu, kemudian baru bahan galiannnya ditambang. Sistem ini cocok untuk tanah penutup yang materialnya lunak dan lepas(loose).
Pembersihan Lahan 1
Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang tumbuh pada permukaan daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan tetumbuhan yang ada didaerah penambangan. Kegiatan pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan Buldozer. Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang mempunyai ketebalan overburden beberapa meter dengan menggunakan Bulldozer dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan tanah penutup. Dalam pembabatan, pohon didorong kearah bawah lereng untuk dikumpulkan, dimana penanganan selanjutnya diserahkan pada penduduk di daerah atau wilayah setempat
Pengertian Soil Management
Soil Management adalah pengumpulan soil atau humus pada tempat yang telah ditentukan yang nantinya akan digunakan untuk proses rehabilitasi. Aktivitas Soil Management. Soil Striping
:
Soil Stockpilling : bersifat Sementara.
Pengumpulan top soil dan dimuat ke alat angkut. Penyimpanan top soil di tempat yang telah ditentukan dan
Soil Replacement : Penghamparan atau penempatan soil pada lahan bekas tambang sebagai rehabilitasi tambang.
Pekerjaan Land Clearing
Umumnya perkerjaan land clearing terdapat pada proyek proyek konstruksi dilakukan dengan memperhatikan lahan dan peralatan yang tersedia , seperti yang ditunjukan pada gambar :
2. Tahapan Land Clearing Pada pengerjaan proses land clearing hal yang umumnya dilakukan adalah meliputi pekerjaan sebagai berikut :
Underbrushing
Underbrushing adalah sebuah kegiatan yang lebih menjurus kepada kegiatan pembabatan pohon yang berdiameter maksimum 30 cm dengan tujuan mempermudah pelakasanaan penumbangan peophonan yang lebih besar.
2
Felling/Cutting
Adalah kegiatan penumbangan pepohonan yang berdiameter besar dari 30 cm , dalam sepefikasi kegiatan yang tersedia , biasanya disebutkan kegiatan kegiatan .tertentu, seperti pohon yang ditumbangakan sampai ke bonggolnya tanpa merusak top soil sekecil apapun , kayu kayu yang kecil harus dipotong menjadi dua atau empat bagian yang nantinya dapat diperlukan untuk kegiatan transmogran dan sebagainya.
Pilling
Kegiatan yang bertujuan untuk menumpuk kayu kayu atau tumpukan kayu pada jarak jarak tertentu. Yang diperlu diperhatikan adalah tumpukan kayu harus searah dengan angin yang berhembus.
Burning
Adalah pembakaran kayu kayu yang telah mengering atau tumbang dengan tidak melalaikan kayu yang dapat dimanafaaatkan , Pembakaran diharuskan untuk mendapatkan abu abu sisa pembakaran yang dapat meningkatkan kesuburan dari tanah disketiranya. 3. Metode kerja land clearing Metode kerja atau cara pengerjaan yang tepat dan benar akan sangat berpengaruh terhadapa produktivitas alat. Untuk menentukan metode mana yang paling tepat tergantung banyak faktor seperti volume / spefikasi proyek dengan volume besar sedangakan waktu yang terdsedia relatif singkat , maka buldozer meruakan alat yang efisien sehingga dengan demikian pembahasan mengenai cara pengerjaan (metode kerja) selanjutnya lebih dititik beratkan pada penggunaan buldozer. 3.1. Metode Penebasan dan Penumbangan Pekerjaan penebasan dan penumbangan dikerjakan secara bersamaan. Untuk kegiatan ini dikenal beberapa metode, seperti metode perimeter, metode outcrop, metode contour, dan metode zig-zag. Dari keempat metode tersebut di atas, metode mana yang paling tepat untuk digunakan sangat tergantung pada kondisi medannya. Metode Perimeter Metode ini cocok diterapkan pada real yang rata. Setelah plot areal yang akan dibuka telah ditentukan, maka bulldozer mulai menebas atau menumbangkan pohon, dari luar menuju ke dalam, mengelilingi plot areal dengan arah gerak bulldozer berlawanan dengan arah jarum jam (Gambar 4-2.A.). Penumbangan dilakukan sedemikian rupa, sehingga arah tumbangnya pohon tidak mengganggu pohon-pohon yang belum tumbang, melainkan jatuh di areal yang telah dikerjakan (Gambar 4-2.B.).
3
Metode Out Crop Sama seperti metode perimeter, metode out crop cocok diterapkan untuk areal yang rata. Perbedaannya terletak pada arah gerak bulldozer. Pada metode ini penebasan/penumbangan dimulai dari tengah-tengah plot areal menuju keluar dengan gerak bulldozer searah jarum jam seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3 A dan Gambar 4.3.B.
Metode Contour Metode ini umumnya diterapkan pada areal yang berbukit. Bulldozer menebas / menumbangkan dari atas bukit ke bawah pada daerah dengan ketinggian yang sama (contour yang sama) seperti ditunjukkan pada Gambar 4-4. Metode zig-zag
Sama seperti metode primeter dan out crop,metode zig-zag dapat diterapkan pada area yang rata. Metode zig-zag dapat dilihat pada gambar 4-5 3.2 Metode Penumpukan (pilling) Umumnya hasil penebangan seperti pohon, ranting dan sebagainya ditumpuk searah dengan arah mata angin dan mengikuti garis contour. Jarak gusur bulldozer sekitar 15-25m, sehingga nanti jarak tumpukan satu sama lainnya menjadi sekitar 30-50m. Metode penumpukan guling seperti yang ditunjukan pada gambar 3.2
3.3 Metode Pembakaran Dalam pembakaran, yang perlu diperhatikan adalah arah mata angin.pada gambar 3.3, disarankan pembakaran tidak dimulai dari ujung b. Karena apinya akan sulit dikendalikan lagi pula hasil pembakaran akan kurang sempurna.
4
Jalur timbunana yang dibuat harus sesempit dan setinggi mungkin untuk mengurang jumlah tanah yang terbakar, karena dalam pembakaran humus tanah akan ikut terbakar sehingga mengurangi kesuburan
3.4 Metode Harrowing Dewasa ini terkenal dengan metode harowing. Salah satu metode yang memiliki efisiensi kerja yang tinggi adalah “metode lompat kijang”(gambar 3.4). Berdasarkan data dan pengalaman metode ini memilikin efisiensi kerja sebesar 98,8%. 4. Peralatan Land Clearing
4.1 jenis alat yang digunakan
Beberapa jenis alat yang digunakan untuk membersihkan lahan, dengan bermacam-macam tingkatan keberhasilan, seperti:
Bulldozer yang dipasangkan pada traktor
Bilah kusus yang dipasang pada traktor
Garu yang dipasangkan pada traktor
Rantai dan kabel baja yang dipasangkan oleh traktor
BULLDOZER YANG DIPANANGKAN PADA TRAKTOR
Dahulu bulldozer umumnya digunakan untuk membersihkan lahan, namun bulldozer ini dapat diganti oleh bilah khusus yang dipasang pada traktor. Dalam hal ini penggunaan bulldozer dianggap kurang efisien karena sebelum menumbangkan bulldozer yang besar bulldozer terlebih dahulu harus menggali tanah di seputar pohon dan memotong akar-akar disekitarnya yang akan meninggalkan lubang yang akan tidak di kehendaki tanah, disamping memerlukan waktu yang lebih banyak. Juga ketika menumpuk pepohonan dan tumbuhan lain yang telah tumbang. Bulldozer mengangkut tanah yang cukup banyak ke tempat penumpukan, yang menjadikan pembakaran yang lebih sukar.
BILAH KHUSUS YANG DI PASANG PADA TRAKTOR
Terdapat dua jenis bilah khusus yang di gunakan untuk menumbangkan pohon, di mana keduanya di pasang pada ujung depan traktor yaitu bilah menyuduttunggal dengan penusuk menonjol pada sisi depan, memanjang di depan bilah sehinnga penusuk tersebut dapat di paksa masuk ke dalam atau menembus 5
pohon untuk membelah atau melemahkannya.jadi jika pohon tersebut terlalu besar untuk di tumbangkan dalam satu passing, batangnya akan terbelah dan hanya sebagian yang di tumbangkan.Juga, tractor tersebut dapat melakukan passing mengitari sebatang pohon dengan penusuk yang memasuki tanah untuk memotong akar akar mendatar utamanya.Dapat juga di gunakan untuk menyingkirkan tanggul tanggul dan menumpuk bahan untuk pembakaran.Jenis bilah khusus lainnya adalah bilah berbentuk V , dengan penusuk yang mencuat di ujung depannya (Gambar4-9) yang mempunyai keuntungan bilah tersebut memungkinkan bergeser sepanjang permukaan tanah,dengan demikian dapat melakukan pemotongan tumbuhan rata dengan permukaan.Namun demikian, bilah tersebut dapat juga di turunkan ke bawah permukaan untuk menyingkirkan tunggul pohon.Juga bilah tersebut dapat di naikkan untuk memungkinkan penusuk bersangkutan bila menusuk pohon di atas permukaan tanah.Bilah bilah khusus dapat dilihat pada gambar 4-10 dan gambar 4-11
Garu yang Dipasang Pada Traktor
Garu ini dapat digunakan untuk membongkar dan menumpuk pohon, batu, dan material sejenis lainnya tanpa mengangkut tanah yang terlalu banyak , karena material berbutir seperti pasir dan kerikil akan dengan mudah lolos diantara geriginya. Pengaturan gerigi dilakukan menurut pesanan yang tersedia untuk penggunaan pada kondisi tanah yang bermacam-macam. Akan tetapi beberapa bahan berupa plastik cenderung menyatu dengan tumbuhan dan menyumbat celah-celah diantara geriginya. Garu ini dapat merupakan alat yang efektif ketika digunakan untuk menumpuk material yang dibersihkan menjadi suatu tumpukan yang siap untuk dibakar. Selanjutnya terdapat jenis garu jepit yang dipasang pada traktor yang digunakan untuk mengangkat pohon dan belukar yang telah tumbang dan mengangkutnya ke tempat-tempat pembakaran atau ketempat pembuangan yang lain. Untuk beberapa proyek, cara penanganan material yang demikian adalah lebih baik dibanding menggunakan garu yang dipasang pada traktor untuk mendorongnya dipermukan tanah. Menggunakan garu jenis ini akan mengurangi bahkan meniadakan terangkutnya tanah ketempat penumpukan. Juga karena jangkauannya yang tinggi, garu jepit dapat lebih efektif pada pengacakan setumpuk material untuk meningkatkan laju pembakaran.
Rantai dan Kabel Baja yang Ditarik Traktor
Dilakukan dengan menempatkan sebuah rantai kuat yang ditarik oleh dua buah traktor. Ini sangat efektif untuk menumbangkan pepohonan dan membabat belukar yang agak tandus. Keefektifan rantai ini dapat ditingkatnkan degan menyertakan potongan-potongan baja misalnya potongan-potongan rel pendek pada mata rantai yang dipasang tegak lurus terhadap mata rantai pada rantai tersebut. Berat tambahan ini akan membuat rantai lebih dekat ke permukaan tanah dan lebih banyak menyingkirkan belukar dan tumbuhan yang lebih rendah. Passing kedua pada daerah yang beberapa bulan sebelumnya telah di rantai tarik dengan arah yang berlawanan dengan passing pertama, akan mengurangi tetumbuhan yang masih bertahan hidup.
6
SISTEM PENAMBANGAN TAMBANG TERBUKA SISTEM PENAMBANGAN TAMBANG TERBUKA Tambang Tebuka (Surface Mining)
Tambang Terbuka Surface mining merupakan kegiatan usaha penggalian yang seluruh aktifitas kerjanya berhubungan langsung dengan udara bebas dan terik matahari yang letaknya tepat di permukaan tanah.
7
Pada tambang terbuka tahap kegiatan awal yang dilakukan adalah : 1. Pembuatan Jalan Rintisan Jalan rintisan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat – alat berat ke lokasi tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front penambangan ke lokasi stock rom atau pengangkutan overburden. Pembuatan jalan digunakan dengan memakai Bulldozer yang nantinya digunakan pula sebagai pembersihan lahan.
2. Pembersihan Lahan (land clearing)
Pembersihan lahan ini dilaksanakan untuk memisahkan pepohonan dari tanah tempat pohon tersebut tumbuh, sehingga nantinya tidak tercampur dengan 8
tanah subsoilnya. Pepohonan (tidak berbatang kayu keras) yang dipisahkan ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai humus pada saat pelaksanaan reklamasi.
Kegiatan pembersihan lahan ini baru dilaksanakan pada lahan yang benar-benar segera akan ditambang. Sedangkan lahan yang belum segera ditambang wajib tetap dipertahankan pepohonan yang tumbuh di lahan tersebut. Hal ini sebagai wujud bahwa perusahaan tambang tetap memperhatikan aspek pengelolaan atau lindungan lingkungan tambang.
3. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil) Pengupasan tanah pucuk ini dilakuan terlebih dulu dan ditempatkan terpisah terhadap batuan penutup (overburden), agar pada saat pelaksanaan reklamasi dapat di manfaatkan kembali. Pengupasan top soil ini dilakukan sampai pada batas lapisan subsoil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai dilapisan batuan penutupan (tidak mengandung unsur hara ).
9
4. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden) Lapisan tanah penutup ini biasanya dibongkar langsung dengan Exsavator dikareakan batuan yang digali tidak keras, dan apabila agak keras biasanya dengan metode riping dan ada juga dengan cara peledakan, karena batuan di front cukup keras jika digali langsung dengan exsavator, maka batuan di front tersebut akan diadakan peledakan (blasting) pada area tersebut.
Dalam kegiatan Pengupasan Tanah Penutup biasanya kendala yang menghalangi kelancaran kerja adalah masuknya air hujan (run off mine) ke front.penanganan air ini dilakukan dengan membuat sump pada front dan mengarahkan air tersebut ke sump dan setelah itu dilakukan pemompaan.
Air hasil kegiatan pemompaan air tambang ini disalurkan ke kolam penampungan (settling pond) yang tersdiri dari 3 kompartemen, yaitu : a). Kompartemen pertama untuk mengendapkan kandungan lumpur yang ikut larut dalam aliran air tambang yang terpompa.
10
b). Kompartemen kedua, untuk penanganan (tretmen) kualitas pH air tambang yang dihasilkan, dimana air tambang harus ber-pH standard sesuai batasan baku mutu air tambang yang di ijinkan.
c). Kompartemen ketiga untuk kolam penstabilan air tambang dan titik penaatan kualitas air tambang sebelum air tambang tersebut disalurkan keperairan umum atau sungai.
Keperairan Umum
11
Kompartemen 3
Mengapa air tambang ini harus disalurkan ke settling pond terlebih dulu, untuk selanjutnya baru boleh disalurkan ke perairan umum, hal ini sebagai upaya pencegahan terjadinya air asam tambang (AAT). AAT adalah air yang berasal dari areal pertambangan yang bersifat asam ( pH 0,30 m, atau sesuai dengan persyaratan perusahaan customer dengan menggunakan chainshaw atau Buldozer kemudian dikumpulkan pada tempat yang tlelah (Logyard).
ditentukan
Grubing : Pencabutan sisa – sisa akar dari tunggul yang telah dipotong dan dikumpulkan untuk diangkut ketempat yang telah ditentukan. Pengertian Soil Management Soil Management adalah pengumpulan soil atau humus pada tempat yang telah ditentukan yang nantinya akan digunakan untuk proses rehabilitasi.
22
Aktivitas Soil Management. Soil Striping Soil Stockpilling dan bersifat
:
Pengumpulan top soil dan dimuat ke alat angkut.
:
Penyimpanan top soil di tempat yang telah ditentukan
Sementara. Soil Replacement tambang
: Penghamparan atau penempatan soil pada lahan bekas
sebagai rehabilitasi tambang. Pemahaman Material PAF & NAF PAF
: Potensial Acid Forming
Adalah material yang berpotensi akan membentuk air asam di area jika terpapar air hujan. NAF
tambang
: Non Acid Forming Adalah material yang tidak akan membentuk air asam jika terpapar air hujan.
Cara penempatan material PAF & NAF PAF akan membentuk air asam ditambang jika terpapar udara bebas dan air hujan. Cara penanganan nya adalah penempatan di disposal , material PAF ditempatkan di bagian bawah , kemudian diatasnya ditimbun dengan material NAF, tujuannya adalah untuk mencegah supaya material PAF tidak bereaksi dengan air hujan. Efek samping dari material PAF Akan membentuk air asam dan akan mencemari lingkungan bila tidak ditangani dengan baik. Pemahaman Tentang kesetabilan Bench. Akibat gaya gravitasi pada dasar nya material akan bergerak mencari posisi atau kondisi stabil,
23
Lubang galian hasil dari pemindahan material , akan ada dinding tinggi dengan kemiringan Tertentu, untuk memaksimalkan pengambilan batu bara(komoditas). Geometris dinding tambang baik high wall atau low wall merupakan rekomendasi dari analisa Kesetabilan lereng dari kekuatan material di area tersebut, sehingga dalam operasi pemben – tukan dinding mengikuti rencana bench dan lereng. Prilaku Longsoran Longsoran ada beberapa jenis : Longsoran Busur Yaitu longsoran material dengan bidang longsor berbentuk busur , biasanya terjadi pada – material timbunan, seperti di disposal. Longsoran Bidang Yaitu bidang longsor yang berbentuk bidang datar, biasanya mempunyai bidang gelincir Pada lapisan material tanah ( Kohesi rendah), Ditambang biasanya longsor bidang ini Terjadi di sisi low wall, karena lapisan tanah searah dengan lapisan batu bara. Longsoran Baji Yaitu longsoran dengan bidang longsor berupa perpotongan dari lapisan material. Longsoran Guling Yaitu longsoran material per lapisan material yang terjadi pada lapisan material dengan Permukaan curam / tegak. Rock fall Yaitu longsoran bebas , material jatuh biasa terjadi di high wall. Tanda – tanda longsoran Ada pergerakan material di permukaan.
24
Terjadi rekahan membusur atau berupa garis lurus di permukaan. Tekanan material meningkat di kaki – kaki timbunan menyebabkan perubahan bentuk Seperti menggelembung. Mekanisme monitoring Visual : Tujuannya untuk memeriksa kondisi yang tidak stabil Memonitor perpidahan / pergerakan permukaan dengan peralatan tertentu Seperti Prisma. Data –data hasil pemantauan diolah dan diperiksa. Memberikan warning dan Rekomendasi jika dari pemantauan di simpulkan area Tersebut akan longsor.
Peralatan Survey yang di gunakan di tambang . Teodolit
: untuk mengukur sudut dan jarak optic. 25
Total stasion
: gabungan alat ukur sudut digital dan alat ukur jarak elektronik.
GPS (Geographical Positioning System) : Alat digital yang berfungsi untukmenentukan posisi objek di muka bumi Dengan bantuan satelit. Pengetahuan Tentang Kontur Kontur adalah garis konkrite di atas peta yang memperlihatkan titik – titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Berbentuk kurva tertutup Tidak bercabang dan tidak berpotongan Rapat jika menunjukan area terjal Renggang jika menunjukan area landai Garis kontur dengan nilai lebih rendah mengelilingi yang lebih tinggi Penjelasan bagian - bagian peta Judul : Memuat isi peta / mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta. Orientasi : Petunjuk arah utara sebenarnya pada peta Sumber : Referensi perjanjian peta Creator : Pembuat dan tanggal pembuatan peta Legenda : Memuat keterangan peta, penjelasan dari symbol dan warna Koordinat : Menginformasikan letak posisi peta Skala : Perbandingan jarak dipeta dengan jarak sebenarnya di muka bumi Penjelasan tentang peta tambang Merupakan peta yang berisi informasi tentang tambang , Peta tambang menyajikan tata letak Seperti Pit, Jalan Hauling, Disposal, Rom, Stock pile dan lain-lain Penjelasan pita survey dan aplikasinya 1Top BoundryKuning merah2Kaki BoundryHijau merah3Kaki slopeHijau4Kepala slopeKuning5On grade elevasiPutih merah6Check elevasiPutih7Pinggir jalanPink8As jalan / paritPink putih9Area blastingMerahProses pemasangan patok survey
26
Desain tambang dari Main Plan, untuk mengetahui titik – titik koordinat desainnya Dengan alat TS ( Total Stasion) Stake Out posisinya dilapangan dan diberi patok dimarking berisiinformasi koordinat E & N, actual elevasi dan rencana elevasi / Request Level Untuk check elevasi dengan pick up atau menembak satu titik yang ingin diketahui Posisinya, kemudian dipasang patok pita untuk check elevasi.
27
1.
Izin Pembukaan Lahan/Land Clearing
a.
Persyaratan
Pada dasarnya Izin Pembukaan Lahan diberikan oleh Bupati kepada Perusahaan pemegang izin usaha budidaya perkebunan. Adapun untuk memperoleh Izin, pemegang izin usaha budidaya perkebunan mengajukan permohonan kepada Bupati dengan tembusan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pertanahan dan Camat setempat dengan dilampiri:
Rencana Kerja Tahunan;
Laporan Kegiatan Perusahaan;
Jumlah Bibit siap Tanam;
Rekomendasi/advis teknisdari Kepala Dinas terkait.
Apabila persyaratan di atas telah diterima secara lengkap oleh Bupati, maka paling lama 2 (dua) bulan Bupati harus memberikan jawaban apakah disetujui atau ditolak. b.
Kewajiban
Dalam melaksanakan kegiatan pembukaan lahan/land clearing, perusahaan wajib memenuhi ketentuan-ketentuan:
Pembukaan lahan dilakukan tanpa pembakaran;
Perusahaan wajib menyampaikan laporan tertulis setiap bulan kepada Bupati;
Perusahaan wajib menyampaikan permohonan baru apabila target pembukaan lahan dalam izin terdahulu belum tercapai atau akan menambah luas pembukaan lahan.
Disamping ketiga persyaratan di atas, Perusahaan juga harus membayar kewajiban kepada Pemerintah Kabupaten sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Apabila Pemegang izin tidak memenuhi kewajiban-kewajiban di atas maka Izin Pembukaan Lahan/Land Clearing berakhir atau dapat dicabut. c.
Sanksi
Berkenaan dengan sanksi, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu meliputi: 1) Dalam hal Perusahaan perkebunan yang telah memiliki Izin Pembukaan Lahan/Land Clearing, apabila tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administrasi berupa: 28
peringatan tertulis sebanyak 1 (satu) kali;
apabila peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf (a) tidak diindahkan maka akan dikenakan sanksi pencabutan izin usaha.
2) Dalam hal Setiap orang/badan usaha yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 18 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,- (Lima juta Rupiah); 3) Selanjutnya Setiap orang/badan yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a yaitu melakukan pembukaan lahan dengan pembakaran akan dikenakan pidana berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
29
TAHAPAN-TAHAPAN LAND CLEARING 1.
SURVEY AREAL DAN BLOCK DESIGN
1.1. Survey Areal Tujuan adalah untuk mengetahui keadaan vegetasi, menentukan klasifikasi hutan (berat, sedang atau ringan) dan menggambarkan topografi areal (datar, bergelombang, berbukit). 1.2. Block Design Luas satu blok tanaman yang ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah ± 30 Ha dengan bentuk persegi panjang. Panjang 1000 m arahnya Timur-Barat yang merupakan Jalan Koleksi dan lebar 300 m arah Utara–Selatan yang merupakan Jalan Utama, 1.3.
Bloking Areal
Setelah design blok jadi maka langkah selanjutnya melaksanakan bloking areal yaitu melakukan rintisan lapangan pada titik-titik dan garis-garis yang tergambarkan di peta design block, sehingga dapat tergambarkan secara detail informasi sebenarnya yang ada di lapangan pada titik-titik dan garis-garis yang telah dirintis, yaitu apakah tanahnya mineral, gambut atau lowland, berpasir atau tidak, topografinya datar, berombak atau bergelombang, dan lainya. 2.
METODE PEMBUKAAN LAHAN 2.1. Tanaman Baru (New Planting) a.
Imas (Underbrushing) Semua pohon/tanaman hutan berdiameter kurang dari 10 cm, semak dan tanaman merambat (creeper) harus ditebas rapat ke permukaan tanah.
b. Tumbang/Tebang (Felling) † Tumbang I dilaksanakan setelah pekerjaan imas selesai, yaitu memotong pohon/kayu yang berdiameter 10–30 cm, dimana sisa tunggul maksimum hanya boleh 30 cm dari permukaan tanah. † Tumbang II ditujukan pada pemotongan pohon/kayu yang berdiameter diatas 30 cm, dimana sisa tunggul maksimum 50 cm dari permukaan tanah. Pada waktu penumbangan harus diusahakan tidak jatuh ke arah sungai, atau jalan dan arah tumbangan harus satu arah, sejajar dengan rencana baris tanaman. Pada areal lereng (kemiringan 22°) arah tumbangan pohon harus sejajar kontur. c. Membuat pancang jalur tanam/pancang kepala Jalur tanam dibuat menurut jarak antara barisan tanaman (gawangan), pekerjaan ini dimaksudkan untuk memberi tanda sehingga memudahkan pengerjaan pembersihan jalur tanam. d.
Memerun, Merumpuk dan Pembersihan Jalur Tanam secara manual : 30
†
Memerun adalah mencincang atau memotong kayu bulat bekas tebangan berdiameter > 10 cm dan panjangnya > 4 m menjadi kayu-kayu yang panjangnya < 4 m †
Merumpuk atau pembersihan jalur tanam dan jalan pikul
Hasil cincangan ditempatkan diantara jalur tanaman, dengan jarak 1 m di kirikanan pancang. Disamping itu, pada jalur jalan pikul harus dibersihkan dari kayukayu dengan lebar 1,5 m. Untuk memudahkan pemeriksaan blok/lapangan, merawat dan melangsir pupuk maka perlu dibuatkan jalan kontrol selebar 1,5 m melintangi di tengah-tengah blok arah Barat-Timur berjarak 150 m dari jalan collection road. Jalan kontrol ini harus dibersihkan dari segala potongan kayu termasuk tunggul kayu dipotong tandas. e.
Pembersihan jalur tanam secara mekanis (stacking) dilakukan dengan menggunakan alat berat seperti Bulldozer, Excavator atau tree & brush chipper, mesin pencacah kayu menjadi serpihan. Ketentuan dalam perun mekanis adalah sebagai berikut :
†
Kayu-kayu yang sudah dicincang digusur dan dikumpulkan pada jalur gawangan mati. Lebar rumpukan maksimum 4,0 m dan tinggi 2,0 m.
†
Arah rumpukan membujur dari Utara ke Selatan. Jarak antara rumpukan yang satu dengan jalur rumpukan lain adalah 2 - 4 baris tanaman tergantung volume kayu-kayu hasil tumbangan.
†
Jalur rumpukan kayu yang panjangnya 300 m harus diputus pada setiap jarak 50 m, sehingga ada jalan untuk orang melintas antar jalur tanaman.
31
STACKING LAND CLEARING Pengertian STACKING Stacking adalah membuka areal hutan dengan mengunakan alat berat dan menyusun potongan-potongan kayu sesuai pancang rumpukan yang telah ditentukan. Pembukaan lahan di sini mengunakan zero burning, kegiatan pembukaan lahan disini mengunakan system buka lahan dengan mengunakan alat berat (stacking). Namun bila terdapat pohon yang besar dan susah di tumbang maka pohon tersebut dapat disusul dengan tumbang manual (sinso) sehingga areal dapat benar-benar terbuka. Team senso kayu biasanya ada dari kontraktor alat berat tersebut. 2. Manfaat/tujuan Stacking Manfaat dan tujuan mengapa stacking : - Menghemat Biaya - Mempercepat pekerjaan buka lahan Karakter Stacking dan Alat berat Gambar : Alat berat Doser
LC Siap Tanam ( Plasma R.S ) Stacking di sini menggunakan bulldozer type D85 SS (Super Skidder) secara langsung setelah blocking selesai. Bulldozer yang diturunkan ada 2 unit dan 1 unit excavator 08, chinsau merk still 2-4 unit. Basis Bulldozer 1,2 ha per hari, tetapi juga bisa mencapai 3-4 ha lebih, tergantung vegetasi dan keadaan topografi. Bahan bakar bulldozer menggunakan solar dengan kapasitas tangki 410440 liter, HM selama 8-10 jam bisa menghabiskan solar 280-350 liter. Jarak stacking yang satu dengan berikutnya 31,2 m untuk 4 titik tanam, Jarak stacking 15,6 m untuk 2 titik tanam. Untuk pancang stacking agar rapi digunakan kompas type suunto. Dengan kompas diharapkan hasil stacking atau rumpukan menjadi rapi dan tepat untuk titik 32
tanam bibit kelapa sawit. Mekanis (Stacking) Gambar : Proses Stacking Oleh dozer Pembersihan jalur tanam mekanis (stacking) dilakukan dengan menggunakan alat berat (Buldozer atau Excavator). Ketentuan dalam perun mekanis (stacking) sebagai berikut :
Perun Mekanis Excavator 1. Kayu-kayu yang sudah digusur lalu dikumpulkan pada tempat yang sudah ditentukan (jalur rumpukan). 2. Untuk area yang vegetasi kayu rapat dimana berkemungkinan adanya hasil tumbangan/gusuran yang panjang > 6 m, maka kayu harus dicincang untuk menjaga kualitas perun. 3. Jalur rumpukan pertama terletak pada gawangan kedua atau setelah dua baris tanaman dari sisi transport road. Jalur rumpukan harus berada di jalur gawangan mati, lebar rumpukan kayu maksimum dibuat 4,0 m dan tinggi rumpukan yang diperbolehkan maks.3,0 m. 4. Arah rumpukan membujur dari Utara-Selatan. Rumpukan pertama dimulai dari sebelah utara atau selatan (pada jarak ± 6 mtr dari tepi Collection road) atau sesuai pancang rumpukan yang telah dibuat.
Stacking Bulldozer Untuk areal rendahan (rawa atau gambut) maka pelaksanaan land clearing dikerjakan menggunakan excavator dengan jarak antara rumpukan yang satu dengan rumpukan yang lain adalah 2 (dua) baris tanaman. Jalur rumpukan kayu yang panjangnya ± 300 m harus diputus selebar 4 m pada setiap jarak 150 m, sehingga ada jalan untuk orang melintas antar jalur tanaman / 33
pasar kontrol. Cara mencari berapa jumlah rumpukan dalam 1 bloknya adalah : Dik ; Luas blok = 30 ha lebar blok 1000 m ke timur barat dan Jarak rumpukan adalah 31,2 m Dit ; berapa jumlah rumpukan dalam 1 blok? » Jadi, jumlah rumpukan = 1000 m 31,2 m = 32 rumpukan dalam 1 blok PEMBAUATAN JALAN Gambar : hasil stacking dozer COLLECTION ROAD DAN MAIN ROAD Setelah rintis blok selesai dilakukan kemudian barulah alat berat masuk untuk membuat jalan sesuai rintisan yang telah di buat tersebut. Jalan ini dibuta oleh alat berat jenis dozer (bulldozer) dengan ketentuan jalan yang dibuat pada areal / tanah kering yang dapat dikerjakan dengan alat bulldozer ( dozer ). Jenisnya bisa jalan poros, jalan transport, maupun jalan collection. Ketentuan spesifikasi jalan dozer adalah sebagai berikut : a. Badan jalan harus dibersihkan dari : Tunggul, Kayu, Akar-akaran dan tanah humus disingkirkan diluar badan jalan. b. Badan jalan yang telah bersih kemudian dibuat cembung ( tinggi ditengah ) untuk mencegah genangan air ditengah badan jalan. c. Sisi kanan kiri badan jalan dibuat saluran / parit air menggunakan pisau / blade dozer yang dimiringkan, sehingga memungkinkan air mengalir dengan lancar disepanjang saluran / parit badan jalan
34
Bentuk memanjang dari badan jalan harus rata, artinya bila terdapat bukit – bukit kecil dengan jarak cukup pendek ( 30 meter ) dengan ketinggian tidak lebih dari 1 meter, maka bukit – bukit kecil tersebut harus diratakan. Kelandaian tanjakan pada bukit atau gunung harus tidak lebih dari 15 %, artinya nilai beda tinggi puncak bukit dengan lembah bukit dibagi dengan jarak horizontal ( jarak datar ) adalah : maksimum 15 %. Bila pembuatan jalan di daerah bergelombang/bukit, maka untuk menjaga kelandaian jalan, jalan dibuat mengikuti countur. Spesifikasi ukuran lebar badan jalan dozer untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut a. Lebar jalan Poros : 12 meter b. Lebar jalan transport : 8 meter c. Lebar jalan Collection : 7 meter MEMBUAT JALAN CR DAN MR DI AREAL RAWA / GAMBUT Tidak sedikit areal rawa dan gambut di Kalimantan, dalam kondisi areal jalan yang terhalang oleh rawa dapat dilakukan penimbunan areal tersebut sehingga menjadi jalan timbunan. Jalan Timbun adalah jalan yang dibangun diatas lokasi tanah lembek, tanah rawa atau tanah gambut yang hanya mampu dikerjakan dengan alat excavator (back hoe) dan sejenisnya. Material tanah timbun untuk badan jalan dipergunakan material hasil galian kanan kiri (pinggir) badan jalan. Penggalian tanah timbun dengan alat excavator (sejenisnya) dilakukan sedemikian rupa sehingga didapatkan kadar tanah asli (tanah clay) untuk dasar badan jalan. Bila lokai pekerjaan adalah rawa dalam/gambut yang tidak ada clay, maka material timbunan tidak boleh ada potongan kayu yang dalam posisi tegak. Tanah timbun badan jalan dipadatkan secara merata dengan roda dan bucket excavator permukaan badan jalan bebas dari kayu yang bermunculan. Penimbunan badan jalan dilakukan sedemikian rupa sehingga badan jalan berbentuk cembung dan rata (tinggi ditengah) dengan kemiringan 2% padat yang memungkinkan air mengalir kesamping (kesaluran), pada kondisi kering maka badan jalan dapat dilewati dengan kendaraan roda empat. Untuk jalan batas HGU posisi
35
parit galian sebaiknya dibuat sebelah yaitu sebelah luar (berbatas dengan HGU). Bila lokasi masih memungkinkan maka parit galian tanah boleh dibuat pada kedua sisi badan jalan. Ukuran parit galian untuk material timbun tergantung kebutuhan material untuk timbunan badan jalan, yang penting parit dibuat rapi dan memungkinkan air mengalir dengan baik pada parit tersebut. sebelum dilakukan penimbunan badan jalan maka bila ada kayu yang malang melintang dijalur jalan, harus terlebih dahulu dirapikan dengan posisi melintang pada rencana jalur jalan sebagai pondasinya. BLOCKING MEKANIS A. UKURAN BLOCK DESIGN Pengertian Block design disini adalah pekerjaan penentuan ukuran block standard / normal yang dipakai sebagai dasar dalam pembangunan kebun. Block Standard / normal yang dimaksud adalah block yang berbentuk kotak persegi. Semua block “harus” diupayakan berbentuk persegi. Pengecualian hanya diijinkan bila lokasi bergelombang / berbukit. Luas Block Normal yang dipakai adalah 30 Ha namun luas dari HGU yang ada biasanya 30,97 ha karena 0,97 ha digunakan sebagai jalan blok tersebut. 1. Ukuran Block standard / normal yang dipakai adalah ; Lebar : 300 M Panjang : 1.000 M 2. Mencari Ha Jalan BLOK Panjang jalan CR = 1000 m Lebar jalan CR = 7 m Ha Jalan CR = 1000 x 7 m 10.000 m = 0,7 Ha Panjang Jalan MR = 300 Lebar jalan MR = 9 m Ha jalan MR = 300 x 9 m 10.000 m = 0.27 Ha B. RINTIS BLOCK Pengertian Rintis Block adalah pekerjaan penentuan lokasi jalur lebar dan panjang block dilapangan. Posisi ukuran Block adalah sbb : Lebar ---- > arah utara -- selatan Panjang ---- > arah timur - barat Penentuan jalur block di lapangan dimulai dengan mengambil titik koordinat sesuai ijin lokasi yang dimiliki. Titik koordinat ini tentunya sudah dimasukkan dalam peta rencana block design sebagai titik awal bagi Team Rintis. Dari titik awal ini
36
Team mulai membuat jalur “rintisan”. Jalur rintisan ini juga berfungsi sebagai batas block, sebagai dasar semua pekerjaan pembangunan kebun (land clearing, tanam dll). Jalur Rintisan dibuat lebar 1,5 s.d 2 meter. Jalur rintisan harus bebas semak dan anak kayu. Semua pohon diameter < 7,5 cm yang berada “garis koordinat” di jalur rintisan harus ditebang. Apabila “garis koordinat” di jalur rintisan tepat mengenai pohon > 7,5 cm yang sulit ditebang, maka pohon tetap dibiarkan tegak, garis koordinat harus dibuat patok bantu agar jalur tidak bergeser. Pada setiap persimpangan block (titik pertemuan 4 blok) dipasang patok kayu Ǿ 7,5 cm dan diberi warna merah. Tinggi patok 1,8 meter dimana tertanam ± 30 cm dan sisanya (1,5 m) tegak diatas tanah. Sebelum diberit cat merah, kulit kayu harus dikupas dan dibiarkan mongering getahnya, baru dioles cat. Kayu patok mengunakan kayu yang ada di sekitar lokasi. Bagian yang dicat adalah keliling kayu setinggi 20 cm dari sisi atas. Untuk jaur rintisan , setiap jarak 40 – 60 meter juga diberi patok yang diberi cat. Patok terbuat dari kayu di sekitar lokasi ukuran Ǿ 2-5 cm. Tinggi patok 1,8 meter dimana tertanam ± 30 cm dan sisanya (1,5 m) tegak diatas tanah Kulit kayu pada posisi cat harus dikupas terlebih dahulu dan ditunggu hingga getahnya mengering baru dioles cat. Jarak patok bantu bisa diperpendek sesuai/menyesuaikan lokasi kerja. Bagian yang dicat adalah keliling kayu setinggi 20 cm dari sisi atas. BLOKING AREA LAND CLEARING A. PENDAHULUAN Pengukuran lahan adalah pelaksanaan pekerjaan pengukuran untuk mengetahui luas dan batas batas lahan yang berseberangan yang mengacu pada ketentuan teknis pengukuran tanah untuk mendapatkan detail planimetris (X,Y) dan tinggi (h) yang dapat memenuhi persyaratan Geometrisnya. Pembangunan kebun kelapa sawit pada intinya adalah pembuatan petak petak lahan kerja berupa blok untuk ditanami benih dan bibit kelapa sawit, blok adalah manajemen terkecil dari suatu kebun, yang kemudian secara kolektif membentuk afdeling atau divisi, dan beberapa afdeling atau divisi menjadi estate. Pembuatan blok blok tanam banyak ditentukan dari bentuk kontur dan topografi lahan / areal, dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain : 1. Batasan/Pengertian Blok Pembuatan Batas areal/lahan dan rancangan blok (bloking areal) utamanya
37
pada bidang perkebunan perlu dilaksanakan sebagai dasar untuk penyusunan rencana kerja, yaitu meliputi sistem kerja (perencanaan dan pengorganisasian), menentukan kebutuhan alat/tenaga kerja, dan menentukan kebutuhan biaya. Oleh karena itu, pembangunan fisik kebun dalam bentuk apapun belum dapat dilaksanakan sebelum pekerjaan bloking (termasuk survei lahan) diselesaikan, kegiatan bloking areal ini juga berguna bagi masyarakat pemilik lahan yang inclave atau penyerahan dalam menentukan kepemilikan masing-masing lahan sebelum diserahkan ke perusahaan. Pekerjaan bloking areal kedepannya selain mengukur blok-blok tanaman dalam satuan terkecil misalnya 25 Ha, 30 Ha maupun penentuan blok yang sesuai dengan kontur. 2. Survey Pendahuluan a. Mempersiapkan Peralatan dan Peta Kerja berikut informasi terkait areal yang akan di survey/dilacak batasnya. Mempersiapkan peta kerja perlu dilakukan agar pada saat pelaksanaan tidak terjadi overlaping areal karena akurasi informasi yang tidak tepat Peta yang digunakan adalah peta standard yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang misalnya : Dinas Kehutanan dan perkebunan; Badan Pertanahan Nasional; Peta RTRWK/RWP; Peta RBI dan lain sebagainya Peralatan Survey antara lain : Untuk merintis : parang Untuk pengukuran : Kompas, Altimeter (mengukur ketinggian mdpl), GPS, Kamera, Pita ukur (meter gulung), peta dasar BPN (Ijin Lokasi), peta kontur Bakosurtanal), Hard Cover, Kertas,Alat tulis, Cat (water resist), dll. Untuk Pemasangan Patok : Kayu ukuran 10 x 10 x 200 cm, palu, cat putih, cat merah dan cat biru. Untuk pembuatan peta : Komputer, Software GIS, Ploter,PC GPS b Menetapkan langkah-langkah teknis survey pelacakan batas Dalam pelaksanaan Survey langkah langkah teknis perlu ditentukan agar sistematika dan pelaporan hasil survey yang akan di ambil pada obyek survey punya BUKTI dan HISTORIS untuk di dokumentasikan antara lain : Koordinat titik rujukan (Geodetic, UTM/UPS/TM3) Kode titik patok/pancang (merah, putih) Kelerengan/Topografi Jenis vegetasi Jalan, Sungai dan Rawa (Bentang/Garis Alam) Ketinggian tempat Lain-Lain (Hutan Larangan, Kuburan, Pohon Sialang, dll) c. Persiapan bentuk pelaporan hasil survey Sistimatika pelaporan mengikuti standardisasi yang telah ditentukan dengan blanko/taly sheet yang telah disediakan seperti : Rencana kerja harian Rencana Kerja Bulanan Check List Survey Lahan Pembukaan meliputi : o Fit to Area 38
o Lahan Pembukaan o Okupasi Tanaman Hortikultura o Okupasi Tanaman Perkebunan Intensif o Okupasi Tanaman Non Intensif o Okupasi Tanaman Kehutanan B. SISTEMATIKA DAN TEKNIS PEKERJAAN Pelaksanaan ploting dan bloking areal disesuaikan dengan peta BPN, diawali dari penentuan titik ikat (koordinatnya) sebagai titik rujukan tanda alam/bentang alam yang tidak mudah berubah karena situasi (misal cabang sungai, persimpangan jalan dsb), utamakan pada batas luar kebun, dengan GPS Pada sepanjang batas luar/pringgan/border atau batas penanaman sesuai dengan peta ijin lokasi (BPN) dan peta yang telah disiapkan dibuat jalur rintisan selebar 1,5 m lalu diukur dan setiap jarak 50 - 100 m dipasangi patok yang dicat merah. Penandaan batas areal untuk pertama kalinya secara simbolis di laksanakan bersama-sama dengan instansi terkait, tokoh masyarakat serta tim survey dengan mengambil titik digitasi koordinat Geodetic, ketinggian lereng, kondisi lainnya yang telah di tetapkan sesuai peta BPN oleh tim surveyor dicatat dan selanjutnya penanaman patok batas yang dilakukan oleh juru patok, penanggung jawab perusahaan atau yang mewakilinya, dan tokoh masyarakat atau yang mewakilinya, untuk selanjutnya melaksanakan bloking area keseluruhan sesuai rencana pembangunan kebun (Peta BPN) Mengukur keliling areal kerja efektif (Bloking Border/Area) Mengukur & memetak blok/bloking blok (U–S interval 250m x T-B 1000 m) 25 ha sesuai kondisi lahan Memetakan jalan sebagai batas blok ( Main Road & Collection Road) Memasang patok kayu di setiap sudut blok & penomoran blok Memoles tanda dgn cat merah di sepanjang garis batas ukur blok dan cat putih pada perpotongan blok Memetakan bentang alam ( dalam buku kerja ) Melaksanakan survey blok per blok, pedoman US-SU-TB-BT Menyajikan semua batas-batas alam, jalan, susunan blok yang diukur dan luasnya dan nomor blok dalam gambar/peta Mengukur blok per blok. Memetakan hasil survey sesuai kaidah pemetaan. Membuat Peta rancangan Desain Blok berdasarkan data awal yang sudah dikumpulkan i. Melakukan checking lapangan berdasarkan Peta Rancangan Desain Blok untuk mendapatkan Desain Blok Definitif dengan mengambil beberapa informasi tambahan seperti : Mengambil Sampel Tanah, Mengambil Sampel air , Mengukur PH Tanah, Mengukur Titik Elevasi Lahan, Menentukan Titik Starting Point pada bentang alam, Vegetasi Dominan ii. Pembuatan Peta Desain Blok definitif yang merupakan perbaikan dari Peta Rancangan Desain Blok berdasarkan hasil checking lapangan iii. Peta Desain Blok Definitif berfungsi sebagai peta kerja dan peta dasar untuk kegiatan pengurusan lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan Pembangunan perkebunan Kelapa Sawit. iv. Peta Blok sebagai acuan dalam menentukan arah pembangunan, perawatan, 39
pemanenan, dan infrastruktur. C. KESELAMATAN KERJA Pekerjaan survey dan bloking areal adalah pekerjaan yang beresiko tinggi, dan berbahaya seperti hewan liar, alam yang masih asing serta iklim dan cuaca yang kadang tidak bersahabat, serta harus berjalan dan menginap pada celah dan jalur naik turun lereng dalam garis lurus, maka alat-alat survey serta perlindungan dan keselamatan kerja harus sangat diperhatikan dan selalu dalam pengawasan. D. MEKANISME 1. Menetapkan batas konsesi lahan Membuat jalur-jalur rintisan arah U – S berjarak tiap 400 atau 500 m Pemetaan skala detail calon areal perkebunan Umumnya survey dilakukan oleh konsultan/balai penelitian Kebutuhan juru ukur 2,5 HK/ha dan perintis 5 HK/ha 2 Penyusunan Tata ruang, Tata ruang disusun berdasarkan hasil survey lahan semi detail yang mencakup : Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung keluar dan masuk lokasi Batas kebun dan batas kerja kontraktor Lokasi bibitan Kondisi lahan : darat, rawa, bukit dan sungai (rencana outlet) Rencana pembagian blok Luas setiap blok 30 ha untuk inti dan 40 ha untuk plasma/KKPA Penentuan Main Rod dan Colection Road Rencana lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lainnya Rencana lokasi pabrik dan kantor Lokasi quari material penimbunan dan pengerasan jalan 3. Rintis – Bloking o Pedoman dalam pembuatan blok dan jalan di areal datar : Berdasarkan peta rencana blok, dilakukan kegiatan rintis MR arah Timur – Barat dan CR arah Utara – Selatan dengan menggunakan theodolite Jarak titik pancang antar MR adalah 1.009 m dan antar CR adalah 307 m Lebar blok 300 m dan panjang 1.000 m Lebar MR 9 m dan CR 7 m o Khusus untuk areal berbukit dilakukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum pembuatan jalan dan bloking. Bloking ditentukan berdasarkan batas jalan dan luasnya tidak harus 30 ha.
SURVEY STUDY KELAYAKAN A. PELAKSANAAN SURVEY Pembangunan perusahaan perkebunan pada suatu lokasi harus dilakukan dahulu studi kelayakannya, agar didapat keadaan senyatanya keuntungan dan kerugian yang didapat apabila perusahaan akan menginvestasikan dananya guna membangun sebuah perkebunan, langkah langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : I. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN FISIK Melakukan identifikasi lingkungan fisik berguna untuk mengetahui : 40
Rintis Lahan Pancang Land Clearing a. Lokasi calon kebun Adalah untuk mengetahui lokasi calon kebun apakah masuk dalam wilayah administrasi desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi juga jarak yang harus di tempuh untuk pencapaian. b. Transportasi dan Komunikasi berguna untuk mengetahui transportasi yang dapat dilakukan untuk pencapaian ke lokasi kebun, transport yang akan digunakan, jarak tempuh dan waktu tempuh, juga sarana jaringan komunikasi yang dapat dipergunakan. c. Riwayat dan Status Lahan untuk mengetahui status kawasan calon areal apakah masuk dalam kategori APL, HL, HPL atau kawasan Lindung dan lainnya, ini berguna untuk tindak lanjut meningkatkan status perijinan perkebunan selanjutnya (HGU), dengan pengambilan beberapa titik koordinat yang akan di compare dengan peta kawasan dari kehutanan maupun pemerintah daerah rencana tata ruang peruntukan nya (RTRWP/RTRWK) d. Kondisi Iklim kondisi iklim yang ada di calon areal perkebunan, data di ambil dari berbagai sumber yang terkait, seperti BMG, dan atau sumber sumber lain nya, data yang diperlukan seperti : curah hujaan, suhu udara, kelembaban udara, Kecepatan Angin, Ketersediaan Sumber Air. e. Geologi dan Bahan Induk pengambilan data data jenis batuan dan bahan induk yang terkandung di dalamnya berguna untuk kelayakan pertumbuhan tanaman. f. Topografi dan Bentuk Wilayah pengambilan data berupa visual topografi dan bentuk wilayah ini berguna untuk rancangan desian kebun. g. Vegetasi. vegetasi dominan di lokasi areal calon kebun, juga kondisi vegetasi dimasukkan kedalam kelas hutan primer, hutan skunder, semak belukar, dan lain sebagainya, ini berguna untuk langkah tindakan landclearing pembukaan areal. h. Tanah kandungan tanah pada areal calon perkebunan perlu diketahui untuk 41
pertumbuhan tanaman, seperti ketebalan efektif topsoil, kedalaman pencapaian air resapan tanah, sifat kimia tanah, semua data ini diambil dilapangan dengan mengambil sampling galian tanah yang memanfaatkat satuan peta tanah sebagai acuan penentuan titik sample pengambilan tanah, yang selanjutnya sample sample tadi di bawa ke laboratorium untuk di teliti kandungan nya. i. Screening Areal melakukan ploting areal lokasi calon kebun dengan memanfaatkan peta citra landsat dan peta rupa bumi, peta RTRWP/RTRWK, dengan mengurangi factor pembatas, seperti calon perumahan, pabrik, kawasan pemukiman yang inclave, topografi dan kawasan kawasan lainnya, sehingga di dapat luas efektif untuk pembangunan perkebunan. II. ANALISA SOSIAL EKONOMI Pengambilan data sosial ekonomi yang diperlukan seperti a. Administrasi Pemerintahan Mengetahui posisi geografi lokasi calon kebun yang masuk dalam wilayah kepemerintahan, desa, kecamatan dan Kabupaten, termasuk juga luas wilayah kepemerintahan yang membawahinya b. Kependudukan Data Demografi kependudukan dalam kelompok umur produktif dan non produktif juga berdasarkan jenis kelamin pada wilayah kepemerintahan calon areal kebun c. Mata Pencaharian penduduk d. Ketersediaan tenaga kerja Data kelompok umur produktif sebagai bahan dalam menghitung ketersedianya tenaga kerja e. Fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada f. Tingkat pendidikan masyarakat di lingkungan sekitarnya g. Agama h. Budaya dan Adat Istiadat i. Analisa keberadaan pembukaan areal perkebunan Mengetahui faktor penghambat yang akan di hadapi apabila pembukaan areal tetap dilaksanakan apabila ada, dan solusi yang di diambil untuk meminimalisir benturan benturan yang akan terjadi. III. ANALISA KESESUAIAN LAHAN Penilaian kesesuaian adalah tahapan penelitian lahan untuk penggunaan tertentu dari lahan tersebut, hal mana faktor-faktor pembatas penggunaan lahan diidentifikasikan, kemudian dilakukan cara-cara untuk mengatasi atau menekan faktor-faktor pembatas sedemikian rupa sehingga tercapai produktivitas lahan yang optimal. Setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dicirikan oleh sejumlah faktor pembatas tertentu yang akan menentukan produksi dari tanaman yang diusahakan. Di samping penilaian KKL secara aktual maka dinilai juga KKL potensialnya. KKL aktual ditentukan berdasarkan kepada parameter-parameter lahan sesuai dengan kondisi lahan pada saat survey dilakukan, sedangkan KKL potensial adalah kelas lahan setelah dilakukan perbaikan terhadap faktor pembatas yang ada. a. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan Semua karakteristik lahan ditabulasi dan dinilai untuk menentukan kelas kesesuaian lahannya bagi tanaman Kelapa Sawit. Pentabulasian data dan penilaian dilakukan terhadap setiap Satuan 42
Peta Tanah (SPT) sehingga diperoleh beberapa kelas atau unit kesesuaian lahan (KKL/UKL) yang penyebarannya mengikuti pola penyebaran SPT tersebut. Evaluasi kelas kesesuaian lahan didasarkan kepada kriteria kesesuaian lahan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, selanjutnya cara penggolongan sub kelas kesesuaian lahan ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatasnya b. Pegambilan sampel Pengambilan sampel kesesuaian lahan berpedoman pada sebaran spt yang ada dimana pengambilan sampel kesesuaian lahan secara aktual, seluruh titik sampel sesuai spt yang telah ditentukan diambil kemudian dibuatkan tabulasi pengelompokan yang pada akhirnya akan digolongkan menjadi kesesuaian lahan potensial atau tidak dengan menimbang faktor pembatas dan meminimalisir faktor faktor pembatasnya, dan atau rendahnya potensi lahan untuk pertumbuhan tanaman. c. Potensi Produksi Dengan menggunakan indikator yang valid dan dikaitkan dengan Kelompok Kelas Lahan potensialnya, sudah dapat di prakirakan seberapa besar potensi produksi rata-rata Perkebunan Kelapa Sawit sesuai standardisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit. IV. ANALISA IKLIM a. Klimatologi Data Klimatologi dan Curah Hujan yang mewakili calon lokasi Pembangunan Perkebunan di dapat dari stasiun BMG terdekat. Data data ini diperlukan untuk mengantisipasi bulan basah dan bulan kering juga tingkat curah hujan pada calon lokasi perkebunan dengan indikator tingkat curah hujan rata kelayakan tanaman kelapa sawit, juga intensitas penyinaran matahari perharinya. b. Neraca Air Pengambilan data Neraca Air (water balance) suatu lokasi, akan memberi gambaran suatu daerah dalam keadaan kelebihan atau kekurangan air secara hidrologi dalam waktu tertentu. Neraca Air dapat digolongkan ke dalam Neraca Air Lokal dan Neraca Air Regional. Neraca Air Lokal diperlukan untuk mengetahui ketersedian air pertanian dari suatu kawasan terbatas pada kondisi hidrologi yang sama, sedangkan Neraca Air Regional diterapkan untuk suatu daerah aliran sungai yang menggambarkan keseimbangan sumberdaya airnya, untuk mengetahui terjadinya defisit atau surplus ketersediaan air.
43
PROSES PENAMBANGAN BATUBARA DENGAN METODE TAMBANG TERBUKA Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti : C 137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit. Pembentukan
batubara
dimulai
sejak
Carboniferous
Period
(Periode
Pembentukan Karbon atau Batu Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara ‘subbitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Dalam usaha pertambangan, suatu hal yang penting adalah memilih metode yang paling cocok dengan karakteristik (alam, geologi, lingkungan) dari endapan yang akan ditambang. Metode tersebut hendaklah yang layak teknis, ekonomis, biaya rendah dan menghasilkan keuntungan yang maksimum.
44
Gambar I.1 Aktivitas Tambang Terbuka Batuan permukaan yang terdiri dari tanah dan batuan dipisahkan pertama kali dengan bahan peledak. Batuan permukaan tersebut kemudian diangkut dengan menggunakan katrol penarik atau dengan sekop dan truk. Setelah lapisan batu bara terlihat, lapisan batu bara tersebut digali dan dipecahkan kemudian ditambang secara sistematis dalam bentuk jalur-jalur. Kemudian batu bara dimuat ke dalam truk besar atau ban berjalan untuk diangkut ke pabrik pengolahan batu bara atau langsung ke tempat dimana batu bara tersebut akan digunakan. Tambang terbuka merupakan satu dari dua sistem penambangan yang dikenal, yaitu Tambang terbuka dan Tambang Bawah Tanah, dimana segala kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat permukaan bumi dan tempat kerja berhubungan langsung dengan dunialuar. Penambangan pada tambang terbuka itu sendiri dilakukan dengan beberapa tahapan kerja: a. pengurusan surat-surat ijin yang dibutuhkan untuk kegiatan penambangan, pembabatan (land clearing), b. pengupasan lapisan tanah penutup (stripping of overburden), c. penambangan (exploitation), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), dan pengolahan serta pemasaran. Pengelompokan Tambang Terbuka Pada prinsipnya tambang terbuka dapat digolongkan ke dalam empat golongan : a. Openpit/Openmine/Opencut/Opencast Adalah tambang terbuka yang diterpakan pada penambangan ore (bijih). Misalnya nikel, tembaga, dan lain-lain. 45
b. StripMine Penerapan khusus endapan horizontal/sub-horizontal terutama untuk batubara, dapat juga endapan garam yang mendatar. Contoh Tamabang Batubara di Tanjung Enim.STRIP MINE c. Quarry AdalahTambang terbuka yang diterapkan pada endapan mineral industri (industrial mineral). Contoh Tambang batu pualam di Tulung Agung. d. Alluvial mining Dapat dikatakan sebagai “placer Mining” ataupun di Australia disebut “Beach-mine” yaitu cara penambangan untuk endapan placer atau alluvial. Contoh tambang Cassiterite di Pulau Bangka, belitung dan sekitarnya. B. Konsiderasi Pada Operasi Penambangan Secara
garis
besar,
faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
kelangsungan kegiatan penambangan dibagi dalam dua kategori, yaitu faktor teknis dan faktor ekonomi. 1. Kajian Secara Teknis Unsur unsur teknis yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan aktifitas kegiatan kerja sebuah proyek penambangan meliputi : a. Kondisi Umum tempat proyek dilaksanakan Kondisi Kondisi tempat kerja yang perlu diperhatikan adalah meliputi kondisi geologi, topografi, iklim dan sosial Budaya. Keadaan umum tersebut mutlak diperhitungkan guna menentukan penjadwalan waktu kegiatan dan yang utama sekali menetapkan efesiensi kerja kerja efektif dari pelaksanaan proyek tersebut. b. Sarana perlengkapan peralatan kerja Jenis perlengkapan dan peralatan kerja disesuaikan dengan kondisi tempat kerja, maksud pekerjaaan, kapasitas produksi, dan efektifitas kerja yang diinginkan. Cara pengadaanya diperhitungkan dengan umur produksi dan efektifitas kerja dan ketersediaan modal kerja yang di miliki. c. Metode Pelaksanaan kerja Dalam proyek ini pelaksanaan kegiatan pembongkaran material dilakukan dengan peledakan. Metode tersebut dipilih mengingat jenis materialnya memilki kekerasan yang cukup tinggi, fraksi material yang lepas yang sasaran produksinya telah ditentukan. 2. Kajian Secara Ekonomis
46
Kajian secara ekonomis dimaksudkan untuk mengetahui sebuah proyek penambangan memperoleh keuntungan atau tidak. Dalam perhitungan aliran uang diperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh dalam situasi ekonomi. Hal-hal yang diperhatikan tersebut adalah: 1. Nilai (value) daripada endapan mineral per unit berat (P). dan biasanya dinyatakan dengan ($/ton) atau (Rp/ton) 2. Ongkos produksi (C), yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produknya diluar ongkos stripping. 3. Ongkos stripping of overburden (Cob), 4. Cut Off Grade, akan menentukan batas-batas cadangan sehingga menentukan bentuk akhir penambangan.Tambang terbuka—juga disebut tambang permukaan —hanya memiliki nilai ekonomis apabila lapisan batu bara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode tambang terbuka juga memberikan keuntungan yang lebih besar dari tambang bawah tanah, karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi (90% atau lebih dari batu bara dapat diambil). Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah berkilo-kilo meter persegi dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk dragline (katrol penarik), yang memindahkan batuan permukaan, power shovel (sekop hidrolik), truk-truk besar yang mengangkut batuan permukaan dan batu bara, bucket wheel excavator (mobil penggali serok),dan ban berjalan. C. Aktifitas Pertambangan Pada Tambang Terbuka a.. Tahap Persiapan Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada awal proses pengambilan atau penambangan bahan galian terdiri dari tahap persiapan (pra penambangan), Kegiatan tersebut meliputi : 1. Pembuatan Jalan Rintasan Jalan rintasan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat – alat berat ke lokasi tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front penambangan ke lokasi pabrik peremukan. Pembuatan jalan diguna-kan dengan memakai Bulldozer yang nantinya digunakan pula sebagai pengupasan lapisan penutup. 2. Pembersihan Lahan Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang tumbuh pada permukaan daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan dapat 47
dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan tetumbuhan yang ada didaerah penambangan. Kegiatan pembersihan ini dilakukan
dengan
menggunakan
Bulldozer.
Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang mempunyai ketebalan overburden beberapa meter dengan menggunakan Bulldozer dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan tanah penutup. Dalam pembabatan, pohon didorong kearah bawah lereng untuk dikumpulkan, dimana penanganan selanjutnya diserahkan pada penduduk setempat. 3. Pengupasan Tanah Penutup Pembuangan lapisan tanah penutup dimaksudkan untuk membersihkan endapan batu gamping yang akan digali dari semua macam pengotor yang menutupi permukaanya,
sehingga
akan
mempermudah
pekerjaan
penggaliannya
disamping juga hasilnya akan relatif lebih bersih. Lapisan tanah penutup pada daerah proyek terdiri atas dua jenis yaitu top soil dan lapisan overburden sehingga lapisan dilakukan terhadap lapisan top soil terlebih dahulu dan ditempatkan pada suatu daerah tertentu untuk tujuan reklamasi nantinya. Setelah lapisan top soil terkupas, selanjutnya dilakukan pengupasan pada lapisan overburden lalu didorong dan ditempatkan pada daerah tertentu dan sebagian lagi digunakan sebagai pengeras jalan. Kegiatan
pengupasan
dilakukan
secara
bertahap
dengan
menggunakan
bulldozer, dimana tahap pengupasan awal dilakukan untuk menyiapkan jenjang pertama dan pengupasan berikutnya dapat dilakukan bersamaan dengan tahap produksi, sehingga pola yang diterapkan adalah seri dan paralel yang bertujuan untuk : a. Menghemat investasi dan biaya persiapan b. Menghindari pengotoran endapan batu gamping dari lapisan penutup, sehingga mempermudah dalam pekerjaan penggalian. c. Menghindari terjadinya longsoran dan bahaya angin. 4. Persiapan Peralatan Penambangan Penambangan yang akan dilakukan difokuskan dengan menggunakan peralatan mekanis. Adapun alat yang digunakan diperlukan untuk menunjang kegiatan penambangan, yaitu : a. Bulldozer, yang digunakan untuk pembersihan lahan dan pengupasan lapisan tanah penutup. b. Loader, yang digunakan untuk memuat bongkahan batu gamping hasil dari pembongkaran keatas alat angkut. 48
c. Truck, yang digunakan sebagai alat angkut hasil front penambangan ke tempat pabrik peremukan/penggerusan. d. Crushing Plant, yaitu suatu unit pengolahan yang berfungsi sebagai alat preparasi batu gamping dari front penambangan guna mendapatkan ukuran butiran yang diinginkan oleh pasar. e. Pembangkit Listrik, berfungsi sebagai sumber tenaga listrik yang akan dipakai sebagai penerangan, untuk alat pengolahan dan menggerakkan alat – alat yang bekerja didalam pabrik. f. Pompa Air, digunakan untuk memompa atau mengambil air guna memenuhi kebutuhan peralatan dan karyawan. 5. Persiapan Pabrik Peremukan Pabrik peremukan ini harus dibuat cukup luas agar dapat menampung material hasil penambangan sebelum proses peremukan. a. Pemilihan Lokasi Peremukan dan Stock Pile Pemilihan lokasi biasanya bedasarkan topografi daerahnya yang agak landai . Lokasi pabrik dipilih daerah yang relatif datar dan tanpa vegetasi sehingga hanya perlu proses atau pekerjaan perataan seperlunya saja. dan dekat dengan Infrastruktur yang ada seperti jalan, dan penerangan. b. Pemasangan Peralatan pada Pabrik Peremuk Untuk penempatan mesin peremuk dibutuhkan pondasi yang cukup kuat agar dapat bertahan cukup lama sesuai dengan proyek yang diselenggarakan dan masalah konstruksi pondasi diborongkan kepada pihak kontraktor dengan pihak pemasok mesin peremuk sebagai konsultan. c. Letak Kantor Sarana perkantoran digunakan sebagai pusat pengaturan dan pelaksanaan kegiatan kerja penambangan dan direncanakan berada pada daerah yang mudah dicapai dan dekat dengan jalan masuk. Bangunan ini dibuat permanen karena dipakai dalam jangka waktu yang sangat lama sesuai dengan umur proyek. d. Pusat Perawatan Alat Dalam menunjang kelancaran operasi dibutuhkan peralatan – peralatan yang selalu dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Untuk itu sangat dibutuhkan suatu sarana sebagai tempat perawatan peralatan (spare part), agar perawatan terhadap peralatan atau mesin – mesin yang digunakan dapat dilakukan secara rutin baik itu dalam jenis perawatan yang ringan maupun pergantiaan suku cadangnya. 49
e. Penerangan Sarana penerangan dimaksudkan untuk memberikan penerangan disekitar bangunan, jalan, dan terutama sekali didalam kegiatan penunjang kerja. Sumber listrik untuk penerangan ini tidak menjadi satu dengan listrik untuk pabrik, sehingga khusus untuk sarana penerangan ini diperlukan sebuah generator. f. SumberAir Air merupakan sumber sarana yang sangat vital bagi sebuah proyek yang melibatkan banyak tenaga kerja. Disamping air digunakan sebagai kebutuhan sehari – hari, air juga dipakai dalam kegiatan penambangan yang didapat dari air tanah dengan melakukan pemboran. g. Prasarana Penunjang Lainnya Yang dimaksud dengan prasarana lain disini adalah prasarana yang dipakai untuk kepentingan umum dimana selain digunakan oleh perusahaan juga dapat dipakai oleh masyarakat setempat sehingga mempunyai dampak yang positip terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Prasarana lainnya meliputi saran olahraga, saran tempat peribadatan, poliklinik, power house, dan pos keamanan. D. Operasi Penambangan Tujuan utama dari kegiatan penambangan adalah pengambilan endapan dari batuan induknya, sehingga mudah untuk diangkut dan di proses pada proses selanjutnya selanjutnya. Setelah operasi persiapan penambangan selesai dan pengupasan lapisan tanah penutup pada bagian atas cadangan batugamping terlaksana (arah kemajuan penambangan dari kontur atas ke bawah). Maka dapat dimulai kegiatan operasi penambangan. Kegiatan penambangan terbagi atas tiga kegiatan, yaitu pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan. Adapun rincian dari ketiga kegiatan tersebut adalah: 1. Pembongkaran Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara endapan bahan galian dengan batuan induk yang dilakukan setelah pengupasan lapisan tanah penutup endapan batugamping tersebut selesai. Pembongkaran dapat dilakukan
dengan
menggunakan
peledakan,
peralatan
mekanis
maupun
peralatan non mekanis. Untuk kegiatan pembongkaran batugamping menggunakan pemboran yang kemudian dilakukan peledakan. setelah batuan diledakkan kemudian digusur menggunakan alat bulldozer, yang kemudian dikumpulkan di tepi batas 50
penambangan atau tepi jalan tambang tiap blok. Banyaknya batugamping yang dibongkar tiap-tiap blok tidak sama, tergantung persyaratan kualitas yang diminta oleh konsumen. 2. Pemuatan Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan penggusuran, pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat muat Wheel Loader dan diisikan ke dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan batugamping hasil pembongkaran kedalam alat angkut. Pengangkutan dilakukan dengan sistem siklus, artinya truck yang telah dimuati langsung berangkat tanpa harus menunggu truck yang lain dan setelah membongkar muatan langsung kembali ke lokasi penambangan untuk dimuati kembali 3. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau membawa material atau endapan bahan galian dari front penambangan dibawa ke tempat pengolahan untuk proses lebih lanjut. Kegiatan pengangkutan menggunakan Dump Truck yang kemudian dibawa ke tempat pengolahan untuk dilakukan proses peremukan (crushing), jumlah truk yang akan digunakan tergantung dari banyaknya material batugamping hasil peledakan yang akan diangkut.
51
BAB I.TRAKTOR DAN PERALATANNYA. 1. 1. TRAKTOR. Traktor banyak digunakan pada pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis, disamping fungsi utamanya sebagai penarik dan pendorong, traktor jugadapat digabungkan dengan berbagai peralatan misalnya : shovel, ripper, dozer,scrapper dan sebagainya. Traktor tersedia dalam berbagi macam ukuran , yangdisesuaikan dengan kebutuhan proyek.Jenis traktor dapat dibedakan dalam 2 (dua) kelompok, yakni :1. CRAWLER TRAKTOR.2. WHEEL TRAKTOR. 1. 1. 1. CRAWLER TRAKTOR. Crawler traktor menggunakan roda kelabang yang terbuat dari plat besi.Traktor ini digunakan sebagai :• Tenaga penggerak untuk mendorong dab menarik beban.• Tenaga penggerak untuk winch dan alat angkut.• Tenaga penggerak blade (bulldozer).• Tenaga penggerak front and bucket loader.Ukurannya berdasarkan besarnya daya mesin /tenaga geraknya (flywheel), mis.65 HP; 75 HP; 105 HP, sampai 700 HP. Besarnya daya tarik dan kemampu-an menahan tahanan gelinding ini berpengaruh terhadap produktivitas-nya.Kecepatan traktor juga dibatasi antara 7 - 8 mph atau 10 - 12 km/jam.Perbaikan traktor type crawler umumnya terbesar untuk perbaikan bagian bawah (under-carriage), kerusakan tadi disebabkan oleh :• Benturan waktu Bulldozer jalan cepat, benturan antara track-shoe dengan batuan.• Terlalu sering berjalan pada tempat yang miring atau sering berputar balik pada satu arah.• Terlalu sering track-shoe slip pada tanah tempat berpijak atau membelok secara tajam dan tiba-tiba.• Stelan track-shoe terlalu kendor atau terlalu tegang. 1. 1. 2. WHEEL TRACTOR. Wheel tractor dilengkapi dengan roda ban pompa (pneumatic), jadi kecepatannya dapat lebih tinggi, akan tetapi tenaga tariknya rendah. Dan kecepatanmaksimumnya mencapai 45 km /jam. Wheel traktor ada yang roda-2 dan ada pula yang roda-4.Wheel tractor dengan roda-2 karakteristiknya :• Kemungkinan gear lebih besar.• Traksi lebih besar, karena seluruh traksi yang ada dilimpahkan pada ke-dua rodanya.• Tahanan gelinding lebih kecil, karena jumlah roda lebih sedikit.• Pemeliharaan ban lebih sedikit.Karakteristik Wheel traktor roda-4 :• Lebih comfortable (nyaman).• Stabilitasnya tinggi, walaupun medan kerjanya berat.• Kecepatannya juga lebih tinggi.• Dapat bekerja sendiri dengan melepas unit trail-nya.Keuntungan dan kerugian Traktor type Crawler dengan Wheel.============================================ ==============Crawler Tractor Wheel Tractor ---------------------------------------------------------------------------------------------------a. Konsisi kerja• Dapat bekerja disegala medan • Tanah keras, jalan beton, tanah abrasif dengan kondisi bermacam-macam tidak tajam, tanah datar, menurun. Tatanah dasar dan disegala cuaca, nah lembek tidak bisa, koefisien traksidengan koefisien traksi > 0,90.