Spesifikasi Teknik Ameroro Paket 1 PDF [PDF]

SPESIFIKASI TEKNIK PEMBANGUNAN BENDUNGAN AMERORO PAKET I Spesifikasi Umum & Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di K

8 0 5MB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD PDF FILE

Spesifikasi Teknik Ameroro Paket 1 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Gefällt Ihnen dieses papier und der download? Sie können Ihre eigene PDF-Datei in wenigen Minuten kostenlos online veröffentlichen! Anmelden
Datei wird geladen, bitte warten...
Zitiervorschau

SPESIFIKASI TEKNIK

PEMBANGUNAN BENDUNGAN AMERORO PAKET I

Spesifikasi Umum & Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

DAFTAR ISI RINGKAS

DAFTAR ISI RINGKAS ........................................................................................... i SPESIFIKASI UMUM ....................................................................................... SU-1

SPESIFIKASI TEKNIK PAKET 1 (BENDUNGAN) BAB I

PEKERJAAN PERSIAPAN .............................................................. ST I-1

BAB II

PENGELAKAN SUNGAI DAN PENGALIHAN AIR .......................... ST II-1

BAB III

PROTEKSI DAN PENYANGGA GALIAN ....................................... ST III-1

BAB IV

GALIAN DAN TIMBUNAN ............................................................ST IV-1

BAB V

PEMBORAN DAN GROUTING ....................................................... ST V-1

BAB VI

INSTRUMENTASI BENDUNGAN ..................................................ST VI-1

BAB VII PEKERJAAN BETON .................................................................. ST VII-1 BAB VIII PEKERJAAN JALAN ................................................................. ST VIII-1 BAB IX

PEKERJAAN BATU .......................................................................ST IX-1

i

Spesifikasi Umum & Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

SPESIFIKASI UMUM

Spesifikasi Umum & Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

SPESIFIKASI TEKNIK

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

SPESIFIKASI UMUM

1.

GAMBARAN UMUM

1.1

LATAR BELAKANG PEKERJAAN Bendungan Ameroro merupakan bendungan yang direncanakan terletak pada Sungai Ameroro dan terletak di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Rencana pembangunan Bendungan Ameroro bersama dengan Bendungan Ladongi yang sedang dilaksanakan konstruksinya diharapkan dapat mereduksi banjir di wilayah Kolaka dan Konawe secara signifikan. Selain untuk pengendalian banjir, maka Bendungan

Ameroro

mempunyai

potensi

multiguna,

yaitu

sebagai

waduk

penampung air untuk penyediaan air baku irigasi dan domestik, untuk konservasi sumber daya air dan sebagai tempat wisata/rekreasi. Rencana pembangunan Bendungan Ameroro ini dimulai sejak tahun 2015 dengan Studi Kelayakan/Feasibility Study Bendungan Ameroro; dilanjutkan tahun 2017 dengan DED Bendungan Ameroro Kabupaten Konawe; dilanjutkan pada tahun 2018 dengan Penyelidikan Geologi Detail dan Model Test Bendungan Ameroro Kab. Konawe; serta pada tahun 2019 dilakukan Studi AMDAL, Studi LARAP dan Sertifikasi Desain Bendungan Ameroro. Sebelum sampai pada tahap konstruksi maka sebagai salah satu syarat pembangunan bendungan di Indonesia, perlu adanya sertifikasi desain bendungan yang bertujuan agar sesuai dengan kaidah dan syarat-syarat desain keamanan yang berlaku. Aliran Sungai Ameroro dengan debit aliran yang cukup besar di musim hujan, saat ini menjadi tumpuan harapan utama bagi pemenuhan kebutuhan air irigasi dan air bersih di wilayah daerah bendungan dan wilayah bagian hilirnya. Dengan adanya Bendungan Ameroro ini diharapkan dapat memenuhi kontinuitas suplai air irigasi terutama pada musim kemarau yang selalu kekeringan dan penyediaan kebutuhan air bersih bagi masyarakat sekitar bendungan, sehingga akan menjadi faktor pendukung

kesejahteraan

masyarakat

yang

sangat

nyata

dalam

proses

pembangunan di masa yang akan datang. Bendungan merupakan prasarana pengairan yang mempunyai risiko sangat tinggi jika mengalami kegagalan. Oleh karena itu, sebelum dilaksanakan pembangunan bendungan terdapat tiga sertifikasi yang harus dimiliki oleh calon pemilik bendungan. Sertifikasiyang dimaksud adalah sertifikat desain yang bertujuan untuk menguji kelayakan detail desain yang diajukan oleh tim konsultan; sertifikasi pengisian yang bertujuan untuk menguji kelayakan fisik bendungan; dan sertifikasi operasional yang bertujuan untuk mengecek kelayakan fisik bendungan selama kurun waktu tertentu.

Spesifikasi Umum

SU-1

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Perencanaan desain Bendungan Ameroro yang telah dilaksanakan harus disertifikasi kelayakan teknis oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menteri PUPR) dengan mendapatkan Sertifikat Persetujuan Desain melalui rekomendasi Komisi Keamanan Bendungan (KKB) dan hasil kajian Balai Keamanan Bendungan. Oleh karena itu dalam rangka menindaklanjuti kegiatan detail desain yang telah dilakukan maka pada tahun anggaran 2019 dilakukan kegiatan Sertifikasi Desain Bendungan Ameroro Kab. Konawe dan untuk mendapat sertifikasi izin kontruksi. 1.2

LOKASI PEKERJAAN Secara administrasi, lokasi pekerjaan berada di Desa Tamesandi, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Propinsi Sulawesi Tenggara. Jarak tempuh dari Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Kendari, adalah sejauh ± 80 km, dengan lama perjalanan menggunakan kendaraan roda 4 selama ± 2 – 2,5 jam. Pendekatan lokasi Sungai Ameroro pada Peta Wilayah Sungai berdasarkan Keputusan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, dapat diinformasikan sebagai berikut:

1.3



No. Kode WS

: 05.19.A2



Wilayah Sungai

: Lasolo – Konaweha



No. DAS

: 022 – DAS Konaweha

LINGKUP PEKERJAAN Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga kerja lengkap dengan peralatannya, material, peralatan operasi konstruksi, jalan kerja sementara, dan lain-lain yang diperlukan pada waktu pelaksanaan konstruksi (pembangunan). Penyedia Jasa harus melaksanakan secara keseluruhan dan memelihara hasil pekerjaannya sesuai dengan spesifikasinya dan gambar rencana dan atau sesuai dengan pengarahan dari Pengawas Pekerjaan. Konstruksi bendungan untuk Bendungan Ameroro Paket-1 (Bendungan) akan terdiri dari pekerjaan pokok sebagai berikut: 1. Pekerjaan Persiapan 2. Pekerjaan Pembuatan Jalan 3. Pekerjaan Bendungan Pengelak 4. Pekerjaan Bendungan Utama 5. Pekerjaan Bangunan Pengambilan 6. Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)

Spesifikasi Umum

SU-2

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

2.

PERMOHONAN PELAKSANAAN (REQUEST) Penyedia Jasa harus mengajukan permohonan (request) kepada Pengawas Pekerjaan paling tidak 7 (tujuh) hari sebelum suatu pekerjaan dimulai, ditindaklanjuti dengan pemasangan bowplank, penyediaan alat dan bahan bangunan yang akan dikerjakan. Bila semuanya sudah siap Penyedia Jasa bisa mengajukan Izin Pelaksanaan kepada Pengawas Pekerjaan. Suatu pekerjaan tidak boleh dilaksanakan tanpa dilengkapi Request dan Ijin Pelaksanaan dari Pengawas Pekerjaan, pekerjaan yang dilaksanakan tanpa permohonan dan Ijin Pelaksanaan dapat dimungkinkan untuk tidak diakui oleh Direksi dan Pengawas Pekerjaan.

3.

PEMBUATAN DATA VOLUME PEKERJAAN SELESAI (BACK UP DATA) Penyedia Jasa harus menyiapkan data perhitungan volume pekerjaan yang telah selesai dikerjakan secara periodik untuk data pendukung sertifikat pembayaran, dengan

terlebih

dahulu

menyesuaikan

Gambar

Kerja

sesuai

dengan

hasil

pelaksanaan di lapangan. Hasil perhitungan tersebut kemudian diajukan ke Direksi dan Pengguna Jasa untuk mendapat persetujuan dan kemudian juga sertifikat pembayarannya dapat disetujui.

4.

PEKERJAAN PERSIAPAN Penyedia Jasa wajib menyediakan medan (tempat) kerja dan daerah kerja termasuk sewa tanah yang diperlukan dan pembersihan medan kerja dari tanaman (tumbuhan) agar siap digunakan. Sebelum kegiatan fisik dimulai Penyedia Jasa harus: a. Melaksanakan uitzet, pengukuran dengan alat ukur, untuk mendapatkan gambar Mutual Check Awal (MC-0). b. Memasang patok-patok tetap, patok-patok bantu, bouwplank profil yang peil

schaal-nya diambil dari peil schaal pokok. c. Memasang patok as bangunan dan batas bangunan yang dikerjakan. d. Patok titik tetap (bench mark) bangunan harus dipasang di tempat yang aman tidak terusik oleh pelaksanaan pekerjaan. e. Patok as, profil, bouwplank yang dipasang harus kokoh tidak mudah berubah. f. Untuk kontrol peil sehubungan besarnya beda tinggi maka harus dibuat

bouwplank untuk peil-peil bantu. g. Setelah uitzet selesai dikerjakan, Penyedia Jasa harus segera meminta Pengawas Pekerjaan untuk mengeceknya.

Spesifikasi Umum

SU-3

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.

JALAN KERJA (HAUL ROAD) Jalan kerja (haul road) adalah jalan yang dipergunakan oleh penyedia jasa dari borrow area atau stock pile menuju ke lokasi pekerjaan. Lebar dan kondisi jalan kerja harus memenuhi syarat untuk lalu-lintas kerja dengan aman dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi. Penyedia Jasa wajib memelihara dan memperbaiki jalan kerja, gorong-gorong jembatan yang rusak akibat lalu-lintas kegiatan pekerjaan.

6.

PAPAN NAMA PEKERJAAN Penyedia Jasa harus membuat papan nama pekerjaan ukuran 0,80 m x 1,20 m, dengan bentuk standar dari, dipasang di tepi jalan masuk pekerjaan sesuai petunjuk Pengawas Pekerjaan. Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang sebelum fisik pekerjaan di mulai.

7.

UITZET, PROFIL DAN BOUWPLANK Uitzet Uitzet dilakukan dengan menggunakan alat ukur. Duga ketinggian (peil) diambil dari Titik Tetap (BM) yang telah ditetapkan Pengawas Pekerjaan. Profil Profil dibuat sesuai dengan rencana bentuk konstrusksi dan terpasang kokoh, dari bahan kayu 2 cm x 3 cm, dipasang tiap jarak maksimum 10 meter.

Bouwplank Bouwplank dibuat dengan balok kayu dan papan kayu, tiap jarak 50 meter. Tiang bouwplank dibuat dari balok kayu yang berukuran sekurang-kurangnya 5 cm x 7 cm terpasang kokoh. Bouwplank dipasang dengan peil yang diambil dari Titik Tetap (BM). Pada bouwplank harus ditegaskan posisi as dan angka peil-nya.

8.

KEAMANAN Penyedia Jasa wajib menjaga keamanan di sekitar lokasi pekerjaan. Sehubungan dengan keamanan tersebut, Penyedia Jasa wajib menyediakan orang personil keamanan di lokasi pekerjaan. Minimal 2 (dua) orang personil keamanan harus selalu ada di lokasi pekerjaan selama 24 jam. Pembayaran untuk keamanan seperti disebutkan di atas tidak dibayar terpisah, namum termasuk dalam penawaran harga satuan pekerjaan.

Spesifikasi Umum

SU-4

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.

GAMBAR RENCANA PELAKSANAAN DAN GAMBAR DETAIL

9.1

UMUM Pelaksanaan pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang dilaksanakan sejak diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Pengguna Jasa, dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar yang diterima oleh Penyedia Jasa dari Pengguna Jasa. Data dan hasil pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang telah disahkan dan disetujui oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dan dasar pembuatan gambar-gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan. Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut, akan merupakan dasar pokok kesepakatan bersama antara Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa untuk menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa, serta yang harus dibayar oleh Pengguna Jasa. Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa, harus bisa memberikan secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi antara lain: 

Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan.



Elevasi muka tanah asli dan masing-masing bangunan.



Dimensi bangunan lengkap.



Jenis serta komposisi material yang dipergunakan.



Rencana garis galian fondasi.



Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi pekerjaan.

Adapun gambar yang harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa meliputi: 

Gambar Konsruksi atau Gambar Kerja



Shop Drawing



As Built Drawing

Semua gambar-gambar tersebut diatas, baru bisa dipakai sebagai pedoman pelaksanaan

pekerjaan

dan

acuan

dasar

perhitungan

volume

pekerjaan

sesungguhnya, apabila sudah mendapat persetujuan dan disahkan oleh Pengguna Jasa. 9.2

GAMBAR KONSTRUKSI Gambar Konstruksi (construction drawing) atau Gambar Kerja (working drawing) adalah gambar rencana bangun yang telah disesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya dan telah disetujui dan disahkan oleh Pengguna Jasa.

Spesifikasi Umum

SU-5

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada “Construction Drawing” atau Working Drawing” harus mengacu dan didasarkan pada “Design Drawing” yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Apabila karena kondisi dan situasi lapangan sesungguhnya, sehingga mengakibatkan perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka Penyedia Jasa harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengguna Jasa. Atas dasar persetujuan Pengguna Jasa, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang telah disepakati bersama, disetujui dan disyahkan Pengguna Jasa adalah yang mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar serta acuan utama bagi Penyedia Jasa pada pelaksanaan pekerjaan. Gambar Konstruksi (construction drawing) atau Gambar Kerja (working drawing) yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa tersebut, harus bisa memberikan satu gambaran rancang bangun yang akan dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan antara lain : 

Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal.



Dimensi rencana bangunan.



Elevasi posisi dan kedudukan bangunan.



Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.

Gambar Konstruksi atau Gambar Kerja yang disyahkan oleh Pengguna Jasa, dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau Mutual Check pada kondisi pelaksanaan 0%. Penyedia Jasa wajib membuat copy Gambar Konstruksi atau Gambar Kerja sebanyak minimum 5 (lima) hard copy ukuran A1, dengan distribusi satu (1) copy A1 untuk Direksi pekerjaan, satu (1) copy A1 untuk Pengawas Pekerjaan, satu (1) copy A1 dipasang di barak kerja, satu (1) copy A1 untuk Penyedia Jasa dan satu (1) copy A1 beserta gambar aslinya dari kertas milar atau sejenis termasuk soft file-nya dalam bentuk eksternal disk, harus diserahkan kepada Pengguna Jasa. Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya penyesuaian pelaksanaan karena kondisi lapangan engineering adjusment, atau perubahan desain revised design, semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah atau berkurang. Untuk kondisi engineering adjusment, tidak diperlukan adanya gambar baru yang disaahkan oleh Pengguna Jasa, namun Penyedia Jasa wajib memberikan laporan

Spesifikasi Umum

SU-6

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tertulis serta sketsa penyesuaian guna mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan dan tembusan kepada Pengguna Jasa. Sedangkan pada kondisi perubahan desain atau revised design, Pengguna Jasa secara resmi akan memberikan gambar perubahan desain yang telah disahkan oleh Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa secara administratif dalam bentuk variation

order. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Gambar Konstruksi atau Gambar Kerja termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan pekerjaan. Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar kerja (working drawing) dan dokumen yang dapat dibaca dengan jelas kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk diperiksa dan disetujui. Format gambar kerja dan dokumen tersebut harus terlebih dahulu disetujui PPK. Dalam waktu 15 (lima belas) hari sesudah menerima gambar kerja dan dokumen dari Penyedia Jasa, PPK akan mengirimkan kembali kepada Penyedia Jasa 1 (satu) copy dengan dibubuhi keterangan klasifikasi hasil pemeriksaan: ”SETUJU” atau ”PERBAIKI” Klasifikasi hasil pemeriksaan (persetujuan) pada gambar kerja (working drawing) dan dokumen: (a) “DISETUJUI” (b) ”DISETUJUI DENGAN SYARAT-SYARAT” (c) ”DIKEMBALIKAN UNTUK DIKOREKSI” (d) ”TIDAK DISETUJUI” Setelah gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah ditandai dengan klasifikasi (a) atau (b) diterima, Penyedia Jasa akan diberi wewenang untuk memproses gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen lebih lanjut, membuat pembetulan (koreksi) jika terdapat kesalahan yang telah ditunjukkan oleh PPK. Semua rekaman gambar kerja yang disetujui harus dikelola di kantor lapangan Penyedia Jasa dan dicetak ulang dengan biaya sendiri seperti yang diminta oleh PPK. Bila gambar-gambar kerja (working drawings) dan dokumen-dokumen yang dikembalikan dengan diberi tanda dengan klasifikasi (c) seperti tersebut, Penyedia Jasa harus segera membuat perbaikan (koreksi) dan atau revisi pada gambargambar

kerja

dan

dokumen-dokumen

dengan

cepat

dan

tepat

dan

menyampaikannya lagi gambar dan dokumen yang telah direvisi kepada PPK. Sesudah revisi gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen tersebut diterima, PPK akan melakukan (melanjutkan) pemeriksaannya atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen dalam lima belas (15) hari kerja; bergantung dari tingkat

Spesifikasi Umum

SU-7

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

kesalahan dan koreksi (revisi) gambar kerja dan dokumen yang diperiksa sebelumnya. Prosedur ini akan berlanjut hingga gambar-gambar kerja dinyatakan dalam klasifikasi (a) atau (b) seperti tersebut. Apabila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah dikembalikan dinyatakan ke dalam klasifikasi (d) seperti tersebut, berarti gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen tidak disetujui oleh PPK. Tidak satupun pekerjaan permanen boleh dilaksanakan hingga gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang dipakai telah mendapatkan persetujuan oleh PPK. Sebelum memulai pekerjaan, pemeriksaan bersama akan dilakukan oleh PPK dan Penyedia Jasa untuk memastikan bahwa gambar-gambar kerja dan dokumendokumen yang disetujui telah sesuai secara penuh. Jika ditemukan beberapa perbedaan dan ketidak efisiensian, Penyedia Jasa harus membetulkannya dan memperoleh persetujuan dari PPK seperti cara yang telah dijelaskan. Bila diperlukan revisi atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah disetujui, Penyedia Jasa harus menyampaikannya kepada PPK untuk persetujuannya seperti tata cara yang telah dijelaskan. PPK mempunyai wewenang memerintahkan Penyedia Jasa menambahkan rincian, perubahan atau modifikasi pada gambar-gambar kerja dan atau dokumen-dokumen yang diperlukan agar sesuai dengan ketentuan dan syarat yang ditetapkan dalam Spesifikasi dan Penyedia Jasa harus melaksanakannya tanpa penambahan biaya 9.3

SHOP DRAWING Apabila pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan, ada unit bangunan yang harus

dikerjakan

pembuatannya

diluar

areal

perkerjaan,

dan

karena

sifat

kekhususannya harus dan terpaksa dikerjakan oleh Sub-Penyedia Jasa, maka sebelumnya Sub-Penyedia Jasa yang bersangkutan diharuskan membuat dan menyerahkan Shop Drawing (gambar rencana) bentuk unit bangunan tersebut, lengkap dengan perhitungan konstruksinya.

Shop Drawing tersebut, harus diserahkan kepada Pengguna Jasa, diperiksa, dikoreksi apabila perlu, dan untuk selanjutnya disahkan oleh Pemilik Pekerjaan. Gambar unit bangunan atau Shop Drawing tersebut harus secara lengkap memuat: 

Bentuk unit bangunan serta dimensinya.



Material yang akan dipakai serta spesifikasinya.



Daftar/list komponen unit bangunan yang memuat: a) Panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan. b) Berat persatuan komponen unit bangunan. c) Jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain.

Spesifikasi Umum

SU-8

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Gambar dan bar list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi termasuk dalam kategori Shop Drawing. Penyedia Jasa wajib membuat copy Shop Drawing sebanyak minimum 4 (empat) copy ukuran A1 dan 1 (satu) copy ukuran A3. Gambar-gambar tersebut didistribusikan sebagai berikut: 1 (satu) copy A1 untuk Direksi Pekerjaan atau Pengawas Pekerjaan, 1 (satu) copy A1 dipasang di barak kerja, 1 (satu) copy A1 untuk arsip Penyedia Jasa dan 1 (satu) copy A1 dan 1 (satu) copy A3 serta gambar aslinya harus diserahkan kepada Pengguna Jasa. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Shop Drawing termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan pekerjaan. 9.4

GAMBAR PURNA BANGUN Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan, berikut pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan Variation Order yang diberikan oleh Pengguna Jasa, dan Penyedia Jasa telah melakukan pengukuran ulang akhir pekerjaan, maka Penyedia Jasa diwajibkan membuat Gambar Purna Bangun atau As

Built Drawing. Gambar Purna Bangun atau As Built Drawing tersebut, harus lengkap berisi antara lain : 

Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada.



Dimensi dan masing-masing bangunan.



Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan.



Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan.

Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Penyedia Jasa kepada Direksi pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan kepada Pengguna Jasa guna mendapatkan pengesahan dari Pengguna Jasa. Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa atau yang Mutual Check volume pekerjaan 100%, semua mengacu dan didasarkan pada gambar purna bangun yang telah disahkan oleh Pengguna Jasa, dan merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa. Penyedia Jasa wajib

membuat copy Gambar Purna Bangun ( As Built Drawing)

sebanyak 5 (lima) set hard copy dengan ukuran A1 sebanyak 2 set dan A3 sebanyak 3 set, satu (1) set print out dalam kertas milar atau sejenis yang berukuran A1 dan

Spesifikasi Umum

SU-9

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

soft file dalam external disk diserahkan kepada Pengguna Jasa, termasuk data dan perhitungan hasil pengukuran akhir sebagai pendukungnya. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Gambar Purna Bangun ( As

Built Drawing) sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.

10.

PEIL (DUGA KETINGGIAN) Peil (duga ketinggian) pokok ditetapkan oleh PPK, dan akan ditunjukan oleh Pengawas Pekerjaan. Atas dasar duga ketinggian pokok tersebut Penyedia Jasa harus mengadakan pengukuran dan uitzet untuk penentuan bentuk dan tinggi bangunan yang akan dikerjakan. Untuk memperlancar pelaksanaan, Penyedia Jasa harus membuat patok bantu dari beton dengan duga ketinggian diambil dari peil pokok (titik tetap) yang ditetapkan. Patok bantu dibuat dari beton campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Kr berukuran 20 cm x 20 cm x 50 cm dengan diberi baut (paku) pada bidang atasnya. Patok bantu dibuat secukupnya dan ditempatkan sedemikian agar aman selama dan selesainya pekerjaan.

11.

IZIN KERJA Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan, Penyedia memperoleh Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan Berita Acara Penyerahan Lapangan dari PPK.

12.

RAPAT PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PCM) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender terhitung setelah SPMK, Penyedia Jasa harus sudah menyerahkan Rencana Mutu Kontrak (RMK), Rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3) serta program (rencana) kerja terperinci untuk pelaksanaan pekerjaan. Penyedia Jasa harus mempresentasikan RMK, Rencana K3 dan program (rencana) kerja atau metoda kerja secara rinci. Rencana Kerja berupa Time Schedule secara detail yang dilengkapi dengan: 

Rencana pengerahan tenaga kerja.



Rencana penggunaan peralatan.



Volume kegiatan bagian-bagian pekerjaan.



Rencana penggunaan bahan bangunan.



Gambar tahapan kegiatan pekerjaan dan lain-lain.



Dilengkapi dengan grafik (kurva-S) rencana kemajuan pekerjaan.

Spesifikasi Umum

SU-10

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Rencana Mutu Kontrak (RMK), Rencana Kerja (Metoda Kerja) dan Rencana K-3 tersebut diatas dibuat oleh Penyedia Jasa dan dimintakan persetujuan PPK. Persetujuan terhadap RMK, Rencana kerja (Metoda Kerja) dan Rencana K-3 ini tidak membebaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya. Apabila diperlukan, Penyedia Jasa wajib mengadakan penyempurnaan atas RMK, Rencana Kerja (Metoda Kerja) dan Rencana K-3 tersebut atau sehubungan dengan adanya keterlambatan, perubahan-perubahan pelaksanaan, dengan persetujuan PPK. Penyedia Jasa dapat mengadakan perubahan kembali RMK, Rencana Kerja (Metoda Kerja) dan Rencana K-3 tersebut.

13.

KEMAJUAN PELAKSANAAN Penyedia Jasa harus membuat: 

Gambar-gambar

yang

menunjukkan

bagian-bagian

kegiatan

yang

sudah

dilaksanakan/diselesaikan. 

Grafik-grafik kemajuan pekerjaan.



Grafik-grafik tenaga kerja, bahan bangunan.



Data pendukung lainnya.

Gambar kegiatan dan grafik-grafik di atas di-plot setiap minggu dan harus ditempel di kantor Direksi.

14.

PERSONALIA DAN TENAGA KERJA Penyedia Jasa selaku pelaksana pekerjaan ini wajib menugaskan personalia yang cakap dan berpengalaman dalam bidang tugasnya untuk menyelesaikan tugas-tugas lapangan. Tenaga kerja (yang tidak memerlukan keahlian khusus) yang dikerahkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini diusahakan menggunakan tenaga kerja setempat. Dalam hal tenaga kerja setempat kurang (tidak) mencukupi kebutuhan tenaga, dapat mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah.

15.

JAM KERJA Penyedia Jasa menentukan sendiri jam kerja bagi petugas dan pekerja yang dikerahkan untuk melaksanakan pekerjaan ini, dengan mengingat peraturan perburuhan yang berlaku. Dalam rangka

mempercepat penyelesaian pekerjaan agar dapat mencapai target

pelaksanaan fisik atau tepat pada waktunya ataupun karena sifat (syarat)

Spesifikasi Umum

SU-11

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pelaksanaan

pekerjaan

tidak

boleh

terputus

maka

Penyedia

Jasa

dapat

melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja (lembur) bila perlu sampai malam hari. Dalam hal Penyedia Jasa akan bekerja di luar jam kerja/lembur maka Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Pengawas Pekerjaan secara tertulis sekurangkurangnya 24 jam sebelumnya.

16.

MATERIAL BANGUNAN UNTUK PELAKSANAAN PEKERJAAN Material (bahan) yang akan didatangkan terlebih dahulu diajukan kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan. Proses mendatangkan bahan-bahan ke lokasi pekerjaan adalah sebagai berikut: a. Dalam mendatangkan bahan-bahan guna pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa harus melaporkannya kepada Pengawas Pekerjaan untuk diperiksa. Segala biaya dan tanggung jawab pengadaan bahan-bahan ini menjadi beban Penyedia Jasa sepenuhnya. b. Bahan-bahan yang setelah diperiksa Pengawas

Pekerjaan

dapat diterima

(disetujui), maka bahan tersebut masuk di gudang Job Site dan di bawah pengawasan Pengawas Pekerjaan, tidak boleh ditarik keluar guna pekerjaan Penyedia Jasa yang lain, kecuali atas persetujuan tertulis atas Pengawas Pekerjaan. c. Bahan-bahan yang didatangkan di lokasi pekerjaan tetapi tidak memenuhi persyaratan dan ditolak Pengawas Pekerjaan, harus dibawa keluar lokasi pekerjaan dengan batas waktu paling lama tiga (3) hari terhitung dari keputusan penolakan oleh Pengawas Pekerjaan. Biaya pengeluaran bahan tersebut menjadi beban Penyedia Jasa. Bila Penyedia Jasa dengan sengaja membiarkan bahanbahan afkir tersebut dilokasi pekerjaan maka Penyedia Jasa dikenakan denda kelalaian. d. Penggantian merk (kualitas) bahan bangunan harus mendapat persetujuan PPK.

Spesifikasi Umum

SU-12

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pemeriksaan bahan bangunan dan kualitas pekerjaan: a. Apabila dipandang perlu, PPK berhak meminta kepada Penyedia Jasa untuk memeriksakan kualitas pekerjaan ke Laboratorium dengan biaya ditanggung oleh Penyedia Jasa. b. Pengawas Pekerjaan (Petugas Pelaksana Pekerjaan) berhak mengadakan pemeriksaan ulang terhadap bahan-bahan yang sudah diterima. Dan bila dari hasil pemeriksaan ulang ternyata memang tidak memenuhi syarat, maka barang tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan seperti yang telah disebutkan. Penggunaan bahan-bahan yang belum diperiksa: Apabila Penyedia Jasa diperiksa

oleh

menggunakan (memasang) bahan-bahan yang belum

Pengawas Pekerjaan, maka

apabila

Pengawas

Pekerjaan

meragukan kualitas bahan tersebut, Pengawas Pekerjaan berhak memerintahkan untuk membongkar pasangan tersebut. Biaya akibat pembongkaran ini menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

17.

PEMERIKSAAN PEKERJAAN Penyedia Jasa wajib minta kepada Pengawas Pekerjaan (Petugas Pelaksana Pekerjaan) untuk memeriksa pekerjaan yang telah dikerjakan sebelum mulai pelaksanaan selanjutnya. Bila Pengawas Pekerjaan (Petugas Pelaksana Pekerjaan) menganggap perlu untuk memeriksa pekerjaan atau bila Penyedia Jasa memintanya secara tertulis untuk penyerahan

seluruh

pekerjaan,

sebagian

pekerjaan

atau

guna

permintaan

pembayaran, maka Penyedia Jasa atau pelaksana harus hadir ditempat pekerjaan selama waktu pemeriksaan. Hasil pemeriksaan ditulis pada laporan hasil pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yang memeriksa.

18.

LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN Penyedia Jasa wajib menyediakan 2 (dua) buah buku besar yang digunakan untuk : a. Mencatat semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya disebut Buku Harian Pelaksanaan Pekerjaan. b. Mencatat semua kegiatan alat-alat yang dipergunakan yang selanjutnya disebut Buku Harian Peralatan. c. Kedua Buku Harian tersebut harus diisi setiap hari dan ditandatangani bersamasama oleh Pelaksana dan Pengawas Lapangan. Pada serah terima pekerjaan selesai atau penyerahan pertama kalinya, buku-buku tersebut harus diserahkan kepada PPK.

Spesifikasi Umum

SU-13

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Buku harian dibuat (diisi) setiap hari untuk mencatat hal-hal sebagai berikut: a. Catatan tenaga kerja yang terdiri dari: jumlah pekerja, mandor, tukang, kepala tukang serta tenaga personalia dari Penyedia sendiri. b. Catatan bahan meliputi: stock bahan yang datang, bahan yang ditolak dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan. c. Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari tersebut. d. Hasil fisik pekerjaan yang dicapai. e. Volume galian, timbunan, pasangan batu yang dicapai pada hari itu. f. Jumlah alat baik yang dioperasikan maupun yang tidak. g. Keadaan cuaca (hujan, banjir dan lain-lain). Pencatatan dalam Buku Harian dibuat oleh petugas Pelaksana dan diperiksa (diketahui) kebenarannya oleh Pengawas Pekerjaan dengan memberi paraf tiap hari. Penyedia Jasa wajib membuat laporan: 

Laporan harian prestasi pekerjaan harian.



Laporan mingguan prestasi pelaksanaan pekerjaan



Laporan bulanan prestasi pelaksanaan pekerjaan



Laporan dan perhitungan hasil test laboratorium

Laporan tersebut diatas dibuat dalam rangkap 5 (lima) yaitu untuk : 

Satu (1) set untuk Kepala SNVT PJSA BWS Sulawesi IV, cq. PPK.



Satu (1) set untuk Pelaksana Teknik dan Pengendalian di lingkungan BWS Sulawesi IV



Satu (1) set untuk arsip Penyedia Jasa.



Satu (1) set untuk Pengawas Wilayah / PSP Tk.II.



Satu (1) set untuk Pengawas Lapangan.

Laporan dimaksudkan didasarkan pada Buku Harian Pelaksanaan. Laporan harus ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan Pengawas Pekerjaan. Laporan mingguan yang dilampiri Laporan Harian diserahkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah akhir minggu yang bersangkutan dan Laporan Bulanan diserahkan selambatlambatnya pada tanggal 5 pada bulan berikutnya.

19.

TAGIHAN PEMBAYARAN Setiap bulan sekali Penyedia Jasa dan Pengawas Wilayah wajib mengadakan opname pekerjaan bersama yang akhirnya menjadi sertifikat bulanan. Meskipun pekerjaan telah diterima pada Sertifikan Bulanan, namun

Penyedia Jasa tetap wajib

memelihara dan membetulkan apabila ada kerusakan sampai dengan saat penyerahan yang kedua.

Spesifikasi Umum

SU-14

Spesifikasi Umum Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

20.

PEKERJAAN YANG TIDAK LANCAR Bagi pekerjaan yang tidak lancar yang tidak sesuai dengan rencana kerja, terlambat atau terhenti sama sekali, maka PPK atau Pengawas Pekerjaan akan memberikan peringatan-peringatan (teguran-teguran) secara tertulis kepada Penyedia Jasa.

21.

PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG Pekerjaan tambah dan kurang hanya boleh dilakukan oleh Penyedia Jasa atas perintah tertulis Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Pekerjaan tambah yang dilakukan oleh Penyedia Jasa diluar ketentuan ayat ini sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

22.

ALAT DAN PERALATAN KERJA PENYEDIA JASA Penyedia Jasa harus dan wajib menyediakan sendiri semua jenis alat peralatan maupun perlengkapan kerja yang diperlukan untuk kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Alat peralatan dimaksud harus dalam keadaan siap dipakai, kerusakan yang terjadi selama pelaksanaan agar segera diperbaiki atau dicarikan penggantinya. Untuk pekerjaan ini Penyedia Jasa wajib menyediakan peralatan antara lain: 

Alat angkut secukupnya.



Peralatan berat



Genset untuk lampu penerangan bila diperlukan lembur.



Pompa air

Biaya angkut, pengadaaan maupun biaya operasional semua peralatan menjadi tanggungan Penyedia Jasa sesuai yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga. Penyedia Jasa wajib menyediakan tambahan peralatan jika peralatan yang ada dinilai tidak mencukupi. Keamanan alat selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sendiri.

Spesifikasi Umum

SU-15

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1

MOBILISASI DAN DEMOBILISASI PERALATAN 1) Lingkup Pekerjaan Dalam daftar kuantitas tetap disediakan biaya tetap untuk mobilisasi. Mobilisasi yang dimaksud adalah Peralatan Berat yang menunjang pelaksanaan pekerjaan sesuai yang disyaratkan. Penyedia Jasa mengajukan terlebih dahulu peralatan yang akan di mobilisasi dan Direksi menyetujui. Biaya ini termasuk:  Biaya transportasi untuk mendatangkan dan mengembalikan Alat Berat termasuk perijinannya.  Biaya Pengusahaan jalan masuk ke lokasi Semua alat berat yang didatangkan ke lokasi proyek, dianggap sebagai penyediaan untuk proyek tidak diperkenankan untuk kegiatan diluar proyek atau tidak boleh dipindahkan sebelum pekerjaan selesai tanpa ijin tertulis dari Direksi. Dalam hal ini Penyadia Jasa bertanggung jawab agar penyediaan peralatan mencukupi dan efisien. 2) Pembayaran a. Pembayaran untuk mobilisasi dan demobilisasi akhir harus dibuat atas dasar harga lump sum dalam daftar kuantitas pekerjaan. b. Cara pembayaran harus dibuat sebagai berikut: Penyedia Jasa berhak atas pembayaran 50 % dikenakan retensi 5% dari nilai mobilisasi dan demobilisasi setelah Alat didatangkan dan disetujui oleh direksi. Penyedia Jasa berhak atas pembayaran 50 % dikenakan retensi 5% dari nilai mobilisasi dan demobilisasi setelah pekerjaan selesai alat dikembalikan dan disetujui oleh direksi.

1.2

KANTOR LAPANGAN Yang dimaksud dengan pekerjaan kantor lapangan adalah pembuatan kantor seluas 200 m2 yang digunakan bersama untuk kantor:  Kantor untuk Penyedia Jasa  Kantor untuk Konsultan Supervisi  Kantor untuk Direksi 1) Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup pekerjaan meliputi :  Pembersihan lahan  Pengupasan  Pekerjaan pondasi:

Pekerjaan Persiapan

ST I-1

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

 Pasangan batu kali (1PC : 3Ps)  Beton K-175  Bekisting  Timbunan tanah  Pekerjan Dinding :  Pasangan batu bata (1PC : 4Ps)  Beton K-175  Bekisting  Plesteran (1PC : 3 PS)  Pengecatan tembok  Pekerjan Lantai:  Keramik 30 x 30 cm  Pekerjaan Atap :  Kuda-kuda WF 150.150  Gording 8/12  Rangka Kuda-kuda L. 50.50.5  Nock 8/12  Atap Asbes Gelombang Kecil  Plafon Eternit  Pekerjaan Pintu dan Jendela:  Kusen Pintu  Kusen Jendela  Daun Pintu  Kaca Rayban Polos Tebal 5 mm  Pekerjaan Lain-lain:  Wastafel  Kloset Jongkok  Kran Air  Bak Mandi (0,60 x 0,60 x 0,80)  Grendel  Engsel  Kunci Tanam Besar Kuda Terbang 2  Septik tank Spesifikasi teknik pada item pekerjaan kantor lapangan ini mengikuti masing- masing spesifikasi pekerjaan yang sesuai dengan pekerjaan yang lain. Rencana tata letak harus sudah diserahkan kepada Direksi dalam tiga puluh (30) hari dari tanggal diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja untuk mendapatkan persetujuan.

Pekerjaan Persiapan

ST I-2

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Biaya untuk penyediaan kantor dan fasilitas umum dimasukkan dalam harga lump sum seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. 2) Pembayaran Cara pembayaran untuk pekerjaan ini sesuai progress pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan dan pada saat pekerjaan selesai maksimum pembayaran 80% dan 20% sisa akan dibayarkan apabila bangunan tersebut selesai digunakan dan telah dilakukan pembongkaran atas ijin atau persetujuan direksi.

1.3

BARAK PEKERJA Yang dimaksud dengan pekerjaan barak pekerja adalah pembuatan barak pekerja seluas 70 m2. 1) Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup pekerjaan meliputi:  Pengupasan  Pekerjaan Pondasi :  Pasangan Batu Kali (1PC : 3Ps)  Beton K-175  Bekisting  Timbunan Tanah  Pekerjan Dinding :  Pasangan Batu Bata (1PC : 4Ps)  Beton K-175  Bekisting  Plesteran (1PC : 3 PS)  Pengecatan Tembok  Keramik 30 x 30 cm  Pekerjaan Atap :  Kuda-kuda Kayu Meranti  Kayu Usuk Kamper/Reng Meranti  Listplank Kayu Kamper  Wuwung Asbes Gelombang Kecil  Atap Asbes Gelombang Kecil  Pekerjaan Pintu dan Jendela :  Kusen Pintu  Kusen Jendela  Daun Pintu

Pekerjaan Persiapan

ST I-3

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

 Pekerjaan Lantai  Timbunan Tanah  Tegel Plain Abu-abu  Tegel Porselin  Tegel Traso  Pekerjaan Plafon  Pekerjaan Lain-lain:  Wastafel  Kloset Jongkok  Kran Air  Bak Mandi (0,60 x 0,60 x 0,80)  Grendel  Engsel  Kunci Tanam Besar Kuda Terbang 2 atau yang setara  Septik tank Spesifikasi teknik pada item pekerjaan barak pekerja ini mengikuti masing-masing spesifikasi pekerjaan yang sesuai dengan pekerjaan yang lain. Rencana tata letak harus sudah diserahkan kepada Direksi dalam tiga puluh (30) hari dari tanggal diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja untuk mendapatkan persetujuan. Biaya untuk penyediaan kantor dan fasilitas umum dimasukkan dalam harga lump sum seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. 2) Pembayaran Cara pembayaran untuk pekerjaan ini sesuai progress pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan dan pada saat pekerjaan selesai maksimum pembayaran 80% dan 20% sisa akan dibayarkan apabila bangunan tersebut selesai digunakan dan telah dilakukan pembongkaran atas ijin atau persetujuan direksi.

1.4

PENYEDIAAN SARANA LISTRIK DAN PENERANGAN 1) Lingkup Pekerjaan Penyedia Jasa harus menyediakan, mengoperasikan dan memelihara fasilitas tenaga listrik yang digunakan selama pelaksanaan pekerjaan diantaranya untuk penerangan barak kerja, kantor lapangan, penerangan jalan dan keamanan serta kebutuhan listrik dilokasi pekerjaan sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat berjalan lancar. Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana dan gambar detail fasilitas tenaga listrik tersebut kepada Direksi untuk mendapat persetujuan.

Pekerjaan Persiapan

ST I-4

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Biaya pemakaian tenaga listrik yang digunakan tidak dibayarkan secara terpisah tetapi harus sudah termasuk dalam harga satuan atau harga lump sum untuk masing-masing item pekerjaan seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. 2) Cara pembayarannya Cara Pembayaran pekerjaan ini akan dibayar sesuai progress pelaksanaan pekerjaan dan maksimum pembayaran adalah sampai 65%, 20% dapat dilakukan pembayaran dalam bulan berjalan sebagai biaya operasional setiap bulan dan 15% akan dilakukan pembayaran setelah tidak digunakan lagi dan fasilitas tersebut telah dilakukan pembongkaran dan mendapatkan persetujuan direksi.

1.5

PENYEDIAAN SARANA DAN FASILITAS TELEKOMUNIKASI Penyedia Jasa berkewajiban mengadakan semua kebutuhan peralatan komunikasi untuk kepentingan Direksi dan Penyedia Jasa di lapangan serta kantor PPK. Penyedia Jasa harus dapat mengatur/mengoperasikan dan memelihara atas semua beban biaya yang timbul akibat adanya alat komunikasi tersebut. Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana sistem telekomunikasi kepada Direksi untuk mendapat persetujuan. Penyedia Jasa tidak boleh memasang sistem telekomunikasi tanpa persetujuan Direksi. Pembayaran untuk penyediaan sarana telekomunikasi dilaksanakan berdasarkan harga lump sum seperti yang tertera dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Cara Pembayaran pekerjaan ini akan dibayar sesuai dengan diterimanya peralatan telekomunikasi, maksimum pembayaran adalah sampai 80%, 20% sisanya dilakukan pembayaran dalam bulan berjalan sebagai biaya operasional setiap bulan. Seluruh peralatan telekomunikasi harus diserahkan kepada Direksi pada saat selesai pelaksanaan pekerjaan.

1.6

PENYEDIAAN SARANA LABORATORIUM

Penyedia berkewajiban mengadakan peralatan laboratorium yang terdiri dari item seperti berikut ini.

Pekerjaan Persiapan

ST I-5

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No

Nama Alat

Uraian/Spesifikasi

HYDROMETER ANALYSIS TEST SET ASTM D – 422 / AASTO T – 88

Terdiri dari:

Hydrometer A (152 H) Hydrometer B (151 H ) Mechanical Stirer Dispersion Cup Hydrometer jar Bath 1

Bath Water heater dispension agent

dari:

Sodium hexa Water Glass Hidrometer jar Graduated Cylinder Thermometer

: Glass,stream line,range 0 to 60gr soil/ltr : Glass,stream line, range 0.995 to 1.038 : Electric,220 volt,cast alumunium frame,10.000 rpm : Stainless steel cup, 3.75” top diameter, 2.6” bottom dia. 7” height brass baffles : Steel sheet, fibre glass couted, temperature control

1bh 1bh 1bh

: Steel sheet, fibre glass coated, 60x30x40 cm : Electric, range amblent to 402 C

1bh 1 bh

: Bottled, powder : Bottled, liquid : Glass,1000 ml capacity, 21/2” diameter approx : 1000 ml capacity : Range 0 to 50o C Standard supply with instruction manual operating Dimension (lxwxh) : 90x50x50cm Gross Weight : 50 kg

1kg 1kg 3 bh 1bh 1 bh

SPEEDY MOITURE TESTER (In-situ Test) AASHTO-217

Terdiri dari:

Speedy Gauge Speedy Balance Calcium Carbide Crushing Ball Cleaning Brush Carrying Case

3

1 SET

1bh 1bh

Terdiri dari:

Terdiri

2

Jumlah

SAND CONE TEST SET ASTM D-1556/ AASHTO T-191, According Standard R-SNI 2828 : 2008

Pekerjaan Persiapan

1 SET

: M/C range 0-20%, sens : 0.2%, sample weight 20gr Calibrated by KAN Register LK-011-IDN : Digital 200 gr capacity x 0.1gr sensitivity : Reagent calcium carbide : Steel ball,31.7mm diameter : Plastic bruss/ plastic holder : Wooden case with handle Standard supply: - Calibration Certificate Registered LK011-IDN - Instruction user manual Dimension (lxwxh) : 45x45x30cm Gross Weight : 15 Kg

1 bh 1 1 2 1 1

bh can bh bh bh

1 SET

ST I-6

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No

Nama Alat

Terdiri dari: Sand Cone Bottle Sand Cone Funnel Base Plate Graduated Sand Sample Can Scoop Spoon Trowel Onisel Rubber Mallet

4

Uraian/Spesifikasi : Plastic,4ltr,capacity,approx : Seamless metal, turning stopper, 61/2” diameter bottom,1/2 neck diameter : Cast alumunium, 12”x12” : Uncemented Sand, passing # 10, retained # 60,25 kg cap. : Round can, tinned metal : Cast alumunium, large size, round buttom : Stainless steel, large size : Pointed type, wooden handle : Hardened steel, 30cm length : Rubber head, 0.5 Kg weight, wooden handle Standard supply with instruction manual operating Dimension (lxwxh): 70x50x50 cm Gross Weight : 50 Kg

SLUMP TEST SET ASTM C-143 / AASHTO-119

Jumlah

1 bh 1 bh 1 bh 1 zak 6 1 1 1 1 1

bh bh bh bh bh bh

1 SET

Terdiri dari: Slump Cone Inspection Scale Base Plate Scoop Trowel Steel Wire Brush Tamping Rod

5

: Heavy gauge sheet steel, 4” top dia, 8” bottom dia, 12” Height : Machine steel, 0-10 cm slump measurement, 1cm Increment : Steel sheet, carrying handle, 600x600x5 mm : Cast alumunium, large size, round buttom : Pointed type, wooden handle : Wooden handle : Machine steel, galvanized 16mm dia, 600mm length Standard supply with instruction manual operating Dimension (lxwxh) : 70x70x50 cm Gross weight : 30 kg

COMPRESSION MACHINE 2000 kN Capacity ASTM C-39; According SNI 031974-1990

1 bh 1 bh 1 1 1 1 1

bh bh bh bh bh

1 SET

10kN Increments; Electric Hidraulic Pump Technical data: Frame

Pekerjaan Persiapan

: Frame –duty welded steel construction 30 cm

ST I-7

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No

Nama Alat Hydraulic System Hydraulic Pump Force gauge Compressive Platen Clearence Dimension l x w x h Weight

6

CONCRETE TEST HAMMER ASTM C-805, N-TYPE

7

SPECIFIC GRAVITY OF HYDRAULIC CEMENT TEST ASTM C-188 / AASHTO T-133

Uraian/Spesifikasi

Jumlah

Profile steel colums 10 cm thick bottom and upper Plate : Hard – chromed piston 230mm diameter; maximum Working pressure 50.000 kPa; overall dimension 300 mm dia x 320mm height;single action;gravity return : Electric 220 V-AC,50-60Hz,1000 Watt, 1 Phase, Single action, variable speed, 6.000 kPa, single action;gravity return. : Bourdon tube manometer;280mm dial diameter with Maximum load pointer (red pointer); steel box housing Calibrated by KAN Register LK-011-IDN : Upper 180x180mm ball seating : Lower 250mm diameter : Horizontal 290mm; Vertical 310mm : 760x620x1400 mm approx : 500 kg approx Standard supply: - Calibration Certficate Registered LK- o11IDN - Instruction user manual ASTM C805, B5 1881; 202 EN 12504/2, UNI 7997, DIN 1048 Original type: C 380 Matest – Italy Spring impact energy 0.225 mkg (2.207 joule) Suitable for finished concrete structures and buildings Having strength resistances from 10 to 70 N/sq.mm. This concrete test hammer, entirely produced by Matest, has alumunium frame, and thanks to its very accurate manufacture processing and selected components ensures high precision test results in the time. The top quality test hammer available om the market. Supplied complete with calibration curve chart, abrasive stone, carrying case. Standard supply: - Calibration Certificate Registered LK011-IDN - Instruction user manual Weight: 3 Kg

1 SET

1 SET

Terdiri dari:

Pekerjaan Persiapan

ST I-8

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No

Nama Alat Le Chatelier Flask Kerosene Funnel Wash Bottle Pipette Thermometer Spatula Soft Brush

8

: 250 ml cap, the neck graduated 0-1 ml, and 15-24ml : Deaired kerosene :Glass made, narrow mouth : Plastic, 250 ml capacity : Glass, 5 ml capacity : Range 0 to 50° C, glass, alcohol indicator, 30cm length : Plastic handle, stainless blade, 150 mm length : Black hair, round type Standard supply with instruction manual operating Dimension ( l x w x h) : 20x20x30 cm Gross weight: 8 kg

SOUNDNESS TEST SET

dari:

Stock Solution Mixing Bowl Beaker Glass Thermometer

Jumlah 1 bh 1 ltr 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh

1 SET

ASTM C-88 / AASTHO T-104 Terdiri

9

Uraian/Spesifikasi

: Sodium sulphate solution (Na2s04), 1 litre : Stainless steel, 24cm diameter : Glass made, with spout, 1000 ml capacity : Range 0 to 100o C, Glass, alcohol indicator, 30cm length Standard supply with instruction manual operating Dimension (l x w x h) : 80 x 50 x 40 cm Gross weight : 8 Kg

SPECIFIC GRAVITY & ABSORPTION OF COARSE AGGREGATE TEST SET ASTM C-127 / AASHTO T-85

1 1 1 1

btl bh bh bh

1 SET

Terdiri dari: Mounting Table Water Container Heavy duty Solution Balance

Sample Basket

10

AGREGATE IMPACT TEST Bs – 812

Pekerjaan Persiapan

Welded steel table, elevated container support Galvanized container, 20 litre capacity Capacity (metric): 20kg; Readability (metric): 1g Additional tare capacity (g): 2270 Front beam calibration (g) : 100 x 1 Rear beam calibration (g) : 1000 x 100 Platform construction : Stainless Steel plate Platform size (Dia) (in/cm) : 11/27.g Calibrated by KAN Register LK-011-IDN # 8 mesh, 200 mm diameter, 200 mm height. Standard supply: - Calibration Certificate Registered LK – 011IDN - Instruction user manual Dimension (l x w x h) : 85 x 50 x 130 cm Gross Weight: 60 kg

1 set 1 bh 1 set

1 bh

1 SET

ST I-9

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No

Nama Alat

Terdiri dari:

Impact Machine Cylindrical Measure Tamping Rod

11

Uraian/Spesifikasi Heavy – duty steel construction, safety locking bar, built in counter. Mechanical steel, 75mm dia, 50mm deep Galvanized steel, 3/8” dia, 8” length Standard supply with instruction manual operating Dimension ( l x w x h ) : 50 x 30 x 90 cm Gross Weight : 80 Kg

UNCOFINED COMPRESSION MACHINE ASTM D-2166 / AASHTO-208

Jumlah 1 set 1 bh 1 bh

1 SET

Terdiri dari: Uncinfined Compression Macl Sample tubes

Terdiri dari:

Sample Tubes Sample Tubes Sample Tubes

Electric, 220V-AC, 200 W, Variable Speed, 1 set adjustable height 35.0 mm dia x 70 mm height 47.5 mm dia x 95 mm height 70.0 mm dia x 140 mm height

1 bh 1 bh 1 bh

35.0 mm dia x 70 mm height 47.5 mm dia x 95 mm height 70.0 mm dia x 140 mm height

1 bh 1 bh 1 bh

34.5 mm dia x 71mm height 47.0 mm dia x 96 mm height 69.5 mm dia x 141 mm height Steel frame, 3 tube size 100 kg capacity Calibrated by KAN Register LK-011-IDN Range 30 mm x 0.01 mm Alumunium, 60 gr capacity 10 cm length approx Standard supply: - Calibration Certificated Registered LK011-IDN - Instruction user manual Dimension (l x w x h) : 80 x 70 x 100 cm Gross Weigth: 60 Kg

1 1 1 1 1

Split Sample Tubes

Terdiri dari:

Split Sample Tubes Split Sample Tubes Split Sample Tubes Sample Extruder

Terdiri dari:

Extruder Extruder Extruder Trimmer Proving Ring Dial Indicator Thin Box Wire Saw

Pekerjaan Persiapan

bh bh bh set set

1 bh 12 bh 1 bh

ST I-10

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No 12

Nama Alat COMPACTION PERMEAMETER TEST SET

Terdiri dari:

Compaction Permeameter Frame Graduated Cylinder Stop Watch

13

Uraian/Spesifikasi

Jumlah 1 SET

1/30 cu.ft.mold, 4 inch I.d, Inlet-Outlet connector, overflow, valve, porous stone. Cast alumunium base, alumunium column, 3 burette (5, 10, 15mm diameter) Glass made, 100 ml capacity, single numbering, Precision timer, stainless steel body, 60 sec sweep x 30 Min standard supply with instruction manual operating Dimension (l x w x h) : 30 x 30 x 50 cm Gross Weigth : 30 Kg

COMBINATION PERMEAMETER ASTM D-2434 / AASHTO T-215

1 set 1 set 1 bh 1 bh

1 SET

Terdiri dari: Sample Chamber Funnel Frame Parous Stone Burette Graduated Cylinder Stop Watch

Pekerjaan Persiapan

Transparent flore glass, 2 1/2 “ I.d, 8” height, compressive spring, cast, alumunium body Plastic, wide mouth, with over flow Alumunium frame 2 ½” diameter 50 ml capacity Glass made, 100ml capacity, single numbering Precision timer, stainless steel body, 60 sec sweep x 30 min Standard supply with instruction manual operating Dimension (l x w x h) : 110 x 40 x 30 cm Grass Weight : 10 kg

1 set 1 1 1 1 1

bh bh bh bh bh

ST I-11

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No 14

Nama Alat

Uraian/Spesifikasi

COMPACTION TEST SET ASTM D-698/D-1557; T-99/ T180

Jumlah 1 SET

Terdiri dari: Standard Proctor Mold Modified Proctor Mold Standard Proctor Hammer Modifed Proctor Hammer Extruder Square pan Thin Box Graduated Cylinder Scoop Trowel Straigth Edge Rubber Mallet Steel Wire Brush

15

SHRINKAGE LIMIT TEST SET ASTM D-427 /AASHTO T-29

Machine steel, plated, 4” i.d, 4.584”, 2” Height, 2” Height of collar. Machine steel, plated, 6” i.d, 4.584”, 2” Height, 2” Height of collar. Machine steel, plated, 12” drop height, 5.5 lbs weight Machine steel, plated, 18” drop height, 10 lbs weight Steel frame, hydraulic jack Galvanized steel 65 x 65 x 7.5 cm Alumunium, 60 gr capacity Plastic 1000 ml capacity with scale Cast alumunium, large size, round buttom Pointed type, wooden handle Galvanized steel, 30 cm length Rubber head, 0.5 Kg weight, wooden handle Steel wire, wooden handle standard supply with instruction manual operating Dimension (l x w x h) : 62 x 62 x 40 cm Gross Weigth: 120 Kg

Terdiri dari: Prong Plate

1.6 mm thick hard plastic 76.2 mm square, 3 stainiess

Monel Sherinkage Dish Cristalizing Dish Terdiri dari: Dish OverFlow Dish Mercury Glass Plate Thin Box Graduated Cylinder Evaporating Dish Spatula Scraper

Steel needies, 0.8 mm dia 3.2 helght Flat bottom; 44.4 i.d, 12.7 mm helght approx. Glass made

Pekerjaan Persiapan

Glass, 57,2 mm I.d, 12.7 mm helght approx 9 cm dia approx Bottled Glass 10 mm thick, 30 x 30 cm Alumunium, 60 gr capacity Glass made, 100 ml capacity, single numbering Heat resistance porcelain, 12 cm dia. 250 ml capacity. Plastic handle, stainless blade, 150 mm length. Plastic handle, stainless blade, 100 mm length. Standard supply with instruction manual operating Dimension ( l x w x h ) : 10 X 10 X 30 cm Gross Weight : 6 kg

1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 set 1 bh 12 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh

1 SET 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 kg 1 bh 12 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh

ST I-12

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No 16

Nama Alat LIQUID LIMIT TEST SET ASTM D-4318/ AASHTO T89 Terdiri dari: Liquid Limit Device ASTM Grooving Tool Cassagrande Grooving Tool Thin Box Graduated Cylinder Evaporating Dish Spatula Scraper

17

Uraian/Spesifikasi

1 SET

Electric,220 V-AC, brass cup, hard rubber base, provided with counter Machine steel, head gauge. Brass plate Alumunium, 60 gr capacity Glass made, 100 ml capacity, single numbering Heat resistance porcelain, 12 cm dia. 250 ml capacity. Plastic handle, stainless blade, 150 mm length. Plastic handle, stainless blade, 100 mm length. Standard supply with instruction manual operating Dimension ( l x w x h ) : 40 X 40 X 40 cm Gross Weight : 7 kg

PLASTIC LIMIT TEST SET ASTM D-4318/ AASHTO T90 Terdiri dari: Plastic Limit Plate Terdiri dari: Reference Rod Glass Plate Thin Box Graduated Cylinder Evaporating Dish Spatula Scraper

Pekerjaan Persiapan

Jumlah

1 set 1bh 1 bh 12 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1bh

1 SET

Glass made

Stainless steel rod, 3.2 mm diameter Glass 10 mm thick, 30 x 30 cm Alumunium, 60 gr capacity Glass made, 100 ml capacity, single numbering Heat resistance porcelain, 12 cm dia. 250 ml capacity. Plastic handle, stainless blade, 150 mm length. Plastic handle, stainless blade, 100 mm length. Standard supply with instruction manual operating Dimension ( l x w x h ) : 40 X 40 X 40 cm Gross Weight : 5 kg

1 bh

1 bh 12 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh

ST I-13

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No 18

Nama Alat

Uraian/Spesifikasi

DIRECT SHEAR TEST SET ASTM D-3080/ AASHTO T236 Terdiri dari: Loading Machine Frame Loading Hanger Shear Box Load Terdiri dari: Load Load Sample tube Proving Ring Dial Indicator Dial Indicator Wire Saw

Pekerjaan Persiapan

Jumlah 1 Set

Terdiri dari: Welded steel frame hand operated Machine steel, galvanized, supplied, with load Cast alumunium box, 63.5 mm sample diameter, poros stone, loading capacity. Siotted, machine steel, galvanized.

3167 gr weight 6334 gr weight Machine steel, 63.5 mm dia, galvanized, with extruder 100 100 kg capacity. Calibrated by KAN Ragister LK – 011 -IDN Range 10 mm x 0.01 mm. Range 20 mm x 0.01 mm. 10 cm length approx Standard supply with instruction manual operating Dimension ( l x w x h ) : 130 X 50 X 130 Cm Gross Weight : 125 kg

1 set 1 set 1 bh

2 bh 1 bh 1 set 1 set 1 bh 1 bh 1 bh

ST I-14

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No 19

Nama Alat

Uraian/Spesifikasi

MOISTURE CONTENT TEST SET ( In Laboratory) Terdiri dari: Cent O-Gram Balance

Drying Oven

Thin Box Dessicator

Jumlah 1 SET

311 gr capacity x 0,01 gr readability Front beam : 1g x 0.01g ; second beam : 10g x 1g Third beam : 100g x 10g rear beam : 200g x 100g Calibrated by KAN Register LK-011-IDN 53 litre capacity ; natural air circulation, temperature Stainless steel interior (w x h x d) =400x400 x330 mm Stainless steel exterior (w x h x d) =550x680 x480 mm From +30°C (however,at least 5° above amblent ) up to +220°C Precission (at 100°C) with mech/electr control = ± 1,0/0.5°C Alumunium, 60 gr capacity. Transparent glass, 24 cm diameter approx non vacuum type, supplied with silica gel Standard supply : 011-IDN

1 bh

1 bh

12 bh 1 bh

Dimension ( l x w x h ) : 80 X 80 X 90 cm Gross Weight : 70 kg 20

AG-200..x GRAIN SIZE ANALYSIS TEST ASTM E-11 Dimension ( l x w x h ) : 22 X 22 X 6.5 Gross Weight : 0.75 kg SIEVE 4” SIEVE 3 ½ “ SIEVE 3 “ SIEVE 2 ½ “ SIEVE 2” SIEVE 1 ¾ “

Pekerjaan Persiapan

Brass Round 8 inch diameter, mesh 101.6 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 88.9 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 76.2 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 62.5 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 50.8 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 44.4 mm opening

1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh

ST I-15

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No

Nama Alat SIEVE SIEVE SIEVE SIEVE SIEVE SIEVE SIEVE SIEVE SIEVE SIEVE SIEVE SIEVE SIEVE

1 ½ “ 1 ¼ “ 1 “ 7/8 “ 3/4” 5/8 “ 1/2" 7/16” 3/8” 5/16” 1/4” #4 #8

SIEVE # 10 SIEVE # 12 SIEVE # 16 SIEVE # 20 SIEVE # 30 SIEVE # 40 SIEVE # 50 SIEVE # 60 SIEVE # 70 SIEVE # 80 SIEVE # 100 SIEVE # 120 SIEVE # 140 SIEVE # 170

SIEVE # 200 PAN & COVER

Pekerjaan Persiapan

Uraian/Spesifikasi Brass Round 8 inch diameter, mesh 38.1 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 31.7 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 25.4 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 22.2 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 19.0 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 15.8 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 12.7 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 11.1 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 9.5 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 7.9 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 6.3 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 4.75 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 2.36 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 2.00 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 1.70 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 1.18 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 0.850 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 0.600 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 0.425 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 0.300 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 0.250 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 0.212 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 0.180 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 0.150 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 0.125 mm opening Brass Round 8 inch diameter, mesh 0.106 mm opening Brass mesh Brass Round Round 88 inch inch,diameter, mesh 0.075 mm 0.090 mm opening opening Brass Round 8 inch diameter, Receiver with lid

Jumlah 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 11 bh bh 1 Set

ST I-16

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No 21

Nama Alat

Uraian/Spesifikasi

TRIAXAL TEST SET ASTM D-2850 The unit incorpororates : Triaxial Compression Machine

Jumlah 1 Set

CD or UU & CU, Capacity 300 kgf, loading speed 0.00 to 3.00 mm per minute, cell (speciment) size 35mm and 50mm maximum, control power on-of switch, fast advanced selector switch. Variabel speed, hand-operated and motorized operated with electric consumption220 V AC/200 W.

1 bh

Load Measuring

Load ring 300 kgf capacity

1 bh

Displacement Measuring Panel Control Measuring Pore Presurre Measuring Cell Presurre Measuring Back Presurre

Dial gauge 30 mm x 0,01mm Terdiri dari : 10 kg/cm (Digital reading for pore pressure value) 10 kg/cm (Manometer) 10 kg/cm (Manometer)

1 set 1 bh 1 bh 1 bh

Burrate Top Water Tank Buttom Water Tank Vacum Tank Triaxal Ceils (Cell Chamber) Chamber

For mesurring pore pressure Plastic, 3 litre capacity Stainless steel, 5 litre capacity Stanless steel tank Terdiri dari : Made of non corrosive material and acrylic transparent. For 35 mm diameter specimen For 50 mm diameter specimen Terdiri dari : For cell presurre For Back pressure Compressor pump 0-10 kg/cm Vacum pump 0-70 cm Hg, rotary type, 220 V- AC, ½ HP, 1 phase

1 1 1 1

Sample Pad Sample Pad Constant Presurre Air Regulator Air Regulator Compressor Unit Vacuum Unit Placing Tool Placing Tool Suction Membrane Device Suction Membrane Device Two ways split Former Two ways split Former Sample Tube Sample Tube Membrane Membrane

Pekerjaan Persiapan

O-ring, 50 mm diameter O-ring, 35 mm diameter Stainless steel, 50 mm diameter Stainless steel, 35 mm diameter 50 mm diameter 35 mm diameter Stainless steel, 50 mm diameter Stainless steel, 35 mm diameter

bh bh bh bh

1 bh 1 bh 1 bh 1bh 1 bh 1 Set 1 set 1 set 1 set 1 set 1 set 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 10 bh 10 bh

ST I-17

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No

Nama Alat

Uraian/Spesifikasi

Membrane Sealing Ring Membrane Sealing Ring

rubber 50 mm diameter rubber 35 mm diameter ring rubber 50 mm diameter ring rubber 35 mm diameter Sandard supply :

Jumlah 4 bh 4 bh

-

011-IDN

Overall dimension : 200 X 80 X 180 cm Gross Weight : 195 kg

Semua pengadaan peralatan laboratorium harus mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. Cara Pembayaran pekerjaan ini akan dibayar sesuai dengan diterimanya peralatan laboratorium, maksimum pembayaran adalah sampai 75%. 25% sisanya dilakukan pembayaran dalam bulan berjalan sebagai biaya operasional setiap bulan. Seluruh peralatan laboratorium harus diserahkan kepada Direksi pada saat selesai pelaksanaan pekerjaan.

1.7

PEMANTAUAN LINGKUNGAN Penyedia

wajib

menyediakan

sarana

pemantauan

lingkungan

diantaranya

yaitu

pemantauan kualitas air, polusi udara dan kebisingan termasuk tenaga ahli lingkungan. Personil dan peralatan pemantauan lingkungan yang harus tersedia untuk menunjang pekerjaan ini adalah sebagai berikut: • Ahli lingkungan • Tenaga pemantau/pengambilan uji sampel • Evaluator dan pembuat laporan Kegiatan ini dilakukan secara periodik dalam satu kali perbulan Cara Pembayaran untuk pemantauan lingkungan seperti disebutkan di atas dibayar sesuai periodik pelaksanaan pemantauan lingkungan berdasarkan harga satuan lumpsum yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.

1.8

PENYELENGARAAN K3 KONSTRUKSI Penyedia wajib menyediakan sarana prasarana dan penyelengaraan kegiatan dalam rangka Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Program detail safety plan yang mencakup keseluruhan kegiatan pekerjaan termasuk pengadaan peralatan dan peraga K3, koordinasi dengan instansi lain dan pelatihan dan simulasi berkaitan dengan K3 harus diserahkan dan disetujui oleh Direksi sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penyedia Jasa harus menyampaikan laporan kegiatan ini dalam periode bulanan.

Pekerjaan Persiapan

ST I-18

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Cara Pembayaran untuk penyelenggaraan K3 seperti disebutkan di atas dibayar sesuai periodik pelaksanaan penyelenggaraan K3 berdasarkan harga satuan lumpsum yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.

Pekerjaan Persiapan

ST I-19

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB II PENGELAKAN SUNGAI DAN PENGALIHAN AIR

2.1

PENGELAKAN DAN PENGALIHAN SUNGAI

2.1.1 Umum Kontraktor harus menyediakan semua material, tenaga kerja, dan alat yang diperlukan untuk membangun saluran pengelak sebelum konstruksi Bendungan dimulai. Kontraktor dilarang menghalangi atau mengganggu aliran air sungai asli atau aliran lain di area kerja Kontraktor untuk maksud apapun tanpa persetujuan Direksi. Direksi telah mempelajari dan menyiapkan rencana mengenai saluran pengelak seperti terdapat dalam Gambar Tender. Adalah tanggung jawab Kontraktor untuk mengembangkan secara detail rencana dan jadwal pembuatan saluran pengelak tersebut dan harus mendapat persetujuan dari Direksi. Paling tidak 14 (empat belas) hari sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi, rencana pengendalian air termasuk metode untuk memindahkan aliran air sungai selama masa konstruksi bendungan. Rencana dan metode tersebut harus mengacu kepada jadwal Konstruksi secara keseluruhan. Biaya pelaksanaan seluruh pekerjaan meliputi pemeliharaan dan pengelakan sungai selama konstruksi pekerjaan berjalan harus dianggap sudah dimasukkan ke dalam harga satuan untuk pekerjaan pengelakan dan pemeliharaan sungai dalam daftar kuantitas dan harga. 2.1.2 Data Perencanaan untuk Pengelakan dan Pemeliharaan Sungai Data hidrologi (dalam data teknis) untuk area proyek Bendungan Bagong diberikan pada Spesifikasi Umum. Data-data tersebut diberikan hanya sebagai informasi umum untuk membantu Kontraktor dalam perencanaan konstruksi pengelak dan pemeliharaan sungai selama pelaksanaan konstruksi. Direksi dan Pemberi Kerja tidak bertanggung jawab terhadap ketelitian atau kebenaran data dan segala konsekuensi dan resiko dalam menginterpretasikan data sepenuhnya merupakan tanggung jawab Kontraktor. Banjir 25 tahunan dipakai sebagai dasar untuk mendesain bendungan pengelak (main cofferdam). Kontraktor disarankan untuk mengevaluasi dan memodifikasi rencana bendungan pengelak berdasarkan hasil pengamatan dan informasi terakhir yang didapat atas persetujuan Direksi. Semua resiko dan kerugian yang terjadi selama masa pelaksanaan dengan adanya perubahan desain adalah merupakan tanggung jawab Kontraktor. Dalam kejadian bila terjadi banjir besar melebihi kapasitas dari fasilitas pengelakan atau melebihi elevasi maksimum banjir yang diizinkan, Kontraktor tidak akan memikul dan bertanggung jawab terhadap kegagalan atau kerusakan terhadap cofferdam atau Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air

ST II-1

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pekerjaan yang lainnya dapat dianggap sebagai “resiko yang tidak diharapkan (force major)”. 2.1.3 Rencana Pengelakan dan Pengaturan Sungai Paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum memulai pekerjaan, yang berkenaan dengan pengelakan dan pemeliharaan sungai dan konstruksi pekerjaan pengelakan, Kontraktor harus mengirimkan kepada Direksi detail pekerjaan yang dilengkapi dengan metode pengelakan dan pemeliharaan sungai selama periode pelaksanaan konstruksi untuk memperoleh persetujuan. Metode konstruksi dan program untuk pelaksanaan pekerjaan pengelakan dan pekerjaan lain yang diperlukan untuk pengelakan dan pemeliharaan sungai selama periode konstruksi harus memperhitungkan seluruh kebutuhan dan hambatan selama konstruksi yang diuraikan detail pada Spesifikasi Teknik ini atau sesuai arahan Direksi. Program pelaksanaan yang berkaitan dengan pengelakan dan pemeliharaan sungai harus memenuhi kesepakatan sebagaimana ditunjukkan pada Program Konstruksi yang disahkan. Program kerja yang telah disepakati, bukan berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab dan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam kontrak. 2.1.4 Main Cofferdam Main Cofferdam merupakan bagian dari timbunan bendungan utama yang akan digunakan untuk mengelakkan sungai ke dalam saluran pengelak selama periode pelaksanaan untuk pekerjaan bendungan, spillway, dan timbunan lain dan pekerjaan outlet. Kontraktor harus membuat main cofferdam berdasarkan gambar rencana, spesifikasi, jadwal, prosedur, dan kondisi sebagaimana diberikan dalam dokumen kontrak atau arahan Direksi. Pekerjaan timbunan untuk main cofferdam hulu dan cofferdam hilir yang merupakan bagian dari timbunan bendungan permanen, maka semua kegitan pekerjaan galian, pondasi, persiapan, dan konstruksi timbunan harus dilaksanakan seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan arahan dari Direksi, persyaratan dan spesifikasi yang berhubungan seperti diuraikan pada Bab 3 “Pekerjaan Galian dan Timbunan” pada Spesifikasi Teknik ini. Main Cofferdam harus dikerjakan dalam dua tahap seperti yang ditunjukkan dalam gambar yang terdiri dari: i) Tahap-1 Tahap pertama, konstruksi main cofferdam harus meliputi galian pondasi dan konstruksi timbunan cofferdam seperti pada gambar, di bagian mulut sungai, bentang main cofferdam 106 meter dengan lebar puncak 6 m, agar dapat membawa aliran sungai selama pelaksanaan galian pondasi dan konstruksi timbunan ke dalam saluran pengelak. Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air

ST II-2

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Guna melindungi pekeraan main coffferdam, maka Kontraktor wajib membuat temporary/primary cofferdam yang menjaga dan menjamin pelaksanaan pekerjaan aman terhadap banjir tahunan dan menjaga agar area kerja tidak terdapat genangan air. Lebar temporary cafferdam kurang lebih 10 meter melintang sungai dengan ketinggian 6 meter (muka air banjir tahunan) Kontraktor harus bertanggung jawab dan harus melakukan tindakan yang diperlukan untuk perlindungan terhadap erosi dan mengurangi kontaminasi atau kerusakan yang diakibatkan oleh pengaruh air pada bagian pekerjaan yang telah diselesaikan sebelumnya, antara lain galian pondasi dan timbunan main cofferdam dan bendungan utama atau bagian yang lain dari pekerjaan yang permanen selama tahap pengelakan sungai ini. ii) Tahap-2 Tahap kedua, konstruksi main cofferdam harus meliputi penyelesaian cofferdam dengan membuat timbunan pada bagian yang telah ditutup dan melakukan pengeringan pada area yang ada di dalamnya. Bagian dari pekerjaan ini harus dilaksanakan pada kondisi air paling minimum dalam musim kering, selain itu juga diperlukan konstruksi primary cofferdam pada bagian hulunya agar galian pondasi dan konstruksi timbunan dapat dikerjakan terutamanya. Perencanaan dan konstruksi cofferdam sementara (temporary/primary), pengontrolan dan pengelakan air selama konstruksi timbunan pada bagian main cofferdam harus menjadi tanggung jawab Kontraktor. Penutupan main cofferdam tidak harus dilaksanakan sebelum pelaksanaan saluran pengelak telah selesai dan tidak boleh dimulai tanpa persetujuan atau pengarahan dari Direksi. Paling tidak 30 (tiga puluh) hari sebelum penutupan main cofferdam, Kontraktor harus mengirimkan usulan program, urutan pekerjaan dan pembuatan konstruksi cofferdam hilir kepada Direksi untuk disetujui. Program harus menyatakan waktu yang spesifik mulai pekerjaan termasuk detail usulan tindak lanjut secara umum pekerjaan pengeringan, pembersihan, galian, dan persiapan pondasi cofferdam seperti halnya pembersihan khususnya zone kontak timbunan pada main cofferdam hulu dan metode kerja konstruksi timbunan. Sesudah penyelesaian pekerjaan main cofferdam, aliran Sungai Bagong harus dialihkan ke saluran pengelak selama pekerjaan konstruksi kecuali pemasangan peralatan hydromechanical. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan cofferdam selama periode pengelakan sungai, dan timbunan bendungan utama memenuhi persyaratan spesifikasi dan gambar. Dengan seizin Direksi, Kontraktor diizinkan untuk memakai puncak timbunan hulu sebagai jalan sementara untuk pengangkutan material. Walaupun demikian Kontraktor harus melakukan tindakan pencegahan terhadap kerusakan dan memindahkan semua material di permukaan jalan sementara atau material yang tertumpah sebagaimana arahan Direksi dan tidak ada biaya tambahan untuk itu.

Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air

ST II-3

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

2.1.5 Saluran Pengelak (Diversion Channel) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, peralatan, dan material untuk membangun saluran pengelak sungai sesuai dengan gambar, spesifikasi, jadwal pelaksanaan, prosedur dalam dokumen kontrak atau sesuai arahan Direksi. Galian saluran pengelak harus dilaksanakan mengikuti bab 3 “Pekerjaan Galian dan Timbunan” pada Spesifikasi Teknik ini dengan cara proporsional material yang digali dapat digunakan untuk konstruksi timbunan tubuh bendungan. Kontraktor harus menyiapkan semua persyaratan yang diperlukan untuk melindungi terhadap erosi, mengurangi pencemaran, atau kerusakan akibat pengaruh air terhadap bagian yang telah diselesaikan sebelumnya pada pondasi main cofferdam, timbunan atau bagian yang lain dari pekerjaan permanen selama pelaksanaan pengelakan sungai. Pekerjaan timbunan untuk penutupan Saluran Pengelak merupakan timbunan sementara dan semua pekerjaan galian, persiapan pondasi, dan timbunan harus dikerjakan sesuai gambar atau arahan Direksi. Spesifikasi yang terkait sebagaimana diuraikan pada Bab 3 “Pekerjaan Galian dan Timbunan” pada Spesifikasi Teknik ini. Penutupan Saluran Pengelak harus dilakukan dalam musim kering dimana saat itu aliran sungai sangat minim, dan harus atas persetujuan atau pengarahan Direksi. 2.1.6 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran dan pembayaran untuk konstruksi main cofferdam dan saluran pengelak akan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berkaitan dengan pengukuran dan pembayaran untuk macam-macam item pekerjaan seperti galian, persiapan, dan perbaikan pondasi dan konstruksi timbunan, dan selanjutnya diberikan pada Bab 3 “Pekerjaan Galian dan Timbunan” pada Spesifikasi Teknik ini. Pembayaran untuk pekerjaan yang sebelumnya akan dibuat dalam harga satuan seperti yang ditawarkan untuk item pekerjaan yang berkaitan pada daftar kuantitas dan harga. Pembayaran untuk semua perlengkapan pengelakan dan pemeliharaan sungai selama konstruksi termasuk material, tenaga kerja, dan peralatan yang diperlukan dibuat dalam harga satuan seperti yang ditenderkan untuk item pengelakan dan pemeliharaan sungai dalam daftar kuantitas dan harga.

2.2

PENANGANAN AIR

2.2.1 Umum Kontraktor harus menyediakan, memasang, menjaga, dan mengoperasikan semua pompa dan alat lain atau metode lain yang diperlukan untuk menguras/mengeringkan (dewatering) pada setiap bagian pekerjaan baik di permukaan, galian terbuka, dan galian bawah tanah. Dewatering tersebut diperlukan untuk menjaga pondasi dan bagian lain dari pekerjaan agar bebas dari air. Dewatering juga perlu dilakukan selama pelaksanaan bagian-bagian dari pekerjaan dan mungkin diperlukan setelah bagianPengelakan Sungai dan Pengalihan Air

ST II-4

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

bagian dari pekerjaan tersebut telah selesai seperti misalnya untuk inspeksi, keamanan, pemasangan, atau untuk alasan-alasan tertentu yang ditentukan oleh Direksi. Kontraktor harus memompa seluruh air dari tempat kerja dan harus menjaga tempat kerja tersebut bebas air (kering) selama penggalian, persiapan pembuatan pondasi, penempatan material timbunan, penuangan beton, atau pekerjaan lain untuk menyelesaikan keseluruhan pekerjaan. Kontraktor harus bertanggung jawab dan harus memperbaiki atas biaya sendiri segala kerusakan pada pondasi, lereng galian, struktur atau bagian lain dari pekerjaan karena air, termasuk banjir. Kontraktor dilarang memindahkan pompa yang telah dipasang tanpa ijin tertulis dari Direksi. Kontraktor harus membuat suatu cara untuk memindahkan air dari seluruh area pondasi dan galian dan mengajukannya kepada Direksi untuk persetujuan paling tidak seminggu sebelum pelaksanaan lapangan. Jika penggalian harus diperdalam sampai dibawah muka air tanah, muka air tanah harus diturunkan sesuai kemajuan pekerjaan galian. Dewatering harus dikerjakan dengan tetap menjamin kestabilan lereng dan dasar galian. Kontraktor harus mengendalikan air dari mata air dan dari rembesan sepanjang galian pondasi bendungan Pada dasar galian zona kedap air mungkin memerlukan sistem dewatering khusus seperti pipa untuk mengarahkan air dari pondasi ke tempat tampungan air untuk selanjutnya dipompa keluar area galian. 2.2.2 Pengendalian dan Pemindahan Air Selama Penempatan Material Timbunan Selama penempatan dan pemadatan timbunan tanah untuk zona kedap air, muka air di setiap titik harus dijaga tetap berada di bawah dasar timbunan sampai lapisan yang telah dipadatkan mencapai ketinggian 3 meter dari dasar timbunan. Setelah itu muka air harus dijaga tidak boleh lebih tinggi dari 1,5 meter dari permukaan timbunan padat. Jika perlu, atas persetujuan Direksi, Kontraktor harus memasang pipa drain yang diselimuti oleh sandy gravel untuk pengendalian dan pemindahan air selama penempatan material timbunan termasuk pada pekerjaan penimbunan kembali (backfill). 2.2.3 Pengukuran dan Pembayaran Pembayaran untuk Penanganan Air akan dibuat dalam format harga Lump Sump didalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga Lump Sump tersebut sudah termasuk semua biaya tenaga kerja, alat, dan material yang diperlukan untuk pekerjaan yang dimaksud. Pembayaran pekerjaan Penanganan Air akan dilakukan dengan cara: 

50% dari Harga Lump Sump akan dibayarkan jika Direksi telah menyatakan secara tertulis bahwa aliran sungai telah secara memuaskan dialihkan melalui diversion channel dan pengeluaran lainnya, cofferdam telah berfungsi, dan timbunan di cut off trench sudah selesai.

Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air

ST II-5

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara





25% dari Harga Lump Sump akan dibayarkan jika Direksi telah menyatakan secara tertulis bahwa aliran sungai telah secara memuaskan dialihkan melalui struktur out let, penimbunan di diversion channel selesai, dan struktur out let selesai. Sisa 25% dari Harga Lump Sump akan dibayarkan jika Direksi telah menyatakan secara tertulis bahwa semua pekerjaan pengendalian air selama pekerjaan lapangan telah selesai.

Untuk pekerjaan saluran dan bendungan pengelak pembayaran dilaksanakan sesuai dengan volume galian dan timbunan yang dilaksanakan di lapangan dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan.

Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air

ST II-6

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB III PROTEKSI DAN PENYANGGA GALIAN

3.1

UMUM Kontraktor harus mempersiapkan, membuat dan memasang struktur penyangga tetap maupun sementara pada pekerjaan galian batuan atau batuan lapuk, baik secara terpisah atau menjadi satu kesatuan dari metoda pelaksanaan sebagaimana terlihat pada gambar, atau spesifikasi teknis atau atas petunjuk Direksi. Struktur penyangga dari pekerjaan galian mencakup satu atau gabungan konstruksi dari struktur-dibawah ini :  Rockbolt (baut batuan),  Anchor bar (batang angker),  Shotcrete (beton semprot), dan  Wire mesh (anyaman kawat baja). Secara umum, rockbolt, anchor bar, wire mesh dan shotcrete harus digunakan

jika

diperlukan, sebagai struktur penyangga sementara atau permanen pada pekerjaan penggalian. Pemasangan dilakukan setelah selesainya penggalian, sebelum pekerjaan konstruksi stuktur atau penimbunan dilaksanakan. Rockbolt, anchor bar, shotcrete tanpa wire mesh dan shotcrete dengan wire mesh akan dipasang sebagai bagian dari struktur penyangga sementara atau permanen, sebagaimana terlihat pada gambar atau atas petunjuk Direksi. Kontraktor tidak diperkenankan melakukan penggalian sampai kedudukan titik-titik struktur penyangga yang diperlukan atau sampai struktur penyangga yang telah dipasang sesuai dengan keperluan dan mendapat persetujuan Direksi. Ketepatan, stabilitas dan keamanan pekerjaan galian menjadi tanggung jawab Kontraktor. Persetujuan Direksi tidak boleh mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap ketepatan dan keselamatan pekerjaan galian.

3.2

ROCKBOLT

3.2.1 Umum Kontraktor harus mengadakan dan memasang rockbolt untuk menopang permukaan galian seperti ditunjukkan dalam gambar atau arahan Direksi dan pelaksanaannya harus atas persetujuan Direksi. Apabila dalam gambar desain tidak ditunjukkan posisi rockbolt pada permukaan galian tersebut, maka Kontraktor nantinya harus mengusulkan dalam Shop Drawing atas arahan dan harus mendapat persetujuan Direksi.

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-1

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pelaksanaan rockbolt meliputi

satu (1) set besi yang sebagian berdrat dengan

perlengkapan bearing plate, baut (nut) dan ring (washer). Kontraktor harus mengajukan gambar yang menunjukkan desain rockbolt dengan posisinya untuk mendapat persetujuan Direksi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum pelaksanaan instalasi dari rockbolt tersebut dilaksanakan, dan semuanya harus disiapkan dilapangan baik spare part ataupun bahan cadangan lainnya. Kontraktor harus siap pengadaannya di gudang agar tidak sampai mengganggu jalannya pelaksanaan galian, karena dapat mengganggu kestabilan lereng galian. Pelaksanaan pengangkeran dari kontraktor tersebut tidak membebaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap ketidakstabilan dari lereng galian walaupun sudah dipasang rockbolt, artinya apabila dalam pelaksanaannya mengalami kegagalan, hal itu adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor. 3.2.2 Material Rockbolt mempunyai ukuran sebagai berikut: Diameter

: 25 mm

Panjang

: berkisar antara 1.5 sampai 9.0 m

Material baja tersebut harus mempunyai komponen-komponen sbb :  Batang baja harus sesuai ASTM A 615 ulir grade 40 (U-40)  Pelat tumpuan (bearing plate) harus sesuai ASTM A 283  Nut (baut) harus sesuai ASTM A 563  Washer (ring) harus sesuai ASTM A 220 Pelat tumpuaan harus dapat berfungsi sedemikian rupa dan dapat dipasang pada posisi kemiringan sampai 30°, dan ukurannya minimum 150mm x 150mm x 8mm. 3.2.3 Lubang Bor Lubang dalam bahan tersebut harus dapat men-set cartridge sedemikian rupa sehingga tepat pada diameternya dan spasi / kelonggarannya tidak lebih dari 6 mm atau atas persetujuan Direksi. Pengeboran dapat mempergunakan rotary boring atau dengan percussion drilling

machine atau dengan yang lainnya atas inisiatif Kontraktor yang dalam penilaiannya lebih mudah asal semuanya atas seijin Direksi. Lubang tersebut harus dibersihkan dengan air jet compression atau peralatan lain, yang menurut Kontraktor dapat mempermudah dalam pelaksanaannya.

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-2

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

3.2.4 Instalasi Pelaksanaan Instalasi Rockbolt harus sedemikian rupa sehingga baik komponenkomponennya maupun batang besi rockbolt dapat saling mengikat menjadi satu kesatuan dan dapat berfungsi sebagai penahan beban keruntuhan dinding batuan. Rockbolt harus dipasang dan diinstal sesuai rekomendasi dari pabriknya dan harus sesuai dengan Spesifikasi Teknik dan atas persetujuan Direksi. Efektifitas dari rockbolt tersebut harus dapat menahan tarik (working stress) antara 65% sampai 70% kekuatan. Kontraktor diharuskan mengusulkan Sub-Kontraktor yang sudah berpengalaman dalam instalasi ini, beserta rockbolt catalog dan certificate mill, juga metode pelaksanaannya secara detail dan yang dianjurkan ke Direksi untuk disetujui. Usulan ini diajukan paling tidak 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan instalasi rockbolt dilaksanakan. Pola dan lokasi pemasangan rockbolt harus sesuai dengan Gambar atau atas arahan dan persetujuan Direksi. 3.2.5 Grouting Bilamana dalam gambar tidak ditunjukkan atau dalam instruksi Direksi tidak dijelaskan mengenai grout resin, maka resin grout sebagai ganti dari penyuntikan/grouting, dengan campuran cement milk sebagai berikut :  Satu (1) bagian berat dari semen  Satu (1) bagian berat dari pasir halus  Grouting dan admixture dengan kualitas setara INTRAPLAST – SIKA dan penggunaannya ialah 1% dari berat semen  Perbandingan air dengan semen (W/C) adalah 0.5 sampai dengan 0.7 Prosedur pelaksanaan dan penyuntikan grouting seperti dalam Bab IV pemboran dan Groting. Lubang bor untuk lubang rockbolt harus menjadi satu kesatuan dengan cairan mortar grout yang mendapat tekanan, mortar grout disuntikkan sedemikian rupa ke dalam lubang bor dengan bertekanan sehingga lubang tersebut penuh berisi cairan grouting secara sempurna. Penyuntikan sedemikian rupa sehingga seluruh besi baja terbungkus dengan cairan grout, sehingga kelebihan cairan grout halus/meleleh keluar melalui pipa ventilasi. Bilamana ada bocoran grout lewat celah-celah batuan, maka celah/fissure harus disumbat dengan batuan sehingga cairan grout sudah tidak meleleh lewat celah tersebut.

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-3

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

3.2.6 Pengetesan Test tarik harus dilaksanakan oleh Kontraktor pada batuan yang ditentukan oleh Direksi, dan hasilnya dipakai sebagai acuan pada pelaksanaan pengangkeran dalam terowongan. Hal ini untuk mengklarifikasi proposalnya Kontraktor pada tipe rockbolt yang diusulkan apakah efisien atau tidak. Rockbolt akan diinstalasi di terowongan atau tebing-tebing yang potensial longsor, bilamana hasil pull-out test tersebut sukses dan

terbukti baik, akan

mendapat

persetujuan Direksi, atau bila ada tipe rockbolt lain yang diusulkan oleh Kontraktor, maka Kontraktor harus menyerahkan proposal, catalog dan spesifikasi dari tipe rockbolt yang lain itu ke Direksi serta harus melakukan uji coba pull-out lagi. Apabila hasilnya baik, maka Direksi bisa saja menyetujuinya. Atau Kontraktor mengusulkan tipe rockbolt yang lebih sederhana tapi dengan catatan instalasinya harus lebih rapat jaraknya dari desain sehingga desain stressnya tercapai, akan tetapi penambah biaya tidak diperkenankan oleh Direksi. Kontraktor harus melaksanakan test tarik tersebut sebanyak paling tidak 5% dari banyaknya rockbolt yang dipasang dan telah disuntik dengan mortar grout. Bilamana satu titik atau lebih dari pelaksanaan rockbolt yang dilaksanakan oleh Kontraktor tersebut hasilnya tidak memenuhi kriteria desain (meluncur tanpa ikatan), maka Direksi berhak menentukan pemasangan rockbolt pada lokasi di dekatnya tanpa biaya tambahan. Semua test baik metode maupun titik rockbolt yang akan diuji coba, akan ditentukan oleh Direksi. 3.2.7 Pengukuran dan Pembayaran Rockbolt, pemboran dan injeksi mortar grout dibayar secara terpisah. 1) Rockbolt Pengukuran untuk pembayaran untuk pengadaan, pemotongan, pembuatan drat (tread) dan pemasangan rockbolt dan asesori (plat tumpuan, baut & ring) dilakukan berdasarkan berat rockbolt dan asesori yang dipasang sesuai dengan gambar atau atas perintah Direksi. Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan rockbolt dan asesori untuk proteksi dan penyangga galian dilakukan berdasarkan harga satuan per kilogram sesuai dengan harga penawaran seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut sudah termasuk ongkos tenaga kerja, material dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, termasuk pemakaian scaffolding

perancah

yang

diperlukan

dalam

pelaksanaan

pekerjaan

dan

pengetesan. Bilamana hasil pekerjaan rockbolt tersebut tidak memenuhi syarat/tidak berfungsi sebagai penahan/pekerjaannya tidak diterima oleh Direksi, maka Kontraktor tidak Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-4

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

ada pembayaran untuk pekerjaan tersebut. 2) Pemboran Pengukuran untuk pembayaran pada pekerjaan drilling (pemboran) akan diukur berdasarkan panjang kedalaman lubang yang telah dikerjakan sesuai gambar pelaksanaan atau atas arahan Direksi. Bilamana Kontraktor membuat kesalahan dalam pengeboran, tidak sesuai dengan spesifikasi teknik, sebagai contoh, tanpa request, langsung melakukan drilling yang drilling tersebut tidak sesuai arahan Direksi dan tidak ada dalam gambar, atau tidak sesuai sudut arahan drilling dan sebagainya, sehingga menghasilkan lubang-lubang, maka lubang tersebut harus di grout (sementasi) atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor. Bilamana

Kontraktor

gagal

dalam

membersihkan

lubang

bor

yang

telah

dilaksanakan, dan karena suatu sebab sehingga lubang tersebut tidak dapat digrouting, maka Kontraktor harus melaksanakan re-drilling atau drilling didekat titik tersebut atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor. Bilamana Kontraktor berkeinginan memakai mata bor yang lebih besar diameternya dari ketentuan spesifikasi, maka harus meminta izin pada Direksi. Dan apabila disetujui, hal tersebut tidak menimbulkan biaya tambahan. Kerusakan

pada

mesin

bor

beserta

peralatannya,

yang diakibatkan

miss-

management di lapangan oleh Kontraktor, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor dan Kontraktor hanya berhak untuk meminta perpanjangan waktu. 3) Grouting Pengukuran untuk pembayaran material grouting (semen dan agregat halus), berdasarkan pada berat material dalam kg (kilogram) yang masuk ke dalam lubang bor atau atas petunjuk dan persetujuan Direksi. Harga ini sudah termasuk biaya untuk pekerja, material semen dan pasir, peralatan, dan lain-lain. Pembayaran untuk material grouting adalah semen dan agregat halus. Dibayar berdasarkan harga satuan berat (kg) yang tertera dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga tersebut sudah termasuk biaya untuk pengadaan, pelaksanaan, pekerja, peralatan yang dibutuhkan, material semen dan agregat halus dan segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan grouting.

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-5

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

3.3

ANCHOR BAR

3.3.1 Umum Spesifikasi anchor bar (batang angker yang digroting) ini meliputi pemasangan baja tulangan ulir (deform-bar) kedalam batuan (bed rock) dan injeksi grouting pada lubang bor seperti ditunjukkan pada gambar atau arahan dari Direksi. Anchor bar pada spesifikasi ini berbeda penerapannya dengan grouted anchore bars, dimana grouted anchore bar dipakai untuk penahan struktur beton pada fondasi tumpuannya. 3.3.2 Material Material berupa besi angker (anchor bar) dengan diameter tulangan minimum 16 mm. Tulangan tersebut harus bergerigi (deform-bar) dan sesuai dengan spesifikasi teknik dengan mutu baja minimal U-40. 3.3.3 Grouting Material grouting harus sesuai dengan spesifikasi dari grouting. Campuran (mixing) grouting Campuran mix. desain dari grout adalah suatu campuran yang dimasukkan kedalam lubang bor sebelum lubang bor itu diisi oleh besi angker, komposisi campurannya ialah sebagai berikut : 

Satu (1) bagian berat dari semen



Dua (2) bagian berat dari pasir halus (ayakan)



Perbandingan air dengan cement rationya ialah antara 0.6 sampai 0.8



Admixture untuk grouting adalah setara dengan Intraplast-Sika atau bahan lain yang sejenis dengan kualitas yang sama yang disetujui oleh Direksi.



Pengujian diperlukan di laboratorium untuk menentukan grout-mix yang sangat efektif dan cocok untuk kondisi medan kerja yang berlainan.



Sebelum dimasukkan kedalam lubang (sebelum injeksi), mortar grout tersebut harus disaring dengan saringan No.14 agar nantinya mortar dapat masuk ke lubang dengan baik.

3.3.4 Lubang Bor Lubang bor harus sedalam yang dibutuhkan, pelaksanaan dapat mempergunakan rotary drilling atau percussion drilling machine. Setelah itu baik lubang bor maupun besi beton harus dibersihkan, dalam pelaksanaan ini Direksi harus diberitahu dan jika Direksi setuju maka shop-drawing dapat diajukan untuk persetujuan Direksi. Diameter lubang bor minimal sebesar 50 mm.

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-6

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pada Pelaksanaan pekerjaan Anchor-bar, Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan trial test baik untuk kedalaman lubang bor, metode drilling, metode instalasi besi baja, grout mix dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan desain anchorbar tersebut. 3.3.5 Instalasi Pada pelaksanaannya, angker tersebut harus ditempatkan secara miring dan dengan kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar atau yang disetujui oleh Direksi. Lubang bor harus dibersihkan seluruhnya dengan water jet, setelah itu dengan compressor udara hingga bersih. Metode pembersihan harus mempertimbangkan kondisi dan jenis batuannya. Sebelum memasukkan injeksi cement grout, lubang bor angker harus sudah bersih dan kering, tidak ada air yang menggenang. Setelah kering benar, maka cement grout dapat dimasukkan kedalam lubang bor tersebut. Campuran yang digunakan ialah 1 cement : 2 pasir halus. Lalu besi angker dimasukkan kedalam lubang yang sudah terisi mortar grout itu. Setelah itu, dimasukkan mortar grout yang ke 2 (kedua) dengan campuran 1 cement : 1 pasir halus dan ditekan. Besi angker yang dimasukkan harus dalam kondisi sudah bersih, bebas dari kotoran, minyak dan sebagainya. Cara memasukkan besi angker tersebut adalah dengan cara ditekan kuat kuat kedalam dan digetarkan sampai seluruh batang besi itu kontak dan lekat dengan mortar grout sebelum mortar grout tersebut mengeras. 3.3.6 Grouting 1) Komposisi Campuran Mortar Grout Perbandingan campuran antara air-semen harus proposional, dan Direksi dari waktu ke waktu berhak mengubah ratio campuran air-semen tersebut; tergantung kondisi dan test pada lubang bor dilapangan. Perubahan tersebut bisa dilakukan dengan tiba-tiba, apabila Direksi memandang bahwa kondisi dilubang bor tersebut meragukan. Campuran didalam lubang sebelum besi angker dimasukan; 

Satu bagian berat dari semen



Dua bagian berat pasir halus



Perbandingan air dengan semen dari 0.5 sampai 0.7

Bilamana lubang bor sudah dimasuki besi angker maka campurannya sebagai berikut; 

Satu bagian berat dari semen



Satu bagian berat dari pasir yang halus



Perbandingan air dengan semen dari 0.6 sampai 0.8

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-7

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

2) Klasifikasi Campuran Mortar Grout Ada 2 macam kelas tipe grout yaitu : 

Mortar grout terdiri dari semen, pasir halus dan air bila memungkinkan ditambah admixture.



Semen grout terdiri dari semen, air dan kalau memungkinkan ditambah admixture antara lain Intraplast-Sika (1% dari berat semen) dan bentonite.

Perbandingan campuran dari semen, pasir halus, dan air akan ditetapkan oleh Direksi.

Kontraktor

diharuskan

mengadakan

proposal

campuran

tersebut

berdasarkan uji coba test grouting dilapangan dan hasilnya diserahkan ke Direksi untuk disetujui. Bilamana injeksi grout tersebut tidak dapat dilaksanakan, apapun penyebabnya dalam waktu 2 jam berturut-turut, maka mixing plant harus dibuang dengan biaya Kontraktor. Bila diperintah oleh Direksi, maka Kontraktor harus menyiapkan uji coba di laboratorium lapangan sebagai sample dari injeksi semen grout tersebut. 3) Perbandingan Air Semen (W/C Ratio) Perbandingan air dan semen dalam ukuran berat sangat bervariasi, hal ini sangat ditentukan oleh karakteristik dari tiap lubang bor dan hasil dari WPT (water pressure test) tersebut. Perbandingan Air : Semen bervariasi antara 4 : 1 dan 0.6 : 1. Sebagai perkiraan, dapat digunakan acuan seperti yang dibicarakan pada bagian pekerjaan sementasi. 3.3.7 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran untuk pengadaan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan anchor bar dilakukan berdasarkan berat anchor bar yang dipasang sesuai dengan gambar atau atas perintah Direksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemboran untuk memasang anchor bar dihitung dengan pembayaran terpisah. Biaya yang dikeluarkan untuk mortar grout untuk menggroting anchor bar dihitung dengan pembayaran terpisah.

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-8

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

3.4

SHOTCRETE

3.4.1 Umum Spesifikasi ini diterapkan pada seluruh pekerjaan dimana shotcrete akan dipakai, seperti memperkuat permukaan batu, perlindungan lereng, perlindungan pondasi bendungan bagian zona inti, pendukungan khusus pada konstruksi konduit, dan bervariasi jenis lapis perlindungan permukaan yang tipis. Shotcrete dikenal sebagai perpaduan campuran antara portland cement, agregat, air dan zat additive, yang dapat disemprotkan dengan cara menyemprotkan udara bertekanan melalui sebuah lubang semprotan ke suatu sasaran. Bila shotcrete menggunakan perbandingan yang benar, dicampur, dicor dan dibasahi dengan benar, maka akan membentuk sebuah beton berkekuatan tinggi yang sangat keras. Penyedia Jasa akan menerapkan shotcrete pada lereng galian terbuka, baik dengan atau tanpa anyaman kawat baja (steel wire mesh) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi. Dimana shotcrete digunakan untuk proteksi dan stabilisasi pekerjaan penggalian, Penyedia Jasa akan menerapkan shotcrete dengan tebal seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi. Tebal shotcrete dengan steel wire mesh 10 cm dan tebal shotcrete tanpa steel wire mesh 5.0 cm. Direksi dapat memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk menambah ketebalan lapisan shotcrete pada tempat-tempat tertentu apabila diperlukan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedla Jasa harus menyerahkan detil metode pekerjaan, instalasi konstruksi yang digunakan, usulan desain campuran, usulan gradasi agregat halus, agregat kasar dan jadwal kerja untuk dimintakan persetujuannya dari Direksi. Secara khusus kualitas dari pengecoran shotcrete tergantung dari seberapa lama pengalaman kerja dan kehandalan tenaga kerja semprot sebagaimana jarak keluaran (nozzle) yang benar dan sudut

penyemprotan. Untuk

itu Penyedia Jasa harus

memperkerjakan tenaga kerja yang berkeahlian dalam pekerjaan ini. 3.4.2 Material 1) Semen dan Air Semen dan air untuk shotcrete harus sama dengan untuk beton yang ditentukan dalam bagian (Semen dan Bahan Pencampur) dan bagian (Air). 2) Agregat Agregat untuk shotcrete harus partikel yang seragam, bergradasi, padat dan keras mengacu pada persyaratan pada Agregat Halus dan Agregat Kasar serta perlu untuk menghindari

butiran

yang

remuk

dan

berbentuk

bubuk

halus

dengan

melewatkannya melalui nozzle. Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-9

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Secara garis besar, interval yang direkomendasikan untuk gradasi agregat adalah sebagai berikut : Gradasi Agregat Halus (< 5 mm) Ukuran saringan

Persen lolos thd berat

(mm)

(%)

10

100 - 100

5

95 - 100

2.5

80 - 100

1.2

50 - 85

0.6

25 - 60

0.3

10 - 50

0.15

2 - 10

• Interval Modulus kehalusan yang direkomendasi : FM = 2.5-3.3 Gradasi Agregat Kasar (20 mm - 5 mm) Ukuran saringan

Persen lolos thd berat

(mm)

(%)

25

100

20

90 - 100

10

20 - 55

5

0 - 10

2.5

0-5

Kemurnian dan keseragaman fraksi, keduanya harus selalu dijamin dalam kondisi standar secara terus-menerus. Agregat harus disimpan dalam jumlah yang cukup dengan suatu cara sehingga kemurnian dan komposisi tetap tidak berubah. 3) Admixture Hanya agen akseterator yang bebas dari klorida yang boleh dlgunakan. Admixture harus tidak mengakibatkan korosi dan efek merugikan terhadap baja dan pola pengerasan beton. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab penuh terhadap kecocokan admixture. la harus memiliki surat jaminan kualitas barang dari pembuat

admixture. Kuantitas harus dijaga dengan keperluan seminim mungkin. Admixture dimasukkan dengan mesin secara langsung dan dengan perbandingan yang pasti terhadap berat.

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-10

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4) Wire mesh Anyaman kawat baja (steel wire mesh) yang dipakai untuk shotcrete seperti ditunjukkan dalam Gambar atau seperti yang diarahkan oleh Direksi, harus terdiri dari anyaman kawat baja berat (heavy steel wire mesh). Anyaman kawat baja berat dibuat dari kawat baja dia. 4 mm yang spesifikasinya mengacu pada JIS G3532-62 atau yang setara yang disetujui Direksi. Anyaman kawatnya berbentuk bujur sangkar dengan jarak masing-masing 150 mm atau yang disetujui oleh Direksi. Anyaman kawat baja berat digunakan pada shotcrete dengan dukungan rockbolt dan anchore bar yang dipasang untuk melindungi permukaan galian seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau atas arahan Direksi. Anyaman kawat baja (wire mesh) harus dikencangkan dengan penjepit/paku yang pada interval kurang lebih 0.5 m untuk masing-masing arah dan pengencangan dengan anchor bar dia. 16 mm, yang diangker pada batuan dengan kedalaman 100 cm dan interval 2 m untuk setiap arahnya, seperti ditunjukkan pada gambar atau atas arahan Direksi. Supaya wire mesh tidak menempel pada permukaan batuan/tanah, pada bagian bawah tulangan diberi beton decking. 3.4.3 Perbandingan Campuran dan Kendali Mutu Penyedia Jasa harus mengusulkan perbandingan campuran yang dibutuhkan dari semen, agregat, air dan additive yang cocok untuk ditambahkan sesuai dengan persetujuan Direksi. Penyedia Jasa harus membuat upaya utk menjamin kekuatan tekan umur 28 hari lebih dari 200 kg/cm2. Perbandingan campuran akhir dan kuat tekan minimum ditentukan dengan berdasar pada hasil pengujian yang ditentukan oleh Direksi untuk tujuan pengajuan desain campuran. Penyedia Jasa harus rnenyiapkan tidak kurang dari 3 panel pengujian untuk masingmasing campuran untuk diuji oleh Direksi secara langsung paling lambat 20 hari sebelum shotcrete mulai dikerjakan, sebelum per-setujuan penggunaan additive diberikan, bila penggunaan perlengkapan baru diusulkan, dan kemudian, bilamana menurut Direksi, shotcrete yang diproduksi tidak sesuai dengan Spesifikasi ini. Untuk perkiraan, setiap 1000 m2 dari bagian penting shotcrete, satu pengujian yang terdiri dari 3 panel harus dilaksanakan. Bila hasil pengujian tidak memuaskan, pengujian harus dilakukan kembali dengan biaya dari Penyedia Jasa sendiri dengan sampel diambil dari shotcrete yang ada di lapangan. Dengan permintaan khusus, contoh harus dibor dan diangkat utuh dari struktur yang telah selesai atau lapisan pelindung lainnya dan dibawa ke laboratorium lapangan. Kumpulan 3 panel dari usulan desain campuran dan untuk pengendalian mutu rutin harus terdiri dari satu tembakan ke bawah pada sebuah permukaan horisontal.

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-11

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Seluruh panel harus mempunyai tebal minimum 8 cm. Panel-panel harus dibuat dengan kehadiran Direksi. Panel-panel harus dibiarkan tanpa gangguan pada titik pengecoran hingga kumpulan akhir (final set) diletakkan. Direksi akan menentukan

kuat tekan shotcrete dengan pengujian kubus 8 cm yang

dipotong dari panel pengujian langsung sebelum pengujian. Lubang bekas potongan harus ditutup mengacu ASTM Kode C 192 atau yang setara. Hasil pengujian kubus akan secara statistik dianalisa mengacu pada rekomendasi ACI214. Hasil pengujian harus konsisten dengan kuat tekan rata-rata pada 28 hari yang diperlukan untuk membatasi probabilitas pengujian jatuh di bawah kuat tekan hancur, satu (1) diantara lima (5) pengujian dengan sebuah koefisien variasi 15% untuk pengujian desain campuran yang disetujui dan 20% untuk test kendali mutu. Rata-rata dari 6 pengujian berturut-turut kuat tekan hancur harus tidak kurang dari

yang

ditentukan. 3.4.4 Peralatan Shotcrete Penyedia Jasa harus menjaga ketersediaan semua peralatan shotcrete, mesin-mesin dan lain sebagainya, memenuhi persyaratan prosedur pengecoran shotcrete yang bersambungan, mempunyai tenaga ahli membangun lapisan shotcrete yang tebal, dan bila ada, dengan fungsi struktural. Penyedia Jasa harus memasok Direksi tentang nama, tipe, jumlah dan kapasitas mesin shotcrete yang diajukannya, bersamaan dengan seluruh

peralatan yang dibutuhkan untuk operasi shotcrete.

Seluruh peralatan

mendapat persetujuan dari Direksi. Mesin shotcrete harus mempunyai kapasitas pengecoran yang cukup untuk menjamin tundaan minimum terhadap penggalian dan operasi lainnya. Peralatan harus mampu mendukung pencampuran additive pemercepat pengerasan (rapid hardening additive) dan hal tersebut dilakukan langsung sebelum pengecoran. Penyedia Jasa harus menjamin kecukupan air dan udara yang dipasok ke dalam mesin seperti yang ditentukan pembuat peralatan dan seperti yang disetuiui Direksi. Peratatan pengganti yang cocok harus siap sedia dan mempunyai persediaan suku cadang yang dijaga cukup untuk digunakan. 3.4.5 Persiapan Permukaan Seluruh batuan lepas, beton dan juga material tajam menonjol dan juga pula debu, pelumas, oli, kerak, air dan material lain yang mengotori harus dibuang dengan hatihati. Kemudian, bagian dasar yang akan disemprot harus seluruhnya dibersihkan dengan air bertekanan udara. Air yang tersisa harus dibersihkan dengan penyemprotan udara yang bertekanan. Rembesan air setempat yang masuk harus ditangani dengan cara yang sesuai, seperti boring drainage dengan pipa yang digrouting, dihubungkan dengan weep hole, Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-12

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

peralatan segel lokal (local

sealing

measures), dan tindakan drainase lainnya. Air

apapun harus dijaga tidak berhubungan dengan shotcrete segar hingga waktunya cukup untuk mengeras. Seperti ditunjukkan pada gambar atau bila disarankan oleh Direksi, weep hole dengan pipa PVC berpori (perporated) berdiameter 50 mm yang dibungkus dengan geotextile harus dibuat 1 buah dalam setiap luasan ± 4 m2 permukaan shotcrete. Pemasangan weep hole harus ditempatkan secara miring pada lubang bor dengan kedalaman seperti ditentukan dalam gambar atau yang disetujui oleh Direksi. Sebelum pipa PVC dimasukkan lubang bor, lubang bor harus dibersihkan dengan water jet dan setelah itu dengan compressor udara hingga bersih. Metode pembersihan juga harus mempertimbangkan kondisi dan jenis batuannya. Ketebalan shotcrete harus dapat dipastikan agar memenuhi persyaratan minimum, dengan menggunakan alat bantu seperti benang, lidi pengatur ketebalan atau alat bantu lain yang dapat diterima oleh Direksi. Alat bantu tersebut harus dipasang menonjol tegak lurus bidang, sehingga ketebalan minimum dapat tercapai. Jarak maksimum alat bantu sama dengan jarak antara nail. Bila digunakan benang, maka harus dipastikan benang terpasang dengan kencang, lurus, dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukan pengencangan kembali. Benang tersebut harus dilepaskan setelah selesai menempatkan shotcrete. 3.4.6 Aplikasi Shotcrete harus tidak diaplikasikan pada permukaan tanpa persetujuan Direksi. Direksi harus mempelajari permukaan batuan setelah peledakan dan kegiatan penyesuaian skala serta harus menginstruksikan Penyedia Jasa, jika diperlukan, untuk melanjutkan proses pekerjaan shotcrete secara langsung terhadap permukan, pengecoran shotcrete harus dilakukan tidak lebih dari 4 jam setelah peledakan ( blasting) dan sebelum pengeboran dari sesi berikutnya. Anyaman kawat (wire mesh) harus dipasang seperti ditunjukkan dalam Gambar dengan penjepit sekuat mungkin diangkur. Pekerjaan shotcrete di atas tanah harus tidak dilakukan ketika, menurut pendapat Direksi shotcrete tidak dapat dicor secara efektif karena area pekerjaan yang merugikan hingga shotcrete perlu dibasahi secukupnya untuk rnencegah kerusakan. Penyedia Jasa harus menyusun prosedur pengoperasian dan operasi yang sesuai dengan keinginan Direksi, sehingga menghasilkan: -

Pantulan minimum,

-

Tidak ada inklusi pantulan dari shotcrete yang telah mengeras,

-

Permukaan yang telah selesai harus sehalus mungkin,

-

Tidak ada area berongga dalam shotcrete,

-

Retakan susut yang minimum,

-

Rekatan yang bagus dari shotcrete dan batuan atau permukaan lain.

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-13

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kuantitas shotcrete yang dimuntahkan melalui nozzle harus ditentukan dengan dasar dari ketebalan rata-rata shotcrete yang ditunjukkan dalam Gambar atau yang dtbutuhkan oleh Direksi dan dengan memperhatikan pantulan yang terjadi. Bila satu kali prosedur pengecoran shotcrete telah dibuat, pekerjaan setanjutnya harus dilaksanakan dengan mengacu padanya. Seluruh perlengkapan yang dibutuhkan untuk disiapkan, campuran dan pengecoran shotcrete harus dijaga bersih dan dijaga dalam kondisi operasi yang bagus pada setiap waktu selama pekerjaan konstruksi berlangsung. Ketika pekerjaan shotcrete dilakukan didekat struktur eksisting, Penyedia

Jasa harus menjamin tidak adanya kerusakan

terhadapstruktur dan harus menjaga permukaan struktur sebelum penyemprotan. Sambungan konstruksi (construction joints) atau titik henti (stop joints) harus disediakan seperti yang disetujui atau diinginkan oleh Direksi dan harus memiliki kemiringan lereng ≤ 45° dengan permukaan shotcrete yang bersambungan dalam keadaan bersih dan sisi ujung yang tetap. Sebelum pengecoran dalam pekerjaan yang berkaitan, bagian yang miring dari shotcrete yang bersambungan harus disiapkan seperti dinyatakan di dalam spesifikasi ini. Sebelum lapisan shotcrete berikutnya dicor, lapisan sebelumnya harus diperiksa kepadatannya dengan mengetuk shotcrete sesuai dengan saran dari Direksi. Penyedia Jasa harus memperbaiki area yang berpasir, bersuara ketika diketuk (tidak padat), retak atau menyempal dari area manapun, yang mana menurut pendapat Direksi, shotcrete adalah gagal, dengan memindahkan shotcrete ke area yang cukup keras yang

terdiri dari batuan atau shotcrete, menyiapkan permukaan seperti yang

dinyatakan di dalam spesisfikasi ini dan dilakukan

penyemprotan ulang pada area

tersebut sesuai dengan saran Direksi. 3.4.7 Pembasahan Pembasahan dilakukan dalam satu periode disesuaikan dengan kondisi lokal yang ada, dan dengan persetujuan Direksi. Selama pembasahan, shotcrete harus

dijaga dan

ditempatkan ditempat yang terlindung dari sinar matahari, cuaca dingin, hujan, aliran air, bahan kimia, getaran dan kelembaban hingga mengeras minimal selama 7 hari. 3.4.8 Pengukuran dan Pembayaran 1) Shotcrete dengan wire mesh Pengukuran untuk pembayaran shotcrete dengan penguat anyaman kawat baja (steel wire mesh) dihitung berdasarkan luas dalam meter persegi (m 2) terhadap permukaan shotcrete yang telah selesai dan diterima. Luas area bersih dihitung terhadap permukaan rata bagian luar seperti yang tercantum dalam gambar atau atas persetujuan Direksi. Pembayaran shotcrete dengan penguat anyaman kawat baja (steel wire mesh), sesuai dengan harga satuan per meter persegi (m2) penawaran yang terdapat dalam Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-14

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Daftar Kuantitas dan Harga, harga satuan tersebut sudah meliputi ongkos tenaga kerja, admixture, bahan, peralatan, tulangan wire mesh termasuk klip, staples, pasak/paku, beton decking, percobaan pencampuran, panel uji, pengendalian mutu dan pelaporan sesuai yang disyaratkan dalam Spesifikasi, serta pemakaian scaffolding perancah yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Pengukuran dan pembayaran tambahan tidak dilakukan terhadap shotcrete tambahan yang dibutuhkan untuk menutup rongga yang terjadi akibat penggalian yang salah, penggalian berlebih atau tidak terencana, atau pengerjaan yang tidak sesuai dengan toleransi yang telah ditetapkan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan dan pemasangan anchor bar dihitung dengan pembayaran terpisah. 2) Shotcrete tanpa wire mesh Pengukuran untuk pembayaran shotcrete tanpa penguat anyaman kawat baja dilakukan sesuai dengan luas dalam meter persegi (m2) permukaan galian dimana shotcrete ditempatkan sesuai dengan gambar perencanaan atau atas persetujuan Direksi. Pembayaran shotcrete tanpa penguat anyaman kawat baja, sesuai dengan harga satuan per meter persegi (m2) penawaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, harga satuan tersebut sudah meliputi ongkos tenaga kerja, admixture, bahan, peralatan, percobaan pencampuran, panel uji,

pengendalian mutu dan

pelaporan sesuai yang disyaratkan dalam Spesifikasi, serta pemakaian scaffolding perancah yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Pengukuran dan pembayaran tambahan tidak dilakukan terhadap shotcrete tambahan yang dibutuhkan untuk menutup rongga yang terjadi akibat penggalian yang salah, penggalian berlebih atau tidak terencana, atau pengerjaan yang tidak sesuai dengan toleransi yang telah ditetapkan. 3) Weep hole Pengukuran untuk pembayaran weep hole pipa PHD perporated (berpori) dia. 50 mm, dilakukan per buah pipa yang dipasang. Pembayaran weep hole pipa PVC perporated (berpori) sesuai dengan harga satuan per meter linier yang ditawarkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana dalam harga tersebut sudah termasuk biaya tenaga kerja, bahan (pipa PHD perporated tipe AW & geotextile non-woven), pengangkutan dan pemasangan. Biaya yang dikeluarkan untuk pemboran lubang untuk menempatkan pipa weep hole dihitung dengan pembayaran terpisah.

Proteksi dan Penyangga Galian

ST III-15

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB IV GALIAN DAN TIMBUNAN 4.1

PENGGALIAN DAN URUGAN KEMBALI

4.1.1 Umum Menurut Spesifikasi ini, yang termasuk dalam sub-bab Penggalian dan Timbunan Kembali meliputi semua pekerjaan yang meliputi operasi sebagai berikut:  Pengupasan dan pembersihan.  Galian terbuka termasuk parit dan saluran.  Timbunan kembali, pembuatan lantai kerja dan pekerjaan permukaan.  Pembuangan atau penggunaan material galian.  Pekerjaan galian dan timbunan kembali lainnya yang diperintahkan oleh Direksi. Rencana yang menerangkan bagaimana Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan galian dan/atau timbunan kembali untuk setiap macam kegiatan, misalnya pekerjaan pada timbunan bendungan, pelimpah, pekerjaan outlet, pekerjaan pengelakan, bangunan dan jalan masuk harus diserahkan kepada Direksi untuk meminta persetujuan tak kurang dari 30 hari kalender sebelum dimulainya pekerjaan. Harga satuan untuk melaksanakan semua jenis penggalian seperti timbunan kembali, untuk berbagai kegiatan seperti yang dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Apabila menurut Direksi bahwa material galian cocok digunakan untuk timbunan atau pekerjaan lainnya, maka akan ditimbun di area yang tepat atau diangkut atau langsung ditempatkan pada konstruksi permanen yang ditentukan oleh Direksi. Timbunan material harus diratakan sesuai dengan garis dan tingkatan yang dianjurkan oleh Direksi. Pada dasarnya, harga satuan untuk material galian dari berbagai lokasi konstruksi harus mencakup biaya untuk pengangkutannya dan pembuangannya pada lokasi pembuangan (disposal) yang ditunjuk. 4.1.2 Pembersihan Dan Pengupasan Seluruh daerah harus dibersihkan dan dikupas (clearing & stripping), untuk persiapan pondasi yang mana bangunan akan dibangun dan untuk memakai material tanah maupun batu, akan disesuaikan dengan yang ada pada gambar dan/atau sesuai dengan yang ditentukan oleh Direksi. Pekerjaan ini pada dasarnya terdiri atas pembersihan semua pepohonan, semak belukar, tumbuhan, tunggul pohon (stumps), akar-akaran, sampah dan material lainnya termasuk bangunan, pondasi, pagar dan dinding penahan yang ada dan memindahkan

top soil dari area (daerah) yang ditentukan untuk memenuhi kepuasan Direksi. Material yang diperoleh dari operasi pembersihan dan pengupasan harus dibakar atau dibuang sesuai petunjuk Direksi. Galian dan Timbunan

ST IV-1

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pohon-pohon di luar daerah tersebut di atas, tidak boleh ditebang tanpa persetujuan Direksi. Semua yang ditebang dan laku dijual tetap menjadi milik Pemberi Kerja. Lubang yang diakibatkan pencabutan akar-akaran akan ditimbun kembali dengan material yang disetujui sesuai dengan ketentuan untuk timbunan pada level terkait. Semua material yang akan dibakar harus ditumpuk dengan rapi dan kalau memungkinkan dibakar sekaligus. Pembakaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko kebakaran dan pada waktu yang disetujui oleh Direksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pembakaran ini harus dilaksanakan secara sempurna sehingga semua menjadi abu. Penyedia Jasa harus sangat berhati-hati agar api tidak menjalar keluar daerah penebangan dan perlengkapan pemadam kebakaran harus tersedia setiap saat. Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan pembersihan dan pengupasan akan dilakukan dengan dasar seluruh daerah permukaan yang dibersihkan, sesuai dengan petunjuk Direksi. Pembayaran untuk pembersihan dan pengupasan dihitung menurut harga satuan per m 2 sebagaimana tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yaitu termasuk harga tenaga/pekerja, material dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini. 4.1.3 Peledakan dan Bahan Peledak 4.1.3.1

Umum Dalam menangani bahan peledak maupun melaksanakan operasi peledakan, Penyedia Jasa harus hati-hati sekali untuk melindungi serta menjaga keamanan manusia, pekerjaan dan harta benda. Lokasi dan rencana gudang bahan peledak, metode pengangkutan bahan peledak, pemakaian bahan peledak, format atau bentuk catatan dan secara umum untuk mencegah kecelakaan harus disesuaikan dengan UndangUndang dan peraturan negara Republik Indonesia dan sesuai dengan petunjuk Direksi, meskipun demikian Penyedia Jasa harus bertanggung jawab apabila sampai terjadi kecelakaan yang menimbulkan kematian, luka atau kerusakan harta benda yang disebabkan oleh segala bentuk operasi/pekerjaan peledakan. Semua biaya untuk peledakan dan penanganan bahan peledak sudah diperhitungkan oleh Penyedia Jasa dan sudah termasuk dalam harga satuan yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk pekerjaan penggunaan bahan peledak dan peledakannya. Penggunaan bahan peledak bahan bakar minyak ammonium nitrat untuk penggalian dibawah tanah tidak diperkenankan. Ketentuan lain-lain mengenai bahan peledak dan peledakan harus disesuaikan dengan Spesifikasi Umum yang terkait.

4.1.3.2

Penanganan Bahan Peledak Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas pelindung untuk keamanan tempat penyimpanan berang-barang dan supaya bahan peledak terhindar dari pencurian.

Galian dan Timbunan

ST IV-2

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyimpanan bahan peledak dan detonator diluar gudang penyimpanan dalam waktu semalam tidak diperbolehkan. Penyedia Jasa harus menjaga catatan inventarisasi untuk penyimpanan dan pengembalian seluruh bahan peledak termasuk detonator. Catatan ini harus disediakan untuk Direksi dan Direksi sewaktu-waktu dapat memberitahukan bila ada pencurian bahan peledak. Tutup peledak, detonator atau sekring tidak boleh disimpan di tempat yang sama dengan dinamit atau bahan peledak lainnya disimpan atau diangkut. 4.1.3.3

Peledakan Penggalian dengan peledakan sebagian besar dilaksanakan di lokasi rencana saluran pengelak, pelimpah dan quarry menggunakan smooth blasting dan pre-splitting. Untuk semua pelaksanaan peledakan, kedalaman dan ukuran lubang serta ukuran dan ciri-ciri muatan harus direncanakan lebih dahulu untuk mendapat persetujuan dari Direksi. Bahan peledak untuk setiap peledakan harus dengan jumlah dan kekuatan sedemikian dan akan digunakan di lokasi yang ditentukan sedemikian rupa agar tidak membuka lapisan (seam) atau memecahkan batuan diluar batas penggalian. Pola peledakan harus direncanakan sedemikian rupa untuk menjangkau luas dan arah yang diinginkan. Kalau pekerjaan penggalian dengan peledakan mendekati garis akhir galian, maka kedalaman lubang untuk peledakan dan banyaknya bahan peledak yang dipakai per lubang harus dikurangi sesuai dengan petunjuk Direksi. Untuk galian pondasi pada zona inti kedap air dan/atau konstruksi bangunan harus dinaikkan hingga 30 cm diatas garis formasi, penggalian lebih lanjut harus ditunda sampai pekerjaan konstruksi untuk Zona-1 dan atau bangunan beton siap untuk melindungi sisi dan bagian bawah batu pondasi dari pecah atau kerusakan karena pembukaan atau cuaca. Segera sebelum penempatan material Zona-1 dan/atau beton, pondasi batu akan digali sekaligus hingga garis formasi yang ditentukan dengan alat manual atau metode lainnya yang disetujui. Peledakan baru diizinkan untuk dilaksanakan hanya jika sudah dibuat perlindungan terhadap manusia, pekerjaan dan harta benda milik umum maupun pribadi. Sekalipun Direksi atau wakilnya sudah menyetujui pelaksanaan pekerjaan ini, Penyedia Jasa tidak lepas tanggung jawab seperti yang tertera di atas. Peledakan yang membahayakan pekerjaan tidak akan diizinkan oleh Direksi. Setiap kerusakan pekerjaan yang diakibatkan oleh peledakan, termasuk penghancuran atau pelepasan material diluar batas galian yang diperlukan akan diperbaiki dengan biaya ditanggung oleh Penyedia Jasa. Lereng yang hancur atau yang lepas karena peledakan akan ditanggung oleh Penyedia Jasa. Bila peledakan diperlukan untuk menggali sisi kemiringan permanen yang lebih curam dari kemiringan 1 Vertikal : 1 Horisontal yang mana material isian atau beton akan ditempatkan, atau ditempat lain yang sesuai petunjuk Direksi, maka Penyedia Jasa menggunakan

cara

pre-splitting untuk menjamin bahwa pecahan sepanjang

kemiringan akhir galian dibutuhkan sebelum galian tubuh utama batuan untuk Galian dan Timbunan

ST IV-3

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

meminimalkan kerusakan pada batuan di luar garis permukaan akhir galian yang dibutuhkan. Penyedia Jasa harus menyerahkan uraian secara detail mengenai metode dan prosedur pelaksanaan pekerjaan penggalian dengan peledakan kepada Direksi, untuk disetujui, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pekerjaan galian dimulai, dengan menggunakan teknik pre-splitting. Jarak dan diameter lubang pre-splitting dan susunan untuk bahan peledak pada masing-masing lubang dibuat bervariasi untuk menyesuaikan dengan kondisi batuan dan akan dipilih yang permukaannya dalam kondisi baik setelah peledakan. Penyedia Jasa harus melaksanakan percobaan lapangan di daerah yang disetujui oleh Direksi untuk peledakan dengan teknik pre-splittingnya untuk meminimalkan patahan batu diluar batas galian di daerah yang akan digali. Percobaan ini akan dilaksanakan dengan ukuran lubang bor dan pola lubang, kedalaman lubang, jenis bahan peledak dan jumlah yang bervariasi. Biaya untuk pengembangan teknik ini sudah termasuk dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk penggalian batu di daerah dimana teknik pre-

splitting diperlukan. Pada saat peledakan, Penyedia Jasa harus mengantisipasi untuk mencegah kerusakan pada beton atau tekanan groting yang telah diselesaikan. Penyedia Jasa harus menyediakan alat untuk memonitor kecepatan gelombang peledakan di lokasi kritis yang ditentukan oleh Direksi. Tak ada peledakan yang diperbolehkan kurang dari 30 m dari area terkait kecuali disetujui oleh Direksi. 4.1.3.4

Program Keselamatan untuk Penanganan Bahan Peledak dan Peledakan Detail program keselamatan yang mencakup semua aspek penanganan bahan peledak dan pelaksanaan operasi peledakan akan disiapkan dan diserahkan oleh Penyedia Jasa kepada Direksi untuk meminta persetujuan sekurang-kurangnya 60 hari kalender sebelum waktu Penyedia Jasa membawa alat peledak ke lapangan. Ini tidak terbatas pada lokasi dan desain gudang bahan peledak, metode pengangkutan bahan peledak, penggunaan bahan peledak dan penanggulangan secara umum untuk mengantisipasi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan peledak dan peledakan. Setelah disetujui, Penyedia Jasa akan menyerahkan salinan program keselamatan untuk penanganan peledakan dan bahan peledak kepada Direksi.

4.1.4 Klasifikasi Pekerjaan Galian Material yang digali digolongkan untuk pengukuran dan pembayaran sebagai berikut: 1) Galian tanah Galian tanah merupakan galian terbuka dari semua material yang meliputi, tapi tidak terbatas pada tanah, lempung, lumpur, pasir, kerikil, batuan lepas dan sebagainya yang bukan termasuk batuan lapuk dan batuan yang dapat digali secara efisien tanpa menggunakan bahan peledak atau bulldozer dengan ripper atau penggali hidrolis, seperti yang ditetapkan oleh Direksi. Galian dan Timbunan

ST IV-4

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

2) Galian Batuan Lapuk dengan Mekanis Penggalian pada batuan lapuk merupakan penggalian terbuka ( open-cut) dari material batu yang dihancurkan (biasanya disebabkan oleh cuaca) yang memerlukan pelonggaran dengan bulldozer dengan ripper kelas 300 kN sebelum dapat digali secara efisien dan bukan lapisan batu, seperti yang ditetapkan oleh Direksi 3) Galian Batu Keras dengan Peledakan Penggalian batu keras akan dilakukan dengan penggalian terbuka ( open-cut) di semua tempat, batuan keras dan utuh yang tidak dapat digali dengan menggunakan

bulldozer dengan ripper kelas 300 kN atau penggali hidrolis yang memakai dengan bucket backtator 1.0 m3, dan untuk drilling atau peledakan yang memerlukan batuan pecah atau lepas seperti yang ditetapkan oleh Direksi. 4) Galian Boulder Sungai dengan Mekanis Penggalian boulder sungai akan dilakukan dengan penggalian terbuka pada kumpulan boulder yang ditemukan di dasar sungai yang tidak bisa dengan mudah diklasifikasikan sebagai batuan biasa atau lapuk. Boulder dapat dikategorikan sebagai galian batuan apabila volume butirannya lebih dari 1,0 m 3 dan sebaliknya apabila volumenya kurang dari 1,0 m3 maka galian tersebut dikategorikan sebagai galian tanah. 4.1.5 Galian Terbuka – Secara Umum 4.1.5.1

Tinjauan Umum Semua galian terbuka yang diperlukan untuk bangunan permanen harus dibuat pada batas, tingkatan dan ukuran yang ditunjukkan pada gambar atau sesuai petunjuk Direksi. Selama pekerjaan berlangsung, Direksi menganggap perlu untuk membuat kemiringan, tingkatan, ukuran galian yang sudah ditentukan dan Penyedia Jasa tidak berhak memperoleh tambahan biaya yang melebihi harga satuan yang dicantumkan dalam Daftar Kualitas dan Harga untuk penggalian dengan alasan perubahan tersebut. Galian terbuka lain, yang dilaksanakan atas kehendak Penyedia Jasa sendiri, misalnya membuang material galian, atau untuk keperluan lain, harus sesuai dengan petunjuk Direksi dan biayanya ditanggung oleh Penyedia Jasa dan tak ada penggantian dari Pemberi Kerja. Dalam hal menyimpan material di bawah atau di atas garis galian yang sudah ditentukan, harus dilaksanakan dengan hati-hati sekali dan pada situasi yang memungkinkan. Kecuali jika sudah ditentukan oleh Direksi, setiap dan semua penggalian lebih (over-excavation) yang dilakukan oleh Penyedia Jasa untuk tujuan atau alasan tertentu, kecuali dengan petunjuk Direksi merupakan penggalian yang tidak sah dan akan ditanggung oleh Penyedia Jasa tanpa ada penggantian dari Pemberi Kerja untuk penggalian lebih semacam ini.

Galian dan Timbunan

ST IV-5

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Semua penggalian tidak sah termasuk penggalian lebih akan ditimbun kembali dengan beton K-125 atau material lainnya, sesuai petunjuk Direksi dengan biaya ditanggung oleh Penyedia Jasa. Semua penggalian untuk pondasi bangunan yang dilakukan dalam keadaan kering (dimana “dalam keadaan kering” akan diartikan seperti yang didefinisikan dalam Pekerjaan Pengeringan). Tak ada tambahan biaya di luar harga satuan yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang akan dilaksanakan untuk material yang basah. Semua peledakan dan penanganan bahan peledak akan disesuaikan dengan Spesifikasi yang ada dalam Sub-bab 4.1.3 pada bab ini. Penggalian akan dilakukan dengan ukuran (dimensi) penuh yang diperlukan dan akan diselesaikan pada batas dan tingkatan yang ditentukan, kecuali tonjolan batu yang ujungnya tajam yang tidak terganggu, diizinkan untuk diperpanjang dalam batas yang ditentukan tak lebih dari 20 cm atau sesuai petunjuk Direksi, dimana permukaannya boleh tidak ditutup dengan beton. Jika permukaan ditutup beton, maka harus diratakan sesuai dengan petunjuk Direksi. Kecuali ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi, pengukuran untuk keperluan pembayaran pekerjaan galian terbuka harus sesuai dengan kemiringan seperti tabel berikut ini. Material

Kemiringan (1 V :iH) 1 : 0,5 1 : 0,3 1 : 0,3

Kemiringan tetap Kemiringan sementara Kemiringan timbunan kembali

Batuan Lapuk

1 : 1,0 1 : 0,5 1 : 0,5

Kemiringan tetap Kemringan sementara Kemiringan timbunan kembali

Tanah

1 1 1 1

Kemiringan Kemiringan Kemiringan Kemiringan

Batuan

: : : :

2,0 1,0 0,8 0,8

Uraian

di bawah air di atas air sementara di atas air timbunan kembali

Kemiringan permukaan galian harus dilindungi oleh Penyedia Jasa. Berm dengan lebar 2,0 m harus dibuat setiap interval ketinggian 5,0 m pada kemiringan material biasa, kecuali bila ditunjukkan dalam gambar atau ada petunjuk Direksi. Jika diperlukan dan jika diperintahkan oleh Direksi, Penyedia Jasa akan melakukan menggali saluran terbuka dan tak berbatas untuk mengalihkan permukaan air jauh dari galian terbuka. Keseluruhan biaya kerja akan ditanggung oleh Penyedia Jasa kecuali jika saluran semacam ini merupakan bagian dari pekerjaan permanen, dimana pembayaran untuk penggalian akan dilaksanakan sesuai dengan harga satuan yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Untuk semua pekerjaan yang terkait dengan penggalian terbuka, Penyedia Jasa akan melaksanakan langkah-langkah

Galian dan Timbunan

ST IV-6

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

konservasi tanah dan biaya untuk item pekerjaan ini akan dimasukkan dalam harga satuan yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. 4.1.5.2

Retakan dan Cacat Yang Lain Dalam penyelidikan investigasi untuk pondasi dan kemiringan galian, tidak bisa diketahui semua retakan dan cacat-cacat lain yang mungkin ada. Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi depresi/penurunan, kegagalan, retakan dan sekumpulan batu halus, termasuk batuan hancur yang ada pada berbagai arah dalam pondasi dan kemiringan galian. Bila terjadi retak, maka harus diperbaiki dengan cara penggalian lokal di bawah permukaan galian pada garis kedalaman dan ukuran yang ditentukan Direksi. Juga berdasarkan perintah Direksi, retak dan cacat lain di bawah pondasi, harus diperbaiki dengan galian setempat. Galian setempat ini juga harus diisi dengan beton K-125 atau material lain sesuai petunjuk Direksi. Biaya galian dan timbunan ini ditentukan berdasarkan harga satuan untuk galian terbuka, beton, dsb. yang dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

4.1.5.3

Galian Dimana Beton akan Ditempatkan Dasar dan sisi kemiringan galian untuk pondasi atau yang akan dicor dengan beton, harus digali pada batas, tingkatan dan dimensi yang ditunjukkan pada gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Tak ada material yang diizinkan untuk ditambahkan pada batas bangunan beton. Jika pada titik tertentu dalam galian, material digali dengan perintah tertulis dari Direksi diluar batas yang diperlukan untuk bangunan, penggalian tambahan akan ditimbun dengan baik dengan beton K-125. Pembayaran untuk penggalian semacam ini akan dilakukan dengan harga satuan per meter kubik yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk penggalian untuk bangunan terkait dan pembayaran untuk beton K-125 yang ditempatkan pada penggalian tambahan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Galian yang berlebihan yang dikerjakan oleh Penyedia Jasa dengan maksud tertentu tanpa ada persetujun tertulis dari Direksi, harus ditimbun kembali dengan beton K-125 dan biayanya ditanggung oleh Penyedia Jasa.

4.1.5.4

Pengukuran Dan Pembayaran Untuk Galian Terbuka Pengukuran untuk pembayaran dari setiap klasifikasi material galian terbuka harus dibuat menurut batas, tingkatan dan ukuran yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi dan pengukuran tersebut didasarkan pada permukaan tanah asli sebelum galian, yang disetujui oleh Direksi. Kelas material galian akan ditentukan berdasarkan analisa dan pertimbangan Direksi sendiri.

Galian dan Timbunan

ST IV-7

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Sebelum dimulainya dan segera setelah penyelesaian penggalian, pembayaran akan dilaksanakan sesuai dengan kuantitas yang diukur dengan metode survey, Penyedia Jasa harus melaksanakan survey pengukuran yang memadai untuk menentukan dimensi/ukuran dan elevasi permukaan asli dan permukaan akhir. Pengukuran ini akan diperiksa secara bebas oleh Direksi. Tak kurang dari 7 hari kerja sebelum dimulainya survey pengukuran tersebut, Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana lay out yang menunjukkan referensi Benchmark (BM), bagian melintang dan metode survey yang digunakan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan. Referensi batas dan titik diatur pada tanah dan stasiun survey permanen. Tidak kurang dari 24 (dua puluh empat) jam sebelum dimulainya pekerjaan survey, Direksi harus diberitahu. Catatan lapangan asli harus diserahkan kepada Direksi bersama dengan catatan pengukuran kuantitas aktual. Setiap pengukuran yang merupakan dasar kuantitas untuk klaim pembayaran harus dengan kehadiran Direksi. Penyedia Jasa harus memberitahukan tujuan pengukuran tersebut kepada Direksi. Pembayaran untuk setiap klasifikasi galian pada galian terbuka dilakukan sesuai dengan harga satuan per m3 seperti dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut sudah termasuk biaya semua tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan untuk pekerjaan galian termasuk pekerjaan peledakan, ketentuan instrumen untuk pengukuran dan observasi peledakan lintas gelombang, perlindungan luncuran, kontrol erosi dan pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk menjaga penggalian dalam susunan yang baik selama konstruksi. Harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga bagi setiap klasifikasi material untuk galian terbuka ini, sudah termasuk semua biaya pemindahan material dan penempatan galian ke tempat pembuangan (disposal), material yang dipindah dari galian terbuka yang cocok untuk digunakan dalam konstruksi permanen akan ditempatkan pada stock

pile yang ditunjukkan pada Gambar untuk digunakan di waktu yang akan datang atau ditimbun untuk selanjutnya langsung ditempatkan pada konstruksi permanen, sesuai dengan petunjuk Direksi. 4.1.6 Galian Terbuka Untuk Parit Macam pekerjaan yang tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga untuk galian dari berbagai klasifikasi material, termasuk galian semua macam parit seperti terlihat pada gambar atau atas petunjuk Direksi meliputi hal hal berikut ini : a) Parit untuk pipa beton, saluran lintas, galian saluran dan saluran parit sisi untuk jalan masuk permanen. b) Parit untuk pondasi untuk serambi grouting di tanggul bendungan. c) Parit untuk saluran pipa di bawah mercu pelimpah dan saluran pelimpah. d) Parit untuk alat pengukur kebocoran air. e) Parit untuk saluran parit dan kabel palung dan galian sekitar bangunan. f) Parit lain sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi.

Galian dan Timbunan

ST IV-8

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penggalian parit terbuka akan dilakukan dengan menggunakan alat manual dan/atau peralatan mekanis lainnya yang disetujui sedemikian rupa untuk melindungi kehancuran pada sisi samping dan bagian bawah galian. Apabila Penyedia Jasa mau menanggung resiko dan telah disetujui Direksi, maka batas lubang bor dan peledakan ringan bisa dilakukan di lokasi tersebut, seperti yang telah dicantumkan pada Sub-bab 4.1.3 pada Bab ini. Penyedia Jasa akan menyediakan, membangun dan menjaga semua papan penopang, strutting dan penunjang lainnya yang diperlukan untuk menahan sisi penggalian parit terbuka dalam kondisi aman. Penggalian parit terbuka akan disesuaikan dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5 pada Bab ini. Pengukuran untuk pembayaran setiap klasifikasi material pada galian terbuka untuk parit harus dilakukan berdasarkan ukuran kedalaman galian sesuai dengan gambar atau petunjuk Direksi dan sesuai dengan Sub-bab 4.1.5. pada Bab ini. Klasifikasi material galian ditentukan berdasarkan analisa dan pertimbangan Direksi. Pembayaran untuk berbagai macam galian terbuka untuk parit dilakukan berdasarkan harga satuan per meter kubik (m3) seperti yang tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga dan sesuai dengan yang tercantum pada Sub-bab 4.1.5. pada Spesifikasi ini. 4.1.7 Pekerjaan

Urugan

Kembali,

Lantai

Kerja,

Pekerjaan

Permukaan

Dan

Stabilisasi Lereng 4.1.7.1

Umum Penyedia Jasa harus mendapatkan dan menempatkan berbagai macam material untuk timbunan kembali, lantai kerja dan permukaan di lokasi seperti ditunjukkan dalam Gambar dan petunjuk dari Direksi. Mutu material di atas harus mendapatkan persetujuan dari Direksi dan tidak termasuk semua zat organik atau material pengganggu lainnya. Penyedia Jasa akan memakai alat stabilisasi lereng lainnya seperti rock bolt, rock anchor dan shotcrete seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi.

4.1.7.2

Timbunan Lolos Air (Free Drain) Timbunan (urugan kembali) lolos air harus ditempatkan pada batas-batas dan dimensi seperti tertera pada Gambar atau petunjuk dari Direksi. Material yang dipergunakan untuk timbunan lolos air harus dipilih dari material lolos air yang sudah dipilih dengan ukuran butiran maksimum 15 cm dan tidak berisi lebih dari 5% material dengan ukuran 0,074 mm (No. 200) yang ditetapkan pada JIS Z-8801. Fragmen yang lebih besar dari 15 cm dapat digunakan jika disetujui oleh Direksi, asalkan pecahan batu seperti itu tidak melebihi 10% dan harus didistribusikan rata pada timbunan kembali. Material tersebut harus ditangani dan ditempatkan sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya segregasi. Cara penempatan timbunan lolos air harus lebih dahulu

Galian dan Timbunan

ST IV-9

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mendapat persetujuan Direksi. Timbunan lolos air harus ditempatkan dalam keadaan basah pada lapisan horizontal tidak lebih dari 30 cm sebelum pemadatan dan dipadatkan dengan sempurna dengan cara yang sudah disetujui Direksi, yaitu 60% dari berat isi kering atau seperti yang disarankan Direksi. 4.1.7.3

Timbunan Random Timbunan (urugan kembali) random harus ditempatkan pada batas-batas garis dan dimensi seperti terlihat pada gambar atau sesuai petunjuk Direksi. Material yang dipakai untuk timbunan random dipilih semua bekas material yang ditumpuk atau yang digali dimana saja. Kualitas material tersebut harus mendapat persetujuan Direksi dan harus bebas dari semua zat organik atau zat pengganggu yang lain seperti bongkahan batu yang besar, batu-batu besar dan sebagainya. Material akan ditangani dan ditempatkan sedemikian rupa untuk mendapatkan pemadatan dan kepadatan yang diinginkan. Metode penanganan, penempatan, kontrol kelembaban dan pemadatan timbunan sembarang harus sesuai dengan spesifikasi atau persetujuan Direksi. Timbunan random harus ditempatkan dalam keadaan kadar air mendekati optimum dengan ketebalan tidak lebih dari 30 cm sebelum dipadatkan dan derajat kepadatan terpenuhi tidak kurang dari 95%.

4.1.7.4

Lantai Kerja Batuan Dan Permukaan Gravel Lantai kerja batuan untuk pondasi bangunan harus ditempatkan dengan batas-batas garis dan dimensi seperti ditunjukkan pada gambar atau petunjuk Direksi. Catatan :

Spesifikasi untuk material lantai kerja batuan dan material pelindung untuk bangunan drainase seperti gorong-gorong, saluran pembuang dan sebagainya, seperti tercantum dalam Bab 7 – Pekerjaan Beton. Permukaan gravel (kerikil) akan ditempatkan pada batas, tingkatan dan dimensi seperti yang ada pada Gambar, atau sesuai petunjuk Direksi. Kerikil dibawah ukuran 40 mm yang diperoleh dari sungai akan digunakan. Material untuk batu cobble akan dipilih dari batu angular alami dari endapan sungai yang mempunyai kekuatan dan daya tahan yang cukup. Jika kerikil dan batu cobble tersebut mutunya tidak baik atau tidak memadai volumenya, material akan digunakan untuk lantai kerja dan permukaan akan diambil dari quarry dan batuan pecah dengan kualitas yang disetujui Direksi. Penyedia Jasa akan menangani dan menempatkan material lantai kerja dan permukaan sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya segregasi. Cara penempatan lantai kerja batuan untuk bangunan yang bukan drainasi dan permukaan batuan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi. Bila perlu ditambah air sehingga kadar air dapat terdistribusi secara merata dan material harus dipadatkan dengan alat yang sudah disetujui Direksi. Galian dan Timbunan

ST IV-10

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.1.7.5

Rip-rap Batu Penyedia Jasa akan menyediakan dan menempatkan rip-rap batu di lokasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi. Ukuran material untuk rip-rap batu berkisar antara 20 cm dan 60 cm yang mana sesuai dengan permintaan dari Direksi. Batunya harus keras, padat dan kuat. Sumber material rip-rap mengacu pada persetujuan Direksi. Ukuran dan gradasi material rip-rap batu akan diuji di tempat oleh Direksi. Setiap partikel yang lebih besar dari ukuran maksimum yang ditentukan akan dipindah kecuali jika disetujui oleh Direksi. Operasi Penyedia Jasa dalam pengangkutan, penempatan dan penyelesaian rip-rap batu akan dilakukan sedemikian rupa untuk mendistribusikan fragmen batu yang lebih besar atau kecil untuk mengisi rongga antar batuan yang lebih besar untuk menghasilkan sambungan dan permukaan yang baik. Kluster partikel yang lebih kecil dan ruang kosong yang besar tidak diperbolehkan. Ketebalan tiap-tiap lapisan tidak boleh lebih dari 100 cm atau sesuai petunjuk Direksi. Tak ada pemadatan yang dilakukan untuk rip-rap.

4.1.7.6

Pasangan Batu Kali Pekerjaan dalam bagian ini meliputi penyediaan dan penempatan batu kali yang tepat sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi ini atau sesuai petunjuk Direksi. Batu kali diperoleh dari sungai atau quarry, atau diambil dari tempat lain. Batu kali yang digunakan untuk pasangan batu harus bersiku, batu sungai atau quarry dengan kualitas yang disetujui, bebas dari seam(retakan) dan kerusakan lainnya. Semua batu untuk pasangan batu yang ditimbun di lapangan harus disimpan sedemikian rupa agar agak basah pada saat akan digunakan. Batu yang digunakan untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan maksimum ukuran 30 cm dan minimum 15 cm. Batu bulat diperbolehkan untuk dipakai hanya dalam jumlah terbatas dengan kombinasi

batu

bersiku.

Mortar

semen

digunakan

untuk

sambungan

batu

diklasifikasikan menurut rasio (perbandingan) volume semen - pasir. Perbandingan semen dan pasir sesuai dengan volume yang ada pada Tabel berikut ini. Semen dan pasir disesuaikan dengan ketentuan dalam Bab 7 Pekerjaan Beton. a) Bangunan utama, satu bagian semen dengan tiga bagian pasir (1Pc : 3 Psr) b) Permukaan akhir, satu bagian semen dengan dua bagian pasir (1Pc : 2 Psr) Sebelum konstruksi pasangan batu dengan batu kali, pasir dan kerikil ditempatkan dan dipadatkan dengan sempurna. Penyelesaian diatur sesuai dengan Gambar dan akan diperiksa dan disetujui oleh Direksi. Batu harus dibasahkan dengan cukup sebelum ditempatkan. Batu untuk pasangan batu basah harus ditempatkan dengan tangan dimana tiap batu harus dikelilingi dengan mortar. Mortar 1 Pc : 3 Psr akan digunakan untuk sambungan. Galian dan Timbunan

ST IV-11

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Batu akan dimasukkan ke tempat sedemikian rupa agar mortar dapat bersinggungan dengan utuh dengan batu di semua sambungan. Batu akan dilonggarkan dan dikonsolidasikan dengan alat pemukul (palu) baja dan yang pecah harus dipindahkan, dibersihkan dan digunakan kembali dengan mortar baru. Sambungan akan disediakan dengan bebas dengan mortar dan akan dipererat dengan menjepitkan bilah batu kedalam sambungan. Lebar sambungan pada permukaan batu tak boleh lebih dari 3 cm. Sambungan pada permukaan untuk semua batu untuk pasangan batu akan diselesaikan dengan baik. Mortar pada sambungan pasangan batu akan dipindah lebih dulu hingga kedalaman 2 cm. Kemudian sambungan akan dibersihkan secara keseluruhan dengan sikat kawat dari semua material lepas dan ditimbun dengan mortar 1 Pc : 2 Psr. Permukaan batu akan dibersihkan dari semua mortar setelah penyelesaian operasi akhir. Sambungan konstruksi disediakan pada tiap 10 m. 4.1.7.7

Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran untuk timbunan lolos air, timbunan random tanah, lantai kerja batu, permukaan kerikil, pasangan batu kali dan rip-rap batu akan dilakukan untuk material yang ditempatkan pada batas, tingkatan dan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Pembayaran untuk timbunan lolos air, timbunan random tanah, lantai kerja batu, permukaan kerikil, stone pitching, pitching balok beton dan riprap batu akan dilakukan sesuai harga satuan per m3 yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang mana harga satuan mencakup biaya untuk tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan untuk penggalian atau perolehan material ini dari sumber alaminya atau temapt lain sesuai petunjuk Direksi, yang diproses pada pabrik penghancur/ klasifikasi, mengangkutnya ke lokasi yang akan ditempatkan, disebar dan dipadatkan sesuai yang diperlukan dan semua pekerjaan lain yang terkait. Pengukuran untuk pasangan batu dari batu kali dalam dasar meter kubik yang diselesaikan dan diterima oleh Direksi sesuai Gambar. Hanya pekerjaan yang diterima akan diukur untuk pembayaran dan perhitungan kuantitas yang didasarkan pada daerah dalam dimensi terbatas yang ditentukan dalam Gambar. Pembayaran untuk pasangan batu dari batu kali akan dilaksanakan sesuai harga satuan per meter kubik yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang mana satuan harganya mencakup persiapan lereng (kemiringan) dan kompensasi penuh untuk penyediaan semua tenaga kerja, perkakas, peralatan, penyediaan dan material dan semua pengeluaran lain-lain, atau pekerjaan tambahan yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang berhasil sesuai dengan Gambar atau Spesifikasi atau petunjuk Direksi. Harga satuan termasuk pasir dan kerikil yang ditempatkan dan dipadatkan.

Galian dan Timbunan

ST IV-12

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.1.8 Penggalian Untuk Pondasi Bendungan 4.1.8.1

Umum Penggalian terbuka untuk pondasi bendungan akan disesuaikan dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5 dan juga ketentuan dalam Spesifikasi ini. Item pekerjaan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk penggalian pondasi bendungan meliputi semua penggalian yang diperlukan untuk mendapatkan batas dan dimensi seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi, termasuk penggalian setempat dibawah permukaan pondasi umum untuk perbaikan retakan yang terjadi atau kerusakan lainnya, tambahan pembersihan pondasi jika diperlukan dan semua penggalian terbuka dalam daerah pondasi. Penggalian terbuka untuk pondasi bendungan termasuk pemindahan material biasa, pemindahan batuan lapuk baik sebagian maupun keseluruhan, pemindahan batu ke batas

dan

tingkatan

yang

diperlukan,

pemindahan

material

yang

mungkin

mempengaruhi ikatan timbunan bendungan ke pondasi atau pemadatan yang baik pada timbunan bendungan, dan pemindahan material dengan kekuatan yang tidak memadai sesuai petunjuk Direksi. Luas dan kedalaman penggalian terbuka untuk mencapai pondasi yang sesuai akan ditentukan oleh Direksi. Penggalian untuk pondasi bendungan akan dilakukan hingga kedalaman yang sesuai seperti yang ditentukan oleh Direksi untuk mendapatkan tingkatan pondasi yang dapat diterima, yang bebas dari pelapukan yang berlebihan, retakan terbuka atau kerusakan lainnnya. Apabila penggalian pondasi harus menggunakan bahan peledak, semua peledakan dan penanganan bahan peledak akan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada dalam Sub-bab 4.1.3 pada Bab ini. Juga, Direksi akan memerintahkan penggalian pada potongan berturut-turut sampai mencapai pondasi yang sesuai, dan setiap tahap penggalian akan mencakup pembersihan yang memadai untuk memungkinkan Direksi menentukan apakah penggalian selanjutnya diperlukan atau tidak.

Abutment bendungan untuk daerah inti kedap air akan digali sesuai petunjuk Direksi untuk menghindari perubahan yang tiba-tiba di slope (kemiringan) yang dapat mengakibatkan perbedaan penurunan pada lapisan timbunan bendungan. Pada

abutment, boulder besar yang tidak stabil, kumpulan formasi material yang terlepas atau semi-lepas, dan permukaan batuan yang menggantung harus dipindahkan. Secara umum, material yang menurut anggapan Direksi berpotensi tidak stabil, mempengaruhi keselamatan konstruksi atau mengganggu ikatan material timbunan dengan abutment akan dipindahkan. Jika diminta oleh Direksi, abutment dalam daerah inti kedap air pada timbunan bendungan akan disambung ratakan agar tidak ada kemiringan yang lebih curam dari 1 Horisontal dengan 2 Vertikal (1V : 2H), dan kemiringan curam yang diizinkan dibatasi hingga 1,0 m tingginya. Semua material yang digali akan diangkut ke disposal atau ke daerah stockpile.

Galian dan Timbunan

ST IV-13

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Jika kerusakan alami dan bukan karena kesalahan Penyedia Jasa ditemukan di permukaan pondasi bendungan, Direksi dapat merubah batas penggalian dan memerintahkan batas penggalian baru. Biaya untuk penggalian semacam ini akan dibayarkan kepada Penyedia Jasa, dengan memakai harga satuan yang sama untuk material penggalian yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Setelah penggalian dirampungkan hingga batas formasi seperti yang diminta oleh Direksi, semua material formasi lepas yang halus dan item yang rusak akan dipindah dari permukaan. Sebagai tambahan, semua retakan, patahan, kantong, dan lain-lain akan dibersihkan dan ditimbun kembali dengan beton K-125. Karena penggalian untuk pondasi pada daerah inti kedap air (zona-1) dilaksanakan sampai dengan 30 cm di atas garis formasi galian rencana, penggalian akan ditahan sampai pelaksanaan konstruksi untuk Zona-1 sudah siap, hal ini untuk mencegah bagian sisi dan bawah pondasi dari kehancuran karena cuaca. Segera sebelum penempatan material Zona-1, pondasi akan digali penuh sampai dengan batas galian rencana yang diperlukan dengan menggunakan alat manual atau metode lain yang disetujui Direksi sedemikian rupa untuk menghindari pelapukan permukaan pondasi batuan. Rencana batas galian ditentukan secara visual dan berdasarkan hasil uji laboratorium mekanika tanah dan batuan, bukan hanya berdasarkan gambar desain/ rencana. Galian pondasi bila sesuai dengan batas rencana galian belum ditemui kriteria yang dipersyaratkan, maka harus diperdalam sampai dengan kriteria yang dipersyaratkan. Sebaliknya bila belum mencapai batas galian sudah ditemui kriteria tersebut, pekerjaan galian dapat dihentikan. 4.1.8.2

Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran, untuk pembayaran tiap kelas material penggalian terbuka akan dilaksanakan pada dimensi dan hingga kedalaman galian yang ditentukan seperti yang ada dalam Gambar atau sesuai petunjuk Direksi. Kelas material galian akan ditentukan berdasarkan analisa dan penilaian Direksi. Pembayaran untuk berbagai kelas penggalian terbuka akan dilaksanakan pada harga satuan per meter kubik (m3) yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

4.1.9 Penggalian Untuk Pengelak dan Pekerjaan Saluran Lainnya 4.1.9.1 Umum Penyedia Jasa akan menyerahkan rencana penggalian untuk pengelak sungai dan pekerjaan saluran lainnya untuk jalannya air, kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuannya. Penyedia Jasa dalam melaksanakan penggalian terbuka untuk saluran akan disesuaikan dengan ketentuan dalam Bab ini. Penggalian untuk bangunan pengelak (dan pekerjaan saluran lainnya) akan dilakukan hingga kedalaman yang sesuai seperti Galian dan Timbunan

yang ditentukan oleh Direksi untuk ST IV-14

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mendapatkan tingkatan yang dapat diterima, yang bebas dari pelapukan yang berlebihan, retakan terbuka atau kerusakan lainnnya. Apabila penggalian untuk bangunan pengelak (dan pekerjaan saluran lainnya) harus menggunakan bahan peledak, semua peledakan dan penanganan bahan peledak akan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada dalam Sub-bab 4.1.3 pada Bab ini. Juga, Direksi akan memerintahkan penggalian pada potongan berturut-turut sampai mencapai tingkatan yang sesuai, dan setiap tahap penggalian akan mencakup pembersihan yang memadai untuk memungkinkan Direksi menentukan apakah penggalian selanjutnya diperlukan atau tidak. 4.1.9.2 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran untuk tiap- tiap kelas material yang dipindahkan dari galian terbuka untuk pekerjaan pengelak sungai didasarkan pada harga satuan yang tertuang pada daftar kuantitas dan harga. Pengukuran untuk pembayaran tiap kelas material yang dipindah dari penggalian terbuka untuk saluran dan saluran lain yang ditentukan dalam Gambar akan dilakukan sesuai batas dan tingkatan yang ditunjukkan pada Gambar, dengan pengukuran tersebut didasarkan pada permukaan tanah asli sebelum penggalian dan permukaan galian sebenarnya sesuai dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5 Spesifikasi ini. Pembayaran untuk tiap-tiap kelas material yang digali untuk saluran yang ditentukan akan dilakukan dengan harga satuan per meter kubik (m3) yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. 4.1.9.2 Penggalian untuk Jalan Masuk Penyedia Jasa akan menyerahkan rencana yang diusulkan untuk penggalian terbuka jalan masuk untuk meminta persetujuan Direksi. Operasi Penyedia Jasa untuk jalan pada setiap kelas dari penggalian terbuka untuk jalan akan disesuaikan dengan ketentuan dalam Bab ini dan Bab 8 – Pekerjaan Jalan. 4.1.9.4 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran pada tiap kelas material yang dipindah dari penggalian terbuka untuk jalan permanen akan dilaksanakan sesuai batas dan tingkatan yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi, dengan pengukuran yang didasarkan pada permukaan tanah asli sebelum penggalian dan permukaan galian sebenarnya, sesuai dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5. Kelas material galian akan didasarkan pada analisa dan penilaian Direksi sendiri. Pembayaran untuk tiap kelas material galian untuk jalan permanen akan dilaksanakan sesuai harga satuan per meter kubik yang ditetapkan pada Daftar Kuantitas dan Harga, sesuai dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5.

Galian dan Timbunan

ST IV-15

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.1.10 Penggalian Pada Daerah Batuan Buruk 4.1.10.1 Umum Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana penggalian terbuka pada daerah batuan buruk untuk reformasi pada sisi slope (lereng) yang diusulkan untuk meminta persetujuan Direksi. Penyedia Jasa melaksanakan galian terbuka pada semua kelas untuk daerah batuan buruk akan disesuaikan dengan ketentuan dalam Bab ini. Seperti dijelaskan dalam Sub-bab 4.1.1, jumlah tertentu dari material galian dari daerah batuan buruk akan digunakan untuk material timbunan sembarang, sementara sisanya akan diangkut dan dibuang di disposal. 4.1.10.2 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran tiap kelas material yang dipindah dari penggalian terbuka pada daerah batuan buruk akan dilakukan sesuai batas dan tahapan yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai perintah Direksi, dengan pengukuran yang didasarkan pada permukaan tanah asli sebelum penggalian dan permukaan galian sebenarnya, sesuai dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5. Kelas material galian akan ditentukan berdasarkan analisa dan penilaian Direksi sendiri. Pembayaran untuk tiap kelas material galian dari daerah batuan buruk akan dilaksanakan berdasarkan harga satuan per m3 seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, sesuai dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5. 4.1.10.3 Pembuangan Material Galian Tumpukan sampah pada disposal akan ditempatkan sedemikian rupa agar tidak mempengaruhi arus sungai alami, dengan operasi waduk, atau dengan arus air dari konduit pengelak, pelimpah atau pekerjaan outlet, dan juga agar tidak mempengaruhi aksesibilitas struktur (bangunan) untuk operasi dan agar tidak mengurangi hasil proyek yang sudah dirampungkan. Jika diperlukan, sesuai petunjuk Direksi, tumpukan sampah akan diratakan, dibuat tingkatan untuk drainase, dilindungi terhadap erosi dan keseimbangan yang layak pada batas reguler. Perubahan lokasi, atau tambahan pada daerah pembuangan untuk kenyamanan Penyedia Jasa sendiri akan dibuat biayanya ditanggung sendiri oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi. Penyedia Jasa akan menyerahkan proposal (usulan) kepada Direksi untuk meminta persetujuan untuk pembuangan material di daerah lain dari yang sebelumnya disetujui dan untuk perlindungan material ini dari erosi, sekurang-kurangnya dalam 30 hari kalender sebelum dimulainya pengang-kutan material ke area tersebut. Biaya untuk pengangkutan material yang tidak cocok ke disposal dan untuk menjaga daerah pembuangan yang ditentukan dimasukkan dalam harga satuan per meter kubik untuk material galian yang ditetapkan pada Daftar Kuantitas dan Harga.

Galian dan Timbunan

ST IV-16

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2

TIMBUNAN TUBUH BENDUNGAN

4.2.1 Umum Pekerjaan timbunan terbesar yang akan dilaksanakan adalah pelaksanaan bendungan utama, bendungan pengelak utama hulu dan bendungan pengelak hilir. Untuk spesifikasi yang ditetapkan di sini, yang dimaksud dengan “bendungan” adalah bendungan utama termasuk bendungan pengelak utama hulu dan bendungan pengelak hilir. Berikut adalah daftar berbagai tipe material yang akan digunakan untuk bendungan utama dan bendungan pengelak utama: 1. Bendungan Utama: a) Zona inti kedap air (Zona-1) b) Zona filter halus (Zona-2) c) Zona filter kasar/transisi (Zona-3) d) Zona timbunan batu (Zona-5) e) Zona rip-rap (Zona-6) 2. Bendungan Pengelak Utama Hulu: a) Zona inti kedap air (Zona-1) b) Zona filter halus (Zona-2) c) Zona timbunan batu (Zona-5) d) Zona rip-rap (Zona-6) 3. Bendungan Pengelak Hilir: a) Zona inti kedap air (Zona-1) b) Zona filter halus (Zona-2) c) Zona timbunan batu (Zona-5) d) Zona rip-rap (Zona-6) Sebelum pelaksanaan galian bendungan utama (main dam) dilaksanakan timbunan

cofferdam hulu, di bagian hilir dilakukan timbunan cofferdam setinggi elevasi berm hilir. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum pekerjaan timbunan, Penyedia Jasa diharuskan mengajukan rencana penghamparan timbunan bendungan kepada Direksi guna mendapatkan persetujuan, disamping pekerjaan yang berkaitan dengannya seperti pelaksanaan bangunan pelimpah, saluran pengelak, outlet, jalan masuk, dan sebagainya. Timbunan bendungan harus dilaksanakan sesuai dengan garis, angka dan dimensi seperti ditunjukkan pada Gambar-gambar; dan pembagian garis antara zona-zona timbunan bisa bervariasi pada setiap saat sebelum dan atau selama pelaksanaan, dan Penyedia Jasa tidak berhak mengajukan tambahan harga diatas harga satuan penawaran seperti yang telah tersebut dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan akibat adanya variasi tersebut.

Galian dan Timbunan

ST IV-17

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Semak, akar-akar, rumput dan material lain yang tidak sesuai untuk timbunan harus dibuang dalam menghampar timbunan. Kelayakan tiap bagian pondasi dimana timbunan akan diletakkan diatasnya serta semua material yang digunakan dalam pelaksanaan timbunan akan ditentukan oleh Direksi. Material timbunan tidak boleh dihampar di atas permukaan pondasi sebelum mendapat persetujuan dari Direksi. Metode pemuatan dan pengangkutan material timbunan merupakan kebebasan Penyedia Jasa, yang harus mendapat persetujuan dari Direksi. Material timbunan dapat diperoleh dari tempat pengambilan tanah (borrow area) dan pengambilan batu (quarry) seperti ditunjukkan pada Gambar atau ditunjuk oleh Direksi. Sebelum material ditetapkan untuk digunakan sebagai bahan timbunan pada sumber material (borrow area dan quarry) perlu dilakukan uji sifat fisik dan sifat teknis sesuai dengan SNI-8062-2015 Tata cara desain tubuh bendungan tipe urugan untuk konfirmasi parameter desain. Sebagian material hasil galian dari tempat lain seperti galian pelimpah, pekerjaan outlet dan galian bendungan, juga akan digunakan untuk timbunan bendungan. Dalam hal material hasil galian tersebut tidak layak dipakai sebagai material timbunan, maka material tersebut harus diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan ( disposal) seperti ditunjukkan pada Gambar atau seperti ditunjuk oleh Direksi. Penyedia Jasa diharuskan memelihara timbunan dengan cara yang disetujui sampai pekerjaan dinyatakan selesai dan sampai diserahkannya pekerjaan. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap pengawasan terjadinya erosi permukaan timbunan, dan material timbunan yang hilang akibat erosi tersebut harus diganti atas biaya Penyedia Jasa. Setiap tipe bukaan yang dibuat di timbunan selama pelaksanaan (untuk pemasangan instrument, dsb.) harus mendapatkan persetujuan dari Direksi dan bukaan tersebut, apabila disetujui, harus dilaksanakan sedemikian sehingga lereng permukaan antara timbunan yang ada dan timbunan yang akan dihampar tidak lebih terjal dari satu vertikal ke dua horisontal (1V: 2,0H) untuk zona inti kedap air (Zona-1), zona filter halus (Zona-2) dan zona transisi/filter kasar (Zona-3). Dan satu vertikal ke satu setengah horisontal (1V : 1,5H) untuk zona random (Zona-4) dan zona timbunan batu (Zona-5). Permukaan ikatan antara timbunan yang lama dengan yang baru harus disiapkan dan dibuat kasar untuk kepuasan Direksi. Percobaan timbunan (trial embankment) untuk material yang digunakan pada pelaksanaan timbunan bendungan yang dilakukan sebelum timbunan, harus dibuat sesuai dengan ketentuan pada Sub-bab 4.2.8. Pengujian-pengujian pada pengawasan kualitas material timbunan juga harus dibuat sesuai dengan ketentuan pada Sub-bab 4.2.9. Direksi berhak untuk membuat penyesuaian terhadap gradasi, kandungan air, kepadatan, syarat-syarat penghamparan dan pemadatan yang telah ditentukan untuk berbagai tipe material timbunan apabila dipandang perlu. Setiap pemuatan material yang dihampar di timbunan, tanpa menghiraukan sumbernya, harus dihampar di lokasi yang disetujui Direksi dan Penyedia Jasa tidak Galian dan Timbunan

ST IV-18

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

berhak mengajukan tambahan kelonggaran di atas harga satuan penawaran seperti tersebut dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk keperluan ini. Semua bagian timbunan akan diukur dan dibayar berdasarkan “material yang terhampar” setelah dipadatkan, dimana pemadatan diperlukan. Material timbunan tidak boleh melewati batas zona-zona melebihi dari toleransi yang diizinkan seperti ditentukan pada Tabel-3-1, diukur mendatar tegak lurus as bendungan dari pembagian garis timbunan seperti ditunjukkan pada Gambar atau disesuaikan oleh Direksi.

Catatan: Ukuran untuk pembayaran material timbunan akan dibuat berdasarkan garis seperti ditunjukkan pada Gambar atau disesuaikan oleh Direksi meskipun ada variasi terhadap garis-garis ini seperti diizinkan dalam toleransi yang ditetapkan dalam spesifikasi ini. Untuk meminimalkan kontaminasi material filter dengan material yang lebih halus selama pekerjaan timbunan, perbedaan permukaan timbunan zona-zona yang berdekatan harus dijaga dalam batas-batas sebagai berikut: 1) Zona-2 ke Zona-1 : 30 – 60 cm lebih tinggi dari Zona-1 2) Zona-2 ke Zona-3 : 40 cm lebih tinggi dari Zona-3 Lapisan-lapisan tiap zona harus dihampar membentang penuh ke arah lebar dan panjang

zona

sesuai

dengan

kapasitas

alat

pemadatan.Perubahan-perubahan

permukaan ke arah memanjang semua zona (yaitu sejajar as bendungan) harus berada pada tahap satu lapis, dimana lebar tiap tahap tidak boleh kurang dari empat kali tingginya. Direksi dapat memerintah untuk menunda pekerjaan timbunan apabila dipandang perlu untuk tidak meneruskan pekerjaan karena rendahnya kualitas berkaitan dengan bagian pekerjaan, alat, material, tenaga dan efisiensi, atau karena kondisi cuaca yang tidak menguntungkan. Penyedia Jasa tidak berhak mengajukan kompensasi tambahan di atas harga satuan penawaran seperti dalam Daftar Kuantitas dan Harga dengan alasan adanya penundaan pekerjaan yang ditetapkan oleh Direksi. Apabila pekerjaan dihentikan pada bagian Zona-1 timbunan akibat hujan, maka permukaan timbunan harus dibuat miring dan dihaluskan untuk fasilitas pengeringan/

drain. Sebelum pekerjaan dimulai lagi, kandungan air pada permukaan timbunan harus dibuat sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi. Apabila selama atau setelah menghampar material timbunan di zona manapun terkontaminasi oleh material dari zona lain atau oleh tanah atau material yang tidak layak lainnya yang disebabkan oleh lintasan mesin-mesin pemadatan atau oleh sebab lain, maka semua material terkontaminasi tersebut harus dibuang, dan Penyedia Jasa tidak berhak untuk mengajukan kompensasi tambahan diatas harga satuan penawaran seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan untuk pelaksanaan, dengan alasan adanya kejadian ini.

Galian dan Timbunan

ST IV-19

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kepantasan prosedur Penyedia Jasa untuk pemadatan material timbunan akan ditetapkan oleh Direksi. Pemadatan tiap lapis material timbunan harus dimulai dengan cara yang sistimatis, berurutan dan berkesinambungan, untuk menjamin tiap bagian lapisan mendapat kepadatan yang telah ditentukan. Pemadatan harus dilakukan dengan lintasan alat pemadatan sejajar dengan as bendungan, kecuali dalam hal lintasan tersebut tidak dapat dilakukan seperti pada daerah perputaran, pada daerah yang berdekatan dengan sandaran (abutment) atau pada daerah lain yang ditentukan oleh Direksi. Permukaan material timbunan yang diakibatkan oleh bekas roda dan akibat pemadatan yang tidak rata, harus diratakan kembali sebelum lapisan yang berikutnya dihampar, dan apabila dipandang perlu oleh Direksi, harus dipadatkan kembali oleh Penyedia Jasa tanpa adanya tambahan biaya dari Direksi. Tipe peralatan yang diperlukan untuk pemadatan material timbunan ditentukan dalam spesifikasi ini; akan tetapi Penyedia Jasa dapat mengusulkan tipe yang lain. Penggunaan tipe alternatif peralatan pemadatan akan dipertimbangkan untuk mendapatkan persetujuan asalkan pengujian yang dilakukan oleh Penyedia Jasa di lapangan,

atas

biaya

Penyedia

Jasa sendiri,

menunjukkan

pemadatan

yang

memuaskan dan syarat lain memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini. Pengujianpengujian pemadatan harus dilakukan dengan simulasi keadaan yang sebenarnya dengan

menggunakan

semua

peralatan

dan

metoda

yang

diusulkan

untuk

penghamparan dan pemadatan material timbunan. Dalam pengajuan usulannya, Penyedia Jasa diminta untuk mengajukan semua detail peralatan pemadatan termasuk penggunaan sebelumnya pada pekerjaan yang sejenis dan harus menyebut keuntungan-keuntungannya dari segi waktu dan biaya kepada Direksi. Jalur lereng sementara untuk keperluan pelaksanaan konstruksi akan diizinkan di luar permukaan timbunan bendungan, asalkan: 1) Lokasi lereng (tanjakan) harus disetujui Direksi sebelum pembuatan lereng. 2) Lereng (tanjakan) dibuat dari material yang terdahulu. 3) Kecuali bila disetujui Konsultan/Direksi semual lereng (tanjakan) diletakkan di luar timbunan bendungan atau di sebelah luar batas timbunan seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai dengan arahan Konsultan/Direksi harus dipindahkan pada saat penyelesaian pelaksanaan konstruksi dan permukaan timbunan dikembalikan sesuai dengan persetujuan Konsultan/Direksi. Untuk material timbunan yang dihampar dan berhubungan dengan struktur beton, penghamparannya harus ditunda sampai struktur beton mencapai umur antara 7 hari sampai dengan 28 hari seperti diperintahkan oleh Direksi. Material timbunan kemudian harus dihampar sedapat mungkin merata disekeliling bangunan beton untuk meminimalkan ketidak seimbangan beban pada struktur yang mungkin tidak diperhitungkan dalam desain. Penyedia Jasa juga harus berhati-hati dalam memadatkan material timbunan yang berdekatan dengan struktur beton yang lainnya. Kerusakan pada struktur beton yang disebabkan oleh peralatan Penyedia Jasa harus diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa. Galian dan Timbunan

ST IV-20

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2.2 Zona Inti Kedap Air (Zona-1) 4.2.2.1

Umum Zona inti kedap air (Zona-1) untuk bendungan utama dan bendungan pengelak utama hulu harus dilaksanakan sesuai dengan sub-bab ini dan spesifikasi lain yang dapat dipakai. Material inti kedap air harus didapat dari tempat pengambilan tanah ( borrow

area) seperti ditunjukkan pada Gambar atau atas arahan Direksi. Gradasi material Zona-1 akan ditetapkan secara pasti oleh Direksi sebelum dimulainya timbunan bendungan. 4.2.2.2

Persiapan Pondasi untuk Bendungan Utama Tidak boleh ada material yang dihampar di sembarang bagian zona inti kedap air dari bendungan utama sampai pondasi untuk bagian tersebut telah selesai digali, dikeringkan dan disiapkan dengan pantas, serta disetujui Direksi. Semua bagian-bagian bekas galian yang dibuat untuk sumur uji atau investigasi bawah tanah lain dan semua rongga, celah, dan ketidak beraturan lain yang ada yang ditemukan dalam pondasi bendungan utama yang memanjang di bawah atau melampaui garis galian yang telah ditentukan untuk pondasi bendungan, harus diisi dengan material isian beton (dental

work) atau sementasi (slush grout) atau seperti ditunjuk oleh Direksi, dan pembayaran untuk ini dibuat sebagaimana disediakan dalam item pekerjaan dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan. Penggalian pondasi batuan harus terbatas sampai kedalaman 30 cm di atas batas galian rencana yang diperlukan untuk mencegah sisi-sisi dan bagian bawah pondasi pecah akibat bukaan yang berlebihan terhadap cuaca. Segera sebelum menghampar zona inti kedap air (Zona-1), pondasi batuan harus selesai digali sampai ke formasi yang diperlukan dengan menggunakan peralatan tangan atau metoda lain yang disetujui untuk mencegah hancurnya permukaan pondasi. Permukaan pondasi dimana bagian Zona-1 timbunan bendungan akan dihampar di atasnya, harus dibersihkan dari kotoran dan sisa material lepas dengan menggunakan pompa udara bertekanan atau dengan pompa air bertekanan sesuai dengan kondisi batuan pondasi. Semua material yang lepas atau goyah dan material yang tidak menguntungkan lainnya harus dibuang sebelum menghampar lapisan pertama material Zona-1. Kondisi batuan pondasi sebelum penghamparan dibuat lembap namun tidak terdapat genangan air. Genangan air yang ada harus dibuang dari bagian terendah dan semua permukaan pondasi harus dalam keadaan basah dan dirawat secukupnya untuk memperoleh ikatan yang baik dengan material Zona-1 yang akan dihampar di atasnya. Sebelum penimbunan lapisan Zona-1, di permukaan pondasi dihampar lapisan contact

clay dengan ketebalan 30 cm yang dipadatkan setiap 10 cm sebagaimana disyaratkan pada Sub-bab 4.2.2.8. Galian dan Timbunan

ST IV-21

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2.2.3

Persiapan Pondasi Untuk Bendungan Pengelak Utama Permukaan pondasi dimana lapisan inti kedap air untuk bendungan pengelak utama hulu akan dihampar di atasnya harus dibersihkan dari semua material lepas dan material yang tidak menguntungkan lainnya dengan cara seperti disyaratkan pada Sub-bab 4.2.2.2.

4.2.2.4

Gradasi Material Zona-1 Material zona inti kedap air (Zona-1) merupakan material galian dari tempat pengambilan tanah (borrow area) seperti ditunjukkan pada Gambar atau yang ditunjuk oleh Direksi. Spesifikasi material untuk timbunan inti adalah : 1) Ukuran butir maksimum 10 cm 2) Persentase berat butiran yang lolos saringan No. 200 (0,074 mm) antara 40% sampai dengan 75%. 3) Persentase berat butiran yang tertahan saringan No. 4 (4,75 mm) tidak boleh lebih dari 10%. 4) Kadar air material selama dan sesudah pemadatan antara -3% di bawah kadar air optimum sampai dengan 3% di atas kadar air optimum atau menurut petunjuk Direksi. 5) Koefisien permeabilitas lebih kecil dari 2 x 10-5 cm/detik setelah dipadatkan. 6) Merupakan campuran homogen antara lempung, silt, pasir dan kerikil. 7) Tidak mengandung akar-akar tanaman, tonggak-tonggak kayu, humus dan kotoran lainnya. 8) Plasticity Index (PI) antara 15% sampai 45%. 9) Dry density lapangan harus lebih besar atau sama dengan 95% dry density dari tes pemadatan standar (Standard Compaction Test). 10) Nilai Ɣd minimal 1,25. Hasil uji gradasi harus masuk di dalam batas kriteria desain gradasi Zona-1. Bila terdapat material yang keluar dari batas disesuaikan dengan petunjuk Direksi. Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk menyediakan dan membawa material inti ke lokasi penimbunan menurut spesifikasi tersebut. Jika kadar air material tidak memenuhi syarat, maka Penyedia Jasa wajib mengusahakan agar syarat kadar air seperti disebut dalam Spesifikasi Teknik dapat dipenuhi,

misalnya

dengan

jalan

menambahkan

air

kedalam

material

dan

mencampurkannya sampai merata jika material terlalu kering, atau menjemur terlebih dahulu jika material terlalu basah. Tidak ada biaya tambahan atau kompensasi untuk usaha-usaha mencapai kadar air material seperti yang disyaratkan. Cara lain adalah

Galian dan Timbunan

ST IV-22

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dengan jalan mengganti material yang tidak memenuhi syarat dengan material baru sesuai Spesifikasi Teknik atas biaya Penyedia Jasa sendiri. Di atas permukaan pondasi dihampar lapisan contact clay dengan ketebalan 30 cm yang dipadatkan setiap 10 cm. Kriteria kadar air contact clay antara 5% sampai dengan 10% dari kadar kelembapan optimum (optimum moisture content; OMC) dan bersifat lebih plastis, sebagaimana disyaratkan pada Sub-bab 4.2.2.8 4.2.2.5

Pengawasan Kadar Air dan Kepadatan Kadar air (moisture content) material Zona-1 sebelum dan selama pemadatan harus dijaga di setiap lapis material. Kisaran yang diizinkan kadar air untuk material yang akan dihampar adalah berdasarkan pertimbangan desain. Untuk keperluan pekerjaan proyek ini, kadar air yang tertinggi biasanya didefinisikan sebagai kadar air yang akan menghasilkan kepadatan kering maksimum material yang didapat dari Borrow Area atau daerah lain yang mungkin ditunjukkan oleh Direksi. Kadar air material Zona-1 harus dijaga selama dan sesudah pemadatan, berada dalam kisaran -1% sampai dengan 3% dari OMC hasil Test Pemadatan Standar (Standard

Proctor Test) di laboratorium. Tingkat kepadatan kering (dry density) timbunan harus tidak boleh lebih kecil dari 95% (sembilan puluh lima persen) dari kepadatan kering maksimum berdasarkan Test Proctor di di laboratorium. Kadar air isian dan kadar air tertinggi material Zona-1 akan ditentukan oleh Direksi dari contoh tanah yang dipilih secara acak. Apabila kadar air yang ditentukan dari contoh tanah tidak berada dalam batasan yang diperlukan, Penyedia Jasa harus memperbaiki material sedemikian sehingga kadar air berada dalam batasan yang diperlukan seperti dibuktikan dengan rangkaian uji-uji selanjutnya. Direksi berhak untuk menyesuaikan batas kadar air yang diizinkan berdasarkan informasi yang didapat dari percobaan timbunan dan/atau pelaksanaan yang sesungguhnya, dan dalam hal ini tidak ada perubahan mengenai harga satuan per meter kubik (m3) Zona-1 sebagaimana tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan. Sebagaimana disebut secara rinci pada Sub-bab 4.2.9, sebelum pengangkutan material Zona-1 dari borrow area, kadar air material harus berada pada tingkat yang diperlukan dan kemudian material diangkut ke tempat timbunan dan dihampar; akan tetapi, apabila Direksi menetapkan bahwa kadar air material di Borrow Area berada pada tingkat yang memuaskan, izin mungkin dapat diberikan kepada Penyedia Jasa untuk menggali material di Borrow Area dan langsung diangkut ke tempat timbunan untuk dihampar dan dipadatkan. Bila diperlukan dari borrow area ke tempat sementara atau stock pile, perlu dilakukan pengawasan kadar air. Sepanjang dapat dilakukan, material Zona-1 harus berada dalam kadar air yang layak sebelum dibawa ke tempat timbunan. Apabila disetujui oleh Direksi, tambahan air tidak lebih dari 3% (tiga persen) dari berat material, dapat ditambahkan dengan penyiraman Galian dan Timbunan

ST IV-23

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

atau cara lain untuk menjamin kadar air yang seragam. Di sisi lain, apabila permukaan material Zona-1 terlalu basah untuk pemadatan yang layak, maka harus dikeringkan atau dikerjakan dengan digaru atau dengan peralatan lain yang layak untuk mengurangi kadar air sampai ke jumlah nilai yang diperlukan dan kemudian di padatkan kembali. Apabila material Zona-1 tidak dapat mencapai ke angka kadar air yang ditentukan, maka harus dibuang dan diganti dengan material yang memadai. Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk mendapatkan kadar air Zona-1 yang telah ditetapkan sehubungan dengan metoda yang diusulkannya dan telah disetujui oleh Direksi. 4.2.2.6

Penghamparan Distribusi dan gradasi material yang dihampar harus sedemikian hingga lapisan tersebut bebas dari lensa-lensa, kantong-kantong, atau lapisan-lapisan material lain yang mempunyai perbedaan besar dalam susunan atau gradasi atau kelembaban material disekitarnya. Kombinasi operasi penggalian dan penghamparan harus sedemikian hingga material tersebut bila dipadatkan akan menghasilkan kestabilan dan derajat pemadatan yang paling baik. Material Zona-1 harus dihampar secara berkesinambungan, tebal lapisan mendatar tidak lebih dari 30 cm (tiga puluh senti meter) sebelum dipadatkan. Timbunan

material

secara

berurutan

harus

dilakukan

sedemikian

sehingga

menghasilkan distribusi material yang paling baik setelah mendapat persetujuan dari Direksi, dan jika dipandang perlu untuk mencapai tujuan ini, Direksi dapat menunjuk lokasi timbunan dimana timbunan secara sendiri-sendiri perlu dilakukan. Butiran yang mempunyai ukuran lebih dari 10 cm (sepuluh senti meter) harus tidak diikut sertakan sebagai material timbunan. Butiran yang lebih besar dari 10 cm yang ditemukan dalam material timbunan harus dibuang sebelum material timbunan tersebut dipadatkan. Sampah atau kotoran, akar pohon, ranting dan lain-lain di sekitar hamparan zona 1 harus dibuang untuk mencegah terjadinya kemungkinan bocoran (piping) di sepanjang permukaan yang bersinggungan (contact surface). Bongkahbongkah tanah harus diurai terlebih dahulu sebelum dipadatkan agar timbunan menjadi homogen. Kemiringan yang cukup untuk drainasi harus disediakan sebelum atau selama hujan pada tempat yang sedang dilakukan penimbunan. 4.2.2.7

Pemadatan Biasa Sebelum pemadatan harus dilakukan trial embankment (percobaan timbunan). Apabila tiap lapisan material sudah dalam keadaan mempunyai kadar air yang dipersyaratkan, maka lapisan ini harus dipadatkan dengan tingkat kepadatan tidak kurang dari 95% (sembilan puluh lima persen) dari kepadatan kering maksimum (hasil Proctor Test) dengan menggunakan alat pemadatan berupa sheepfoot roller tanpa digetarkan atau

Galian dan Timbunan

ST IV-24

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

yang sejenis dengan banyaknya lintasan seusai dengan hasil trial embankment/ percobaan timbunan. Pemadatan dilakukan pada setiap jalur (setara dengan lebar sepanjang roda alat pemadatan) lapisan hingga seluruh lebar lapisan zona-zona selesai dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diperlukan. Tingkat kepadatan kering (dry density) timbunan harus tidak boleh lebih kecil dari 95% (sembilan puluh lima persen) dari kepadatan kering maksimum berdasarkan Test Proctor di di laboratorium. Jumlah lintasan sebenarnya yang diperlukan untuk alat pemadatan akan ditentukan berdasarkan pada percobaan timbunan (trial embankment) yang dilakukan seperti ditentukan pada Sub-bab 4.2.8 berikut ini. Sedemikian, hingga Direksi berhak untuk menentukan variasi jumlah lintasan alat pemadatan tergantung ke pada hasil percobaan timbunan. Sebagai tambahan, Direksi akan melakukan uji-uji seperti ditentukan pada Sub-bab 4.2.9 berikut ini untuk menentukan apakah kepadatan yang diperlukan bisa dicapai. Sambungan timbunan baru dengan timbunan lama (seperti timbunan pada palung sungai dengan timbunan bantaran kanan-kiri), permukaan sambungan timbunan lama harus dibuat miring 1V : 4H. Tipe spesifik tamping roller atau roller dengan memakai ban angin atau yang sejenisnya yang diusulkan oleh Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan dari Direksi. Pemuatan, pengoperasian dan kecepatan laju alat pemadat roller harus dilakukan seperlunya untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan. Jika lebih dari satu alat

roller digunakan untuk pemadatan pada satu lapisan, semua alat roller yang digunakan harus mempunyai tipe yang sama dan harus mempunyai ukuran yang sama. Traktor yang digunakan untuk menarik alat pemadatan roller harus mempunyai tenaga yang cukup untuk menarik alat roller dengan sempurna apabila drum atau ban roller dalam keadaan muatan penuh. Selama pengoperasian alat pemadat, Penyedia Jasa harus menjaga ruang antara ujung kaki pemadat atau ban dan permukaan drum atau ban, agar bersih dari tanah yang dapat mengumpul yang dapat mengganggu keefektifan kerja ban roller. Apabila dipandang perlu oleh Direksi, permukaan lapisan material yang akan di- roller terlalu kering atau terlalu halus untuk dapat mengikat dengan baik dengan lapisan material yang akan dihampar padanya, maka lapisan tersebut harus dibasahi dan/atau dikerjakan dengan alat garu, atau dengan menggunakan alat yang layak lainnya yang disetujui, pada kedalaman yang cukup, untuk mendapatkan ikatan permukaan yang baik sebelum lapisan material yang selanjutnya dihampar. Apabila dipandang perlu oleh Direksi, dimana permukaan lapisan material yang sudah diroller di lapangan terlalu basah bagi pemadatan material yang akan dihampar di atasnya, maka lapisan material tersebut harus dibuang dan dikeringkan atau dikerjakan dengan alat garu, atau dengan menggunakan alat yang layak lainnya untuk mengurangi kadar airnya

Galian dan Timbunan

ST IV-25

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

sampai pada nilai yang diperlukan. Kemudian lapisan material tersebut harus dipadatkan lagi sebelum lapisan berikutnya dihampar di atasnya. 4.2.2.8

Pemadatan Contact Clay Material ini harus dipilih dari material yang lebih plastis dan lebih halus di borrow area sebagaimana ditunjuk Direksi, untuk dihampar dan dipadatkan secara khusus dengan tebal 10 cm (sepuluh senti meter) sebanyak 3 (tiga) lapis hamparan di atas semua permukaan pondasi Zona-1 (termasuk lereng tumpuan) dan di sekitar struktur beton

capping dan bangunan pelimpah. Material ini harus dihampar kurang lebih berupa lapisan horisontal dengan tebal tidak lebih dari 10 cm (sepuluh senti meter) setelah dipadatkan kecuali apabila diperintahkan oleh Direksi. Lapisan material ini harus mempunyai kadar air sebesar 5%-10% dari OMC dari material Zona-1 biasa yang sudah ditentukan kadar airnya yang digunakan untuk timbunan bendungan utama. Material contact clay ini harus dipadatkan dengan alat pemadat mekanis yang dioperasikan dengan tangan (hand stamper, baby roller atau alat lain yang disetujui Direksi) sehingga mempunyai lekatan yang kuat pada semua permukaan pondasi yang tidak beraturan dan juga harus dipadatkan sempurna pada struktur beton. Tingkat kepadatan kering (dry density) timbunan harus tidak boleh lebih kecil dari 95% (sembilan puluh lima persen) dari kepadatan kering maksimum berdasarkan Test Proctor di laboratorium. Apabila material ini ditempatkan pada permukaan pondasi yang miring (tumpuan) dan pada dinding beton maka timbunan dibuat miring 1V : 6H dan arah gerakan pemadatan harus tegak lurus lereng tumpuan agar tekanan alat pemadat mengarah langsung ke permukaan pondasi. Apabila, pondasi yang tidak beraturan terlampau kecil, sehingga penggunaan alat pemadatan mekanis yang dioperasikan dengan tangan tidak dapat dilaksanakan, maka material ini harus dipadatkan secara khusus sesuai dengan petunjuk Direksi; dan bagaimanapun juga tidak ada penyesuaian harga satuan untuk pelaksanaan dengan hal ini. Pengukuran untuk pembayaran material Zona-1 yang dipadatkan secara khusus seperti yang ditentukan pada sub-ayat ini akan dibuat berdasarkan garis, angka dan dimensi yang ditentukan oleh Direksi. Pembayaran untuk material Zona-1 dan pemadatan khususnya seperti ditentukan pada sub-ayat ini akan dibuat berdasarkan harga satuan per meter kubik dalam penawaran seperti tercantum pada Kuantitas Pekerjaan, dan akan dipisah dengan pembayaran untuk pelaksanaan Zona-1 timbunan bendungan biasa seperti ditentukan pada Subbab 4.2.9. Harga satuan ini terdiri dari untuk semua tenaga kerja, material dan peralatan yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk penggalian material di

Borrow Area, pengangkutan sampai ke pondasi bendungan utama, penempatan,

Galian dan Timbunan

ST IV-26

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

penyebaran, pemadatan khusus, pembasahan atau pengeringan dan penggaruan bilamana perlu serta semua pengujian (testing). 4.2.2.9

Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran pemadatan material Zona-1 biasa (seperti ditentukan pada Sub-bab 4.2.2.6 dan 4.2.2.7) pada timbunan bendungan akan dibuat berdasarkan semua material yang sudah dihampar di tempat dan diterima, sesuai dengan garis, angka dan dimensi yang ditetapkan oleh Direksi. Pembayaran untuk pelaksanaan pemadatan Zona-1 di timbunan biasa bendungan akan dibuat berdasarkan harga satuan per meter kubik (m3) penawaran seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan. Harga satuan tersebut terdiri untuk semua tenaga kerja, material dan peralatan yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan termasuk galian material dan pekerjaan lain di Borrow Area di luar pembersihan (clearing) dan pengupasan (stripping) seperti diuraikan pada Sub-bab 4.2.9, pengangkutan, penempatan, penyebaran, pemadatan biasa, pembasahan atau pengeringan dan penggaruan bilamana perlu, dan semua pengujian termasuk pengujian pelaksanaan timbunan. Dalam hal dimana diperlukan Penyedia Jasa untuk melakukan lebih atau kurang dari 8 (delapan) kali lintasan pemadatan, maka tidak perlu ada penyesuaian pada harga satuan penawaran dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Pengukuran dan pembayaran untuk pemadatan khusus material Zona-1 di bendungan utama harus mengikuti ketetentuan pada Sub-bab 4.2.2.8.

4.2.3 Zona Filter Halus (Zona-2) 4.2.3.1

Umum Material filter halus (Zona-2) dan filter kasar atau transisi (Zona-3) harus terdiri dari partikel material alam, keras dan awet bentukan dari hancuran batuan andesit vulkanik yang didapat dari endapan sungai yang terdiri dari pasir dan kerikil atau diproses melalui penghancuran, pengayakan dan pencucian sebagaimana untuk mendapatkan gradasi yang diperlukan. Material bentukan dari hancuran batuan tuf (breksi tuf) tidak boleh dipergunakan untuk material ini. Material filter halus (Zona-2) harus bersih, material tidak berkohesi terutama terdiri dari pasir dan kerikil (gravel) dengan ukuran butir maksimum 50 mm (lima puluh milimeter), persentase berat butiran lolos saringan No. 200 (0,074 mm) kurang dari 5% (lima persen) dan persentase berat butiran tertahan saringan No.4 (4,76 mm) kurang dari 35% (tiga puluh lima persen). Gradasi material Zona-2 akan ditetapkan secara pasti oleh Direksi sebelum dimulainya timbunan bendungan. Sebelum dan selama pemadatan, material di setiap lapisan zona filter harus dalam keadaan basah untuk mencapai tingkat kepadatan yang memuaskan.

Galian dan Timbunan

ST IV-27

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Ukuran dan gradasi material Zona-2 dan Zona-3 akan diuji di lapangan oleh Direksi setelah pemadatan. Kontraktor harus menyediakan instalasi, perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk memproses/memproduksi filter sesuai spesifikasi yang ditetapkan. 4.2.3.2

Penghamparan Apabila terdapat fragmen batuan pada material yang dihampar lebih besar dari ukuran yang ditentukan, maka harus dibuang sebelum material tesebut dipadatkan, kecuali apabila diperintah oleh Direksi, dimana fragmen batuan yang harus dibuang itu memenuhi syarat untuk zona batuan, maka dapat ditempatkan pada zona timbunan random tanah (Zona-4) atau zona timbunan batu (Zona-5). Material Zona-2 harus dihampar terlebih dahulu sebelum penghamparan material Zona-1. Ketebalan hamparan sebelum dipadatkan tidak boleh lebih dari 40 cm (empat puluh senti meter). Pengoperasian Penyedia Jasa dalam penanganan, penghamparan dan pemadatan material Zona-2 harus sedemikian sehingga akan menghasilkan distribusi dan gradasi material yang dapat diterima di semua zona. Kantong-kantong batuan dan sekelompok batuan yang akan mengganggu pemadatan material dengan sempurna tidak boleh ada. Material untuk Zona-2 harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih berupa lapisan mendatar untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran (segregation) atau terjadinya formasi rongga. Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 40 cm (empat puluh senti meter) sebelum dipadatkan. Apabila permukaan yang dihampar terkontaminasi oleh material timbunan yang lain, maka permukaan yang dihampar harus dibersihkan atau dikupas dari material yang menyebabkan kontaminasi sebelum lapis yang berikutnya dihampar. Butiran yang lebih besar dari ⅔ dari tebal lapisan setelah dipadatkan harus dibuang. Timbunan

material

secara

berurutan

harus

dilakukan

sedemikian

sehingga

menghasilkan distribusi material yang paling baik setelah mendapat persetujuan dari Direksi, dan jika dipandang perlu untuk mencapai tujuan ini, Direksi dapat menunjuk lokasi timbunan dimana timbunan secara sendiri-sendiri perlu dilakukan. 4.2.3.3

Pemadatan Tiap lapis material untuk Zona-2 harus dipadatkan sampai kepadatan relatif (relative

density) paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dengan menggunakan alat pemadat dengan getar (vibratory roller) dengan berat lebih dari 110 kN (11 ton) atau berdasarkan program trial embankment. Hal ini akan dapat dilakukan dengan lintasan sesuai hasil trial embankment pada setiap jalur (sama dengan lebar sampai panjang dari drum roller) lapisan hingga seluruh lapisan zona-zona selesai dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diperlukan. Galian dan Timbunan

ST IV-28

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Jumlah lintasan sebenarnya yang diperlukan untuk alat pemadatan akan ditentukan berdasarkan pada percobaan timbunan (trial embankment) yang dilakukan seperti ditentukan pada Sub-bab 4.2.8 berikut ini. Sedemikian, hingga Direksi berhak untuk menentukan variasi jumlah lintasan alat pemadatan tergantung ke pada hasil percobaan timbunan. Sebagai tambahan, Direksi akan melakukan uji-uji seperti ditentukan pada Sub-bab 4.2.9 berikut berikut ini untuk menentukan apakah kepadatan yang diperlukan bisa dicapai. Tipe spesifik vibratory roller yang digunakan Penyedia Jasa untuk pemadatan material Zona-2 harus diajukan dan mendapatkan persetujuan dari Direksi Pengoperasian alat roller getar, termasuk frekuensi getaran dan kecepatan lintasan harus sesuai dengan petunjuk Direksi. Jika lebih dari satu alat roller getar yang digunakan, maka semua alat roller harus mempunyai tipe yang sama dan yang terpenting mempunyai dimensi yang sama pula. Mesin penarik traktor harus mempunyai tenaga yang cukup untuk menarik alat pemadatan roller dengan baik dalam semua keadaan yang ditemui pada pekerjaan timbunan. Permukaan roller harus dijaga agar bebas dari tanah yang menempel padanya; dan apabila terdapat tanah atau material lain menempel padanya, maka harus dibuang. Roller harus dipelihara dengan baik sedemikian hingga karakteristik pemadatan dapat dipertahankan secara konsisten. Apabila, pada pemadatan lapisan Zona-2, pada bagian permukaan lapisan terdapat material yang dapat menghalangi jalannya air keluar melalui zona, dan/atau dapat mencegah lekatan yang baik dengan material yang selanjutnya, maka Penyedia Jasa harus membuang material yang dapat menghalangi jalannya air keluar tersebut ketika dipadatkan dan/atau digaru atau kalau tidak dipersiapkan permukaan lapisan sedemikian sehingga diperoleh lekatan yang baik diantara lapisan tersebut. 4.2.3.4

Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran Zona-2 pada timbunan bendungan akan dibuat berdasarkan pada semua material yang sudah dipadatkan di lapangan pada garis, ukuran dan dimensi yang ditentukan oleh Direksi. Pembayaran untuk pelaksanaan Zona-2 di timbunan bendungan akan dibuat berdasarkan harga satuan per meter kubik (m3) penawaran seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan. Harga satuan ini terdiri untuk semua tenaga kerja, material dan alat yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan termasuk galian material

di

tempat

pengklasifikasian

dan

quarry; proses dan penumpukan (stock pile) material, pencucian,

pengangkutan,

penempatan,

penghamparan

pengeringan atau pembasahan, penggaruan sebagaimana perlu dan pemadatan, termasuk semua pengujian yang diperlukan untuk pelaksanaan timbunan. Pada keadaan dimana Penyedia Jasa diperlukan untuk membuat lebih atau kurang dari 4 (empat) kali lintasan untuk alat pemadatan roller getar, maka tidak ada penyesuaian harga satuan penawaran yang akan dibuat pada Daftar Kuantitas dan Harga. Galian dan Timbunan

ST IV-29

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2.4 Zona Filter Kasar (Zona-3) 4.2.4.1

Umum

a. Semua materal untuk filter akan didapatkan dari quarry seperti ditunjukkan dalam Gambar. b. Semua pekerjaan penggalian di quarry akan dikerjakan sesuai dengan Sub-Bab. c. Penyedia Jasa akan mengajukan metode kerja berkaitan dengan produksi filter dan penempatan/panghamparan material filter untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi. Paling tidak/minimal 60 hari sebelum instalasi peralatan produksi material filter, Penyedia Jasa harus mengajukan gambar, metode kerja berkenaan dengan pengaturan plant, deskripsi peralatan, metode kerja penghamparan dan material filter. d. Material Zona-3 diperoleh dari hasil crushing dan belum dilakukan uji gradasi. Pada saat awal pelaksanaan konstruksi harus dilakukan uji gradasi dari hasil crushing tersebut. e. Gradasi material dan Zona-3 akan ditetapkan secara pasti oleh Direksi sebelum dimulainya timbunan bendungan. 4.2.4.2

Kualitas Material Filter Kasar

a. Material filter kasar harus merupakan komposisi dari material batuan keras yang kuat dan awet dan tidak mengandung lempung, lanau dan material organik, material batu untuk kebutuhan filter kasar didapat dari hasil penggalian quarry. Material bentukan dari hancuran batuan tuf (breksi tuf) tidak boleh dipergunakan untuk material ini. Hanya batuan lapuk sedang ke batuan keras yang diizinkan dipergunakan untuk material ini. b. Material untuk filter kasar ini harus diproses untuk memenuhi kebutuhan sebagaimana disebutkan dalam sub bab 3 dalam Bab ini. Seperti proses pekerjaan dimaksud adalah pemecahan, pengayakan, pencucian, pemisahan dan pencampuran (blending) sudah termasuk dalam pekerjaan pemrosesan material filter kasar ini. c. Penyedia Jasa akan membangun fasilitas pemorosesan untuk material filter kasar ini. 4.2.4.3

Pengujian

a. Sebelum melaksanakan penimbunan maka Penyedia Jasa harus melakukan pengujian sesuai dengan pedoman pengujian material ASTM 1141. Material akan ditolak apabila:  Kehilangan material kurang dari 45% terhadap berat total menggunakan LA Abrasi pada 500 putaran.  Pengujian soundness dengan menggunakan sodium sulphate 5 siklus, kehilangan material terhadap berat total tidak lebih dari 14%.

Galian dan Timbunan

ST IV-30

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

b. Pada saat penghamparan dan pemadatan material filter kasar harus sudah sesuai dengan gradasi seperti ditunjukkan dalam Gambar. Kurva gradasi akan ditentukan kemudian oleh Direksi. c. Penyedia Jasa akan membuang material filter kasar yang tidak memenuhi syarat sesuai sub bab ini. Gradasi material filter harus memenuhi kriteria yang akan melindungi material lempung yang diambil dari borrow area. 4.2.4.4

Penghamparan Apabila terdapat fragmen batuan pada material yang dihampar lebih besar dari ukuran yang ditentukan, maka harus dibuang sebelum material tesebut dipadatkan, kecuali apabila diperintah oleh Direksi, dimana fragmen batuan yang harus dibuang itu memenuhi syarat untuk zona batuan, maka dapat ditempatkan pada zona timbunan random (Zona-4) atau zona timbunan batu (Zona-5). Material Zona-3 harus dihampar terlebih dahulu sebelum penghamparan material Zona-1. Ketebalan hamparan sebelum dipadatkan tidak boleh lebih dari 40 cm (empat puluh senti meter). Pengoperasian Penyedia Jasa dalam penanganan, penghamparan dan pemadatan material Zona-3 harus sedemikian sehingga akan menghasilkan distribusi dan gradasi material yang dapat diterima di semua zona. Kantong-kantong batuan dan sekelompok batuan yang akan mengganggu pemadatan material dengan sempurna tidak boleh ada. Material untuk Zona-3 harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih berupa lapisan mendatar untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran ( segregation) atau terjadinya formasi rongga. Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 40 cm (empat puluh senti meter) sebelum dipadatkan. Apabila permukaan yang dihampar terkontaminasi oleh material timbunan yang lain, maka permukaan yang dihampar harus dibersihkan atau dikupas dari material yang menyebabkan kontaminasi sebelum lapis yang berikutnya dihampar. Timbunan

material

secara

berurutan

harus

dilakukan

sedemikian

sehingga

menghasilkan distribusi material yang paling baik setelah mendapat persetujuan dari Direksi, dan jika dipandang perlu untuk mencapai tujuan ini, Direksi dapat menunjuk lokasi timbunan dimana timbunan secara sendiri-sendiri perlu dilakukan. 4.2.4.5

Pemadatan Tiap lapis material untuk Zona-3 harus dipadatkan sampai kepadatan relatif (relative

density) paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) dengan menggunakan alat pemadat tanpa getar (vibratory roller) dengan berat lebih dari 110 kN (11 ton). Hal ini akan dapat dilakukan dengan lintasan alat pemadat kurang lebih 4 (empat) kali lintasan pada setiap jalur (sama dengan lebar sampai panjang dari drum roller) lapisan hingga

Galian dan Timbunan

ST IV-31

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

seluruh lapisan zona-zona selesai dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diperlukan. Jumlah lintasan sebenarnya yang diperlukan untuk alat pemadatan akan ditentukan berdasarkan pada percobaan timbunan (embankment trial) yang dilakukan seperti ditentukan pada Sub-bab 4.2.8 berikut ini. Sedemikian, hingga Direksi berhak untuk menentukan variasi jumlah lintasan alat pemadatan tergantung ke pada hasil uji timbunan. Sebagai tambahan, Direksi akan melakukan uji-uji seperti ditentukan pada Sub-bab 4.2.9 berikut ini untuk menentukan apakah kepadatan yang diperlukan bisa dicapai. Tipe spesifik vibratory roller yang digunakan Penyedia Jasa untuk pemadatan material Zona-3 harus diajukan dan mendapatkan persetujuan dari Direksi. Pengoperasian alat roller getar, termasuk frekuensi getaran dan kecepatan lintasan harus sesuai dengan petunjuk Direksi. Jika lebih dari satu alat roller getar yang digunakan, maka semua alat roller harus mempunyai tipe dan dimensi yang sama. Mesin penarik traktor harus mempunyai tenaga yang cukup untuk menarik alat pemadatan roller dengan baik dalam semua keadaan yang ditemui pada pekerjaan timbunan. Permukaan roller harus dijaga agar bebas dari tanah yang menempel padanya; dan apabila terdapat tanah atau material lain menempel padanya, maka harus dibuang. Roller harus dipelihara dengan baik sedemikian hingga karakteristik pemadatan dapat dipertahankan secara konsisten. Apabila, pada pemadatan lapisan Zona-3, pada bagian permukaan lapisan terdapat material yang dapat menghalangi jalannya air keluar melalui zona, dan/atau dapat mencegah lekatan yang baik dengan material yang selanjutnya, maka Penyedia Jasa harus membuang material yang dapat menghalangi jalannya air keluar tersebut ketika dipadatkan dan/atau digaru atau kalau tidak dipersiapkan permukaan lapisan sedemikian sehingga diperoleh lekatan yang baik di antara lapisan tersebut. 4.2.4.6

Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran Zona-3 pada timbunan bendungan akan dibuat berdasarkan pada semua material yang sudah dipadatkan di lapangan pada garis, ukuran dan dimensi yang ditentukan oleh Direksi. Pembayaran untuk pelaksanaan Zona-3 di timbunan bendungan akan dibuat berdasarkan harga satuan per meter kubik (m3) penawaran seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan. Harga satuan ini terdiri untuk semua tenaga kerja, material dan alat yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan termasuk galian material

di

tempat

pengklasifikasian

dan

quarry; proses dan penumpukan (stock pile) material, pencucian,

pengangkutan,

penempatan,

penghamparan

pengeringan atau pembasahan, penggaruan sebagaimana perlu dan pemadatan, termasuk semua pengujian yang diperlukan untuk pelaksanaan timbunan. Pada keadaan dimana Penyedia Jasa diperlukan untuk membuat lebih atau kurang dari 4

Galian dan Timbunan

ST IV-32

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(empat) kali lintasan untuk alat pemadatan roller getar, maka tidak ada penyesuaian harga satuan penawaran yang akan dibuat pada Daftar Kuantitas dan Harga. 4.2.5 Zona Timbunan Batu (Zona-5) 4.2.5.1

Umum Material zona timbunan batu (Zona-5) untuktimbunan bendungan harus diperoleh dari

quarry atau daerah lain yang disetujui oleh Direksi, dan harus berupa campuran batu yang cukup keras, awet dan bergradasi baik. Material zona-5 harus berupa campuran pilihan yang mempunyai ukuran partikel maksimum 75 cm (tujuh puluh lima senti meter), prosentase berat butiran yang tertahan pada ayakan No.4 (4,76 mm) tidak boleh kurang dari 80 % (delapan puluh persen), dan prosentase berat butiran yang lolos ayakan No.200 (0,074 mm) tidak boleh lebih dari 1 % (satu persen). Pada tempat-tempat dimana Zona-5 berdekatan dengan Zona-3, Zona-4 dan pondasi bendungan, Penyedia Jasa harus berhati-hati untuk menjamin tidak ada material yang ukurannya lebih dari 20 cm (dua puluh senti meter) terhampar di lokasi tersebut. Pondasi di bawah Zona-5 timbunan bendungan harus dipersiapkan sesuai petunjuk Direksi sehingga permukaan pondasi dapat dipadatkan dan mempunyai lekatan yang baik dengan lapisan pertama material Zona-5 yang akan dihampar di atasnya. Material zona-5 tidak boleh dihampar di timbunan bendungan sampai pondasi tersebut sudah disiapkan dengan baik dan disetujui oleh Direksi. Gradasi material Zona-5 akan ditetapkan secara pasti oleh Direksi sebelum dimulainya timbunan bendungan. 4.2.5.2

Penghamparan Material untuk Zona-5 harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih berupa lapisan horisontal untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran (segregation), kantong-kantong batuan atau terjadinya formasi rongga. Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 100 cm (seratus senti meter). Timbunan

material

secara

berurutan

harus

dilakukan

sedemikian

sehingga

menghasilkan distribusi material yang paling baik setelah mendapat persetujuan dari Direksi, dan jika dipandang perlu untuk mencapai tujuan ini, Direksi dapat menunjuk lokasi timbunan dimana timbunan secara sendiri-sendiri perlu dilakukan. 4.2.5.3

Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran Zona-5 pada timbunan bendungan dibuat berdasarkan pada semua material yang sudah dipadatkan di lapangan pada garis, ukuran dan dimensi yang ditentukan oleh Direksi.

Galian dan Timbunan

ST IV-33

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pembayaran untuk pelaksanaan Zona-5 pada timbunan bendungan akan dibuat berdasarkan harga satuan per meter kubik (m3) penawaran seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan. Harga satuan ini terdiri untuk semua tenaga kerja, material dan alat yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan termasuk galian material dari tempat stockpile dan pengangkutan ke tempat timbunan, penghamparan, penyebaran, pembasahan dan pemadatan material dengan roller; dan pengujian termasuk pengujian pelaksanaan timbunan. Pada keadaan dimana Penyedia Jasa diperlukan untuk membuat lebih atau kurang dari jumlah lintasan untuk alat pemadatan roller getar yang ditentukan seperti tersebut di atas, maka tidak ada penyesuaian harga satuan penawaran yang akan dibuat pada Daftar Kuantitas dan Harga. 4.2.6 Zona Rip-Rap (Zona-6) 4.2.6.1

Umum Material untuk zona rip-rap (zona pelindung) adalah batu pilihan yang berasal dari quarry atau dari tempat lain yang disetujui Direksi. Ukuran butir maksimum timbunan rip-rap adalah 100 cm untuk tebal zona rip-rap 1,0 m dan 60 cm untuk tebal zona riprap 0,60 m. Untuk Zona rip-rap tidak perlu ada pemadatan. Gradasi material Zona-6 akan ditetapkan secara pasti oleh Direksi sebelum dimulainya timbunan bendungan.

4.2.6.2

Penghamparan Apabila pada material yang dihampar terdapat partikel yang lebih besar dari pada ukuran maksimum yang telah ditetapkan, maka material tersebut harus dibuang kecuali apabila mendapat persetujuan dari Direksi. Operasi Penyedia Jasa dalam pengangkutan, penghamparan dan penyelesaian permukaan kemiringan harus sedemikian sehingga menghasilkan fragmen batu besar menyebar rata dengan ukuran maksimum membesar ke arah luar kemiringan dan fragmen batu yang lebih kecil akan mengisi tempat-tempat di antara fragmen batu yang lebih besar agar menghasilkan ikatan saling mengunci yang baik serta menghasilkan permukaan yang cukup kasar. Adanya kelompok partikel-partikel yang lebih kecil dan adanya rongga-rongga yang besar tidak diizinkan. Material untuk zona rip-rap harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih berupa lapisan mendatar untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran ( segregation) dan formasi rongga besar yang membahayakan. Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 100 cm (seratus senti meter). Apabila permukaan pondasi yang akan dihampar menjadi halus atau terkontaminasi sedemikian sehingga menggangu lekatan yang baik dengan material yang akan dihampar di atasnya, maka permukaan tersebut harus dikasarkan atau bagian yang terkontaminasi harus dibuang agar mendapatkan lekatan yang baik dengan material selanjutnya yang akan dihampar.

Galian dan Timbunan

ST IV-34

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Timbunan

material

secara

berurutan

harus

dilakukan

sedemikian

sehingga

menghasilkan distribusi material yang paling baik setelah mendapat persetujuan dari Direksi, dan jika dipandang perlu untuk mencapai tujuan ini, Direksi dapat menunjuk lokasi timbunan dimana timbunan secara sendiri-sendiri perlu dilakukan. 4.2.6.3

Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran zona rip-rap pada timbunan bendungan dibuat berdasarkan pada semua material yang sudah dihampar di lapangan pada garis, ukuran dan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau seperti ditentukan oleh Direksi. Pembayaran untuk pelaksanaan Zona rip-rap pada timbunan bendungan akan dibuat pada harga satuan per meter kubik (m3) seperti tercantum pada Daftar Kuantitas Pekerjaan. Harga satuan ini merupakan kompensasi penuh untuk semua tenaga kerja, material dan alat yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan termasuk pengadaan material ke tempat timbunan, pengangkutan, penghamparan dan penyebaran sebagaimana ditunjuk oleh Direksi.

4.2.7 Percobaan Timbunan (Trial Embankment) 4.2.7.1

Umum Sub-bab ini meliputi pelaksanaan percobaan timbunan ( trial embankment) untuk menentukan keefektifan berbagai metoda dalam penghamparan, penyebaran dan pemadatan material yang tersedia untuk pelaksanaan timbunan bendungan. Setelah percobaan timbunan selesai, kesemuanya harus dibongkar oleh Penyedia Jasa kecuali apabila diperintahkan lain oleh Direksi. Sebelum pelaksanaan timbunan bendungan (termasuk bendungan pengelak utama), uji coba lapangan harus dilakukan untuk mengevaluasi cara penghamparan serta kemampuan dari alat pemadat timbunan. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi, dokumen usulan program uji coba timbunan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum

dimulainya

pelaksanaan

uji

coba

timbunan,

untuk

mendapatkan

persetujuannya. Dokumen usulan program percobaan timbunan harus meliputi pelaksanaan percobaan timbunan seperti ditunjuk oleh Direksi, lengkap dengan lokasi uji coba, jumlah lintasan pemadatan, tempat perputaran peralatan dan hal-hal lain yang perlu, dan pemadatan percobaan timbunan dengan menggunakan alat pemadatan yang telah ditetapkan. Berkenaan dengan ini, maka uraian berikut ini akan diterapkan. 1) Kebutuhan Material untuk Percobaan Timbunan a) Material inti kedap (Zona 1) b) Material filter halus (Zona-2) c) Material filter kasar (Zona-3) d) Material timbunan random (Zona-4) Galian dan Timbunan

ST IV-35

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

e) Material timbunan batu (Zona-5) f) Material lain yang dipandang perlu oleh Direksi. 2) Lingkup percobaan timbunan Percobaan timbunan harus dibuat pada material yang telah ditetapkan untuk evaluasi sebagai berikut: a) Metode untuk pengambilan, pengangkutan dan penghamparan material yang diusulkan oleh Penyedia Jasa. b) Pengaruh tebal lapisan timbunan. c) Pengaruh lintasan dan pemadatan alat pemadatan (roller). d) Hal-hal lain yang dipandang perlu oleh Direksi. Pengujian penggalian, pengangkutan dan penghamparan akan ditujukan untuk menetapkan prosedur pelaksanaan yang akan merupakan prosedur yang konsisten yang layak dipertahankan untuk zona-zona yang telah ditetapkan. 3) Jadwal percobaan timbunan Percobaan timbunan harus dilakukan, dan semua pengujian yang diperlukan harus diselesaikan, untuk setiap zona material, sebelum dilakukan penghamparan dan pemadatan setiap tipe material pada zona timbunan masing-masing. Pelaksanaan pengujian timbunan dan produksi material, untuk itu harus dikoordinasikan dan dijadwalkan

untuk menjamin

selesainya

pengujian

serta

evaluasi

hasilnya

sehubungan dengan kebutuhan jadwal pelaksanaan pekerjaan. 4) Percobaan timbunan Direksi akan menginstruksikan Penyedia Jasa untuk melakukan pengujian-pengujian di lapangan meliputi: kepadatan lapangan, permeabilitas lapangan, dan kadar air (untuk Zona-1). Selain itu dilakukan pengambilan sampel undisturbed untuk dilakukan uji laboratorium agar diperoleh sifat fisik dan sifat teknik timbunan, meliputi: gradasi, kadar air, index properties, dan kuat geser dan lain-lain yang dianggap perlu, dan melakukan observasi penurunan (settlement) serta inspeksi yang diperlukan untuk mengevaluasi pelaksanaan percobaan timbunan. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan, dan bantuan apabila diperlukan oleh Direksi untuk penyelenggaraan pekerjaan ini. 5) Volume materialyang disediakan Kuantitas material yang harus disediakan untuk pelaksanaan percobaan timbunan untuk masing-masing zona diperkirakan sebagai berikut : a) Material inti kedap air (Zona-1) : 1.00 m3 b) Material filter halus (Zona-2) : 1.00 m3 c) Material filter kasar (Zona-3) : 1.00 m3 d) Material random (Zona-4) : 1.000 m3 e) Material batu (Zona-5) : 1.000 m3 f) Material lain seperti ditunjukkan oleh Direksi

Galian dan Timbunan

ST IV-36

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2.7.2

Peralatan Semua peralatan pelaksanaan percobaan timbunan harus disediakan oleh Penyedia Jasa

sebagaimana

diperlukan

untuk

penggalian,

pemrosesan,

penumpukan,

pengangkutan, penyebaran, pengawasan kelembaban, dan pemadatan. Kecuali apabila disetujui oleh Direksi, peralatan untuk pemadatan dan penyiraman air harus mempunyai tipe yang sama sebagaimana yang akan dipergunakan pada pelaksanaan timbunan bendungan nantinya. Penggunaan peralatan alternatif pada pelaksanaan timbunan akan diizinkan oleh Direksi, hanya apabila pengujian menunjukkan kemampuan alat paling sedikit sama seperti peralatan yang ditentukan pada percobaan timbunan. 4.2.7.3

Percobaan Timbunan 1) Sumber Material Material untuk pelaksanaan pengujian timbunan harus didapat dari borrow area, tempat quarry yang telah disetujui atau tempat lain yang ditunjuk oleh Direksi. 2) Proses Material Untuk material yang harus diproses sampai ke gradasi yang diperlukan di tempat pemecahan batu, penyesuaian-penyesuaian metode campuran dasar harus dibuat sebagaimana perlu dan tidak ada tambahan biaya sehubungan dengan perbaikan kekurangan yang dinyatakan oleh prosedur pengujian, dan tambahan pengujian harus dibuat sebagaimana perlu dalam mengevaluasi metode yang dimodifikasi. Apabila, selama pelaksanaan pekerjaan, prosedur pencampuran dimodifikasi, percobaan tambahan harus dilaksanakan sebagaimana perlu untuk evaluasi metode

dan

pengaruh

modifikasi

pada

penghamparan,

penyebaran

dan

pemadatan sebelum mendapat persetujuan. 3) Persiapan Lapisan Bawah (Sub-Grade) Lapisan bawah pada setiap lokasi percobaan timbunan harus dibersihkan dari tumbuhan dan semua kotoran dan material yang tidak memenuhi syarat. Daerah pengujian harus dibuat miring seperlunya untuk menyediakan permukaan untuk pengaliran air (drained) yang cukup layak untuk pengujian. Apabila permukaan di setiap lokasi pengujian timbunan telah dibersihkan, dibuat miring dan disetujui oleh Direksi, lapisan bawah (sub-grade) harus dipadatkan sesuai dengan petunjuk Direksi. 4) Penghamparan dan Penyebaran Material harus dihampar dan disebar pada lapisan yang seragam di semua arah melebar dan memanjang daerah pengujian timbunan. Tebal lapisan akan ditentukan oleh Direksi. Ukuran fragmen maksimum yang diizinkan pada lapisan yang akan dipadatkan harus seperti yang telah ditentukan dan harus tidak melebihi

tebal

lapisan.

Metode

yang

dipergunakan

untuk

pengangkutan,

penghamparan dan penyebaran harus mempunyai tipe yang akan dapat Galian dan Timbunan

ST IV-37

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mengurangi

pemisahan

(segregation)

ukuran

material

sekecil

mungkin.

Kemiringan-kemiringan yang bervariasi tidak boleh lebih dari yang ditunjukkan pada Gambar. Setelah setiap lapisan disebar sampai ketebalan yang seragam, sistem jaringan sebagaimana diarahkan oleh Direksi harus dibuat pada permukaan percobaan timbunan berdasarkan tanda (patok) referensi yang dipasang di luar batas pengujian timbunan. Pelat besi harus dipasang pada perpotonganperpotongan jaringan di atas lapisan dan lokasinya diidentifikasi dengan tanda yang dicat untuk pengamatan perubahan elevasi yang berurutan sebagai hasil dari pemadatan. 5) Pengawasan Kelembapan Pengawasan kelembapan dan pemberian air akan diperlukan sehubungan dengan penghamparan Zona-1. Kadar air harus disesuaikan melalui proses yang disetujui oleh Direksi ke dalam batas variasi dari nilai maksimum yang diizinkan yang ditentukan oleh Direksi. 6) Pemadatan Pemadatan harus dilakukan dengan lintasan yang berurutan di atas pengujian timbunan dengan peralatan pemadatan yang ditentukan.Tiap bagian pengujian timbunan harus mendapatkan kepadatan yang diperlukan. Peralatan untuk pengangkutan, penyebaran, dan penyiraman air yang melintas di atas timbunan harus tidak diperhitungkan dalam mengeva-luasi kepadatan dan penurunan, dan lalu lintas di atas permukaan pengujian timbunan harus terbagi rata untuk menghindari daerah menerima pemadatan yang berlebihan. Pada daerah yang menerima pengaruh lalu lintas yang berlebihan harus digaruk dan dihampar kembali sebelum mulai operasi pemadatan. Bagian permukaan timbunan yang seragam harus dimiringkan untuk jalannya air ( drainage) setelah pemadatan. 4.2.7.4

Pengujian Contoh-contoh pengujian (samples) material timbunan untuk pengujian gradasi, kepadatan dan kadar air akan diambil oleh Direksi dan diuji pada interval yang sering, dan koreksi atau penyesuaian atau modifikasi metode dan kadar air dimana percobaan timbunan menunjukkan perlu, harus dilakukan oleh Penyedia Jasa tanpa biaya tambahan untuk mendapatkan data pengujian dan informasi yang diperlukan. Kecepatan penghamparan material percobaan timbunan dan kemajuan program percobaan timbunan akan dipengaruhi oleh pengambilan contoh tanah yang diperlukan dan operasi pengujian. Pemadatan yang diperoleh di bagian-bagian pengujian individu akan ditentukan dari pengujian kepadatan di lapangan dan pada material yang mempunyai partikel yang besar yang bisa memberi pengaruh yang besar terhadap hasil yang diperoleh, dengan pengujian penurunan (settlement) atau dengan kedua metode bila perlu. Pengujian parit (test trench) harus digali melintang timbunan yang dipadatkan pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi untuk menentukan efisiensi

Galian dan Timbunan

ST IV-38

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dan keefektifan metode pelaksanaan timbunan yang digunakan. Foto dokumentasi permukaan yang terbuka harus dibuat atas petunjuk Direksi atas biaya Penyedia Jasa, 4.2.7.5

Pembayaran Untuk Percobaan Timbunan Tidak ada pembayaran terpisah yang perlu dibuat untuk percobaan timbunan maupun untuk tambahan percobaan timbunan. Biaya untuk pelaksanaan percobaan timbunan maupun tambahan percobaan timbunan untuk tiap-tiap bagian zona termasuk biaya pembongkarannya seperti diperintahkan oleh Direksi harus sudah termasuk dalam harga satuan untuk tiap zona timbunan bendungan sebagaimana dalam penawaran pada Daftar Kuantitas dan Harga.

4.2.8 Pengujian Material Timbunan 4.2.8.1

Umum Penyedia Jasa harus melakukan pengujian material timbunan di laboratorium dengan perlengkapannya yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan menyediakan pelatihan (training) bagi staff Direksi, dan harus membantu Direksi untuk melakukan semua pengujian yang diperlukan untuk menjamin material timbunan memenuhi semua persyaratan dalam spesifikasi ini. Pengujian-pengujian ini termasuk 3 (tiga) kepadatan lapangan (field density) dan pengujian kepadatan cepat (rapid density test) untuk setiap 1.500 m3 material Zona-1 yang terhampar ditimbunan, dan harus termasuk 3 (tiga)

pengujian

kepadatan

lapangan

dan

pengujian

kepadatan

laboratorium

3

(laboratory density test) untuk setiap 1.000 m material Zona-2 dan Zona-3. Juga pengujian tersebut termasuk 1 (satu) pengujian ukuran butiran ( grain size test) untuk setiap 500 m3 material Zona-2 dan Zona-3. Pengujian-pengujian lain untuk Zona-1 yang mungkin diperlukan oleh Direksi juga harus dibuat. Pengujian-pengujian untuk zona lain akan dilakukan jika dipandang perlu oleh Direksi. Kecuali apabila disebutkan dalam ayat ini, pengujian lapangan dan laboratorium material timbunan harus berdasarkan pada metoda pengujian yang ada dan secara praktis direkomendasikan oleh American Society for Testing and Materials (ASTM),

Japanese Industrial Standards (JIS), atau standar-standar yang disetujui lainnya, dengan memakai ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1) Contoh-contoh tanah Zona-1 harus disiapkan berdasarkan ASTM Designation D2217, Procedure B, kecuali apabila pengurangan kadar air contoh tanah tidak melebihi pada temperatur 50ºC. 2) Kepadatan kering maksimum dan kadar air maksimum material Zona-1 harus ditentukan berdasarkan kepada ASTM D698 atau JIS A-1210, dimana ditetapkan: (a) Material pengujian segar yang disiapkan untuk tiap contoh tanah harus

dipadatkan. Penggunaan ulang material yang sudah dipadatkan tidak diizinkan. (b) Contoh tanah untuk bahan pengujian yang dipadatkan lebih kering dari kadar

air timbunan, dapat dikeringkan sendiri-sendiri sampai kadar air pengujian Galian dan Timbunan

ST IV-39

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

yang diinginkan, untuk setiap bahan pengujian. 3) Gradasi contoh material Zona-1 harus ditentukan berdasarkan kepada ASTM D422 atau JIS 1204, kecuali apabila dalam pembuyaran atau pengadukan contoh tanah tidak menggunakan alat pengaduk mekanis. Contoh tanah harus diaduk dengan menggunakan cawan pengaduk pancaran udara (air-jet) dengan prinsip yang serupa seperti ditunjukkan di ASTM D422. 4) Untuk Zona-1, sebagaimana pengawasan penghamparan rutin, kepadatan lapangan harus diukur di tempat timbunan sesuai dengan ASTM D 1556 dan keseimbangan kandungan air di lapangan dan kandungan air maksimum, dan rasio kepadatan

kering

lapangan

dan

kepadatan

kering

maksimum ditetapkan

berdasarkan prinsip-prinsip yang tercantum dalam ASTM Special Technical

Publication 479, 5th Edition, dalam Suggested Method of Test for Rapid Compaction Control oleh J.W. Hilf. Ringkasan prosedur pengujian berdasarkan prinsip-prinsip ini akan disediakan oleh Direksi. Apabila menggunakan prosedur ini, campuran mekanis material pengujian tidak boleh digunakan, dan semua pengoperasian selama persiapan, campuran dan pemadatan material pengujian harus dilakukan pada keadaan basah. 5) Untuk zona yang lain, kepadatan lapangan akan diukur dengan metode seperti ditetapkan oleh Direksi, dan maksimum dan minimum kepadatan kering ditentukan berdasarkan pada Bagian B dari Designation E-12 (Relative Density Cohesionless

Soils) dari US Bureau of Reclamation’s Earth Manual, Second Edition (Revised in 1974), atau metode yang setara. Tabel 4. 1 Frekuensi Pengujian Material Timbunan No . 1.

Zona Zone-1

Material Inti/ clay

Jenis Tes

Frekuensi

Kadar air

1 x tes tiap 2.000 m3 atau

(water content)

minimal

1 x

tes per lapis

timbunan atau sesuai instruksi Direksi Kepadatan

lapangan

(field density)

1 x tes tiap 2.000 m3 atau minimal

1 x

tes per lapis

timbunan atau sesuai instruksi Direksi

Permeabilitas

lapangan

(field permeability)

Standart Compaction

1 x tes tiap 3 lapis timbunan atau sesuai instruksi Direksi 1 x tes tiap 20.000 m3 atau setiap

penggantian

jenis

material

Galian dan Timbunan

ST IV-40

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara No .

2.

Zona

Material

Jenis Tes

Frekuensi

Specifik gravity

1 x tes tiap 20.000 m3

Atterberg limit

1x tes tiap 20.000 m3

Gradasi + hydrometer

1x tes tiap 20.000 m3 1 x tes tiap 500 m3 atau

Zone-2

Filter

Halus

Kepadatan

dan 3

dan

Filter

(field density)

lapangan

minimal 1 x tes per 3 lapis

Kasar

timbunan atau sesuai instruksi Permeabilitas

lapangan

Direksi

(field permeability)

1x tes tiap 3 lapis timbunan

Gradasi

atau sesuai instruksi Direksi

Clay content

1 x tes tiap 2.000 m3 1 x tes tiap 2.000 m3

4.

Zone-5

Batu

Kepadatan

lapangan

1 x tes tiap 20.000 m3 atau

(field density)

sesuai instruksi Direksi

Large scale compaction

1 x tes tiap 20.000 m3 atau sesuai instruksi Direksi

5.

Zone-6

Rip-rap

Specifik gravity

1 x tes tiap 15.000 m3

Gradasi

1 x tes tiap 20.000 m3

Soundness tes

5 x tes

Unconfined compressive

5 x tes

strength

4.2.8.2

Pembayaran untuk Pengujian Tidak ada pembayaran terpisah akan dibuat, untuk pengujian yang diperlukan dalam ayat ini. Biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk melaksanakan pengujian ini, harus sudah termasuk dalam harga satuan penawaran yang dipakai untuk pelaksanaan timbunan bendungan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

4.2.9 Pengoperasian Borrow Area Pengoperasian borrow area harus merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa di bawah petunjuk Direksi. Material Zona-1 didapat dari Borrow Area seperti ditunjukkan pada Gambar atau atas petunjuk Direksi.

Galian dan Timbunan

ST IV-41

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pengujian material di borrow area dilakukan sesuai Standar Nasional Indonesia di bawah petunjuk Direksi. Batas garis-garis pada Borrow Area seperti ditunjukkan pada Gambar hanya merupakan pendekatan saja, dan mungkin dapat diperluas apabila diperlukan. Dalam hal dapat diperluas, Penyedia Jasa tidak berhak untuk mengajukan tambahan biaya di atas harga satuan dalam penawaran seperti dalam Daftar Kuantitas dan Harga, untuk material tersebut. Borrow Area harus dibersihkan dan dikupas (stripping) seperti disyaratkan pada Sub-bab 4.1.2 pada Spesifikasi ini sampai kedalaman seperti ditunjuk oleh Direksi. Penyedia Jasa diharuskan menjaga semua daerah permukaan yang dikupas agar bebas dari tumbuhan sampai operasi penggalian di borrow area selesai. Material yang diperoleh dari stripping harus sementara ditempatkan di tempat yang berdekatan dengan borrow area dan mendapat persetujuan dari Direksi. Apabila di borrow area ditemukan material yang tidak layak atau tidak diperlukan untuk pelaksanaan yang permanen, maka material tersebut harus dibiarkan ditempatnya atau digali dan ditempatkan di daerah yang ditunjuk untuk penempatan material hasil kupasan ( stripping), sebagaimana ditunjuk oleh Direksi. Atas persetujuan Direksi, Penyedia Jasa akan mengatur urutan dan kedalaman operasi penggalian di borrow area sedemikian untuk menjamin agar gradasi material dapat diterima ketika dipadatkan. Borrow area harus dioperasikan sedemikian sehingga tidak mengganggu kegunaan maupun merusak pemandangan bagian Proyek. Bentuk dan lokasi material hasil stripping maupun material yang tidak layak dipakai dari borrow area harus diatur sedemikian sehingga dapat menimbulkan erosi sekecil mungkin. Apabila di borrow area ditemukan ada butiran yang menpunyai ukuran lebih dari 10 cm (sepuluh sentimeter), material tersebut harus dibuang oleh Penyedia Jasa baik di

Borrow Area maupun di lokasi timbunan bendungan sebelum material digilas dan dipadatkan. Selama pengoperasian borrow area dan pengangkutan material, Penyedia Jasa harus melakukan tindakan yang perlu untuk pengawasan terhadap debu di sekitar borrow area dan di sepanjang jalan. Setelah penggalian di borrow area selesai, material hasil stripping (termasuk material yang tidak layak dipakai) harus dikembalikan ke borrow area, pada saat akan ditutup sebagaimana perintah Direksi untuk mencegah bahaya terhadap manusia maupun binatang ternak. Apabila pada lokasi borrow area (sebelum atau selama operasi penggalian) terdapat kelembaban yang berlebihan, maka atas ketentuan Direksi, suatu langkah tindakan harus diambil untuk mengurangi kelembaban seperti: dengan penggalian secara selektif untuk

menjamin

material

yang

lebih

kering,

dengan

menganginkan,

dengan

menempatkan material yang kedapatan mengandung kelembaban yang berlebihan dan membiarkannya kering, atau dengan cara lainnya. Penyedia Jasa tidak berhak untuk Galian dan Timbunan

ST IV-42

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mendapatkan tambahan harga satuan penawaran pada Dafar Kuantitas dan Harga untuk material Zona-1, sehubungan dengan kesulitan yang timbul akibat adanya material yang basah di borrow area. Penyedia Jasa akan diminta untuk menggali material yang layak dipakai dalam jumlah yang cukup untuk menyelesaikan timbunan bendungan sesuai dengan spesifikasispesifikasi ini, tanpa menghiraukan apakah keadaan basah kerena air tanah, hujan, kesulitan pengeringan, atau untuk alasan yang lain. Untuk menghindari terjadinya genangan air di borrow area, saluran-saluran drainasi dari

borrow area ke saluran pembuang yang terdekat harus digali oleh Penyedia Jasa dimana menurut Direksi saluran drainasi tersebut diperlukan. Apabila diperlukan, Penyedia Jasa harus melindungi borrow area untuk mencegah erosi yang berlebihan dengan membuat saluran-saluran drainasi, plengsengan, dan lain-lain. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap desain, membuat dan memelihara jalan sementara untuk borrow area untuk kepuasan Direksi. Tidak ada tambahan biaya untuk pekerjaan ini. Biaya untuk semua tenaga kerja, material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus sudah termasuk dalam biaya untuk pekerjaan yang sesuai dengannya dalam penawaran seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga. Tidak kurang dari 60 (enam puluh) hari sebelum beroperasi, Penyedia Jasa diharuskan menyerahkan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan mengenai detail usulan metoda cara bekerja di borrow area, termasuk urutan pengoperasian, tinggi galian, letak berm dan tata letak borrow area yang diusulkan. Berm horisontal harus dibuat pada interval yang teratur dan borrow area harus ditinggal dalam keadaan yang rapi dan aman menurut kepuasan Direksi. Penyedia Jasa harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan setiap saat untuk menjamin terhadap keamanan umum dan keamanan personil, peralatan dan harta milik lainnya yang berada di dekat dan di dalam borrow area. Penyedia Jasa tidak diperbolehkan me-ngambil material dari borrow area untuk keperluannya sendiri tanpa mendapat persetujuan dari Direksi. Jika diperintah-kan oleh Direksi, material galian dari borrow area oleh Penyedia Jasa digunakan untuk keperluannya sendiri, dimana material tersebut dapat dipergunakan pada pekerjaan yang permanen, maka harus diperhitungkan tersendiri. Biaya semua pekerjaan (kecuali stripping dan pembuangan material yang tidak layak dipakai pada borrow area) termasuk akan tetapi tidak terbatas pada galian, drainasi, memelihara kemiringan yang stabil dan seragam, tindakan konservasi tanah, dan pekerjaan phisik lain yang dilakukan di borrow area, harus sudah termasuk dalam harga satuan untuk pelaksanaan zona inti kedap air (Zona-1) di timbunan bendungan sebagaimana disebut dalam penawaran pada Daftar Kuantitas dan Harga. Pengukuran untuk pembayaran material yang harus dibersihkan dan dikupas ( clearing &

stripping) dari borrow area akan dibuat seperti ditentukan pada Sub-bab 4.1.2.

Galian dan Timbunan

ST IV-43

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Tidak ada pengukuran dan pembayaran terpisah akan dibuat, untuk material yang tidak layak dipakai yang harus dibuang dari borrow area dan ditempatkan pada daerah yang ditunjuk untuk material hasil stripping. Biaya yang diperlukan untuk galian dan penempatan material yang tidak layak dipakai pada daerah yang ditunjuk untuk material hasil stripping, harus sudah termasuk pada harga satuan pada macam pekerjaan yang sesuai dalam penawaran dan tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga. Ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai yang berhubungan dengan pekerjaan galian yang termasuk pada Sub-bab 4.1 Spesifikasi ini, harus dipatuhi sepenuhnya selama periode Penyedia Jasa beroperasi di borrow area. 4.2.10 Pengoperasian Quarry Pengoperasian quarry harus merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa di bawah petunjuk Direksi. Direncanakan material tersebut dibawah ini akan didapat dari quarry : 1) Timbunan batu (Zona-5) dan timbunan rip-rap (Zona-6), digunakan di bendungan utama dan bendungan pengelak. 2) Batu yang diproses di crushing plant untuk agregat beton dan untuk perkerasan jalan masuk (access road). 3) Zona filter halus (Zona-2) dan filter kasar (Zona-3), apabila perlu diproses di

crushing plant. Sebagaimana disebut pada Sub-bab 4.2.1, material yang layak dipakai hasil galian dari pondasi saluran pengelak, bendungan, bangunan pelimpah, dan sebagainya, dapat digunakan sebagai pengganti material dari quarry jika ditetapkan oleh Direksi dimana dalam hal ini harga material akan ditentukan oleh Direksi berdasarkan negosiasi dengan Penyedia Jasa. Material batu yang digunakan untuk produksi material filter, agregat beton dan agregat untuk jalan masuk (access road) akan digali dari quarry dan diangkut ke tempat pemecah batu (crushing plant) untuk diproses (processing) dan ditumpuk (stockpiling). Setelah diproses, material Zona-2 dan Zona-3 akan diangkut ke tempat timbunan untuk di hampar dan dipadatkan dan akan dipakai sebagai agregat bilamana perlu. Material batu untuk digunakan sebagai Zona-5 dan Zona-6, akan digali di tempat quarry dan diangkut langsung ke tempat timbunan untuk dihampar dan dipadatkan. Permukaan quarry harus dibersihkan dan dikupas sesuai dengan ketentuan pada Subbab 4.1.2 Spesifikasi ini. Batu yang tidak layak dipakai sebagai material timbunan atau pekerjaan yang perlu lainnya, harus dibiarkan ditempatnya atau digali dan ditempatkan pada daerah yang berdekatan dengan tempat quarry, seperi ditentukan oleh Direksi. Garis-garis batas pada tempat quarry, seperti ditunjukkan pada Gambar, hanya kira-kira (pendekatan) saja dan dapat diperluas bilamana diperlukan. Dalam hal diperluas, Penyedia Jasa tidak berhak untuk mengajukan tambahan untuk material galian.

Galian dan Timbunan

ST IV-44

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyedia Jasa diharuskan membuat drainasi tangkapan (catch drains) atau bentuk saluran drainasi lainnya bilamana diperlukan, untuk mengalirkan aliran permukaan (surface run-off) dari tempat quarry. Ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai yang berhubungan dengan pekerjaan galian yang termasuk pada Sub-bab 4.1 Spesifikasi ini harus diikuti sepenuhnya oleh Penyedia Jasa selama periode mengoperasikan quarry. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pembuatan dan pemeliharaan jalan sementara ke quarry untuk kepuasan Direksi. Biaya untuk semua tenaga kerja, material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus sudah termasuk dalam biaya untuk pekerjaan yang sesuai dengannya dalam penawaran seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga. Paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum beroperasi quarry, Penyedia Jasa diharuskan menyerahkan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan mengenai usulan metoda kerja di borrow area, termasuk urutan pengoperasian, tinggi galian, letak berm dan tata letak

quarry, dll. Kecuali apabila mendapat persetujuan dari Direksi, semua kemiringan galian yang sudah selesai tidak boleh lebih terjal dari 1 Vertikal ke 0,75 Horizontal (1V : 0,75H) setelah pengoperasian quarry selesai. Berm horisontal harus dibuat pada interval yang teratur dan quarry harus ditinggal dalam keadaan yang rapi dan aman menurut kepuasan Direksi. Penyedia Jasa harus mengajukan detail pengujian peledakan ( blasting

test) dan bahan peledak bilamana perlu ke pada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Penyedia Jasa harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan setiap saat untuk menjamin terhadap keamanan umum dan keamanan personil, peralatan dan harta milik lainnya yang berada di dekat dan di dalam daerah quarry. Penyedia Jasa tidak diperbolehkan mengambil material dari quarry untuk keperluannya sendiri tanpa mendapat persetujuan dari Direksi. Jika diperintahkan oleh Direksi, material galian dari quarry oleh Penyedia Jasa digunakan untuk keperluannya sendiri, dimana material tersebut dapat dipergunakan pada pekerjaanpermanen, maka harus diperhitungkan tersendiri. Setelah penggalian di quarry selesai, material yang tidak layak dipakai yang mungkin telah dipindah atau ditempatkan di lokasi dekat quarry, maka harus dikembalikan ke

quarry bilamana perlu. Pada saat tempat quarry akan ditutup sebagaimana perintah Direksi, untuk mencegah bahaya terhadap manusia maupun binatang ternak. Biaya semua pekerjaan di quarry (kecuali pembersihan dan pengupasan) sudah termasuk akan tetapi tidak terbatas pada galian, drainase, memelihara kemiringan yang stabil, dan pekerjaan fisik lain yang dilakukan di quarry, harus sudah termasuk dalam harga satuan untuk macam pekerjaan yang sesuai, seperti pelaksanaan Zona-5, dan Zona-6 untuk timbunan bendungan, agregat beton, agregat lapis dasar (base course) dan lapis permukaan (surface course) untuk jalan, dan lain-lain., sebagaimana disebut dalam penawaran pada Daftar Kuantitas dan Harga.

Galian dan Timbunan

ST IV-45

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pengukuran untuk pembayaran pembersihan dan pengupasan ( clearing & stripping) di

quarry, akan dibuat sehubungan dengan Sub-bab 4.1.2 Spesifikasi ini. Tidak ada pengukuran dan pembayaran terpisah akan dibuat, untuk batu yang tidak layak dipakai yang harus dibuang dari quarry dan ditempatkan pada daerah yang dekat dengan tempat quarry. Biaya yang diperlukan untuk membuang batu yang tidak layak dipakai, harus sudah termasuk pada harga satuan pada jenis pekerjaan yang sesuai dalam penawaran dan tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga. Tabel 4. 2 Batas Toleransi Penimbunan Terhadap Zona Sebelumnya (m)

Terhadap Zona Sesudahnya (m)

0,0

0,5

Di antara zona filter halus (Zona-2) dengan filter kasar (Zona-3)

0,5

0,5

Di antara filter kasar (Zona-3) dengan Timbunan batu (Zona-5)

0,5

1,0

Di antara filer kasar (Zona-3) dengan timbunan Tanah Random (Zona-4)

0,5

0,5

Di antara timbunan batu (Zona-5) dengan rip–rap batu pilihan (Zona-6)

1,0

0,5

Untuk permukaan luar di bagian hulu dan bagian hilir timbunan

0,5

0,0

0,0

0,5

Di antra lapisan filter kasar (Zona-3) dengan timbunan batu (Zona-5)

0,5

1,0

Untuk permukaan bagian hulu dan bagian hilir permukaan timbunan

0,5

0,0

Zona Timbunan I. Bendungan Utama : Di antara lapisan kedap air (core) Zona-1 dengan filter halus (Zona-2)

II. Bendungan Pengelak Hulu : Di antara timbunan kedap air (Zona-1) dengan lapisan filter kasar (Zona-3)

Tabel 4. 3 Batasan Gradasi Rip-rap

Persentase(%)

Galian dan Timbunan

100 0–4

200 0 – 10

Ukuran Partikel (mm) 500 800 25 – 55 80 – 100

1000 100

ST IV-46

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB V PEMBORAN DAN GROUTING

5.1

UMUM Pekerjaan yang termasuk dalam Bab ini meliputi penyediaan semua tenaga kerja, peralatan dan material, dan kinerja seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk pemboran melalui beton atau batu, pembersihan dan pengujian tekanan lubang grouting dan

grouting; pengadaan dan instalasi pipa grouting, headers, risers, groove (galur) dan grouting pengadaan,

pengangkutan,

pencampuran

dan

penyuntikan

material

outlet; pemboran inti dan pengujian tekanan air pada lubang uji; semuanya seperti yang ada pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi dan yang ditentukan berikut. Modifikasi teknik pemboran dan grouting diperlukan sehingga pengetahuan dan pengalaman tentang sifat batuan dan kondisi pondasi di lapangan dapat diperoleh. Penyedia Jasa akan memerlukan waktu secepatnya untuk merubah operasinya untuk memenuhi modifikasi tersebut sesuai petunjuk Direksi. Penyedia Jasa akan mempekerjakan Sub-Penyedia Jasa spesialis yang disetujui untuk melaksanakan pekerjaan grouting kecuali jika dia dapat menunjukkan kinerja yang bagus kepada Direksi bahwa dia dapat melaksanakan pekerjaan serupa sebelumnya dan dia memiliki peralatan dan staff terampil yang diperlukan. Penyedia Jasa akan bertanggung jawab untuk pengerjaan dan pelaksanaan yang tepat pada semua kelas pekerjaan pemboran dan grouting.

Consolidation grouting akan dilaksanakan untuk tujuan menyatukan dan memperkuat batuan pondasi pada bendungan, pelimpah, batuan di sekitar terowongan, dan bangunan lainnya yang diperlukan dengan menyuntikkan semen grouting dengan tekanan tertentu pada lubang bor untuk mengkosolidasi adanya retakan dan patahan pada batuan pondasi.

Curtain grouting akan dilaksanakan untuk tujuan membentuk zona permeabilitas air rendah di batuan pondasi bendungan dan bangunan sekitarnya dengan menyuntikkan semen grouting dengan tekanan tertentu kedalam lubang bor untuk mengisi adanya retakan dan patahan pada batuan pondasi.

Blanket grouting akan dilaksanakan untuk tujuan membentuk zona permeabilitas rendah di bagian yang landai pada batuan pondasi bendungan disekitar daerah Curtain grouting untuk mengindari kebocoran dan penyebaran Curtain grout dan untuk membuat Curtain grouting yang efektif, dan juga untuk mengindari kontak berbahaya pada dasar inti kedap air dengan arus rembesan air yang melalui pondasinya.

Pemboran dan Grouting

ST V-1

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Rim grouting akan dilaksanakan jika diperlukan untuk tujuan memperluas Curtain grouting diluar ujung puncak bendungan terutama pada lokasi terowong yang berbatasan dengan inti kedap air.

Slush grouting akan dilaksanakan untuk tujuan menimbun dengan semen atau mortar grout setiap lubang pada permukaan batuan pondasi untuk daerah inti kedap air untuk menghindari rembesan atau kebocoran arus air agar tidak membentuk kontak yang bahaya dengan dasar inti kedap air.

Backfill grouting akan dilaksanakan untuk tujuan menimbun lubang antara lapisan beton pada adit dan permukaan batu galian untuk menyatukan lapisan beton dan batu sekitarnya dengan menyuntikkan cement grout atau mortar grout ke dalam lubang dibelakang lapisan.

Contact grouting akan dilakukan untuk tujuan menimbun lubang antara permukaan bagian dalam pada lapisan beton pada konduit dan pada sumbat atau antara pipa baja dan encasing betonnya dan jenis timbunan beton lainnya dengan alat injeksi semen atau grouting mortar melalui pipa yang diletakkan dalam beton, atau melalui lubang yang dibor dalam beton. Lubang uji pengeboran inti akan dilaksanakan untuk tujuan penyelidikan kondisi geologi batu pondasi dan batuan disekitar bangunan bawah tanah yang akan digrouting dan untuk menyelidiki pengaruh grouting . Sebelum dimulainya setiap pemboran dan grouting, Penyedia Jasa harus menyerahkan program detail yang berisi perintah pekerjaan yang dia usulkan dan detail lengkap material yang diusulkan dan peralatan termasuk lay out-nya kepada Direksi untuk meminta persetujuan. Penyedia Jasa akan menyediakan duplikat catatan akurat untuk Direksi setiap hari atas semua pelaksanaan grouting yang dilakukan hari sebelumnya. Jika grouting di lubang sudah diselesaikan, Penyedia Jasa akan memberikan duplikat catatan lengkap kepada Direksi tentang pekerjaan grouting pada lubang tersebut. Catatan tersebut akan dilengkapi dengan duplikat grafik dari pencatat pengukur tekanan otomatis.

Consolidation grouting, Curtain grouting dan grouting lainnya yang diikuti dengan pengujian tekanan air pada lubang pengeboran akan disesuaikan dengan petunjuk Direksi. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan informasi kualitas batu untuk menentukan konsistensi grouting yang digunakan dan untuk membasahi permukaan lapisan batu untuk menghindari penyegelan prematur pada lapisan dengan menebalkan campuran grouting. Semua lubang bor di lokasi bendungan akan ditimbun dengan material grouting yang tebal setelah pelaksanaan grouting dirampungkan, sesuai dengan petunjuk Direksi. Setelah pekerjaan diselesaikan, Penyedia Jasa akan membersihkan lokasi pekerjaan.

Pemboran dan Grouting

ST V-2

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.2

MATERIAL GROUTING Material grouting terdiri atas campuran semen Portland, jenis JIS R5210 biasa atau jenis I atau II desain ASTM C150 dan air ditambah dengan campuran yang diperbolehkan. Campuran tersebut akan didesain oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Direksi untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu dari batunya. Penggunaan pasir atau zat lainnya harus dengan petunjuk Direksi. Campuran air untuk grouting harus air segar, bersih dan bebas dari zat berbahaya seperti minyak, asam, alkali, garam, zat organic atau berbahaya lainnya. Semua semen untuk grouting harus mempunyai kualitas yang setara dengan semen Portland jenis biasa atau jenis I atau II yang ditetapkan dalam JIS R 5210 atau desain ASTM C150 dan/atau sesuai petunjuk Direksi. Jika pasir ditambahkan pada material grouting, maka pasir tersebut harus bersih, terdiri atas partikel batu yang kuat, bebas dari gumpalan tanah liat dan zat asing lainnya dan dengan ukuran butiran yang disetujui oleh Direksi. Isian mineral untuk grouting, bentonite, dll. akan digunakan sesuai petunjuk Direksi. Penyedia Jasa harus menyerahkan dalam penawarannya material alternatif yang diusulkan dengan informasi lengkap. Prosedur pencampuran isian mineral akan ditentukan oleh kondisi lapangan dan sesuai petunjuk Direksi. Ketentuan untuk jenis alat pemercepat pada campuran grouting akan ditentukan oleh Direksi.

5.3

PERALATAN Semua peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan akan disediakan oleh Penyedia Jasa.

5.3.1 Peralatan Pengeboran Untuk consolidation grouting, lubang akan dibor dengan peralatan pemboran perkusi standar atau peralatan pemboran rotasi yang mampu membor hingga kedalaman 70 m. Diameter lubang tak kurang dari 45 mm. Bor perkusi akan dilengkapi dengan alat pemutar air (water swivel) atau alat lainnya untuk penggelontoran lubang secara terus menerus. Untuk curtain grouting dan rim grouting, peralatan pengeboran yang mampu mengebor hingga kedalaman 100 m akan digunakan. Bor bit dengan diameter tak kurang dari 45 mm sesuai petunjuk Direksi. Deviasi lubang bor, sesuai dengan posisi yang direncanakan tidak boleh melebihi 3% dari bagian melintangnya.

Pemboran dan Grouting

ST V-3

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kecuali jika diminta oleh Direksi, pengeboran tersebut akan dilakukan tanpa pengambilan contoh. Alat pemboran yang digunakan tipe rotary atau tipe percussion atau sesuai petunjuk Direksi. Untuk Pemboran dengan percussion diijinkan digunakan untuk kondisi sebagai berikut: Jika dalam pemboran perkusi, bit dalam bentuk yang tepat harus mempunyai pergerakan rotasi yang cukup, agar pada saat pengeboran lubang, dindingnya agak halus untuk dapat dipasang dengan baik pada packer (menghindari gejala galur helocoidal di dinding lubang yang dibor). Pada saat palu perkusi atau bor wagon digunakan, pemboran harus dilaksanakan dengan tekanan air dan jumlah yang cukup untuk memastikan pembersihan yang efisien pada lubang dan untuk sedimen selanjutnya (jumlah minimum air outflow adalah 0.5 liter untuk lubang 45 mm). Untuk blanket grouting, lubang akan dibor dengan peralatan pemboran rotary dan/atau perkusi standar yang mampu mengebor hingga kedalaman 15 m, dengan diameter lubang tak kurang dari 45 mm. Bor perkusi akan dilengkapi dengan water swivel atau alat lainnya untuk peng-gelontoran lubang secara terus menerus. Untuk pemboran inti pada lubang uji, peralatan pemboran rotasi standar yang mampu membor hingga kedalaman tak kurang dari 100 m akan digunakan. Barrel inti dipakai dari “jenis swivel tabung ganda atau triple” atau “jenis

wireline”. Untuk mendapatkan inti tinggi dari daerah batu lapuk halus, barrel inti mata air dengan jenis retractor akan disiapkan. Diameter lubang pemboran inti tak boleh kurang dari 65 mm. Penyedia Jasa akan menyerahkan detail diameter

pemboran

yang diusulkan untuk digunakan

memastikan

inti

maksimum. 5.3.2

Peralatan Pengujian Tekanan Air Peralatan pengujian tekanan air meliputi jenis packer atau rakitan uji tekanan air jenis packer ganda, fasilitas penyimpanan air, pengukur arus, pengukur tekanan termasuk pengukur protector, katup, selang karet, perabot lainnya dan pompa yang mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 100 liter air/menit pada tekanan maksimum tak kurang dari 2.000 kPa (kira-kira 20 kg/cm2) dan menjaga tekanan konstan. Packer secara mekanis akan mengembang dari jenis lingkar karet dan atau jenis sleeve (packer udara) dengan ukuran yang disesuaikan dengan diameter lubang bor. Jenis packer bervariasi untuk menyesuaikan dengan kondisi batu, sesuai petunjuk Direksi. Karet packer menggunakan tipe mekanik, pneumatik ataupun hidro harus

Pemboran dan Grouting

ST V-4

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mendapat persetujuan dari Direksi. Pompa harus dlengkapi dengan pengukur tekanan (pressure gauge). Pressure gauge yang dibutuhkan harus menunjukkan tekanan sampai maksimum 20 kg/cm2 (bar). Semua gauge harus mempunyai dial dengan kenaikan 0.1 kg/cm2 (bar). Water meter harus mampu menahan tekanan air sampai 20 kg/cm 2 (bar) dengan penyaluran air paling sedikit 6 liter/detik. Dial gauge harus dilengkapi dengan accumulative totalizer dan knob reset. Meteran air harus mampu membaca paling tidak 9999 liter dengan dial graduated 1 (satu) liter. Strainer yang mempunyai cleaning valve dapat disetujui untuk meteran airnya agar mencegah pasir atau abrasi dari partikel yang masuk ke instrumentasi. Valve cut-off yang cepat diperlukan dalam meteran tersebut. Kontraktor harus mengetes ketelitian meteran air secara periodik dan diadakan perbaikan sehingga ketelitiannya harus dalam 2%. 5.3.3

Peralatan untuk Grouting Peralatan untuk grouting atau fasilitas penghasil grouting mampu untuk menyediakan, mencampur, menggerakkan dan memompa material grouting sesuai petunjuk Direksi. Fasilitas penghasil material grouting terdiri atas peralatan sebagai berikut: Pompa grouting jenis piston reciprocating dengan kapasitas maksimum 60 liter/min pada 3.000 kPa (kira-kira 30 kg/cm2) dengan tekanan maksimal. Pencampur yang dioperasikan secara mekanis untuk mencampur material

grouting. Pencampur akan dilengkapi dengan drum ganda, yang mana masing-masing drum kapasitasnya tak kurang dari 200 liter, dari jenis colloidal kecepatan tinggi dengan kecepatan putaran 1.000 sampai 1.500 rpm. Waktu pencampuran tiap campuran kurang dari 2 menit. Hasil pencampuran akan dikirim ke tempat air yang bergolak, yang secara konstan digerakkan dan dihubungkan secara mekanis dengan tabung penghisap pada pompa grouting. Fasilitas untuk pengukuran yang akurat akan disediakan pada pencampur agar proporsi campuran dapat dikontrol dengan baik. Agitator grout harus mempunyai paddle type yang biasa digunakan untuk menggerakan/memutar semen grout. Pengukuran dan peralatan untuk pencampuran additive harus disediakan pada tiap mixer. Katup, pengukur air, pengukur tekanan termasuk pengukur protector, tekanan selang air, pipa, alat dan perkakas lainnya yang diperlukan untuk

Pemboran dan Grouting

ST V-5

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

penyediaan grouting dan kontrol tekanan dengan akurat. Pengukur dengan tingkat ketelitian tinggi (dengan Sertifikat dari Pengujian Laboratorium) akan disediakan untuk pengecekan ketelitian dari semua ukuran yang digunakan dalam sistem grouting. Ukuran tersebut akan di sesuaikan kembali setiap 90 hari dengan oleh laboratorium terpercaya, atau sesuai petunjuk Direksi. Ukuran tekanan harus mempunyai skala pencatat maksimum 2.000 kPa dengan ketelitian 50 kPa. Pengukur tekanan otomatis akan dipasang di tiap batas suplai. Packers yang dipakai adalah seperti yang dijelaskan dalam Sub-bab 5.3.2 tentang Peralatan Pengujian Tekanan. Kontraktor harus menyediakan instrumentasi pencatatan tekanan grouting secara otomatis (Automatic Pressure Recorder) pada tiap pompa grouting. Instrumentasi pencatat harus dioperasikan secara elektrik dengan range voltase tidak melebihi 10% dan ketelitiannya harus 3%.

Sentral Mixing Plant; Bila campuran grouting didistibusikan ke lubang dengan stasiun pompa pusat, Kontraktor harus menyediakan automatic mixing

plant. Sarana harus termasuk silo untuk semen dan pasir, unit weighing, meteran air, dan admixture dispersion dan sebuah automatic recorder. Recorder harus menghasilkan cetakan ( printout) atau autographic record pada kartu visible single atau tipe weight campuran grout. Pompa grouting mixing plant utama hanya difungsikan untuk injection material grouting pada lubang bor. Kontraktor tidak diizinkan untuk melaksanakan injeksi grout menggunakan pompa dari central mixing plant. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang akan dipergunakan untuk pengetesan campuran grout di laboratorium. Fasilitas akan selalu dipelihara dalam kondisi pelaksanaan kelas satu dan lubang

grouting yang hilang atau rusak karena kegagalan mekanis pada peralatan atau ketidakcukupan penyediaan grouting akan dibor ulang dengan biaya ditanggung Penyedia Jasa. Sistem sirkulasi akan digunakan disemua pelaksanaan grouting. Satu saluran akan menyediakan grouting ke header atau manipol (pipa bermulut banyak) pada bagian atas lubang dan saluran kedua akan dihubungkan dengan manipol (header) kembali ke pencampur (mixer). Katup lubang grouting akan diletakkan antara manipol dan penghubung packer, atau pada pentil grouting (nipple). Dua katup pengontrol akan diletakkan pada manipol sebagai katup jalur suplai, dan katup jalur sebaliknya. Pengukur tekanan diletakkan pada pompa grouting. Pengukur tekanan lainnya diletakkan antara katup lubang grouting dan bagian atas lubang yang menunjukkan tekanan di lubang. Jalur balik (kembali) akan tidak menunjukkan injeksi simultan pada beberapa lubang bor dari pompa tunggal yang diijinkan. Pemboran dan Grouting

ST V-6

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.4

PERBAIKAN PONDASI PERMUKAAN Dalam perbaikan pondasi, baik untuk tujuan perapian penampang saja atau perbaikan pondasi permukaan maupun keduanya perlu diawali dengan pembersihan permukaan (surface cleaning). Semua sisa galian, lapukan, serpihan dan kotoran-kotoran harus dibersihkan secara manual atau dengan peralatan. Pencukilan (chipping), penyapuan (brooming), penyemprotan dengan air (water jetting) maupun peniupan dengan udara (air jetting) perlu dilakukan setelah pekerjaan dengan alat berat dan peledakan selesai. Pengujian ditempat (insitu test) harus dilakukan apabila ditemui gua (cavity) perlu diuji dengan pengisian air apakah lubang buntu atau bagian dari gua yang besar. Begitu pula apabila ditemui zona lemah yang telah terisi lempung perlu ditelusuri penyebarannya dan sifat fisik serta mekanisnya. Seperti terlihat dalam penampang tipikal dibawah, perbaikan pondasi permukaan harus dilakukan disesuaikan dengan cacat batuan yang dijumpai.

Batuan dasar pondasi retak terbuka, mengisinya dengan pasir dan pecahan batu. Pada bendungan tanah homogen, harus mendapat perhatian khusus, agar butiran-butiran tanah tidak lolos/tercuci melalui retakan batuan tersebut, bersamaan dengan aliran rembesan.

Pemboran dan Grouting

ST V-7

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Slush grouting pada rekahan terbuka zone inti pada pondasi rock Pada tebing rekahan yang terbuka, diisi dengan pasir dan gravel, kemudian dipasang pipa grouting dan pipa ventilasi, dan kemudian digrouting. Grouting dengan tekanan rendah dilakukan setelah permukaan rekahan ditutup dengan beton.

Pipa Ventilasi

Pasir dan Gravel Co

Pipa Grouting

ncr

ete

cap

Tutup Beton

Perbaikan Celah Tebing Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan perbaikan pondasi permukaan dilakukan berdasarkan volume dental concrete, contact grouting , slush grouting yang dilaksanakan dalam meter kubik. Dan shotcrete dalam meter persegi. Harga satuan yang dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga meliputi semua biaya untuk tenaga kerja, material, pipa grouting untuk injeksi material grouting, pencucian lubang, pengaturan bahan grouting, pencampuran dan penginjeksian material grouting pengeboran ulang lubang yang tersumbat dengan mengalirkan material grouting keluar serta semua pekerjaan insidentil yang terkait dalam pekerjaan ini.

5.5

PEMBORAN DAN GROUTING UNTUK PONDASI BENDUNGAN DAN PELIMPAH

5.5.1 Consolidation Grouting untuk Pondasi (1) Lokasi dan Ukuran Lubang

Consolidation grouting akan dilakukan di pondasi pada bendungan dan tempat lain sesuai petunjuk Direksi. Lubang akan dibor, dibersihkan, tekanan diuji dan digrouting dalam rangkaian yang ditentukan di lapangan oleh Direksi untuk menyesuaikan kondisi di lapangan.

Pemboran dan Grouting

ST V-8

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Lubang grouting di pondasi bendungan akan disusun dengan interval 2 m, kecuali dengan petunjuk Direksi. Diameter lubang tak boleh kurang dari 45 mm. Kedalaman akhir lubang biasanya 5 m dibawah permukaan batu dan maksimal 10 m jika diperlukan. (2) Pemboran Lubang Grouting Lubang grouting untuk consolidation akan dibor hingga kedalaman 5 m dalam satu operasi. Kedalaman lubang akan diperiksa oleh Direksi sebelum

grouting dimulai. Penggunaan bentonite dan rod dope, rod grease atau pelumas lainnya pada

rod bor tidak akan diijinkan. Setelah selesainya pemboran, tiap lubang akan dibersihkan seluruhnya dengan tekanan tertentu tak kurang dari 10 menit dan sampai air sisanya bening. Tes tekanan air akan dilakukan setelah pemboran sesuai petunjuk Direksi. Setelah pencucian, tiap lubang akan ditutup untuk mencegah masuknya material asing. Jika ada lubang yang tersumbat atau terhalang sebelum selesainya operasi, lubang tersebut harus dikosongkan dan dibersihkan, atau lubang lainnya dibor disekitar lubang itu dengan biaya ditanggung Penyedia Jasa. (3) Prosedur Consolidation Grouting

Consolidation grouting akan dilakukan dengan tingkatan bagian 5 m, kecuali jika ditentukan lain. Hubungan pipa grouting ke lubang grouting akan dilakukan dengan memasukkan packer dalam beton atau di bagian atas lubang dalam 0.5 m pada permukaan batu, atau dengan menghubungkan pentil (nipple)

grouting yang dilindungi dengan mortar semen pada bagian atas lubang. Metode selanjutnya akan digunakan jika batuan rusak karena pemanjangan

packer tidak dapat diletakkan. Tekanan grouting maksimum yang diperbolehkan sesuai petunjuk direksi. (4) Konsentrasi Grouting Slurries dan mortar grouting akan diuji oleh Penyedia Jasa di laboratorium yang disiapkan di lapangan dengan biayanya sendiri dan dilengkapi dengan semua tes dan pengukuran yang diperlukan. Penyedia Jasa akan menyerahkan proposalnya untuk konsentrasi slurries dan mortar grouting untuk pekerjaan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan.

Grouting akan

mulai

dengan

injeksi

grouting

dengan

konsentrasi

perbandingan 10:1 antara air / semen. Sesuai dengan perubahan volume Pemboran dan Grouting

ST V-9

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

injeksi dan tekanan, konsentrasi grouting selanjutnya akan dirubah menjadi 5:1, 3:1, 2:1 dan 1:1 dan waktu untuk perubahan konsentrasi grouting akan disesuaikan dengan hasil grouting test atau petunjuk Direksi. Penyedia

Jasa

juga

akan

menyerahkan

prosedur

grouting

yang

menunjukkan proporsi campuran, tingkat pelepasan dan tekanan injeksi pada tiap tahapan grouting dan pada tiap jenis pelaksanaan grouting kepada

Direksi

untuk

mendapat

persetujuan.

Dokumen

ini

harus

menjelaskan semua tindakan pencegahan yang dilakukan Penyedia Jasa untuk mencegah kerusakan yang ada pada bagian pekerjaan. (5) Waktu Penyelesaian Pada saat tekanan maksimum yang diijinkan sudah dicapai, injeksi grouting dilanjutkan hingga diperoleh tekanan yang sama dengan mengatur katup jalur balik, dan menjaga konsentrasi yang sama, sampai rata- rata injeksi menurun dibawah 0,2 liter per menit. Kemudian, konsentrasi grouting akan diturunkan lagi hingga perbandingan air/semen 10:1, dan injeksi akan diteruskan dengan tekanan maksimum yang diperboleh-kan selama 10 menit. Jika rata-rata injeksi masih dibawah 0,2 liter per menit, setelah 10 menit injeksi, katup suplai akan ditutup, dan jika tekanan maksimum yang diperbolehkan dijaga pada batas ini selama 10 menit, grouting akan diselesaikan. Jika tekanan lebih rendah selama injeksi akhir pada grouting 10:1 atau selama 10 menit terakhir tanpa injeksi, seluruh proses grouting akan dimulai lagi, dengan menggunakan konsentrasi encer pada awalnya. Setelah selesainya grouting, tekanan akan dijaga sampai injeksi grouting masuk dan tidak mengalir keluar pada saat tekanan diberikan. (6) Perawatan Kebocoran Grouting Pada saat grouting yang diinjeksi bocor hingga ke permukaan atau bangunan melalui retakan, patahan, dll, dalam rangkaian grouting ini, bagian kebocoran ini akan ditambal atau disumbat dengan efektif sesuai petunjuk Direksi. Selama grouting lubang, lubang disekitarnya harus dibiarkan tidak ditutup untuk memudahkan jalannya udara dan air. Jika grouting bocor dari lubang ini maka akan disumbat untuk sementara. Lubang ini akan di grouting secepat mungkin sebelum grouting mengalir ke luar. (7) Penolakan Grouting yang telah disiapkan Jika proses grouting terganggu karena kegagalan peralatan, atau karena

Pemboran dan Grouting

ST V-10

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

alasan lain, untuk lebih dari satu jam, grouting yang disiapkan di mixer/ pencampur akan dibuang. Jika kualitas grouting yang disiapkan kurang baik menurut penilaian Direksi, maka akan dibuang. 5.5.2 Curtain Grouting (1) Lokasi dan Ukuran Lubang

Curtain grouting (grouting tirai) akan dilakukan di pondasi pada grouting as bendungan atau grouting tunnel di bawah daerah inti kedap air dan bangunan pelimpah. Lubang curtain grouting direncanakan pada interval 3 m pada dua garis paralel dengan jarak 1,5 m. Perubahan yang memungkinkan pada susunan ini akan disesuaikan dengan hasil uji grouting (grouting test) atau oleh petunjuk Direksi. Diameter lubang tidak boleh kurang dari 45 mm. Kedalaman tiap lubang seperti yang ada pada Gambar dengan kedalaman maksimum 50 m. Lubang dibuat vertikal atau miring pada sudut tertentu seperti yang ada pada Gambar. Kedalaman perbaikan pondasi dengan curtain grouting ditetapkan maksimal 50 meter (pada bagian pondasi terdalam) lalu ke arah tumpuan kiri dan kanan, kedalamannya berkurang sesuai dengan ketinggian bendungan. Sedangkan kedalaman minimum curtain grouting adalah 20 meter. Konfigurasi tersebut telah disesuaikan dengan kondisi lapangan (⅓ tinggi

head air). Pertimbangan untuk memperdalam curtain grouting akan ditetapkan berdasarkan hasil grouting test. (2) Pemboran Lubang Curtain Grouting

Curtain grouting akan dilaksanakan dengan tahapan panjang lubang grouting 5 m dan dengan metode split spacing daerah yang dibagi seperti yang dijelaskan berikut. Bidang vertikal Curtain grout akan dibagi menjadi daerah-daerah menurut perbedaan tekanan penolakan maksimum yang diperbolehkan untuk diaplikasikan. Tiap daerah terdiri atas satu atau lebih tahapan grouting. Daerah pertama terdiri atas tahapan yang mencakup 5 bagian yang diukur dari permukaan dasar batuan. Semua lubang grouting dalam daerah yang dibagi pada pondasi bendungan, sesuai petunjuk Direksi akan di grouting untuk daerah pertama sebelum pemboran daerah selanjutnya. Pemboran dan Grouting

ST V-11

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Metode split spacing merupakan prosedur dimana lubang utama dialoksikan pada interval yang agak besar akan dibor dan di grouting duluan dan selanjutnya lubang sekunder akan dibor dan di grouting pada pertengahan antara dua lubang primer, dan kemudian lubang tersier antara grouting lubang sebelumnya, dan sebagainya. Untuk lubang primer, grouting akan dilakukan dengan menurunkan tahapan, seperti pada prosedur sebelumnya. Tahapan pemboran pertama di batu akan diperluas hingga kedalaman 5 m dari permukaan batu. Tahapan pengeboran kedua akan mengikuti setelah selesainya grouting tahap pertama, dengan pemboran kembali bagian yang digrouting pertama dan dipenetrasi kedalam batu untuk kedalaman 5 m lainnya. Proses ini akan diulang sampai grouting mencapai kedalaman yang ditentukan selesai sesuai petunjuk Direksi. Pemboran tahap selanjutnya tidak akan diawali sampai 4 jam lewat setelah selesainya kerja grouting, dan tiap tahap tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan. Kedalaman lubang bor akan diperiksa oleh Direksi sebelum grouting tahap akhir. Lubang percontohan seperti yang ditunjukkan pada gambar akan dibor pertama sebelum lubang primer dibor. Lubang percontohan harus dibor inti dan harus membentuk lubang curtain grouting. Untuk lubang sekunder dan tersier pada daerah kedua, grouting akan dilakukan dengan menaikkan tahapan, jika disetujui Direksi. Metode ini akan

mengebor

lubang

hingga

kedalaman

akhir

yang

ditentukan,

selanjutnya grouting dengan tahap 5 m dengan menaikkan packer dari bawah ke atas lubang. Penggunaan bentonite, rod dope, rod grease atau pelumas lainnya pada rod bor tidak diijinkan. Sebelum grouting masing-masing tahapan setelah selesainya pemboran, lubang akan dicuci seluruhnya dengan air bersih dari ujung rod bor yang dimasukkan ke lubang. Pencucian akan terus dilakukan hingga tak kurang dari 10 menit dan sampai air sisa pencucian jernih. Setelah pencucian, tiap lubang akan ditutup untuk mencegah masuknya material asing. Pengeboran yang lebih dekat 8 m dari tahap lubang yang digrouting atau yang telah digrouting 4 jam sebelumnya tidak diijinkan. Dengan metode tahap mundur, lubang akan dicuci seluruhnya sebelum grouting pada tahapan yang paling rendah. Sebelum grouting, pengujian tekanan air akan dilakukan di lubang yang selesai dibor sesuai petunjuk Direksi. (3) Prosedur Curtain Grouting

Packer harus dipasang 0,5 m di atas bagian atas bagian yang di grouting. Pemboran dan Grouting

ST V-12

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pada tahap pertama, packer akan diatur dalam lantai beton (grouting cap), atau jika tidak ada tutup beton, pada 0,5 m dari permukaan batuan. Tekanan penolakan maksimum yang diperbolehkan untuk grouting tiap tahapan adalah bervariasi untuk berbagai daerah. Tekanan penolakan maksimum yang diperbolehkan disesuaikan dengan hasil grouting test atau ditentukan oleh Direksi Rata-rata kontrol injeksi dan tekanan grouting selama proses grouting akan dilakukan sesuai petunjuk Direksi. Rangkaian lubang yang akan digrouting akan diarahkan oleh Direksi di lapangan. Konsentrasi grouting, waktu penyelesaian, perawatan kebocoran dan penolakan grouting yang disiapkan akan sama seperti pada Sub-bab 5.4.1 kecuali jika tekanan yang paling tinggi adalah tekanan penolakan maksimum yang diperbolahkan untuk grouting pada tiap tahapan. 5.5.3 Blanket Grouting (1) Lokasi dan Ukuran Lubang

Blanket grouting akan dilakukan di pondasi daerah inti kedap air pada bendungan. Lubang, dengan kedalaman 5 m pada batu, akan disusun pada jarak 2 - 3 m pada garis parallel pada garis curtain grouting dan pada jarak masing- masing 2 m atau sesuai dengan hasil uji grouting, seperti yang ada pada Gambar. Diameter lubang tak boleh kurang dari 45 mm. Blanket grouting akan dilakukan sebelum dimulainya Curtain grouting. (2) Pemboran Lubang Blanket Grout

Blanket grouting akan dilakukan dengan tahap sepanjang 5 m. Prosedur dan metode pemboran sama seperti yang dijelaskan pada Sub-bab 5.4.2 untuk metode tahapan mundur. (3) Prosedur Blanket Grouting Prosedur blanket grouting sama seperti yang dijelaskan pada Sub-bab 5.4.2. Jika memungkinkan, perawatan tambahan untuk blanket grouting akan disesuaikan dengan petunjuk Direksi, dengan menggunakan grouting tunnel untuk pengeboran dan grouting lubang yang miring. Dalam hal ini, tekanan maksimum yang diperbolehkan akan ditentukan oleh Direksi dalam hubungannya dengan tinggi bendungan yang dibangun pada saat itu. Pemboran dan Grouting

ST V-13

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.5.4 Rim / Kipas Grouting

Rim grouting akan dilakukan untuk tujuan memperluas curtain grout kedepan sayap lokasi bendungan atau area lain sesuai petunjuk Direksi. Lubang akan direncanakan di jalan yang sama seperti curtain grouting. Ukuran lubang, prosedur pengeboran dan grouting sama seperti yang dijelaskan pada Sub-bab 5.4.2 tentang curtain grouting. 5.5.5 Slush Grouting

Slush grouting akan dilakukan untuk tujuan menimbun dengan grouting setiap lubang di permukaan pondasi batu untuk daerah inti kedap air atau bangunan lainnya. Semen atau mortar grout akan di sapu kedalam permukaan pondasi dengan sapu atau objek lainnya, sehingga dapat menutup seluruh retakan, celah dan ketidaksempurnaan minor di permukaan batu. 5.5.6 Contact Grouting (1) Lokasi Contact Grouting

Contact grouting akan

dilakukan

untuk

menimbun

lubang

antara

permukaan beton bagian dalam dan steker (plug) beton di konduitan pengelak, dan antara pipa baja dan beton encasing.

Grouting akan diinjeksi melalui sistem pipa grouting yang ditanam di beton dan melalui lubang yang ada pada pipa baja. (2) Sistem Pipa Grouting Sistem pipa grouting di steker (plug) beton di konduitan pengelak meliputi pengadaan headers, headers ulang, vent headers dan vent headers ulang, semuanya dari pipa baja dengan diameter 40 mm dan dari pipa riser baja dengan diameter 20 mm yang dihubungkan dengan headers ke outlet

grouting dan vent headers ke bagian groove. Katupnya akan diletakkan pada bagian ujung dari semua headers. Sebelum diletakkan, semua pipa akan dibersihkan baik bagian dalam maupun luarnya dari semua material asing sedemikian rupa sesuai petunjuk Direksi. Pipa grouting akan diletakkan dengan hati-hati dan di simpan dalam posisi seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi pada saat beton diletakkan.

Outlet grouting dari jenis yang disetujui akan disediakan dalam posisi dan Pemboran dan Grouting

ST V-14

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dalam cara seperti pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi.

Groove, jika perlu akan disediakan pada lapisan konduit atau di batian dan di sambungan kontraksi pada steker beton dengan posisi dan sedemikian rupa sesuai Gambar atau petunjuk Direksi. Groove akan ditutup dengan pelat baja dengan pipa riser yang di las pada tiap ujungnya. Tak ada sistem pipa grouting terpisah yang diperlukan untuk Contact

Grouting dengan menimbun void (ruang kosong) pada beton encasing dibelakang pipa baja. Grouting akan dibuat melalui lubang grouting yang ada pada pipa baja oleh Penyedia Jasa lain.

Grouting Sebelum grouting, semua pipa dan lubang sepanjang kontak sambungan akan dicuci seluruhnya dengan air bersih yang diinjeksi melalui headers dengan tekanan tertentu tak melebihi tekanan yang diperbolehkan. Air yang diberi tekanan akan disimpan di pipa, dan jika kebocoran terjadi pada permukaan steker (plug) atau di tempat lain, maka akan disumbat sedemikian rupa sesuai petunjuk Direksi. Air akan disalurkan sebelum

grouting dimulai. Konsentrasi grouting yang digunakan berkisar antara 2:1 sampai 1.4:1 untuk perbandingan air/semen. Perubahan konsentrasi akan disesuaikan dengan petunjuk Direksi.

Grouting akan diinjeksi melalui header suplai. Pada saat grouting yang diinjeksi bocor dari ujung headers, katup yang dikaitkan pada header tersebut akan ditutup satu per satu, sampai semua katup headers tertutup. Pada saat tekanan maksimum yang diperbolehkan tercapai dan nilai injeksi turun sampai nol (0), katup header suplai akan akan ditutup. Grouting kemudian diinjeksi melalui lubang headers sampai tingkat injeksi turun hingga

mencapai

titik

nol

(0)

dengan

tekanan

maksimum

yang

diperbolehkan. Setelah semua proses yang digambarkan diatas selesai, semua katup akan ditutup. Grouting akan diselesaikan jika tekanan maksimum dijaga selama 10 menit. Katup headers tidak akan dibuka sampai grouting yang diinjeksi diset (diatur) dan tidak mengalir dengan pengenduran tekanan tersebut. Pada saat grouting yang diinjeksi bocor melalui retakan, patahan, dll. dalam rangkaian grouting, kebocoran tersebut harus disumbat secara efektif sesuai petunjuk Direksi.

Pemboran dan Grouting

ST V-15

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.5.7 Lubang Tes Pemboran Inti Penyedia Jasa memerlukan pemboran lubang tes untuk mendapatkan contoh inti dan melaksanakan tes tekanan air untuk usulan penyelidikan kondisi geologi atau untuk menyelidiki efektifitas dari grouting. Diameter lubang tes tidak boleh lebih kecil dari 65 mm maupun lebih besar dari 87 mm, kecuali jika diarahkan oleh Direksi. Persepsi tersebut bukan berarti menolak pemboran dengan diameter besar untuk keperluan menyelubungi lubang bilamana diperlukan. Penyedia Jasa akan menyimpan core box, untuk Direksi dari setiap lubang yang dibor yang mana akan dicatat koordinatnya, lokasi, elevasi dan kedalaman final dari lubang, sifat batuan yang dibor dan data-data lain yang ada yang biasanya dicatat pada log lubang bor, seperti ditemukannya inti lubang persentasinya, RQD nya dsb. Contoh inti harus diletakkan pada kotak kayu dengan tutup berengsel yang disediakan oleh Penyedia Jasa. Contoh inti masing-masing lubang dipisahpisahkan dalam kotak dengan pembatas dan akan diidentifikasikan dengan memakai label kayu dimasukkan di ujung lubang, sehingga kedalaman lubang bisa ditandai. Semua kotak contoh inti ditandai dengan jelas dengan jumlah lubang dimana contoh inti tersebut diambil serta tanggal pemborannya. Setelah pemeriksaan contoh inti dan pekerjaan logging selesai dikerjakan, core box akan dikirim oleh Penyedia Jasa ketempat penyimpanan di lokasi proyek seperti ditunjukkan oleh Direksi. Sebelum core box disimpan semua contoh inti harus difoto warna dengan skala yang diperkecil yaitu 1:7 sehingga detail tanda dalam kotak akan terlihat pada foto. Skala linier akan tercakup dalam foto. Penyedia Jasa harus menyerahkan satu foto negatif dan 2 foto positipnya setiap foto kepada Direksi. Contoh inti harus dicuci sebelum difoto dan ketika difoto harus masih lembab sehingga sifat batuan dan ciri- cirinya tampak jelas. Pengujian tekanan air di lubang uji dilaksanakan pada descending stage yang panjangnya 5 m atau kurang dari 5 m seperti yang disarankan Direksi. Lubang tes harus termasuk lubang contoh, lubang kontrol terhadap akibat dari

grouting yang harus digrouting dengan langkah turun setiap 5 m kecuali jika diarahkan oleh Direksi, tetapi pemboran ke arah atas untuk mendapatkan konfirmasi zona geologi lubang drainase tidak perlu di grouting.

Pemboran dan Grouting

ST V-16

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.5.8 Tes Tekanan Air Di dalam tes lubang pemboran inti atau lubang lainnya yang disetujui oleh Direksi, tes tekanan air akan dilaksanakan untuk kepentingan menaksir kondisi batuan sebelum dan sesudah grouting. Packer akan di set dengan kuat sekitar 0,5 m di atas permukaan yang harus dites dan air bersih harus dipompa ke dalam lubang di bawah tekanan yang konstant yang akan dikontrol dengan pengaturan katup saluran. Injeksi air tersebut kontinyu untuk sekurangkurangnya 10 menit di bawah suatu tekanan tertentu setelah injeksi tersebut berjalan stabil. Sebagian besar tetapi tidak secara khusus di dalam beberapa pengeboran inti (tidak lebih dari 7) tekanan berbeda sesuai arahan Direksi, akan diterapkan di dalam urutan masing-masing langkah. Tekanan tidak boleh melebihi tekanan maksimum yang diijinkan untuk menekan grouting atau tidak boleh lebih dari 1.000 kPa kecuali jika ditentukan oleh Direksi. Penyedia Jasa harus membuat catatan data setiap tes termasuk jumlah lubang, langkah, elevasi dari manometer elevasi water table, posisi dari packer, tekanan, kecepatan injeksi, dll. Kehilangan produksi energi selama tes antara manometer dan bagian tes harus diperhitungkan. Untuk tes tekanan air dengan beberapa tekanan yang berbeda, hasil tes tekanan airnya harus diberikan dalam bentuk grafik, yang mana semuanya dalam skala yang sama ditunjukkan dalam absis tekanan efektif setiap tahapan, diambil untuk mempertimbangkan energi tetap dan kehilangan energi dan diordinat tingkat aliran keluar air dalam ukuran liter per menit dan per meter. Grafik untuk lubang pengeboran yang sama akan dilampirkan log geologi. 5.5.9 Pemboran untuk Pemasangan Instrumen Lubang untuk pemasangan instrumen harus di bor dengan diameter, kedalaman dan sudut sesuai yang ditunjukkan dalam gambar atau petunjuk Direksi. Untuk penyelesaian pemboran, lubang harus dicuci dengan air bersih yang bertekanan sampai air kembalian harus bersih dan harus ditutup untuk melindungi lubang dari material asing sampai pemasangan instrumen terlaksana.

5.5.10 Grouting Zona Sesar Zona sesar yang memotong pengelak dan pelimpah (sesar F3 dan F4) akan dilakukan perbaikan pondasi dengan grouting konsolidasi dan kalau zonanya lebar material hancuran (weak zone) akan diganti dengan beton yang akan disesuaikan dengan kedalaman kondisi zona hancurannya. Pemboran dan Grouting

ST V-17

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Untuk zona sesar didaerah genangan (F1 dan F2) yang berpotensi menimbulkan bocoran waduk akan dilakukan dengan penimbunan blanket cley selebar zona hancur

5.6

UJI GROUTING (GROUTING TEST)

5.6.1 Umum Kontraktor harus melakukan uji grouting (grouting test) minimum 2 lokasi dengan kondisi batuan yang berbeda, sebagaimana ditentukan oleh Direksi.

Grouting test harus diambil sedemikan rupa sehingga terbentuk range keseluruhan pelaksanaan yang berkaitan dengan tekanan grouting untuk pekerjaan permanen termasuk pemboran, pengetesan permeability, grouting, lubang grout, dibandingkan dengan pekerjaan dan metode yang berbeda dan pemilihan campuran grout yang sesuai dan tekanan groutingnya dan lain-lain. Pada pekerjaan test grouting pada lokasi lubang pemeriksaan (check hole), untuk mengetahui penyebaran semen digunakan zat pewarna yang akan ditentukan oleh Direksi Lokasi percobaan grouting diadakan pada bagian pekerjaan grouting permanen atau secara terpisah pada area yang disiapkan. Kontraktor harus memasukkan biaya keseluruhan untuk pengeboran dan grouting termasuk pelaksanaan trial grouting, pelaksanaan akibat produksi yang rendah berdasarkan pada asumsi sebagai berikut: -

Pengukuran dan pembayaran pengeboran, pengetesan tekanan air dan grouting dibuat dengan dasar dan rate yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan permanen.

-

Pekerjaan untuk melaksanakan grouting test tidak melebihi 5% dari jumlah total

pelaksanaan

yang berhubungan dengan

pekerjaan

permanen

sebagaimana diestimasikan dalam daftar kuantitas. 5.6.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari test pelaksanaan test grouting (sementasi) adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail mengenai pengaturan jarak dan pola lubang grouting, besarnya tekanan injeksi pada waktu pelaksanaan, banyaknya material yang akan digunakan dalam pelaksanaan sementasi nanti dan juga jenis alat yang akan digunakan.

Pemboran dan Grouting

ST V-18

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.6.3 Lokasi Test Grouting Test Grouting dilaksanakan pada poros bendungan yaitu Sandaran Kiri pada pondasi batugamping. Daerah pengetesan dikupas tanah penutupnya (soil) hingga tersingkap batuan dasarnya dan membentuk tempat yang cukup datar kurang lebih 20 m x 15 m. Pengukuran geodetik dilakukan untuk menentukan titik-titik bor. Lokasi test grouting ditentukan dari kondisi geologi melintang poros bendungan dan uji permeabilitas / Lugeon dari lubang bor investigasi sebelumnya (profil Lugeon).

Pemboran dan Grouting

ST V-19

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.6.4 Pengaturan Jarak dan Pola Lubang Pengaturan jarak dan pola lubang disusun seperti pada gambar berikut ini.

4,00 m G3 G4

D/S

CH-2

CH-1 G1

G2 8.0 m

Gambar 5. 1 Pola Lubang Grouting Test G1,G2 danG3 ; primary grout holes CH1 : primary check hole G4 : secondary grout hole CH2 : secondary check hole Catatan : -

G1, CH1 dan CH2 pemboran dengan core sampling.

-

CH1 setelah selesai sebagai primary check hole akan dipergunakan juga sebagai secondary grout hole.

5.6.5 Material yang digunakan Meterial yang digunakan untuk test grouting adalah semen (PC), air, bentonit (10% berat semen) dan ditambah zat warna. Zat warna larutan Phenolphtaline merah (C2OH14O3) ditambah sebanyak 3% berat semen, yang berfungsi untuk mengetahui jangkauan penyerapan campuran grouting. 5.6.6 Perbandingan dan perubahan campuran grouting Perbandingan dimulai dari yang encer (10:1) dan seterusnya menjadi semakin pekat (1:1).

Pemboran dan Grouting

ST V-20

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel 5. 1 Perbandingan dan Perubahan Campuran Grouting Semen masuk (Kg/m) Perbandingan campuran (w/c)

0-50

50–100

100–150

150–200

>200

10 : 1

5:1

3:1

2:1

1:1

5.6.7 Tekanan Injeksi Tekanan injeksi (sementasi) ditentukan sesuai dengan keadaan struktur batuan dasar dan tanah penutupnya. Tekanan bertambah sesuai dengan tahapan sementasi, semakin kedalam tekanan akan semakin besar sesuai dengan rumus (USBR) : P = 0,4 H ( kg/cm2) Dimana H adalah jarak antara setengah panjang dari bagian yang digrouting sampai permukaan tanah. Tabel 5. 2 Tekanan Injeksi dan Penempatan Packer Posisi

Kedalaman

Tekanan Grouting

(m)

(kg/cm2)

1

0,00 – 5,00

1.5

- 0,50

2

5,00 – 10,00

2.0

- 5,00

3

10,00 – 15,00

2.5

- 10,00

Stage

Penempatan Packer (m)

4 5 6 7 5.6.8 Ukuran lubang bor Diameter bor untuk lubang grouting tidak boleh kurang dari 45 mm, sedangkan lubang pilot dan check hole tidak boleh kurang dari 55 mm dan tidak boleh lebih dari 87 mm. 5.6.9 Prosedur Grouting Prosedur yang dipakai untuk test grouting adalah metode down stage (descending) dan harus menunggu 4 jam untuk melanjutkan stage berikutnya (di bawahnya).

Pemboran dan Grouting

ST V-21

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.6.10 Pengambilan Contoh Batuan (Core Sampling) Pada

lubang

pilot

dan

check

hole

dilaksanakan

pengeboran

dengan

pengambilan contoh inti batuan. Pengeboran inti tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas sebelum dan sesudah pelaksanaan grouting, apakah sudah memadai atau belum. Contoh inti yang terambil diletakkan di dalam kotak terbuat dari kayu dengan ukuran 1 x 0,5 x 0,1 meter dan masing-masing diberi sekat sehingga cukup untuk menyimpan contoh inti sepanjang 5 m. Untuk pengamanan dalam penyimpanan dan transportasi, supaya jangan rusak, kotak contoh diberi tutup beserta kuncinya.

Studi Grouting Test Location : Bend. Logung Hole No : Total Depth : Depth

: 40 cm

110 cm

Gambar 5. 2 Bentuk Corebox 5.6.11 Uji Permeabilitas Sebelum grouting uji permeabilitas lubang bor dilaksanakan pada lubang pilot dan check hole dengan tujuan memperkirakan kondisi permeabilitas batuan sebelum dan sesudah grouting. Untuk

mendapatkan

harga

permeabilitas

batuan

pondasi,

pemakaian

maksimum tekanan yang digunakan adalah 0,4 kg/cm2 tiap meter kedalaman sampai pertengahan yang ditest dan dilakukan 7 kali pengetesan masingmasing selama 10 menit (untuk mendapatkan pola Aliran Lugeon). Sedangkan pada lubang bor lain yang tidak mengambil sample hanya dilakukan tes permeabilitas 1 kali pengetesan (10 menit) dengan menggunakan tekanan maksimum yang diizinkan. Perhitungan nilai lugeon / permeabilitas seperti rumus sebagai berikut :

Pemboran dan Grouting

ST V-22

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

k

Q L ln 2 LH R

Dimana :

k

= koef. Permeabilitas

Q = debit (dibaca pada alat) L

= panjang stage

R = jari-jari lubang bor P

= tekanan (pada manometer)

d

= kedalaman sampai ujung packer

H = P + tinggi manometer

lu 

10Q , dimana : LH

lu = nilai lugeon

Tabel 5. 3 Tekanan Lugeon vs Stage Pengetesan Maksimum Tekanan yang dijinkan

1

2

3

4

5

6

7

Stage 1

0.2

0.5

1.0

1.5

1.0

0.5

0.2

Stage 2

1.5

1.0

1.5

2.0

1.5

1.0

0.5

Stage 3

0.5

1.5

2.0

2.5

2.0

1.5

0.5

(kg/cm2) Interpretasi aliran Lugeon (oleh Houlsby, tahun 1976), dapat dibagi menjadi 5 group, yaitu: 

Aliran Laminer



Aliran Turbulen



Aliran Dilatasi



Wash-out dan



Void Filling

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel IV. Pola aliran Lugeon sangat tergantung dari : 

Jenis batuan



Jenis rongga pada batuan, apakah antar butir atau rekahan



Jenis dan ukuran kekar / rongga, terbuka atau tertutup



Macam isian kekar (mudah larut atau tidak)



Hubungan antar rekahan



Ukuran butir tanah

Pemboran dan Grouting

ST V-23

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.6.12 Waktu Penyelesaian Jika tekanan maksimum yang diijinkan telah tercapai hingga kecepatan injeksi menurun di bawah 0,2 lt/menit dan tekanan tetap (konstan) selama 15 menit, kemudian katub ditutup. Grouting dianggap selesai jika tekanan maksimum yang diijinkan bisa dipertahankan dalam waktu 15 menit tanpa injeksi. 5.6.13 Sasaran Apabila dari hasil test grouting tidak efektif dan koefisien permeabilitasnya masih besar, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : 1. Jarak lubang diperkecil sampai 2.00 m dan 1.00 m sampai nilai permeabilitas / Lugeon menjadi kecil. 2. Prosentase bentonit dalam campuran grouting ditambah. 3. Semen untuk campuran grouting diganti yang lebih halus (micro / fine cement).

5.7

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

5.7.1 Pemboran Lubang Grouting Pengukuran dan pembayaran untuk pemboran lubang curtain grouting, blanket

grouting dan consolidation grouting dibuat berdasarkan pada meter panjang dari lubang grouting yang di bor sesuai dengan spesifikasi dan atau petunjuk Direksi. Panjang dari bagian lubang grouting yang dibor ulang karena kekurangan atau kesalahan Penyedia Jasa tidak termasuk dalam pengukuran dan pembayaran. Panjang dari pengeboran untuk pelindung lubang dan pembersihan di dalam lubang sekali pengeboran tidak termasuk dalam pengukuran dan pembayaran. Pengukuran dan pembayaran untuk pemboran ke arah bawah untuk langkah

curtain grouting dibuat untuk pengeboran lubang grouting atau bagian dari lubang grouting dengan metode langkah menurun dengan panjang biasanya 5 m tetapi ada kalanya bervariasi dari 1 m hingga 10 m dengan petunjuk Direksi. Pengukuran dan pembayaran untuk pemboran ke arah bawah tanpa langkahlangkah untuk curtain grouting akan dibuat untuk pengeboran lubang grouting atau bagian lubang grouting yang telah di grouting dengan metode langkah naik dengan apapun juga panjang langkahnya. Pengukuran dan pembayaran untuk cakupan kedalaman pemboran untuk lubang curtain grouting, blanket grouting dan consolidation grouting yang ditentukan pada Daftar Kuantitas dan Harga yang akan dibuat untuk pengeboran bagian dari lubang grouting dalam cakupan kedalaman yang ditentukan. Oleh karena itu perbedaan harga satuan akan dipakai untuk

Pemboran dan Grouting

ST V-24

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pengeboran bagian lain dari lubang grouting sesuai dengan kedalaman dari bagian tersebut. Harga satuan untuk pengeboran akan selalu bervariasi tergantung dari sudut kemiringan dari lubang tersebut kecuali untuk pengeboran untuk batas luar dari konduit atau adit. Harga satuan untuk pemboran lubang grouting sudah termasuk semua biaya untuk penyediaan tenaga kerja, material, tempat dan semua kegiatan yang diperlukan untuk pengeboran melalui tanah, batuan dan beton, pemindahan peralatan, pencucian dengan tekanan dari lubang bor, perlindungan lubang sampai grouting pengeboran ulang pada grouting yang keras pada metode langkah turun dan semua pekerjaan insidentil yang berkaitan dengan pengeboran sesuai dengan spesifikasi. 5.7.2 Pemboran Inti Lubang Tes Pengukuran dan pembayaran untuk pemboran inti lubang tes ke arah bawah dibuat berdasarkan meter panjang dari lubang tes yang telah dibor sesuai dengan spesifikasi dan atau petunjuk Direksi. Panjang pengeboran ulang dari lubang tes akibat kegagalan Penyedia Jasa tidak termasuk dalam pengukuran untuk pembayaran. Panjang pemboran untuk selubung dari lubang dan untuk pembersihan dalam lubang untuk sekali pengeboran tidak termasuk dalam pengukuran dan pembayaran. Pengukuran dan pembayaran untuk cakupan kedalaman pemboran untuk pengeboran inti lubang tes seperti ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang akan dibuat untuk pemboran bagian lubang tes dalam cakupan kedalaman yang direncanakan. Maka harga satuan yang berbeda akan digunakan untuk pemboran yang berbeda dari bagian lubang tes menurut kedalaman bagian tersebut. Harga satuan untuk pengeboran akan bervariasi tergantung dari sudut kemiringan dari lubang kecuali untuk pengeboran di konduit. Harga satuan untuk pemboran inti lubang tes mengarah ke bawah sudah termasuk semua biaya penyiapan tenaga kerja, material, tempat dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk pengeboran inti melalui tanah, batuan dan beton, pemindahan mesin, pencucian dengan tekanan untuk lubang bor, perlindungan lubang sampai pelaksanaan grouting, pengeboran ulang grouting yang mengeras untuk grouting dalam metode menurun dan semua pekerjaan yang berkaitan dengan pengeboran inti sesuai dengan spesifikasi. Pengukuran dan pembayaran pemboran inti lubang tes ke atas 0 sampai 30 ke arah vertikal dan kedalaman sampai 30 m dibuat berdasarkan meter panjang dari lubang tes yang mana telah dibor naik pada sudut dan ke dalam dalam cakupan yang direncanakan, sebagian besar sebagai pengeboran inti Pemboran dan Grouting

ST V-25

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

lubang drainase sesuai dengan spesifikasi dan atau petunjuk Direksi. Harga satuan sudah termasuk semua biaya penyediaan tenaga kerja, material, tempat dan semua kegiatan yang diperlukan untuk pengeboran inti melalui tanah, batuan dan beton, pemindahan mesin, pencucian dengan tekanan dari lubang pengeboran dan semua pekerjaan insidentil yang berkaitan dengan pengeboran inti naik sesuai dengan spesifikasi. 5.7.3 Grouting (Curtain, Blanket dan Consolidation) Pengukuran dan pembayaran untuk Curtain grouting, blanket dan consolidation

grouting dibuat atas dasar berat dalam ton dari semen kering yang disuntikkan ke dalam lubang grouting dan lubang tes. Harga satuan sudah termasuk semua biaya untuk penyediaan tenaga kerja, material grouting, tempat, penyediaan

grouting dan sistem pengembalian dan semua operasi yang diperlukan untuk menghubungkan jalur penyedia grouting dengan pipa grouting atau pipa suntik, pencucian

pipa,

pengangkutan

material

grouting,

pencampuran

dan

penyuntikan grouting dan pengeboran kembali lubang jika lubang tersebut tersumbat yang menyebabkan ada aliran grouting keluar dan pekerjaanpekerjaan lain yang terkait grouting sesuai dengan spesifikasi. Pengukuran dan pembayaran untuk slush grouting akan dibuat berdasarkan berat dalam ton dari semen kering yang dipakai untuk grouting yang benarbenar disemprotkan dan disapukan di pondasi bendungan atau struktur lainnya. Harga satuan sudah termasuk semua biaya untuk menyiapkan tenaga kerja, material selain dari material grouting yang digunakan, tempat, sistem penyediaan grouting dan semua opersai yang diperlukan dalam pengangkutan material grouting, pencampuran, penyediaan ke lokasi, penyebaran dan penyapuan atau pembukaan paket grouting dan pekerjaan insidentil yang berkaitan dengan slush grouting sesuai dengan spesifikasi. 5.7.4 Backfill Grouting Perngukuran dan pembayaran untuk backfill grouting untuk galeri dan konduit lain tidak boleh dibuat terpisah dan harus menjadi bagian dari dinding perkuatan beton. Harga satuan untuk dinding perkuatan beton sudah sudah termasuk semua biaya untuk penyiapan tenaga kerja, material termasuk material grouting, tempat / lokasi, penyuplai grouting dan sistem baik termasuk pipa baja diameter 50 mm untuk pipa grouting dan semua operasi yang dibutuhkan untuk pemasangan pipa grouting pada dinding beton dan atau pengeboran lubang grouting melalui dinding beton, berhubungan dengan saluran penyuplai grouting dengan pipa grouting atau pipa penyuntik secara tepat di lubang grouting dengan packer, pemasangan packer, penyiapan, Pemboran dan Grouting

ST V-26

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pengangkutan material grouting, pencampuran, penyuntikan grouting untuk semua ruang kosong yang terletak diantara dinding perkuatan beton dan batuan

di

batas

luar

konduit,

pencampuran

dan

pemompaan

untuk

menentukan proporsi campuran grouting sebelum pekerjaan backfill grouting dimulai, tambahan pengeboran lubang grouting tanpa inti dengan panjang 2 m atau ditentukan oleh Direksi dan semua pekerjaan insidentil sesuai dengan spesifikasi.

Backfill grouting pada konduit pengelak perkecualian dimana pengeboran dibayar berdasarkan meter panjang dan grouting berdasarkan ton berat dari semen yang disuntikkan. 5.7.5 Contact Grouting Pengukuran dan Pembayaran untuk contact grouting pada proses penutupan konduit pengelak dibuat atas dasar harga lump sum. Harga lump sum yang ada pada Daftar Kuantitas dan Harga sudah termasuk semua biaya penyiapan tenaga kerja, material, peralatan dan semua operasi yang dibutuhkan untuk pemasangan semua sistem pemasangan pipa grouting seperti ditunjukkan dalam gambar pada beton penutup dimana ditempatkan dan perkuatan beton dengan pengeboran pendek, berhubungan dengan penyedia grouting dan saluran balik ke sistem pipa grouting pada saat grouting, pengujian dan pencucian dengan tekanan air bersih, pengangkutan material grouting, pencampuran dan penyuntikan grouting, pemindahan material, peralatan dan tempatnya setelah pelaksanaan grouting dan semua pekerjaan yang terkait sesuai dengan spesifikasi. Biaya untuk pipa dalam sistem pipa grouting, pengeboran dari perkuatan semen sudah termasuk dalam harga lump sum.

5.7.6 Penyiapan dan Pemasangan Packer Pengukuran dan pembayaran untuk penyiapan dan pemasangan packer, dibuat berdasarkan pada jumlah packer yang terpasang yang mana secara nyata dibuat untuk usulan pengujian tekanan air dan/atau grouting di lubang grouting dan pengujian lubang. Harga satuan sudah termasuk semua biaya untuk menyiapkan tenaga kerja, material, peralatan dan seluruh operasi yang dibutuhkan untuk pemasangan dan pemindahan packer, menghubungkan ke suntikan melalui pipa dan pipa lainnya dan pekerjaan lainnya yang terkait sesuai dengan spesifikasi. Pengukuran dan pembayaran untuk penyiapan dan pemasangan packer berdasarkan urutan pekerjaan dari dasar ke atas, dibuat berdasarkan pada

Pemboran dan Grouting

ST V-27

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pemasangan packer pada lubang atau bagian dari lubang yang mana telah diuji tekanan airnya dan/atau digrouting sesuai metode urutan pengerjaannya. Pengukuran dan pembayaran untuk penyiapan dan pemasangan packer dalam urutan dari dasar lubang ke bagian atas dibuat untuk pemasangan packer pada lubang atau bagian lubang yang mana tes tekanan air dan atau grouting dalam metode. Pengukuran

dan

pembayaran

untuk cakupan

kedalaman

seperti

yang

ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang dibuat dari pemasangan dalam cakupan kedalaman yang ditunjuk. 5.7.7 Material Grouting Material grouting terdiri dari material grouting kering seperti semen, bentonite, pasir dan admixtures yang mana akan disuntikkan ke dalam lubang Curtain

grouting, blanket grouting dan consolidation grouting dan lubang tes. Pengukuran untuk pembayaran dibuat berdasarkan berat semen dalam ton yang benar-benar disuntikkan. Pembayaran didasarkan pada harga satuan per ton dari semen yang mana termasuk semua biaya untuk menyiapkan semua material, pengangkutan ke lokasi, proporsi campuran yang dibutuhkan dan injeksi ke dalam lubang sesuai spesifikasi dan petunjuk Direksi. Pembayaran untuk backfill grouting dan contact grouting sesuai dengan yang ada pada sub-bab 5.5.4 dan 5.5.5. 5.7.8 Tes Tekanan Air Pengukuran dan pembayaran untuk tes tekanan air di lubang bor dilakukan berdasarkan waktu atau berapa kali telah dilakukan pengujian atau pengukuran terhadap tes tekanan air dari pemasukan air di bawah tekanan sesuai spesifikasi atau petunjuk atau persetujuan Direksi. Harga satuan yang dicantumkan dalam tender sudah termasuk semua biaya untuk penyediaan tenaga kerja, material, peralatan dan semua operasi yang diperlukan untuk pengujian serta samua pekerjaan insidental yang terkait, seperti tertera pada spesifikasi. 5.7.9 Pemboran untuk Pemasangan Instrumentasi Pengukuran dan pembayaran untuk pemboran lubang guna pamasangan instrumentasi dilakukan berdasarkan meter panjang dari panjang lubang yang telah di bor untuk pemasangan instrumentasi sesuai dengan spesifikasi dan atau petunjuk Direksi. Harga satuan tersebut sudah termasuk semua biaya

Pemboran dan Grouting

ST V-28

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

untuk penyediaan tenaga kerja kerja, material, peralatan dan semua operasi yang dibutuhkan untuk pemboran, pembersihan, perlindungan lubang sesuai dengan spesifikasi.

Pemboran dan Grouting

ST V-29

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB VI INSTRUMENTASI BENDUNGAN

6.1

UMUM Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang instrumentasi / alat pengukuran pada pondasi dan tubuh bendungan, dan menyediakan serta memasang semua alat pengukuran penunjang pada bangunan terminal, sesuai dengan yang tertera dalam Spesifikasi Teknik dan Gambar. Peralatan pengukuran pada tubuh bendungan dan pondasinya terdiri dari: -

Pneumatic Piezomenter

-

Standpipe piezometer

-

Inklinometer kombinasi dengan Multi layer settlement

-

Surface settlement point

-

Crest settlement point

-

Total stress cell

-

Strong motion accelerograph

-

Observation well

-

Seepage water measuring device

-

Automatic water level recorder (AWLR)

-

Automatic wheather station/ Automatic wheather season

Tipe alat yang diuraikan disini bisa diusulkan oleh Penyedia Jasa tetapi harus ada persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. Seratus delapan puluh hari (180) sesudah diterbitkannya kontrak, Penyedia Jasa harus menyerahkan secara rinci semua alat-alat instrumentasi dan material yang diusulkan untuk mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan serta detail prosedur untuk pemasangan alat dan operasi pembacaan dan pemeliharaan. Usulan yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa, meliputi: -

Uraian secara rinci alat-alat yang diusulkan, tipe dan data teknisnya.

-

Uraian referensi lokasi bendungan dimana peralatan sudah dipasang.

-

Bukti-bukti bahwa alat-alat yang ditempatkan pada timbunan isian tanah dalam jangka waktu 5 (lima) tahun masih dalam keadaan baik.

-

Prosedur yang dibuat pabrik bagi pemasangan dan operasi alat-alat.

Instrumentasi Bendungan

ST VI-1

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

-

Gambar-gambar detail untuk perubahan yang diperlukan bagi bangunan terminal dan boxes.

-

Penetapan harga dari pabrik bila peralatan dikirimkan langsung ke lokasi.

-

Jaminan bahwa instrumentasi yang dipasang mampu berfungsi dalam jangka waktu yang ditentukan.

Penyedia Jasa harus memasang semua peralatan sesuai dengan prosedur yang dibuat oleh pabrik dan sesuai dengan syarat spesifikasi. Bagi pemasangan peralatan ini, Penyedia

Jasa

menugaskan

supervisor/pengawas

yang

berpengalaman

dalam

pemasangan pekerjaan ini yang disetujui Pengawas Pekerjaan. Supervisor / Pengawas dari Penyedia Jasa ini juga harus memberi pengarahan kepada staf tim Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Lolak dalam pembacaan, pengoperasian dan pemeliharaan serta perawatan peralatan instrumentasi yang terpasang.

6.2

SPESIFIKASI TEKNIK

6.2.1 Pneumatic Piezometer Pneumatic Piezometer yang dipasang terdiri dari dua jenis, yaitu foundation pneumatic piezometer sejumlah 12 buah dan embankment pneumatic piezometer sejumlah 25 buah. Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua piezometer, termasuk pipa-pipa dan peralatan lain seperti ditunjukkan pada gambar. Spesifikasi Teknik pisometer pneumatik sebagai berikut : URAIAN

SPESIFIKASI

a. Tipe Sensor

Pneumatic

b. Range pengukuran

0,2; 0,5; 1,0; 2,0; 5,0 MPa

c. Overload

30% FS

d. Sensitiitas e. Akurasi

0.01% FS < 0,3 FS

f. Thermic zero shift g. Thermic sensitivity shift

0.00025% FS/oC < 0.01% /oC

h. Suply tenaga listrik

12 – 24 V DC

i. Sinyal Output

4 – 20 Ma mV/V on request (*)

j. Electric insulation k. Bridge resistance

4 KV 15 ± 3 KΩ

l. Temp. operating range

-10 to + 55oC -

m. Temp. sensor

Instrumentasi Bendungan

ST VI-2

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara URAIAN

SPESIFIKASI

n. Material

Stainless steel

o. Diameter p. Filter Unit

28 mm

(1) Material

Sinterised s / steel vjon

(2) Diameter (OD)

Disc 18 mm

(3) Ukuran Pore

40/50 micron

(4) Jumlah Konduktor

2 bh

Ceramic HAE Value Disc 15 mm 0,25 micron 2 bh

 Tata Cara Kalibrasi Alat Piezometer Kalibrasi pembacaan dilaksanakan di danau atau waduk dengan kedalaman yang sesuai dengan tinggi rencana Bendungan Ameroro. Cara pengujian/ Kalibrasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Alat baca diisi nitrogen sampai penuh. b. Twin tubing dipotong sesuai dengan kebutuhan. c. Menyambungkan twin tubing dengan piezometer d. Uji kebocoran klep piezometer dengan cara memasukkan ke dalam air dan diberi tekanan yang berasal dari alat baca piezometer. e. Setelah selesai dan tidak ada kebocoran maka Piezometer dihubungkan dengan alat baca dan mulai dimasukkan ke dalam air waduk dengan kedalaman yang bervariasi dimulai dari 5 m f. Pada kedalaman tersebut piezometer akan dibaca. Bila sudah selesai pembacaan piezometer akan diturunkan sampai kedalaman 10 m dibaca lagi, setelah itu dilaksanakan secara berulang dengan kedalaman yang diperlukan dengan beberapa tahapan kedalaman. g. Bila sudah selesai piezometer akan diangkat dan diberi tanda bahwa sudah di uji pembacaannya. h. Pelaksanaan untuk piezometer yang lain dilakukan secara berulang sesuai dengan tahapan c sampai dengan g.

Spesifikasi teknik tipe dan range piezometer yang terpasang adalah sebagai berikut : Pondasi Penjelasan spesifikasi alat piezometer (material, tipe, range kesalahan, dll) Kapasitas bacaan Instrumentasi Bendungan

ST VI-3

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Timbunan Penjelasan spesifikasi alat piezometer (material, tipe, range kesalahan, dll) Kapasitas bacaan -

Di atas elevasi xx,xx

-

Di bawah elevasi xx,xx

Penamaan Kode No Pneumatic Piezometer A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 B. 1 2 3 4

Tipe

Range Bacaan (kPa)

di Timbunan Inti PP.1-1 HAE 350 PP.1-2, PP.1-3, PP.1-4 HAE 500 PP.2-1 HAE 250 PP.2-2, PP.2-3 HAE 350 PP.2-4, PP.2-5, PP.2-6 HAE 500 PP.2-7, PP.2-8, PP.2-9 HAE 700 PP.2-10, PP.2-11, PP.2-12 HAE 1000 PP.3-1 HAE 170 PP.3-2, PP.3-3 HAE 350 PP.3-4, PP.3-5, PP.3-6 HAE 500 di Pondasi FPP.1-1, FPP.1-2 LAE 700 FPP.2-1, FPP.2-2 LAE 1000 ~ 1 Mpa FPP.2-3, FPP.2-4 LAE 1500 ~ 1,5 Mpa FPP.3-1, FPP.3-2 LAE 700 HAE = High Air Entry; dipasang di Timbunan LAE = Low Air Entry; dipasang di Pondasi

 Persiapan Pemasangan a. Twin-tubings dipotong dengan panjang sesuai jarak dari posisi masing-masing Piezometer Tip ke instrument house ditambah 10% panjang [hindari sambungan di dalam zona-1 (inti kedap)]. Masing-masing potongan twin-tubings ditandai dengan isolasi warna dan dipasang pada setiap interval 5 m dan masing-masing set digulung terpisah. b. Piezometer Tip yang sudah dikalibrasi, direndam (saturasi) dulu di dalam air bersih untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara di dalam tip selama 24 jam, atau dengan metode yang lain. c. Salah satu ujung twin tubing disambungkan dengan Piezometer tip dan ujung lainnya disambung dengan quick release coupling Sambungan ditutup dengan Silicon Sealant sebagai pengaman tambahan. d. Untuk pemasangan pada lubang bor yang perlu persiapan tambahan : Instrumentasi Bendungan

ST VI-4

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

- Bentonite Powder direndam pada drum yang berisi air dan

dibiarkan selama

2-3 hari. - Setelah itu bentonite diambil sebagian untuk membuat Bentonite Ball. Bentonite Ball dibuat dari bentonite yang sudah direndam dicampur dengan Bentonite Powder (kering) dan kemudian dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil seperti bola. - Menimbang Bentonite Ball dan bentonite rendaman untuk pemasangan pada lubang bor. - Mencuci pasir.  Metode Pemasangan pada pondasi - Install piezometer dipondasi dilakukan, setelah semua pekerjaan perbaikan fondasi selesai dilaksanakan, - Pada titik pemasangan dibuat lubang bor dengan diameter 7.56 mm (3 inch) dan kedalaman sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan. - Bila lubang bor dianggap memenuhi syarat, Piezometer dipasang pada kedalaman yang telah ditentukan. - Piezometer Tip ditutup dengan pasir ayak (D max : 5mm) sampai setebal 1.0m diukur dari dasar tip dan diatasnya dimasukkan bentonite balls (bentonite yang dibentuk seperti bola) 0,5 m kemudian diberi grouting cemen. - Tujuan pemasangan lapisan bentonite balls adalah untuk menyekat tekanan pori dari bagian atas lubang, sehingga tekanan pori yang terukur adalah tekanan pori yang ada disekitar Piezometer Tip.  Metode Pemasangan pada Timbunan - Pada saat timbunan sudah mencapai 1 m diatas elevasi yang diinginkan. Timbunan didaerah tersebut dihentikan dan digali lubang sampai pada elevasi yang diinginkan. - Setelah elevasi dan posisi tempat Piezometer Tip serta trench dipetakan dan dicatat, Piezometer tip dimasukkan kedalam lubang. - Lubang galian ditutup kembali dengan material pasir, dan material embankment . - Digali parit (Trench) untuk jalur twin-tubings menuju ke instrument house sedalam 0,5 m. - Twin-tubings di dalam parit akan dipasang berkelok-kelok (snaking) menuju rencana rumah instrumen dengan allowance antara 5 sampai 10%. Allowance ini Instrumentasi Bendungan

ST VI-5

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dimaksudkan untuk memberikan kelebihan panjang pada twin-tubings sehingga bila terjadi gerakan pada tubuh bendungan maka tubings tidak menjadi regang dan terputus. - Twin-tubings yang melalui material impervious core dan filter sand akan ditutup dan dipadatkan dengan material yang sama - Bila sudah selesai maka daerah galian akan ditutup kembali dan dipadatkan. Pada saat pemasangan instrumen piezometer, perlu diperhatikan hal sebagai berikut: a). Bagian Tip harus betul-betul bersentuhan langsung dengan material tanah agar tidak ada udara yang terperangkap di dalam sistim b). Kadar air material tanah disekitar Tip harus sama

atau mendekati kadar air

material tanah keseluruhan. c). Paritan untuk kabel diberi lapisan penyekat kedap air, biasanya digunakan bentonit untuk menghindari terjadinya erosi buluh disepanjang paritan. d). Kabel, slang dan penghantar lainnya dipasang secara berkelok-kelok tidak lurus agar tidak rusak sewaktu terjadi regangan yang tinggi. . 6.2.2 Standpipe Piezometer Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua Standpipe piezometer sejumlah 6 buah pada lokasi seperti pada gambar. Spesifikasi stand pipe piezometer sebagai berikut : Tata Cara Pemasangan : - Apabila timbunan sudah berada ± 1,5 m diatas elevasi rencana, pekerjaan timbunan disekitar lokasi dihentikan. - Pada titik tersebut dilakukan pengeboran sampai dengan elevasi rencana. - Bila sudah selesai, alat bor ditarik dan elevasi diukur. - Pasir yang sudah dicuci dimasukkan ± 0,5 m. - Alat porous plastic tip, drive in tip dan pipe di setting, kemudian dimasukkan kedalam lubang. - Setelah peralatan stand pipe piezometer terpasang, masukkan pasir dengan ketinggian ± 0,5 m, dilanjutkan dengan bola-bola bentonit dengan ketinggian ± 0,5 m. - Di grouting semen dengan ketinggian ± 1,0 m.

Instrumentasi Bendungan

ST VI-6

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyambungan pipa Standpipe piezometer. 1.

Bagian pipa atas pipa diberi lem, kemudian dibor.

2.

Setelah bor diangkat, dimasukkan paku rivet yang sudah diberi lem dilanjutkan pemasangannnya (dirivet).

3.

Ambil pipa bagian atas, masukkan kedalam Straigt coupling pada pipa yang sudah tertanam kemudian dibor.

4.

Angkat kembali pipa tersebut, kemudian diberi lem dan dimasukkan kembali kedalan straight coupling.

5.

Paku rivet diberi lem dan dimasukkan kedalam lubang bor yang ada, kemudian dipasang (dirivet)

6.

Untuk mengatasi bidang yang lemah akibat pemasangan paku rivet, setelah selesai dirivet diatas diberi lem kemudian pada bagian sambungan tersebut ditutup dengan denso tipe yang kemudian ditutup dengan flushing tape.

7.

Penutupan yang dilakukan adalah mulai dari pipa dibawah sambungan sampai dengan pipa diatas sambungan.

8.

Demikian berlanjut pada sambungan pipa berikutnya. URAIAN

SPESIFIKASI

Tipe Sensor

Casagranda

Element Diameter

27mm

Lengths

300 mm

Overall diameter

32 mm

Pore diameter

60 micron -4

Permeability

3 x 10 m/s (low entry)

Material

Galvanised/plated steel

Tubing and Copling Tubing material Tubing lengths Coupling material Coupling threading End cap material End cap threading Nominal Inner diameter

Galvanised steel 3m Galvanised steel Threaded Galvanised steel Threaded 19 mm

Water level meter Cable

Instrumentasi Bendungan

100 m

ST VI-7

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

6.2.3 Total Stress Cell Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua total stress cell sejumlah 3 set pada lokasi seperti pada gambar. Pemasangan peralatan termasuk tubing, kabel, pipa dan peralatan lain seperti ditunjukkan di gambar. Spesifikasi teknik pressure cell sebagai berikut :

Tipe sensor

Vibrating wire

Skala / Full scale

700 KPa 10 MPa

Overload

100% FS

Resolution

0.25% FS

Akurasi

< 0.5 % FS

Output signal

Frequency

Operating temp range

-20oC + 100oC

Material

Stainless steel

Persiapan pemasangan dan kalibrasi 1. Kabel dipotong sesuai dengan kedalaman rencana dan ditambah dengan allowance 10 %. 2. Persiapkan alat total stress meter dan dicatat seriesnya guna pemasangan dilokasi serta table kalibrasi alat dari pabrik, kemudian masukkan persamaan alat total stress kealat baca. 3. Hubungkan alat total stress meter dengan alat baca guna memeriksa alat tersebut sudah bisa dibaca. Bila bisa dibaca maka kondisi alat tersebut baik dan bisa dipasang di timbunan, bila tidak bisa terbaca maka kondisi alat tersebut dikatakan rusak dan harus diganti oleh kontraktor. 4. Sambung alat tersebut dengan kabel yang sudah direncanakan untuk dipasang. 5. Bila pemasangan sudah selesai, sekali lagi alat tersebut disambungkan dengan readout/ alat baca. Bila sudah terbaca maka alat tersebut dalam kondisi baik dan siap untuk dipaang di tubuh bendungan.

Instrumentasi Bendungan

ST VI-8

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pemasangan Pressure Cell / Stress Meter : 1.

Pada lokasi alat akan dipasang ditimbunan zona inti, digali dengan ukuran bawah 2 m x 2 m sedalam 1 m dengan kemiringan galian 45o, pada timbunan zona batu digali sedalam 1 m.

2.

Bagian bawah diukur dan bentuk 1 x 1 m, kemudian dari sisi dibuat timbunan dengan kemiringan 45o . setelah dibentuk alat dipasang diposisi as kotak dan pada sisi kotak diberi ketinggian 0,15 m. Elevasi dan lokasi cell diukur dan dicatat.

3.

Setelah diletakkan maka alat tersebut harus dibaca sebagai kalibrasi awal, setelah itu baru ditimbun.

4.

Kabel diletakkan berkelok di parit galian. Pada zona batu, dasar galian ditimbun material halus sedangkan pada zona tanah inti, kabel diurug kembali dengan material inti dan parit galian ditutup dengan material lempung dan bentonit setebal 20 cm, setiap interval 3 m – 4 m.

5.

Setelah pemasangan selesai, pembacaan pertama setiap earth pressure meter dilakukan dan hasil pembacaan dicatat.

6.2.4 Strong Motion Accelerograph Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang alat strong motion accelerograph sejumlah 3 (tiga) buah, termasuk semua peralatan penunjangnya seperti ditunjukkan di gambar.

Spesifikasi teknik strong motion accelerograph sebagai berikut : Tipe Sensor Axis Range Sensor resolution Akurasi Total Skala thermal faktor sensitivitas Excitation voltage Signal output Load impedance Current consumption Temperature operating range Temp. compensated range

Instrumentasi Bendungan

solid state accelerometer uniaxial or biaxial ±10o, ±20o, ±90o 0.01% FS > ±0.4% FS* ±0.01% FS/oC 8 to 30V DC ±50 mV/±1400 mV 4-20 mA Max 5 mA -40oC to + 85oC -25oC to + 80oC

ST VI-9

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

6.2.5 Inclinometer Kombinasi dengan Multi Layer Settlement Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua paralatan inclinometer kombinasi dengan multi layer settlement termasuk pipa-pipa, dan peralatan lain sebanyak 3 set seperti ditunjukkan di gambar. Multilayer settlement harus dipasang pada 3 (tiga) lokasi / section bendungan dengan posisi dan kedalaman seperti pada gambar. Spesifikasi teknik inclinometer dan Multilayer sebagai berikut :

Alat Baca Inklinometer Pipe Material Tubing and Coupling Tubing material Tubing lengths Coupling material Coupling threading End cap material End cap threading Nominal Inner diameter Probe Face ratio Gauge length Diameter Calibrated range Operating temperature Cable length Cable Type Weight Cable meter Cable rel Cable Batteray life Field PC Program footprint Dimension Weight Operation temperature Battery Life Key Fob (remote handheld activator) Weight Batteray

Instrumentasi Bendungan

Galvanised steel Galvanised steel 3m Galvanised steel Threaded Galvanised steel Threaded 19 mm 1:1,3 500 mm 44 mm ±86,8 mm/500 mm (±0,05) -10 to 50o C 100 m Standard Cable Kevlar reinforced Polyuretane coated 4 core cable 42 g per m (approx) Hard anodized colour coded Standard 12 hours continues use 128 kB 165mm x 95 mm x 45 mm 520 g -30o to +60o C Up to 20 hours 26 g 1 x GP23 A

ST VI-10

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Alat Baca Multilayer (Setlement) Probe/ Reel Range Resolution Repeatability Indicator Phrobe material Tape material Battery life Magnet Targets Type Bodi Material Leg Material

50 m ± 1 mm ± 2 mm Audio Stainless steel Polyethylene coated 12 hrs continuous use Spider PVC Stainless steel

Plate PVC N/A

Datum PVC N/A

Pemasangan Inclinometer dan Multilayer dilaksanakan secara bersamaan dengan langkah sebagai berikut : 1

Penyiapan blanko isian pemasangan instrumen dilengkapi dengan lokasi koordinat, elevasi, rencana pemakaian material, jadwal dan rencana metode pemasangan

2

Diperiksa semua bagian instrumen, material dan peralatan apakah sudah lengkap.

3

Pipa inklino diinstal diatas tanah, diujung pipa yang akan ditanam diberi penutup pipa, kemudian diatasnya dipasang datum magnet dan spider magnet sesuai dengan elevasi rencana.

4

Bila sudah selesai pipa untuk grouting dimasukkan, kemudian dilanjutkan dengan memasukkan pipa yang sudah terinstall tersebut.

5

Atur arah rel dalam pipa inklino dengan arah datar horizontal sejajar arahnya dengan As Bendungan dan arah vertical tegak lurus (90 0) dengan As tubuh Bendungan.

6

Bila sudah selesai maka pipa tersebut siap untuk digrouting.

7

Grouting masukkan lewat pipa grout yang yang ditarik secara perlahan, bila sudah mendekati spider, grouting berhenti dulu dan tali spider ditarik supaya tertanam sesuai dengan elevasi rencana baru pekerjaan grouting dilanjutkan sampai selesai.

8

Setelah sehari dilanjutkan dengan penentuan pembacaan awal (initial condition) secara bersama dengan konsultan dan direksi dan dibuatkan persetujuannya.

Penyambungan pipa inklino. 9.

Bagian pipa atas pipa diberi lem, kemudian dibor.

10. Setelah bor diangkat, dimasukkan paku rivet yang sudah diberi lem dilanjutkan pemasangannnya (dirivet).

Instrumentasi Bendungan

ST VI-11

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

11. Ambil pipa bagian atas, masukkan kedalam Straigt coupling pada pipa yang sudah tertanam kemudian dibor. 12. Angkat kembali pipa tersebut, kemudian diberi lem dan dimasukkan kembali kedalan straight coupling. 13. Paku rivet diberi lem dan dimasukkan kedalam lubang bor yang ada, kemudian dipasang (dirivet) 14. Untuk mengatasi bidang yang lemah akibat pemasangan paku rivet, setelah selesai dirivet diatas diberi lem kemudian pada bagian sambungan tersebut ditutup dengan denso tipe yang kemudian ditutup dengan flushing tape. 15. Penutupan yang dilakukan adalah mulai dari pipa dibawah sambungan sampai dengan pipa diatas sambungan. 16. Demikian berlanjut pada sambungan pipa berikutnya. Pemasangan piringan multi layer 1.

Pada elevasi rencana dilakukan dengan alat ukur.

2.

Piringan multilayer dimasukkan kedalam pipa dan diukur elevasinya.

3.

Bila sudah selesai piringan tersebut .ditimbun.

4.

Dilakukan pembacaan sebagai initial reading.

Pengamanan dan pemadatan Pada pelaksanaan timbunan, didaerah pipa inti terdapat pelemahan karena terdapat kondisi bila dipadatkan dengan menggunakan alat berat maka dikhawatirkan pipa tersebut patah. Oleh karena itu maka : 1. Diberi pengamanan pagar 1,5 m disekeliling pipa inklino. 2. Pemadatan menggunakan stamper dengan tinggi tanah 25 cm sebelum dipadatkan menjadi 15 cm setelah dipadatkan. 3. Area pemadatan dengan stamper adalah 1,5 m x 1,5 m disekeliling pipa. 4. Pada saat pemadatan dan setelah pemadatan dilakukan control kelurusan pipa keatas tidak boleh miring, karena pipa ini akan dipergunakan juga untuk pengukuran inclinometer. 5. Uji kelurusan dapat dilakukan bersamaan dengan pembacaan inclinometer. 6. Selama pelaksanaan pemadatan timbunan, ujung pipa harus selalu tertutup.

Instrumentasi Bendungan

ST VI-12

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

6.2.6 Surface Settlement Point dan Crest Settlement Point Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua surface settlement point dan crest settlement point, termasuk pipa-pipa, pipe fittings dan beton seperti ditunjukkan gambar termasuk juga pengadaan alat baca yaitu Total Station 1 set lengkap. Surface settlement point dipasang pada lokasi upstream sejumlah 10 buah dan pada lokasi downstream sejumlah 30 buah. Crest settlement

point dipasang pada lokasi upstream sejumlah 6 buah dan pada

lokasi downstream sejumlah 5 buah. Penyedia Jasa harus melaksanakan semua pekerjaan yang diperlukan untuk memasang surface settlement dan crest settlement points, dalam 1.5 m dari posisi yang diperlukan seperti ditunjukkan pada gambar dan harus menyelesaikan pemasangan segera setelah penempatan batuan pada lokasi dimana surface settlement survey points diperlukan. Pipa-pipa dan fittings untuk slope surface settlement dan crest surface settement survey points harus terbuat dari baja lunak yang digalvanisir. Pemasangan dan pembetonan pipa untuk semua surface settlement pont harus selesai segera setelah penemptan material pada lokasi dimana diperlukan Surface Settlement Survey Points. Segera setelah pemasangannya pada titik-titik tertentu, posisi dan ketinggian di survai dan data ini dilaporkan kepada Pengawas Pekerjaan. Pemasangan Surface Settlement Point : 1.

Disiapkan dulu kotak beton bertulang pracetak dengan pipa galvanis dan besi tulangan

2.

Sebelum dipasang, disurvai elevasi dari posisi alat dan urugan batu dilaksanakan disekitar lokasi tersebut

3.

Setelah kotak beton, pipa galvanis dan besi tulangan terpasang, urugan material disekitar kotak beton dilaksanakan dengan menggunakan pemadat tamper atau baby roller.

4.

Setelah kotak dan dalam kondisi stabil, posisi dan elevasi alat disurvai dan dicatat sebagai nilai awal

Instrumentasi Bendungan

ST VI-13

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pemasangan Crest Settlement Point : 1.

Setelah lapisan base coarse dipuncak bendungan dipadatkan, pada lokasi instrumen digali dengan kedalaman 1 m dan lebar serta panjang 1 m.

2.

Disiapkan kotak beton pracetak dengan dilengkapi pipa galvanis dan besi tulangan

3.

Pipa drainasi disiapkan pada posisi blockout, elevasi alat disurvai kemudian blockout dicor beton.

4.

Setelah beton mengeras kotak beton precast diletakkan. Kemudian lokasi dan elevasi alat disurvai sebagai nilai bacaan awal dan dicatat.

6.2.7 Seepage Water Measuring Device (V-Notch) Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang 3 (tiga) unit alat ukur rembesan atau seepage water measuring device pada hilir bendungan (kaki), sebelah kanan dan kiri bendungan, termasuk semua peralatan penunjangnya seperti ditunjukkan di gambar. Alat ukur rembesan (seepage water measuring device) dilengkapi dengan pressure sensor system dan semua assesiris yang diperlukan sehingga dapat dibaca melalui rumah instrument tanpa harus mengukur langsung pada lokasi alat. Pemasangan seepage water measuring device : 1. Disiapkan beton untuk ruangan alat disertai lubang blockout untuk ambang V-notch dan pelat baffle dan lubang parit drainasi. Elevasi blockout disurvai dulu sebelum beton dicor 2. Dipasang ambang V-notch pada posisi dan elevasi rencana, kemudian beton dicor. 3. Dipasang pelat baffle pada posisi rencana kemudian beton dicor bersamaan dengan pengecoran ambang V-nocth. 4. Pemasangan peilschall. 5. Elevasi datum mistar ukur (staff gauge) disurvai dan dicatat. 6.2.8 Observation Well Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang sumur pengamatan (observation well) sebanyak 7 buah disebelah hilir kaki bendungan utama, 3 (tiga) buah pada bukit tumpuan kiri, 3 (tiga) buah pada bukit kanan dan dan 1 (satu) pada kaki bendungan serta dilengkapi dengan peralatan pengukurnya seperti pada Gambar dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan.

Instrumentasi Bendungan

ST VI-14

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Panjang kabel deep meter didak urang dari 100 m. Tata cara pemasangan : -

Pengeboran OW sampai mencapai 2 m dibawah muka air tanah.

-

Apabila dinding bor tidak runtuh, maka stang bor diangkat sampai habis.

-

Pipa perforated di sambung dengan ujung pipa PVC kemudian pipa PVC diturunkan.

-

Pada saat penyambungan pipa PVC harus hati-hati dan menunggu sampai lem PVC yang dioleskan di tiap sambungan mengering.

-

Bila Pipa PVC sudah diturunkan mencapai kedalam yang telah ditentukan, masukkan pasir sampai ketinggian ±1,5 m dari dasar.

-

Menurunkan bentonit ball setinggi ± 0,5 m untuk penyekat supaya cemen tidak bocor kebawahnya.

-

Mengisi dengan grouting cement sampai dengan elevasi tanah yang ada.

-

Melakukan pengecoran tutup pipa sesuai dengan desain dan untuk memberi pengamanan terhadap alat tersebut.

-

Chek kembali GWL yang ada.

-

Meminta elevasi puncak pipa dan koordinat OW pada team ukur.

6.2.9 AWLR (Automatic Water Level Recorder) Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang 1 set alat ukur elevasi air otomatis (AWLR) serta papan duga air yang diletakkan seperti pada Gambar dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan. 6.2.10 ARR (Automatic Rainfall Recorder) Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang 1 set alat Penakar hujan yang terdiri dari 1 Alat pengukur Hujan Manual dan Alat Pengukur Hujan Otomatis (ARR) untuk mengetahui curah hujan yang terjadi di lokasi Bendungan. Peletakan alat tersebut diletakkan seperti pada Gambar dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan.

Instrumentasi Bendungan

ST VI-15

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Spesifikasi teknik Automatic Rainfall Recorder sebagai berikut : Power Type of output contact Precision Operating temperature range Heater intervention temperature Collector area

12Vdc or 24Vdc ±10% / 35W NC contact (opens during commutation) or wi fi ± 2% between 20÷300 mm/h -20°C ... +60°C +4°C 400 cm2

8.2.11 Alat Klimatologi Otomatis (Wheather Station) AWS (Automatic Weather Stations) merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu yang di disain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada komputer. Masing-masing parameter cuaca dapat ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode) Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saat itu (present weather ) dengan mudah Penyedia jasa harus menyediakan dan memasang 1 set alat pengukur klimatologi yang terdiri dari 1 rangkaian alat ukur yang meliputi beberapa komponen, yaitu :  Arah dan kecepatan angin  Curah Hujan  Suhu dan Kelembaban Udara  Intensitas Radiasi matahari  Tekanan Udara (Barometer)  Logger Spesifikasi Alat Klimatologi sebagai berikut : Arah Angin  Azimuth accurancy  Transducer  Distance constant  Measurement range  Mounting Instrumentasi Bendungan

± 3o 20 k ohm pot, single wiper 1,5 „ 0 – 360o mechanical, 355o electrical 1” a.d. pipa ST VI-16

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara Kecepatan Angin  Turning radius  Tranducer  Accuranci Curah Hujan  Sensore type  Accurancy  Output  Dimension rain collector  Collection area Suhu Udara  Temperature measurement  Temperatur accurancy  Output signal Kelembaban  Humadity measurement range  Humadity accurancy  Stability  Housing material  Cable connector Intensitas Radiasi Matahari  Sensitivity  Spectral response  Temperatur range  Responbility time  Range Tekanan Udara (Barometer)  Measure range  Resolution  Long term stability  Operating temperature  Response time Logger  Tipe  Data Transmisi  Data storage Power Sistem  Solar cell system  Batteray  Power Regulator

4.25” Magnetic reed switch 0.5 mph Tipping bucket with magnetic reed switch ±4% Contack closure 8,75 “, diameter x 9.5” high (16.5 x 24 cm) 31 in3 (200 cm3) - 40o to +140o F (-40o C t0 +60 o C) 1.1 o F (± 0.6oC) @ =68oF (+20oC) 0 to 1 vdc standard, 0 to 5 vdc available 10 to 90 % Better than ± 3 % @ =68oF (+20oC) ± 2 % RH over 2 years Chrome coated aluminium (IP 65) Screw on 4 pin M8 molded 1.5 “ L (37 mm) Approx 80 mV/1000 W/m2 Equals silicon -30 o C to + 70 oC Less than 1 sec + 2000 W/m2 500 to 1100 mb 0.01 MB 0.1 mb/yr - 40o F to +140o F (-40o C t0 +60 o C) < 100 m sec Micro controller GSM (sms/GPRS service) Micro SD

12 v 24 Ah

6.2.12 Penangkal Petir Penyedia jasa harus menyediakan Instrumen Penangkal Petir guna melindungi daerah disekeliling Instrumen dan waduk. Spesifikasi Alat penangkal petir sebagai berikut :  Tipe

: Aktif

 Range Area

: 200 m.

Instrumentasi Bendungan

ST VI-17

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

6.2.13 Bangunan Rumah Instrumen Penyedia Jasa harus membuat bangunan rumah instrument untuk terminal (terminal structure) dan box pada lokasi seperti ditunjukkan pada Gambar dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Pada bangunan tersebut harus dipasang alat instrumentasi yang relevan dengan dihubungkan ke alat yang dipasang. Bangunan harus terbuat dari beton bertulang serta dari bahan–bahan lain yang sudah disetujui Pengawas Pekerjaan. Penyedia Jasa harus menyelesaikan bangunan rumah instrument setidaknya dalam waktu 21 hari sebelum pemasangan alat-alat penyambungan instrumentasi yang akan dihubungkan langsung ke bangunan rumah instrument.

6.3

PEMBACAAN INSTRUMENTASI

6.3.1 Pembacaan Awal Instrumentasi Pembacaan awal instrumentasi hendaknya dilakukan dengan cermat karena digunakan sebagai rujukan (datum) untuk pembacaan selanjutnya. Pembacaan awal dilakukan sebagai berikut : a.

Pembacaan perdana, yang merupakan bagian dari uji penyerahan, minimal dua kali pembacaan.

b.

Pembacaan harian, yang dilakukan setiap hari hingga menunjukkan pembacaan yang stabil

c.

Pembacaan formal, yaitu pembacaan resmi setelah pembacaan stabil tercapai.

d.

Pemantapan/ stabilisasi, yaitu beberapa hari pembacaan setelah pembacaan formal sampai pembacaan menunjukkan kecenderungan yang betul-betul stabil.

6.3.2 Pembacaan Rutin Instrumentasi Pembacaan rutin instrumen dilaksanakan dengan frekuensi sesuai dengan kebutuhan dan atau kondisi bendungan. Sedangkan metoda pembacaannya bisa dilakukan secara manual sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. Freuensi pembacaan dalam kondisi normal ditentukan sesuai kebutuhan yakni dengan mempertimbangkan faktorfaktor seperti tingkat resiko, dan kelas bahaya bendungan, dimensi bendungan dan waduk. Pembacaan sering dilakukan bila tingkat faktor semakin tinggi. Pada kondisi tidak normal atau kondisi khusus, frekuensi pembacaan lebih ditingkatkan lagi dari pada kondisi normal, akan ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan. Instrumentasi Bendungan

ST VI-18

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

6.3.3 Catatan dan Laporan Hasil pembacaan dan pengukuran instrumen yang dilakukan pada waktu konstruksi dan pengisian waduk, harus dicatat secara sistematis dan dilaporkan secara teratur kepada Pengawas Pekerjaan sebagai bahan evaluasi. 6.3.4 Program Pelatihan Pembacaan dan pemeliharaan peralatan pemantauan harus dilakukan oleh personil yang memenuhi syarat, terlatih dan berpengalaman, yang dapat memahami informasi yang ditampilkan oleh alat pantau. Evaluasi hasil pemantauan dilakukan oleh personil yang profesional seperti ahli rekayasa dan surveyor. Program pelatihan hendaknya diberikan kepada staf atau petugas operator yang menangani pelaksanaan Operari pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan. Program seyogyanya diberikan sejak awal, mencakup pengenalan instrumen, instalasinya, tata cara pengukuran / pembacaan, pengeplotan data, perawatan dan instrumen serta cara mengatasi permasalahan yang mungkin timbul.

Pelatihan dilakukan oleh Instruktur

yang disediakan pihak Penyedia Jasa dan dari pabrik pembuat instrumen.

6.4

KALIBRASI DAN PERAWATAN INSTRUMENTASI Instrumen yang terpasang ditubuh bendungan ini akan dimonitoring selama umur bendungan. Dengan demikian maka kerusakan yang ada di instrument akan mengurangi data yang digunakan untuk membuat keyakinan kondisi keamanan tubuh bendungan. Untuk menjamin hal tersebut maka Kotraktor/Penyedia jasa bertanggung Jawab dan memberikan garansi sebagai berikut :

6.4.1 Kalibrasi Instrumentasi Penyedia Jasa harus melaksanakan kalibrasi semua instrumentasi yang dipasang dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Kalibrasi instrumentasi adalah mencocokkan kinerja dan ketepatan pembacaan instrumen dengan peralatan standar. Selain penerapan parameter-parameter tertentu dan terukur sesuai standar, kalibrasi dapat pula berarti pengujian pertama fungsi instrumen yang dilakukan segera setelah pemasangannya. Instrumentasi Bendungan

ST VI-19

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kalibrasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : a.

Kalibrasi pabrik, yang dilakukan sebelum pengiriman instrumen ke lapangan Bendungan Ameroro.

b.

Kalibrasi lapangan, yakni pada saat instrumen diserahkan kepada pengguna, bila tidak dapat dilakukan secara komprehensif, maka kalibrasi bisa berupa uji pembacaan segera setelah instrumen terpasang.

c.

Kalibrasi pengguna, yang dilakukan dalam rangka mengecek fungsi dan ketepatan pembacaan instrumen selama masa penggunaannya.

6.4.2 Pemasangan dan Perawatan Penyedia Jasa harus melaksanakan Pemasangan dan perawatan instrumen selama pelaksanaan konstruksi sampai dengan masa pemeliharaan sesuai kontrak ditambah 1 tahun setelah selesai pembangunan konstruksi. Secara umum kegiatan tersebut mencakup : 1. Pemasangan alat instrument, perlindungan dan monitoring instrument pada saat pembangunan 2. Penggantian alat instrument yang rusak pada saat kalibrasi dan pembangunan. 3. Penggantian alat baca yang rusak pada saat pembangunan sampai dengan 1 tahun setelah pembangunan selesai. 4. Mengadakan Alih teknologi dan penggunaan alat selama pelaksanaan konstruksi sampai 1 tahun setelah pelaksanaan pembangunan Bendungan selesai. 5. Bekerjasama dengan konsultan dan direksi pelaksana untuk setiap methode pelaksanaan dan pelakanaan pekerjaan instrument. 6. Setiap alat instrument harus disetujui oleh Direksi pekerjaan dan sepengetahuan konsultan sebagai quality control. 6.4.3 Perawatan Instrumentasi Penyedia Jasa harus melaksanakan perawatan semua intrumentasi yang dipasang selama pelaksanaan pembangunan sampai dengan 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan fisik. Hal-hal yang harus dilakukan di dalam perawatan instrumen : a.

Panel Instrument dalam kotak box harus dalam keadaan bersih dan kering agar dapat berfungsi lama dan dapat diandalkan.

Instrumentasi Bendungan

ST VI-20

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

b.

Bagian yang berputar/bergerak harus dibersihkan dan diminyaki secara teratur pada selang waktu tertentu.

c.

Pita ukur harus dicuci setelah digunakan

d.

Baterei / accu yang digunakan untuk peralatan baca diupayakan selalu hidup dan diganti apabila tidak berfungsi.

e.

Tutup atau sumbat yang digunakan pada peralatan baca harus dibersihkan

f.

Komponen elektrik dan mekanik pada peralatan baca agar dijaga secara hati-hati, baik penempatan / penyimpanannya, pengangkutan dan instalasinya.

g.

Penggantian label initial instrumen yang sudah rusak.

h.

Memberikan pelumasan terhadap kunci gembok.

i.

Perawatan terhadap tutup instrumen yang berada diluar rumah instrumen.

j.

Memberikan alamat dari supplier instrument kepada direksi guna dihubungi pada saat operasi dan pemeliharaan.

6.5

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN Pengukuran dan pembayaran untuk instrumentasi dan alat-alat pengukur dalam unit atau buah sesuai dengan harga satuan yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan. Harga satuan sudah termasuk upah tenaga kerja, bahan, alat-alat yang diperlukan dalam pengadaan, kalibrasi, pemasangan, pembacaan awal dan pembacaan rutin, penyelesaian dan operasi dan pemeliharaan pekerjaan tersebut sampai selesainya masa pemeliharaan sesuai kontrak.

Instrumentasi Bendungan

ST VI-21

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB VII PEKERJAAN BETON

7.1

UMUM Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan seperti yang tercantum pada spesifikasi dan seperti pada gambar dan sesuai dengan petunjuk Direksi. Semua pekerjaan beton dilaksanakan pada waktu ada Direksi. Enam puluh (60) hari sebelum pemasangan instalasi atau alat apa saja yang dipakai untuk pemrosesan, pengerjaan, pengangkutan, penyimpanan dan penentuan, proporsi material beton, pencampuran dan pengangkutan serta penempatan beton dan mortar, Penyedia Jasa harus menyerahkan flow chart, gambar dan penjelasan tertulis agar ada perencanaan yang baik dalam memproduksi dan menempatkan beton dan mortar yang terkait dengan Pekerjaan dalam spesifikasi ini. Sesudah dipasang, maka operasi instalasi fasilitas, peralatan dan penampungan harus sudah disetujui Direksi. Bila dalam spesifikasi ini memerlukan tipe peralatan khusus yang harus dipakai atau prosedur tertentu yang harus diikuti, maka Penyedia Jasa dilarang menentukan kebutuhan peralatan tersebut, kecuali Penyedia Jasa bisa menunjukkan bahwa hasil yang

diperoleh

dengan pemakaian peralatan dengan alternatif

tersebut

sama

sebagaimana disebutkan dalam spesifikasi. Seluruh tindakan penanganan atau pencegahan yang benar harus ditangani oleh Penyedia Jasa untuk mengurangi pasokan ke dalam sungai dari air yang mengandung material terendap kasat mata yang akan dihasilkan dari segala proses

untuk

memproduksi agregat dan beton. Di lokasi dimana Direksi merasa pasokan tersebut terjadi, Penyedia Jasa harus membangun, memelihara dan mengoperasikan kolam pengendap yang cocok atau cara lain yang efektif yang mungkin perlu untuk mencegah arus atau sungai terkontaminasi. Persetujuan dari fasilitas instalasi dan peralatan atau perlengkapan atau operasi atau dari prosedur

konstruksi

apapun, harus tidak dijalankan

untuk merubah

atau

memodifikasi peraturan-peraturan atau persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam Buku Spesifikasi ini yang mengatur kualitas dari material-material atau pekerjaan penyelesaian. Penyedia Jasa tidak berhak memperoleh biaya tambahan melebihi harga satuan yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk beton karena terbatasnya batching,

mixing, pengangkutan dan penempatan beton yang diperlukan seperti yang disyaratkan pada spesifikasi. Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, Penyedia Jasa akan mendirikan laboratorium beserta kelengkapannya yang diperlukan dan instrumen yang dibutuhkan di lokasi konstruksi, untuk Pekerjaan Beton

menjalankan pengujian rutin dan harian. Penyedia Jasa harus ST VII-1

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mengoperasikan dan memelihara laboratorium seperti diarahkan oleh Direksi selama masa Kontrak, dan harus memperkerjakan pengawas (supervisor) yang berkualifikasi dan asisten laboratorium untuk menjalankan pengujian-pengujian tertentu. Penyedia Jasa harus mengatur untuk mendapat pengujian lain di laboratorium utama, seperti yang ditunjukkan oleh Direksi dan

ia

harus menanggung seluruh biaya

untuk

pengangkutan material, biaya kerja dan tagihan lainnya untuk pengujian, segala bentuk dukungan tenaga kerja untuk menyediakan pengujian seperti itu Kecuali selain disediakan dalam Buku Spesifikasi ini, beton harus diproduksi, diangkut, diletakkan, dikeringkan, diselesaikan dan diuji oleh Penyedia Jasa dengan acuan pada instruksiinstruksi atau buku petunjuk yang diterbitkan oleh Direksi atau persetujuan setara yang disetujui oleh Direksi.

7.2

SEMEN DAN BAHAN PENCAMPUR (ADMIXTURES)

7.2.1 Semen Semen yang dipakai pada pekerjaan ini harus berkualitas sama dengan semen Portland, tipe biasa seperti standar JIS R 5210 atau yang disarankan ASTM C 150 dan atau yang disarankan oleh Direksi. Sebelum pemesanan semen, Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi, mengenai semen yang akan dibeli. Semen harus dikirimkan ke lokasi disertai dengan mutu pabrik dan sertifikat pengujiannya, yang harus diserahkan kepada Direksi. Bila perlu Penyedia Jasa harus menangani pengujian untuk pengaliran semen sesuai arahan Direksi. Dalam menyediakan fasilitas penyimpanan. Penyedia Jasa harus

memperhitungkan

semua

factor

yang

menyebabkan

keterlambatan

penyediaan semen seperti kapasitas produksi, gudang penyimapanan di pabrik, waktu untuk pengangkutan dari pabrik ke lokasi, hari libur, kondisi cuaca dan kemacetan. Bagaimanapun juga, Penyedia Jasa harus menyediakan pengangkutan yang cukup dan fasilitas penyimpanan untuk setidaknya penyediaan semen selama 4 bulan di lokasi proyek. Ruangan penyimpanan yang terbuat dari besi (metal) di batching plant untuk semen harus tahan cuaca dan dibangun sedemikian rupa sehingga tidak ada simpanan mati (dead storage). Jika menurut Direksi, tidak ada alasan untuk mempercayai tentang adanya simpanan mati terdapat dalam tempat isian material (bin)

manapun, tempat

isian

material tersebut harus

dikosongkan dan

dibersihkan paling sedikit satu kali setiap dua bulan. Semen dikirimkan dalam kantung harus diangkut dalam suatu cara yang telah disetujui Direksi dan harus disimpan dalam gudang penyimpanan yang benarbenar tahan cuaca dengan aturan-aturan yang cukup untuk mencegah absorpsi

Pekerjaan Beton

ST VII-2

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

cairan, ditambahkan disini, fasilitas penyimpanan harus mengacu persetujuan dari Direksi dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan akses yang mudah untuk pemeriksaan dan identifikasi dari setiap pengiriman semen. Semen harus disimpan di gudang yang lantainya lebih dari 30 cm dari permukaan tanah, sedemikian pengaturannya sehingga yang masuk lebih dahulu nanti dikeluarkan lebih dahulu. Diantara tumpukan semen harus ada cukupruang. Dalam satu tumpukan tidak boleh ditempatkan lebih dari 13 kantung, atau kurang dari 13 kantung seperti yang disarankan Direksi, dan jangka waktu didalam gudang tidak boleh lebih dari 60 hari. Biaya gudang semen termasuk dalam masing-masing satuan beton seperti yang tertera pada Daftar Kuantitas dan Harga. Tidak ada semen yang sudah disimpan selama 90 hari atau lebih yang dibenarkan dipakai untuk Pekerjaan ini, kecuali bila hasil pengujian cukup memuaskan untuk dipakai pada pekerjaan ini. Penyedia Jasa harus menjamin bahwa persediaan semen masih cukup. Pada hari pertama setiap bulan Penyedia Jasa harus memberi tahu kepada Direksi mengenai data sebagai berikut: (a) Persediaan semen di lokasi pada setiap akhir bulan (b) Pengiriman semen yang diterima bulan itu (c) Semen yang dipakai bulan itu. (d) Semen yang dibuang atau hilang pada bulan itu dan alasannya. (e) Data lain yang diperlukan Direksi. 7.2.2 Bahan Pencampur (Admixture) (1) Umum Penyedia Jasa harus menyediakan mengangkut dan memasukkan bahan tambahan beton (bahan pencampur) ke dalam campuran beton untuk menyempurnakan pelaksanaan pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan beton dan menaikkan sifat spesial lainnya. Bahan pencampur tidak boleh digunakan sebelum mendapat persetujuan Direksi. Penyedia Jasa harus terlebih dahulu memberi tahu kepada Direksi darimana asal diperolehnya bahan pencampur, kemudian melengkapinya dengan informasi teknik dan contoh pengujiannya setidaknya 90 hari sebelum waktu pemakaiannya. Informasi tersebut termasuk: (a) Dosis tipikal dan efek kekurangan dari sebuah kelebihan atau kekurangan dari dosis. (b) Nama kimia dari daftar campuran utama yang aktif dalam admixture. (c) Apakah admixture mengandung chlorida atau tidak, dan bila iya, kandungan FeCl2 dinyatakan dalam persentase dari berat adxmiture.

Pekerjaan Beton

ST VII-3

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(d) Apakah admixture mengarah kepada entrainment dari udara ketika digunakan pada dosis yang direkomendasikan pembuat.

Admixture tambahan dideskripsikan atau dapat digunakan dibawah perintah tertulis dari Direksi, dan hal tersebut hanya dengan cara dan kendali yang ditentukan Direksi. Seluruh pengujian untuk admixture harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan biayanya sendiri dan hasil pengujian harus diserahkan pada Direksi untuk diminta persetujuan-nya. Kompatibilitaas dari admixture, dimana lebih dari satu digunakan, harus dibuktikan sesuai dengan arahan Direksi dan hasil pengujian yang dipersyaratkan harus terpenuhi sebelum dimasukkan dalam pekerjaan. Ketika lebih dari satu admixture digunakan, setiap admixture harus diukur dalam alat pengukurnya sendiri- sendiri dan ditambahkan ke dalam campuran air secara terpisah pula sebelum dimasukkan dalam alat pencampur (mixer). Jumlah dari admixture yang digunakan dalam masing-masing campuran beton dan bagian dari pekerjaan dimana itu akan digunakan. Admixture harus ditambahkan dalam campuran dengan suatu automatic dispenser yang disetujui. Batasan yang ditentukan dari slump maksimum, kehilangan slump selama pengangkutan, dan waktu yang diperbolehkan bagi beton untuk berada di mixer dapat dirubah oleh Direksi bila persetujuan penggunaan admixture diberikan. Seluruh biaya insidental dari penggunaan admixture harus telah dimasukkan dalam harga satuan penawaran dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk materi yang dapat diterapkan dari pekerjaan beton yang mana diperlukan admixture. (2) Admixture “Air-entraining ” Bahan pencampur “air-entraining” harus dipakai pada semua beton, dengan mengacu pengarahan dari Direksi dan berdasar pada ASTM Kode C 260 atau yang setara. Bahan pencampur tersebut harus mempunyai konsistensi dan kualitas yang sama pada setiap container dari satu tempat ke tempat lain.

Admixture ini yang telah disimpan selama 6 bulan harus tidak digunakan hingga dites ulang yang membuktikan jika dapat dipakai. Banyaknya bahan pencampur air-entraining yang dipakai pada setiap pencam-puran beton adalah sebagai berikut: Ukuran Agregat Kasar Maksimum (mm) 20 40 80

Pekerjaan Beton

Total Entrained Air (Prosentase yang disesuaikan dengan volume beton) 5,0 + 1 4,0 + 1 3,0 + 1

ST VII-4

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Bahan pencampur air-entraining harus dilarutkan menjadi larutan dengan kandungan zat padat tidak lebih dari 15% berat larutan dengan PH stabil dan konstan. Bahan pencampur pada larutan harus dijaga sehingga kekuatannya tetap sama (merata) dan harus dimasukkan ke batch dengan porsi yang sesuai dengan air pencampurannya. Bila peryaratan di atas sudah dipenuhi, pemakaian air yang mengurangi bahan pencampur yang mengandung bahan pencampur air-entraining, diperkenankan. (3) Admixture “Set Retarding” Sebuah admixture water reducing harus ditambahkan ke dalam campuran beton dalam jumlah yang disetujui dan bila diinstruksikan oleh Direksi.

Admixture ini harus mengacu pada persyaratan dari ASTM C494, Tipe A atau yang setara yang disetujui. (4) Admixture “Set Retarding” Merek, asal dan tipe bahan pencampur set retarding harus dipilih Penyedia Jasa dan diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan perstujuan. Bahan pencampur “set retarding” harus sesuai dengan air-entraining seperti diuraikan di atas dan harus masukkan dalam batch dan dimasukkan ke beton dengan cara seperti yang diuraikan di atas seperti penambahan air entraining bahan pencampur. Kuantitas bahan pencampur “ set-retarding” yang dipakai harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan pabrik, seperti yang disarankan Direksi. (5) Penyimpanan Bahan Pencampur Bahan pencampur dalam bentuk cair atau bubuk untuk beton harus disimpan di gudang anti air (water proof) yang bisa mencegah penyerapan air. Gudang tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga material yang diperguna-kan dalam urutan seperti waktu datangnya material tersebut di lokasi. Bila ada bahan pencampur yang sudah kadaluarsa, containernya harus ditandai dengan jelas. Untuk menjamin kelancaran penempatan beton maka harus ada cukup persediaan bahan pencampur di gudang.

7.3

AGREGAT

7.3.1 Umum Material yang dipakai untuk menghasilkan agregat halus dan kasar diperoleh dari

quarry site atau borroew area di dasar sungai seperti pada gambar atau dari lokasi lain yang disarankan Direksi.

Pekerjaan Beton

ST VII-5

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Test yang sudah dilakukan sejauh ini pada sample yang diambil dari quarry area menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung material yang mana pada saat diproses akan disesuaikan dengan agregat kasar dan halus. Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk membayar dengan cara royalti atau tonasi untuk material yang diambil sendiri dari quarry area dan dipakai pada pada pekerjaan dalam spesifikasi ini. Persetujuan Direksi mengenai pemakaian material oleh Penyedia Jasa dari quarry site tidak boleh ditafsirkan sebagai persetujuan untuk semua material yang diambil dari quarry site dan Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas kualitas semua material yang dipakai untuk pekerjaan ini. Bila material untuk agregat harus diperoleh selain dari sumber lain ataupun quarry site, Penyedia Jasa harus menyerahkan sampel/contoh masing-masing sebanyak 50 kg untuk agregat halus dan kasar, yang diusulkan untuk dipakai pada pekerjaan ini, setidak-tidaknya 3 bulan sebelum material tersebut diperlukan. Biaya untuk pengujian tersebut ditanggung oleh Penyedia Jasa. Bila material diambil dari lokasi selain quarry area, yang digunakan untuk memperoleh material sebagai produksi agregat beton. Penyedia Jasa harus melakukan

pembersihan

tumbuh-tumbuhan,

akar-akaran,

rerumputan

dan

lempung serta pasir dan kerikil yang tidak memadai, batuan lapuk dann batuan yang tidak memadai serta benda-benda lain dari permukaan di mana diperoleh material untuk agregat. Lokasi dimana diambilnya material untuk agregat harus dijaga dan dioperasikan agar tidak mengurangi manfaat atau nilai material lainnya dan juga dilindungi, sepanjang dapat dilaksanakan, kelak dikemudian bermanfaat dan mempunyai nilai tambah. Material yang dipindahkan dari lokasi tersebut dan tidak dimanfaatkan dalam pekerjaan harus ditumpuk sesuai saran Direksi. Pemrosesan material termasuk pemecah, pemisahan, pencucian, pencampuran dan sebagainya untuk menghasilkan agregat halus dan kasar yang sesuai dengan persyaratan spesifikasi dengan cara yang disetujui Direksi. Air yang digunakan untuk mencuci agregat harus bebas dari zat-zat organik, alkali, garam-garaman dan kotoran yang lain. Setelah pencucian, agregat halus harus disimpan dalam tempat penyimpanan (stockpile) dengan sebuah dasaran drainase bebas (free draining base) untuk jangka waktu paling sedikit 7 jam dan harus secara berturut-turut ditangani untuk menjamin pasir terkirim ke instalasi pencampuran (batching plant) harus secara seragam dan berkadar air yang stabil. Bilamana permukaan dari penyimpanan yang mana pasir dikirimkan secara langsung ke instalasi pencampuran secara substantif lebih kering atau lebih basah daripada kumpulan pasir di penyimpanan, penanganan harus mengecualikan permukaan pasir ini dari instalasi pencampuran. Sebelum pengadaan fasilitas instalasi untuk pemrosesan agregat, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi untuk persetujuan sebuah deskripsi yang Pekerjaan Beton

ST VII-6

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

naratif, diagram alur, dan gambar-gambar dalam detail yang mencukup untuk memperlihatkan layout, tipe dan kapasitas dari penghancur ( crusher), penyaringan (screening), pencucian (washing), pengangkutan (conveying) dan proses agregat yang lain serta instalasi penanganan. Bagaimanapun, persetujuan Direksi tidak dapat meniadakan Penyedia Jasa dari tanggung jawab penuhnya untuk kesesuaian dari pengaturan yang diusulkan. Biaya dari produksi agregat yang dibutuhkan dalam Buku Spesifikasi ini harus termasuk dalam harga satuan yang ditenderkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk jenis-jenis materi pekerjaan konsruksi beton yang mana agregat digunakan. Harga satuan harus termasuk juga seluruh biaya dari Penyedia Jasa dalam penggalian,

penanganan,

pemprosesan,

pengangkutan

dan

penyimpanan

material. Penyedia Jasa tidak berhak memperoleh kompensasi tambahan untuk material yang dibuang percuma dari quarry atau area lain yang disetjui, termasuk penghancur halus, (fine crusher), material berlebihan dari segala jenis ukuran yang mana untuk menjadi agregat-agregat yang digunakan untuk dipisahkan oleh Penyedia Jasa, dan material-material yang mana tidak dipindahkan dengan alasan berada di atas ukuran maksimum yang ditentukan untuk dipakai. 7.3.2 Agregat Halus Istilah agregat halus dimaksudkan untuk memberi istilah agregat dengan partikel maksimum 5 mm. Agregat halus untuk beton, mortar dan grouting harus disediakan Penyedia Jasa. Direksi akan melaksanakan pengujian untuk pengetesan agregat halus dan Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang fasilitas yang disetujui Direksi dalam menyediakan sampel untuk pengujian. Agregat halus terdiri dari pecahan batuan bersih, keras, padat, tahan lama dan tidak dicat dengan gradasi memadai dan harus bebas kotoran, debu, lempung atau zat organik lain atau material lain yang tidak diperlukan. Kadar air agregat halus yang dibawa ke batching plant dapat bervariasi tidak lebih dari 1.0 % dari total air yang ada pada agregat halus dalam waktu 1 jam dan tidak boleh bervariasi melebihi 3.0% dalam waktu kerja 1 shift. Agregat halus harus terdiri dari partikel yang bentuknya baik. Partikel yang bentuknya baik adalah partikel yang mempunyai dimensi / ukuran maximum tidak lebih besar dari 3 kali ukuran minimum. Agregat halus, seperti yang sudah digolongkan, harus dipilih dengan tepat dan harus sesuai dengan batas-batas di bawah ini tetapi bisa bervariasi bila ada saran dari Direksi dan Penyedia Jasa tidak berhak mendapatkan biaya tambahan.

Pekerjaan Beton

ST VII-7

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara Ukuran ayakan (mm) 10.00 5.00 2.50 1.20 0.60 0.30 0.15

Persentasi standart untuk berat material yang lewat pada masing-masing ayakan 100 90 – 100 80 – 100 50 – 90 25 – 65 10 – 35 2 - 10

Persentasi zat yang merugikan pada agregat halus tidak melebihi nilai berikut: Uraian Gumpalan lempung Material yang lewat saringan 0.088 m Material yang tertinggal pada saringan 0.297 mm dan terapung yang mempunyai berat jenis 1.95

Persentasi Berat 1.0 3.0 *) 0.5

 ) Bila material lebih halus dari pada lubang saringan berukuran 0.088 mm, terdiri dari debu batuan yang bebas dari lempung atau pasir, persentasi ini bisa ditingkatkan menjadi 5.0.

Besarnya persentasi benda-benda yang mengganggu seperti yang dibawa ke

mixer tidak boleh melampaui 3 % beratnya atau 5 % pada material seperti *). Agregat halus mungkin ditolak bila mengeluarkan warna lebih gelap daripada standar di pengujian colorimetric untuk kotoran-kotoran organic seperti yang dipersyaratkan pada JIS designation A 1105. Hilangnya agregat halus karena 5 siklus pengujian sodium sulfat, tidak boleh melebihi 10 %. Gradasi agregat halus harus diawasi sehingga saat kapan saja modulus kehalusan setidaknya dari 9 atau 10 sampel penguji yang bertaraf agregat halus, bila diambil setiap jam sekali, tidak melebihi 0.20 modulus kehalusan rata-rata dari 10 sampel yang diuji. Modulus kehalusan dari agregat halus adalah antara 2,5 dan 3,3. Bila agregat dari sumber yang berlainan akan digunakan pada batching plant pada saat sama, harus dicampur sedemikian rupa sehingga peng- klasifikasiannya sama dalam pencampuran berikutnya.

Pekerjaan Beton

ST VII-8

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.3.3 Agregat Kasar Istilah agregat kasar dipakai untuk agregat yang ukuran nominalnya 5 mm dan digradasikan mulai dari 5 mm sampai ukuran terbesar seperti yang diperlukan dalam pekerjaan. Agregat kasar untuk beton harus disediakan Penyedia Jasa dari material yang diperoleh dari lokasi quarry yang disetujui oleh Direksi. Direksi akan melaksanakan pengujian agregat kasar dan Penyedia Jasa menyediakan dan memasang fasilitas yang sesuai dengan pengarahan Direksi. Agregat kasar harus bersih, keras, baru, tidak lapuk, berbentuk baik, padat, tidak dicat fragmen batuan yang tahan lama dan bebas dari jumlah partikel-partikel yang panjang atau datar yang jumlahnya tidak disetujui, zat-zat organik atau material lain yang mengganggu. Gradasi agregat kasar (persentasi standarnya dengan melewatkan ke dalam saringan) harus seperti di bawah ini, tetapi bila bervariasi harus ada saran Direksi dan bila ini yang menjadi keputusan Direksi, Penyedia Jasa tidak berhak mendapatkan biaya tambahan: Ukuran Ayakan (mm) 100 80 60 50 40 30 25 20 15 10 5 2.5

Saringan untuk Agegrat Kasar (mm) 80 – 60 40 – 5 20 – 5 100 – – 100 – 90 – – 70 – 45 – – – 100 – 15 – 0 100 – 95 – – – – – – 100 5.0 70 – 35 100 – 90 – – – – 30-10 55 – 20 – 5–0 10 – 0 – 5–0

Banyaknya zat yang merugikan pada agregat kasar tidak boleh melampaui batasbatas yng tertera berikut: Uraian Gumpalan lempung Partikel halus Material yang lewat saringan 0.088 Material yang terapung dengan berat jenis 2.0

Persentasi Berat 0.25 5.00 1.00*) 5.00

 ) Bila material lebih halus dari saringan 0.088 mm terdiri dari debu batuan yang bebas dari lempung atau silt, maka persentasi berat bertambah hingga 1.5.

Besar persentasi benda yang merugikan berukuran berapapun, seperti yang terbawa ke mixer, beratnya tidak boleh melampaui 5 % dari berat benda tersebut. Pekerjaan Beton

ST VII-9

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Agregat kasar ditolak, bilamana: (a) Bagian yang hilang mempunyai gradasi melampaui 10 % berat pada 100 bahan uji, atau 40 % beratnya pada 500 bahan uji, dengan menggunakan pengujian abrasi Los Angeles. (b) Berat agregat yang hilang lebih dari 12% berat, bila diuji dengan sodium sulfat 5 siklus untuk mengetahui bagus tidaknya. (c) Persentasi berat partikel yang bentuknya kurang memadai, lebih dari 60%. Partikel dianggap kurang baik bila dimensi maksimumnya lebih dari 3 kali dimensi minimumnya. Agregat kasar harus disaring dengan “vibrating screens” dinaikkan ke “rock

crushing plant” atau bila sesuai dengan pendapat Penyedia Jasa, screens bisa dinaikkan di tanah yang berdekatan dengan crushing plant. Pemisahan agregat kasar menurut ukuran seperti pada spesifikasi, sesudah finish-screening, adalah sebagai berikut, kalau agregat diuji dengan saringan seperti tabel berikut; material yang lolos dari mata jaring tidak lebih dari 2% beratnya dan semua material harus lolos mata saringan.

Ukuran Agregat (mm) 10 20 40 80

7.4

Ukuran Saringan (segiempat) Untuk Untuk pengujian pengujian undersize oversize STM No. 5 7 mm 16 mm 32 mm

11 22 44 88

mm mm mm mm

AIR Air yang dipakai untuk beton, grouting dan mortar untuk pencucian agregat dan untuk pembasahan beton harus betul-betul bersih dan bebas jumlah yang tidak disetujui dari lumpur, zat-zat organik, alkali, garam, asam dan kotoran yang lain. Fasilitas

penyimpanan

air

yang

memadai

harus

disediakan

untuk

pelaksanaan

penempatan beton secara kontinyu. Metode pengiriman dan penyimpanan air harus mengacu pada saran dari Direksi. Jika dibutuhkan oleh Direksi, air harus diuji dengan standar pengujian yang disetujui. Seluruh biaya yang terlibat dalam pengujian ini harus menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

Pekerjaan Beton

ST VII-10

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.5

CAMPURAN BETON

7.5.1 Komposisi Beton harus terdiri dari semen Portland, air, agregat halus dan kasar dan bahan pencampur yang sudah disetujui, semuanya dicampur dan diaduk sampai mencapai ketetapan yang tepat. 7.5.2 Perbandingan Campuran dan Klasifikasi Beton Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian untuk menentukan disain campuran dari beton (concrete design mix) di bawah pengawasan dari Direksi di laboratorium sedemikian rupa untuk menjamin seluruh beton yang diletakkan dalam berbagai macam struktur yang berkaitan dengan Pekerjaan harus memenuhi persyaratan dari Spesifikasi. Data dari perbandingan campuran harus disiapkan dan diusulkan oleh Penyedia Jasa untuk mendapatkan beton yang memiliki faktor air semen (water cement

ratio), pengerjaan yang cocok, ketahanan, penyusutan yang rendah dan kekuatan disain yang dibutuhkan dengan kandungan semen minimal dan sejumlah agregat halus. Perbandingan

campuran

beton

akan

diseleksi

Direksi

data

yang

akan

dikonfirmasikan melalui pengujian campuran yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dengan cara yang telah ditentukan ini. Berdasar hasil yang diperoleh dari percobaan campuran di atas, Direksi akan memberitahu Penyedia Jasa bahwa perbandingan campuran untuk beton yang akan digunakan dalam berbagai macam bagian pekerjaan. Perbandingan campuran dapat dimodifikasi sesuai dengan jenis pekerjaan bilamana Direksi berpendapat penting untuk adanya pengembangan lebih jauh. Penyedia Jasa harus menyediakan contoh dari semen yang dipakai untuk pekerjaan dalam jumlah yang diperlukan untuk mendisain campuran beton, biaya tersebut harus dipertimbangkan untuk termasuk dalam harga satuan yang sesuai untuk beton yang ditenderkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Penentuan dari perbandingan campuran oleh Direksi tidak membebaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya untuk memproduksi dan meletakkan beton sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Sebelum mencampur beton untuk struktur apapun atau untuk bagian apapun, Penyedia Jasa harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa beton yang dicampur dengan perbandingan yang ditentukan oleh Direksi akan mengijinkan Penyedia Jasa untuk memproduksi dan meletakaan beton sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Pemenuhan dari syarat kekuatan tekan beton, persyaratanya harus berdasar pada uji kuat tekan yang dilaksanakan dengan sebuah beton silinder standar

Pekerjaan Beton

ST VII-11

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm saat umur beton mencapai 28 hari dengan acuan standar JIS yang dapat diaplikasikan. Beton akan mempunyai interval dari beton tidak bertulang yang memiliki 40 mm ukuran agregat maksimum sampai beton bertulang yang memiliki ukuran agregat maksimum 40 mm. Penyedia Jasa harus menggunakan spesifikasi campuran beton tipe tertentu untuk struktur yang berkaitan seperti ditunjukkan dalam Gambar dan dinyatakan dalam Daftar Kuantitas dan Harga atau seperti instruksi dari Direksi. Campuran beton harus diklasifikasikan menjadi beberapa klas dan aplikasi dari setiap campuran beton pada struktur harus dibuat dalam prinsip- prinsip dibawah ini: Penggunaan kelas beton adalah sebagai berikut:

Kelas

K. K. K. K.

350 225 175 125

Ukuran Agregat Maksimum (mm)

Tegangan minimum pada umur 28 hari (kg/cm2)

25 25 25 25

350 225 175 125

(cm)

Kandungan Semen (kg/m3)

7-12 7-12 7-12 5-10

448 342 232 218

Interval

Slump

Perlu diberi catatan bahwa kandungan semen yang tertulis dalam tabel di atas bersifat secara garis besar untuk memperkirakan kuantitas semen untuk keperluan tender. Kuantitas aktualnya ditentukan dalam Percobaan Campuran. Sekalipun demikian kandungan semen yang diberikan dalam tabel di atas, Direksi harus menyimpan hak untuk menganekaragamkan kandungan semen dari salah satu atau berbagai tipe beton dan perbandingan campuran, berdasar pada percobaan campuran dan dari waktu ke waktu selama proses pekerjaan berlangsung. Penyedia Jasa harus tidak diberikan kompensasi tambahan untuk pekerjaan beton dalam variasi kuantitas semen karena perubahan apapun dari Direksi akan dibuat dalam perbandingan campuran. Disain kuat tekan dari beton seperti ditunjukkan di atas dan tipe beton seperti ditunjukkan dalam Gambar. Dimana kuat tekan adalah kriteria yang menentukan, kendali mutu (quality control) dari beton harus proporsional sehingga kekuatan mencapai 80 % dari specimen pengujian lebih besar dari disain kuat tekan yang ditentukan dan kekuatan rata-rata yang diperlukan akan ditentukan dengan rumus berikut:

Dimana Pekerjaan Beton

ST VII-12

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

f

:

kuat tekan rata-rata yang diperlukan

f‟c

:

kuat tekan disain

V:

koefisien dari variasi yang dinyatakan dalam desimal

av

Penentuan Perbandingan campuran oleh Direksi tidak berarti Penyedia Jasa bebas dari tanggung jawab menghasilkan dan mendapatkan beton yang sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan. Sebelum campuran beton digunakan untuk bangunan atau bagian bangunan, Penyedia Jasa harus merasa yakin bahwa perbandingan campuran beton yang ditentukan Direksi mengijinkan Penyedia Jasa memproduksi beton yang sesuai dengan persyaratan yang diperlukan. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi apabila ada keberatan mengenai perbandingan campuran dan harus menyerahkan kepada Direksi proporsi alternatifnya untuk mendapatkan persetujuan dan bila sudah disetujui, harus

dipakai

untuk

menghasilkan

beton.

Penyedia

Jasa

tidak

berhak

mendapatkan biaya tambahan bila ada penambahan perbandingan campuran. Ukuran maksimum agregat kasar dalam beton untuk bagian apapun dari pekerjaan harus merupakan ukuran paling besar dari ukuran yang ditentukan, kegunaannya adalah dapat diaplikasikan dari suatu titik standar dari pemadatan yang benar dari beton oleh getaran seperti disebutkan dalam Gambar atau diarahkan oleh Direksi. Dikatakan bahwa pengurangan ukuran agregat maksimum akan diinstruksikan oleh Direksi pada struktur dengan ketebalan yang minim. 7.5.3 Kandungan Air dan Slump Jumlah dari air yang digunakan dalam beton harus diatur oleh Direksi dengan batas yang disahkan olehnya untuk faktor air semen yang dibutuhkan untuk menjamin konsistensi yang benar dari beton, perlu dipertimbangkan efek dari penggunaan admixture tertentu dan beberapa variasinya atau keduanya bersamaan antara kadar kelembaban dan gradasi dari agregat yang dimasukkan ke dalam mixer. Penambahan dari air untuk mengimbangi kekakuan dari beton sebelum peletakan tidak diperbolehkan. Keseragaman dari konsistensi beton dari ember pengumpul ke ember pengumpul sangat dibutuhkan. Pengecekan dari slump harus diambil setelah beton dikumpulkan tetapi sebelumnya dipadatkan. Kegunaan dari ember (buckets), gerobak (hoppers ), ember luncur ( chutes) atau perlengkapan angkut dan peralatan penanganan lain yang tidak siap dipakai dan meletakkan beton seperti lesser slump harus tidak diijinkan. Direksi akan menentukan slump yang dapat diterima untuk masingmasing kelas dari beton dan Penyedia Jasa harus mengacu terhadap hal itu.

Pekerjaan Beton

ST VII-13

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.6

CAMPURAN PERCOBAAN Enam puluh (60) hari sebelum dimulai-nya pekerjaan beton yang permanen, Penyedia Jasa harus melaksanakan campuran untuk percobaan untuk setiap kelas beton seperti yang disyaratkan di bawah pengawasan Direksi, penggunaan semen, admixture dan semua agregat yang dihasilkan, dan operasi batching plant, dan concrete mixing plants, yang disediakan oleh Penyedia Jasa untuk melaksanakan pekerjaan ini. Trial mix seperti itu harus berlangsung terus sampai menghasilkan beton sesuai dengan spesifikasi. Tidak ada pembayaran secara terpisah yang dilaksanakan terhadap ketentuan yang ada dalam paragraf ini dan semua yang berkaitan dengan pekerjaan trial mix termasuk biaya material, kecuali penyediaan dan pemasangan alat pengujian, sudah termasuk pada harga satuan beton yang sesuai, pada Daftar Kuantitas dan Harga.

7.7

PENGUJIAN BETON DAN MATERIAL BETON Kecuali kalau telah dikatakan di lain tempat, pembuatan sampel dan pengujian dari material beton, beton segar dan beton yang diperkeras harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dibawah arahan dari Direksi dengan mengacu pada Japan Industrial Standard atau ASTM atau standard lain yang ekivalen. Cek pengujian dari agregat beton, beton baru, dan beton yang mengeras akan termasuk, kecuali tidak perlu dibatasi, terhadap daftar berikut: Uji pada Beton Sampling dari beton Tegangan Tekan

Slump Flow test Kadar udara Berat jenis Kuat Momen Uji pada Beton Material lolos saringan no. 0,088 mm (atau no. 200) Kelembaban permukaan Kotoran organis Uji kekerasan Na2SO4 Gradasi agregat Abrasi Los Angeles Berat jenis Specific gravity dan absorpsi Reaktivitas Alkali Agregat untuk mortar

Pekerjaan Beton

Nomor Standar JIS A lll5-75 (ASTM C l72) JIS A ll08-76, A ll32-76 (ASTM C 39, C l92) JIS A ll0l-75 (ASTM C l43) JIS A 5201 JIS A lll8-75 (ASTM C 23l) JIS A lll6-75 (ASTM C l38) JIS A 1106 and A 1132 Nomor Standar JIS A ll03-64 (ASTM C ll7) JIS A llll-76 JIS A ll05-76 (ASTM C 40) JIS A ll22-76 (ASTM C 88) JIS A ll02-76 (ASTM C l36) JIS A ll2l-76 (ASTM C l3l, C 535) JIS A ll04-76 (ASTM C 29) JIS A ll09-76, A lll0-76 (ASTM C l27, C l28) ASTM C 289 BS 1200

ST VII-14

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyedia Jasa harus melakukan pengujian beton secara rutin untuk menentukan tegangan tekan, slump, kandungan udara dan berat jenisnya. Jumlahnya dan frekuensi pengujian beton baru harus seperti yang dianjurkan Direksi setiap saat dan pengujian dilakukan 2 kali untuk setiap kelas beton, yang ditempatkan selama penugasan. Kalau keadaannya lain, misalnya kalau kalau kadar air agregat halus naik turun, maka diperlukan pengujian beton baru yang lebih sering dan Penyedia Jasa tidak berhak mendapatkan biaya tambahan, karena sampel atau pengujian tambahan untuk beton baru di lokasi manapun, harus sesuai saran Direksi. Hasil pengujian tersebut secara rutin harus diserahkan Direksi dalam bentuk dan interval seperti yang disarankan Direksi. Direksi harus melakukan tes material beton, beton baru dan beton keras bila dianggap perlu. Penyedia Jasa harus membantu Direksi untuk pelaksanaan tes sesuai dengan standard desain. Tegangan tekan beton harus ditentukan dengan tes silinder yang tingginya 30 cm dan diameternya 15 cm. Beton yang mengandung agregat yang lebih kasar dari 40 mm harus diayak dalam keadaan basah untuk menghilangkan partikel yang lebih besar sebelum pembuatan sillinder. Penyedia Jasa harus menyediakan alat-alat, fasilitas, material dan tenaga kerja yang diperlukan untuk membuat, menangani dan membuang sisa-sisa sampel yang diuji seperti yang disyaratkan di sini. Sampel yang diperlukan adalah semua bahan beton yang harus ditempatkan di

stockpiles dan beton baru di batching mixing plant dan pada bekisting dimana beton tersebut akan ditempatkan. Batching plant harus dilengkapi dengan alat- alat untuk sampel dan fasilitas-fasilitas yang sudah disetujui Direksi dalam mendapatkan sampel air, es (bila perlu), semen, agregat dan bahan pen-campur beton. Alat-alat seperti itu sering dipergunakan dan harus didesain sedemikian rupa sehingga contoh/sampel material yang di-perlukan bisa diperoleh dengan kerusakan minimal. Penyedia Jasa harus menanggung semua biaya yang terkait dengan penyediaan fasilitas untuk sampel, tenaga kerja dan sampel yang diambil dan tidak berhak mendapatkan biaya tambahan bila ada kelambatan atau biaya penyediaan sampel. Untuk sampel material yang diuji, tidak

ada pembayaran khusus, tetapi biaya

pemeliharaan dan operasi laboratorium di lapangan dan untuk pengujian material beton, sudah termasuk dalam harga satuan seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga untuk item beton yang sesuai.

7.8

BATCHING Penyedia Jasa harus memasang, memelihara dan mengoperasikan alat batching yang diperlukan untuk menentukan dan mengontrol ketelitian mengenai banyaknya material, termasuk air, semen, bahan pencampur, agregat halus dan kasar yang dipakai pada beton.

Pekerjaan Beton

ST VII-15

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Banyaknya air, semen, agregat, halus dan kasar harus ditentukan Direksi dengan menimbangnya. Banyaknya bahan pencampur “air entraining” harus ditentukan dengan mengukur volume pada dispenser atau ditimbang dengan alat lain, dinaikkan sehingga tidak ada getaran alat pada saat batching plant dijalankan dengan segala kondisi. Bak pada batching plant harus dibangun sehingga bisa membersihkan secara otomatis pada waktu turun baik diturunkan sampai betul-betul kosong, setidaknya 3 kali seminggu. Material harus diendapkan pada

bak

dengan segera melalui pintu

pengeluaran. Agregat kasar harus diendapkan pada bak dengan segera melalui tangga batu dengan jarak dimana agregat jatuh, lebih dari 1.5 m. Alat untuk membawa material yang dicampur dari batcher atau hopper ke mixer harus dibuat, dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada pengotoran material campuran pada batching plant. Alat yang tidak sesuai dengan persyaratan ini harus diubah atau diganti dengan alat yang sudah disetujui Direksi. Pelaksanaan dan ketelitian untuk penimbangan dan alat pengukuran harus dipelihara dengan ketelitian 0.4 % dengan skala kapasitas. Alat tersebut harus bisa langsung disetel untuk mengetahui variasi berat dengan beberapa kandungan kelembaban agregat dan memberikann perubahan-perubahan pada perbandingan campuran beton. Alat batching harus dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga ketidaktelitian dalam mengukur material tidak lebih dari 1% untuk air dan bahan pencampur air-

entraining dan 3% untuk semen dan agregat. Semen dan air akan ditimbang pada container tersendiri dan masing-masing beratnya ditunjuk kepada skala yang berbeda. Penyedia Jasa

harus

melakukan pengujian secara periodik

dengan melakukan

pengukuran pada pengoperasian batching dengan mempergunakan timbangan pengujian standar atau alat penunjang yang lain untuk memeriksa pengoperasian setip timbangan atau alat ukur yang lain. Pengujian tersebut harus dilaksanakan dengan dihadiri Direksi dan pengujiannya harus dapat membuktikan ketelitian alat ukur. Pengujian alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan sekali setiap bulan, kecuali kalau ada pengarahan dari Direksi. Penyedia Jasa harus melakukan penyetelan, perbaikan atau penggantian bila perlu, sesuai dengan persyaratan ketelitian pengukuran. Cara kerja pada alat batching harus dilakukan sehingga tidak terjadi kebocoran bila katup ditutup. Setelah pelaksanaan tidak ada bagian dari jumlah air campuran yang telah ditetapkan yang ditahan di pengumpul air. Perlengkapan batching harus dipelihara dan dioperasikan dalam suatu cara dimana dapat diketahui penambahan debu dalam instalasi selama pengukuran dan pelepasan dari masing-masing ember pengumpul dari material dicegah. Gerobak penimbang juga dikonstruksikan sedemikin rupa sehingga memudahkan pemindahan konvensional dari material yang kelebihan beban, dalam kelebihan dari toleransi yang ditentukan sebelumnya, dapat diterapkan. Agregat tidak boleh dikumpulkan untuk beton atau mortar bila air bebas menetes dari agregat atau bila agregat terkontaminasi oleh debu. Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menyerahkan detail dari data pengumpulan dalam materi-materi berikut kepada Direksi, jika diminta. Pekerjaan Beton

ST VII-16

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(a) Tanggal dan waktu (b) Nomor ember pengumpul (c) Tipe dari beton (d) Berat total per ember pengumpul per hari (e) Berat dari masing-masing material seperti semen, agregat kasar, agregat halus, air,

admixture per ember pengumpul per hari.

7.9

PENCAMPURAN Komposisi beton harus dicampur sepenuhnya dalam ember pengumpul mixer milik Penyedia Jasa hingga keseragaman yang cukup melalui ember pengumpul pencampur diperoleh untuk sampel beton diambil dari awal hingga akhir dari pelaksanaan pencampuran untuk memenuhi syarat JIS Kode A1119 seperti berikut: (a) Berat jenis udara bebas mortar dari 2 sampel tersebut, tidak boleh berbeda melebihi 0,8 % dari rata-rata berat 2 sampel (b) Berat jenis agregat kasar dari 2 sampel yang volume masing-masingnya 50 liter, tidak boleh berbeda melebihi 5 % dari rata-rata berat 2 sampel Pencampuran dengan tangan tidak boleh digunakan untuk beton yang akan digunakan dalam struktur permanen, dan bila digunakan untuk struktur sementara, harus secara ketat mengacu pada persetujuan dari Direksi. Kecuali selain diinstruksikan atau diijinkan oleh Direksi, pencampuran dari masing- masing ember pengumpul harus berkelanjutan tidak kurang dari atau bahkan lebih dari 3 kali dari jumlah berikut dalam menit, setelah seluruh komposisi kecuali dengan jumlah penuh air dan admixture berada di dalam

mixer. mixer (m3)

Kapasitas

Waktu mencampur (menit)

3 sampai 2 2 sampai 1.5 1.5 atau kurang

2.5 2 1.5

Penambahan pencampuran harus kontinu kurang 1 menit setelah semua air yang diperlukan selesai ditambahkan. Lamanya untuk pencampuran harus ditentukan oleh Direksi sesudah melaksanakan pengujian efisiensi mixer

yang didasarkan atas

perbandingan sampel yang diambil mulai dari keluarnya campuran yang pertama sampai terakhir seperti diuraikan pada awal bab ini. Lamanya pencampuran minimal seperti yang disyaratkan, tergantung kepada kondisi material yang dimasukkan ke bak pencampur, sehingga

menghasilkan

pencampuran

yang

efisien

dn

memudahkan

operasi

pencampuran dengan kecepatan yang ditetapkan. Direksi mempunyai hak

untuk

menentukan waktu pencampuran atau batas-batas ukuran bak (batch) kalau operasi pengisian dan mixing gagal menghasilkan batch beton yang sesuai dengan yang

Pekerjaan Beton

ST VII-17

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

diperlukan dan dengan pencampuran yang baik. Beton, begitu lepas dari mixer harus rata komposisinya dan konsistensi dalam batch dan dari batch ke batch, kecuali bila diperlukan perubahan dalam komposisi ataupun konsistensi. Air harus ditambahkan sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan pengisian mixer. Tidak diperbolehkan adanya kelebihan pencampuran sehingga memerlukan tambahan air untuk memperoleh konsistensi beton yang diperlukan. Beton yang berada pada mixer lebih dari 1 jam, harus dibuang. Bak pencampur (mixer) yang tidak memenuhi persyaratan harus segera diperbaiki atau diganti. Bak pencampur harus diisi sesuai dengan kapasitasnya atau sesuai dengan ukuran batch, yang dtentukan sesuai dengan persyaratan kecuali kalau mencampur mortar atau beton untuk penempatan beton. Bak pencampur tidak boleh diisi lebih dari kapasitas yang ditentukan kecuali atas pengarahan direksi, tetapi pada keadaan tertentu kapasitas bak pencampur dapat melebihi kapasitasnya sekitar 10 %. Setiap bak pencampur harus dilengkapi dengan pengatur waktu dan

pemberi tanda yang

menunjukkan dan memastikan bahwa periode

pencampuran berakhir.

7.10 PENGECORAN 7.10.1 Umum Pengecoran beton belum bisa dilaksanakan sampai pemasangan bekisting pemasangan

bagian

yang

ditanamkan

dan

persiapan

untuk

penutupan

permukaan diselesaikan dulu oleh Penyedia Jasa dan sudah diperiksa dan disetujui Direksi. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan pada waktu turun hujan atau pada waktu air menggenang kecuali ada saran dari Direksi, tetapi kalau terlanjur, beton harus ditempatkan pada air yang mengalir. Fasilitas komunikasi antara peralatan pencampur dan lokasi pengecoran harus disediakan, dioperasikan dan dipelihara oleh Penyedia Jasa dimana perlu

atau layak

ditentukan oleh Direksi. Untuk ini tidak ada biaya tambahan bagi Penyedia Jasa. 7.10.2 Persiapan Untuk Pengecoran Sebelum dilaksanakan pengecoran, semua permukaan formasi pondasi dimana beton akan dicor, harus dibersihkan dari minyak, lumpur, zat organik, potonganpotongan kayu, pecahan batuan dari reruntuhan atau batuan lepas atau material berbahaya lainnya, dengan menggunakan “air water jet” dengan kecepatan tinggi atau alat lain seperti disarankan Direksi. Semua permukaan bekisting dan material yang melekat dengan mortar kering atau material grouting dari beton yang ditempatkan lebih dulu, harus bersih dari mortar atau material grouting sebelum beton yang berdekatan ditempatkan. Permukaan pondasi batuan harus dilembabkan dengan baik sebelum beton ditempatkan, dan air yang menggenang harus dihilangkan.

Pekerjaan Beton

ST VII-18

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Permukaan tanah atau pondasi pasir dan kerikil dimana beton akan ditempatkan harus bebas dari air yang menggenang atau air yang mengalir, perca-perca kayu atau material lainnya yang dianggap mencemari. Untuk tanah atau pondasi pasir dan kerikil, kondisinya

harus lembab sebelum beton ditempatkan.

Permukaan “construction joint‟” yang berhubungan dengan pengecoran beton baru atau mortar baru harus bersih dan lembab dengan cara yang disetujui Direksi. Pembersihan ini harus terdiri dari penghilangan semua adukan semen atau mortar yang mengering dan dari segala kotoran. Permukaan sambungan dari beton lama dimana beton baru harus ditempatkan, harus dikasarkan dengan mengelupas (chipping) atau dengan cara lain lalu dibiarkan lembab dimana jangka waktunya ditentukan Direksi, sebelum menempatkan beton baru. Permukaan “construction jont” harus benar-benar bersih terhadap tambahan beton atau material yang lain, dengan mengerik, mengelupas atau dengan cara lain yang disetujui Direksi. Sambungan akan diberi campuran cat pelindung seperti

saran

Direksi, untuk mencegah

pengikatan

dengan

beton

yang

ditempatkan pada sisi sambungan yang lain. 7.10.3 Suhu Beton Pada Waktu Pengecoran Suhu beton pada waktu pengecoran tidak boleh melebihi 35 oC. Bila perlu, Penyedia Jasa mempertahankan suhu beton di bawah 35 oC saat pengecoran beton dan Penyedia Jasa harus memakai cara yang efektif untuk pendinginan agregat, mendinginkan air pencampur, penambahan, serpihan es ke dalam air pencampur pengecoran di malam hari atau cara apa saja yang disarankan Direksi. Penyedia Jasa tidak berhak mendapatkan tambahan biaya untuk memenuhi persyaratan pada pasal ini. 7.10.4 Alat untuk Pengangkutan dan Pengecoran Beton Cara dan alat yang dipakai untuk mengangkut dan mengecor beton dan waktu yang hilang selama pengangkutan tidak boleh menyebabkan segregasi agregat kasar, turunnya slump sampai lebih dari 25 mm atau hilangnya kandungan udara sebelum konsolidasi sampai lebih dari 1 % pada waktu beton di cor pada pekerjaan. Bila beton diangkut dan atau di cor dengan alat seperti di bawah ini, alat tersebut harus dipasang dan ditangani sebagai berikut: (1) Truk Pengaduk (Agitator Truck) Kecepatan pengadukan dari drum harus berada pada 2 atau 4 revolusi per menit. Volume dari beton yang dicampur dalam drum harus tidak mencapai tingkat yang ditentukan pembuat ataupun tidak pula melebihi 70% berat

Pekerjaan Beton

ST VII-19

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

kotor dari drum. Dengan persetujuan dari Direksi, truk pencampur dapat dipakai sebagai pengganti truk pengaduk untuk transportasi beton. Interval antara memasukkan air kedalam drum pencampur dan pelepasan beton dari pengaduk harus tidak melebihi dari 1 jam. Selama interval ini, air harus diaduk secara bersambungan pada kecepatan yang disebutkan di atas. (2) Truk Non-pengaduk (Non-agitator Truck ) Bodi non-agitator truck harus halus dan kedap air, dan harus ada tutup bila diperlukan untuk melindunginya dari air hujan. Non-agitator truck harus membawa beton ke lokasi pekerjaan, yaitu beton yang dicampur dengan baik dan rata. Beton dianggap rata pencampurannya bila sampel dari seperempat beban, dan tiga perempat beban mempunyai perbedaan slump tidak lebih dari 2.5 cm.

Pengecoran

beton

harus

rampung

dalam

1.0

jam

sesudah

memasukkan air pencampur pada semen dan agregat. (3) Chutes Secara garis besar, pengangkutan beton dengan mempergunakan “chute” (terjunan) tidak dibenarkan, kecuali bila ada saran dari Direksi. Bila disetujui, chute harus mempunyai potongan (profil) dengan sudut bulat dan kemiringannya harus bagus sehingga beton mengalir dengan lancar tanpa ada segregasi. Ujung chute bawah harus dilengkapi dengan drop chute, yang tingginya tidak lebih dari 1.5 m, untuk mencegah adanya segregasi dari beton yang jatuh. Chute harus terlindung dari sinar matahari langsung. (4) Pompa Beton dan Alat Cor Tipe dan kapasitas

dari pompa harus ditentukan untuk memenuhi

persyaratan yang ditentukan, perlu dipertimbangkan tentang kecepatan penghamparan, jadwal konstruksi, kualitas beton, lokasi dimana beton akan dihampar dan sebagainya. Diameter pipa penghantar harus tidak lebih kecil dari 3 kali ukuran maksimal dari agregat yang digunakan pada beton.

Pipa

penghantar harus

dipasang sedemikian rupa

sehingga

memudahkan untuk dipindahkan. Sebelum dimulainya operasi pemompaan atau penghamparan, sekitar 1 m3 mortar dengan perbandingan yang sama terhadap air, admixture, semen dan agregat halus seperti yang telah didisain untuk campuran beton reguler harus melalui pipa. Pipa harus diatur lurus dan sehorizontal mungkin untuk mencegah penyumbatan campuran beton dalam pipa. Udara tekan berpendorong harus tidak digunakan kecuali dimana keadaan keluaran dari pipa secara penuh tertancap pada minimal 2 m beton segar. Pendukung dari batang pipa harus cukup kaku untuk memperbaiki

Pekerjaan Beton

ST VII-20

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pipa secara lembut tanpa efek merugikan pada bekisting dan besi tulangan yang telah dipasang pada posisinya. Kehati-hatian harus dilakukan untuk mencegah kebocoran dari campuran beton dari batang pipa atau pada bagian lain. (5) Sabuk Penghantar (Belt-conveyer) Pengangkutan beton dengan sabuk penghantar tidak diperkenankan kecuali disetujui

oleh

Direksi.

Jika

diperbolehkan,

sabuk

penghantar

harus

digunakan dengan kehatian-hatian yang mana sabuk dilindungi dari hujan, angin dan sinar terik matahari, dan dengan gerobak yang benar atau chute vertikal yang digunakan pada akhiran dari masing-masing penghantar untuk membatasi

jatuhan

beton

yang

akan

diletakkan

dengan

ketinggian

maksimum 1.5 m. Detil penuh terdiri dari katalog, cetak biru, dan lainnya dari pembuat, untuk masing-masing tipe dari mater-materi yang dideskripsikan di atas dari perlengkapan harus diserahkan pada Direksi. Seluruh perlengkapan harus dioperasikan dan dipelihara dengan mengacu pada cetakan instruksi dari pembuat. Tipe dari perlengkapan selain yang ditulis di atas harus disetujui Direksi maksimal 30 hari sebelum mereka akan digunakan. 7.10.5 Pengecoran Penyedia

Jasa

harus selalu konsultasi

dengan direksi

mengenai

waktu

pelaksanaan pengecoran beton. Pengecoran beton harus dilaksanakan dengan disaksikan Direksi. Seluruh permukaan yang secara garis besar horisontal harus dilindungi dengan sebuah layer terbuat dari mortar dengan ketebalan sekitar 2 cm untuk permukaan batuan, dan 1.5 m untuk permukaan beton, jika seperti yang diinstruksikan oleh Direksi, dilakukan langsung sebelum peletakan beton. Peletakan mortar tersebut harus dikoordinasikan dengan peletakan beton sedemikian rupa sehingga beton diletakkan langsung di atas mortar segar. Di dasar balok atau pelat, dimana berkumpulnya baja tulangan didekat bekisting membuat peletakan menjadi sulit, sebuah lapisan dari mortar dengan komposisi yang cocok dengan kekuatan beton yang diperlukan seperti instruksi, harus pertama kali diletakkan untuk menutup permukaan hingga kedalaman sekitar 2 cm. Beton apapun yang telah menjadi kaku sehingga pengecoran yang benar tidak dapat dijamin kecuali dikeraskan ulang (retempered), atau yang mana tinggi slump telah dikurangi dengan 2.5 cm atau lebih, seperti yang ditentukan oleh Direksi, harus dibuang ke tampat yang telah ditentukan oleh Direksi, dan tidak ada pembayaran yang dibuat untuk beton seperti itu. Beton harus ditempatkan langsung ke posisi akhir dan tidak boleh sampai mengalir sehingga Pekerjaan Beton

ST VII-21

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

menyebabkan segregasi. Cara dan alat-alat yang dipakai dalam pengecoran beton pada bekisting harus baik sehingga agregat kasar tidak terpisah dari beton. Penyedia Jasa harus mempunyai cara untuk membatasi dan mengontrol tinggi jatuh beton, sehingga tidak menyebabkan segregasi atau benturan keras yang dapat mengenai besi tulangan dan bekisting yang sudah dirakit. Tinggi jatuh beton tidak melebihi 1.5 meter. Semua beton yang dituangkan, kecuali beton lining untuk struktur bawah tanah, harus ditempatkan pada lapisan horisontal yang ketebalannya tidak melebihi 40 cm. Direksi mempunyai hak untuk meminta kedalaman lapisan lebih kecil apabila lapisan beton setebal 40 cm tidak bisa dicor sesuai dengan persyaratan spesifikasi. Tinggi satu angkutan pengecoran beton haruslah seperti yang disarankan Direksi atau seperti pada gambar. Kecuali selain yang diijinkan oleh Direksi, beton lining untuk struktur bawah tanah harus diletakkan dengan pompa beton atau pengecor kedalam bekisting tanpa pelepasan berkecepatan tinggi (high velocity discharge ). Beton harus dipaksakan menyesuaikan ketidakseragaman permukaan batuan sehingga tidak ada rongga tersisa. Bilamana beton terbalik dicor terpisah dari dinding samping dan beton melengkung, dan tanpa bekisiting bagian dalam, perlengkapan cor pneumatic (pneumatic placing equipment) tidak boleh digunakan, kecuali tipe tertentu yang disetujui mampu mencegah segregasi tersedia. Sebelum memulai pengecoran beton, mortar harus dimasukkan melalui pipa dari pompa beton atau pengecor. Saat mengisi puncak melengkung dalam struktur bawah tanah, bagian akhir dari pipa pompa beton harus tetap dijaga terendam paling sedikit 2 meter dari beton segar. Perlengkapan cor harus dioperasikan hanya oleh tenaga yang berpengalaman. Penopang (struts), penguat (stays) dan pengikat (braces) yang membantu sementara untuk menahan bekisting agar berada pada bentuk yang benar dan siku, harus dipindahkan bila pengecoran beton telah mencapainya dan dukungannya sudah tidak diperlukan lagi. Bagian- bagian sementara ini selain dari yang terbuat dari besi harus dibuang seluruhnya dari bekisting dan tidak terkubur dalam beton. Sambungan yang dingin harus dihindari bilamana diterapkan dalam pengecoran beton dalam konduit. Bila terjadi kerusakan dari perlengkapan, atau bila dengan alasan lain pengecoran dari beton mengalami gangguan, Penyedia Jasa harus secara menyeluruh mengkonsolidasi beton pada sambungan tersebut sehingga seragam dan berkemiringan stabil pada waktu beton dalam kondisi plastis. Sambungan yang dingin kemudian harus diperlakukan seperti konstruksi sambungan. Pengecoran

beton tanpa bekisting

pada kemiringan

yang cukup tajam,

sebagaimana membuat getaran internal terhadap beton tidak dapat diterapkan tanpa penggunaan bekisting, beton harus diletakkan didepan dari slip form corcoran yang belum digetar, kira-kira 80 cm lebih panjang dari bagian belakang sisi depannya. Beton yang berada di depan slip form cor-coran harus dipadatkan Pekerjaan Beton

ST VII-22

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dengan vibrator internal sedemikian rupa sehingga menjamin pengisian yang penuh berada dibawah slip form. Bila beton dicor secara monolit pada tempat yang mempunyai dimensi vertikal lebih besar dari 60 cm, atau jika beton dek, lantai, plat, balok, girder atau bagian struktur yang serupa dicor monolit dengan beton pendukung, petunjuk sebagai berikut diperhatikan: (a) Pengecoran dapat ditunda tidak kurang dari 1 jam atau lebih dari 3 jam pada bacaan atas lubang dan pada bagian bawah bevel di bawah deck lantai beam girder atau bagian bangunan lainnya pada saat bevel ditentukan dan pada bagian bawah anggota bangunan tersebut bila bevel tidak ditentukan, tetapi jika pe-ngecoran ditunda terlalu lama hingga unit vibrasi / getar tidak dalam berat yang siap untuk menembus beton yang dimasukkan sebelum penundaan tersebut. Bila konsolidasi beton ditempatkan sesudah penundaan, unit vibrasi akan menembus dan menggetarkan kembali beton yang dicor sebelum penundaan. (b) 60 cm atau lebih dari beton yang ditempatkan sebelum penundaan harus ditempatkan dengan slump yang rendah dan Penyedia Jasa harus merasa yakin bahwa konsolidasi beton sudah terlaksana dengan baik. (c) Permukaan beton dimana terjadi keterlambatan harus dibersihkan dan bebas

dari

kotoran

bila

pengecoran

beton

dimulai

sesudah

terjadi

kelambatan. (d) Beton yang dicor di atas bagian yang terbuka dan di dek, lantai, balok, girder dan bagian-bagian semacam-nya harus dicor dengan slump serendah mungkin dan Penyedia Jasa harus merasa yakin bahwa konsolidasi beton tersebut terlaksana dengan baik. Untuk pekerjaan tersebut Penyedia Jasa tidak berhak mendapatkan biaya tambahan melebihi harga satuan seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, karena ada batas-batas pengecoran beton seperti yang disyaratkan pada pasal ini. 7.10.6 Konsolidasi Masing-masing lapisan beton harus segera dikonsolidasi dengan alat yang memadai

sehingga

beton

menjadi

padat

sampai

mencapai

kerapatan

maksimum dan tertutup dengan rapi bagi semua permukaan bekisting dan material yang berdekatan. Lapisan beton berikutnya tidak dicor terlebih dahulu sampai lapisan yang dicor sebelumnya sudah bagus keadaannya

seperti

spesifikasi yang disyaratkan. Secara garis besar, beton harus dikonsolidasi dengan tenaga listrik atau tenaga pneumatik, vibrator tipe internal, yang Pekerjaan Beton

ST VII-23

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

operasinya dengan kecepatan setidaknya 7000 putaran per menit bila dicelupkan ke beton. Kepala vibrator harus dimasukkan ke beton secara vertikal, setidaknya 5 cm ke dalam lapisan di bawahnya. Bila sukar menggunakan internal vibrator, beton bisa dikonsolidasi dengan external vibrator seperti diuraikan di bawah ini atau dipadatkan dengan “hand plunger” sesuai saran direksi. Konsolidasi beton pada bagian-bagian bangunan yang nantinya akan tampak harus dengan “immersion vibrator” yang bisa pula dipakai sebagai alat yang bisa membantu dan disarankan Direksi. Bisa menggunakan “heavy duty vibrator”. Form vibrator ini harus dipasang kuat-kuat pada bekisting pada saat operasi tetapi vibrator harus bisa segera dibongkar dan dipasang lagi ke posisi lain pada bekisting

dan

harus

beroperasi

dengan

kecepatan

sedikitnya

8000

putaran/menit. Pelaksanaan pekerjaan di atas harus sangat berhati-hati sehingga vibrasinya bisa sistematis sehingga beton betul-betul padat. Di daerah di mana baru saja ditempatkan beton yaitu pada pada setiap lapisan dicor terlebih dahulu dan beton sudah mengeras, harus dilakukan vibrasi yang lebih dari biasanya. Vibrator menembus dalam sekali dengan interval pendek di sepanjang hubungan ini. Hubungan antara kepala vibrator dengan permukaan bekisting harus dihindari.

7.11 PEMBASAHAN BETON Syarat-syarat pembasahan harus diperhati-kan setiap saat. Pada cuaca yang panas dan kering ada bahaya keretakan lebih besar karena adanya pengeringan yang mendadak. Karena itu Penyedia Jasa harus benar-benar mematuhi persyaratan seperti berikut ini. Penyedia Jasa harus melindungi semua beton dari benda-benda yang bisa merusak atau membahayakan

yang

bisa

menyebabkan

pengeringan

yang

mendadak

atau

pembebanan mendadak atau karena vibrasi, sampai beton betul-betul keras sehingga bisa mencegah kerusakan. Bila memung-kinkan, permukaan beton yang selesai harus dilindungi dari sinar matahari langsung setidaknya 3 hari sesudah pengecoran. Semua beton

harus

dibasahi

dengan

cara

“pembasahan

langsung

dengan

air” atau

“pembasahan dengan diberi karung spoil basah” sesuai dengan persyaratan spesifikasi disini, kecuali bila beton cetak dibasahi dengan “stream cured” dengan cara yang sudah disetujui Direksi. Permukaan beton untuk “construction joint” harus dibasahi dengan air. Permukaan dinding atau pelat atau tiang teratas yang tidak dibekesting harus diembabkan dengan air atau dengan cara lain yang efektif pada saat beton menjadi keras, sehingga bisa mencegah kerusakan yang disebabkan oleh air. Permukaan dan kemiringan yang tajam serta permukaan vertikal yang dibekisting harus betul-betul lembab, sebelum dan pada saat pembongkaran yaitu dengan mengaliri permukaan yang dibekisting dan dibiarkan mengalir turun antara bekisting dan muka beton yang dibekisting. Prosedur ini diikuti dengan cara “pembasahan langsung dengan air” atau “pembasahan dengan diberi karung goni basah”, dengan syarat-syarat sebagai berikut:

Pekerjaan Beton

ST VII-24

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(a) Pembasahan langsung dengan air Beton yang dibasahi dengan air harus tetap basah setidaknya 14 hari sesudah pengecoran beton, atau sampai tertutup dengan beton yang baru, yaitu dengan direndam air atau dengan pipa penyemprot atau penyemprot mekanis atau dengan cara lain yang disarankan Direksi, sehingga semua permukaan terus menerus dalam keadaan basah. Pembasahan harus ditangani sedemikian rupa sehingga mencegah terbentuknya noda pada permukaan beton. (b) Pembasahan Sistem Membran Pembasahan dengan diberi karung goni basah diterapkan dengan menggunakan sebuah tipe Senyawa Curing Berpigmen Putih (white pigmented curing compound) yang membentuk sebuah membran penahan air pada permukaan air; asalkan pada permukaan beton yang secara permanen terlihat untuk menunjukkan Senyawa Curing Berpigmen Abu-abu (Grey pigmented curing compound) diperlukan. Senyawa curing (curing compound) harus digunakan pada permukaan beton yang telah jadi sesuai instruksi Direksi. Senyawa curing harus dipakaikan pada permukaan beton dengan penyemprotan sehingga terbentuk sebuah

lapisan

pelindung untuk

menciptakan membran yang seragam dan menyeluruh di semua area, dengan lingkupan yang maksimum per liternya seperti diinstruksikan oleh Direksi dengan mengacu pada kekasaran permukaan yang akan dilindungi. Bila perlu untuk menutup permukaan yang memadai, seperti yang telah ditentukan oleh Direksi dilakukan “coat of curing compound” kedua kali. “Mortar encrustations” dan penutup akhir pada permukaan dimana finishing B2 yang disyaratkan, harus dibongkar dari permukaan yang dibekisting, sebelum pemakaian “curing compound”. Bila “curing compound” dipakai pada permukaan beton yang tidak dibekisting, pemakaian bahan campurannya harus dimulai segera setelah pelaksanaan pekerjaan akhir

selesai. Bila

“curing

dibekisting, permukaan harus

compound” dipakai pada permukaan beton yang dilembabkan dengan sedikit menyemprotkan air

setelah bekisting dibongkar, dan harus tetap basah sehingga permukaan tidak lagi menyerap kelembaban lebih banyak. Segera apabila kelembaban di permukaan film hilang

tapi permukaan

masih tampak lembab, harus dipergunakan

“curing

compound”, yang mungkin dipergunakan pada permukaan yang luas dimana bahan campuran diletakkan pada tepi, sudut sudut dan di tempat yang kasar dari permukaaan yang dibekisting. Sesudah pemakaian “curing compound” selesai dan lapisan telah

kering bila

disentuh, maka dilakukan perbaikan di permukaan beton. Setiap perbaikan, sesudah difinishing harus dilembab-kan dan dilapisai "curing compound”, sesuai dengan persyaratan. Peralatan dan cara yang dipakai untuk penanganan “curing compound” harus disetujui oleh Direksi. Lalu lintas Penyedia Jasa dan pelaksanaan lainnya harus dapat mencegah kerusakan lapisan “curing compound” selama 28 hari sesudah pemakaian “curing compound”. Bila dalam pelaksanaan tidak mungkin, Pekerjaan Beton

ST VII-25

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

maka untuk mencegah lalu lintas yang melewati permukaan yang baru dilapisi dengan “curing compound”, “membrane” harus dilindungi, dengan menutupinya dengan pasir yang tebalnya tidak kurang dari 25 mm, atau dengan cara lain. Penutupan untuk tujuan melindungi permukaan ini, tidak ditempatkan dulu sampai lapisan pelindung betul-betul kering. Sebelum penerimaan pekerjaan akhir, Penyedia Jasa harus menghilangkan semua pasir tersebut dengan cara yang sudah disetujui Direksi. Bila ada kerusakan pada lapisan

pelindung

yang mengelupas

dari

permukaan beton sesudah 28 hari dipakai, maka harus diperbaiki tanpa ditunda lagi, dengan cara yang sudah disetujui Direksi. Tipe “curing compound” yang diusulkan, diperlukan untuk pengambilan sampel, dan pengetesan harus diserahkan direksi, setidaknya 30 hari sebelum dipakai. Kecuali bila sampel dan pengetesan disisihkan oleh Direksi, maka “curing compound” tidak boleh dipakai dulu, kecuali bila sudah dites oleh Direksi. Penyedia Jasa harus menyediakan, fasilitas-fasilitas dan bantuan yang diperlukan untuk pengambilan sampel dan pengetesan “curing compound” atas biaya Penyedia Jasa. Petunjuk yang disediakan pabrik harus diikuti, dalam penyimpanan, pencampuran dan pemakaian “curing compound” tersebut. Selain menyemprot dengan “membrane curing”, lembaran plastik bisa juga dipakai, terutama pembasahan pada pelat dan semua bentuk konstruksi. Dalam hal semacam ini, segera setelah beton mengeras dan terhindar dari kerusakan, permukaan harus disemprot sedikit dengan air, lalu ditutup dengan lembaran plastik putih yang telah disetujui oleh Direksi. Lembaran tersebut harus kedap udara dan anti uap untuk mencegah hilangnya kelembaban kedap udara, dan harus dilakukan dengan hatihati, dengan memukul-mukul bagian tepi dan memeperkuatnya dengan lapisan pelindung. Lapisan tersebut harus dijaga minimum selama 14 hari. Semua “construction joint” harus terus menerus lembab, yaitu dengan “water curing” dari waktu ke waktu sampai tertutup beton. Bila dianggap perlu untuk mengadakan penundaan pengecoran beton baru di atas construction joint, maka pembasahan untuk melembabkan permukaan joint harus dihentikan pada saat pembasahan dianggap kadaluarsa, tetapi bila pembasahan dihentikan, harus dimulai lagi dalam 48 jam sebelum pengecoran beton baru pada sambungan itu. Bila pengkasaran bagian beton yang membuka

belum dilaksanakan

sampai

pembasahan menjadi kadaluarsa, maka permukaan bagian yang membuka harus terus dalam keadaan lembab setidaknya 4 jam sebelum pengisiannya (filling). Biaya penyediaan dan pemakaian semua material untuk pembasahan beton, harus termasuk dalam harga satuan beton seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

7.12 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN UNTUK BETON Pengukuran untuk pembayaran setiap kelas beton yang diperlukan untuk dicor langsung

Pekerjaan Beton

ke permukaan

galian,

dilakukan

sesuai

dengan

garis batas dimana

ST VII-26

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pembayaran untuk galian dilakukan. Pengukuran untuk pembayaran setiap kelas beton, dilakukan sesuai dengan garis batas kerapian konstruksi, seperti tercantum dalam gambar, kecuali bila tercantum dalam spesifikasi. Tidak ada pengukuran untuk pembayaran pemrosesan dan pengangkutan agregat, persiapan pondasi, penyesuaian titik sambung konstruksi (construction joint treatment) termasuk mortar yang dipasang sebelum pengecoran beton, perbaikan, fitur-fitur arsitektural dan lain sebagainya, untuk pembasahan atau untuk pembetonan cuaca panas. Pengukuran untuk pembayaran beton pengisi dilakukan sesuai dengan volume beton aktual yang ditempatkan pada lokasi- lokasi yang memerlukan pengisian. Dalam mengukur beton untuk pembayarannya, volume semua bagian yang terbuka, bagian ceruk, saluran, pipa, pekerjaan kayu dan pekerjaan besi, yang ternyata lebih luas 0.05 m2, maka harus dikurangi pembayarannya.

Kecuali tercantum

dalam

spesifikasi, pembayaran setiap kelas beton di berbagai bagian pekerjaan, dilakukan berdasarkan harga satuan per m3 seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut termasuk semua biaya peralatan, tenaga kerja dan material yang diperlukan dalam penerimaan air dari sistem suplai air, dan penanganan air

untuk

pencampuran

beton,

pembasahan,

pendinginan

dan

pembersihan;

pengangkutan, penyimpanan dan pencampuran agregat diluar jalur produksi agregat seperti penggalian, pemecahan, penyaringan dan pencucian; suplai semen termasuk pengaturan, pengangkutan, penyimpanan dan pengiriman, pengumpulan, pencampuran, pemadatan, penyelesaian permukaan, perlindungan dan perbaikan beton, pemeliharaan titik sambung konstruksi, pekerjaan pengujian, kecuali bekisting dan penyelesaian, pekerjaan akhir besi tulangan, “joint filler” dan “Waterstop” dimana pembayarannya dilakukan secara terpisah. Pembayaran tidak dilakukan untuk beton yang dicor diluar garis yang ditentukan dari garis bawah batas penggalian hingga garis atas batas penggalian atau dengan alasan lain, kecuali telah ada ketentuan lain yang disetujui. Tiada pembayaran yang dilakukan untuk beton atau mortar yang cacat atau dibuang. Beton apapun yang mana dicor Penyedia Jasa atau dengan menggunakan instalasinya sendiri atau dengan inisiatifnya sendiri, harus menjadi tanggungan dari Penyedia Jasa. Tidak ada pengukuran untuk pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan admixture. Seluruh biaya insidental yang berkaitan dengan penggunaan admixture harus termasuk dalam harga satuan penawaran dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk materi pekerjaan beton yang berkaitan, yang mana admixture dipakai.

7.13 PEKERJAAN BEKISTING DAN FINISHING 7.13.1 Umum Bila diperlukan atau sesuai saran Direksi, bekisting harus dipakai, untuk membentuk beton sesuai dengan yang diinginkan. Bila diperlukan, bekisting harus disanggah dengan kayu penyangga. Penyedia Jasa harus menentukan dan Pekerjaan Beton

ST VII-27

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

memper-timbangkan unsur efisiensi dan keselamatan, apakah tipe bekisting dan kayu penyangga yang diperlukan dibuat dari baja atau kayu dan Penyedia Jasa harus menyerahkan gambar perencanaan-nya kepada Direksi untuk disetujui sebelum membuat bekistingnya. Bekisting dan kayu penyangga yang diperlukan harus mempunyai kekuatan dan kekakuan yang cukup, untuk menahan beton dan tekanan yang disebabkan pengecoran dan vibrasi, tanpa ada

kerusakan.

Permukaan semua bekisting yang berhubungan dengan beton, harus bersih, kaku dan kokoh untuk mencegah hilangnya mortar. Tepi-tepi pada perpotongan permukaan beton yang akan terlihat terus dan bagian tepi beton harus dibuat serong atau bulat, tidak lebih dari 2 cm, dengan mempergunakan “molding

strips”.

Bekisting

diklasifikasikan hanya

dengan

tujuan penyelesaian beton saja, seperti yang ditunjukkan dalam Buku Gambar. Bekisting untuk permukaan beton yang selesai B3 dan B4 dinyatakan tidak harus dibangun secara bersambungan dari lift ke lift tetapi harus dipindahkan setelah beton pada sebuah lift telah mengeras, dan digunakan untuk lift berikutnya. Bekisting untuk lubang ganjalan (tie holes) harus dilokasikan dalam pola yang umum dan disetujui oleh Direksi sebelum bekisiting dipasang. Bekisting yang dipasang kembali harus overlap beton yang sudah mengeras pada lift yang sebelumnya dicor tidak lebih dari 30 mm dan harus dikencangkan dengan rapi bersama dengan beton yang mengeras sehingga ketika pengecoran beton selesai, bekisting tidak menyebar dan seimbang atau kehilangan mortar pada titik sambung konstruksi. Baut tambahan atau bekisting kembar harus digunakan seperlunya untuk menahan bekisting yang dipasang kembali dengan kuat bersama beton yang mengeras. Seluruh sambungan dan alur harus kuat dan jelas. Sebelum memulai pembuatan bekisting yang diperlukan untuk membentuk permukaan beton yang selesai selain dari B1, Penyedia Jasa harus menyerahkan usulan

tentang

metode

konstruksi

bekisting

untuk

mendapatkan

tipe

permukaan akhir yang ditentukan. 7.13.2 Material Untuk Bekisting Semua material yang dipakai untuk bekisting, dari kayu atau dari baja, harus lebih

dulu disetujui

Direksi.

Kayu

harus bagus

dan lurus, bebas

dari

penyimpangan, bengkokan dan kekeroposan, serta lebar dan tebalnya harus sama dan halus, sebelum pembuatan bekisting. Bekisting yang dipakai pada alur air dan untuk beton yang akan tampak harus ditutup

dengan

plywood

dan

harus

bebas

dari

semua

cacat

yang

menghasilkan noda pada permukaan beton. Bila yang dipakai adalah plywood, maka tidak boleh dibungkus, tidak kerut-kerut dan diproduksi dengan lem khusus anti air. Kalau bisa, plywood harus punya lebar dan panjang sama. Lapisan kulit kayu atau harus berjenis dan berkualitas tertentu atau harus diolah Pekerjaan Beton

ST VII-28

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

atau dilapis sedemikian rupa sehingga tidak ada bahan kimia perusak atau pemudaran permukaan beton yang mengeras. Tipe dan kondisi dari lapis kulit kayu, kemampuan bekisting untuk menjaga gangguan yang disebabkan oleh peletakan dan getaran beton, dan pengerjaan yang diterapkan dalam konstruksi bekisting harus sedemikian rupa sehingga permukaan yang keras mengacu dengan persyaratan yang dapat diterapkan dengan Buku Spesifikasi ini berkaitan dengan penyelesaian akhir permukaan beton. Bila yang dispesifikasikan finishing B2, B3 dan B4, bahan bekisting harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tanda-tanda sambungan pada permukaan beton yang kontinyu, dan bahan bekisting yang dipakai pada permukaan seperti itu harus terbatas pada satu bentuk pekerjaan besar saja. Papan bekisting untuk permukaan beton dimana F4 yang harus dipakai, harus menggunakan plywood yang dilapisi dengan plastik atau dammar epoxy dan lembaran yang dipakai harus lebar. Sebelum pemakaian ulang, papan bekisting, harus dibersihkan, lubang- lubang harus disumbat dan bila perlu dipermukaan dilapisi lagi. Bahan bekisting harus sesuai dengan persayaratan berikut, kecuali bila ada saran dari Direksi. Finishing atau permukaan bekisting yang diperlukan

Bahan bekisting dari kayu

Bahan bekisting dari baja

F1 (NON EXPOSE)

Tipe apa saja seperti yang disarankan Direksi

Seperti yang disarankan dan diijinkan Direksi

F2 ( EXPOSE)

Tipe yang sudah disetujui Direksi atau plywood

F4 ( EXPOSE)

Plywood

Seperti yang disarankan dan diijinkan Direksi Tidak diperbolehkan

7.13.3 Pemasangan Bekisting Bekisting harus dipasang sedemikian rupa sehingga tanda-tanda sambungan pada permukaan beton ada dalam alinyemen horisontal dan vertikal dan sambungan antara permukaan harus halus. Bagian tepi dan sudut-sudut beton yang terlihat terus, harus dihaluskan seperti yang terlihat pada gambar atau yang disarankan oleh Direksi. Sebelum pengecoran beton, semua bekisting harus kaku dan kokoh dan betul-betul bersih dan semua sisa potongan kayu-kayu kecil, debu bekas gergaji, sisa mortar yang kering dan zat pengotor yang lain atau air yang berlebihan harus dihilangkan dari bekisting. Permukaan bekisting harus diminyaki dengan Pekerjaan Beton

ST VII-29

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

minyak mineral yang disuling, dari jenis yang sudah disetujui Direksi. Minyak bekisting harus digunakan sebelum besi tulangan diletakkan. Bekisting yang mana telah ditinggal untuk periode tertentu mengakibatkan kering, harus dilakukan perbaikan permukaan sesuai arahan Direksi. Bila bekisting untuk permukaan yang menerus ditempatkan pada pengangkatan berikutnya, harus dilakukan dengan hati-hati sekali agar penempatan bekisting persis di atas permukaan seluruhnya, untuk mencegah kebocoran mortar dari beton dan untuk menjaga alinyemen permukaan yang baik. Bekisting yang dipakai lebih dari satu kali, kondisinya harus dijaga dan harus betul-betul bersih untuk dipakai lagi. Bekisting untuk permukaan dinding bagian luar harus bersih betul, yaitu dengan menyemprot kayu dengan air. Sebelum beton ditempatkan, harus diperhatikan bahwa semua bekisting ada pada alinyemen yang baik, sehingga semua penyangga bekisting pada kondisi yang bagus dan kokoh. 7.13.4 Internal Ties (Ganjalan pada Bagian Dalam) Ganjalan (beton tahu) yang diletakkan untuk menahan bekisting harus tetap melekat, dan kecuali dimana penyelesaian F1 telah dibolehkan, harus mengurangi tidak kurang dari dua diameter atau dua kali dimensi minimum dari ganjalan atau 5 mm, yang mana yang terbesar, dari permukaan beton yang mengeras. Bila penyelesaian F1 dibolehkan, ganjal dapat dipotong sama tinggi atau rata dengan permukaan beton yang mengeras kecuali ganjal diikat pada tulangan. Ganjal kawat yang melewati bekisting, tidak boleh dipakai kecuali bila disarankan oleh Direksi. Ganjal harus dibuat sedemikian rupa sehingga pemindahan penyumbat akhir bisa dilakukan tanpa menyebabkan adanya serpihan pada beton permukaan. Lubang-lubang yang disebabkan karena pemindahan ujung ganjal bekisting harus diisi. 7.13.5 Pengangkatan Bekisting Bekisting tidak boleh diangkat apabila beton belum mengeras dan cukup kuat untuk menanggung beban dengan aman ditambah beban kostruksi yang akan didukungnya. Bekisting diangkat bila sudah disetujui Direksi. Bekisting harus diangkat setelah beton mengeras untuk mencegah kerusakan yaitu dengan mengangkatnya sedemikian rupa sehingga mempermudah kegiatan berikutnya yaitu dengan pembasahan dan memudahkan perbaikan pada permukaan yang kurang baik. Tetapi harus yakin betul bahwa kekuatan beton ketika dilakukan pengangkatan tidak menyebabkan runtuhnya atau gagalnya beton.

Pekerjaan Beton

ST VII-30

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Waktu minimum pelepasan bekisting yang direkomendasikan Posisi Bekisting Permukaan Vertikal atau hampir vertikal untuk mass concrete atau lapisan kanal Permukaan Vertikal atau hampir vertikal untuk dinding geser, balok dan kolom Bekisting di sisi bawah balok dan pelat (tak terbebani dan penyangga dibiarkan ada) Penyangga balok dan pelat, selama mungkin tetapi tidak kurang dari

Waktu min. untuk mengeras di atas o 10 C 36 jam 48 jam 7 hari 14 hari

Bekisting harus dihilangkan dengan segera, setelah beton sudah mengeras untuk mencegah penggantungan atau keruntuhan. Bila perlu dilakukan perbaikan pada permukaan yang miring, dan segera diteruskan dengan pembasahan. Untuk menghindari tegangan yang berlebihan pada beton akibat dari pemuaian pada bekisting, bekisting kayu untuk bagian dinding yang terbuka harus dilonggarkan sehingga hal ini bisa dikerjakan tanpa merusak beton. Beton untuk bagian yang terbuka harus dilakukan sehingga memudahkan pelepasannya. Dengan terlebih dulu minta saran Direksi, bekisting pada permukaan beton yang dekat dengan permukaan batuan yang digali harus dibiarkan ditempatnya, asalkan jarak antara permukaan beton dengan batuan kurang dari 50 cm sehingga bekisting tidak tampak sesudah pekerjaan selesai. Bekisting harus diangkat dengan hati-hati sehingga beton tetap bagus, dan bila terjadi kerusakan harus segera diperbaiki. 7.13.6 Pekerjaan Penyelesaian / Pekerjaan Akhir (a) Umum Pekerjaan akhir / finishing dari permukaan beton hanya dilaksanakan oleh tenaga yang terampil Penyedia Jasa harus selalu berkonsultasi kepada direksi mengenai waktu pelaksanaan finishing beton. Finishing beton harus dilakukan bila kehadiran Direksi, karena bila ada kasus spesifik yang membutuhkan pengaturan dari Direksi. Permukaan beton dites oleh Direksi untuk menentukan apakah ketidak-teraturan yang terjadi masih dalam batas pada spesifikasi. Ketidakteraturan permukaan diidentifikasikan sebagai „kasar‟ atau „miring‟. Keseimbangan yang disebabkan dengan pergeseran atau salah peletakan lapis permukaan kayu bekisting, atau karena mata kayu yang rusak atau bekisting yang cacatpun akan dianggap sebagai ketidakteraturan kasar, dan dites melalui pengukuran langsung. Ketidakteraturan yang lain dianggap ketidakteraturan berjalan dan akan dites dengan menggunakan acuan yang terdiri dari pinggiran yang lurus untuk Pekerjaan Beton

ST VII-31

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

permukaan yang lengkung. Panjang acuan 1.5 meter untuk menguji permukaan yang bekisting dan 3 meter untuk menguji permukaan yang tidak dibekisting. (b) Permukaan yang dibekisting Kelas finishing untuk permukaan

beton yang dibekisting

disarankan

menggunakan kode F1, F2 dan F4. Untuk permukaan yang dibekisting tidak diperlukan pengasahan/ penggosokan, kecuali perbaikan permukaan yang kurang sempurna. Kecuali kalau dicantumkan pada Gambar, kelas finish harus sebagai berikut: F1 – Finishing F1 harus dipergunakan dimana akan ditempatkan material pengisian atau beton. Tidak termasuk “construction joint”, permukaan tersebut tidak memerlukan perbaikan sesudah bekisting diangkat, kecuali untuk perbaikan beton yang cacat dan pengisian lubang akibat pengangkatan “penambat” dari

ujung

batang

ganjal.

Pembetulan

untuk

ketidakberesan

pada

permukaan hanya diakukan untuk depresi, yaitu bila setelah diukur melebihi 25 mm. F2 – Finishing F2 harus dipergunakan bagi permukaan bekisting untuk permukaan yang terus tampak dan harus tampak menarik, seperti yang disarankan Direksi. Ketidakteraturan permukaan yang diukur seperti yang dijelaskan di atas, tidak boleh melebihi 6 mm bagi ketidakteraturan yang tiba- tiba. F4 – Finishing F4 adalah finishing yang dipakai untuk permukaan yang dibekisting untuk alinyemen dan permukaan yang rata amat penting untuk menghilangkan kerusakan akibat gerak air. Ketidakteraturan permukaan yang diukur seperti yang dijelaskan di atas tidak boleh tidak boeh lebih dari 3 mm untuk ketidakteraturan tiba-tiba yang tidak sejajar dengan arah arus, dan 6 mm untuk ketidakteraturan tiba-tiba yang sejajar dengan arah arus, dan 10 mm untuk semua ketidakteraturan bertahap yang kemiringannya lebih curam vertikal 1 dan horisontal 20, dan semua ketidakteraturan tiba-tiba seperti lubang harus dibetulkan. (c) Permukaan yang tidak dibekisting Kelas finishing untuk permukaan beton yang tidak dibekisting disarankan dengan kode U1, U2 dan U3. Permukaan dalam harus miring untuk drainasi seperti tercantum pada gambar atau seperti disarankan Direksi. Permukaan yang kena cuaca dimiringkan untuk drainasi. Kecuali telah ditunjukkan pada gambar, atau yang disarankan Direksi, maka permukaan yang terkena

Pekerjaan Beton

ST VII-32

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pergantian cuaca dan yang mendatar harus dimiringkan sekitar vertikal 1 dan horisontal 50. Kecuali telah tercantum gambar, kelas finishing harus sebagai berikut: U1 – Finishing U1 adalah lapisan finishing (screeded finish) yang dipakai untuk permukaan yang tidak dibekisting yang akan ditutup dengan material pengisi atau dengan beton. Finishing U1 juga dipakai sebagai tahap pertama sebelum finishing U2 dan U3 yang dipakai. Pelaksanaan finishing harus terdiri dari pemerata-an dan pelapisan yang memadai untuk menghasilkan permukaan yang rata. Ketidakteraturan pada permukaan tidak boleh lebih dari 20 mm. U2 – Finishing U2 adalah finishing (floated finish) yang digunakan untuk permukaan yang tidak dibekisting yang harus tampak, seperti puncak spillway, puncak dinding dan tiang (piers). Finishing U2 digunakan sesudah finishing U3. Floating dilaksanakan dengan alat yang digerakkan mesin atau tangan, yang dimulai setelah

permukaan

yang

di screeded

sudah

mengeras,

dan harus

menghasilkan permukaan yang bebas dari tanda-tanda screed dan teksturnya harus rata. Bila finishing U3 yang harus dipakai, floating dilanjutkan sampai sedikit mortar tanpa penambahan air terbawa ke permukaan, sehingga memungkinkan untuk disekop. Irregularitas permukaan yang diukur seperti uraian di atas, harus esuai dengan persyaratan untuk finishing F2. U3 – Finishing U3 adalah finishing yang disekop yang dipergunakan untuk permukaan pelat dan bagian lain yang tidak difinishing yang tidak dibekisting. Bila “floated finish” sudah cukup mengeras sehingga mencegah masuknya material halus tertarik ke permukaan, maka harus dimulai penyekopan, yang dilaksanakan dengantekanan kuat seperti akan meratakan bentuk permukaan floated yang berpasir dan menghasilkan permukaan yang rata yang lembab, bebas dari cacat dan tanda-tanda sekop. Ketidakteraturan permukaan yang diukur seperti ketentuan yang lebih dulu, harus sesuai dengan kebutuhan finishing F4. Pemercikan permukaan dengan semen kering atau material lain selama pelaksanaan finishing diperlukan untuk mengeringkan beton agar memudahkan penyekopan atau untuk tujuan yang lain, tidak diperbolehkan. 7.13.7 Perbaikan Permukaan Beton yang Cacat atau Rusak Beton yang cacat atau rusak harus dibongkar dan diganti dengan beton lain oleh Penyedia Jasa dan biayanya ditanggung Penyedia Jasa sendiri. Alinyemen yang tidak teratur karena kurangnya finishing pada permukaan, tonjolan bekisting atau

Pekerjaan Beton

ST VII-33

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

cacat yang lain harus diperbaiki dan biaya dtanggung oleh Penyedia Jasa. Sebelum pekerjaan akhir diterima, Penyedia Jasa harus membersihkan semua permukaan beton yang tampak dari semua noda, semen,

mortar atau

grouting dan semua noda yang tidak baik dihilangkan demi kepuasan Direksi. Perbaikan pada beton harus dilakukan oleh tenaga yang terampil. Penyedia Jasa harus terus berkonsultasi dengan Direksi, kapan perbaikan beton harus dilakukan dengan hadirnya Direksi kecuali bila Direksi tidak melakukan pengawasan. Penyedia Jasa harus memperbaiki semua cacat pada permukan beton, untuk menghasilkan permukaan yang sesuai dengan persyaratan. Kecuali bila sudah disetujui Direksi, perbaikan beton yang cacat harus diselesaikan dalam waktu 24 jam sesudah pengangkatan bekisting, atau untuk beton yang tidak dibekisting selama 24 jam sesudah pengecoran beton. Kecuali bila diperlukan perbaikan dengan damar epoxy, perbaikan tdak dilakukan dulu sampai 28 hari sesudah beton dicor. Noda harus dipindahkan dengan rapi dari permukaan yang mana penyelesaian B3 dan B4 yang disyaratkan dan noda juga harus dibersihkan dari permukaan yang

mana

penyelesaian

U2

dan

U3

disyaratkanBila

tonjolan

dan

ketidakteraturan melebihi pada batas yang disyaratkan di sub bab 5.16, pada permukaan yang dibekisting, dimana yang diperlukan adalah finishing selain F1, penonjolannya

harus

diperkecil

dengan

dipalu

atau

diratakan

sehingga

permukaan seperti yang disyaratkan. Beton yang rusak dan beton yang retak atau cacat karena tekanan permukaan yang melebihi, harus digali dan dibentuk lagi sehingga permukaan mempunyai garis batas seperti yang disyaratkan, atau harus dibongkar dan diganti dengan mortar kering atau beton seperti yang disarankan di sini. Pengisian lubang di permukaan,

dimaksudkan

untuk

mendapatkan

finishing

F1,

yang

akan

diperlukan bila lubang tersebut lebih dalam dari 25 mm, di dinding yang tebalnya kurang dari 30 cm atau lebih. Pembongkaran beton yang rusak dilakukan dengan mengkasarkan permukaan yang terbuka. Luas dan dimensi pengkasaran harus seperti yang disarankan Direksi. Lubang yang dikelupas tepi- tepinya harus tajam dan terkunci dan harus diisi sampai batas yang diperlukan, dengan mortar atau beton, seperti petunjuk Direksi. Bila yang dipakai untuk pengisian adalah beton, lubang yang dikelupas tidak lebih dari 8 cm dalamnya. Dry-pack yang berupa campuran yang sudah disetujui Direksi harus digunakan untuk mengisi lubang yang setidaknya punya 1 dimensi permukaannya dan tidak lebih besar daripada kedalaman lubang, bagi celah lubang sempit untuk perbaikan keretakan, lubang pipa grout dan untuk lubang-lubang ganjal penguat dari batang seperti tertera dalam spesifikasi. Drypack tidak dibenarkan bila dipakai untuk mengisi di sebelah penulangan atau untuk mengisi lubang yang membentang melalui bagian (section) beton.

Pekerjaan Beton

ST VII-34

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pengisian dengan mortar, yang ditempatkan dengan menggunakan “mortar

gun” dipakai untuk memperbaiki cacat-cacat yang terlalu lebar bila diisi dengan “dry- pack” dan terlalu dangkal bila diisi dengan beton dan tidak terlalu dalam dibandingkan dengan sisi paling ujung dari besi tulangan yang terdekat dengan permukaan. Mortar untuk penambalan harus terdiri dari satu bagian semen, 2 bagian pasir beton biasa dan air secukupnya, sehingga sesudah bahan-bahan dicampur, mortar akan menyatu bila dipadatkan dengan tenaga manusia. Mortar harus baru bila ditempatkan dan mortar tidak berguna dalam waktu 2 jam sesudah disiapkan, harus dibuang. Sebelum pemakaian mortar, permukaan di mana mortar harus disikat, dilembabkan lalu digosok dengan sedikit mortar, dengan sikat menggunakan kawat. Bila pembukaan yang dikelupas lebih dari 3 cm dalamnya, mortar harus dipakai pada lapisan yang tebalnya tidak lebih dari 2 cm, untuk menghindari ambles / penurunan. Sesudah tiap lapisan dilaksanakan, kecuali yang terakhir harus dilaksanakan dengan menggantinya sekop sehingga ikatan dengan lapisan berikutnya efektif. Finishing lapisan terakhir harus halus yaitu dengan sekop agar membentuk permukaan halus dengan beton disekelilingnya, dengan menambah sedikit air ke permukaan tambahan sudah jadi sehingga finishing menjadi halus, tetapi selain untuk ini tidak diperbolehkan menambah air lagi. Semua penambahan di permukaan yang tampak, harus bersih dan halus dan harus sedpat mungkin berwarna sama dengan beton penggabungnya. Semua tambalan harus terikat betul-betul ke permukaan opening yang dikelupas, harus baik dan tidak retak atau mengkerut. Pengisian dengan beton harus diperguna-kan untuk lubang yang meluas ke bagian beton, untuk lubang yang lebih besar dari 1000 cm2 dan lebih dalam dari 10 cm dan untuk lubang pada beton bertulang dimana luasnya lebih dari 500 cm2 dan yang mana diperluas melebihi penulangan yang paling dekat dengan permukaan. Kelas beton harus seperti yang disarankan oleh Direksi. Dalam memperbaiki kerusakan

atau beton yang cacat di lokasi

yang penting,

Penyedia Jasa harus mempergunakan bahan pengikat damar epoxy, sesuai saran Direksi. Semua cacat dan lubang yang diperbaiki dengan damar epoxy harus dikelupas lagi menjadi beton yang sempurna dan tepi lubang dibentuk empat persegi, dengan kedalaman minimum 3 mm. Persyaratan di bawah ini harus sesuai untuk melakukan perbaikan dengan damar epoxy walaupun bisa bervariasi tergantung kepada analisa situasinya. (a) Sebelum perbaikan dilaksanakan, permukaan beton pada lubang harus bebas dari semua kotoran yaitu dengan sandblasting, etching dengan larutan asam hidroklorik 5% atau cara lain yang disetujui Direksi. Bila etching dengan asam disetujui, segera setelah pembuihan berhenti, lubang harus digelontor dengan air baru yang bersih untuk menghilangkan asam, sehngga daerah itu bersih. Pekerjaan Beton

ST VII-35

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Permukaan lubang harus dipel bersih dan bila perlu, air dipermukaan harus dihilangkan dengan cara lain yang efektif. Permukaan lubang dan beton disekitarnya harus dikeringkan dan dipanaskan dengan menggunakan lampu (oxe-acetylene flame) yang sesuai untuk heate, “descalling tip”, “dry oil-free compressed air” atau dengan cara lain yang sudah disetujui Direksi. Pemanasan dan pengeringan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga mencegah kerusakan pada

beton

dan

sehingga lubang

bebas

dari

o

kelembaban di permukaannya, dan diperoleh suhu + 20 C dan tetap seperti itu sampai sekitar 30 menit. (b) Bila telah siap sesuai pasal sebelumnya, permukaan lubang harus dicat dengan satu atau dua lapis dengan damar epoxy seperti saran Direksi, yang dsiapkan dilembabkan sesaui petunjuk dari pabriknya. Damar epoxy dan filler yang telah disetujui, dipersiapkan sesuai petunjuk pabrik dan harus dipakai dipermukaan yang bersih tanpa damar epoxy, baja yang dikeringkan di permukaan yang halus dan dibiarkan lembab seperti pengarahan Direksi. Diperkirakan akan diperlukan pembasahan dengan suhu 20oC dalam waktu 24 jam. Selama saat itu, daerah tersebut harus tetap kering. (c) Damar epoxy yang tidak dipakai, bik yang diisikan atau yang tidak diisikan, harus dibuang bila syarat keplastisannya telah hilang. Damar yang lebih atau tumpah harus dibersihkan pada waktu dalam keadaan plastis. (d) Bila harus mempergunakan bekisting untuk mencetak campuran damar, juga material yang dipakai untuk bekisting harus sesuai dengan damar atau bekisting yang harus dilapisi dengan zat khusus. (e) Dalam hal melakukan finishing dengan damar epoxy, penggilingan yang diperlukan harus dilakukan dengan mempergunakan karbid silikon atau abrasif lain yang cocok. Kecuali untuk material yang dipakai untuk perbaikan dengan damar epoxy, semua material yang dipakai untuk memperbaiki beton harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi dan saran dari Direksi. Semua pengisian harus terikat ke permukaan lubang dengan baik dan harus bebas dari keretakan karena mengkerut dan daerah “drummy” sesudah pengisian dibasahi dan menjadi kering. Semua penambahan dan perbaikan harus terus dalam keadaan lembab untuk jangka waktu 7 hari dan dijaga agar tidak kena sinar matahari langsung, setidaknya 3

hari

sesudah diselesaikannya perbaikan atau

penambahan. Biaya semua material, tenaga kerja dan peralatan yang diperlukan dalam memperbaiki beton, harus ditanggung Penyedia Jasa.

Pekerjaan Beton

ST VII-36

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.13.8 Pengukuran dan Pembayaran untuk Pekerjaan Bekisting dan Finishing Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan bekisting untuk beton dibuat dalam satuan luasan m2 untuk permukaan bekisting dari beton seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Pengukuran termasuk lereng yang lebih curam dari 1 satuan vertikal dengan 2 satuan horisontal, dari permukaan bekisting dari construction

joint dan construction joint terlihat pada Gambar atau diinstruksikan Direksi dan dari permukaan bekisting dari blockouts dengan luas lebih besar dari 0.1 m2. Permukaan-permukaan berikut ini tidak akan diukur untuk pembayaran pekerjaan bekisting: (a) Permukaan yang tidak lebih curam dari 1 satuan vertikal dan 2 satuan horisontal, dengan bekisting ataupun tidak. (b) Permukaan material, struktur dan instalasi yang diperlukan tetap pada tempatnya setelah beton yang dipasang di atasnya mengeras. (c) Permukaan bekisting dari construction joint yang tidak ada dalam Gambar. (d) Bekisting yang digunakan untuk mengisi kelebihan volume galian. (e) Alur dan penyudutan pada sambungan-sambungan dimanapun. (f) Blockout yang mempunyai luas tidak lebih besar dari 0.1 m2. (g) Bekisting yang digunakan untuk construction joint dari beton lapisan permukaan konduit kecuali seperti yang ditentukan dalam Gambar (h) Permukaan lain yang ditentukan oleh Direksi Pembayaran bekisting dan perancah untuk beton bilamana diperlukan, dibuat dalam harga satuan m2 seperti yang ditenderkan untuk Daftar Kuantitas dan Harga, yang mana termasuk biaya untuk pekerja, perlengkapan dan material yang diperlu-kan untuk

pekerjaan pembekistingan yang

di

dalamnya termasuk

pembuatan (fabrication), pengecoran, perancah, pemindahan, pembersihan, perbaikan dan materia pekerjaan yang serupa.

7.14 BESI TULANGAN 7.14.1 Umum Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua besi tulangan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengiriman penulangan ini harus dijadwal agar Penyedia Jasa dapat memberi penyediaan yang mencukupi untuk memulai pemotongan dan pembengkokan penulangan untuk konstruksi, 60 (enam puluh) hari sebelum jadwal pengecoran beton di sekitar tulangan. Jadwal pengiriman didasarkan pada program pelaksanaan Penyedia Jasa secara rinci, termasuk amandemen (bila ada), dan ditinjau kembali oleh Direksi. Kecuali bila tercantum pada spesifikasi, besi tulangan harus menggunakan tulangan ulir (D-form) yang dibuat oleh pabrik yang sudah disetujui Direksi dan harus sesuai dengan JIS G 3112 atau ASTM A 15-16 atau standar yang Pekerjaan Beton

ST VII-37

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

sejenis yang disetujui Direksi. Penyedia Jasa harus menyiapkan dengan biayanya sendiri seluruh detil dari gambar penulangan. Gambar-gambar ini harus mencakup gambar letak tulangan, gambar pembengkokan tulangan, daftar tulangan dan gambar penulangan lain yang mungkin dibutuhkan untuk mendukung fabrikasi dan peletakan tulangan. Gambar-gambar tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum tahap fabrikasi dan peletakan. Detail konstruksi untuk penulangan dan jadwal pembengkokan tulangan harus disiapkan oleh Penyedia Jasa dan diserahkan pada Direksi untuk disetujui. Detil harus berdasar pada data akhir yang tergambar dalam Gambar. 7.14.2 Fabrikasi dan Pemasangan Penulangan harus ditempatkan sesuai dengan saran Direksi. Jarak antara tulangan dan permukaan beton serta detail kait, bengkokan, overlap dan angker, semuanya harus sesuai dengan standar yang tertera pada Gambar Penulangan. Sebelum penulangan ditempatkan, permukaan tulangan dan permukaan begel harus bersih dari karat, kotoran, minyak atau zat-zat lain yang menurut Direksi harus dibersihkan dari karat dan kotoran lain, sebelum diisi beton. Bila perlu, sesuai dengan arahan Direksi, tulangan yang telah dipasang sebelumnya dan terkena matahari harus dibersihkan dari karat dan reruntukan lain sebelum ditutupi dengan beton. Kecuali kalau tercantum pada gambar, tulangan harus ditempatkan dalam posisi yang tepat sehingga ada jarak yang tegas setidaknya 40 mm antara tulangan dan diantara pekerjaan baja yang diletakkan didekatnya sehingga tulangan tidak meleset letaknya pada waktu pengecoran beton. Dudukan, penggantung pengukur jarak dan penyangga dari logam atau beton yang lain harus disediakan dan dipakai Penyedia Jasa untuk menyanggah tulangan dan untuk menjaga jarak yang diperlukan dari permukaan bekisting atau pondasi. Penyangga dari beton,

bila dipakai, harus sesuai

dengan

persyaratan beton pada spesifikasi ini. Pengukuran jarak dari baja yang bisa menyebabkan karat dan mengotori permukaan yang sudah jadi, tidak dibenarkan untuk dipakai. Tulangan harus diikat pada semua perpotongan sesuai saran Direksi, dengan menggunakan kawat baja penguat dengan diameter 0.9 mm. Sambungan atau overlap pada tulangan harus dilakukan pada posisi seperti pada gambar, kecuali bila penggunaan sckrup kopel seperti yang dibutuhkan pada gambar yang disetujui tulangan harus dipukul-pukul pada semua overlap sesuai dengan saran Direksi. Pengelasan untuk sambungan atau overlap pada tulangan harus dilakukan atas persetujuan Direksi dan harus sesuai dengan JIS Z 3801 atau ASTM A 185. Pengelasan bertekanan gas, bila dipakai harus mengacu dengan JIS Z 3881 dan Z 3120. Untuk pengelasan tidak ada pembayaran secara terpisah.

Pekerjaan Beton

ST VII-38

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyedia

Jasa

harus

bertanggung

jawab

atas

ketelitian

pemotongan,

pembengkokan, dan penempatan penulangan. Penulangan diperiksa ukuran, bentuk, panjang, lokasi sambungan, posisi dan banyaknya, sesudah ditempatkan. Bila sesudah penempatan tulangan banyak waktu tertentu hilang, maka tulangan harus diperiksa lagi oleh direksi sebelum pengecoran beton. 7.14.3 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran untuk penyediaan, pemotongan, pembengkokan dan penempatan tulangan dilakukan berdasarkan berat tulangan yang dipasang pada beton sesuai dengan gambar dan saran direksi. Pembayaran untuk penyediaan, pemotongan, pembengkokan, dan penempatan tulangan dilakukan berdasarkan harga satuan per kilogram seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut termasuk biaya tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang tercantum dalam pasal ini. Harga satuan tersebut harus meliputi juga biaya pemasangan begel dan penyangga beton, logam atau penyangga lain, pembersihan dan pemeliharaan pada posisi semua tulangan dan biaya bila yang ini diperlukan. 7.14.4 Blockout Beton Beton penutup dalam beton harus dibangun, seperti tercantum pada Gambar atau seperti yang disarankan Direksi, untuk pemasangan dan penyetelan pekerjaan baja untuk peralatan mekanik yang harus dipasang pada beton. Blockout seperti itu harus diisi dengan beton klas A, kecuali kalau ada arahan Direksi sesudah pemasangan selesai. Sebelum pengecoran beton klas A pada blockout, permukaan beton harus dikasarkan dan dibersihkan. Pengasaran harus dilakukan dengan mengelupas (chipping) atau dengan cara lain yang disetujui, sehingga tidak meretakkan atau merusakkan beton yang ada di atas permukaan kasar. Sesudah dikasarkan, permukaan beton harus dibersihkan dan kondisinya harus baik dan cukup keras sehingga pemasangan peralatan mekanis antara beton yang sudah ada dan beton baru dijamin baik. Semua beton yang tidak keras, tidak lembab dan tidak awet harus dibongkar sampai kedalaman tertentu agar permukaan memuaskan. Sesudah membersihkan permukaan yang kasar sampai memuaskan Direksi, permukaan harus tetap dalam keadaan lembab setidaknya selama 24 jam sebelum pengecoran beton di blockout. Penyedia Jasa harus menempatkan beton pada blockout penutup sedemikian rupa agar ikatan dengan beton yang lama bagus dan menghasilkan sambungan yang baik dengan pekerjaan baja yang dipasang pada beton blockout dan untuk menghindari salah penempatan pada pekerjaan baja. Bila Direksi menyetujui, Pekerjaan Beton

ST VII-39

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

beton yang dipasang di blockout harus berisi “expander” untuk memperkecil kerutan berikutnya. Biaya untuk membuat permukaan beton di mana akan ditempatkan beton blockout, sudah termasuk dalam harga satuan beton klas A untuk blockout. Pengukuran untuk pembayaran blockout dilakukan berdasarkan dimensi seperti tercantum pada gambar. Pembayaran untuk beton blockout dilakukan dengan harga satuan per meter kubik seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga.

7.15 TOLERANSI PELAKSANAAN Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk pemasangan dan pemeliharaan bekisting beton dalam batas-batas toleransi dan harus merasa yakin bahwa pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan toleransi yang disyaratkan di sini. Pekerjaan beton yang melampaui batas toleransi ini harus di-bongkar atau diganti atas biaya Penyedia Jasa. (a) Toleransi Pelaksanaan untuk Pekerjaan Beton Perbedaan pada unting-unting, dari permukaan lengkung pada garis beton dan permukaan pada kolom tiang, dinding, bagian lengkung (arc sections) dan alur sambungan vertikal serta batas-batas yang menyolok adalah: 12 mm dalam 3 m 18 mm dalam 6 m 30 mm dalam 12 m (Untuk konstruksi dalam tanah, toleransinya 2 kali lipat). Perbedaan ketinggian atau tingkatan yang ditunjukkan pada Gambar, yaitu pada lantai, langit-langit, balok, alur sambungan horisontal dan pada batas- batas lain adalah: 6 mm dalam 3 m 12 mm dalam 10 m atau lebih (Untuk konstruksi dalam tanah, toleransinya harus 2 kali lipat). Perbedaan

garis-garis

bangunan

linear

dari

bagian

yang

ditetapkan

pada

perencanaan adalah: 12 mm dalam 6 m 18 mm dalam 12 m atau lebih Perbedaan dimensi potongan melintang untuk kolom, balok, dan ketebalan pelat dan dinding: Minus 6 mm Plus 12 mm Perbedaan unting-unting dan ketinggian pada ambang dan dinding samping untuk pintu dan alur trashrack: Pekerjaan Beton

ST VII-40

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

3 mm dalam 3 m Perbedaan tangga: 2 mm untuk naik 3 mm untuk tapak Variation dalam langkah-langkah berurutan: 2 mm untuk naik 3 mm untuk tapak (b) Toleransi Pelaksanaan untuk Penempatan Penulangan pada pelindung konduit berawal dari alinyemen atau kemiringan yang ditetapkan tetapi paralel padanya: 12 mm Variasi ketebalan lapisan pelindung pada setiap titik: Minimum 0 mm Maksimum, tidak ada batas dengan alasan yang ditentukan oleh Direksi Variasi dari dimensi bagian dalam 0.5% (c) Toleransi konstruksi untuk peletakan tulangan. Variasi untuk lapisan pelindung 6 mm dengan pelindung 60 mm Variasi dari jarak spasi yang ditentukan (terhadap satu baris tulangan) 25 mm (d) Toleransi konstruksi untuk peletakan sambungan dengan baja Minus 6 mm Plus 6 mm (e) Toleransi untuk Warna Beton Perubahan warna dengan tiba-tiba pada permukaan beton luar yang tampak oleh umum, tidak dibenarkan. Penyedia Jasa harus menjamin bahwa bila memungkinkan permukaan tersebut harus dengan warna, yang diperboleh- kan adalah perubahan secara bertahap.

7.16 BETON UNTUK SUMBAT KONDUIT PENGELAK Penyedia Jasa harus mengecor beton K-175 untuk sumbat dari konduit pengelak seperti ditunjukkan dalam Gambar. Sebelum pengecoran dari beton sumbat ini, Penyedia Jasa harus memindahkan pelat pelindung baja penyekat sementasi yang terpasang untuk menyambung isian sementasi dan irisan kayu tipis agar tersedia bidang geser yang dianggap cukup menurut saran Direksi. Plat baja yang dipindah dan irisan kayu tipis harus merupakan properti milik Pemberi Kerja. Permukaan lapisan beton pelindung Pekerjaan Beton

ST VII-41

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

harus dikasarkan dengan hati-hati sedemikian rupa sehigga tidak merusak outlet

grouting eksisting yang digunakan saat contact grouting sedang dilakukan. Untuk mengisi rongga-rongga antara lapisan permukaan konduit dan beton sumbat. Lapisan permukaan harus dibasahi tidak kurang dari 48 jam sebelum pengecoran beton sumbat. Sumbat konduit harus dibangun dalam 1.0 meter dari tumpangan dasar atau seperti yang ditunjukkan dalam Gambar, dengan waktu minimum yang dibutuhkan sebanyak 72 jam antara tumpangan

yang berurutan.

Tabung dinding yang tipis

dipasang pada

tumpangan beton sumbat seperti ditunjukkan dalam Gambar untuk penggunaan sirkulasi air melalui pipa-pipa untuk mengontrol temperatur beton yang sedang dicor. Penyedia Jasa harus menjamin bahwa seluruh klem atau pelapis antara beton lapis permukaan dan sumbat beton pada konduit pengelak harus sepenuhnya terisi dengan contact

grouting. Perlu dicatat bahwa pengaturan khusus harus dibuat untuk pemindahan bekisting bagian atas setelah sumbat selesai seperti yang ditunjukkan oleh Direksi. Pengukuran, untuk pembayaran dan pembayaran beton untuk penyumbatan dibuat dengan harga satuan per m3 yang ditenderkan untuk Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut untuk tenaga kerja, material dan perlengkapan termasuk mencacah

permukaan beton untuk bagian sumbat dan seluruh

pekerjaan yang

berkaitan dengannya. Sedangkan pembayaran untuk penyediaan dan perakitan sistem pendingin dibuat berdasarkan harga lump sum yang ditenderkan untuk Daftar Kuantitas dan Harga. Pengukuran,

untuk

pembayaran

dan

pembayaran

beton

untuk

bekisting

dan

2

penyelesaian akhir dibuat dengan mengacu harga satuan per m yang ditenderkan untuk Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut digunakan untuk seluruh tenaga kerja, material dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan ini. Pembayaran untuk sistem pipa untuk contact grouting dan grouting yang dicor antara lapisan beton pelindung dan beton sumbat dibuat dengan harga lump sum seperti yang dinyatakan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Pengukuran, untuk pembayaran dari instalasi dan pemindahan plat baja pelindung harus dibuat dengan dasar lump sum. Pembayaran untuk plat baja pelindung menggunakan harga satuan lump sum, yang mana termasuk biaya yang dibutuhkan untuk pemindahan, pengangkutan dan penyimpanannya sesuai dengan instruksi Direksi. Pengukuran, untuk pembayaran dari instalasi dan pemindahan irisan kayu tipis harus dibuat dengan dasar lump sum. Pembayaran untuk plat baja pelindung menggunakan harga satuan lump sum, yang mana termasuk biaya yang dibutuhkan untuk pemindahan, pengangkutan dan penyimpanannya sesuai dengan instruksi Direksi.

7.17 BETON UNTUK PEMBUNGKUS PIPA BAJA DAN SALURAN Area yang ditentukan untuk menempatkan pipa baja dan saluran yang akan dibungkus beton akan diisi secara keseluruhan dan padat dengan mutu beton yang ditunjukkan

Pekerjaan Beton

ST VII-42

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pada gambar perencanaan atau sesuai rekomendasi Direksi. Penyedia Jasa harus memastikan semua permukaan pondasi dimana beton ditempatkan dibersihkan sebelum penuangan beton, hingga beton tersebut dapat melekat pada pori pori batu atau beton yang dicor sebelumnya. Sebelum beton dicor, permukaan luar dari pipa baja dan saluran dibersihkan dari semua karat yang melekat, kerak atau material pengganggu lain, dan kondisi ini dijaga hingga beton ditempatkan. Pekerjaan pengelasan dan semua hal yang menyangkut penyambungan pipa baja dan saluran diselesaikan dengan persetujuan Direksi sebelum pipa baja dan saluran diselubungi beton. Semua pendukung temporer dan penopang harus dipindah-kan dari sekitar pipa baja dan saluran sebelum beton ditempatkan. Semua bagian pipa baja dan saluran yang akan diselubungi dengan beton harus ditopang dan dipasak dengan baja atau beton crandle sebagai penopang seperti yang ditunjukkan dalam gambar perencanaan atau menurut persetujuan Direksi. Lokasi pengelasan penopang atau pasak pada bagian luar pipa baja dan saluran tidak diperbolehkan. Temporary internal stiffeners untuk pipa dan saluran tidak boleh dipindahkan minimal 24 jam setelah beton dituangkan, kecuali atas persetujuan Direksi. Contact grouting yang akan dilaksanakan untuk mengisi rongga diantara pipa baja dan penutup beton. Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan beton, bekisting / finishing dan besi tulangan yang digunakan untuk selubung pipa baja dan saluran ditentukan dengan harga satuan sesuai dengan penawaran untuk pekerjaan tersebut yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, harga satuan tersebut telah meliputi: seluruh ongkos tenaga kerja, peralatan dan bahan selama melaksanakan pekerjaan tersebut. Pengukutan dan pembayaran untuk contact grout.

7.18 BETON UNTUK JEMBATAN SPILLWAY Jembatan spillway harus dibangun seperti jembatan beton yang sederhana dengan 1 bentang. Pelaksanaannnya bisa dengan menggunakan beton pracetak atau sesuai saran direksi. Pengukuran untuk pembayaran pembangunan jembatan dari beton untuk jembatan spillway dilakukan berdasarkan volume beton yang ada di tempat. Pembayaran tersebut dilakukan berdasarkan harga satuan per m3 seperti dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut termasuk biaya semua tenaga kerja, material dan peralatan, juga untuk bekisting tetapi tidak termasuk biaya menyediakan dan menempatkan tulangan, rel pengaman, dan perkerasan permukaan dengan mortar, untuk jembatan.

7.19 BETON UNTUK PEKERJAAN MENAMBAL Pekerjaan untuk bagian ini terdiri dari penempatan beton untuk pekerjaan menambal pada bagian yang retak atau bercelah yang ditemukan pada bendungan dan pondasi bangunan pelimpah. Lokasi dan bagian beton untuk pekerjaan penambalan harus sesuai Pekerjaan Beton

ST VII-43

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dengan pengarahan Direksi. Spesifikasi dari bab ini yang bisa diterapkan untuk beton bagi pekerjaan penambalan, juga bisa dipakai. Pengukuran untuk pembayaran beton pada pekerjaan penambalan, dilakukan sesuai dengan banyaknya beton yang ditempatkan seperti saran Direksi. Pembayaran untuk beton pada pekerjaan penambalan dilakukan berdasarkan harga satuan per meter kubik yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut termasuk biaya semua tenaga kerja, material dan peralatan, seperti bekisting kasar atau pekerjaan lain yang terkait yang diperlukan.

7.20 BETON UNTUK KONDUIT Beton untuk pelapisan konduit disesuaikan dengan spesifikasi yand disyaratkan, sedangkan untuk pengukuran dan pembayaran pembetonan, pekerjaan begesting dan penguatan jika ditampilkan, akan dibuat sama dengan spesifikasi pembetonan lainnya dan tidak ada sambungan beton sepanjang konduit yang berada di bawah timbunan material inti.

7.21 BETON PRECAST Penyedia Jasa diperbolehkan memilih penggunaan beton precast untuk beberapa item tertentu, seperti dinding parapet, kerbs pipe untuk culverts, lined drain ditches, dll. Jika Penyedia Jasa memutuskan untuk memilih

material

ini, mereka dapat membeli

dimanapun pada perusahaan penyedia beton precast yang mempunyai nama baik dikalangan kontraktor dilapangan. Dan jika material tersebut jadi terbeli, maka harus sesuai standart yang ada, seperti JIS A 5302- 1975 untuk pipa beton, atau yang setara dengan persetujuan Direksi. Jika Penyedia Jasa memutuskan menggunakan precast untuk penyelesaian di lapangan, mereka harus menyampaikan detailnya kepada Direksi sedikitnya 45 hari sebelum unit beton precast dibuat. Detail tersebut mencakup metoda yang digunakan dalam memproduksi unit tersebut seperti tipe

prestress sistem, tipe

kawat atau

kabel prestress, ukuran agregat,

campuran beton, tulangan baja, bekisting, penempatan,

finishing, pembasahan,

penanganan, pengangkutan, penyimpanan, pemasangan, dll. Saat menerima detail tersebut Direksi akan meninjau ulang hal tersebut dan jika modifikasi yang dilakukan Penyedia Jasa memuaskan maka akan disetujui, sesuai dengan spesifikasi yang dimasukkan tersebut. Seluruh unit beton precast yang dibeli oleh Penyedia Jasa harus mematuhi spesifikasi yang telah disetujui tersebut.

7.22 CONSTRUCTION DAN CONTRACTION JOINT 7.22.1 Construction Joint Permukaan beton dimana nantinya beton baru melekat, merupakn permukaan yang telah kaku, sehingga beton baru nantiya tidak dapat menyatu secara integral Pekerjaan Beton

ST VII-44

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dengan beton yang ada sebelumnya, untuk itu perlu diperlakukan sebagai sambungan konstruksi. Beberapa sambungan yang ditunjukkan dalam gambar dengan garis menerus ataupun putus putus merupakan construction joint utama. Construction joint ini tidak dapat dirubah dan beton tidak akan ditempatkan pada sambungan selama 3 hari untuk ketebalan dibawah 90 cm dan 7 hari untuk beton dengan ketebalan di atas 90 cm, kecuali atas persetujuan Direksi. Urutan penempatan sambungan untuk konstruksi utama ini mengacu pada gambar, dan tidak akan berubah kecuali atas pengarahan dari direksi.

Construction joint lain yang ditempatkan bukan pada sambungan utama, mengacu pada

persetujuan

dari

direksi.

penempatan

construction joint

ditunjukkan

dalam gambar,

Penyedia jenis

dengan

ini

Jasa dan

diperbolehkan urutan

syarat bahwa

mengatur

pengecoran

Penyedia

Jasa

yang telah

menyesuaikan tulangan, dan direksi telah menyetujui dan tanpa menambah beban biaya pada pemberi kerja. Sebagai tambahan, construction joint tersebut ditunjukkan dalam gambar, Penyedia Jasa harus menyiapkan gambarnya sendiri yang menunjukkan lokasi dari construction joint yang mana diinginkannya untuk dibuat termasuk urutan pengecoran beton. Penulangan yang diperlukan harus pula didetilkan dalam gambarnya

sedemikian

rupa sehingga cocok dengan titik sambung. Bila

disetujui, seluruh pekerjaan yang dibutuhkan dan berhubungan harus dibuat tanpa biaya tambahan pada Pemberi Kerja.

Construction Joint harus sedemikian horisontal atau vertikal kecuali selain yang ditunjukkan dalam Gambar atau dinyatakan oleh Direksi dan harus diberikan bentuk yang telah dinyatakan sebelumnya tentang penggunaan bekisting, bila perlu, atau dengan maksud lain yang akan menjamin sambungan yang cocok dengan pekerjaan berikutnya; asalkan, selain yang ditunjukkan dalam Gambar,

keyway tidak diperlukan pada construction joint. Seluruh persimpangan dari construction joint dengan beton permukan yang mana sengaja untuk diperlihatkan harus dibuat lurus, datar atau rata. Permukaan dari construction joint harus dijaga bersih dan lembab ketika diselubungi dengan beton segar atau mortar. Kebersihan harus mencakup pembuangan seluruh beton rusak atau cacat, lapis pelindung (coating), pasir dan senyawa penutup (sealing compound) bila dipakai, dan material asing lainnya. Permukaan seluruh construction joint harus dikasarkan dan dicuci. Pengasaran dan pencucian harus dilakukan pada kesempatan akhir sebelum pengecoran beton.

Permukaan dari

seluruh

penutup harus dicuci seluruhnya

construction joint, termasuk dengan air bertekanan

permukaan

udara sebelum

pengecoran atau penyambungan beton. Seluruh genangan air harus dibuang dari permukaan construction joint sebelum beton baru dicor.

Pekerjaan Beton

ST VII-45

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Biaya construction joint harus termasuk dalam harga satuan per m3 yang ditenderkan

untuk

Daftar

Kuantitas

dan

Harga

Beton

yang

mana

membutuhkan titik sambung. Tidak ada construction joint (sambungan) pada pekerjaan beton konduit pengelak di posisi sepanjang bagian bawah timbunan material inti pada tubuh bendungan. Pada posisi tersebut beton konduit pengelak dikonstruksi menerus. 7.22.2 Contraction Joint Contraction joint harus diletakkan dan dibuat sesuai dengan gambar atau sesuai dengan saran dari Direksi. Sambungan harus dibuat dengan memasang bekisting beton pada salah satu sisi sambungan dan dipasang sebelum beton ditempatkan pada sisi sambungan yang lain. Permukaan beton yang ditempatkan pertama kali pada “Contraction joint”, harus dibersihkan dan dilapisi dengan lapisan pembasahan untuk memecahkan ikatan, sebelum beton di sisi sambungan yang lain di tempatkan. Biaya untuk contraction joint termasuk harga satuan per meter kubik seperti tertera pada Rencana Biaya Pekerjaan untuk beton yang memerlukan sambungan seperti itu. 7.22.3 Expansion Joint Filler Penyedia Jasa harus meletakkan elastic joint filler seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau seperti yang diinstruksikan oleh Direksi. Material elastic

joint filter harus merupakan tipe expanded polystrene dan berstandar ASTM D 2125 kelas 1, grade 15, atau yang setara dan disetujui serta cukup tebal untuk menutup seluruh celah atau rongga. Penyedia Jasa harus memotong dan membuat

joint filter agar cukup menutup seluruh lubang seperti yang

ditunjukkan dalam Gambar atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi. Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan pemasangan dan penyediaan elastic

joint filter dibuat berdasar luasan yang telah dipasang dalam satuan m2 yang ditentukan dengan dimensi seperti terdapat dalam Gambar atau seperti yang disetujui oleh Direksi. Pembayaran untuk elastic joint filter dibuat dalam jumlah luasan m2 yang diukur seperti disebutkan di atas dengan harga satuan dinyatakan dalam Daftar Harga dan Kuantitas, yang mana harga satuan untuk elastic joint filter itu harus termasuk seluruh biaya tenaga kerja, peralatan, memasang dan materialmaterial

dan

termasuk

pula

penyediaan,

pengangkutan,

pembuatan,

pemasangan elastic joint filter dengan pelapis aspal dan materi pekerjaan lain yang diperlukan untuk melengkapi pekerjaan.

Pekerjaan Beton

ST VII-46

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.23 WATERSTOP 7.23.1 Umum

Waterstop dengan Tipe A (lebar 300mm) dan Tipe B (lebar 200 mm), harus disediakan Penyedia Jasa dan ditempatkan pada posisi seperti dalam gambar atau seperti pengarahan dari Direksi. Tidak ada penggunaan Waterstop pada pekerjaan beton sepanjang konduit di bawah timbunan inti karena tidak ada sambungan beton di tempat tersebut.

Waterstop harus dari material plastik yang memenuhi persyaratan JIS K 6773 atau standar lain dan terlebih dahulu harus disetujui Direksi. Untuk jalur Waterstop yang harus ditempatkan pada contraction joint, harus diperhatikan betul-betul agar terpasang dengan tepat. Yang harus lebih diperhatikan adalah

pengisian

beton

pada

jalur

bagian

bawah.

Dalam

mencetak beton di bawah harus Waterstop pada titik-titik yang kritis ini, beton harus divibrasi betul-betul sehingga bisa mengalir dengan arah sejajar dengan sambungan. Dan waterstop harus divibrasi, bila cukup berat untuk menahan vibrasi tanpa ada kerusakan atau pemindahan. 7.23.2 Sambungan Waterstop Banyaknya sambungan pada waterstop harus sesedikit mungkin, dan semua sambungan dan belokan harus dibuat sesuai dengan Gambar atau sesuai dengan saran Direksi. Banyaknya sambungan yang lurus harus dibuat seminimal mungkin dan semua sambungan “T”, “Cross” dan “L” harus buatan dari pabrik atau dibuat di bengkel Kontraktor yang berada di lapangan, sesuai saran dari Direksi. Peralatan yang dipakai untuk membuat sambungan (di bengkel lapangan) pada waterstop adalah polivinil klorid yang disetujui Direksi. Semua sambungan harus dibuat di bawah alat pengontrol suhu seperti spesifikasi pabrik sedemikian rupa sehingga menjamin hal-hal sebagai berikut: (a) Bahwa material tidak rusak karena panas, tegangan atau karena pemakaian material semen (b) Bahwa sambungan mempunyai kekuatan tarik (tensile stress) tidak kurang dari 80% yang diperlukan material (c) Sambungan kedap air dan (d) Perkuatan (rib) dan bola tengah (central bulb), harus cocok betul dan rata. 7.23.3 Penyimpanan dan Pemasangan Semua waterstop harus disimpan di suatu tempat yang cukup dingin dan tidak dibenarkan diletakkan di tempat terbuka dan kena sinar matahari. Semua

waterstop harus disimpan sedemikian rupa sehingga memudahkan sirkulasi udara secara bebas.

Pekerjaan Beton

ST VII-47

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyedia Jasa harus menyediakan penyangga dan pelindung pada waktu pekerjaan sedang dilaksanakan, untuk melindungi waterstop dari kerusakan atau menjadi melengkung.

Waterstop harus dipasang dengan lebar yang sama dengan material yang dipasang pada beton, pada masing-masing sisi sambungan. Beton harus ditempatkan secara hati-hati dan divibrasi di sekitar waterstop, untuk meyakinkan pengikatan yang sempurna antara beton dan semua daerah disekitar waterstop dipasang. Sesudah pemasangan, dan sebelum dipasang pada beton, waterstop harus dilindungi dari sinar matahari langsung.

Waterstop harus mempunyai kekuatan yang memadai sehingga tetap berada di posisinya pada waktu pembetonan. Tipe waterstop harus sesuai dengan lokasi bangunan di mana waterstop dipasang dan polanya harus sedemikian rupa sehingga beton bisa ditempatkan di sekitarnya dengan konsolidasi yang baik, tidak ada bagian yang kosong atau rongga-rongga.

Waterstop yang dipakai pada setiap lokasi, sudah termasuk setidak-tidaknya satu jalur paku yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga efisiensi penutup (seal ) tidak terganggu, dan mempunyai ketebalan minimum 5 mm seperti yang disetujui Direksi. Lebar penutup harus dalam toleransi 12 mm dari lebar nominal jalur paku. 7.23.4 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran untuk penyediaan dan penempatan waterstop, dilakukan berdasarkan panjang waterstop yang berada di tempat, tanpa ada pembayaran untuk overlap pada sambungan, celah dan perpotongan. Waterstop yang dipasang oleh Penyedia Jasa pada construction joint pada lokasi yang lain dari yang tercantum pada gambar atau sesuai saran Direksi, tidak dilakukan pengukuran untuk pembayarannya. Pembayaran

untuk

penyediaan

dan

pemasangan

Waterstop

dilakukan

berdasarkan harga satuan per meter panjang seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut termasuk biaya penyediaan semua material, tenaga kerja dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini.

7.24 BANTALAN TUMPU ELASTOMER 7.24.1 Umum Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang seluruh bantalan tumpu

elastomer untuk tumpuan jembatan spillway seperti ditunjukkan dalam Buku Gambar dan yang lainnya seperti diarahkan oleh Direksi. Material yang dipakai dan metode yang diterapkan pada bantalan tumpu elastomer harus mengacu pada spesifikasi yang ada pada paragraf ini. Pekerjaan Beton

ST VII-48

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.24.2 Bantalan Tumpu Elastomer Bantalan tumpu elastomer yang diusulkan harus bantalan besi cor non-laminasi, yang dicor dalam cetakan dengan tekanan dan panas. Bantalan tumpu harus direkatkan dengan plat baja anti karat pada permukaan atas dan bawahnya. Variasi ketebalan dari bantalan tumpu elastomer, diukur pada dua titik sembarang tidak mencapai 0,8 mm. Bantalan harus dipasang dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal pembuatan. Penyedia Jasa harus menyerahkan pada Direksi usulan penggunaan 60 hari sebelum menggunakan detil dari usulan metode pembuatan dan contoh pengujian dari bantalan tumpu elastomer. Bantalan harus memiliki kondisi fisik seperti berikut ini: Kekerasan, ASTM D1415, I.R.H.D atau 60 + 5, atau 50 + 5, atau seperti yang diperintahkan, Kuat tarik, ASTM D412, perpanjangan minimum waktu putus, minimum persen 300% untuk 70 kekerasan 400% untuk 60 kekerasan 500% untuk 50 kekerasan Pengujian koyak, ASTM D624-Die “C”, minimum 45 kg/cm2 Set Tekanan, ASTM D3395, 24 + 0 jam Pada 70C- Metode B, -2, di bawah defleksi konstan, maksimum persen 25 Kekakuan Suhu Rendah, ASTM D1053, pada suhu - 40C, Efek penuaan demgam oven, 14 hari pada suhu 70oC, ASTM D573 Kekerasan, titik perubahan, maksimum Kuat tarik, % perubahan, maksimum Perpanjangan saat putus, % perubahan, maksimum Ketahanan terhadap Ozon, ASTM D1149 p.p.m ozon dalam udara dengan volume, 100 jam, ketahanan 20% pada 40+1C Penyedia Jasa harus menyimpan bantalan tumpu elastomer dengan suatu cara yang mana dapat mencegah kerusakan, seperti yang telah disetujui oleh Direksi. 7.24.3 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran, untuk pembayaran, dari penyediaan dan pemasangan bantalan tumpu elastomer dibuat sesuai dengan jumlah bantalan dan plat yang diletakkan seperti ditunjukkan dalam gambar atau yang diinstruksikan oleh Direksi. Pembayaran untuk penyediaan dan pemasangan bantalan tumpu elastomer dibuat dalam harga satuan tiap jumlah yang ditenderkan dalam Daftar Harga dan Pekerjaan Beton

ST VII-49

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kuantitas, yang mana harga satuan sudah termasuk biaya tenaga kerja, material dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh Buku Spesifikasi ini.

Pekerjaan Beton

ST VII-50

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB VIII PEKERJAAN JALAN

8.1

UMUM Penyedia Jasa harus membangun jalan masuk seperti tercantum dalam gambar dan sesuai dengan saran dari Direksi. Selain itu Penyedia Jasa bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan berbagai konstruksi jalan sementara dan jalan akses. Macam pekerjaan yang terkait dengan konstruksi jalan seperti pengontrolan dan pembuangan air, galian dan timbunan kembali, timbunan, drainasi, pekerjaan beton, Lapis Pondasi Bawah (LPB) / Lapis Pondasi Atas (LPA) dan Lapis Permukaan (LP), guard railing dan sebagainya, harus sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada bab ini dan bab lain yang berkaitan dengan masalah ini. Dalam hal alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal, direksi akan menyediakan gambargambar untuk Penyedia Jasa, dimana gambar-gambar tersebut menunjukkan lokasi-lokasi dari titik perpotongan garis-garis kemiringan. Gambar-gambar tersebut juga menunjukkan data-data dari lengkung horisontal dan lengkung vertikal termasuk bagian transisi serta tingkat superelevasinya, bila hal ini diperlukan. Penyedia Jasa harus mengawasi pekerjaan dan sebelum dimulainya pekerjaan harus ada persetujuan dari Direksi. Bila menurut Direksi, perlu dibuat modifikasi kemiringan atau alinyemen, sebelum atau sesudah pengawasan, maka direksi akan menyampaikan petunjuk secara detail kepada Penyedia Jasa akan modifikasi itu dan Penyedia Jasa harus memperbaiki dan nantinya dikonsultasikan lagi kepada direksi untuk mendapat persetujuan. Syarat ini harus dipenuhi tanpa ada pembayaran tambahan. Syarat-syarat untuk drainasi harus meliputi pembangunan saluran pembuangan, cross drains dan gorong-gorong. Penyedia Jasa juga harus melengkapi “templates” dan “straightedges” untuk mengontrol permukaan perkerasan yang sudah selesai. “Templates” dan “straightedges” ini harus diserahkan kepada Direksi, untuk disetujui dan setiap waktu harus dipelihara Penyedia Jasa, agar menghasilkan profil potongan melintang yang benar. Bila perlu, dikontrol setiap interval, diperbaiki dan diatur seperti saran Direksi. Penyediaan dan pemeliharaan “templates” dan “straightedges” tidak dilaksanakan pembayaran secara langsung, tapi semua biaya yang ada termasuk dalam harga penawaran yang dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga, untuk konstruksi jalan. Gradasi, pengaturan kelembaban, kepadatan, penempatan, pemadatan dan syarat-syarat pemakaian aspal untuk timbunan, lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas, dan lapis permukaan harus dilaksanakan seperti yang dicantumkan di sini. Tetapi Direksi berhak untuk mempertimbangkan persyaratan ini, dan untuk hal ini tidak ada perubahan dalam

Pekerjaan Jalan

ST VIII-1

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

harga satuan untuk pekerjaan seperti ini, seperti dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

8.2

PENGONTROLAN DAN PEMBUANGAN AIR Pengontrolan dan pembuangan air selama pelaksanaan konstruksi jalan masuk dikerjakan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Spesifikasi Bab 1. Pembayaran untuk pengontrolan dan pembuangan air selama pekerjaan galian dan pekerjaan timbunan tidak dilakukan secara terpisah tetapi sudah termasuk didalam harga satuan yang sesuai masing-masing pekerjaan seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

8.3

PEMBERSIHAN Lahan dimana dibangun jalan, yaitu selebar satu (1) meter di luar semua bagian yang dipotong dan satu (1) meter dari ujung-ujung timbunan jalan raya, dan tanah di sepanjang saluran samping (drain ditch), harus dibersihkan dari pepohonan, semaksemak, sampah dan barang-barang lain yang tidak dikehendaki. Permukaan tanah di bawah timbunan jalan, harus dibersihkan dari bonggol pohon, akar-akaran dan bendabenda lain kecuali tanah yang berada minimum satu (1) meter di bawah sub grade atau kemiringan timbunan. Semua bahan hasil pembersihan harus dibuang dengan cara sama seperti yang telah diuraikan atau seperti saran dari Direksi. Semua kayu hasil pembersihan lokasi yang telah dibuang tetap menjadi milik Direksi. Pengukuran untuk melaksanakan pembayaran pekerjaan pembersihan, didasarkan per m2 lahan yang dibersihkan dengan batas-batas seperti tertera pada gambar atau seperti yang ditetapkan Direksi. Lahan yang tidak diperlihatkan pada perencanaannya tidak diukur dan tidak dibayar. Pembayaran untuk pekerjaan pembersihan tersebut dilaksanakan berdasarkan harga satuan seperti dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga. Pembayaran tersebut meliputi kompensasi untuk tenaga kerja, peralatan dan material termasuk pengangkutan, pembuangan dan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

8.4

PEKERJAAN DRAINASI DAN PEKERJAAN BETON Semua pekerjaan drainasi untuk jalan masuk permanen seperti saluran pembuangan (drain ditches) and catch basin, gorong-gorong pipa beton dan cross drains termasuk concrete headwalls, side walls dan aprons, pipa drain PVC dan sebagainya, dibangun sesuai dengan yang ada di Gambar. Spesifikasi detail yang menguraikan tentang saluran pembangunan, catch basins goronggorong dan cross drains, headwalls dan sebagainya, untuk jalan masuk termasuk pengukuran dan pembayarannya, seperti tercantum pada bab Drainasi dan Bab Pekerjaan

Pekerjaan Jalan

ST VIII-2

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Beton. Spesifikasi pada bab ini harus disesuaikan dengan bab-bab tersebut. Penyedia Jasa harus membangun parit (ditches) dan gorong-gorong seperti yang terdapat pada Gambar. Untuk menjaga agar timbunan lapis pondasi bawah dan atas bebas dari air selama waktu pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus melengkapinya dengan drainasi, dengan membangun parit-parit dan gorong-gorong sehingga drainasi tersebut bisa beroperasi sebelum pekerjaan timbunan dan perkerasan dimulai. Sarana drainasi ini harus bersih dan dirapikan pinggirnya sehingga arus air berjalan lancar selama periode kontrak. Apabila ada kerusakan yang disebabkan drainasi yang kurang baik atau kegagalan fungsi drainasi maka Direksi akan memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk memperbaiki kerusakan tersebut dan biaya ditanggung Penyedia Jasa. Pembayaran pekerjaan drainasi dan pekerjaan pembetonan yang terkait, didasarkan pada harga satuan yang dicantumkan di Daftar Kuantitas dan Harga.

8.5

GALIAN

8.5.1 Umum Semua klasifikasi material (tanah dan batuan) yang ditemukan dalam penggalian jalan harus digali sampai ke kemiringan dan batas seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau disarankan Direksi. Spesifikasi detil mengenai penggalian untuk jalan masuk, termasuk pengukuran dan pembayarannya, seperti tercantum pada bab 3 Pekerjaan Galian Timbunan. Spesifikasi pekerjaan ini harus sesuai dengan bab di atas. Bila subgrade berada pada potongan tanah biasa maka harus dibentuk potongan melintang yang tepat dan bila diperlukan dibentuk profil memanjang, tetapi pada kemiringan yang lebih tinggi dari pada tingkat kemiringan akhir (final) dimana dimungkinkan adanya pengaruh pemadatan. Material harus dipadatkan dengan roller yang sudah disetujui Direksi dan kadar air harus disesuaikan sebelum pemadatan yaitu dengan penyiraman air dengan menggunakan truck sprinkler atau cara lain yang sudah disetujui Direksi atau mungkin dengan mengeringkan bila perlu agar menghasilkan pemadatan seperti yang dikehendaki. Apabila subgrade berada pada potongan batuan, maka batuan harus digali dengan rapi sehingga didapat potongan melintang dan profil memanjang yang tepat dan diperiksa dengan “straightedges”. Tidak ada pembayaran bagi penggalian pada batuan di bawah permukaan kemiringan. Penyedia Jasa harus menyingkirkan semua batuan lepas (loose) dan bila perlu meningkatkan kemiringan hingga diperoleh permukaan yang tepat yaitu dengan menambahkan bahan bergradasi yang dipadatkan dengan roller. Batuan tidak boleh lebih dari 4 cm di atas kemiringan yang diijinkan pada pekerjaan ini. Material yang digali dalam batas-batas jalan masuk, harus secara efektif dimanfaatkan untuk formasi timbunan jalan kecuali ditentukan lain oleh direksi. Batuan galian yang lebih setelah dimanfaatkan timbunan jalan, harus dibuang sesuai dengan yang Pekerjaan Jalan

ST VIII-3

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tercantum pada Bab 3. Galian dan Timbunan. 8.5.2 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran untuk pembayaran bagi setiap klasifikasi material yang dipindahkan dari penggalian

untuk jalan

masuk,

dilaksanakan

berdasarkan

batas

dan

tingkat

kemiringan seperti tercantum dalam gambar atau seperti yang disarankan Direksi dan pengukuran seperti itu harus didasarkan pada permukaan tanah asli sebelum dilaksanaan penggalian dan pada permukaan yang digali seperti yang disetujui Direksi, seperti diuraikan pada bab 3. Klasifikasi material galian akan ditentukan hanya berdasarkan analisa dan pertimbangan dari Direksi. Pembayaran setiap klasifikasi material galian untuk jalan masuk dilakukan berdasarkan harga satuan per m3 seperti dicantumkan di Daftar Kuantitas dan Harga dan sesuai dengan Bab 3. Galian dan Timbunan.

8.6

TIMBUNAN

8.6.1 Umum Timbunan untuk jalan masuk harus dibangun di lokasi-lokasi yang mana trase jalan (lines), kemiringan dan dimensinya seperti tercantum dalam Gambar atau seperti yang disarankan Direksi. Material tanah untuk timbunan jalan masuk terdiri dari material dari hasil galian jalan masuk, atau dari daerah lain seperti disarankan oleh Direksi, dan harus bebas dari semak-semak akar-akaran, tumbuh-tumbuhan atau batu-batu besar serta material lain yang tidak sesuai. Material ini tidak boleh ditempatkan pada bagian jalan yang akan ditimbun kecuali bila pondasinya sudah siap dan sudah disetujui Direksi. Sesudah pemadatan, gradasi dari material timbunan harus sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Direksi. Gradasi material tersebut dapat dimodifikasi selama pelaksanaan pekerjaan tersebut 1)

Ukuran partikel maximum 30 cm.

2)

Material, yang ukuran partikelnya masuk dalam interval antara No 4 (4.76 mm) dan 30 cm jumlahnya sebaiknya kurang dari 50 % dari total material.

3)

Material yang ukuran partikelnya lebih kecil dari No 200 sebaiknya jumlahnya lebih besar dari 5 % total material.

8.6.2 Pengaturan Kadar Air dan Kepadatan Kecuali disetujui sebaliknya atau ditentukan oleh Direksi, kadar air bahan timbunan selama dan sesudah pemadatan, harus berkisar antara minus empat (4)% sampai plus dua (2)% dari kadar air optimal dan harus seragam di setiap lapisan timbunan yang Pekerjaan Jalan

ST VIII-4

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dipadatkan. Kadar air optimal bahan timbunan adalah kadar air yang menghasilkan berat isi kering (dry density) maksimum yang didapat dari hasil tes pemadatan. Kadar air dan kadar air optimal dari material yang ditempatkan di bagian timbunan jalan, harus ditentukan oleh direksi dari pemilihan contoh secara acak (random). Apabila kadar air yang ditentukan dari contoh tidak memenuhi syarat spesifikasi, Penyedia Jasa harus mengusahakan agar material sedemikian rupa sehingga kadar airnya mencapai syarat yang diperlukan, yang nantinya ditunjukkan lagi dari hasil serangkaian tes. Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk memperoleh kadar air yang ditentukan untuk timbunan jalan masuk dan untuk itu Penyedia Jasa harus menerapkan metode yang disetujui direksi. Setiap lapisan timbunan harus dipadatkan tidak kurang dari 92% berat isi kering maksimal, sesuai dengan ASTM D 698, JIS A-1210 atau standar lain yang disetujui Direksi. 8.6.3 Penempatan Timbunan dan Pemadatan Timbunan jalan harus diletakkan dalam lapisan horizontal menutupi semua lebar timbunan sampai kemiringan yang diinginkan. Ketebalan setiap lapisan sebelum pemadatan tidak boleh lebih dari 30 cm. Setiap lapisan harus dipadatkan dengan vibrator atau roller seperti saran Direksi. Timbunan jalan tidak boleh diperlebar dengan bahan lepas (loose) yang ditumpahkan dari atas. Untuk memperoleh konsolidasi timbunan maksimum alat yang dijalankan di atas timbunan jalan pada waktu pelaksanaan konstruksi harus diatur rutenya. Dalam

mengangkut,

menyebarkan

dan

memadatkan

material

untuk

timbunan,

Penyedia Jasa harus melaksanakannya sedemikian rupa sehingga distribusi dan kemiringan material bisa diterima. Kepadatan harus sama di setiap lapisan pemadatan. Harus dihindari adanya kantung batuan atau gugusan batuan yang akan mengganggu pemadatan material. Bila setiap lapisan material sudah dibuat sedemikian rupa sehingga kadar air sesuai dengan spesifikasi, kemudian dipadatkan dengan roller sampai berat isi kering dari semua lapisan sama atau lebih tinggi dari berat isi kering yang dipersyaratkan. Detail mengenai tipe-tipe roller yang akan dipakai Penyedia Jasa, harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Pembebanan,

pengoperasian dan

kecepatan jalannya

roller

harus menghasilkan

kepadatan yang disyaratkan. Pada perbatasan antara lintasan roller terdahulu dan yang baru harus terjadi overlap selebar tidak kurang 50 (lima puluh) cm. Bila yang dipakai pada suatu lapisan pengisian lebih dari satu roller, maka tipe roller ataupun dimensinya harus sama. Pekerjaan Jalan

ST VIII-5

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Traktor yang dipakai untuk menarik roller harus bertenaga cukup besar sehingga bisa menarik roller dengan baik terutama kalau dibebani beberapa drum yang penuh. Apabila menurut Direksi permukaan lapisan material yang sudah dipadatkan terlalu kering atau halus untuk dapat digabungkan dengan lapisan berikutnya, oleh karena itu lapisan material tersebut harus dilembabkan dan / atau dikerjakan dengan garu, penggaruk atau dengan peralatan lainnya yang sesuai, dalam cara-cara yang disetujui hingga kedalaman yang cukup untuk mendapatkan permukaan yang diinginkan sebelum lapisan material berikutnya ditempatkan. Apabila menurut Direksi permukaan lapisan material yang sudah dipadatkan terlalu basah untuk kepadatan lapisan material yang tepat maka lapisan tersebut harus dipindahkan dan dikeringkan atau dikerjakan dengan garu atau penggaruk atau dengan alat lain untuk mengurangi kadar air sampai ke tingkatan yang ditentukan, lalu dipadatkan ulang sebelum lapisan material berikutnya ditempatkan. Tidak diadakan penyesuaian harga satuan sebagai akibat tambahan pekerjaan seperti diperlukan pada sub-paragraph ini. Bila Penyedia Jasa merasa yakin bahwa jumlah lintasan roller yang dilewatkan di permukaan untuk mencapai kepadatan seperti yang disyaratkan maka Penyedia Jasa harus meminta Direksi untuk mengadakan tes kepadatan di lapangan untuk mengetahui hasilnya. Hasil tes tersebut harus sesuai dengan JIS A-1214., ASTM D 1556 atau metode lain yang disetujui Direksi. Sesudah dilaksanakan tes, Direksi akan memberitahu Penyedia Jasa mengenai hasilnya dan kalau sudah diperoleh kepadatan seperti yang disyaratkan, Direksi akan mengijinkan Penyedia Jasa memulai menempatkan dan memadatkan lapisan berikutnya. Apabila material timbunan ditimbun hanya pada satu sisi dinding atas gorong-gorong dan sebagainya, daerah yang sangat berdekatan dengan bangunan harus dijaga agar tidak dipadatkan sampai pada tingkatan yang akan menyebabkan overturning atau tekanan yang berlebihan pada bangunan. Material timbunan jalan harus ditempat-kan di sepanjang jalur subgrade seperti tercantum dalam Gambar dan harus dirapikan pinggirnya sampai permukaan-nya punya toleransi + 3 cm setiap lebar 5 m. Bagian jalur subgrade manapun yang sudah diselesaikan harus dilindungi terhadap kekeringan dan keretakan atau dari kerusakan apapun yag diakibatkan kelalaian Penyedia Jasa, harus diperbaiki sesuai yang disarankan Direksi, tanpa adanya pembayaran tambahan. 8.6.4 Pengukuran dan Pembayarannya Pengukuran, untuk melaksanakan pembayaran timbunan jalan masuk, didasarkan pada material

yang

dipadatkan

pada

batas

timbunan

jalan

dan kemiringan

seperti

tercantum dalam gambar atau seperti yang disarankan oleh Direksi. Pembayaran untuk timbunan jalan masuk didasarkan pada harga satuan per m3 seperti

Pekerjaan Jalan

ST VIII-6

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut meliputi biaya tenaga kerja, peralatan dan bahan, termasuk penggalian, pengangkutan, penempatan, penyebaran, pengeringan atau pembasahan (seperti yang diperlukan), pemadatan, levelling serta pengujian-pengujian, sesuai dengan yang diuraikan pada spesifikasi.

8.7

LAPIS PONDASI BAWAH (SUB-BASE COURSE) TERMASUK BAHU JALAN

8.7.1 Umum Penyedia Jasa harus melaksanakan pembangunan lapisan pondasi bawah dengan memanfaatkan material hasil galian dari pemotongan bagian jalan masuk atau material lain yang disetujui Direksi. Material untuk lapis pondasi bawah harus ditempatkan dan dipadatkan, dan lapis tidak boleh melebihi (20) cm sesudah pemadatan. Ketebalan total sub-base course seperti yang dicantumkan dalam gambar atau seperti yang disarankan oleh Direksi. Lapis pondasi bawah tidak boleh ditempatkan pada bagian batuan yang dipotong kecuali atas saran Direksi. Penyedia Jasa harus mengerjakan lapis pondasi bawah termasuk bahu jalan dengan ketebalan seperti tercantum pada gambar atau seperti yang disarankan direksi. Sesudah dilakukan pemadatan, gradasi material lapis pondasi bawah harus sesuai dengan ketentuan seperti di bawah ini : Macam Ayakan (mm) / Nominal

63

37,5

19,0

9,5

4,75

2,36

1,18

0,425

0,075

100

67-100

40-100

25-80

16-66

10-55

6-45

3-33

0-20

Sieve SizeBerat (mm) Persen Lolos / Percentage Passing

8.7.2 Pengaturan Kadar Air dan Kepadatan Spesifikasi untuk pengaturan kadar air dan kepadatan dari material lapis pondasi bawah harus sama dengan yang dicantumkan pada sub bab 8.6.2, kecuali bila kadar air berkisar antara minus tiga persen (3%) sampai plus satu persen (1%) dari kadar air optimal dan berat isi kering untuk setiap layer material lapis pondasi bawah tidak boleh kurang dari sembilan puluh lima persen (95%) berat isi kering maksimum, sesuai dengan ASTM D 698 dan JIS A-1210 atau standar lain yang disetujui Direksi. Material lapis pondasi bawah harus dipadatkan minimum 40% dari nilai CBR yang ditentukan dalam ASTM D 1883, JIS A-1211 atau standar yang sama dengan standar tersebut. 8.7.3 Penempatan dan Pemadatannya Spesifikasi untuk penempatan dan pemadatan material lapis pondasi bawah termasuk

Pekerjaan Jalan

ST VIII-7

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pengujiannya harus sama, seperti yang tercantum dalam sub bab 8.6.3, kecuali bahwa ketebalan setiap lapisan sesudah pemadatan, tidak lebih dari dua puluh (20) cm. 8.7.4 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran, untuk menentukan pembayaran lapis pondasi bawah termasuk bahu jalan, dilaksanakan berdasarkan volume pemadatan secara nyata dalam m3 yang ditentukan oleh garis rencana dan tingkatan, seperti tampak pada gambar atau seperti saran Direksi. Pembayaran untuk lapis pondasi bawah termasuk bahu jalan dilaksanakan berdasarkan harga satuan per m3 seperti dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut meliputi kompensasi biaya tenaga kerja, peralatan, dan bahan termasuk pembebanan (loading), pengangkutan (hauling), penempatan, penyebaran pembasahan atau

pengeringan

bila

diperlukan,

pemadatan,

pembentukan

dan

penyelesaian

pengujian dan pekerjaan lain yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

8.8

LAPIS PONDASI ATAS (BASE COURSE)

8.8.1 Umum Lapis pondasi atas adalah bagian jalan yang terletak antara bagian atas lapis pondasi bawah dan bagian bawah lapisan permukaan bitumen. 8.8.2 Pengaturan Kadar Air dan Kepadatan Spesifikasi untuk pengaturan kadar air material lapis pondasi bawah sama dengan spesifikasi yang tercantum pada sub bab 8.6.2, kecuali kadar airnya berkisar antara minus tiga (3) % sampai plus satu (1) % dari kadar air optimal. Material lapis pondasi bawah harus dipadatkan paling tidak delapan puluh (80) % dari nilai CBR, yang ditentukan dalam ASTM D 1883, JIS A-1211 atau standar yang sama dengan standar tersebut. 8.8.3 Bahan yang Diproses Semua material lapis pondasi bawah harus terdiri dari bahan yang digali dari quarry site atau dari tempat lain yang disetujui Direksi, yang sudah diproses dengan peralatan penghancur (crushing and classifying) sehingga memenuhi spesifikasi gradasi yang diperlukan. Material tersebut harus disetujui lebih dulu oleh Direksi, sebelum pelaksanaan pekerjaan dan mungkin perlu diperiksa oleh Direksi, pada waktu pemrosesan dan pemakaian material ini. Material yang masih diragukan, yang masih harus diuji dan yang ditangguhkan, tidak boleh dijadikan satu dengan yang sudah disetujui dan diterima, apabila tingkatan dan kualitas material tidak sesuai dengan yang diinspeksi atau yang diuji sebelumnya atau tidak sesuai dengan spesifikasi, Direksi berhak menolak bahan tersebut. Pekerjaan Jalan

ST VIII-8

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Sampel harus memenuhi syarat yang diperlukan dan sesuai dengan spesifikasi serta disetujui Direksi. Penyedia Jasa harus mengijinkan Direksi untuk mengadakan inspeksi dan/atau pengetesan material yang dipakai atau akan dipakai, pada saat selama atau sesudah disiapkan untuk dipakai atau saat sedang dipakai

untuk pelaksanaan

pekerjaan atau sesudah pekerjaan selesai. Semua material yang tidak sesuai dengan yang tertera pada spesifikasi, sudah berada di tempat atau belum, harus ditolak dan harus segera dipindahkan dari lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa harus melengkapi semua faktor yang diperlukan seperti material, tenaga kerja, alat dan peralatan untuk melaksanakan pengetesan. Material harus disimpan sedemikian rupa sehingga memenuhi kualitas dan sesuai untuk pekerjaan. Material tersebut harus ditempatkan di permukaan yang keras dan dan bersih seperti yang disetujui Direksi dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah melaksanakan inspeksinya. Bagian tengah penyimpan bahan harus tinggi dan dengan sisi- sisi yang miring untuk memudahkan drainasi. Material harus disimpan sedemikian rupa sehingga melindunginya dari segregasi serta menjamin gradasi dan kelembabannya. Jadi harus dibuat tumpukan-tumpukan dengan lapisan tidak lebih dari satu (1) meter. Tingginya tidak melebihi lima (5) meter, kecuali bila ada saran lain dari Direksi. Semua agregat yang diproses harus terdiri dari fragmen-fragmen yang bersih, keras, tahan lama (durable) bersegi runcing dan bebas dari potongan-potongan tipis memanjang dan bersih dari batu lunak dan mudah lepas, dan bersih dari kotoran-kotoran atau zat-zat yang lain. Material untuk lapis pondasi atas terdiri dari material yang diproses, harus sesuai dengan syarat gradasi yang diberikan oleh Direksi. Macam Ayakan (mm) / Nominal Sieve Size (mm) Persen Berat Lolos / Percentage

63

37,5

19,0

9,5

4,75

2,36

1,18

0,425

0,075

100

100

65-81

42-60

27-45

18-33

11-25

6-16

0-8

Passing

8.8.4 Penempatan, Pencampuran dan Pemadatan Penyedia Jasa harus mengangkut material lapis pondasi bawah yang berasal dari peralatan penghancur (crushing plant) dan menempatkan material tersebut pada lapis pondasi bawah yang sudah disiapkan sebelumnya. Sesudah penempatan material pada setiap lapisan, material harus di campur pada kadar air yang diperlukan dengan alat grader atau alat lain yang disetujui Direksi, sehingga campurannya rata. Material tersebut ditempatkan dan dipadatkan pada lapisan-lapisan dengan ketebalan tidak lebih dari (15) cm, sesudah dipadatkan. Apabila pengangkutan material dilakukan di atas material yang baru diletakkan, alat pengangkutan harus disebarkan merata di atas permukaan lapisan yang dibangun Pekerjaan Jalan

ST VIII-9

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

sebelumnya agar pemadatan dapat merata dan tidak ada rutting. Sesudah penyebaran (spreading) dan penghalusan terakhir, setiap lapisan dipadatkan sesuai dengan lebarnya roller, “pneumatics-tired rollers” atau peralatan lain yang sesuai dan mampu memadatkan material sampai kepadatan yang diinginkan. Detail setiap macam alat pemadatan tertentu harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Berat beban, operasi dan kecepatan roller harus sedemikian rupa untuk memperoleh kepadatan seperti dalam spesifikasi. Bekas roller yang sebelumnya dengan sesudahnya harus overlap tidak kurang dari 50 cm. Bila yang dipakai lebih dari satu roller, maka tipe dan dimensinya harus sama. Pemadatan dengan roller setahap demi setahap dari pinggir ke tengah, sejajar dengan garis tengah jalan, dan harus dilanjutkan terus sampai semua permukaan dipadatkan. Bagian yang tidak rata atau depresi harus dibetulkan dengan merenggangkan bahan di tempat tersebut dengan menambahkan atau mengurangi bahan sampai permukaan menjadi rata dan seragam. Tempat yang tidak bisa dilewati roller, bahan harus dipadatkan dengan tamper atau compactor. Bahan harus diratakan atau/dan digilas sampai diperoleh permukaan yang rata. Pelaksanaan Penyedia Jasa dalam menangani penyebaran (spreading) dan pemadatan bahan untuk timbunan jalan harus sedemikian rupa sehingga distribusi dan gradasi bahan diseluruh timbunan disetujui oleh Direksi. Kepadatan harus rata pada setiap lapisan. Tidak diijinkan ada kantong-kantong batuan dan kelompok batuan (cluster) yang akan menghalangi pemadatan bahan. Apabila menurut Direksi, permukaan lapisan yang dipadatkan terlalu kering atau terlalu basah atau terlalu licin, maka harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan spesifikasi pada sub bab 8.6.3. Pengetesan base course ini harus dilakukan sesuai dengan JIS A-1214 atau ASTM D 1556. Ketinggian (level) permukaan yang sudah selesai dipadatkan harus sesuai dengan gambar atau sesuai dengan pengarahan Direksi, dengan toleransi + 3 cm tiap lebar 5 meter. 8.8.5 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran

lapis

pondasi

atas

untuk

melakukan

pembayarannya,

dilaksanakan

3

berdasarkan volume nyata bahan yang ditempatkan dalam m sesuai dengan trase jalan dan kemiringannya seperti tercantum dalam gambar atau seperti yang disarankan Direksi. Pembayaran untuk lapis pondasi atas dilakukan berdasarkan harga satuan per m3 seperti yang dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut meliputi semua biaya kompensasi untuk tenaga kerja, peralatan dan bahan, termasuk penggalian bahan di quarry atau ditempat lain yang sudah disetujui Direksi serta pemrosesannya Pekerjaan Jalan

ST VIII-10

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

di

crushing plant, pengangkutannya ke jalan raya, penyebaran, pemadatannya,

pengeringan atau pembasahan (bila diperlukan) finishing dan pengujian serta pekerjaan lain yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

8.9

LAPIS PERMUKAAN

8.9.1 Umum Penyedia Jasa harus membangun lapis permukaan dari penetrasi makadam dengan alinyemen dan kemiringan seperti ditunjukkan pada Gambar atau seperti yang disarankan direksi. Pekerjaan ini termasuk juga produksi agregat yang disebarkan dan pembentukan (shaping) dengan mempergunakan aspal termasuk prime coat, pemadatan, finishing, pengujian dan operasi-operasi yang lain. Penyedia Jasa bertanggung jawab dalam memelihara semua bagian jalan yang sudah selesai sampai diserah terimakan kepada Direksi atau Pemilik. 8.9.2 Prime Coat Syarat-syarat yang harus dipatuhi untuk penggunaan prime coat, yaitu: (1) Peralatan Semua peralatan, alat-alat dan mesin-mesin yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan, seperti yang ditetapkan dalam pasal ini harus disetujui Direksi, serta dipelihara setiap saat. Tipe truk untuk distribusi harus seperti pada disain dan dilengkapi alat untuk mendistribusi bahan bitumen di semua permukaan yang ada. (2) Persetujuan Mengenai Bahan Penyedia Jasa harus memilih sumber-sumber pengambilan bahan sebelum bahan tersebut dipakai dalam pekerjaan. Bahan tersebut harus disetujui Direksi. Pada setiap pengiriman bahan tersebut dilengkapi dengan analisis pabrik pembuatannya dan diserahkan kepada Direksi enam puluh (60) hari sebelum dipakai dalam pekerjaan. (3) Ketentuan Mengenai Cuaca Prime coat bisa dipakai dengan persetujuan Direksi yaitu bila permukaan lapis pondasi atas kering basah atau kena hujan. Apabila turun hujan secara tiba-tiba, maka pekerjaan harus segera dihentikan. (4) Keadaan Base Course Sebelum pemakaian prime coat, bahan yang lepas (loose), kotor atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, harus disingkirkan dari permukaan, dan kondisi permukaan harus licin (halus) seperti pengarahan Direksi. (5) Bahan untuk Prime Coat Aspal untuk prime coat harus aspal emulsi, Grade PE-3 sesuai dengan syarat JIS K2208 atau standar yang sama, seperti saran Direksi. Aspal emulsi PE-3 harus dipanaskan bila diperlukan, dengan suhu seperti yang ditentukan pabrik. Pekerjaan Jalan

ST VIII-11

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(6) Pemakaian Prime Coat Kualitas aspal emulsi PE-3 yang dipergunakan haruslah satu (1) liter per meter persegi. Cara pemakaian bahan aspal di sambungan-sambungan penyebaran (spread) tidak boleh melebihi jumlah yang ditentukan. Bahan aspal yang lebih harus dibersihkan dari permukaan. Harus dilakukan perbaikan bila ada daerah yang terlewati atau yang rusak. Building paper atau bahan lain yang disetujui, ditempatkan di atas ujung atau pemakaian aplikasi sebelumnya dan penyambungan harus dimulai pada building paper yang dilepas secara baik. (7) Pembayaran Pembayaran pekerjaan prime coat yang tercantum pada pasal ini harus dimasukkan dalam harga satuan dari prime coat per m2 seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. 8.9.3 Kuantitas Bahan dan Urutan Operasi Kuantitas bahan dan urutan operasi untuk konstruksi permukaan (surface course) harus memenuhi persyaratan : Jumlah/Kuantitas Material untuk Penetrasi Makadam (Quantities of Penetration Macadam Materials) per 100m 2 Urutan Pelaksanaan (Sequence of Operation) Tahap 1 / 1 st stage Tahap 2 / 2 nd stage Tahap 3 / 3 rd stage

Kebutuhan Aspal (Straight Asphalt) l

Agregat (Aggregate) cm3

200 – 220 180 – 200 100 - 110

3.0 1.0 0.5

8.9.4 Bahan dan Peralatan yang Dipakai untuk Konstruksi Surface Course Konstruksi surface course harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Bahan Aspal Bahan aspal yang dipakai harus mempunyai harga penetrasi antara 80-120 dan sesuai dengan ketentuan JIS atau standar yang sejenis atau relevan, dari yang disetujui oleh Direksi, sebagai berikut:

Type of Bitumen

Penetration Range

Placement Temperature

Standard

Straight Asphalt

80 – 120

130 – 1700C

JIS K 2530 or equivalent

Enam puluh (60) hari sebelum diperlukan dalam pekerjaan, sampel bitumen harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Pada tiap pengiriman bitumen, harus disertai sertifikat dengan analisa kilang minyak dan pabrik, dan Pekerjaan Jalan

ST VIII-12

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

setelah diterima diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. (2) Agregat Agregat harus diproduksi di peralatan pemecahan batu, dari batu keras yang diperoleh dari quarry site atau dari lokasi lain yang disetujui Direksi. Agregat tersebut harus sesuai dengan syarat-syarat gradasi yang diberikan oleh Direksi. Stage of Surface Course 1 st stage

Sieve Size 30 – 20 mm

2 nd stage

10 – 5 mm

3 rd stage

5 – 2,5 mm

4 th stage

5 – 2,5 mm (over aggregate)

Agregat harus bersih, keras, tahan dan bebas dari lempung, lumpur atau bendabenda lain. Semua agregat yang diproses harus disimpan dan diinspeksi/diuji seperti yang ditentukan dalam sub bab 8.8.3 (3) Pembatasan Air Surface course harus dibangun dalam keadaan cuaca kering. Pekerjaan untuk surface course tidak dijadwal pada musim hujan. Apabila tiba-tiba turun hujan, maka perkerasan harus dihentikan seketika dan dilanjutkan lagi bila ada persetujuan dari Direksi. (4) Peralatan Semua peralatan, perkakas dan mesin-mesin yang dipakai untuk jalan inspeksi harus disetujui oleh Direksi dan harus dipelihara sehingga dalam kondisi memuaskan pada setiap saat. Tipe peralatan khusus yang dipakai seperti yang diusulkan Penyedia Jasa terdiri dari power blower, peralatan penarikan, self-powered rollres (roda tiga atau empat dengan bobot sekitar 8 ton) dan/atau “pneumatic-fixed roller”, alat penyemprot agregat, yang bisa disetel dan bisa menyemprotkan dalam jumlah tertentu per unit permukaan, “distributor” dan alat untuk memanaskan bahan bitumen (aspal). (5) Pelaksanaan Penyedia Jasa harus mempersiapkan rencana pelaksanaan pekerjaan surface course dan perencanaan tersebut diserahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan paling tidak 30 hari sebelum pekerjaan dimulai. Prime coat harus dipakai sesuai dengan persyaratan pada sub bab 8.9.2. Sebelum penempatan surface course tahap pertama, permukaan base course harus bebas dari semua bahan lepas dan bahan lain dan harus rata seperti yang sudah disetujui Direksi. Penetrasi makadam harus dibangun dengan mempergunakan kualitas dan urutan operasi seperti diuraikan pada sub bab 8.9.3. Pembentukan dan penyebaran setiap tahapan agregat harus dilakukan dengan peralatan penyebaran agregat yang sudah disetujui. Sesudah disebarkan secara merata, setiap tahap agregat harus digilas sedemikian rupa sehingga permukaannya Pekerjaan Jalan

ST VIII-13

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

betul-betul padat dan menyatu selebar surface course, seperti yang disarankan Direksi. Pada waktu pekerjaan pemadatan dilaksanakan, bahan harus dibentuk sesuai dengan alinyemen dan kemiringan yang ditentukan. Pemisahan bahan halus dan kasar harus dihindari dan permukaan bahan harus bebas dari gelombang-gelombang selama waktu pemadatan. Level permukaan yang sudah dipadatkan harus benar seperti yang tertera pada Gambar atau seperti yang disarankan oleh Direksi, dengan toleransi 1 cm dalam lebar 5 meter, dimana pengukurannya dengan alat pengukur kemiringan (straightedge). Waktu yang diperlukan untuk penempatan bahan dan pemadatannya harus disetujui Direksi. 8.9.5 HRS (Lataston) 8.9.5.1

Umum (1) Uraian (a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata atau lapis permukaan padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material aspal dicampur di pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan, sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai Gambar Rencana dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintang atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik. (b) Campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di dalam bab ini. (2) Campuran Beraspal HRS (Lataston) HRS (Hot Rolled Sheet) / Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton), yang selanjutnya disebut HRS (Lataston). (3) Tebal Lapisan dan Toleransi (a) Tebal dari HRS (Lataston) yang dihampar harus diamati dengan benda uji “inti” (cores)

perkerasan

yang

diambil

oleh

Kontraktor

dibawah

pengawasan Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan benda uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. Tabel Jumlah Minimum Benda Uji Inti

Pekerjaan Jalan

Koefisien keragaman dari tebal benda

Jumlah minimum benda uji yang

uji untuk semua benda uji dari bagian

harus diambil dari bagian jalan

jalan yang diukur untuk pembayaran

yang diukur untuk pembayaran

ST VIII-14

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

 30 %

6

30 – 40 %

10

41 – 50 %

14

51 – 60 %

20

61 – 70 %

28

71 – 80 %

40

50  80 % (b) Tebal HRS (Lataston) yang sesungguhnya dipasang, sebagaimana

ditetapkan dalam bab ini, harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan nominal pada tabel dibawah ini untuk lapis permukaan, dan untuk lapisan perata harus sama dengan atau lebih besar dari tebal yang ditentukan dalam Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak. Dalam beberapa hal, Direksi Teknik atas dasar kerataan perkerasan atau ukuran maksimum atau data rancangan yang lain boleh menyetujui atau menerima tebal rata-rata yang kurang dari tebal rancangan nominal, asalkan HRS (Lataston) yang dipasang pada ketebalan tersebut baik dalam segala hal lainnya, meskipun begitu, sama sekali tidak ada bagian dari HRS (Lataston) yang dipadatkan yang kekurangan ketebalannya melebihi 5 mm dari ketebalan nominal rancangannya.

Tabel Tebal Rancangan Nominal HRS (Lataston) Jenis Campuran HRS (Lataston)

Tebal Rancangan Nominal (cm) 3

(c) Untuk semua campuran HRS (Lataston), baik yang dibayarkan menurut luas maupun berat sesungguhnya dari material yang dihamparkan, berat campuran HRS (Lataston) yang benar-benar dipakai harus dipantau oleh Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk pengangkut material yang meninggalkan pusat pencampur. Dalam hal bagian yang manapun yang sedang diukur untuk menentukan pembayarannya, berat material yang benar- benar dihamparkan yang dihitung dari timbangan muatan truk adalah kurang dari ataupun lebih dari lebih besar 5 % dari berat yang dihitung dari ketebalan dan rata-rata kepadatan contoh lapisan (cores), Direksi Teknik harus mengambil tindakan untuk menyelidikinya agar bisa memastikan sebab terjadinya selisih berat tersebut sebelum menyetujui pembayaran material yang telah dihamparkan itu. (d) Variasi kerataan permukaan HRS (Lataston) yang telah selesai ditangani diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat untuk masing-masing kasus terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan perubahan rancangan punggung perkerasan dan lengkung vertikal pada Pekerjaan Jalan

ST VIII-15

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

profil memanjang. (e) Pada keadaan dimana campuran HRS (Lataston) digunakan sebagai lapisan perata atau lapisan penguat dan bukan sebagai lapisan permukaan, maka tebal lapisan tidak boleh lebih dari 2,5 kali tebal rancangan nominal yang diberikan pada Tabel bab diatas. (4) Lapisan Perata Dalam hal campuran HRS (Lataston) digunakan sebagai Lapisan Perata, semua persyaratan dari Seksi ini harus berlaku, kecuali : (a) Material harus disebut HRSL (Lataston Levelling) (b) Ukuran butir maksimum yang lebih kecil dapat digunakan. (5) Standar Rujukan

Standar AASHTO T 50 – 78

Penguji daya apung dari material aspal

T 164 – 76

Quantitative Extraction dari aspal dalam campuran perkerasan aspal

T 166 – 78

Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan

T 168 – 55

Pengambilan campuran perkerasan aspal

T 209 – 74

Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal

T 176 – 73

Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan tanah menggunakan pengujian ekivalen pasir.

M 17 – 77

Bahan

pengisi

(filler)

mineral

untuk

campuran

perkerasan aspal M 226 – 78

Tingkat kekentalan (viscosity) aspal

Standar Indonesia PA.0301-76

Penetrasi dari material aspal

PB.0206-76

Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar berukuran

kecil

dengan

menggunakan Mesin

Los

Angeles. SNI-03-3407-1994

Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat

Pd M-06-1997-03

Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang dipadatkan

Pd M-03-1996-03

Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode Abson

SNI-06-2440-1991

Pengaruh panas dan udara pada material aspal ( pengujian lapisan tipis dengan oven/tungku ).

SNI-03-2439-1991

Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran agregat.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-16

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

SNI-06-2489-1991

Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran aspal menggunakan peralatan Marshall

Pd S-15-1996-03

Tingkat penetrasi aspal semen

(6) Pelaporan Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini : (a) Contoh dari seluruh material-material yang disetujui untuk digunakan, yang akan disimpan oleh Direksi Teknik selama Periode Kontrak untuk keperluan rujukan. (b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh material, seperti dipersyaratkan dalam tabel diatas bab ini. (c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang dipersyaratkan dalam tabel diatas bab ini. (d) Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratkan dalam tabel diatas bab ini. (e) Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran HRS (Lataston) yang dihampar, seperti yang dipersyaratkan dalam tabel diatas bab ini. (f) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan HRS (Lataston) dan dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan dalam tabel diatas bab ini. (g) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan, pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan sifat- sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi : (i) Penetrasi pada 25 o C (ii) Penetrasi pada 35 o C (iii) “Ring and Ball Softening Point” (iv) Kekentalan pada 60 o C (v) Kekentalan pada 135 o C (7) Pembatasan oleh Cuaca Campuran HRS (Lataston) hanya bisa dihampar bila permukaannya kering, bila tidak akan hujan turun atau sedang hujan dan bila dasar jalan yang sudah disiapkan dalam kondisi yang memuaskan.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-17

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(8) Perbaikan dari Pekerjaan HRS (Lataston) yang tidak Memuaskan Lokasi-lokasi dengan

tebal

atau kepadatan yang kurang dari

yang

dipersyaratkan atau angka-angka yang disetujui dan juga lokasi-lokasi yang tidak memuaskan dalam hal lainya tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. Perbaikan dapat meliputi

pembongkaran

dan

penggantian,

penambahan

lapisan

HRS

(Lataston) dan atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh Direksi Teknik. Bila perbaikan telah diperintahkan, maka jumlah volume yang diukur untuk pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan. (9) Pengembalian Bentuk Perkerasan setelah Pengujian Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya, harus segera ditutup kembali dengan material campuran HRS (Lataston) oleh Kontraktor dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Bab ini. 8.9.5.2

Material (1) Agregat – Umum (a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran HRS (Lataston) yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai dengan Pd M-061997-03 dan SNI-06-2489-1991. (b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada Bab – Material dan Penyimpanan. (c) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit 40 % dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran HRS (Lataston) dan selanjutnya timbunan persediaan harus dipertahankan paling sedikit 40 % dari sisa kebutuhanya. (d) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan. (2) Agregat Kasar (a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan seperti tabel dibawah ini dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran

Pekerjaan Jalan

ST VIII-18

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

yang memadai dari batu pecah dengan kerikil besi. Ukuran Saringan

Persen Berat Lolos Campuran Campuran Normal Lapisan Perata

(mm)

(ASTM)

20

3/4"

100

100

12,7

1/2"

30 - 100

95 - 100

9,5

3/8"

0 - 55

50 - 100

4,75

#4

0 - 10

0 - 50

0,075

# 200

0-1

0-5

Agregat kasar yang digunakan untuk campuran dapat diterima oleh Direksi Teknik hanya bila bahan tersebut diperagakan dengan pengujian laboratorium dan semua ketentuan sifat campuran dalam Tabel tersebut diatas dapat dipenuhi. (b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki persentase keausan yang tidak lebih dari 40% pada 500 putaran seperti yang ditetapkan oleh PB. 0206-76 (c) Bila diuji dengan pengujian-pengujian penyelaputan dan pengelupasan (Coating and Stripping Tests), SNI-03-2439-1991, agregat tersebut harus memiliki luas yang terselaput tidak kurang dari 95 %. (3) Agregat Halus (d) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah (“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi persyaratan-persyaratan campuran. Pemuatan komponen abu batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur harus dipisahkan melalui “cold bin feed” yang terpisah sehingga perbandingan pasir terhadap abu batu dapat dikendalikan. Ukuran Saringan Persen Berat Lolos

(mm)

(ASTM)

9,5

3/8"

100

4,75

#4

90 – 100

2,36

#8

80 – 100

600 mikron

# 30

25 – 100

75 mikron

# 200

3 – 11

(e) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8% dan atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut SNI-034428-1997, tidak boleh digunakan dalam campuran. Pekerjaan Jalan

ST VIII-19

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(4) Bahan Pengisi (Filler) - AASHTO M 17 (a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki. (b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya. (5) Material Aspal Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini (Pd S-15-1996-03 dan AASHTO M 226-78 (1996)) Spesifikasi Aspal Pen. Pen.

Metode

Jenis Pengujian

0

1. Penetrasi 25 C, 100

Pengujian

SNI-06-2456-

60/70 min mak

80/100 min mak

Satuan

60

79

80

99

0,1mm

48

58

46

54

100

-

100

-

Cm

99

-

99

-

%

200

-

225

-

0

1

-

1

-

-

-

0,4

-

0.6

%

75

-

75

-

% asli

1991

gr, 5 detik

SNI-06-2434-

2. Titik Lembek

0

C

1991 0

3. Daktilitas 25 C, 5 cm

SNI-06-24321991

per menit 4. Kelarutan dalam CCL4

SNI-06-24381991

5. Titik Nyala

SNI-06-2433-

C

1991

6. Berat Jenis 250 C

SNI-06-2488-

7. Kehilangan Berat 1630

SNI-06-2441-

1991 C, 5 jam 8. Penetrasi

1991 setelah

kehilangan berat 9. Daktilitas

setelah

kehilangan berat 10. Titik lembek setelah

Pekerjaan Jalan

penurunan berat 11. Perkiraan suhu

SNI-06-24561991 SNI-06-2432-

Cm 50

-

50

-

0

C

-

-

-

-

0

C

1991 SNI-06-24341991 AASHTO-72-

ST VIII-20 -

-

-

-

0

C

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Untuk mencapai kekuatan campuran HRS (Lataston) yang ditetapkan disarankan menggunakan aspal semen AC-20. Frekuensi pengujian bahan aspal ditentukan lebih lanjut sesuai petunjuk Direksi Teknik. 8.9.5.3

Persyaratan Sifat Campuran (1) Campuran HRS (Lataston) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Tabel dibawah ini. Tabel Persyaratan Sifat Campuran Sifat Campuran

Spesifikasi Minimum

6,8

Kadar Penyerapan Aspal

Maximum

1,7

Kadar Total (%dari tehadap berat padat total) Kadar Aspal Rongga Udara campuran

Minimum Minimum

7,3 4

(% terhadap volume total campuran) Marshall Quotient (SNI-06-2489-1991) (KN/mm)

Maximum

Minimum

6 1

Maximum

Minimum

4 450

Maximum

75

Kadar Aspal Efektif

Stabilitas Marshal (SNI-06-2489-1991) (KG)

Minimum

Stabilitas Marshal tersisa setelah perendaman 0

selama 24 jam pada 60 C (% terhadap stabilitas semula)

(2) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila diperiksa masing- masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51. (3) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO T 164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm, partikel

mineral

yang

terkandung harus

dipindahkan kedalam

suatu

sentrifugal. 8.9.5.4

Rancangan Campuran (1) Komposisi Umum dari Campuran Campuran HRS (Lataston) terdiri dari agregat dan bahan aspal. Dalam beberapa

hal

penambahan

bahan

pengisi

meyakinkan sifat-sifat campuran dapat

akan

memenuhi

diperlukan

untuk

persyaratan

yang

ditetapkan. Akan tetapi umumnya pemakaian bahan pengisi harus sesedikit mungkin. (2) Kadar Bitumen dari Campuran Kadar bitumen campuran HRS (Lataston) harus ditetapkan sedemikian rupa hingga kadar bitumen efektif (yaitu setelah kehilangan oleh absorbsi agregat) tidak akan kurang dari nilai minimum yang ditetapkan dalam Tabel Pekerjaan Jalan

ST VIII-21

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

diatas di bab ini. Persentase aspal yang sesungguhnya harus ditambahkan kedalam campuran akan tergantung pada daya absobsi agregat yang digunakan dan akan ditetapkan oleh Direksi Teknik sewaktu menyetujui rumus campuran kerja. Nilai kadar aspal yang ditetapkan akan didasarkan pada data pengujian yang diberikan Kontraktor menurut tabel diatas di bab ini dan harus lebih besar dari batasan yang dipersyaratkan Tabel diatas. (3) Proporsi Komponen Agregat (a) Komponen-komponen campuran agregat harus ditetapkan berkenaan dengan fraksi-fraksi rencana yang diperlukan, yang dirumuskan sebagai berikut : Fraksi Agregat Kasar

: Persentase berat dari campuran keseluruhan material tertahan pada saringan 2,36 mm.

Fraksi Agregat Halus

: Persentase berat dari campuran keseluruhan dari material lolos saringan 2,36 mm tetapi tertahan pada saringan 75 mikron.

Fraksi Bahan Pengisi

: Persentase berat dari campuran keseluruhan material yang lolos saringan 75 mikron.

(b) Fraksi rancangan dari campuran umumnya harus berada dalam batasbatas komposisi yang diberikan dalam Tabel dibawah ini. Walaupun demikian Direksi

Teknik

dapat

menyetujui

atau

langsung

dapat

menggunakan campuran yang melampaui batasan asalkan memenuhi sifat-sifat campuran yang ditentukan ebagaimana pada Tabel di atas. Tabel. Fraksi Rancangan Campuran Fraksi Rancangan Campuran Fraksi Agregat Kasar (CA) Fraksi Agregat Halus (FA) Fraksi Bahan Pengisi (FF)

Persen Berat Total Campuran Aspal 20 – 40 47 – 67 5–9

(4) Penyesuaian Proporsi Campuran dengan Cara Campuran Percobaan (a) Kontraktor harus membuktikan bahwa seluruh agregat-agregat yang diusulkan serta proporsi komponen campuran HRS (Lataston) yang diusulkan memenuhi syarat dengan membuat serta menguji campurancampuran percobaan yang dibuat dalam alat campuran (mixing plant) segera sebelum penghamparan campuran HRS (Lataston). (b) Pengujian-pengujian yang diperlukan akan meliputi gradasi, berat jenis (spesific gravity) dan absorbsi air pada agregat kasar dan halus yang akan digunakan, serta pengujian-pengujian sifat-sifat lain dari agregat yang mungkin diminta oleh Direksi Teknik. Pengujian pada campurancampuran percobaan akan meliputi penentuan berat jenis dari campuran Pekerjaan Jalan

ST VIII-22

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

HRS (Lataston) (ASSHTO T 209-74) dan pengujian sifat-sifat Marshall (SNI-06-2489-1991). (c) Percobaan rancangan pertama harus dilaksanakan dengan menggunakan persediaan material untuk menetapkan perbandingan pasir terhadap abu batu yang optimum. Jika mungkin campuran-campuran percobaan akhir harus dibuat dari agregat-agregat yang berkondisi sama seperti sebelum penakaran campuran untuk alat campur (mixing plants). Untuk alat-alat penakar sistem timbang (weight-batching plants), dalam hal ini berarti menggunakan contoh- contoh agregat yang diambil dari hot bin, sedangkan untuk alat-alat pemasok sistem menerus contoh-contohnya harus diambil

dari

cold-feed hoppers. Untuk campuran-campuran

percobaan pada tahap awal, dengan menggunakan contoh agregat dari tempat-tempat

penimbunan,

setiap

rumus

campuran

kerja

yang

ditentukan harus dianggap sebagai sementara sampai ditetapkan (atau disesuaikan) sebagai mempunyai gradasi-gradasi agregat yang tepat dan sifat- sifat yang sesuai pada waktu pencampuran. (d) Pengujian campuran percobaan laboratarium harus dilaksanakan dalam tiga langkah dasar, sebagai berikut: (i) Seleksi resep campuran nominal untuk digunakan sebagai suatu dasar referensi untuk campuran-campuran percobaan. (ii) Melakukan campuran-campuran percobaan untuk memilih suatu resep campuran yang optimum. (iii) Penegasan campuran yang optimum dengan cara pengujian, bila perlu dengan mengadakan penyesuaian dari resep campuran yang dipilih. (e) Sebelum percobaan-percobaan laboratorium dimulai, maka suatu resep campuran nominal yang cocok terhadap bahan-bahan campuran yang diusulkan harus diperkirakan atas dasar pertimbangan rencana campuran teoritis. Setelah ditentukan perbandingan pencampuran agregat nominal, kadar aspal dan kadar bahan pengisi yang ditambahkan, kemudian digunakan sebagai titik permulaan dan dasar referensi untuk variasivariasi

campuran

yang

diselidiki

dalam

percobaan-percobaan

laboratorium dan jika diperkirakan secara tepat, maka akan memudahkan dan memperbaiki ketepatan dari proses pengujian “coba-coba” yang diperlukan di laboratorium. Prosedur yang harus digunakan untuk menaksir suatu resep campuran nominal yang tepat adalah sebagai berikut : (i) Proporsi Takaran Campuran Nominal. Proporsi ini ditentukan dengan mempertimbangkan bentuk kurva

Pekerjaan Jalan

ST VIII-23

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

gradasi untuk agregat yang diusulkan dan derajat kesenjangan gradasi yang diperlukan pada campuran kombinasi. Untuk agregat-agregat cukup memenuhi batas-batas gradasi yang dipersyaratkan pada tabel diatas di bab ini, fraksi-fraksi rancangan untuk agregat kombinasi yang tepat, dari mana perbandinganperbandingan

takaran

nominal

yang

diminta

dapat

dihitung,

ditunjukan dalam Tabel diatas di bab ini. Jika pengaruh gradasi senjang yang dapat diperoleh terhadap agregat kombinasi jauh lebih kecil atau lebih besar dari yang diberikan Direksi Teknik, maka rancangan fraksi untuk agregat kasar masing-masing harus diberikan

lebih

rendah

atau mencapai

nilai yang

dalam Tabel dibawah ini. Perhitungan resep takaran

campuran rancangan harus dicatat pada formulir standar yang diberikan Direksi Teknik. Tabel Proporsi Campuran Nominal (hanya sebagai Pedoman) Proporsi Campuran Nominal Persen Berat

Komponen Campuran

Total Campuran Aspal 35

Agregat Kasar (CA)

65 – FF – b

Agregat Halus (FA) Fraksi Filler (FF) Total Kadar Aspal dalam campuran Total

7 b 100

(ii) Kadar Bahan Pengisi (Filler) Nominal. Kadar bahan pengisi (Filler) nominal harus nol, kecuali kriteria seperti diberikan pada Tabel diatas tidak terpenuhi. Dalam hal ini, jumlah filler yang ditambahkan hanyalah sekedar cukup untuk memenuhi kriteria FF pada campuran nominal, dan jumlah ini harus ditetapkan sebagai tambahan filler nominal yang diperlukan untuk campurancampuran percobaan. (iii) Kadar Aspal Nominal. Nilai Laboratorium untuk daya serap air agregat yang diusulkan, akan digunakan untuk memperoleh perkiraan dari banyaknya aspal yang mungkin dapat diserap oleh gabungan agregat dalam campuran nominal.

Besarnya

penyerapan

agregat

terhadap

aspal

dapat

diperkirakan sebesar 50 % dari nilai penyerapan terhadap air yang telah diukur. Aspal yang terserap tersebut harus diperhitungkan sebagai tambahan terhadap kadar aspal efektif minimum seperti yang ditentukan pada Tabel diatas, dan jumlahnya diatur jika perlu, jadi hasilnya memenuhi total minimum aspal yang sebenarnya diperlukan menurut Tabel diatas, yang harus merupakan kadar aspal nominal untuk percobaan-percobaan campuran. Pekerjaan Jalan

ST VIII-24

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(f) Campuran-campuran percobaan laboratorium harus dipersiapkan atas dasar resep campuran nominal, tetapi dengan variasi-variasi dalam proporsi-proporsi

campuran

agregat,

kadar

bahan

pengisi

yang

ditambahkan dan kadar bitumen. Untuk setiap variable yang akan diberikan, maka suatu rangkaian contoh- contoh pengujian Marshall harus dipersiapkan dalam hal mana salah satu atau dua kepentingan parameter-parameter

campuran

divariasikan,

sementara

semua

parameter-parameter campuran lainnya dipertahankan pada nilai-nilai yang dapat diterapkan pada campuran-campuran nominal. Variasi-variasi campuran berikut harus diselidiki : (i) Variasi Campuran Agregat: Abu Batu. Paling tidak tiga perbandingan agregat kasar yang terpisah, yang memenuhi semua batas-batas pada Tabel diatas di bab ini harus dicoba, demikian pula paling tidak tiga campuran yang berbeda dari pasir alam dan agregat pecah. Perbandingan campuran pasir terhadap abu batu harus dicoba dengan perbandingan kira-kira 2:1 sampai kirakira 1:2. Salah satu perbandingan agregat kasar dan perbandingan pasir terhadap abu batu yang dipilih harus merupakan nilai yang sesuai dengan campuran nominal, sedangkan nilai-nilai lainnya harus dipilih sehingga kebutuhan batas-batas variasi tercakup dengan baik dan dengan interval yang sama. Untuk semua variasi tes agregat ini, perbandingan campuran dan penambahan filler (bila ada) harus dipegang pada nilai campuran nominal tertentu. (ii)Variasi Kadar Aspal. Nilai-nilai kadar aspal sebesar 1% dan 2% (dari berat total campuran aspal) dibawah kadar aspal dari campuran nominal harus dicoba , dan juga nilai-nilai 1 % dan 2 % diatas. (iii) Variasi Kadar Bahan Pengisi yang ditambahkan. Kadar bahan pengisi (Filler) yang ditambahkan sebesar 2% dan 4% diatas nilai campuran nominal harus dicoba, juga (nol) apabila nilai nominalnya belum juga mencapai nol. (g) Untuk masing-masing variasi campuran yang dicoba, paling sedikit 2 briket Marshall harus disiapkan dan dites, dan sifat-sifat campuran harus dihitung menggunakan formulir terlampir. Nilai luas Permukaan Agregat yang diperlukan harus dihitung dengan menggunakan formulir yang diberikan Direksi Teknik. Sifat-sifat campuran yang diperoleh harus diplot dengan

menggunakan

formulir

sebagaimana

terlampir

dan

resep

campuran optimum ditentukan dengan membandingkan data grafik dengan batas-batas sifat-sifat campuran yang telah ditetapkan pada Tabel diatas di bab ini, dan dengan membandingkan fraksi komponen

Pekerjaan Jalan

ST VIII-25

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

campuran yang telah dihitung terhadap batas-batas yang diberikan pada Tabel diatas di bab ini. Kriteria utama adalah bahwa kadar rongga udara berada dekat dengan nilai tengah dari batas-batas yang ditentukan. Stabilitas Marshall serta perbandingan stabilitas terhadap kelelehan dan ketebalan film aspal juga harus memenuhi, tetapi yang terakhir ini merupakan kepentingan kedua asalkan nilai-nilainya didalam batas-batas yang ditetapkan. (h) Untuk

pertimbangan

dioptimasikan secara

ekonomis, demikian

proporsi-proporsi rupa

sehingga

campuran

kadar

dapat

aspal dapat

diperkecil dalam batas-batas yang diijinkan yang ditentukan dalam Tabel diatas di bab ini, tetapi bagaimanapun juga kadar aspal tidak boleh dikurangi sampai lebih rendah dari batas bawah yang dipersyaratkan. Dalam memeriksa apakah campuran optimum memenuhi batas bawah yang ditentukan untuk kadar aspal efektif, nilai kadar aspal yang diserap yang akan digunakan, pada umumnya harus nilai yang dihitung dari hasil-hasil pengujian AASHTO T 209-74. Pilihan lain dari nilai-nilai absorbsi aspal, diperkirakan secara kasar atas dasar berat jenis (specific

gravity) agregat atau nilai-nilai absorpsi air, pada umumnya tidak akan diterima untuk maksud mengevaluasi pemenuhan persyaratan. (i) Apabila proses optimisasi campuran yang diuraikan diatas, memerlukan interpolasi yang cukup besar terhadap data pengujian, sehingga resep akhir yang dipilih tidak sama dengan setiap resep yang sebenarnya diuji selama

percobaan-percobaan

tersebut,

Direksi

Teknik

bisa

memerintahkan agar disiapkan satu percobaan campuran lagi dan diuji untuk memastikan sifat-sifat dari campuran optimum yang sudah dipilih. Dengan membandingkan hasil-hasil dari tes pemastian percobaan tunggal ini dengan hasil-hasil yang diperoleh dari serangkaian campuran percobaan, maka selanjutnya penyesuaian kecil dari resep campuran yang dipilih mungkin masih diperlukan. Dengan cara yang sama, selama pengontrolan

berturut-turut

atas

kualitas

campuran

tersebut,

modifikasi-modifikasi kecil dari resep campuran dapat didasarkan secara mudah dengan hanya satu perbandingan terhadap hasil-hasil pengujian tunggal (setiap pengujian memerlukan paling sedikit tiga benda uji) dengan

perluasan-perluasan

(trends)

parameter

campuran

yang

diperoleh dari percobaan-percobaan laboratorium sebelumnya. Prosedur campuran percobaan yang lengkap (seperti yang diuraikan diatas), meliputi pengujian paling sedikit, 15 macam campuran yang berbeda, pada umumnya tidak perlu diulang kecuali ada suatu perubahan besar dalam material-material campuran (yaitu perubahan jenis agregat atau sumbernya, perubahan jenis mesin pemecah, perubahan jenis aspal, dan sebagainya). Pekerjaan Jalan

ST VIII-26

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.5.5

Rumus Campuran Kerja (1) Persetujuan (a) Dalam

menyetujui

campuran

kerja,

Direksi

Teknik

atas

dasar

pertimbangannya dapat menggunakan formula yang diserahkan, secara keseluruhan atau sebagian, atau dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian campuran percobaan tambahan atau untuk menyelidiki alternatif agregat- agregat lainnya. (b) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang berbeda- beda, seperti diuraikan dalam tabel diatas di bab ini, bukannya dalam bentuk proporsi takaran agregat. (2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik Kontraktor harus menghampar percobaan paling sedikit 8 ton campuran HRS (Lataston) dengan menggunakan produk, peralatan penghampar dan prosedur yang diusulkan. Apabila percobaan tersebut gagal memenuhi persyaratan pada salah satu seginya, perlu dibuat penyesuaian dan percobaan diulang kembali. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai hingga percobaan yang memuaskan telah dilaksanakan dan disetujui oleh Direksi Teknik. (3) Penerapan Formula Campuran Kerja dan Toleransi yang diijinkan (a) Semua campuran HRS (Lataston) yang disediakan harus sesuai dengan Rumus Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam batas antara toleransi-toleransi yang ditetapkan dibawah :

Toleransi Komposisi Campuran : Gabungan agregat yang lolos

:  7 % berat total campuran

Saringan 9,5 mm Gabungan agregat yang lolos

:  5 % berat total campuran

Saringan 2,36 mm Gabungan agregat yang lolos

:  2 % berat total campuran

Saringan 150 mikron Gabungan agregat yang lolos

:  1,5 % berat total campuran

Saringan 75 mikron Kadar bahan aspal

: + 0,3 % berat total campuran

Toleransi Temperatur : Bahan yang meninggalkan tempat pencampuran: ± 10º C. Bahan-bahan yang diterima di tempat penghamparan : ± 10º C. (b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan campuran yang dipandang perlu untuk pengecekan keseragaman yang Pekerjaan Jalan

ST VIII-27

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

diperlukan dari campuran. (c) Suatu formula campuran kerja yang baru harus diserahkan dan disetujui, sebelum campuran HRS (Lataston) yang mengandung material baru dikirimkan. 8.9.5.6

Persyaratan Peralatan Pelaksanaan (1) Umum Unit pencampuran (Mixing Plant), yang dapat berupa pusat pencampuran dengan penakaran (batching) atau pusat pencampuran menerus (continous), harus memiliki kapasitas yang cukup untuk melayani mesin penghampar secara menerus (tidak terhenti-henti) sewaktu menghampar campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang disyaratkan. Pusat pencampur harus dirancang,

disyaratkan

dan

dioperasikan

sedemikian

rupa

untuk

menghasilkan campuran dalam batas toleransi campuran kerja. (2) Timbangan pada Pusat Pencampur (a) Timbangan berupa tipe pembacaan jarum tanpa pegas, dan harus merupakan produksi rancangan standar yang ketepatannya berkisar antara ½ % dari bahan maksimum yang diperlukan. (b) Timbangan harus dilengkapi dengan petunjuk yang dapat disetel untuk memberi tanda berat-masing-masing material yang akan ditimbang kedalam campuran. Memiliki konstruksi yang kokoh. (c) Timbangan

untuk

menimbang

material

aspal

harus

memenuhi

persyaratan sebagai timbangan agregat. (d) Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik (3) Peralatan untuk Penyiapan Bahan Aspal Tangki untuk penyimpanan material aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang selalu dapat dikendalikan secara efektif dan positif sampai pada temperatur dalam batas yang dipersyaratkan. Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua tangki berkapasitas sama harus disediakan. (4) Pemasok untuk Mesin Pengering (Feeder for Drier) Pemasok untuk agregat halus harus dari tipe ban (belt conveyor). Atas persetujuan Direksi Teknik diperkenankan memakai tipe lain, hanya jika alat tersebut dapat menyalurkan/mengangkut bahan basah pada kecepatan yang tetap tanpa menyebabkan terjadinya penyumbatan. Kedudukan dari pemasok tak boleh dirubah sama sekali tanpa persetujuan Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-28

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(5) Alat Pengering (Drier) Alat pengering tersebut harus mampu mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang disyaratkan. (6) Ayakan Alat penyaring tersebut harus memiliki efisiensi pengoperasian yang sedemikian

rupa

sehingga

agregat

yang

tertampung

dalam

setiap

penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih dari 10 % material yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil. (7) Penampung / Bin Penampung harus dibagi paling sedikit dalam tiga bagian (ruang) dan harus diatur untuk menjamin penyimpanan yang terpisah serta memadai untuk masing-masing fraksi agregat, tidak termasuk bahan pengisi. (8) Unit Pengontrol Aspal (a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material

aspal

didalam

campuran

dalam

batas

toleransi

yang

disyaratkan untuk campuran kerja itu. (b) Untuk unit pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan kualitas aspal yang direncanakan untuk setiap takaran campuran. Untuk pusat pencampuran menerus, kecepatan operasi dari pompa harus disinkronkan dengan aliran dari agregat kedalam pencampur dengan pengendalian penguncian otomatis, dan perangkat ini harus dapat distel dengan mudah dan tepat. (9) Perlengkapan Pengukur Panas (a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai 200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur. (b) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip. (10) Pengumpul Debu (Dust Collector) Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-29

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(11) Pengendalian Waktu Pencampuran Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah Direksi Teknik (12) Persyaratan Keselamatan Kerja (a) Tangga yang memadai serta aman untuk ke landasan (Platform) pencampur dan tangga berpagar ke unit lainnya harus dipasang pada seluruh tempat yang diperlukan untuk menuju pengoperasian semua alat-alat perlengkapan. Untuk mencapai bak dari truk harus disediakan landasan atau perangkat lainnya yang sesuai. (b) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan pada dan sekitar tempat pemuatan truk. (13) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Batch (Bacthing Plant) (a) Kotak Penimbang atau Penampung. Perlengkapan ini harus mencakup suatu cara untuk menimbang secara teliti, masing-masing menampung ukuran agregat tertentu dalam kotak penimbang atau penadah, yang digantung pada timbangan, berukuran cukup untuk menampung campuran satu takaran penuh tanpa harus diratakan dengan tangan atau tanpa tumpah (b) Pencampur (Mixer). Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar ganda) yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam batas toleransi campuran kerja. (14) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Menerus (Continuous Mixing

Plant) (a) Unit Pengontrol Gradasi. Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti masing- masing penampung dengan ukuran agregat baik dengan penimbangan atau dengan pengukuran volume. (b) Kalibrasi Berat dari Pemasukan Agregat. Unit ini harus mencakup perlengkapan untuk kalibrasi dari bukaan lubang dengan cara pengujian penimbangan berat contoh sehingga masing-masing material yang mengalir keluar dari penampung melalui bukaan dapat dilewatkan secara memuaskan ke kotak-kotak penguji yang cocok. (c) Sinkronisasi Pemasukan Agregat dan Aspal . Kontrol ini harus disertai dengan cara penguncian mekanis atau metode positif lainnya yang memuaskan Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-30

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(d) Unit Pencampur untuk Metode Menerus. Perlengkapan ini harus mencakup pencampur menerus tipe pengaduk ganda yang disetujui, yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam batas toleransi campuran kerja. Penetapan waktu pencampuran harus dengan metode berat (Beratnya harus ditetapkan untuk pekerjaan itu dari pengujian yang dilakukan oleh Direksi Teknik). (e) Penampung. Pencampur harus dilengkapi dengan sebuah penampung pada bagian pengeluaran, dengan ukuran serta rancangan yang tidak akan mengakibatkan terjadinya segregasi. (15) Peralatan Pengangkut (a) Truk untuk mengangkut campuran HRS (Lataston) harus mempunyai bak dari logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran ke bak. (b) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat sistem pegasnya atau faktor lain, atau yang menunjukkan kebocoran oil yang nyata, atau yang menyebabkan kelambatan yang tidak perlu, atas perintah Direksi Teknik harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki. (c) Bila dianggap perlu, agar campuran HRS (Lataston) yang dikirim ke tempat pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk hendaknya diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran mudah dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang. (16) Peralatan Penghampar dan Pembentuk (a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan membentuk campuran HRS (Lataston) sampai sesuai dengan garis, permukaan serta penampang melintang yang diperlukan. (b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata dimuka “screed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan harus dapat bergerak mundur dan maju. (c) Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti penyeimbang (equalizing runners), pisau (straightedge runners), lengan perata

(evener

arms),

atau

perlengkapan

lainnya

mempertahankan kelurusan permukaan dan kelurusan Pekerjaan Jalan

garis

untuk tepi

ST VIII-31

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

perkerasan tanpa perlu menggunakan pembentuk tepi yang tepat. (d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas

“screed”

pada

temperatur

yang

diperlukan

untuk

penghamparan campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan. (e) Istilah “screed” meliputi memangkasan, penutupan, atau tindakan praktis lainnya yang efektif untuk menghasilkan permukaan akhir dengan kerataan atau tekstur yang dipersyaratkan, tanpa terbelah, tergeser atau beralur. (f) Jika selama pelaksanaan diketahui bahwa perlengkapan penghampar dan pembentuk dalam pengoperasiannya meninggalkan bekas pada permukaan atau cacat atau ketidak rataan permukaan lainnya yang tidak diperbaiki

dengan

memuaskan

dengan

pelaksanaan

yang

dijadwalkan, maka pengunaan peralatan tersebut. Harus dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang memuaskan harus disediakan oleh kontraktor. (17) Peralatan Pemadat (a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel

roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus mempunyai tenaga penggerak sendiri. (b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan 8,5 kg/cm2 (120 psi). (c) Mesin gilas, harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda belakang tidak kurang dari 400 kg per 0,1 m kali lebar minimum roda. Paling sedikit satu dari mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas sebesar 600 kg per 0,1 m kali lebar. Mesin gilas harus bebas dari permukaan yang datar (flat), penyok, robek-robek atau tonjolan yang akan merusak permukaan perkerasan. 8.9.5.7

Pembuatan dan Produksi Campuran (1) Kemajuan Pekerjaan Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60% kapasitas alat pencampur.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-32

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(2) Penyiapan Material Aspal Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º C didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur. `

(3) Penyiapan Agregat (a) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat. (b) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal. (c) Bahan pengisi tambahan (filler), jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gradasi, harus ditakar secara terpisah dari penampung kecil yang dipasang tepat diatas pencampur. Menaburkan bahan pengisi diatas tumpukan agregat atau menumpahkannya kedalam penampung pada alat pemecah batu tidak diijinkan. (4) Penyiapan Campuran (a) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan campuran kerja. (b) Sewaktu dikeluarkan dari pencampur, temperatur campuran harus pada temperatur batas absolut seperti, yang dijelaskan pada Tabel 6.6.7, termasuk toleransi yang diperbolehkan. 8.9.5.8

Penghamparan Campuran (1) Menyiapkan Permukaan yang akan Dilapisi (a) Sesaat sebelum penghamparan campuran HRS (Lataston), permukaan yang ada harus dibersihkan dari material yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu mesin, dan dibantu dengan cara manual (dengan tangan) jika diperlukan. Lapis aspal perekat (tack coat) atau lapis aspal resap pengikat (prime coat) harus digunakan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik. (b) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak, menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama

Pekerjaan Jalan

ST VIII-33

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan

dan/atau

diperbaiki

dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi Teknik dan kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang diperlukan untuk konstruksi pondasi agregat. (2) Sepatu (screed) Tepi Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana campuran HRS (Lataston) akan dihampar. (3) Penghamparan dan Pembentukan (a) Sebelum

memulai

operasi

pelapisan, sepatu

(screed)

dari

mesin

penghampar harus dipanaskan. Campuran HRS (Lataston) harus dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk melintang yang disyaratkan. (b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati. (c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (raking) kembali sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi. (d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi - tepi penadah atau tempat lainnya di mesin. (4) Pemadatan (a) Segera setelah campuran HRS (Lataston) dihampar dan diratakan, permukaan harus diperiksa dan setiap ketidak rataan diperbaiki. (b) Penggilasan campuran HRS (Lataston) harus terdiri dari tiga operasi yang berbeda sebagai berikut : No. 1. 2. 3.

Pekerjaan Jalan

Uraian Penggilasan awal atau pemecahan Penggilasan sekunder atau antara Penggilasan akhir atau penyelesaian

Waktu setelah Penghamparan 0 – 10 menit 10 – 20 menit 20 – 45 menit

ST VIII-34

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(c) Penggilasan

awal

atau

pemecahan

dan

penggilasan

akhir

atau

penyelesaian harus seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan sekunder atau antara harus dilakukan dengan mesin gilas ban angin. (d) Penggilasan sekunder atau antara harus mengikuti sedekat mungkin penggilasan pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih berada pada temperatur yang akan menghasilkan pemadatan maksimum. (e) Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam penggilasan awal harus digilas ke arah melintang dengan penggunan papan (di tepi perkerasan) yang mempunyai ketebalan gilas diluar batas perkerasan. Bila sambungan memanjang tersebut untuk suatu jarak yang pendek. (f) Pada sambungan memanjang penggilasan harus dimulai ke arah memanjang dan selanjutnya pada tepi luar dan sejajar dengan sumbu jalan ke arah tengah jalan, kecuali pada super elevasi pada tikungan harus dimulai pada bagian rendah dan bergerak ke arah bagian yang tinggi. (g) Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus terlebih dulu pindah ke jalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari roda penggerak akan menggilas tepi yang belum dipadatkan. (h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas tersebut. (i) Penggilasan harus berlangsung secara terus menerus sebagaimana diperlukan

untuk

memperoleh

pemadatan

yang

merata

sewaktu

campuran masih dalam kondisi yang dapat dikerjakan dan hingga seluruh bekas tanda gilasan dan ketidak-rataan hilang. (j) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, rodaroda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan tidak diijinkan. (k) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah mendingin dan mengeras. (l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tiap bagian perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran Pekerjaan Jalan

ST VIII-35

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Kontraktor). (m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi yang dipersyaratkan. Seluruh tonjolan-tonjolan sambungan, lekukan,

dan

permukaan

yang

kasar

(cacat)

harus

diperbaiki

sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. (n) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi. (5) Sambungan-sambungan (a) Sambungan melintang harus dipasang secara bertahap dengan minimum jarak antaranya 25 cm dan harus lurus. (b) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. 8.9.5.9

Pengendalian dan Pengujian Mutu di Lapangan (1) Pengujian Permukaan dari Perkerasan (a) Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 m, yang disediakan oleh Kontraktor, diletakkan masing-masing secara tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan beberapa pegawainya untuk menggunakan mistar tersebut dibawah petunjuk Direksi Teknik untuk memeriksa seluruh permukaan. (b) Pengujian-pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan telah memenuhi ketinggian yang dipersyaratkan

harus dilakukan segera

setelah pemadatan awal, dan perbedaaan harus diperbaiki dengan membuang

atau

menambah

material

sebagaimana

diperlukan/

diperintahkan oleh Direksi Teknik. (2) Persyaratan Kepadatan (a) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan benda uji yang dipadatkan di laboratorium dari material dengan proporsi yang sama. (b) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168 dan SNI-06-2489-1991. (3) Pengambilan Contoh untuk Pengendalian Mutu Campuran (a) Contoh-contoh dibawah ini harus diambil untuk pengujian harian : (i) Agregat dari hot bin untuk gradasi-gradasi hasil pencucian Pekerjaan Jalan

ST VIII-36

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(ii) Gabungan agregat panas untuk gradasi-gradasi hasil pencucian (iii) Campuran aspal untuk ekstraksi Stabilitas Marshall. (b) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan akan diambil untuk memungkinkan penentuan Bulk Specific Gravity untuk agregat dari hot bin dan kerapatan teroritis maksimum dari campuran aspal (AASHTO T 209-74). (4) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran (a) Kontraktor harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatancatatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik. (b) Kontraktor harus menyampaikan pada Direksi Teknik hasil-hasil dan catatan- catatan pengujian yang berikut, yang dilaksanakan pada setiap hari produksi bersama dengan lokasi yang tepat dimana produksi tersebut dihampar : (i)

Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh dari setiap hot bin.

(ii) Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh dari gabungan agregat panas. (iii) Temperatur dari campuran sewaktu pengambilan contoh di pusat pencampur dan diatas jalan (setiap satu jam). (iv) Kerapatan

dari

campuran

yang

dipadatkan

di

laboratorium

(kerapatan Marshall) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. (v) Kerapatan dari pemadatan dan persentase pemadatan dari campuran dibandingkan dengan kerapatan Marshall di laboratorium untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. (vi) Stabilitas Marshall serta

lelehnya (flow-nya) dan hasil angka

perbandingan Marshall, seperti didefinisikan dalam Artikel 6.6.3 paling sedikit 2 (dua) contoh. (vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. Jika memakai metoda ekstraksi centryfuge, koreksi abu dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164 -76. (viii) Rongga

udara

dalam campuran,

dihitung

menurut

Maximum

Specific Gravity of Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209 74). (ix) Aspal yang diabsorbsi oleh agregat, sebagaimana dihitung atas dasar Maximum Speciffic Gravity of Bituminous Paving Mixtures Pekerjaan Jalan

ST VIII-37

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(AASHTO T 209-74). (5) Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran (a) Untuk pengecekan pada pengukuran kuantitas untuk pembayaran, berat campuran yang dihampar harus selalu dimonitor secara terus-menerus dengan tiket pengiriman muatan dari tempat-tempat penimbangan truk. (b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi. Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah pengawasan Direksi Teknik. 8.9.5.10 Pengukuran dan Pembayaran (1) Metode Pengukuran (a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran HRS (Lataston) haruslah didasarkan pada beberapa pengaturan dibawah ini : (i) Untuk bahan lapis permukaan, jumlah meter persegi dari material yang dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian dari panjang penampang yang diukur dan lebar yang diterima. (ii) Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang telah dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring yang terus- menerus dari tiket pengiriman muatan dari timbangan truk. (b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasilokasi dimana tebal HRS (Lataston) kurang dari tebal minimum yang dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau menyempit (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi-lokasi yang materialnya memiliki kadar aspal dibawah kebutuhan yang disetujui tidak akan diterima untuk pembayaran. (c) HRS (Lataston) yang dibayar atas dasar meter persegi yang dihampar langsung diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang sama, dan menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang cukup besar, harus dibayar atas tebal nominal yang diterima yang dihitung

atas

dasar

kerapatan

laboratorium dari

campuran

HRS

(Lataston) padat menurut SNI-06-2489-1991, luas bagian yang diukur dan berat dari campuran, sesuai catatan penimbangan truk yang telah disetujui, yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan permanen. Jika menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata campuran HRS (Lataston) yang digunakan, melebihi dari sesungguhnya Pekerjaan Jalan

ST VIII-38

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

yang dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), tebal nominal yang dikurangi dan diterima harus ditentukan berdasarkan atas suatu perhitungan

yang

tidak berat sebelah dari tebal rata-rata yang

dibutuhkan. (d) Lebar hamparan HRS (Lataston) yang akan dibayar, harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang dilakukan Kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik. (e) Panjang hamparan HRS (Lataston) arah memanjang yang akan dibayar, harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan, dengan menggunakan prosedur pengukuran teknik standar. (f) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium, harus sama dengan atau lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan dalam formula campuran kerja dari Direksi Teknik yang akan diperhitungkan dalam pengukuran atau pembayaran. (g) Bila perbaikan HRS (Lataston) yang tidak memuaskan telah diperintahkan oleh Direksi Teknik, kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan semula (awal) dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau tambahan kuantitas yang diperlukan untuk perbaikan. (2) Dasar Pembayaran Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran

yang terdaftar

dibawah

dan

tercantum

dalam

Jadual

Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan dan memproduksi dan mencampur serta menghampar semua material, termasuk semua buruh, peralatan, pengujian-pengujian, perkakas dan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini.

Pekerjaan Jalan

Nomor Mata Pembayaran

Uraian

Satuan Pengukuran

(1) (2)

HRS (Lataston) HRSL (Lataston Levelling)

Meter persegi Ton

ST VIII-39

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.6 ATB (Laston Atas) 8.9.6.1

Umum (1) Uraian (c) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata atau lapis pondasi atas padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material aspal dicampur di pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan, sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai Gambar Rencana dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintang atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik. (d) Campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di dalam Seksi ini, untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar bitumen efektif minimum, rongga udara, stabilitas, fleksibilitas dan ketebalan film aspal benar-benar terpenuhi. Dalam hal ini penting diingat bahwa, dalam pembuatan campuran ATB (Asphalt Treated Base) / Laton Atas (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas), metode konvensional dalam merancang campuran beraspal, yang dimulai mendapatkan kepadatan agregat maksimum yang paling mungkin, tidak boleh digunakan karena pendekatan cara ini pada umumnya tidak akan menghasilkan campuran yang memenuhi persyaratan Seksi ini. (2) Campuran Beraspal ATB (Laston Atas) ATB (Asphalt Treated Base) / Laton Atas (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas), yang selanjutnya disebut ATB (Laston Atas), adalah khusus diformulasikan untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan kelelehan. Penting diketahui bahwa setiap penyimpangan dari Spesifikasi ini, khususnya pengurangan dalam

kadar

bitumen,

memungkinkan

tidak

berlakunya

rancangan

perkerasan proyek dan memerlukan pelapisan ulang yang lebih tebal. (3) Tebal Lapisan dan Toleransi (f) Tebal dari ATB (Laston Atas) yang dihampar harus diamati dengan benda uji “inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan benda uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi paling sedikit dua buah diambil arah melintang dari masing-masing setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang antara potongan melintang ke arah memanjang yang diselidiki tidak boleh lebih dari 200 m, dan harus sedemikian rupa sehingga jumlah total benda uji yang diambil pada setiap segmen yang diukur untuk pembayaran tidak boleh kurang dari batas-batas yang diberikan dalam Tabel dibawah ini.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-40

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel Jumlah Minimum Benda Uji Inti Koefisien keragaman dari tebal benda Jumlah minimum benda uji yang uji untuk semua benda uji dari bagian harus diambil dari bagian jalan jalan yang diukur untuk pembayaran yang diukur untuk pembayaran  30 % 6 10 30 – 40 % 14 41 – 50 % 20 51 – 60 % 28 61 – 70 % 40 71 – 80 % 50  80 %

(g) Tebal ATB (Laston Atas) yang sesungguhnya dipasang, sebagaimana ditetapkan dalam table tersebut diatas, harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan nominal yang ditentukan dalam Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak. (h) Untuk semua campuran ATB (Laston Atas), baik yang dibayarkan menurut volume maupun berat sesungguhnya dari material yang dihamparkan, berat campuran ATB (Laston Atas) yang benar-benar dipakai harus dipantau oleh Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk pengangkut material yang meninggalkan pusat pencampur. Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada hal-hal berikut ini : (i) Memerintahkan Kontraktor untuk lebih sering atau lebih banyak atau mencari lokasi-lokasi cores yang lain. (ii) Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan peralatan percobaan laboratorium. (iii) Memperoleh hasil-hasil pemeriksaan lapangan dan laboratorium yang independen tentang kepadatan campuran ATB (Laston Atas) yang dicapai setelah dihamparkan. (iv) Menetapkan suatu sistem penghitungan dan pencatatan truk secara terinci. (i) Variasi kerataan permukaan ATB (Laston Atas) yang telah selesai ditangani diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik. (4) Lapisan Perata Dalam hal campuran ATB (Laston Atas) digunakan sebagai Lapisan Perata, semua persyaratan dari Seksi ini harus berlaku, kecuali : (c) Material harus disebut ATBL (Laston Atas Levelling) (d) Ukuran butir maksimum yang lebih kecil dapat digunakan

Pekerjaan Jalan

ST VIII-41

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(5)

Standar Rujukan

Standar AASHTO T 50 - 78

Penguji daya apung dari material aspal

T 164 - 76

Quantitative Extraction dari aspal dalam campuran perkerasan aspal Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan Pengambilan campuran perkerasan aspal Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan tanah menggunakan pengujian ekivalen pasir. Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran aspal perkerasan Tingkat kekentalan (viscosity) aspal

T 166 T 168 T 209 T 176

-

78 55 74 73

M 17 - 77 M 226 - 78

Standar Indonesia PA.0301-76

Penetrasi dari material aspal

PB.0206-76

Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar kecil dengan menggunakan Mesin Los Angeles. berukuran Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat Magnesium Sulfat atau Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang dipadatkan Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode Abson Pengaruh panas dan udara pada material aspal (pengujian lapisan tipis dengan oven/ tungku). Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran agregat. Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran aspal menggunakan peralatan Marshall Tingkat penetrasi aspal semen

SNI-03-3407-1994 Pd M-06-1997-03 Pd M-03-1996-03 SNI-06-2440-1991 SNI-03-2439-1991 SNI-06-2489-1991 Pd S-15-1996-03 (6)

Pelaporan

Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini : (a) Contoh dari seluruh material-material yang disetujui untuk digunakan, yang akan disimpan oleh Direksi Teknik selama Periode Kontrak untuk keperluan rujukan. (b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh material, seperti dipersyaratkan dalam tabel tersebut diatas. (c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang dipersyaratkan dalam tabel tersebut diatas. (d) Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratkan. (e) Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran ATB (Laston Atas) yang dihampar, seperti yang dipersyaratkan. (f) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam Bab ini untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis (g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam Bab ini.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-42

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(h) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan ATB (Laston Atas) dan dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan. (i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan, pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan sifat- sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi : (i) Penetrasi pada 25 o C (ii) Penetrasi pada 35 o C (iii) “Ring and Ball Softening Point” (iv) Kekentalan pada 60 o C (v) Kekentalan pada 135 o C. (7) Pembatasan oleh Cuaca Campuran ATB (Laston Atas) hanya bisa dihampar bila permukaannya kering, bila tidak akan hujan turun atau sedang hujan dan bila dasar jalan yang sudah disiapkan dalam kondisi yang memuaskan. (8) Perbaikan dari Pekerjaan ATB (Laston Atas) yang tidak Memuaskan Lokasi-lokasi dengan

tebal

atau

kepadatan yang kurang dari

yang

dipersyaratkan atau angka-angka yang disetujui dan juga lokasi-lokasi yang tidak memuaskan dalam hal lainya tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan

oleh Direksi Teknik. Tidak ada

pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan. (9) Pengembalian Bentuk Perkerasan setelah Pengujian Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya, harus segera ditutup kembali dengan material campuran ATB (Laston Atas) oleh Kontraktor dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Bab ini. 8.9.6.2

Material (6) Agregat – Umum (a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran ATB (Laston Atas) yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai dengan Pd M-06-1997-03 dan SNI-06-2489-1991. (b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada

Pekerjaan Jalan

ST VIII-43

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Seksi 1.10 – Material dan Penyimpanan. (c) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit 40 % dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran ATB (Laston Atas) dan selanjutnya timbunan persediaan harus dipertahankan paling sedikit 40 % dari sisa kebutuhanya. (d) Direksi Teknik dapat menyetujui, atau memerintahkan penggunaan agregat yang tidak memenuhi kebutuhan gradasi partikel asalkan dapat ditunjukkan sampai memuaskan Direksi Teknik bahwa campuran ATB (Laston

Atas)

yang

dihasilkannya

dapat

memenuhi

persyaratan-

persyaratan sifat campuran yang diberikan. (e) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan. (7) Agregat Kasar (a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan seperti tabel dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran yang memadai dari batu pecah dengan kerikil besi.

Persen Berat Lolos

Ukuran Saringan

Campuran

(mm)

(ASTM)

Campuran Normal

20

3/4"

100

100

12,7

1/2"

30 - 100

95 - 100

9,5

3/8"

0 - 55

50 - 100

4,75

#4

0 - 10

0 - 50

0,075

# 200

0-1

0-5

Lapisan Perata

(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki persentase keausan yang tidak lebih dari 40 % pada 500 putaran seperti yang ditetapkan oleh PB. 0206-76. (8) Agregat Halus (a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah (“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam ini.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-44

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Ukuran Saringan (mm)

(ASTM)

Persen Berat Lolos

9,5

3/8"

100

4,75

#4

90 – 100

2,36

#8

80 – 100

600 mikron

# 30

25 – 100

75 mikron

# 200

3 – 11

(b) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8% dan atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut SNI-03-4428-1997, tidak boleh digunakan dalam campuran. (9) Bahan Pengisi (Filler) - AASHTO M 17 (b) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki. (c) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya. (10) Material Aspal Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC10 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini (Pd S-15-1996-03 dan AASHTO M 226-78 (1996)). Untuk mencapai kekuatan campuran ATB (Laston Atas) yang ditetapkan, disarankan menggunakan aspal semen AC-20. Frekuensi pengujian bahan aspal ditentukan lebih lanjut sesuai petunjuk Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-45

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Spesifikasi Aspal Pen. Pen.

Metode

Jenis Pengujian

0

1. Penetrasi 25 C, 100

Pengujian

60/70 min mak

80/100 min mak

Satuan

60

79

80

99

0,1mm

48

58

46

54

100

-

100

-

Cm

99

-

99

-

%

200

-

225

-

0

1

-

1

-

-

-

0,4

-

0.6

%

75

-

75

-

% asli

SNI-06-2456-

gr, 5 detik

1991

2. Titik Lembek

SNI-06-2434-

0

C

1991 0

3. Daktilitas 25 C, 5 cm

SNI-06-24321991

per menit 4. Kelarutan dalam CCL4

SNI-06-24381991

5. Titik Nyala

SNI-06-2433-

6. Berat Jenis 250 C

SNI-06-2488-

C

1991 1991

7. Kehilangan Berat 1630

SNI-06-2441-

C, 5 jam

1991

8. Penetrasi setelah

SNI-06-2456-

kehilangan berat 9. Daktilitas setelah kehilangan berat

1991 SNI-06-2432-

50

-

50

-

0

C

-

-

-

-

0

C

1991

10.Bahan Titik lembek setelahuntuk Aspal (11) Tambahan penurunan berat

Cm

SNI-06-2434-

Direksi Teknik dapat menetapkan 1991 atau menyetujui penggunaan suatu bahan tambahan untuk mencapai stabilitas yang ditetapkan, stabilitas sisa atau

11. Perkiraan suhu

0

C - keawetan, syarat-syarat sifat lainnya,AASHTO-72atau untuk meningkatkan ketahanan pencampuran 1990 terhadap deformasi atausifat kelelahan.

12. Perkiraan suhu

Bahan tambahan tersebut harus dari jenis- yang- telah- disetujui oleh Direksi AASHTO-72pemadatan 1990 Teknik. Takaran bahan tambahan dan metode pencampuran dengan bahan tambahan lainnya, harus sesuai dengan petunjuk pabrik dan petunjuk Direksi Teknik.

(12) Sumber Pasokan (a) Persetujuan awal sumber-sumber pengadaan agregat dan bahan pengisi mineral harus diperoleh dari Direksi Teknik sebelum pengiriman material. Contoh-contohnya harus diserahkan seperti yang diperintahkan. (b) Dalam

pemilihan

sumber-sumber

agregat,

Kontraktor

harus

memperhitungkan aspal yang akan hilang karena absorbsi (penyerapan) Pekerjaan Jalan

ST VIII-46

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

kedalam agregat, untuk memastikan penggunaan agregat setempat yang mempunyai daya penyerapan yang paling kecil. 8.9.6.3

Persyaratan Sifat Campuran (1) Campuran ATB (Laston Atas) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Tabel dibawah. Tabel Persyaratan Sifat Campuran Kadar Aspal Efektif

Sifat Campuran

Spesifikasi Minimum 5,5

Kadar Penyerapan Aspal

Maximum

1,7

Kadar Total (%dari tehadap berat padat total) Kadar Aspal Rongga Udara campuran

Minimum Minimum

6 4

(% terhadap volume total campuran) Marshall Quotient (SNI-06-2489-1991) (KN/mm)

Maximum

Minimum

8 1,8

Maximum

Minimum

5 750

Maximum

75

Stabilitas Marshal (SNI-06-2489-1991) (KG) Stabilitas Marshal tersisa setelah perendaman

Minimum

0

selama 24 jam pada 60 C (% terhadap stabilitas semula)

(2) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila diperiksa masing- masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51. (3) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO T 164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm, partikel

mineral

yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu

sentrifugal. 8.9.6.4

Rancangan Campuran (1) Komposisi Umum dari Campuran Campuran ATB (Laston Atas) terdiri dari agregat dan bahan aspal. Dalam beberapa hal penambahan bahan pengisi akan diperlukan untuk meyakinkan sifat-sifat campuran dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam tabel tersebut diatas. (2) Kadar Bitumen dari Campuran Kadar bitumen campuran ATB (Laston Atas) harus ditetapkan sedemikian rupa hingga kadar bitumen efektif (yaitu setelah kehilangan oleh absorbsi agregat) tidak akan kurang dari nilai minimum yang ditetapkan dalam Tabel diatas. Persentase aspal yang ditambahkan kedalam campuran akan tergantung pada daya absobsi agregat yang digunakan dan akan ditetapkan oleh Direksi Teknik sewaktu menyetujui rumus campuran kerja.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-47

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(3) Proporsi Komponen Agregat (c) Komponen-komponen campuran agregat harus ditetapkan berkenaan dengan fraksi-fraksi rencana yang diperlukan, yang dirumuskan sebagai berikut : Fraksi Agregat Kasar

: Persentase berat dari campuran keseluruhan dari material tertahan pada saringan 2,36 mm.

Fraksi Agregat Halus

: Persentase berat dari campuran keseluruhan dari material lolos saringan 2,36 mm tetapi tertahan pada saringan 75 mikron.

Fraksi Bahan Pengisi

: Persentase berat dari campuran keseluruhan dari material yang lolos saringan 75 mikron.

(d) Fraksi rancangan dari campuran umumnya harus berada dalam batasbatas komposisi yang diberikan dalam Tabel dibawah. Walaupun demikian Direksi Teknik dapat menyetujui atau langsung dapat menggunakan campuran yang melampaui batasan asalkan memenuhi sifat-sifat campuran yang ditentukan pada Tabel dibawah ini. Tabel Fraksi Rancangan Campuran Fraksi Rancangan Campuran Fraksi Agregat Kasar (CA) Fraksi Agregat Halus (FA) Fraksi Bahan Pengisi (FF)

Persen Berat Total Campuran Aspal 40 – 60 26 – 49,5 4,5 – 7,5

(4) Penyesuaian Proporsi Campuran dengan Cara Campuran Percobaan (f) Kontraktor harus membuktikan bahwa seluruh agregat-agregat yang diusulkan serta proporsi komponen campuran ATB (Laston Atas) yang diusulkan memenuhi syarat dengan membuat serta menguji campurancampuran percobaan yang dibuat dalam alat campuran (mixing plant) segera sebelum penghamparan campuran ATB (Laston Atas). (g) Pengujian-pengujian yang diperlukan akan meliputi gradasi, berat jenis (spesific gravity) dan absorbsi air pada agregat kasar dan halus yang akan digunakan, serta pengujian-pengujian sifat-sifat lain dari agregat yang mungkin diminta oleh Direksi Teknik. Pengujian pada campurancampuran percobaan akan meliputi penentuan berat jenis dari campuran ATB (Laston Atas) (ASSHTO T209-74) dan pengujian sifat-sifat Marshall (SNI-06-2489-1991). (h) Percobaan rancangan pertama harus dilaksanakan dengan menggunakan persediaan material untuk menetapkan perbandingan pasir terhadap abu batu yang optimum.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-48

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(i) Pengujian campuran percobaan laboratarium harus dilaksanakan dalam tiga langkah dasar, sebagai berikut : (iv) Seleksi resep campuran nominal untuk digunakan sebagai suatu dasar referensi untuk campuran-campuran percobaan. (v)

Melakukan campuran-campuran percobaan untuk memilih suatu resep campuran yang optimum.

(vi)

Penegasan campuran yang optimum dengan cara pengujian, bila perlu dengan mengadakan penyesuaian dari resep campuran yang dipilih.

(j) Sebelum percobaan-percobaan laboratorium dimulai, maka suatu resep campuran nominal yang cocok terhadap bahan-bahan campuran yang diusulkan harus diperkirakan atas dasar pertimbangan rencana campuran teoritis. Prosedur yang harus digunakan untuk menaksir suatu resep campuran nominal yang tepat adalah sebagai berikut : (i) Proporsi Takaran Campuran Nominal. Proporsi ini ditentukan dengan mempertimbangkan bentuk kurva gradasi untuk agregat yang diusulkan dan derajat kesenjangan gradasi yang diperlukan pada campuran kombinasi. Jika pengaruh gradasi senjang yang dapat diperoleh terhadap agregat kombinasi jauh lebih kecil atau lebih besar dari yang diberikan Direksi Teknik, maka rancangan fraksi untuk agregat kasar masing-masing harus lebih

rendah

atau mencapai

nilai yang

diberikan dalam Tabel tersebut diatas. Perhitungan resep takaran campuran rancangan harus dicatat pada formulir standar yang diberikan Direksi Teknik. (ii) Kadar Bahan Pengisi (Filler) Nominal. Kadar bahan pengisi (Filler) nominal harus nol, kecuali kriteria seperti diberikan pada Tabel dibawah tidak terpenuhi. Dalam hal ini, jumlah filler yang ditambahkan hanyalah sekedar cukup untuk memenuhi kriteria FF pada campuran nominal, dan jumlah ini harus ditetapkan sebagai tambahan filler nominal yang diperlukan untuk campuran-campuran percobaan.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-49

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel Proporsi Campuran Nominal (hanya sebagai Pedoman) Proporsi Campuran Nominal Persen Berat

Komponen Campuran asar (CA) Agregat Halus (FA) Fraksi Filler (FF) Total Kadar Aspal dalam campuran Total

Total Campuran Aspal 50 50 – FF – b 4,5 b 100

(iii) Kadar Aspal Nominal. Nilai Laboratorium untuk daya serap air agregat yang diusulkan, akan digunakan untuk memperoleh perkiraan dari banyaknya aspal yang mungkin dapat diserap oleh gabungan agregat dalam campuran nominal. Besarnya penyerapan agregat terhadap aspal dapat diperkirakan sebesar 50 % dari nilai penyerapan terhadap air yang telah diukur. (k) Campuran-campuran percobaan laboratorium harus dipersiapkan atas dasar resep campuran nominal, tetapi dengan variasi-variasi dalam proporsi-proporsi

campuran

agregat,

kadar

bahan

pengisi

yang

ditambahkan dan kadar bitumen. Variasi-variasi campuran berikut harus diselidiki : (iv) Variasi Campuran Agregat : Abu Batu. Perbandingan campuran pasir terhadap abu batu harus dicoba dengan perbandingan kira-kira 2 : 1 sampai kira-kira 1 : 2. Salah satu perbandingan agregat kasar dan perbandingan pasir terhadap abu batu yang dipilih harus merupakan nilai yang sesuai dengan campuran nominal,

sedangkan nilai-nilai lainnya harus

dipilih

sehingga kebutuhan batas-batas variasi tercakup dengan baik dan dengan interval yang sama. Untuk semua variasi tes agregat ini, perbandingan campuran dan penambahan filler (bila ada) harus dipegang pada nilai campuran nominal tertentu. (v) Variasi Kadar Aspal. Nilai-nilai kadar aspal sebesar 1 % dan 2 % (dari berat total campuran aspal) dibawah kadar aspal dari campuran nominal harus dicoba , dan juga nilai-nilai 1 % dan 2 % diatas. (vi) Variasi Kadar Bahan Pengisi yang ditambahkan. Kadar bahan pengisi (Filler) yang ditambahkan sebesar 2 % dan 4 % diatas nilai campuran nominal harus dicoba, juga (nol) apabila nilai nominalnya belum juga mencapai nol.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-50

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(l) Untuk masing-masing variasi campuran yang dicoba, paling sedikit 2 briket Marshall harus disiapkan dan dites, dan sifat-sifat campuran harus dihitung menggunakan formulir terlampir. Nilai luas Permukaan Agregat yang diperlukan harus dihitung dengan menggunakan formulir yang diberikan Direksi Teknik. Sifat-sifat campuran yang diperoleh harus diplot dengan

menggunakan

formulir

sebagaimana

terlampir

dan

resep

campuran optimum ditentukan dengan membandingkan data grafik dengan batas-batas sifat-sifat campuran yang telah ditetapkan. (m) Untuk

pertimbangan

dioptimasikan

secara

ekonomis, demikian

proporsi-proporsi rupa

sehingga

campuran kadar

dapat

aspal dapat

diperkecil dalam batas-batas yang diijinkan yang ditentukan dalam Tabel diatas, tetapi bagaimanapun juga kadar aspal tidak boleh dikurangi sampai lebih rendah dari batas bawah yang dipersyaratkan. Dalam memeriksa apakah campuran optimum memenuhi batas bawah yang ditentukan untuk kadar aspal efektif, nilai kadar aspal yang diserap yang akan digunakan, pada umumnya harus nilai yang dihitung dari hasil-hasil pengujian AASHTO T 209-74. (n) Apabila proses optimisasi campuran yang diuraikan diatas, memerlukan interpolasi yang cukup besar terhadap data pengujian, sehingga resep akhir yang dipilih tidak sama dengan setiap resep yang sebenarnya diuji selama

percobaan-percobaan

tersebut,

Direksi

Teknik

bisa

memerintahkan agar disiapkan satu percobaan campuran lagi dan diuji untuk memastikan sifat-sifat dari campuran optimum yang sudah dipilih. Dengan membandingkan hasil-hasil dari tes pemastian percobaan tunggal ini dengan hasil-hasil yang diperoleh dari serangkaian campuran percobaan, maka selanjutnya penyesuaian kecil dari resep campuran yang dipilih mungkin masih diperlukan. 8.9.6.5

Rumus Campuran Kerja (1) Persetujuan (c) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Teknik secara tertulis suatu Rumus Campuran Kerja yang diusulkan, untuk campuran ATB (Laston Atas) yang akan disediakan untuk Proyek. Rumus yang diajukan demikian harus merinci ukuran partikel maksimum nominal, sumber- sumber agregat, persentase agregat kombinasi yang lolos saringan-saringan berukuran 2,36 mm (no. 8) dan 75 mikron (no. 200), jumlah dan kadar bitumen efektif yang dinyatakan

sebagai

persentase

temperatur

tunggal

tertentu

berat dimana

jumlah campuran

campuran,

suatu

tersebut

harus

dikosongkan dari alat pencampur, dan suatu temperatur tunggal Pekerjaan Jalan

ST VIII-51

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tertentu

dimana

campuran

tersebut

akan

dikirim

ke

tempat

penghamparan, yang semuanya akan berada dalam batas-batas antara yang ditetapkan dari komposisi umum dan batas- batas temperatur. (d) Dalam

menyetujui

campuran

kerja,

Direksi

Teknik

atas

dasar

pertimbangannya dapat menggunakan formula yang diserahkan, secara keseluruhan atau sebagian, atau dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian campuran percobaan tambahan atau untuk menyelidiki alternatif agregat- agregat lainnya. (e) Sewaktu menyetujui Rumus Campuran Kerja, Direksi Teknik akan menunjuk agregat tertentu, dan sumber-sumbernya yang mendasari formula campuran kerja yang diterapkan. (f) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang berbeda- beda. (2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik Kontraktor harus menghampar percobaan paling sedikit 8 ton campuran ATB (Laston Atas) dengan menggunakan produk, peralatan penghampar dan prosedur yang diusulkan. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai hingga percobaan yang memuaskan telah dilaksanakan dan disetujui oleh Direksi Teknik. (3) Penerapan Formula Campuran Kerja dan Toleransi yang diijinkan (d) Semua campuran ATB (Laston Atas) yang disediakan harus sesuai dengan Rumus Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam batas antara toleransi-toleransi yang ditetapkan dibawah :

Toleransi Komposisi Campuran : Gabungan agregat yang lolos

:  7 % berat total campuran

Saringan 9,5 mm Gabungan agregat yang lolos

:  5 % berat total campuran

Saringan 2,36 mm Gabungan agregat yang lolos

:  2 % berat total campuran

Saringan 150 mikron Gabungan agregat yang lolos

:  1,5 % berat total campuran

Saringan 75 mikron Kadar bahan aspal

: + 0,3 % berat total campuran

Toleransi Temperatur : Bahan yang meninggalkan tempat pencampuran : ± 10º C. Bahan-bahan yang diterima di tempat penghamparan : ± 10º C.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-52

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(e) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan campuran atau contoh-contoh tambahan yang dipandang perlu untuk pengecekan keseragaman yang diperlukan dari campuran. (f) Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari sumber material, suatu formula campuran kerja yang baru harus diserahkan dan disetujui, sebelum campuran ATB (Laston Atas) yang mengandung material baru dikirimkan. 8.9.6.6

Persyaratan Peralatan Pelaksanaan (18) Umum Unit pencampuran (Mixing Plant), yang dapat berupa pusat pencampuran dengan

penakaran

(batching)

atau

pusat

pencampuran

menerus

(continous), harus memiliki kapasitas yang cukup untuk melayani mesin penghampar secara menerus (tidak terhenti-henti) sewaktu menghampar campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang disyaratkan. (19) Timbangan pada Pusat Pencampur (e) Timbangan untuk setiap kotak timbangan atau penampung seharusnya berupa tipe pembacaan jarum tanpa pegas, dan harus merupakan produksi rancangan standar yang ketepatannya berkisar antara ½ % dari bahan maksimum yang diperlukan. (f) Bila

timbangan-timbangan

tipe

pembacaan

jarum tanpa

pegas

digunakan, ujung dari jarum harus dipasang sedekat mungkin dengan permukaan

dan

harus

berupa

tipe

yang

bebas

dari

parallax

(penyimpangan sinar) yang berlebihan. (g) Timbangan

untuk

menimbang

material

aspal

harus

memenuhi

persyaratan sebagai timbangan agregat. Perbedaan minimum antara angka-angkanya dalam segala hal harus tidak melebihi dari 1 kg. (h) Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik dan akan diperiksa berulang kali, sebagaimana dianggap perlu oleh Direksi Teknik, untuk selalu menjamin ketepatannya. Kontraktor harus menyediakan dan siap di tempat tidak kurang dari 10 buah beban standar seberat 20 kg untuk pengujian- pengujian penimbangan. (20) Peralatan untuk Penyiapan Bahan Aspal Tangki untuk penyimpanan material aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang selalu dapat dikendalikan secara efektif dan positif sampai pada temperatur dalam batas yang dipersyaratkan. Pemanasan harus dilakukan dengan spiral uap (steam coils), listrik, atau cara lainnya yang mana api harus tidak berhubungan langsung dengan tangki pemanas. Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua Pekerjaan Jalan

ST VIII-53

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tangki berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke pengaduk. (21) Pemasok untuk Mesin Pengering (Feeder for Drier) Harus disiapkan pemasok untuk masing-masing agregat yang akan dipakai pada pencampuran. Pemasok untuk agregat halus harus dari tipe ban (belt

conveyor). Atas persetujuan Direksi Teknik diperkenankan memakai tipe lain, hanya jika alat tersebut dapat menyalurkan/mengangkut bahan basah pada kecepatan yang tetap tanpa menyebabkan terjadinya penyumbatan. (22) Alat Pengering (Drier) Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk pengeringan dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang disyaratkan. (23) Ayakan Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas kapasitas penuh dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang tertampung dalam setiap penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih dari 10 % material yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil. (24) Penampung / Bin Perlengkapan

harus

termasuk

penampung-penampung

(bins)

yang

berkapasitas cukup untuk melayani pencampuran sewaktu beroperasi pada kapasitas penuh. Penampung harus dibagi paling sedikit dalam tiga bagian (ruang) dan harus diatur untuk menjamin penyimpanan yang terpisah serta memadai untuk masing-masing fraksi agregat, tidak termasuk bahan pengisi. (25) Unit Pengontrol Aspal (c) Harus

disediakan

suatu

cara

yang

memuaskan,

baik

dengan

menimbang atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang disyaratkan untuk campuran kerja itu. (d) Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa meteran aspal yang berputar dengan sistem pemindahan secara positif, dengan susunan penyemprot, pada pencampur, yang baik. Untuk unit Pekerjaan Jalan

ST VIII-54

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan kualitas aspal yang direncanakan untuk setiap takaran campuran. (26) Perlengkapan Pengukur Panas (c) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai 200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur. (d) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa (mercury- actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan temperatur dari agregat yang dipanaskan. (27) Pengumpul Debu (Dust Collector) Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. (28) Pengendalian Waktu Pencampuran Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah Direksi Teknik (29) Timbangan dan Rumah Timbang Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk yang bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan. Timbangan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan seperti yang diuraikan diatas. (30) Persyaratan Keselamatan Kerja (c) Tangga yang memadai serta aman untuk ke landasan (Platform) pencampur dan tangga berpagar ke unit lainnya harus dipasang pada seluruh tempat yang diperlukan untuk menuju pengoperasian semua alat-alat perlengkapan. Untuk mencapai bak dari truk harus disediakan landasan atau perangkat lainnya yang sesuai untuk memungkinkan Direksi Teknik memperoleh contoh serta data temperatur campuran. (d) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan pada dan sekitar tempat pemuatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari jatuhan dari platform pencampur.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-55

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(31) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Batch (Bacthing Plant) (a) Kotak Penimbang atau Penampung. Perlengkapan ini harus mencakup suatu cara untuk menimbang secara teliti, masing-masing menampung ukuran agregat tertentu dalam kotak penimbang atau penadah, yang digantung pada timbangan, berukuran cukup untuk menampung campuran satu takaran penuh tanpa harus diratakan dengan tangan atau tanpa tumpah. (b) Pencampur (Mixer). Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar ganda) yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus dipanasi dengan selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi Teknik. Pencampur harus memiliki pengontrol waktu yang tepat untuk mengendalikan operasi satu siklus (daur) pencampuran lengkap dengan penguncian

gerbang

kotak

timbangan

setelah

pengisian

ke

pencampuran sampai penutupan gerbang pencampur pada saat selesainya siklus tersebut. Pengontrol waktu harus mencapai ember aspal selama periode pencampuran kering dan basah. Pengendalian waktu harus fleksibel dan dapat disetel untuk suatu selang waktu tidak lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk keseluruhan siklus. Penghitung batch secara mekanis untuk campuran harus dipasang sebagai bagian dari peralatan pengatur waktu dan harus dirancang sedemikian rupa sehingga hanya mencatat batch campuran. (32) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Menerus (Continuous Mixing

Plant) (a) Unit Pengontrol Gradasi. Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti masing- masing penampung dengan ukuran agregat baik dengan penimbangan atau dengan pengukuran volume. (b) Kalibrasi Berat dari Pemasukan Agregat. Unit ini harus mencakup perlengkapan untuk kalibrasi dari bukaan lubang dengan cara pengujian penimbangan berat contoh sehingga masing-masing material yang mengalir keluar dari penampung melalui bukaan dapat dilewatkan secara memuaskan ke kotak-kotak penguji yang cocok, masing- masing penampung material dibatasi secara terpisah. Unit dapat menangani contoh uji seberat 150 kg lebih, berupa gabungan contoh-contoh dari seluruh penampung, dan tidak kurang Pekerjaan Jalan

ST VIII-56

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dari 50 kg untuk setiap contoh dari satu penampung. (c) Sinkronisasi Pemasukan Agregat dan Aspal . Suatu

cara

yang

memuaskan

harus

disediakan

yang

mampu

melaksanakan kontrol saling mengunci antara aliran agregat dari penampung dengan aliran aspal dari meteran atau sumber pengatur lainnya. Kontrol ini harus disertai dengan cara penguncian mekanis atau metode positif lainnya yang memuaskan Direksi Teknik. (d) Unit Pencampur untuk Metode Menerus. Perlengkapan ini harus mencakup pencampur menerus tipe pengaduk ganda yang disetujui, yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam batas toleransi campuran kerja. Pengaduk harus dari tipe yang dapat disetel untuk pengaturan sudut dari sumbunya, dan dapat berputar balik untuk melawan arah aliran dari campuran. (e) Penampung. Pencampur harus dilengkapi dengan sebuah penampung pada bagian pengeluaran, dengan ukuran serta rancangan yang tidak akan mengakibatkan terjadinya segregasi. Tiap elevator (pengangkat) yang digunakan untuk memuat campuran keatas kendaraan harus juga memiliki penampung yang memuaskan juga. (33) Peralatan Pengangkut (d) Truk

untuk

mengangkut

campuran

ATB

(Laston

Atas)

harus

mempunyai bak dari logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran ke bak. Jika ada genangan minyak di bak truk setelah penyemprotan, harus dibuang sebelum campuran dimasukkan dalam truk. (e) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat sistem pegasnya atau faktor lain, atau yang menunjukkan kebocoran oil yang nyata, atau yang menyebabkan kelambatan yang tidak perlu, atas perintah Direksi Teknik harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki. (f) Bila dianggap perlu, agar campuran ATB (Laston Atas) yang dikirim ke tempat pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk hendaknya diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran mudah dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-57

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(34) Peralatan Penghampar dan Pembentuk (g) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan membentuk campuran ATB (Laston Atas) sampai sesuai dengan garis, permukaan serta penampang melintang yang diperlukan. (h) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata dimuka “ screed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan harus dapat bergerak mundur dan maju. (i) Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti penyeimbang (equalizing runners), pisau (straightedge runners), lengan (evener

perata

arms),

atau

perlengkapan

lainnya

untuk

mempertahankan kelurusan permukaan dan kelurusan garis

tepi

perkerasan tanpa perlu menggunakan pembentuk tepi yang tepat. (j) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas

“screed”

pada

temperatur

yang

diperlukan

untuk

penghamparan campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan. (k) Istilah “screed” meliputi memangkasan, penutupan, atau tindakan praktis lainnya yang efektif untuk menghasilkan permukaan akhir dengan kerataan atau tekstur yang dipersyaratkan, tanpa terbelah, tergeser atau beralur. (l) Jika, selama pelaksanaan diketahui bahwa perlengkapan penghampar dan pembentuk dalam pengoperasiannya meninggalkan bekas pada permukaan atau cacat atau ketidak rataan permukaan lainnya yang tidak

diperbaiki

dengan

memuaskan

dengan

pelaksanaan

yang

dijadwalkan, maka pengunaan peralatan tersebut, harus dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang memuaskan harus disediakan oleh Kontraktor. (35) Peralatan Pemadat (d) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel

roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus mempunyai tenaga penggerak sendiri. (e) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan 8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu

Pekerjaan Jalan

ST VIII-58

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

sama lain pada kedua garis sumbu dan diatur sedemkian rupa sehingga roda pada sumbu yang satu jatuh diantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih). Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya pada tekanan operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). (f) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe: (i) Mesin gilas tiga roda (Three Wheel Roller) (ii) Mesin gilas roda tandem (Tandem Wheel Roller) (iii) Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem Roller). Mesin gilas harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda belakang tidak kurang dari 400 kg per 0,1 m kali lebar minimum roda. Paling sedikit satu dari mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas sebesar 600 kg per 0,1 m kali lebar. 8.9.6.7

Pembuatan dan Produksi Campuran (1) Kemajuan Pekerjaan Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60 % kapasitas alat pencampur. (2) Penyiapan Material Aspal Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º C didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur. (3) Penyiapan Agregat (d) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat. (e) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-59

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(4) Penyiapan Campuran (c) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik, untuk menjamin mutu dari penakaran campuran. (d) Sewaktu dikeluarkan dari pencampur, temperatur campuran harus pada temperatur batas absolut seperti, yang dijelaskan pada Tabel dibawah, termasuk toleransi yang diperbolehkan. (5) Pengangkutan dan Penyerahan di Tempat Kerja (a) Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang batas mutlaknya ditunjukan pada dibawah ini. Tabel Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran Aspal

Prosedur Pelaksanaan

Viskositas Aspal (centistokes )

Pencampuran benda uji 170 + 20 Marshall 280 + 30 Pemadatan benda uji Marshall Suhu pencampuran maksimum di AMP Mengosongkan Pencampuran 100 - 400 AMP Kedalam truk 400 - 1000 Penyerahan ke Paver Pengilasan Break down 1000 - 1800 (silinder baja) 1800 - 10000 Penggilasan ke dua (ban 10000 -100000 karet) Penggilasan akhir (silinder baja)

Suhu Campuran Aspal (º C) Campuran Campuran memakai AC- memakai AC20 (Ekivalen 10 dng Aspal (Ekivalen Pen. 60/70) dng Aspal Pen. 80/100) 155 145 140 130 < 165

135 150 - 120

>125 140 - 110

125 - 110 110 - 95 95 - 80

111 - 102 102 - 83 83 - 63

(b) Masing-masing kendaraan yang telah dimuati harus ditimbang di tempat pencampuran, dan harus dibuat catatan dari menyangkut berat kotor, berat kosong dan berat netto dari tiap muatan. Muatan tidak boleh dikirim terlalu sore agar penyelesaian hamparan dan pemadatan campuran sewaktu

hari

masih

terang terkecuali tersedia penerangan yang

memuaskan.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-60

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.6.8

Penghamparan Campuran (6)Menyiapkan Permukaan yang akan Dilapisi (c) Sesaat sebelum penghamparan campuran ATB (Laston Atas), permukaan yang ada harus dibersihkan dari material yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu mesin, dan dibantu dengan cara manual (dengan tangan) jika diperlukan. Lapis aspal perekat (tack coat) atau lapis aspal resap pengikat (prime coat) harus digunakan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik. (d) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak, menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi Teknik dan kemudian dipadatkan (7) Sepatu (screed) Tepi Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana campuran ATB (Laston Atas) akan dihampar. (8) Penghamparan dan Pembentukan (e) Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dari mesin penghampar harus dipanaskan. Campuran ATB (Laston Atas) harus dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk melintang yang disyaratkan. (f) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati. (g) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (raking) kembali sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi. (9) Pemadatan (o) Segera setelah campuran ATB (Laston Atas) dihampar dan diratakan, permukaan harus

diperiksa

dan

setiap ketidak rataan

diperbaiki.

Temperatur campuran yang terhampar dalam keadaan lepas harus Pekerjaan Jalan

ST VIII-61

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dimonitor dan penggilasan harus dimulai didalam batas viskositas aspal yang ditunjukkan pada Tabel diatas. (p) Penggilasan campuran ATB (Laston Atas) harus terdiri dari tiga operasi yang berbeda sebagai berikut : o. 1. 2. 3.

Uraian

Waktu setelah Penghamparan 0 – 10 menit 10 – 20 menit 20 – 45 menit

gilasan awal atau pemecahan gilasan sekunder atau antara gilasan akhir atau penyelesaian

(q) Penggilasan

awal

atau

pemecahan

dan

penggilasan

akhir

atau

penyelesaian harus seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan sekunder atau antara harus dilakukan dengan mesin gilas ban angin. Mesin gilas pemecah harus beroperasi dengan roda penggerak berada di arah mesin penghampar. (r) Penggilasan sekunder atau antara harus mengikuti sedekat mungkin penggilasan pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih berada pada temperatur yang akan menghasilkan pemadatan maksimum. Pemadatan akhir harus dilakukan sewaktu material masih berada dalam kondisi yang masih dapat dikerjakan untuk menghilangkan bekas tandatanda penggilasan. (s) Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam penggilasan awal harus digilas ke arah melintang dengan penggunan papan (di tepi perkerasan) yang mempunyai ketebalan gilas diluar batas perkerasan. Bila sambungan memanjang tersebut untuk suatu jarak yang pendek. (t) Pada sambungan memanjang penggilasan harus dimulai ke

arah

memanjang dan selanjutnya pada tepi luar dan sejajar dengan sumbu jalan ke arah tengah jalan, kecuali pada super elevasi pada tikungan harus dimulai pada bagian rendah dan bergerak ke arah bagian yang tinggi. Lintasan yang berurutan dari lebar roda dan lintasan-lintasan harus tidak berakhir pada titik yang berjarak kurang dari 1 meter dari lintasan sebelumnya. Usaha penggilasan harus diutamakan pada tepi luar dari lebar yang dihampar. (u) Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus terlebih dulu pindah ke jalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari15 cm dari roda penggerak akan menggilas tepi yang belum dipadatkan. Mesin gilas harus meneruskan sepanjang jalur ini, dengan menggeser posisinya sedikit demi sedikit melewati sambungan dengan beberapa lintasan, sampai tercapai sambungan yang terpadatkan dengan rapi. (v) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup rendah Pekerjaan Jalan

ST VIII-62

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas tersebut. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba, begitu pula arah dari penggilasan harus tidak berbalik secara tiba-tiba yang akan menyebabkan tersorongnya campuran panas. (w) Penggilasan harus berlangsung secara terus menerus sebagaimana diperlukan

untuk

memperoleh

pemadatan

yang

merata

sewaktu

campuran masih dalam kondisi yang dapat dikerjakan dan hingga seluruh bekas tanda gilasan dan ketidak-rataan hilang. (x) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, rodaroda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan tidak diijinkan. (y) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah mendingin dan mengeras. (z) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tiap bagian perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Kontraktor). (aa) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi yang dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru, yang harus dipadatkan secepatnya agar sama dengan sekitarnya. (bb) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap material berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor diluar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan. (10) Sambungan-sambungan (c) Baik sambungan memanjang maupun melintang dalam lapisan yang berurutan harus diatur sedemikian rupa agar tidak berada satu diatas lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan yang berada di lapisan paling atas akan berlokasi di pemisah jalur lalu lintas. Sambungan melintang harus dipasang secara bertahap dengan minimum jarak antaranya 25 cm dan harus lurus. (d) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-63

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Sapuan aspal untuk melekatkan kedua lapisan permukaan harus diberikan sesaat sebelum campuran tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya digilas. 8.9.6.9

Pengendalian dan Pengujian Mutu di Lapangan (6) Pengujian Permukaan dari Perkerasan (c) Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 m, yang disediakan oleh Kontraktor, diletakkan masing-masing secara tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan beberapa pegawainya untuk menggunakan mistar tersebut dibawah petunjuk Direksi Teknik untuk memeriksa seluruh permukaan. (d) Pengujian-pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan telah memenuhi ketinggian yang dipersyaratkan

harus dilakukan segera

setelah pemadatan awal, dan perbedaaan harus diperbaiki dengan membuang

atau

menambah

material

sebagaimana

diperlukan.

Selanjutnya penggilasan harus diteruskan sebagaimana disyaratkan. Setelah

penggilasan

akhir, kehalusan dari lapisan harus diperiksa

kembali dan setiap ketidak-rataan dari permukaan yang melewati batas toleransi yang disediakan diatas, serta lokasi-lokasi yang mempunyai kerusakan

tekstur,

kepadatan,

atau

komposisi

harus

diperbaiki

sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. (7) Persyaratan Kepadatan (c) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan benda uji yang dipadatkan di laboratorium dari material dengan proporsi yang sama. (d) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168 dan SNI-06-2489-1991. (8) Pengambilan Contoh untuk Pengendalian Mutu Campuran (c) Contoh-contoh dibawah ini harus diambil untuk pengujian harian : (iv) Agregat dari hot bin untuk gradasi-gradasi hasil pencucian (v) Gabungan agregat panas untuk gradasi-gradasi hasil pencucian (vi) Campuran aspal untuk ekstraksi Stabilitas Marshall. (d) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktuwaktu

sebagaimana

diperintahkan

oleh

Direksi

Teknik,

contoh

tambahan ini akan diambil untuk memungkinkan penentuan Bulk Specific Gravity untuk agregat dari hot bin dan kerapatan teroritis maksimum dari campuran aspal (AASHTO T 209-74). Pekerjaan Jalan

ST VIII-64

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(9) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran (c) Kontraktor harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatancatatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik. (d) Kontraktor harus menyampaikan pada Direksi Teknik hasil-hasil dan catatan- catatan pengujian yang berikut, yang dilaksanakan pada setiap hari produksi bersama dengan lokasi yang tepat dimana produksi tersebut dihampar : (x)

Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh dari setiap hot bin.

(xi)

Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh dari gabungan agregat panas.

(xii) Temperatur dari campuran sewaktu pengambilan contoh di pusat pencampur dan diatas jalan (setiap satu jam). (xiii) Kerapatan

dari

campuran

yang

dipadatkan

di

laboratorium

(kerapatan Marshall) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. (xiv) Kerapatan

dari

pemadatan

dan

persentase

pemadatan

dari

campuran dibandingkan dengan kerapatan Marshall di laboratorium untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. (xv) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. Jika memakai metoda ekstraksi centryfuge, koreksi abu harus dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164 -76. (xvi) Rongga

udara

dalam campuran,

dihitung

menurut

Maximum

Specific Gravity of Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209-74). (xvii) Aspal yang diabsorbsi oleh agregat, sebagaimana dihitung atas dasar Maximum Speciffic Gravity of Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209-74). (10)

Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran (c) Untuk pengecekan pada pengukuran kuantitas untuk pembayaran, berat campuran yang dihampar harus selalu dimonitor secara terusmenerus dengan tiket pengiriman

muatan

dari tempat-tempat

penimbangan truk pada Tabel tersebut diatas. (d) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi. Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah pengawasan Direksi Teknik. Pekerjaan Jalan

ST VIII-65

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.6.10 Pengukuran dan Pembayaran (3) Metode Pengukuran (h) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran ATB (Laston Atas) haruslah didasarkan pada beberapa pengaturan dibawah ini : (iii) Untuk bahan lapis pondasi, jumlah meter kubik dari material yang dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas bagian yang diukur dan tebal nominal yang ditentukan dalam Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak. (iv) Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang telah dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring yang terus- menerus dari tiket pengiriman muatan dari timbangan truk. (i) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasilokasi dimana tebal ATB (Laston Atas) kurang dari tebal minimum yang dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau menyempit ( tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi-lokasi yang materialnya memiliki kadar aspal dibawah kebutuhan yang disetujui tidak akan diterima untuk pembayaran. (j) ATB (Laston Atas) yang dibayar atas dasar meter kubik yang dihampar langsung diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang sama, dan menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang cukup besar, harus dibayar atas tebal nominal yang diterima yang dihitung atas dasar kerapatan laboratorium dari campuran ATB (Laston Atas) padat menurut SNI-06-2489- 1991, luas bagian yang diukur dan berat dari campuran, sesuai catatan penimbangan truk yang telah disetujui, yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan permanen. Jika menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata campuran

ATB

(Laston

Atas)

yang

digunakan,

melebihi

dari

sesungguhnya yang dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), tebal nominal yang dikurangi dan diterima harus ditentukan berdasarkan atas suatu perhitungan yang tidak berat sebelah dari tebal rata-rata yang dibutuhkan. (k) Kecuali sebagaimana ditentukan dalam Paragraf (c) diatas, tebal ATB (Laston Atas) yang diukur untuk pembayaran umumnya harus tidak lebih besar dari tebal rancangan nominal yang ditetapkan dalam Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-66

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(l) Lebar hamparan ATB (Laston Atas) yang akan dibayar, harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang dilakukan Kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik. (m) Panjang hamparan ATB (Laston Atas) arah memanjang yang akan dibayar, harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan, dengan menggunakan prosedur pengukuran teknik standar. (n) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium menurut tersebut diatas, harus sama dengan atau lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan dalam formula

campuran

kerja

dari

Direksi

Teknik yang akan

diperhitungkan dalam pengukuran atau pembayaran. (o) Bila perbaikan ATB (Laston Atas) yang tidak memuaskan telah diperintahkan

oleh

Direksi

Teknik,

kuantitas

yang diukur

untuk

pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan semula (awal) dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau tambahan kuantitas yang diperlukan untuk perbaikan. (4) Dasar Pembayaran Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran

yang terdaftar

dibawah

dan

tercantum

dalam

Jadual

Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan dan memproduksi dan mencampur serta menghampar semua material, termasuk semua buruh, peralatan, pengujianpengujian,

perkakas

dan

perlengkapan-perlengkapan

lainnya

yang

diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini. Nomor Mata Pembayaran (1) (2)

Uraian

Satuan Pengukuran ATB (Laston Atas)

Meter kubik

ATBL (Laston Atas Levelling)

Ton

8.9.7 AC (Laston) 8.9.7.1

Umum 1 Uraian Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis permukaan atau lapis perata atau lapis pondasi atas padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material aspal dicampur di pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan, sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai

Pekerjaan Jalan

ST VIII-67

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Gambar Rencana dalam hal

ketinggian, penampang memanjang dan

melintang atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik. 2 Campuran Beraspal AC (Laston) AC (Asphaltic Concrete) / Laston (Lapis Aspal Beton), yang selanjutnya disebut AC (Laston), digunakan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas berat, tanjakan, pertemuan jalan dan daerah-daerah lainya dimana permukaan menanggung beban roda yang berat. Jenis-jenis campuran AC (Laston) : AC ( Convensional ), untuk lapis permukaan. AC – WC 1, untuk lapis permukaan. AC – WC 2 / AC – Binder, untuk lapis antara. AC – Base, untuk lapis pondasi atas. Jenis campuran AC (Laston) harus seperti yang ditentukan pada gambar rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. 3 Tebal Lapisan dan Toleransi Tebal dari AC (Laston) yang dihampar harus diamati dengan benda uji “inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan benda uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi paling sedikit dua buah diambil arah melintang dari masing-masing setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang antara potongan melintang ke arah memanjang yang diselidiki tidak boleh lebih dari 200 m, dan harus sedemikian rupa sehingga jumlah total benda uji yang diambil pada setiap segmen yang diukur untuk pembayaran tidak boleh kurang dari batas-batas yang diberikan dalam Tabel di bawah ini Tabel Jumlah Minimum Benda Uji Inti Koefisien keragaman dari tebal benda uji

Jumlah minimum benda uji yang

untuk semua benda uji dari bagian

harus diambil dari bagian jalan

jalan yang diukur untuk pembayaran

yang diukur untuk pembayaran

 30 %

6

30 – 40 %

10

41 – 50 %

14

51 – 60 %

20

61 – 70 %

28

71 – 80 %

40

 80 %

50

Tebal AC (Laston) kecuali untuk lapisan perata, yang sesungguhnya dipasang di setiap bagian dari pekerjaan didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari benda-benda uji inti yang diambil dari bagian tersebut. Pekerjaan Jalan

ST VIII-68

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Tebal AC (Laston) yang sesungguhnya dipasang, sebagaimana ditetapkan dalam table tersebut diatas, harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan nominal yang terdapat pada Tabel dibawah untuk lapis permukaan atau lapis antara, dan untuk lapisan perata atau lapis pondasi harus sama dengan atau lebih besar dari tebal yang ditentukan dalam Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak. Tabel Tebal Rancangan Nominal AC (Laston) Jenis Campuran

Tebal Rancangan Nominal (cm) 4 4 5 >6

AC AC – WC 1 AC – WC 2 AC – Base

Untuk semua campuran AC (Laston), baik yang dibayarkan menurut luas maupun berat sesungguhnya dari

material yang dihamparkan, berat

campuran AC (Laston) yang benar-benar dipakai harus dipantau oleh Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk pengangkut material yang meninggalkan pusat pencampur. Dalam hal bagian yang manapun yang sedang diukur untuk menentukan pembayarannya, berat material yang benarbenar dihamparkan yang dihitung dari timbangan muatan truk adalah kurang dari ataupun lebih dari lebih besar 5 % dari berat yang dihitung dari ketebalan dan rata-rata kepadatan contoh lapisan (cores), Direksi Teknik harus mengambil tindakan untuk menyelidikinya agar bisa memastikan sebab terjadinya selisih berat tersebut sebelum menyetujui pembayaran material yang telah dihamparkan itu. Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada halhal berikut ini : Memerintahkan Kontraktor untuk lebih sering atau lebih banyak atau mencari lokasi- lokasi cores yang lain. Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan peralatan percobaan laboratorium. Memperoleh hasil-hasil

pemeriksaan lapangan

dan

laboratorium yang

independen tentang kepadatan campuran AC (Laston) yang dicapai setelah dihamparkan. Menetapkan suatu sistem penghitungan dan pencatatan truk secara terinci. Biaya untuk segala penambahan atau lebih seringnya mengambil coring, untuk tambahan survei geometris ataupun pengujian laboratorium, penerapan sistem pencatatan muatan truk ataupun tindakan lainya yang dianggap perlu Pekerjaan Jalan

ST VIII-69

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

oleh Direksi Teknik untuk memastikan alasan kelebihan toleransi beratnya, harus ditanggung oleh Kontraktor sendiri, sesuai dengan yang tercantum dalam table tersebut. Variasi kerataan permukaan AC (Laston) yang telah selesai ditangani diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat untuk masing-masing kasus terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan perubahan rancangan punggung perkerasan dan lengkung vertikal pada profil memanjang. Pada keadaan dimana campuran AC (Laston) digunakan sebagai lapisan perata atau lapisan penguat dan bukan sebagai lapisan permukaan, maka tebal lapisan tidak boleh lebih dari 2,5 kali tebal rancangan nominal yang diberikan pada Tabel tersebut. 4 Lapisan Perata Dalam hal campuran AC (Laston) digunakan sebagai Lapisan Perata, semua persyaratan dari Seksi ini harus berlaku, kecuali : Material harus disebut ACL (Laston Levelling) Ukuran butir maksimum yang lebih kecil dapat digunakan. 5 Standar Rujukan

Standar AASHTO T 50 – 78

Penguji daya apung dari material aspal

T 164 - 76

Quantitative

Extraction

dari

aspal

dalam

campuran perkerasan aspal T 166 - 78

Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan

T 168 - 55

Pengambilan campuran perkerasan aspal

T 209 - 74

Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal

T 176 - 73

Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan tanah menggunakan pengujian ekivalen pasir.

M 17 - 77

Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran perkerasan aspal

M 226 - 78

Tingkat kekentalan (viscosity) aspal

Standar Indonesia PA.0301-76

Penetrasi dari material aspal

PB.0206-76

Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar berukuran kecil dengan menggunakan Mesin Los Angeles.

SNI-03-3407-1994

Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat

Pekerjaan Jalan

ST VIII-70

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pd M-06-1997-03

Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang dipadatkan

Pd M-03-1996-03

Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode Abson

SNI-06-2440-1991

Pengaruh panas dan udara pada material aspal (pengujian lapisan tipis dengan oven/tungku).

SNI-03-2439-1991

Penyelaputan

dan

pengelupasan

aspal

pada

campuran agregat. SNI-06-2489-1991

Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran aspal menggunakan peralatan Marshall

Pd S-15-1996-03

Tingkat penetrasi aspal semen

Pelaporan Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini : Contoh dari seluruh material-material yang disetujui untuk digunakan, yang akan disimpan oleh Direksi Teknik selama Periode Kontrak untuk keperluan rujukan. Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh material, seperti dipersyaratkan dalam tabel tersebut diatas. Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang dipersyaratkan dalam tersebut diatas. Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratkan dalam table tersebut diatas. Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran AC (Laston) yang dihampar, seperti yang dipersyaratkan sebagaimana dalam table tersebut diatas. Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam table tersebut diatas untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis. Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam table sebagaimana tersebut diatas. Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan AC (Laston) dan dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan sebagaimana dalam table tersebut diatas. Untuk setiap material aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan, pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan sifatsifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi : Penetrasi pada 25 0 C Penetrasi pada 35 0 C Pekerjaan Jalan

ST VIII-71

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

“Ring and Ball Softening Point” Kekentalan pada 60 0 C Kekentalan pada 135 0 C. Pembatasan oleh Cuaca Campuran AC (Laston) hanya bisa dihampar bila permukaannya kering, bila tidak akan hujan turun atau sedang hujan dan bila dasar jalan yang sudah disiapkan dalam kondisi yang memuaskan. Perbaikan dari Pekerjaan AC (Laston) yang tidak Memuaskan Lokasi-lokasi dengan tebal

atau kepadatan yang kurang dari

yang

dipersyaratkan atau angka-angka yang disetujui dan juga lokasi-lokasi yang tidak memuaskan dalam hal lainya tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan

oleh Direksi Teknik. Tidak ada

pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan. Pengembalian Bentuk Perkerasan setelah Pengujian Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya, harus segera ditutup kembali dengan material campuran AC (Laston) oleh Kontraktor dan dipadatkan permukaan

sesuai

dengan

hingga

toleransi

kepadatan yang

serta

kerataan

diperkenankan

yang

dipersyaratkan dalam Bab ini. 8.9.7.2

Material Agregat – Umum Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran AC (Laston) yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai dengan Pd M-06-1997-03 dan SNI06-2489-1991. Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit 40 % dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran AC (Laston) dan selanjutnya timbunan persediaan harus dipertahankan paling sedikit 40 % dari sisa kebutuhanya. Direksi Teknik dapat menyetujui, atau memerintahkan penggunaan agregat yang tidak memenuhi kebutuhan gradasi partikel asalkan dapat ditunjukkan sampai memuaskan Direksi Teknik bahwa campuran AC (Laston) yang dihasilkannya

Pekerjaan Jalan

ST VIII-72

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dapat memenuhi persyaratan-persyaratan

sifat campuran yang diberikan

sebagaimana disebutkan dalam table diatas. Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan. Agregat Kasar Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan seperti tabel dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran yang memadai dari batu pecah dengan kerikil besi. Ukuran Saringan

Persen Berat Lolos

(mm)

(ASTM)

Campuran Normal

20 12,7 9,5 4,75 0,075

3/4" 1/2" 3/8" #4 # 200

100 30 - 100 0 - 55 0 - 10 0-1

Campuran Lapisan Perata 100 95 - 100 50 - 100 0 - 50 0-5

Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki persentase keausan yang tidak lebih dari 40 % pada 500 putaran seperti yang ditetapkan oleh PB. 0206-76. Bila diuji dengan pengujian-pengujian penyelaputan dan pengelupasan (Coating and Stripping Tests), SNI-03-2439-1991, agregat tersebut harus memiliki luas yang terselaput tidak kurang dari 95 %. Agregat kasar harus mempunyai angularitas sebagaimana disyaratkan dalam tabel dibawah ini. Angularitas agregat kasar diartikan sebagai butir agregat yang lebih besar dari 4,76 mm (No.4) dan mempunyai paling sedikit satu bidang pecah, yang dinyatakan dalam satuan persen berat (DoT Pensylvania Test Method, PTM No. 621).

Pengujian

Angularitas (Kedalaman 1.000.000 SST

Pekerjaan Jalan

Standa r Pengujia n DoT,Pensylvania Test Method, PTM No. 621

Nilai 85/80

95/90

ST VIII-73

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara < 1.000.000 SST > 1.000.000 SST

Angularitas (Kedalaman >100 mm)

Agregat pipih dan lonjong

Catatan:

60/50 80/75

ASTM D-4791

Maks 10 %

SST

= Setara Sumbu Standar Tunggal

85/80

= 85% mempunyai satu bidang pecah dan 80% mempunyai

dua

bidang

pecah.

Prosedur

pengujian dapat dilihat dalam Lampiran. Agregat Halus Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah (“crusher

dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam Tabel dibawah. Ukuran Saringan (mm ) 9,5 4,75 2,36 600 mikron 75 mikron

Persen Berat Lolos (ASTM) 3/8" #4 #8 # 30 # 200

90 80 25 3

100 – 100 – 100 – 100 – 11

Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8 % dan atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut SNI-03-4428-1997, tidak boleh digunakan dalam campuran. Agregat halus harus mempunyai angularitas sebagaimana disyaratkan dalam tabel dibawah ini. Lalu Lintas

Pengujian Angularitas (Kedalaman




Pengujian

100

< 1.000.000 SST > 1.000.000 SST

100

< 1.000.000 SST AASHTO TP-33 > 1.000.000 SST

mm) Angularitas (Kedalaman

Standar Nilai Min 40% Min 45% Min 40% Min 40%

mm)

Catatan : SST = Setara Sumbu Standar Tunggal Pekerjaan Jalan

ST VIII-74

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Bahan Pengisi (Filler) - AASHTO M 17 Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki. Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya. Material Aspal Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini (Pd S15-1996-03 dan AASHTO M 226-78 (1996)). Untuk mencapai kekuatan campuran AC (Laston) yang ditetapkan, disarankan menggunakan aspal semen AC-20.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-75

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Frekuensi pengujian bahan aspal ditentukan lebih lanjut sesuai petunjuk Direksi Teknik.

Jenis Pengujian

1. Penetrasi 250 C, 100 gr, 5 detik 2. Titik Lembek 3. Daktilitas 250 C, 5 cm per menit 4. Kelarutan dalam CCL4 5. Titik Nyala 6. Berat Jenis 250 C 7. Kehilangan Berat 1630 C, 5 jam 8. Penetrasi setelah kehilangan berat 9. Daktilitas setelah kehilangan berat 10. Titik lembek setelah penurunan berat 11. Perkiraan suhu pencampuran

Metode

Pengujian

Spesifikasi Aspal Pen. Pen. Satuan 60/70 80/100 min mak min mak

SNI-06-24561991

60

79

80

99

0,1mm

SNI-06-24341991 SNI-06-24321991

48

58

46

54

0C

100

-

100

-

Cm

99

-

99

-

%

200

-

225

-

0C

1

-

1

-

-

0,4

-

0.6

SNI-06-24561991

75

-

75

-

SNI-06-24321991

50

-

50

-

SNI-06-24341991

-

-

-

-

AASHTO-721990

-

SNI-06-24381991 SNI-06-24331991 SNI-06-24881991 SNI-06-24411991

AASHTO-721990

% % asli Cm 0C 0C

-

-

0C

-

-

-

-

12. Perkiraan suhu pemadatan

Pekerjaan Jalan

ST VIII-76

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Bahan Tambahan untuk Aspal Direksi Teknik dapat menetapkan atau menyetujui penggunaan suatu bahan tambahan untuk mencapai stabilitas yang ditetapkan, stabilitas sisa atau syaratsyarat sifat lainnya, atau untuk meningkatkan keawetan, ketahanan terhadap deformasi atau sifat kelelahan. Bila diperlukan oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus mengirimkan contoh bahan tambahan tersebut disertai data teknis dan data kimiawinya. Sumber Pasokan Persetujuan awal sumber-sumber pengadaan agregat dan bahan pengisi mineral harus diperoleh dari Direksi Teknik sebelum pengiriman material. Contohcontohnya harus diserahkan seperti yang diperintahkan. Dalam pemilihan sumber-sumber agregat, Kontraktor harus memperhitungkan aspal yang akan hilang karena absorbsi (penyerapan) kedalam agregat, untuk memastikan penggunaan agregat setempat yang mempunyai daya penyerapan yang paling kecil. 8.9.7.3

Persyaratan Sifat Campuran Campuran AC (Laston) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Tabel dibawah ini. Tabel Persyaratan Sifat Campuran Sifat Campuran

Spesifikasi AC-WC 1

AC Kadar Aspal Efektif Kadar Penyerapan Aspal Kadar Aspal Total (% tehadap berat total) Kadar Rongga Udara dari campuran padat (% terhadap volume total campuran) Rongga diantara mineral agregat (VMA) (%) Rongga terisi aspal (VFA) (%)

4,3 - 7

Min.

3 6 18

Min.

75

Max.

Stabilitas Marshal (SNI-06-24891991) (KG)

Min.

C (% terhadap stabilitas semula) Jumlah Tumbukan Marshall tiap Permukaan

1,7

Max. Max.

Kelelehan (mm) Marshall Quotient (1) (SNI-06-24891991) (KN/mm)

Stabilitas Marshal tersisa setelah perendaman selama 24 jam pada 600

Pekerjaan Jalan

Max. Min.

AC-WC 2

AC-Base

1,2 > 1.000.000 ESA 1,7 < 1.000.000 ESA 3 3 6 8 16 16 68

68

Min.

-

2

3

Min.

1,8

2

2

Min.

750

800

800

Max.

850

-

-

75

75

75

400

600

5

-

-

ST VIII-77

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Catatan : Modifikasi Marshall, diameter mold 15,24 cm. Untuk kondisi kepadatan mutlak gunakan alat penumbuk getar agar terhindar dari kemungkinan adanya agregat yang pecah. Untuk lalu lintas yang bergerak sangat lambat atau lalu lintas mengalur yang berat, gunakan kriteria untuk satu tingkat SST (Setara SumbuStandar Tunggal) yang lebih tinggi. Berat Jenis efektif agregat dihitung berdasarkan pada Berat Jenis Maksimum dari Metode Rice (AASHTO T 209-74). Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana berdasarkan asumsi kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai) dan kondisi lalu lintas jalan antar kota. Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada setiap bagian jalan, harus sesuai dengan instruksi Direksi Teknik untuk memenuhi kondisi lalu lintas dan kelandaian jalan. Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila diperiksa masing-masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51. Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO T 164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu sentrifugal. 8.9.7.4

Rancangan Campuran Umum Kontraktor

bertanggung jawab atas rancangan

campuran. Campuran

harus

memenuhi persyaratan yang diberikan. Rongga Terisi Aspal (VFA) Kadar aspal dalam campuran harus sedemikian rupa sehingga mengisi 60-80 % dari rongga pada kombinasi agregat dan bahan pengisi. Bahan-bahan Pengisi Bahan pengisi dengan kadar tidak kurang dari 1% harus ditambahkan kedalam campuran dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam diatas. Gradasi Campuran Optimum Gradasi dari kombinasi agregat dengan bahan pengisi harus sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan dalam Tabel diatas. Kurva gradasi kombinasi harus sedemikian rupa sehingga bila digambarkan tidak menunjukkan adanya penyimpangan yang tajam dan terletak dengan baik diantara Pekerjaan Jalan

ST VIII-78

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

batas- batas gradasi. Selanjutnya, bentuk kurva pada bagian bawah kurva gradasi kombinasi (bahan yang lolos saringan 2,36 mm), harus sedemikian rupa sehingga tidak terdapat bagian yang mempunyai persentase lolos ayakan tertentu menyimpang dari satu batas atau batas terdekat, ke satu batas atau batas terdekat lainnya. Tabel Batas-batas Gradasi untuk Kombinasi Agregat dan Bahan Pengisi pada Campuran. Ukuran Saringan (mm) (ASTM)

Persen Berat Lolos AC AC - WC 1

AC - WC 2

AC - BASE

37,5 25,0 19,0 12,7

1,5" 1" 3/4" ½"

100 100 75 – 100

100 90 – 100

100 90 – 100 Maks. 90

100 90 – 100 Maks. 90 -

9,5 4,75 2,36 0,600 0,300 0,150 0,075

3/8" #4 #8 # 30 # 50 # 100 # 200

60 – 85 38 – 55 27 – 40 14 – 24 9 – 18 5 – 12 2-8

Maks. 90 28 – 58 4 – 10

23 – 49 4–8

19 – 45 3–7

Untuk campuran AC (Laston) lapis aus dan lapis pondasi, disyaratkan agar minimum 80 % dari agregat yang lolos saringan 2,36 mm dan harus lolos pula pada saringan 0,600 mm. Pada Tabel diatas diberikan tingkat ketimpangan atau gap untuk bahan yang lolos saringan 2,36 mm dan tertahan diatas saringan 0,600 mm. Gradasi agregat untuk AC (Laston), digunakan titik kontrol gradasi agregat campuran, harus berada diantara titik kontrol tersebut. Gradasi campuran berada pada ukuran nominal, ukuran menengah (2,36 mm) dan ukuran terkecil (0,075 mm). Gradasi agregat campuran tidak boleh memotong Zona Terbatas Gradasi. Zona Terbatas Titik Kontrol Gradasi dan Rumus Kurva Fuller. Tabel Ketimpangan Gradasi Campuran

Pemeriksaan Variasi Kadar Aspal Suatu campuran yang mengandung agregat bergradasi terpilih harus diperiksa dengan tidak kurang dari 5 variasi kadar aspal. Variasi kadar aspal harus dipilih dengan penambahan 0,5% menurut berat. Sekurang- kurangnya harus terdapat 2 variasi diatas dan dua variasi dibawah kadar Pekerjaan Jalan

ST VIII-79

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

aspal yang diperkirakan. Benda uji harus diperiksa untuk Stabilitas Marshall, Marshall Flow, Berat Satuan dan Kadar Rongga Udara. Pemeriksaan berikut harus digambarkan : Stabilitas terhadap kadar aspal Flow terhadap kadar aspal Berat satuan terhadap kadar aspal Kadar rongga udara terhadap kadar aspal Kadar rongga pada agregat terhadap kadar aspal Penentuan Kadar Aspal Optimum Sementara Kadar aspal optimum sementara adalah rata-rata dari nilai-nilai berikut yang ditentukan dari penggambaran data-data menurut Bab ini : Kadar aspal yang memberikan stabilitas maksimal. Kadar aspal yang memberikan berat satuan maksimal. Kadar aspal yang memberikan kadar rongga udara 4,5 %. Dalam hal dimana kadar aspal optimum sementara sangat berbeda dari yang diperkirakan, Direksi Teknik dapat memerintahkan penambahan jumlah pengujian. Campuran yang dipilih dengan cara ini disebut campuran kerja sementara. Penyesuaian Sifat Campuran Campuran kerja sementara harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa campuran tersebut memenuhi sifat yang ditentukan. Jika campuran menyimpang dari setiap sifat yang ditentukan, variasi gradasi, jenis agregat, kadar bahan yang mengisi atau jenis dan kadar bahan tambahan harus diselidiki secara sistimatis hingga diperoleh suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi syarat. Evaluasi terhadap Batas-batas Penyimpangan Produksi Direksi Teknik akan menyiapkan, atau akan memerintahkan kepada Kontraktor untuk menyiapkan, benda uji tambahan untuk menilai kerentanan campuran kerja sementara terhadap penyimpangan gradasi kombinasi dan kadar aspal yang mungkin terjadi selama produksi campuran seperti yang diperbolehkan. Untuk keperluan ini harus disiapkan tiga benda uji tambahan untuk setiap penyimpangan berikut terhadap campuran kerja sementara : Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi ditambah penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal ditambah penyimpangan maksimum yang diperbolehkan. Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi dikurangi penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal dikurangi penyimpangan maksimum yang diperbolehkan. Pekerjaan Jalan

ST VIII-80

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi ditambah penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal dikurangi penyimpangan maksimum yang diperbolehkan. Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi dikurangi penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal ditambah penyimpangan maksimum yang diperbolehkan. Sifat-sifat dari setiap variasi campuran ini harus memenuhi semua batas sifat yang disyaratkan. Jika campuran kerja sementara tidak dapat memenuhi ketentuan ini, harus diselidiki penyesuaian/modifikasi rancangan campuran selanjutnya. Campuran yang paling memenuhi semua syarat yang ditetapkan dipilih sebagai campuran kerja. 8.9.7.5

Rumus Campuran Kerja Persetujuan Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Teknik secara tertulis suatu Rumus Campuran Kerja yang diusulkan, untuk campuran AC (Laston) yang akan disediakan untuk Proyek. Rumus yang diajukan demikian harus merinci ukuran partikel maksimum nominal, sumber- sumber agregat, persentase agregat kombinasi yang lolos saringan-saringan berukuran 2,36 mm (no. 8) dan 75 mikron (no. 200), jumlah dan kadar bitumen efektif yang dinyatakan sebagai persentase berat jumlah campuran, suatu temperatur tunggal tertentu dimana campuran tersebut harus dikosongkan dari alat pencampur, dan suatu temperatur tunggal

tertentu

dimana

campuran

tersebut

akan

dikirim

ke

tempat

penghamparan, yang semuanya akan berada dalam batas-batas antara yang ditetapkan dari komposisi umum dan batas- batas temperatur. Dalam menyetujui campuran kerja, Direksi Teknik atas dasar pertimbangannya dapat menggunakan formula yang diserahkan, secara keseluruhan atau sebagian, atau

dapat

meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian campuran

percobaan tambahan atau untuk menyelidiki alternatif agregat- agregat lainnya. Sewaktu menyetujui Rumus Campuran Kerja, Direksi Teknik akan menunjuk agregat tertentu, dan sumber-sumbernya yang mendasari formula campuran kerja yang diterapkan. Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang berbeda- beda, seperti diuraikan dalam Bab diatas, bukannya dalam bentuk proporsi takaran agregat. Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik Kontraktor harus menghampar percobaan paling sedikit 8 ton campuran AC (Laston) dengan menggunakan produk, peralatan penghampar dan prosedur yang diusulkan. Apabila percobaan tersebut gagal memenuhi persyaratan pada salah satu seginya, Pekerjaan Jalan

ST VIII-81

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

perlu dibuat penyesuaian dan percobaan diulang kembali. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai hingga percobaan yang memuaskan telah dilaksanakan dan disetujui oleh Direksi Teknik. Penerapan Formula Campuran Kerja dan Toleransi yang diijinkan Semua campuran AC (Laston) yang disediakan harus sesuai dengan Rumus Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam batas antara toleransitoleransi yang ditetapkan dibawah :

Toleransi Komposisi Campuran : Gabungan agregat yang lolos

:

 7 % berat total campuran

:

 5 % berat total campuran

:



:

 1,5 % berat total campuran

:

+ 0,3 % berat total campuran

Saringan 9,5 mm Gabungan agregat yang lolos Saringan 2,36 mm Gabungan agregat yang lolos

2 % berat total campuran

Saringan 150 mikron Gabungan agregat yang lolos Saringan 75 mikron Kadar bahan aspal

Toleransi Temperatur : Bahan yang meninggalkan tempat pencampuran : ± 10º C. Bahan-bahan yang diterima di tempat penghamparan : ± 10º C. Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan campuran sebagaimana digariskan dalam diatas atau contoh-contoh tambahan yang dipandang perlu untuk pengecekan keseragaman yang diperlukan dari campuran. Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari sumber material, suatu formula campuran kerja yang baru harus diserahkan dan disetujui, sebelum campuran AC (Laston) yang mengandung material baru dikirimkan. Material kerja akan ditolak bila ternyata mempunyai pori atau sifat- sifatnya membutuhkan, untuk menghasilkan campuran yang seimbang, kadar aspal yang lebih tinggi atau lebih kecil dari pada batas yang dipersyaratkan. 8.9.7.6

PERSYARATAN PERALATAN PELAKSANAAN Umum Unit pencampuran (Mixing Plant), yang dapat berupa pusat pencampuran dengan penakaran (batching) atau pusat pencampuran menerus (continous), harus memiliki kapasitas yang cukup untuk melayani mesin penghampar secara menerus (tidak terhenti-henti) sewaktu menghampar campuran pada kecepatan normal dan

Pekerjaan Jalan

ST VIII-82

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

ketebalan yang disyaratkan. Timbangan pada Pusat Pencampur Timbangan untuk setiap kotak timbangan atau penampung seharusnya berupa tipe pembacaan jarum tanpa pegas, dan harus merupakan produksi rancangan standar yang ketepatannya berkisar antara ½ % dari bahan maksimum yang diperlukan. Bila timbangan-timbangan tipe pembacaan jarum tanpa pegas digunakan, ujung dari jarum harus dipasang sedekat mungkin dengan permukaan dan harus berupa tipe yang bebas dari parallax (penyimpangan sinar) yang berlebihan. Timbangan untuk menimbang material aspal harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan agregat. Perbedaan minimum antara angka-angkanya dalam segala hal harus tidak melebihi dari 1 kg. Cakram pembacaan timbangan (meteran) untuk menimbang aspal harus memiliki kapasitas yang tidak lebih dari dua kali material yang akan ditimbang dan harus dapat dibaca sampai satu kilogram yang terdekat. Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik dan akan diperiksa berulang kali, sebagaimana

dianggap

perlu

oleh

Direksi

Teknik,

untuk

selalu

menjamin

ketepatannya. Peralatan untuk Penyiapan Bahan Aspal Tangki untuk penyimpanan material aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang selalu dapat dikendalikan secara efektif dan positif sampai pada temperatur dalam batas yang dipersyaratkan. Pemanasan harus dilakukan dengan spiral uap (steam coils), listrik, atau cara lainnya yang mana api harus tidak berhubungan langsung dengan tangki pemanas. Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua tangki berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke pengaduk. Pemasok untuk Mesin Pengering (Feeder for Drier) Harus disiapkan pemasok untuk masing-masing agregat yang akan dipakai pada pencampuran. Pemasok untuk agregat halus harus dari tipe ban (belt conveyor). Atas persetujuan Direksi Teknik diperkenankan memakai tipe lain, hanya jika alat tersebut dapat menyalurkan/ mengangkut bahan basah pada kecepatan yang tetap tanpa menyebabkan terjadinya penyumbatan. Sekali ditetapkan, kedudukan dari pemasok tak boleh dirubah sama sekali tanpa persetujuan dari Direksi Teknik. Alat Pengering (Drier) Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk pengeringan dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu

Pekerjaan Jalan

ST VIII-83

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang disyaratkan. Ayakan Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas kapasitas penuh dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang tertampung dalam setiap penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih dari 10 % material yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil. Penampung / Bin Perlengkapan harus termasuk penampung-penampung (bins) yang berkapasitas cukup untuk melayani pencampuran sewaktu beroperasi pada kapasitas penuh. Penampung harus dibagi paling sedikit dalam tiga bagian (ruang) dan harus diatur untuk menjamin penyimpanan yang terpisah serta memadai untuk masing-masing fraksi agregat, tidak termasuk bahan pengisi. Masing-masing (ruang) harus dilengkapi dengan pipa pengeluar yang sedemikian rupa agar baik ukuran maupun lokasinya dapat mencegah masuknya material kedalam penampung lainnya. Penampung harus dikonstruksi sedemikian rupa agar contoh (sampel) dapat diperoleh dengan mudah. Unit Pengontrol Aspal Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang disyaratkan untuk campuran kerja itu. Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa meteran aspal yang berputar dengan sistem pemindahan secara positif, dengan susunan penyemprot, pada pencampur, yang baik. Untuk unit pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan kualitas aspal yang direncanakan untuk setiap takaran campuran. Untuk pusat pencampuran menerus, kecepatan operasi dari pompa harus disinkronkan dengan aliran dari agregat kedalam pencampur dengan pengendalian penguncian otomatis, dan perangkat ini harus dapat distel dengan mudah dan tepat. Cara untuk memeriksa kuantitas atau kecepatan aliran dari material aspal kedalam pencampur harus disediakan. Perlengkapan Pengukur Panasl Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai 200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur. Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa (mercury-actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas lainnya yang disetujui, yang Pekerjaan Jalan

ST VIII-84

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dipasang pada corong pengeluaran dari alat pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan temperatur dari agregat yang dipanaskan. Sebuah “thermo couple” (pengukur listrik yang mengukur perbedaan temperatur) atau “tahanan lampu” (resisteance bulb) harus dipasang dekat dasar penampung untuk mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki pencampur. Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip. Pengumpul Debu (Dust Collector) Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke elevator seluruh

atau

sebagaian dari

material

yang

dikumpulkannya,

sebagaimana

diperintahkan oleh Direksi Teknik. Pengendalian Waktu Pencampuran Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah Direksi Teknik Timbangan dan Rumah Timbang Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk yang bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan. Timbangan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan seperti yang diuraikan diatas. Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Batch (Bacthing Plant) Kotak Penimbang atau Penampung. Perlengkapan ini harus mencakup suatu cara untuk menimbang secara teliti, masing- masing menampung ukuran agregat tertentu dalam kotak penimbang atau penadah, yang digantung pada timbangan, berukuran cukup untuk menampung campuran satu takaran penuh tanpa harus diratakan dengan tangan atau tanpa tumpah Pencampur (Mixer). Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill ” (pengaduk putar ganda) yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus dipanasi dengan selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi Teknik. Juga rancangannya (design) harus sedemikian rupa agar memungkinkan kapasitas pencampuran yang tidak kurang dari 500 kg dan konstruksinya harus sedemikian rupa untuk mencegah kebocoran Pekerjaan Jalan

ST VIII-85

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

isinya. Jika tidak disertai kotak pencampur harus dilengkapi dengan penutup debu untuk mencegah hilangnya debu. Sinkronisasi Pemasukan Agregat dan Aspal . Suatu cara yang memuaskan harus disediakan yang mampu melaksanakan kontrol saling mengunci antara aliran agregat dari penampung dengan aliran aspal dari meteran atau sumber pengatur lainnya. Kontrol ini harus disertai dengan cara penguncian mekanis atau metode positif lainnya yang memuaskan Direksi Teknik. Penampung. Pencampur harus dilengkapi dengan sebuah penampung pada bagian pengeluaran, dengan ukuran serta rancangan yang tidak akan mengakibatkan terjadinya segregasi. Tiap elevator (pengangkat) yang digunakan untuk memuat campuran keatas kendaraan harus juga memiliki penampung yang memuaskan juga. Peralatan Pengangkut Truk untuk mengangkut campuran AC (Laston) harus mempunyai bak dari logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran ke bak. Jika ada genangan minyak di bak truk setelah penyemprotan, harus dibuang sebelum campuran dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terval atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang sedemkian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap cuaca. Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat sistem pegasnya atau faktor lain, atau yang menunjukkan kebocoran oil yang nyata, atau yang menyebabkan kelambatan yang tidak perlu, atas perintah Direksi Teknik harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki. Bila dianggap perlu, agar campuran AC (Laston) yang dikirim ke tempat pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk hendaknya diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran mudah dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang. Peralatan Penghampar dan Pembentuk Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan membentuk campuran AC (Laston) sampai sesuai dengan garis, permukaan serta penampang melintang yang diperlukan. Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata dimuka “ screed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang cepat

Pekerjaan Jalan

ST VIII-86

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dan efesian dan harus dapat bergerak mundur dan maju. Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti penyeimbang (equalizing runners), pisau (straightedge runners), lengan perata (evener arms), atau perlengkapan lainnya untuk mempertahankan kelurusan permukaan dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan pembentuk tepi yang tepat. Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas “screed” pada temperatur yang diperlukan untuk penghamparan campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan. Jika, selama pelaksanaan diketahui bahwa perlengkapan penghampar dan pembentuk dalam pengoperasiannya meninggalkan bekas pada permukaan atau cacat atau ketidak rataan permukaan lainnya yang tidak diperbaiki dengan memuaskan dengan pelaksanaan yang dijadwalkan, maka pengunaan peralatan tersebut, harus dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang memuaskan harus disediakan oleh Kontraktor. Peralatan Pemadat Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus mempunyai tenaga penggerak sendiri. Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan 8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua garis sumbu dan diatur sedemkian rupa sehingga roda pada sumbu yang satu jatuh diantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih). Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya pada tekanan operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). Suatu alat harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban di lapangan setiap saat. Untuk setiap ukuran dan tipe ban yang digunakan, Kontraktor harus memberikan kepada Direksi Teknik grafik atau tabel yang menunjukan hubungan antara beban roda, tekanan ban, dan tekanan ban pada bidang penyentuh, lebar dan luas. Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe: Mesin gilas tiga roda (Three Wheel Roller) Mesin gilas roda tandem (Tandem Wheel Roller) Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem Roller). Mesin gilas harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda belakang tidak Pekerjaan Jalan

ST VIII-87

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

kurang dari 400 kg per 0,1 m kali lebar minimum roda. Paling sedikit satu dari mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas sebesar 600 kg per 0,1 m kali lebar. Mesin gilas harus bebas dari permukaan yang datar (flat), penyok, robekrobek atau tonjolan yang akan merusak permukaan perkerasan. 8.9.7.7

Pembuatan dan Produksi Campuran Kemajuan Pekerjaan Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60 % kapasitas alat pencampur. Penyiapan Material Aspal Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º C didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur. Penyiapan Agregat Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat. Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal. Bahan pengisi tambahan (filler), jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gradasi, harus ditakar secara terpisah dari penampung kecil yang dipasang tepat diatas pencampur. Menaburkan bahan pengisi diatas tumpukan agregat atau menumpahkannya kedalam penampung pada alat pemecah batu tidak diijinkan. Penyiapan Campuran Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik, untuk menjamin mutu dari penakaran campuran. Material aspal

Pekerjaan Jalan

ST VIII-88

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

harus ditimbang atau diukur dan dimasukan kedalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Teknik. Bila digunakan alat pencampur batch, agregat harus dicampur secara menyeluruh dalam keadaan kering, baru sesudah itu aspal dengan jumlah yang tepat ditambahkan kedalam agregat tersebut dan keseluruhannya diaduk selama paling sedikit 45 detik, lebih lama lagi jika diperlukan, untuk menghasilkan campuran yang merata dan seluruh butir agregat tersebut terselaput secara merata. Total waktu pencampuran harus ditetapkan oleh Direksi Teknik dan diatur dengan alat pengatur waktu yang sesuai. Sewaktu dikeluarkan dari pencampur, temperatur campuran harus pada temperatur batas absolut seperti, yang dijelaskan pada Tabel termasuk toleransi yang diperbolehkan. Pengangkutan dan Penyerahan di Tempat Kerja Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang batas mutlaknya ditunjukan pada Tabel dibawah. Tabel Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran Aspal

Masing-masing kendaraan yang telah dimuati harus ditimbang di

tempat

pencampuran, dan harus dibuat catatan dari menyangkut berat kotor, berat kosong dan berat netto dari tiap muatan. Muatan tidak boleh dikirim terlalu sore agar penyelesaian hamparan dan pemadatan campuran sewaktu hari masih terang terkecuali tersedia penerangan yang memuaskan.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-89

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.7.8

Penghamparan Campuran Menyiapkan Permukaan yang akan Dilapisi Sesaat sebelum penghamparan campuran AC (Laston), permukaan yang ada harus dibersihkan dari material yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu mesin, dan dibantu dengan cara manual (dengan tangan) jika diperlukan. Lapis aspal perekat (tack coat) atau lapis aspal resap pengikat (prime coat) harus digunakan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik. Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak, menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi Teknik dan kemudian dipadatkan.Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang diperlukan untuk konstruksi pondasi agregat. Sepatu (screed) Tepi Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana campuran AC (Laston) akan dihampar. Penghamparan dan Pembentukan Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dari mesin penghampar harus dipanaskan. Campuran AC (Laston) harus dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk melintang yang disyaratkan. Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati. Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (raking) kembali sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butirbutir kasar tidak boleh ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi penadah atau tempat lainnya di mesin. Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap operasi, urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga panjang

Pekerjaan Jalan

ST VIII-90

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap hari kerja dibuat sependek mungkin. Pemadatan Segera setelah campuran AC (Laston) dihampar dan diratakan, permukaan harus diperiksa dan setiap ketidak rataan diperbaiki. Temperatur campuran yang terhampar dalam keadaan lepas harus dimonitor dan penggilasan harus dimulai didalam batas viskositas aspal yang ditunjukkan pada Tabel diatas. Penggilasan campuran AC (Laston) harus terdiri dari tiga operasi yang berbeda sebagai berikut : No. 1. 2. 3.

Uraian gilasan awal atau pemecahan gilasan sekunder atau antara gilasan akhir atau penyelesaian

Waktu setelah Penghamparan 0 – 10 menit 10 – 20 menit 20 – 45 menit

Penggilasan awal atau pemecahan dan penggilasan akhir atau penyelesaian harus seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan sekunder atau antara harus dilakukan dengan mesin gilas ban angin. Mesin gilas pemecah harus beroperasi dengan roda penggerak berada di arah mesin penghampar. Penggilasan sekunder atau antara harus mengikuti sedekat mungkin penggilasan pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih berada pada temperatur yang akan menghasilkan pemadatan maksimum. Pemadatan akhir harus dilakukan sewaktu material masih berada dalam kondisi yang masih dapat dikerjakan untuk menghilangkan bekas tanda-tanda penggilasan. Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam penggilasan awal harus digilas ke arah melintang dengan penggunan papan (di tepi perkerasan) yang mempunyai ketebalan gilas diluar batas perkerasan. Bila sambungan memanjang tersebut untuk suatu jarak yang pendek. Pada sambungan memanjang penggilasan harus dimulai ke arah memanjang dan selanjutnya pada tepi luar dan sejajar dengan sumbu jalan ke arah tengah jalan, kecuali pada super elevasi pada tikungan harus dimulai pada bagian rendah dan bergerak ke arah bagian yang tinggi. Lintasan yang berurutan dari lebar roda dan lintasan-lintasan harus tidak berakhir pada titik yang berjarak kurang dari 1 meter dari lintasan sebelumnya. Usaha penggilasan harus diutamakan pada tepi luar dari lebar yang dihampar. Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus terlebih dulu pindah ke jalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari roda penggerak akan menggilas tepi yang belum dipadatkan. Mesin gilas harus meneruskan sepanjang jalur ini, dengan menggeser posisinya sedikit demi sedikit melewati sambungan dengan beberapa lintasan, sampai tercapai sambungan yang Pekerjaan Jalan

ST VIII-91

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

terpadatkan dengan rapi. Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas tersebut. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba, begitu pula arah dari penggilasan harus tidak berbalik secara tiba-tiba yang akan menyebabkan tersorongnya campuran panas. Penggilasan harus berlangsung secara terus menerus sebagaimana diperlukan untuk memperoleh pemadatan yang merata sewaktu campuran masih dalam kondisi yang dapat dikerjakan dan hingga seluruh bekas tanda gilasan dan ketidakrataan hilang. Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, roda-roda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan tidak diijinkan. Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah mendingin dan mengeras. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tiap bagian perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Kontraktor). Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi

yang

dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru, yang harus dipadatkan secepatnya agar sama dengan sekitarnya. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap material berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor diluar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan. Sambungan-sambungan Baik sambungan memanjang maupun melintang dalam lapisan yang berurutan harus diatur sedemikian rupa agar tidak berada satu diatas lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan yang berada di lapisan paling atas akan berlokasi di pemisah jalur lalu lintas. Sambungan melintang harus dipasang secara bertahap dengan minimum jarak antaranya 25 cm dan harus lurus. Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal untuk melekatkan kedua lapisan permukaan harus diberikan sesaat sebelum campuran Pekerjaan Jalan

ST VIII-92

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya digilas.

8.9.7.9

Pengendalian dan Pengujian Mutu di Lapangan Pengujian Permukaan dari Perkerasan Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 m, yang disediakan oleh Kontraktor, diletakkan masing-masing secara tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan beberapa pegawainya untuk menggunakan mistar tersebut dibawah petunjuk Direksi Teknik untuk memeriksa seluruh permukaan. Pengujian-pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan telah memenuhi ketinggian yang dipersyaratkan harus dilakukan segera setelah pemadatan awal, dan perbedaaan harus diperbaiki dengan membuang atau menambah material sebagaimana diperlukan. Selanjutnya penggilasan harus diteruskan sebagaimana disyaratkan. Setelah penggilasan akhir, kehalusan dari lapisan harus diperiksa kembali dan setiap ketidak-rataan dari permukaan yang melewati batas toleransi yang disediakan diatas, serta lokasi-lokasi yang mempunyai kerusakan tekstur, kepadatan, atau komposisi harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. Persyaratan Kepadatan Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan benda uji yang dipadatkan di laboratorium dari material dengan proporsi yang sama. Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168 dan SNI-06-24891991. Pengambilan Contoh untuk Pengendalian Mutu Campuran Contoh-contoh dibawah ini harus diambil untuk pengujian harian : Agregat dari hot bin untuk gradasi-gradasi hasil pencucian Gabungan agregat panas untuk gradasi-gradasi hasil pencucian Campuran aspal untuk ekstraksi Stabilitas Marshall. Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan untuk (i), (ii), dan (iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan Bulk Specific Gravity untuk agregat dari hot bin dan kerapatan teroritis maksimum dari campuran aspal (AASHTO T 209-74).

Pekerjaan Jalan

ST VIII-93

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Kontraktor harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-catatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik. Kontraktor harus menyampaikan pada Direksi Teknik hasil-hasil dan catatancatatan pengujian yang berikut, yang dilaksanakan pada setiap hari produksi bersama dengan lokasi yang tepat dimana produksi tersebut dihampar : Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh dari setiap hot bin. Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh dari gabungan agregat panas. Temperatur dari campuran sewaktu pengambilan contoh di pusat pencampur dan diatas jalan (setiap satu jam). Kerapatan dari campuran yang dipadatkan di laboratorium (kerapatan Marshall) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. Kerapatan

dari

pemadatan

dan

persentase

pemadatan

dari

campuran

dibandingkan dengan kerapatan Marshall di laboratorium untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. Jika memakai metoda ekstraksi centryfuge, koreksi abu harus dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164 -76. Rongga udara dalam campuran, dihitung menurut Maximum Specific Gravity of

Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209-74). Aspal yang diabsorbsi oleh agregat, sebagaimana dihitung atas dasar Maximum

Speciffic Gravity of Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209-74). Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran Untuk pengecekan pada pengukuran kuantitas untuk pembayaran, berat campuran yang dihampar harus selalu dimonitor

secara terus-menerus dengan tiket

pengiriman muatan dari tempat-tempat penimbangan truk. Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi. Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah pengawasan Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-94

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.7.10 Pengukuran dan Pembayaran Metode Pengukuran (a) Kuantitas

yang

diukur

untuk

pembayaran

AC

(Laston)

haruslah

didasarkan pada beberapa pengaturan dibawah ini : Untuk bahan lapis permukaan atau lapis antara, jumlah meter persegi dari material yang dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian dari panjang penampang yang diukur dan lebar yang diterima. Untuk bahan lapis pondasi, jumlah meter kubik dari material yang dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas bagian yang diukur dan tebal nominal yang ditentukan dalam Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak. Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang telah dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring yang terus-menerus dari tiket pengiriman muatan dari timbangan truk. (b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-lokasi dimana tebal AC (Laston) kurang dari tebal minimum yang dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau menyempit (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi-lokasi yang materialnya memiliki kadar aspal dibawah kebutuhan yang disetujui tidak akan diterima untuk pembayaran. (c) AC (Laston) yang dibayar atas dasar meter persegi yang dihampar langsung diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang sama, dan menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang cukup besar, harus dibayar atas tebal nominal yang diterima yang dihitung atas dasar kerapatan laboratorium dari campuran AC (Laston) padat menurut SNI-06-2489-1991, luas bagian yang diukur dan berat dari campuran, sesuai catatan penimbangan truk yang telah disetujui, yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan permanen. Jika menurut pendapat Direksi Teknik.. (d) Lebar hamparan AC (Laston) yang akan dibayar, harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang dilakukan Kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus dengan sumbu jalan dan harus tidak termasuk tiap bagian hamparan material yang tipis atau tidak memuaskan sepanjang tepi dari hamparan AC (Laston). Pekerjaan Jalan

ST VIII-95

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(e) Panjang hamparan AC (Laston) arah memanjang yang akan dibayar, harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan, dengan menggunakan prosedur pengukuran teknik standar. Dasar Pembayaran Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadual Penawaran. Harga

dan

pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk

mengadakan dan memproduksi dan mencampur serta menghampar semua material, termasuk semua buruh, peralatan, pengujian-pengujian, perkakas dan perlengkapan-perlengkapan

lainnya

yang diperlukan untuk menyelesaikan

pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini. Nomor Mata Pembayaran

Uraian

(1) (2)

Satuan Pengukuran AC (Laston)

Meter persegi

AC – Base

Meter kubik

ACL (Laston Levelling)

Ton

(5)

8.9.8 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran, untuk pembayaran surface course, dilakukan berdasarkan volume dalam m3 yang dibangun, sesuai dengan alinyemen dan kemiringannya, seperti pada gambar atau seperti saran Direksi. Pembayaran surface course dilakukan dengan harga satuan per m3 seperti yang dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut meliputi semua kompensasi biaya tenaga kerja, peralatan dan bahan, termasuk penggalian bahan di quarry atau tempat lain yang sudah disetujui Direksi, pemrosesannya menjadi agregat di peralatan (plant),

penghancuran, pengangkutannya ke

jalan,

penyebarannya,

perlengkapannya dan pemakaian bahan aspal, pemadatan pembentukan, finishing, pengetesan, pemeliharaan dan segala macam pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan seperti diuraikan disini.

8.10 DINDING PENAHAN BETON DAN DINDING PASANGAN BATU KALI Dinding penahan dari beton untuk jalan inspeksi harus dibangun (kalau diperlukan) sesuai dengan garis, dimensi dan di lokasi seperti pada gambar atau seperti yang ditentukan Direksi. Sebelum dimulainya pekerjaan, dinding penahan dari beton, beton mutu K175 harus Pekerjaan Jalan

ST VIII-96

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

ditempatkan pada permukaan galian yang terbuka, pada batuan, pada ketinggian dasar dinding penahan seperti pada gambar atau seperti yang ditentukan Direksi. Penempatan beton dan pemasangan besi tulangan untuk tembok harus sesuai dengan spesifikasi Bab 5-Pekerjaan Beton. Permukaan beton harus tetap terbuka dan ditutup dengan bahan timbunan, yang harus dibentuk untuk Finish F3 dan F1, seperti pada sub bab 5.13 Bab 5. Pengukuran untuk menentukan pembayaran pembangunan dinding penahan dari beton dilaksanakan berdasarkan garis rapi dari dinding bekisting yang disesuaikan dengan pengukuran yang tepat untuk beton, bekisting dan besi beton seperti pada sub bab 5.12 dan sub bab 5.13.8 dan 5.14.3 Bab 5, atau yang ditentukan Direksi. Pembayaran untuk dinding penahan dari beton dilaksanakan berdasarkan harga satuan per m3 beton (termasuk bekisting) yang ditempatkan dan per ton besi tulangan yang seperti yang ditentukan pada Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan meliputi biaya tenaga kerja, biaya bahan dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Dinding pasangan batu kali dibangun sesuai dengan garis, dimensi, dan lokasi seperti pada Gambar atau seperti ketentuan Direksi. Batu yang digunakan harus diseleksi, keras dan blok, tidak boleh kurang dari 35 cm panjangnya dan tidak boleh kurang dari 400 cm2 luasnya. Batu harus disusun dengan hati-hati sehingga hubungan batu satu dengan lainnya tampak rapi dengan kekosongan yang seminim mungkin untuk diisi dengan mortar. Mortar terdiri dari 1 pc : 3 ps Pasir, semen dan air harus sesuai dengan spesifikasi yang ada di sub-paragraph 5.2.1 dan 5.3.2 dan paragraph 5.4. Bab 5. Beton untuk dinding terdiri dari Beton klas E untuk pondasi dan untuk backfill seperti ditunjukkan dalam gambar. Spesifikasi yang ada di Bab 5 dapat dipakai dan sesuai dengan beton untuk pondasi dan backfill. Lubang pengaliran backfill ditempatkan pada garis dan dimensi seperti terlihat pada gambar. Lubang pengaliran backfill harus sesuai dengan spesifikasi pada sub-paragraph 2.7.2 Bab 2. Pada saat pemasangan dan pemberian mortar pada batu setiap 4 m2 dinding dipasang pipa PVC  50 mm atau seperti terlihat pada gambar atau atas persetujuan direksi. Dinding pasangan batu kali dikerjakan oleh tukang batu yang berpengalaman, seperti kualitas pabrik . Batu dapat diletakkan cepat kemudian diperlihatkan pada permukaan yang rata dan betul pada dimensi, garis dan level seperti ditunjukkan dalam gambar atau disetujui oleh Direksi sebelum pemasangan, batu harus dibasahi sampai meresap ke seluruh permukaan. Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan dinding pasangan batu kali dibuat per m 3 dari Pekerjaan Jalan

ST VIII-97

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dinding yang terpasang di lokasi pada garis dan dimensinya. Pembayaran untuk pekerjaan dinding pasangan batu kali dilaksanakan berdasarkan harga satuan per m3 dari dinding yang terpasang seperti pada Daftar Kuantitas dan Harga dimana harga satuan tersebut termasuk upah pekerja, material dan peralatan yang dibutuhkan sesuai spesifikasi pada paragraph ini. Pengukuran dan pembayaran pekerjaan untuk lubang pengaliran backfill, random backfill, gravel surfacing dan stone pitching dilaksanakan seperti yang diuraikan pada Pasal 2.7.7 Bab 2 sebelumnya.

8.11 PAGAR PEMBATAS (GUARD RAILING) Penyedia Jasa menyiapkan dan memasang pagar pembatas termasuk pondasi beton untuk tiang besi seperti terlihat pada gambar atau disetujui oleh Direksi. Material yang digunakan untuk besi pagar pembatas disesuaikan dengan ketentuan JIS G 3101 (Structural Rolled Steel for General Use), ASTM A36-70a (structural Steel), atau Standard yang sejenis. Pipa besi yang digunakan untuk tiang disesuaikan dengan ketentuan JIS G 3452 (Steel Gas Pipes), ASTM A53-73 (Welded and Seamless Steel Pipe) atau Standard yang sejenis. Material untuk beton harus disesuaikan dengan ketentuan yang ada di Bab 5 Spesifikasi Pekerjaan Beton. Pagar pembatas dibangun pada garis dan tingkat dan lokasi seperti ditunjukkan dalam gambar. Tiangnya dipasang tegak di atas kaki beton. Bagian rail dipasang dengan cara halus

dan

kontinue.

Semua

mur

kecuali

mur

yang

disesuaikan,

harus

dikencangkan, mur harus dipajangkan di atas tiang minimum 0,6 cm tetapi tidak boleh lebih dari 1,2 cm. Pengecekan semua komponen pagar pembatas yang mana dikerjakan sesuai dengan Paragraph 9.11 pada Bab 9. Pengukuran untuk pembayaran penyiapan dan pemasangan pagar pembatas dan tiangnya dilaksanakan berdasarkan per m panjang dari pagar pembatas. Pembayaran untuk persiapan dan pemasangan pagar pembatas dan tiangnya didasarkan atas harga satuan per m panjang seperti yang terdapat pada Daftar Kuantitas dan Harga yang mana harga satuan tersebut termasuk biaya tenaga kerja, peralatan material yang dibutuhkan untuk pemasangan guard rail dan post termasuk galian untuk pondasi tiang, penempatan beton untuk pondasi tiang, timbunan kembali disekitar tiang dan pengecatan serta pekerjaan lainnya.

8.12 JALAN SEMENTARA PENYEDIA JASA Penyedia Jasa harus bertanggung jawab dalam mendisain, membangun dan memelihara berbagai konstruksi jalan sementara yang dipakai sebagai jalan hantar selama pelaksanaan pekerjaan. Lokasi jalan untuk jalan sementara harus ditentukan berdasarkan perencanaan dan gambar layout Penyedia Jasa yang sudah disetujui Direksi, tetapi untuk Pekerjaan Jalan

ST VIII-98

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tujuan perencanaan harus dimaksudkan jalan sementara yang tertera di bawah ini dibangun di sepanjang alinyemen yang tertera pada Gambar. (1) Jalan pelaksanaan sementara Penyedia Jasa menuju borrow area. (2) Jalan pelaksanaan sementara Penyedia Jasa ke quarry site, peralatan beton ( concrete plant) dan peralatan pemecah batu (crushing plant). (3) Jalan pelaksanaan sementara Penyedia Jasa dan daerah kamp Penyedia Jasa. Perencanaan jalan pelaksanaan sementara ini harus didasarkan kepada standar yang berlaku dan harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan setidaknya empat puluh lima (45) hari sebelum pekerjaan dimulai. Metode konstruksi jalan sementara untuk Penyedia Jasa termasuk, dan tidak terbatas pada alinyemen, penggalian, timbunan dan surfacing (kalau diperlukan), drainasi, pagar pengaman dan sebagainya, yang harus diserahkan secara tertulis kepada direksi setidaknya tiga puluh (30) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan berjalan. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk memelihara semua jalan pelaksanaan sementara pada setiap saat, seperti yang ditentukan Direksi. Semua biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pemeliharaan jalan sementara Penyedia Jasa sudah termasuk di dalam harga satuan atau lump sum untuk item pekerjaan yang berkaitan.

Pekerjaan Jalan

ST VIII-99

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB IX PEKERJAAN BATU

9.1

UMUM Analisa harga satuan pekerjaan batu dan pasangan batu dalam Dokumen Penawaran, Kontraktor harus sudah memasukkan harga satuan untuk material, pekerja, dan alat. Pekerjaan batu dan pasangan batu dalam pembangunan bendungan meliputi: a. Pasangan batu; b. Pasangan batu kosong (rip-rap); c. Pasangan batu pecah (stone pitching); d. Pasangan batu muka (tempelan batu candi). Material batu yang digunakan adalah batu kali yang kokoh, tidak retak/patah, tidak mengandung biji besi, tanah, dan pasir. Semua material yang digunakan untuk pekerjaan batu dan pasangan batu harus diperiksa dan mendapat persetujuan Direksi.

9.2

PASANGAN BATU

9.2.1 Cakupan Pekerjaan Semua pasangan batu harus dilaksanakan menurut persyaratan yang berhubungan dengan pekerjaan batu atau lainnya yang mungkin diminta oleh Direksi, harus terdiri dari bahan-bahan yang ditentukan dan dicampur dengan perbandingan yang tepat, dibentuk dan dipasang sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang tersebut dalam pasal ini. Persyaratan dan ketentuan ini harus diterapkan untuk semua pekerjaan batu kecuali bila diubah secara khusus oleh Direksi untuk bagian pekerjaan tertentu. Standar yang digunakan untuk pekerjaan batu dan pasangan batu adalah: a. Material yang digunakan adalah N.I 13 (batu belah); b. PUBI - 1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia); c. Kriteria Perencanaan Irigasi (untuk beberapa jenis pekerjaan). 9.2.2 Semen Semua semen untuk adukan mortar pada pekerjaan batu harus sesuai dengan persyaratan dan ketentuan seperti yang ditentukan di dalam Bab Pekerjaan Beton.

Pekerjaan Batu

ST IX-1

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.2.3 Pasir Pasir untuk adukan mortar yang digunakan pada pasangan batu yang diperlukan pada persyaratan ini harus disediakan oleh Kontraktor dan harus sesuai dengan persyaratan dan ketentuan seperti yang ditentukan dalam Bab VI (Pekerjaan Beton). 9.2.4 Air Air yang digunakan untuk adukan mortar harus tidak mengandung bahan-bahan yang dapat merusak seperti lumpur, bahan-bahan organik, alkali, garam, dan bahan lain yang tidak dikehendaki. Air tersebut harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi serta sesuai dengan Bab Pekerjaan Beton. 9.2.5 Susunan Spesi/Adukan Adukan mortar untuk semua pasangan batu kecuali ditentukan lain terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu: a. Pasangan 1:2 (Pc:Ps) untuk struktur yang membutuhkan kekuatan tinggi; b. Pasangan 1:3 (Pc:Ps) untuk konstruksi pasangan batu yang berhubungan langsung dengan aliran air; c. Pasangan 1:4 (Pc:Ps) untuk pondasi dan struktur yang tidak berhubungan langsung dengan aliran air. Volume air harus secukupnya agar menghasilkan konsistensi yang tepat untuk penggunaan dimaksud. Komposisi campuran adukan mortar untuk bagian tertentu sesuai gambar atau yang ditentukan oleh Direksi. 9.2.6 Mencampur Adukan Mortar Cara dan alat yang digunakan untuk mencampur adukan mortar harus sedemikian rupa sehingga dapat menentukan dengan teliti dan mengontrol jumlah tiap bahan secara terpisah yang diaduk dan harus mendapat persetujuan Direksi. Bila dipergunakan mesin pengaduk harus disesuaikan dengan rencana dan lama pengadukan, sesudah semua bahan berada didalam mesin pengaduk tidak boleh kurang dari 2 menit kecuali bila airnya sudah cukup. Banyaknya adukan yang dicampur air secukupnya sesuai dengan yang digunakan, dan semua adukan yang tidak digunakan dalam 30 menit sesudah pemberian air harus dibuang. Pencairan ulang adukan mortar yang sudah mengeras tidak diizinkan. Bak dan ember-ember adukan harus selalu dibersihkan dan dicuci pada akhir selesai kerja.

Pekerjaan Batu

ST IX-2

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.2.7 Pemasangan Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu harus betul-betul bersih sebelum dipasang dan harus disetujui oleh Direksi. Batu tidak boleh dipasang selama hujan lebat atau cukup lama agar adukan pasangan tidak larut. Adukan yang sudah dihamparkan dan meleleh karena air hujan harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Sebelum pasangan batu betul-betul mengeras, tidak diperbolehkan ada kegiatan pekerjaan lain di atasnya. Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu harus dibasahi dengan air antara tiga sampai empat jam sebelumnya dengan cara yang menjamin batu benar-benar basah seluruhnya dan merata. Jarak antar batu dalam spesi sekitar 10 mm ~ 50 mm, dan antar batu tidak boleh saling bersentuhan/bersinggungan. Ukuran dan distribusi batu dalam pasangan batu harus dikontrol sedemikian sehingga spesi yang diisikan dalam rongga antar batu dapat seminimal mungkin volumenya. 9.2.8 Contractions Joints dan False Joints

1. Contraction Joints Dibangun pada bangunan seperti dinding pasangan batu, struktur penahan tanah dan dinding saluran dengan interval maksimum 20 meter. Kecuali ditentukan lain oleh Direksi tipikal contraction joints pasangan batu sama dengan contraction joints pasangan beton. Secara vertikal contraction joints pada pasangan batu harus rata dan tegak lurus dengan arah aliran atau dengan keputusan Direksi. Secara horisontal

contraction joints pada pasangan batu harus rata dan tegak lurus dengan tinggi bangunan atau dengan keputusan Direksi.

2. False Joints Dibangun pada struktur pasangan batu yang tidak berhubungan langsung dengan aliran air dan memiliki profil topografi yang ekstrim seperti dinding yang berkelak-kelok, curam, dan terjal (ditunjukkan dalam gambar kerja atau dengan arahan Direksi). False joints dibangun dengan menambahkan pasangan batu setinggi tembok pada pias yang dianggap ekstrim. Bila diperlukan false joints dibuat bersamaan dengan dinding pasangan batu.

3. Filter Drains to Joints Merupakan lapisan di belakang pondasi yang berfungsi menahan lapisan tanah di belakang dinding agar tidak hilang terbawa aliran rembesan. Lapisan ini terdiri dari kerikil dan geotekstil. Ijuk dan bahan filter alam lain tidak boleh digunakan sebagai pengganti geotekstil tanpa persetujuan dari Direksi. Pekerjaan Batu

ST IX-3

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.2.9 Siaran Pasangan Batu 1) Susunan adukan mortar Adukan mortar untuk semua siaran kecuali bila tentukan lain dari spesifikasi ini atau ditentukan lain oleh Direksi harus terdiri dari 1:3 (Pc:Ps) perbandingan dalam volume serta air secukupnya untuk menghasilkan konsistensi yang tepat bagi penggunaan yang dimaksud. 2) Syarat pelaksanaan Sebelum pekerjaan siaran dimulai, sambungan-sambungan pada permukaan pasangan batu harus dibuat kasar sebelum adukan dipasang. Permukaan harus dibersihkan dengan sikat kawat dan dibasahi. Semua pekerjaan siaran harus menurut petunjuk Direksi. Pekerjaan siaran dapat berupa: a. Recessed Pointing, siaran terbenam (sambungan rerata sedalam 1 cm dari permukaan batu). b. Flush pointing, siaran rata (siaran rata dengan permukaan batu). c. Raised Pointing, siaran timbul tebal 1 cm di atas permukaan batu dan lebar minimum 2 cm. 9.2.10 Plesteran dan Acian Kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana atau oleh Direksi, pasangan batu harus diplester dan diaci. 9.2.11 Lubang Drainase Dinding pasangan batu harus diberi lubang drainase dengan ketentuan 1 (satu) lubang tiap 4 (empat) meter persegi tampak muka bangunan. Pipa PVC yang digunakan adalah diameter 50 mm kelas D. 9.2.12 Timbunan Tanah dan Drainase (Bedding) Dilakukan sesuai dengan garis, elevasi, dan dimensi seperti yang ditunjukkan pada gambar kerja atau sesuai dengan arahan dari Direksi. Material timbunan yang diisikan dan metode pemadatan yang dilakukan harus sesuai dengan penjelasan tentang bronjong batu atau dengan arahan dari Direksi. Kecuali bila tidak terdapat dalam gambar kerja, antara material timbunan tanah (backfill) dengan dinding penahan tanah, dinding dan dasar saluran, dan pasangan batu pelindung slope harus diberi bedding dan atau drainase memanjang berupa

Pekerjaan Batu

ST IX-4

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

kerikil dengan ketebalan minimum 150 mm. Pemasangan bedding harus mengikuti ketentuan: (1) Antara random backfill atau impervious backfill dengan pasangan batu: dipasang lapisan filter dengan urutan back fill - fine filter - coarse filter pasangan batu. (2) Antara timbunan tanah bebas dengan pasangan batu, dipasang lapisan filter dengan susunan backfill - coarse filter - Pasangan batu. (3) Antara galian tanah berbatuan lunak dengan pasangan batu, dipasang lapisan filter dengan susunan galian tanah berbatuan lunak - fine filter - coarse filter pasangan batu. (4) Antara galian batuan lunak sampai batuan keras dengan pasangan batu, dipasang filter dengan urutan galian batuan lunak sampai batuan keras -

coarse filter - pasangan batu. Untuk dinding saluran dan lantai beton bangunan air, drainase atau bedding harus dibuat sesuai dengan gambar kerja atau sesuai dengan arahan Direksi. Bila disetujui oleh Direksi, geotekstil sintetis dapat digunakan sebagai pengganti lapisan fine filter. Biaya penggantian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. Tipe, ketebalan, dan karakteristik geotekstil yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi dan pemasangannya harus mengikuti petunjuk industri pembuatnya. Ijuk dan bahan filter alam lain tidak boleh digunakan sebagai pengganti geotekstil tanpa persetujuan dari Direksi. 9.2.13 Perawatan Semua pasangan batu atau pasangan batu kosong termasuk pekerjaan siaran harus dirawat dengan air atau cara-cara lain yang dapat diterima dan disetujui Direksi. Bila perawatan dilaksanakan dengan air, pasangan batu harus tetap dijaga agar tetap basah minimum 14 hari kecuali bila ditentukan lain, misalnya ditutup dengan karung yang direndam air atau dengan alat penyiram, atau cara-cara lain yang disetujui, untuk tetap menjaga semua permukaan selalu basah. Air yang dipakai untuk perawatan harus memenuhi ketentuan-ketentuan persyaratan untuk air. 9.2.14 Perbaikan Pasangan Batu Bila sesudah penyelesaian pekerjaan pasangan batu, pasangan berada di luar garis ketentuan atau ternyata tidak rata, atau tidak sesuai dengan garis-garis dan tingkatan sesuai pada gambar, harus dibongkar dan diganti atas biaya Kontraktor kecuali bila Direksi mengizinkan secara tertulis, untuk menambal atau mengganti bagian yang rusak. Pekerjaan Batu

ST IX-5

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.3

PASANGAN BATU KOSONG (RIP-RAP)

9.3.1 Cakupan Pekerjaan Pekerjaan pasangan batu kosong terdiri dari pemasangan batu kosong di tempat seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau yang ditentukan Direksi sesuai dengan persyaratan ini. 9.3.2 Umum Pasangan batu kosong harus terdiri dari batu pecah yang dipasang pada lapisan dasar, sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan pada persyaratan ini dan yang ditunjukkan dalam gambar atau yang ditentukan oleh Direksi. Semua bahan batu pecah dan bahan lapisan dasar yang digunakan dalam pekerjaan

ini

harus

disediakan

oleh

Kontraktor

sesuai

dengan

tujuan

penggunaannya dan memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketantuan untuk batu pecah dan dapat disetujui oleh direksi. 9.3.3 Pemasangan Pemasangan batu kosong harus dilaksanakan di atas pondasi yang kuat dan menurut garis serta dimensi seperti yang ditunjukkan pada gambar atau ditentukan oleh Direksi. Terdapat dua macam pasangan batu: (1) Riprap Tipe A Dipasang untuk pelindung pada alur sungai alam, jembatan, gorong-gorong, saluran, dan pembuangan yang berdekatan dengan sungai. Material yang digunakan adalah batu kali. (2) Riprap Tipe B Dipasang untuk pelindung di saluran, pembuangan, dan struktur lain seperti pengamanan lereng. Material yang digunakan adalah batu belah. Persiapan yang harus dilakukan sebelum pemasangan riprap adalah identifikasi lokasi pemasangan, yang dibagi menjadi dua macam, yaitu: (1) Tanah galian dan timbunan (excavated and fill surfaces) Sebelum rip-rap dipasang di lokasi tanah galian, Kontraktor harus melakukan pekerjaan pengupasan tanah lapisan atas sesuai dengan gambar rencana atau dengan petunjuk Direksi. Semua material lepas hasil galian harus dipindahkan dan dilakukan pemadatan atas persetujuan Direksi. Tempat-tempat yang rendah pada pondasi harus diisi dengan bahan yang cocok dan dipadatkan secara berlapis, tebal tiap lapisan 15 cm. Bila galian Pekerjaan Batu

ST IX-6

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pondasi telah disetujui oleh Direksi, lapisan dasar setebal 15 cm sampai 30 cm dipasang di bawah pondasi seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Lapisan dasar dipasang seragam dan dilaksanakan serata mungkin dan rapi untuk menghasilkan suatu pondasi yang kuat untuk pasangan batu kosong. (2) Alur Sungai Asli Sebelum pemasangan rip-rap Tipe A, pada dasar sungai harus dilakukan pemasangan lapisan filter sesuai dengan persetujuan Direksi. Direksi berhak menginstruksikan Kontraktor untuk memindahkan lapisan material di dasar sungai yang dianggap akan mengganggu stabilitas lapisan filter dan riprap. Bila diperlukan pekerjaan ini dapat dilakukan dalam kondisi air normal dengan menggunakan alat berat atau manual. Batu pecah yang dipakai dalam pasangan batu kosong harus dipasang dan disusun sedemikian rupa pada lapisan dasar yang kuat sehingga bila pekerjaan tersebut telah selesai, menjadi stabil dan tidak longsor. Adanya rongga-rongga besar antara batu-batu pasangan harus dihindarkan. Pengawasan harus dilaksanakan agar diperoleh jaminan bahwa semua pasangan batu disusun di atas permukaan yang betul-betul datar. Pasangan batu pecah harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak ke luar garis pasangan seperti yang ditunjukkan pada gambar atau atas petunjuk Direksi. Semua celah-celah di dalam pasangan batu kosong harus diisi sebaik-baiknya dengan pecahan batu. Jumlah batu-batu pecah yang digunakan harus tidak boleh melebihi jumlah yang diperlukan untuk mengisi celah-celah dalam pasangan batu tersebut. Di atas pasangan batu kosong harus dibuat penutup dengan kemiringan yang cukup untuk melindungi puncak pasangan. Penutup harus terdiri dari batu-batu pilihan, datar serta dipasang menurut arah dan tingkatan seperti ditunjukkan pada gambar atau ditentukan oleh Direksi.

9.4

STONE PITCHING (BATU BELAH)

9.4.1 Umum Dipasang pada saluran pembuang, saluran irigasi, dan permukaan tanah miring sesuai dengan gambar rencana atau dengan petunjuk Direksi. Dapat juga dipasang sebagai material pada badan jalan kerja pada lokasi tertentu. Spesifikasi batu untuk stone pitching sama dengan spesifikasi untuk pasangan batu. Terdapat dua tipe stone pitching berdasarkan pengikat antar batu, yaitu:

(1) Pasangan batu belah kosong (Dry Stone Pitching) (2) Batu pasangan (Mortared Stone Pitching) Pekerjaan Batu

ST IX-7

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.4.2 Persiapan Pemasangan Sebelum dry stone pitching dipasang di lokasi tanah galian, Kontraktor harus melakukan pekerjaan pengupasan tanah lapisan atas sesuai dengan gambar rencana atau dengan petunjuk Direksi. Semua material lepas hasil galian harus dipindahkan dan dilakukan pemadatan sesuai persetujuan Direksi. Selanjutnya dilakukan pemasangan pasir atau kerikil bergradasi yang berfungsi sebagai filter. Pemasangan filter disesuaikan dengan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Kecuali ditentukan lain, metode pemasangan filter material harus sama dengan metode pemasangan filter material untuk pasangan batu. 9.4.3 Pasangan Batu Belah Kosong (Dry Stone Pitching) Dipasang sesuai dengan gambar rencana atau menurut petunjuk dari Direksi sesuai dengan dimensi yang disyaratkan. Ukuran batu minimum yang digunakan adalah 20/30 atau ditentukan lain dalam gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Pemasangan stone picthing harus dipadatkan dengan hammer agar rapat dan dapat terikat kuat pada dasar pasangan atau lapisan filter. Finishing pasangan dry stone pitching dilakukan dengan penyiraman air dan material pasir agar rongga antar batu terisi oleh material pasir dan pasangan menjadi lebih padat. 9.4.5 Pasangan Batu (Mortared Stone Pitching) Dipasang sesuai dengan gambar rencana atau menurut petunjuk dari Direksi sesuai dengan dimensi yang disyaratkan. Ukuran batu minimum yang digunakan adalah 20/30 atau ditentukan lain dalam gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Lantai pasangan dan ikatan antar batu diisi dengan campuran semen 1:3 (Pc:Ps) dengan spesifikasi sama dengan campuran semen untuk pasangan batu. Ketebalan semen untuk lantai pasangan minimum 60 mm atau ditentukan sesuai petunjuk Direksi. Kecuali ditentukan lain permukaan pasangan batu harus diplester halus sesuai dengan spesifikasi.

Pekerjaan Batu

ST IX-8

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.5

PASANGAN BATU MUKA (TEMPELAN BATU CANDI)

9.5.1 Umum Permukaan pasangan pada bangunan tertentu bila ditentukan oleh Direksi harus dikerjakan dengan pasangan batu muka dengan bahan batu pipih berukuran seragam atau dengan tempelan batu candi. Batu candi merupakan batu khusus yang umum digunakan untuk pekerjaan pasangan batu muka pada bangunan air yang berhubungan dengan aliran air yang konsentrasi sedimennya tinggi. Sehingga disamping berfungsi memperindah pasangan batu muka dengan batu candi merupakan salah satu metode untuk menghasilkan permukaan bangunan yang tahan terhadap abrasi. Batu candi merupakan batu alam pipih yang dipotong berbentuk segi enam, bujur sangkar atau persegi panjang dan dipasang menempel rapat pada bangunan pasangan batu atau pasangan bata. 9.5.2 Bahan Karakteristik batu candi harus sesuai dengan spesifikasi standar material batu yang digunakan. Terdapat dua macam pekerjaan pasangan batu muka: (1) Batu untuk Pasangan Batu Muka pada Pasangan Batu Dipilih material batu yang digunakan untuk pasangan batu ( Masonry Backfill atau hearting) dan harus dipotong sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk segi enam, tebal sekitar 30 mm, pipih pada satu sisi yang digunakan sebagai muka pasangan dan memiliki sisi tajam membentuk bidang persegi panjang atau bujur sangkar. (2) Batu untuk Pasangan Batu Muka pada pasangan selain Pasangan Batu Tipe batu candi harus padat, keras, dan kuat yang merupakan jenis batuan andesit, basalt, dacite diabase, diorit, gabro, granodiorit, atau jenis batuan keras lain yang disetujui oleh Direksi. Batu candi harus berwarna gelap dan diambil dari quarry yang sama. Batu candi harus dipotong untuk mendapatkan ukuran dan dimensi yang seragam, membentuk sisi tajam menyerupai segi enam atau bujur sangkar sebagaimana ditentukan dalam gambar rencana atau dengan persetujuan Direksi. Dimensi batu berkisar antara 20 - 40 cm (panjang) dan 30 - 60 cm (lebar) dengan rasio panjang dan lebar sama dengan 1,5:1, dengan tebal sekitar 40 mm. Sisi batu candi harus dipotong hati-hati agar menghasilkan bentuk yang seragam dan halus, tetapi permukaan batu candi tetap dibiarkan kasar kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

Pekerjaan Batu

ST IX-9

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(3) Campuran semen Campuran semen yang digunakan adalah: 

Campuran dengan perbandingan volume 1:2 (Pc:Ps), untuk pasangan batu muka yang berhubungan langsung dengan aliran air.



Campuran dengan perbandingan volume 1:3 (Pc:Ps), untuk pasangan batu muka yang tidak berhubungan langsung dengan aliran air.

9.5.3 Pekerjaan Siaran (Facework dan Pointing) Pekerjaan siaran pada pasangan batu muka harus sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah: (1) Pasangan batu muka harus dipasang sesuai dengan alur pemasangan pasangan batu atau beton, sehingga arahnya horisontal pada bidang pemasangan vertikal. (2) Pasangan batu muka harus dipasang tegak lurus arah aliran bila bidang yang dipasang horisontal. Batu tempel segi enam dipasang seperti sarang lebah (honey comb) dengan diagonal terpanjang pada arah vertikal bila dipasang pada bidang vertikal dan tegak lurus arah aliran bila dipasang pada bidang horizontal. Batu tempel segi empat dipasang seperti pola pasangan bata dengan continuous horizontal joints dan staggered vertical joints pada pemasangan bidang vertikal dan continuous joints tegak lurus arah aliran bila dipasang pada bidang horizontal. Sambungan antar batu harus seragam sekitar 10 mm. Siaran pada batu tempel segi enam terdiri dari recessed pointing, flush pointing dan raised pointing kecuali ditentukan secara khusus dalam gambar atau atas instruksi Direksi maka pointing yang dilakukan pada batu tempel adalah flush pointing. Pointing menggunakan campuran 1:2 (Pc:Ps) kecuali ditentukan lain dalam gambar atau atas instruksi Direksi.

9.6

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN (1) Pengukuran pasangan batu untuk pembayaran dilaksanakan dalam satuan volume m 3 sesuai dengan garis dan dimensi seperti pada gambar atau ditentukan oleh Direksi secara tertulis. Untuk Pasangan batu yang berisi celah-celah, pipa-pipa, dan ronggarongga menurut gambar harus dikurangi dari pengukuran pasangan. (2) Pengukuran plesteran untuk pembayaran dilaksanakan dalam satuan luas m2 sesuai dengan garis dan dimensi seperti pada gambar atau ditentukan oleh Direksi secara tertulis.

Pekerjaan Batu

ST IX-10

Spesifikasi Teknik Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(3) Pengukuran pasangan batu candi untuk pembayaran dilaksanakan terpisah dan ditentukan oleh Direksi secara tertulis berdasarkan klausul pekerjaan tambahan. (4) Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan batu kosong dilaksanakan menurut garis luar pasangan tersebut termasuk lapisan dasar berdasarkan tebal pasangan dan lapisan dasar seperti yang ditunjukkan pada gambar atau ditentukan oleh Direksi. Harga satuan pasangan batu pada penawaran sudah harus mencakup biaya untuk air, semen, pasir, pengangkutan, penyiapan untuk pemasangan, perawatan, perlindungan, penyelesaian dan perbaikan permukaan pasangan, dan semua pekerjaan lainnya termasuk perencanaan drainase, serta prosedur & ketentuan yang diperlukan untuk menyelesaikan pasangan batu menurut persyaratan. Pembayaran untuk pasangan batu kosong dilaksanakan menurut harga satuan per meter kubik (m3) di dalam harga penawaran. Jumlah harga penawaran harus merupakan biaya keseluruhan untuk menyelesaikan pekerjaan menurut spesifikasi, pada gambar pasangan batu kosong, serta harus meliputi biaya penyelesaian dan pemasangan lapisan dasar.

Pekerjaan Batu

ST IX-11